makalah oa
DESCRIPTION
HMTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Arthritis atau rematik merupakan penyakit yang menyerang bagian sendi. Penyakit
rematik biasanya ditandai dengan nyeri, bengkak, dan peradangan pada sendi. Penyakit rematik
tidak asing di Indonesia. Data menunjukkan bahwa prevalensi penyakit rematik di Indonesia
(2008) mencapai 23.6-31.3%.
Salah satu jenis penyakit rematik yang paling banyak ditemukan adalah osteoarthritis.
Osteoarthritis adalah penyakit rematik yang disebabkan oleh kerusakan jaringan tulang rawan.
Karena jaringan tulang rawan berfungsi untuk melapisi tulang dan membantu pergerakan sendi,
kerusakannya menyebabkan tulang saling berbenturan saat bergerak atau berolahraga yang
menimbulkan rasa nyeri dan kekakuan sendi.
Osteoarthritis merupakan salah satu jenis radang sendi (artritis) yang disebabkan
penghancuran dan kehilangan tulang rawan dari satu atau lebih sendi. Tulang rawan sendi adalah
substansi protein yang berfungsi sebagai ‘’bantalan’’ pada sendi. Di antara berbagai jenis
penyakit rematik, Osteoarthritis paling sering ditemukan baik Amerika Serikat maupun di
seluruh dunia, dan kelainan sendi ini menyebabkan keterbatasan fungsi sendi yang terserang.
Osteoarthritis sering terjadi seiring dengan pertambahan umur. Sebelum umur 45 tahun,
Osteoarthritis lebih sering menyerang laki-laki. Setelah umur 55 tahun, Osteoarthritis lebih
sering menyerang wanita.
Jumlah penderita Osteoarthritis di Indonesia paling banyak mengenai terutama pada
orang-orang diatas 50 tahun. Di atas 85% orang berusia 65 tahun
menggambarkan osteoarthritis pada gambaran x-ray, meskipun hanya 35%-50% hanya
mengalami gejala. Umur di bawah 45 tahun prevalensi terjadinya Osteoarthritis lebih banyak
terjadi pada pria sedangkan pada umur 55 tahun lebih banyak terjadi pada wanita. Pada beberapa
penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terjadinya.Osteoarthritis pada obesitas, pada
sendi penahan beban tubuh.
Oleh karena itu, penyakit osteoarthritis merupakan penyakit yang berbahaya dan
merupakan faktor penyakit pada usia tua, maka perlunya hidup sehat dan menjaga aktifitas fisik
merupakan langkah awal untuk mencegah penyakit osteoarthritis.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. Identifikasi :
Nama : Ny. Ani
Umur : 60 tahun
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pekerjaan suami : PNS
Keluhan nyeri disertai dengan demam. Saat ini nyeri disertai dengan bengkak,
sehinga pasien tidak dapat beraktifitas dengan baik.
Nyeri sebenarnya mulai dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, setiap bangun pagi pasien
merasakan lututnya kaku, namun setelah 15 menit umumnya kaku sendi berkurang.
Pasien tidak pernah pergi berobat kedokter. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan
tiak ada nyeri di bagian tubuh yang lain. Saat ini pasien berjalan menggunakan tongkat
saat berjalan.
Pasien juga dinyatakan sebagai penderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu, namun
minum obat tidak teratur.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan :
I. Status Generalisata
Keadaan Umum : Pasien tampak kesakitan
Kesadaran : kompos mentis
Antropometri : BB ;70 kg, TB ; 156 cm
TD : 130/80 mmHg
Suhu : 38,9o C
Nadi : 100x/menit
Mata : konjungtiva anemis -/-, skelra ikterik -/-
Mulut : sianosis( -), lidah tremor (–)
Leher : KGB tidak teraba membesar, tiroid tidakteraba membesar
Thoraks : Jantung ; BJ I dan II reguler, murmur (-), gallop( –)
Paru ; suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : bising usus normal, nyeri tekan didaerah epigastrium(-),
organomegali( –)
II. Status Lokal
Look : tampak lutut kiri oedem dan hiperemis, lutut kanan tenang
Feel : pada lutut kiri nyeri tekan( +), undulasi( +). Pemeriksan
valgus dan varus didapatkan kesan sendi lutut kiri tidak
stabil terutama pada pemeriksan valgus. Lutut kanan dalam
batas normal
Move : lingkup gerak sendi lutut kiri terbatas karena nyeri,
krepitasi(+). Lutut kanan dalam batas normal
III. Laboraturium darah rutin
Hb : 14,8 g/dl
Lekosit : 17.200 /mm3
Trombosit : 267.000 /mm3
Ureum : 32 mg/dl
Kreatinin : 1,0 mg/dl
Asam urat : 8,5 mg/dl
Rhematoid factor : -
C-reactive protein : 97
BAB III
PEMBAHASAN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny.Ani
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pekerjaan suami : PNS
II. A namnesis
Keluhan utama : Nyeri disertai demam
Keluhan tambahan : Nyeri disertai bengkak sehingga mengganggu aktivitas
Riwayat penyakit sekarang :
Nyeri sebenarnya mulai dirasakan sejak 1 tahun yang lalu, setiap bangun pagi pasien
merasakan lututnya kaku, namun setelah 15 menit umumnya kaku sendi berkurang. Pasien tidak
pernah pergi berobat kedokter. Tidak ada riwayat trauma sebelumnya dan tidak ada nyeri di
bagian tubuh yang lain. Saat ini pasien berjalan menggunakan tongkat saat berjalan.
