makalah kontekstual

Upload: sarah-black

Post on 13-Oct-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah strategi belajar mengajar

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut terletak juga tanggung jawab guru untuk mampu mewujudkannya melalui pelaksanaan proses pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas. Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Sumber daya yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi, masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan. Pekerjaan mewujudkan maksud di atas bukan hal yang mudah dan sederhana. Tidak pula dapat dicapai dalam waktu singkat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah.Berbagai usaha telah dilakukan untuk menigkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lain, dan peningkatan mutu manajemen sekolah, namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang memadai.Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pengembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penulisan ini adalah sebagai berikut:1. Apa Pengertian Pembelajaran kontekstual ?2. Apa saja komponen-komponen pembelajaran kontekstual ?3. Bagaimana karakteristik pembelajaran kontekstual ?4. Apa tujuan dari Pembelajaran kontekstual ?5. Apa saja prinsip-prinsip dari pembelajaran kontekstual ?

1.3 Tujuan PenulisanTujuan penulisan ini adalah untuk memberitahu kepada mengenai Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL). Dimana tujuan dari pembelajaran kontekstual itu sendiri adalah untuk membekali siswa berupa pengetahuan atau skill yang lebih realistis karena inti pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal-hal yang teoritis ke yang praktis. Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang dipelajari teraplikasi dalam situasi yang nyata atau real.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Teori / Hasil PenelitianKata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks). (KUBI, 2002 : 519). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah : Sanjaya (2005), Suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sukmadinata (2004), suatu sistem atau pendekatan pembelajaran yang bersifat holistik, terdiri dari komponen yang saling terkait, apabila dilaksanakan masing-masing memberikan dampak sesuai dengan peranannya. Menurut Depdiknas (2003 : 5), Konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan perencanaan dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Secara umum, Contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan.

2.2 Pengertian Pembelajaran KontekstualPembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching Leraning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat (Nurhadi, 2004:13). CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran CTL. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja ber-sama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesu-atu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidu-pan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelaaran efektif, yakni: konstruktivisme (constructivisme), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).Jadi, pembelajaran kontekstual adalah usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata.

2.3 Komponen Pembelajaran KontekstualKomponen utama pembelajaran kontekstual di kelas antara lain :a. Kontruktivisme Kontruktivisme yaitu suatu kegiatan dimana siswa membangun pengetahuan sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang dimiliki siswa, diharapkan siswa belajar bukan hanya menghafal tetapi melalui mengalami sehingga akan bermakna. Kontruktivisme adalah proses membangun atau mrenyusun pengetahuan dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (Sanjaya, 2005:118). Pembelajaran melalui CTL pada dasarnya mendorong siswa agar bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman.b. Menemukan(Inkuiri)Menemukan yaitu suatu kegiatan dimana siswa berusaha menemukan sendiri pengetahuan bukan hasil mengingat-ingat fakta-fakta. Inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis(Sanjaya,2009:265).c. Bertanya Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (nara sumber) sebagai upaya guru dalam membimbing siswa, menggali informasi dan menilai sejauh mana kemampuan yang telah diperoleh siswa. Menurut Sanjaya, (2009:266)Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: Menggali informasi tentang kemamapuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran Membangkitkan motivasi siswa untuk belajar Merangsang kengingintahuan siswa terhadap sesuatu Memfokuskan siswa pada sesuatu yang di inginkan Membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu dalam setiap tahapan dan proses pembelajaran

Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mengembangkan teknik-teknik bertanya sangat diperlukan. Sehingga dengan teknik bertanya guru bisa mengetahui sejauh mana kemampuan yang di peroleh siswa dan guru dapat membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.d. Masyarakat Belajar Masyarakat Belajar yaitu suatu kegiatan dimana siswa memperoleh hasil belajar dari hasil belajar bekerja sama atau tukar pendapat dengan orang lain. Dalam kelas CTL penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, dilihat dari kemampuan dan kecepatan berpikirnya. Sehingga hasil belajar dapat diperoleh dari hasil sharing dengan orang lain, antar teman, anatr kelompok. Bagi yang sudah tahu memebari tahu pada yang belum tahu, yang pernah memiliki pengalaman membagi pengalamnnya pada orang lain. Dengan adanya masyarakat belajar diharapkan siswa mampu berinteraksi dengan teman satu kelompok maupun lain kelompok. Dan siswa yang belum tahu/belum paham tidak malu untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu/paham mengenai materi yang diajarkan.e. PermodelanPemodelan bisa diartikan suatu contoh nyata yang ditunjukkan guru atau orang lain bisa asli atau tiruan dan bisa berbentuk demonstrasi, pemberian contoh tentang konsep-konsep. Yang dimaksud modelling adalah poses pembelajaran dengan memeperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa.f. Refleksi Refleksi yaitu berpikir kembali apa yang telah dilakukan dan apa yang akan diperoleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Refleksi adalah proses penerapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan CTL setiap proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswanya untuk merenung atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.

g. Penilaian OtentikPenilaian yaitu suatu kegiatan pengumpulan data dari berbagai sumber yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Ketujuh komponen tersebut bisa dimasukkan ke dalam pembelajaran sesuai dengan materi yang dibahas. Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai (Majid, 2007:186)

2.4 Karakteristik Pembelajaran KontekstualDalam bagian berikut akan disampaikan beberapa karakteristik pembelajaran kontekstual yang dikemukakan beberapa ahli. Menurut Johnson (2002:24). Ada delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran Kontekstual, seperti dalam rincian berikut:1. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang belajar sambil berbuat (learning by doing).2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis atau anggota masyarakat.3. Belajar yang diatur sendiri (sell-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada hubungan dengan penentuan pilihan, dan ada produknya.4. Bekerja sama (collaborating). Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok.5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif: dapat menganalisis, memcahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti.6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya.7. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards). Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan dan memotivasi siswa untuk mencapainya.8. Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna.Pendapat lainnya yaitu Rusman (2009:248) yang memaparkan proses pembelajaran dengan menggunakan CTL harus mempertimbangkan karakteristik-karakteristik :