Anamnesis tambahan yang diperlukan :
1. Apakah kaki saat digerakkan terdapat bunyi klik?
2. Apakah sudah pernah melakukan pengobatan sebelumnya ?
3. Apakah nyeri timbul berulang kali ?
4. Apakah pasien sudah mengalami masa menopause? Sudah berapa lama?
5. Apakah ada factor pencetus nyeri , memperingan dan memperberat ?
Riwayat penyakit dahulu
Pasien dinyatakan sebagai penderita kencing manis sejak 5 tahun yang lalu, namun
minum obat tidak teratur.
Riwayat keluarga
1. Apakah keluarga kandung ada yang mengalami hal yang sama seperti ini ?
Riwayat kebiasaan
1. Bagaimana aktifitas pasien sehari-hari ?
2. Bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari ?
3. Apakah ada riwayat merokok ?
Identifikasi dan interpretasi masalah berdasarkan hasil anamnesis :
MASALAH INTERPRETASI
Wanita, usia 60 tahun Merupakan faktor resiko dari beberapa
penyakit seperti osteoarthritis, osteoporosis,
dan terutama penyakit-penyakit degeneratif.
Nyeri menghebat sejak 1 minggu
pada lutut kiri disertai demam dan
bengkak
Terdapat kemungkinan infeksi, inflamasi pada
sendi lutut pasien. Kemungkinan penyebabnya
arthritis (OA primer/sekunder, RA), trauma,
osteoporosis, gout, pseudogout, tumor
(sarkoma synovial, osteosarkoma),
osteomyelitis
Nyeri sebenarnya mulai dirasa
sejak 1 tahun lalu
Bersifat kronik. Hipotesis gout perlu
dipertimbangkan karena pola perjalanan
penyakitnya biasanya bersifat akut
Lutut dirasakan kaku setiap
bangun pagi, biasanya setelah 15
menit kekakuan berkurang
Pada OA (< 30 menit) dan RA biasanya
terdapat kekakuan sendi pada pagi hari
Tidak ada riwayat trauma
sebelumnya
Hipotesis trauma dapat disingkirkan
Tidak ada nyeri pada bagian tubuh
lain, hanya di lutut kiri saja
Keluhan hanya dirasakan pada sendi lutut dan
bersifat unilateral. Merupakan kriteria
diagnosis osteoarthritis genu. Sedangkan pada
gout biasanya mengenai persendian
metatarsophalangeal dan unilateral. RA
bersifat bilateral
Menggunakan tongkat saat
berjalan
Pasien sudah sampai pada tahap keterbatasan
fungsi
Pasien menderita kencing manis
sejak 5 tahun lalu dan tidak
mengonsumsi obat secara teratur
Merupakan salah satu faktor resiko penyakit
osteomyelitis. Mempengaruhi proses
penyembuhan
Hipotesis
1. Osteoarthritis
2. Rheumatoid Artritis
3. Gout
4. Pseudogout
5. Osteomyelitis
III. Pemeriksaan fisik Hasil identifikasi dan interpretasi masalah berdasarkan hasil pemeriksaan fisik: 5,7
PEMERIKSAAN HASIL INTERPRETASI
Status Generalisata
Kesadaran Compos mentis Normal
Kesan sakit Tampak kesakitan Nyeri yang dirasakan berat
TD 130/80 mmHg Dbn
Suhu 38,90C (normal: 36,50-
37,20)
Febris, bisa disebabkan oleh proses
infeksi dan inflamasi.
Nadi 100x/m (normal 60- Dbn
100)
BMI BB 70kg, TB 156 cm.
BMI ± 28
Obes 1 (25-29,9)
Mata Konjungtiva anemis -/-
sklera ikterik -/-
Normal, tidak terdapat kelainan
pada mata
Mulut Sianosis -/-
lidah tremor -/-
Normal
Leher KGB dan tiroid tidak
teraba membesar
Normal
Thoraks Jantung: BJ I dan BJ II
reguler, murmur (-),
gallop (-)
Paru: suara napas
vesikuler, ronki -/-,
wheezing -/-
Normal, tidak terdapat gangguan
pada jantung dan paru
Abdomen Bising usus normal,
nyeri tekan daerah
epigastrium (-),
organomegali (-)
Normal
Status Lokal
Look Tampak lutut kiri
oedem dan hiperemis,
lutut kanan tenang
Terdapat inflamasi pada lutut kiri
sedangkan lutut kanan normal
Feel Lutut kiri:
Nyeri tekan (+)
Undulasi (+)
Tes valgus (+)
Lutut kanan: dbn
Terdapat inflamasi
Terdapat oedem yang juga
merupakan salah satu tanda
peradangan
Terdapat kelemahan pada MCL
Normal
Move Lutut kiri: lingkup Nyeri menyebabkan gerak pada
gerak sendi terbatas
karena nyeri, krepitasi
(+)
Lutut kanan: dbn
sendi genu pasien terbatas, krepitasi
menunjukan adanya kontak antar
tulang
Normal
IV. Pemeriksaan Penunjang
No Pemeriksaan
laboraturium
Hasil Nilai rujukan Keterangan
1 Hb 14,8 g/dl 11,5-16,5 g/dl Normal
2 Leukosit 17.200 /uL 5000-10.000/uL Meningkat
3 Trombosit 267.000/uL 150.000- 450.000/uL Normal
4 Ureum 32 mg/dl 15-40 mg/dl Normal
5 Kreatinin 1,0 mg/dl 0,7-1,3 mg/dl Normal
6 Asam urat 8,5 mg/dl 4-7 mg/dl Meningkat
7 Rheumatoid
factor
(-) (-) Normal
8 C-reactive
protein
97 <10 Meningkat
Interpretasi :
1. Pada leukosit terdapat peningkatan menandakan terjadinya inflamasi atau terjadinya
infeksi bakteri.
2. Pada asam urat terdapat peningkatan, pasien mengalami hiperurisemia bisa karena
konsumsi makanan sehari-hari atau pasien mengalami penyakit gout.
3. Pada c-reactive protein terdapat peningkatan menandakan terjadinya inflamasi atau
infeksi. Dan juga merupakan indikasi dari penuaan, obesitas, dan diabetes mellitus.
Kami mengharapkan dilakukan pemeriksaan dibawah untuk dapat menegakkan diagnosis yang
lebih pasti :
1. Foto rontgen.
Foto rontgen merupakan pemeriksaan penunjang untuk bisa menegakkan diagnosis kerja
osteoarthritis. Pada osteoarthritis diharapkan didapatkan gambaran osteofit (penyempitan celah
sendi), ankylosing, spur, kalsifikasi, soft tissue swelling, dan erosi tulang. Kami mendiagnosis
banding rematoid arthritis jadi pada foto rematoid arthritis diharapkan gambarannya berupa
destruksi tulang rawan sendi, penyempitan celah sendi, soft tissue swelling, osteoporosis, panus
erosi kartilago, subartikular korteks kabur, dan ankylosing.
2. Pemeriksaan cairan synovial
Pemeriksaan cairan synovial dengan cara mengaspirasi cairan sendi. Tujuannya untuk
memastikan inflamasi, pada inflamasi warnanya keruh, juga untuk melihat ada tidaknya kristal.
V. D iagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang sudah dilakukan maka
kelompok kami menetapkan diagnosis sementara pada pasien ini yaitu Osteoartritis pada
articulatio genu sinistra dengan diagnosis banding Rheumatoid artritis dan Gout. Untuk saat ini
pasien kami tatalaksana awal yang bersifat simptomatis karena kami masih mengajukan
pemeriksaan tambahan seperti X-ray sendi lutut dan analisis cairan sendi hal ini bertujuan untuk
menegakkan diagnosis kerja pada pasien dan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
VI. Penatalaksanaan
Belum ada yang dapat menyembuhkan osteoarthritis secara tuntas. Kerusakan bersifat progresif
dan pada akhirnya menetap.
Tujuan penatalaksanaan pasien dengan osteoarthritis adalah:
1. Meredakan nyeri
2. Mengoptimalkan fungsi sendi
3. Mengurangi ketergantungan kepada orang lain dan meningkatkan kualitas
hidup
4. Menghambat progresivitas penyakit
5. Mencegah terjadinya komplikasi .
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan pasien dengan osteoarthritis yaitu
Diet, selain untuk mengurangi berat badan. Dengan menghilangkan kegemukan penderita
osteoarthritis sendi penyokong berat badan maka akan mengurangi keluhan serta dapat
mengontrol gula darah serta asam urat pasien.
Istirahat atau proteksi terhadap sendi yang terkena
Rencana pengobatan dijelaskan dan disesuaikan dengan keadaan umum penderita, sendi-
sendi yang terkena, keluhan dan sikap hidup sehari-hari.
Koreksi semua faktor-faktor yang menimbulkan stress berlebihan pada rawan sendi.
Tindakan ini bukan saja akan mengurangi beban pada rawan sendi, tetapi juga
memperlambat proses degenerasi sehingga akan lebih memberi kesempatan proses
regenerasi berlangsung.
Fisioterapi, terutama pemanasan dan latihan yang adekuat. Pemanasan badan (moist
health) lebih nyaman daripada pemanasan kering. Massage, penggunaannya sangat
terbatas karena hanya berefek pada otot yang melingkupi sendi, sedang sendinya sendiri
tidak dapat dicapai. Massage berguna untuk mengurangi nyeri karena spasme otot.
Alat bantu tongkat untuk osteoartritis lutut atau pinggul
Penatalaksanaan pada pasien dengan osteoarthritis yaitu:
Nonfarmakologis:
Modifikasi pola hidup
Edukasi
Istirahat teratur yang bertujuan mengurangi penggunaan beban pada sendi
Modifikasi aktivitas
Menurunkan berat badan
Rehabilitasi medik/ fisioterapi
o Latihan statis dan memperkuat otot-otot
o Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri, menguatkan otot, dan menam-
bah luas pergerakan sendi
Penggunaan alat bantu tongkat
Farmakologis:
A. Sistemik
1. Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Asetaminofen (acetaminophen), juga dikenal sebagai parasetamol, adalah obat oa
analgesik yang digunakan untuk meredakan sakit kepala ringan atau nyeri otot dan sendi dan
untuk mengurangi demam.
Asetaminofen mengurangi rasa sakit dengan menghambat sintesis prostaglandin dalam sistem
saraf pusat dan mengurangi demam dengan bertindak pada pusat pengatur suhu di otak. Tidak
seperti aspirin, obat ini tidak memiliki efek anti-inflamasi dan jauh lebih kecil kemungkinannya
untuk mengiritasi lambung dan menyebabkan tukak lambung.
2. Metformin
Indikasi:
Pengobatan penderita diabetes yang baru terdiagnosis setelah dewasa, dengan atau tanpa
kelebihan berat badan dan bila diet tidak berhasil.
Dosis:
Metformin harus diberikan bersama dengan makanan atau sesudah makan dalam dosis yang
terbagi.
Tablet 500 mg
Dosis: 3 x sehari 1 tablet
Efek Samping:
Efek samping bersifat reversible pada saluran cerna termasuk anoreksia, gangguan perut, mual,
muntah, rasa logam pada mulut dan diare.
B. Injeksi intraartikular/intra lesi
Ada 2 indikasi suntikan intra artikular yakni penanganan simtomatik dengan steroid, dan
viskosuplementasi dengan hyaluronan untuk modifikasi perjalanan penyakit. Dengan
pertimbangan ini yang sebaiknya melakukan tindakan, adalah dokter yang telah melalui
pendidikan tambahan dalam bidang reumatologi.
1. Steroid:
( triamsinolone hexacetonide dan methyl prednisolone )
Hanya diberikan jika ada satu atau dua sendi yang mengalami nyeri dan inflamasi yang
kurang responsif terhadap pemberian NSAIDs, tak dapat mentolerir NSAIDs atau ada
komorbiditas yang merupakan kontra indikasi terhadap pemberian NSAIDs. Teknik penyuntikan
harus aseptik, tepat dan benar untuk menghindari penyulit yang timbul. Sebagian besar literatur
tidak menganjurkan dilakukan penyuntikan lebih dari sekali dalam kurun 3 bulan atau setahun 3
kali terutama untuk sendi besar penyangga tubuh.
Dosis untuk sendi besar seperti lutut 40-50 mg/injeksi, sedangkan untuk sendi-sendi kecil
biasanya digunakan dosis 10 mg.
2. Hyaluronan: high molecular weight dan low molecular weight
Di Indonesia terdapat 3 sediaan injeksi Hyaluronan. Penyuntikan intra artikular biasanya
untuk sendi lutut (paling sering), sendi bahu dan koksa. Diberikan berturut-turut 5 sampai 6 kali
dengan interval satu minggu masing-masing 2 sampai 2,5 ml Hyaluronan. Teknik penyuntikan
harus aseptik, tepat dan benar. Kalau tidak dapat timbul berbagai penyulit seperti artritis septik,
nekrosis jaringan dan abses steril. Perlu diperhatikan faktor alergi terhadap unsur/bahan dasar
hyaluronan misalnya harus dicari riwayat alergi terhadap telur. (ada 3 sediaan di Indonesia
diantaranya adalah Hyalgan, dan Osflex.
VI. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada osteoarthritis adalah :
a. Chondrolisisb. Osteonekrosis
c. Fraktur stress
d. Pendarahan di dalam sendi
e. Infeksi sendi
f. Deteriorasi atau rupture tendo dan ligament di sekitar sendi, menyebabkan instabilitas
g. Saraf terjepit (pada tulang belakang)
VII. P rognosis
1. Ad vitam Ad bonam
Karena Osteoarthritis tidak mengancam jiwa.
2. Ad fungsionam Dubia Ad bonam
Karena dengan penanganan yang adekuat dengan tata laksana yang dianjurkan,
fungsi sendi diharapkan dapat membaik.
3. Ad sanasionam Ad malam
Karena osteoarthritis merupakan suatu penyakit yang progresif, dan tata laksana
yang diberikan hanya untuk mengurangi gejala saja.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Lutut 1,6
I. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain: Tulang femur distal, tibia proximal, tulang
fibula, dan tulang patella.
1) Tulang Femur (Tulang paha)
Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan pelvis dan ke bawah dengan
tulang tibia. Tulang femur terdiri dari epiphysis proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada
tulang femur ini yang berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis. Epiphysis
distalis merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus femoralis lateralis dan medialis. Di
bagian proximal tonjolan tersebut terdapat sebuah bulatan kecil yang disebut epicondylus
lateralis dan epicondylus lateralis. Pandangan dari depan, terdapat dataran sendi yang melebar ke
lateral yang disebut facies patellaris yang nantinya bersendi dengan tulang patella. Dan
pandangan dari posterior, diantara condylus lateralis dan medialis terdapat cekungan yang
disebut fossa intercondyloidea (Platser W, 1993).
2) Tulang patella (Tulang tempurung lutut)
Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan apeks menghadap ke arah
distal. Pada permukaan depan kasar sedangkan permukaan dalam atau dorsal memiliki
permukaan sendi yaitu facies articularis lateralis yang lebar dan facies articulararis medialis yang
sempit (Platser W, 1993).
3) Tulang Tibia (Tulang kering)
Tulang tibia terdiri dan epiphysis proximalis, diaphysis distalis. Epiphysis proximalis pada tulang
tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya
terdapat dataran sendi yang disebut facies artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan oleh
ementio intercondyloidea (Evelyn, 2002).
Lutut merupakan sendi yang bentuknya dapat dikatakan tidak ada kesesuaian bentuk, kedua
condylus dari femur secara bersama sama membentuk sejenis katrol (troclea), sebaiknya dataran
tibia tidak rata permukaanya, ketidaksesuaian ini dikompensasikan oleh bentuk meniscus (Platser
W, 1993).
Hubungan-hubungan antara tulang tersebut membentuk suatu sendi yaitu: antara tulang femur
dan patella disebut articulatio patella femorale, hubungan antara tibia dan femur disebut
articulatio tibio femorale. Yang secara keseluruhan dapat dikatakan sebagai sendi lutut atau knee
joint (Evelyn, 2002).
4) Tulang Fibula
Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah lateral dan tibia juga terdiri dari tiga
bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis dan epiphysis distalis.
Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibula yang ke proximalis meruncing menjadi
apex capitulis fibula. Pada capitulum terdapat dua dataran yang disebut facies articularis capituli
fibula untuk bersendi dengan tibia.
Diaphysis mempunyai empat crista lateralis, crista medialis, crista lateralis dan fades posterior.
Epiphysis distalis ke arah lateral membulat disebut maleolus lateralis (mata kaki luar) (Evelyn,
2002).
II. Ligamentum, kapsul sendi dan jaringan lunak sekitar sendi lutut
A. Ligamentum
Ligamentum mempunyai sifat extensibility dan kekuatan, yang cukup kuat (tensile strength) yang
berfungsi sebagai pembatas gerakan dan stabilisator sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu:
(1) Ligamentum cruciatum anterior yang berjalan dari depan culimentio intercondyloidea tibia
ke permukaan medial condyler lateralis femur yang berfungsi menahan hiperekstensi dan menahan
bergesernya tibia ke depan.
(2) Ligamentum cruciatum posterior
Berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris menuju ke interfossa intercondyloidea
tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia ke arah belakang.
(3) Ligamentum collateral lateral
Ligamentum ini berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum fibula yang berfungsi menahan
gerakkan varus atau samping luar.
(4) Ligamentum collateral mediale
Berjalan dari epicondylus medialis ke permukaan medial tibia (epicondylus medialis tibia)
berfungsi menahan gerakan valgus atau samping dalam eksorotasi. Namun secara bersamaan
fungsi-fungsi ligament colateralle menahan bergesemya tibia ke depan pada posisi lutut 90°.
(5) Ligament popliteum obliqum
Ligamentum ini berasal dari condylus lateralis femur menuju ke insertio musculus semi
membranosus melekat pada fascia musculus popliteum.
(6) Ligament ransversum
Genu membentang pada permukaan anterior meniscus medialis dan lateralis (Evelyn, 2002).
B. Kapsul sendi
Kapsul sendi lutut terdiri dan dua lapisan yaitu :
(1) stratum fibrosa merupakan lapisan luar yang
berfungsi sebagai penutup atau selubung
(2) stratum synovial yang bersatu dengan bursa
suprapatellaris, stratum synovial ini merupakan
lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan
synovial untuk melicinkan permukaan sendi lutut.
Kapsul sendi lutut ini termasuk jaringan fibrosus
yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses penyembuhan (Evelyn, 2002).
Membran synovial merupakan jaringan avaskuler yang melapisi permukaan dalam kapsul sendi,
tapi tidak melapisi permukaan rawan sendi. Membran ini licin, lunak, dan berlipat-lipat.
Walaupun banyak pembuluh darah dan limfe di dalam jaringan subsynovial, tetapi tidak satu pun
mencapai synoviosit. Jaringan pembuluh darah ini berperan dalam transfer konstituen darah ke
dalam rongga sendi dan pembentuk cairan sendi.
Sel synovial sheath terdiri dari tiga tipe yaitu :
a. Synoviosit tipe A
Mempunyai banyak persamaan dengan makrofag, dan berfungsi melepaskan debris-
debris sel dan material khusus lainnya ke dalam rongga sendi.
b. Synoviosit tipe B
Mempunyai banyak persamaan dengan fibroblas, berperan mensintesis dan
mengekskresikan hialuronat yang merupakan zat aditif dalam cairan sendi dan berperan
dalam mekanisme lubrikasi, dan juga berperan memperbaiki kerusakan sendi yang
meliputi produksi kolagen dan melakukan proses remodelling.
c. Synoviosit tipe C
Sebagai synoviosit yang memiliki ultrastruktur antara sel A dan sel B. Synovium dan
kapsul sendi diinervasi oleh mekanoreseptor, plexus saraf, dan ujung bebas yang tidak
dibungkus mielin. Ujung saraf ini merupakan neuron aferen primer yang berfungsi
sebagai saraf sensoris dan memiliki neuropeptida yang disebut substansi-P.
C. Jaringan lunak
a) Meniscus
Meniscus merupakan jaringan lunak. Adapun fungsi
meniscus adalah :
(1)penyebaran pembebanan
(2) peredam kejut (shock absorber)
(3) mempermudah gerakan rotasi
(4) mengurangi gerakan dan stabilisator setiap
penekanan akan diserap oleh meniscus dan
diteruskan ke sebuah sendi
b) Bursa
Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan,
berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi
lutut antara lain:
(1) bursa popliteus
(2) bursa suprapateliaris
(3) bursa infra paterallis
(4) bursa subcutan prapateliaris
(5) bursa sub patelliaris ( Eveyln, 2002).
SUSUNAN SENDI LUTUT
c) Otot-otot penggerak sendi lutut
Persarafan Otot-otot kerja tambahan Kerja utama
N. glutea
superior
Traktus iliotibialis
m. tensor fasia lata
m. gluteus
Mempertahankan
lutut pada posisi
terkedang
maksimus
(sebagian)
( ekstensi) Ekstensor
n. femoralis m. kuadrisep
femoris
m. rektus femoris
m. vastus
intermedius
m. vastus lateralis
m. Sartorius Fleksor
n. Obturatorius m. grasilis Memutar tungkai
bawah kea rah
medial
n. tibialis
cabang n.
ischiadicus
m. semitendinosus
m.
semimembranosus
m. popliteus
m. gastorcnemius
m. plantaris
m. biceps (caput
longum)
n. peroneus
cabang n.
ischiadicus
m. biceps ( caput
brevis)
Memutar tungkai
bawah kea rah
lateral
III. Sistem persyarafan
Pada regio lutut, tungkai mendapat persyarafan dari nervus ischiadicus yang berasal dari serabut
lumbal ke-4 sampai dengan sacrum ke-3. Ini merupakan serabut yang terbesar di dalam tubuh
yang keluar dan foramen ischiadicus mayor, berjalan terus disepanjang permukaan posterior
paha ke ruang poplitea, lalu syaraf ini membagi dua bagian yaitu nervus peroneus communis dan
nervus tibialis. Nervus peroneus communis pada dataran lateral capitulum fibula akan pecah
menjadi nervus superficialis.
IV. Sistem peredaran darah
1) Sistem peredaran darah arteri
Peredaran darah yang akan dibahas adalah sistem peredaran darah yang menuju ke tungkai dan
vena yang juga memelihara darah sekitar sendi lutut, arteri yang memelihara darah sekitar sendi
lutut, arteri yang memelihara sendi lutut.
a) Arteri fermoralis
Merupakan lanjutan dari arteri iliaca external yang keluar dan cavum abdominalis lacuna
vasorum lalu berjalan ke lateral dari venanya kemudian ke bawah menuju kedalam fossa
illipectiana kemudian masuk ke canal addectorius sehingga arteri poplitea masuk ke fossa
poplitea disisi medial femur, lalu arteri femoralis bercabang menjadi cabang arteri superficial dan
cabang profunda.
b) Arteri poplitea
Arteri poplitea merupakan lanjutan dari arteri femoralis masuk melalui canalis adduktorius,
masuk fossa poplitea pada sisi flexor lutut, bercabang menjadi
(1) a. genus superior lateralis
(2). a. genus superior medialis
(3). a. genus inferior lateralis
(4) a. genus inferior medialis.
2) Sistem peredaran darah vena
Pada umumnya peredaran darah vena berdampingan dengan pembuluh darah arteri. Pembuluh
darah vena pada tungkai sebagian besar bermuara ke dalam vena femoralis. Vena - vena itu
adalah:
(1) Vena shapena parva, berjalan di belakang maleolus lateralis berlanjut ke
(2) Vena poplitea dan mengalirkan terus ke
(3) Vena saphena magna dan bermuara ke dalam
(4) Vena femoralis.
Keluhan nyeri diakibatkan karena terjadi trauma mekanikal yang terjadi pada periosteum tulang, pada osteoarthritis awal proses mekanikal trauma terdapat pada tulang rawan, tetapi proses ini tidak menyebabkan nyeri karena pada tulang rawan tidak terdapat pembuluh darah serta saraf.
Tanda Tanda inflamasi:
Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah mengalir ke dalam mikrosomal lokal pada tempat peradangan.
Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada tempat peradan-gan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
Dolor (Nyeri) dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
Tumor (pembengkakan) pengeluaran cairan-cairan ke jaringan interstisial. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh
Mediator inflamasi yang berperan adalah histamine dan serotonin. Histamin dan serotonin akan meningkatkan permeabilitas kapiler, sehingga aliran darah lokal akan meningkat, aliran darah yang meningkat akan memberi gambaran kemerahan dan panas. Peningkatan permeabilitas kapiler ini mengakibatkan leukosit dengan leluasa keluar masuk jaringan untuk memperbaiki kerusakan atau membersihkan sel sel yang mati, tetapi selain hanya leukosit yang keluar dari pembuluh darah, protein juga ikut keluar sehingga terjadi pengeluaran cairan cairan ke jaringan intertisial sehingga akan terjadi bengkak.
Penyebab kekakuan pada osteoarthritis karena penebalan kapsul, dan terjadi perubahan dalam skruktur dalam peri-articular, dan trauma mekanis yang terus terjadi serta perkapuran(spurs)
Faktor Kegemukan
Kegemukan akan memberi beban yang lebih pada lutut, beban lutut yang berat ini akan memudahkan lutut mengalami gesekan.
Diabetes mellitus
Hubungan diabetes mellitus dengan osteoarthritis belum begitu jelas. Namun pada penderita dm terdapat insufisiensi vascular yang memperberat penyembuhan pada berbagai macem penyakit termasuk osteoarthritis
Varus dan valgus test (+) menjadi faktor resiko pada osteoarthritis, dan sudut dari varus dan valgus test juga merupakan gambaran progresifitas dari osteoarthritis.8
Osteoartritis
Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan
kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal
1087).
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang
menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini
jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60
tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto,
1994, Solomon, 1997).
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan
tulang dan sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan
pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan
fibrosis dan kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan,
trauma atau kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini
tidak berkaitan dengan faktor sistemik atau infeksi. Osteoartritis merupakan penyakit sendi
degenaritif yang berkaitan dengan kerusakan kartiloago sendi. Lutut, punggung, tangan, dan
pergelangan kaki paling sering terkena.3
Etiologi
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut:
1. Usia/Umur
Umumnya ditemukan pada usia lanjut (diatas 50tahun). Karena pada lansia pembentukkan
kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan) berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis Kelamin
Kelainan ini ditemukan pada pria dan wanita, tetapi sering ditemukan lebih banyak pada
wanita pascamenopause (osteoartritis primer). Osteoartritis sekunder lebih banyak ditemukan
pada pria.
3. Ras
Lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya cina, Eropa, dan Amerika daripada kulit
hitam.
4. Faktor Keturunan
Faktor genetik juga berperang timbulnya OA. Bila ibu menderita OA sendi interfalang distal,
anak perempuannya mempunyai kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor Metabolik/Endokrin
Klien hipertensi, hiperurisemia, dan diabetes lebih rentan terhadap OA. Berat badan
berlebihan akan meningkatkan resiko OA, baik pada pria maupun wanita.
6. Faktor Mekanis
Trauma dan Faktor Predisposisi
Trauma yang hebat terutama fraktur intraartikular atau dislokasi sendi merupaan predisposisi
OA. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga yang menggunakan sendi berlebihan, dan
gangguan kongruensi sendi akan meningkatkan OA.
Cuaca dan Iklim
OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca dingin atau lembab.
7. Diet
Salah satu tipe OA yang bersifat umum di Siberia disebut penyakit Kashin-Beck yang
mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin yang disebut fusaria.
Klasifikasi
Osteoartritis dapat dibagi atas dua jenis yaitu:
1. Osteoartritis Primer
OA Primer tidak diketahui dengan jelas penyebabnya, dapat mengenai satu atau beberapa
sendi. OA jenis ini terutama ditemukan pada pada wanita kulit putih, usia baya, dan
umumnya bersifat poli-articular dengan nyeri akut disertai rasa panas pada bagian distal
interfalang, yang selanjutnya terjadi pembengkakan tulang (nodus heberden).
2. Osteoartritis Sekunder
OA sekunder dapat disebabkan oleh penyakit yang menyebabkan kerusakan pada sinovia
sehingga menimbulkan osteoartritis sekunder.
Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang
melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2. Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai
kegiatan fisik.
3. Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan
menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan
menimbulkan rasa nyeri.
4. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang
pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut
dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena
tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut,
bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi
hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5. Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang
sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6. Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7. Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.
BAB V
KESIMPULAN
Osteoartritis (AO) adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan
sendi berupa disentegrasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan
pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis dan
kapsul sendi. Kelainan ini timbul akibat mekanisme abnormal proses penuaan, trauma atau
kelainan lain yang menyebabkan kerusakan tulang rawan sendi. Keadaan ini tidak berkaitan
dengan faktor sistemik atau infeksi.
Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut: Usia/Umur, Jenis Kelamin,
Ras, Faktor Keturunan, Faktor Metabolik/Endokrin, Faktor Mekanik, Diet.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Basmajian JV, Slonecker CE. In: Hardjasudarma M, editor. Grant
Anatomi Klinik. Tangerang: Binarupa aksara; 2003. p.343
2.Hoaglund, FT. 2001. Primary Osteoarthritis of the Hip: Etiology and Epidemiology.
Journal of The American Academy of Orthopedic Surgeon 9:320-327.
3. Marilynn, Doenges E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
4. Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Mukulosketal. Jakarta: EGC.5. Natadidjaja H. In: Saputra L, editor. Anamnesis dan pemeriksaan fisik penyakit dalam.
1st ed. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher; 2012. p. 30, 34, 51.
6. Universitas Pembangunan Nasional. Anatomi lutut. Available at :
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/
0810211008/BAB%20II.pdf. Accessed on April 16,2013.
7. Web MD. Census 2012. Swollen ankle and feet. Available at: http://www.webmd.com/a-
to-z-guides/swollen-ankles-and-feet. Accessed on November, 1 2012.
8. Yatim F.Penyakit tulang dan persendian. Ed.1. Jakarta: Pustaka populer obor.2006. 26-31p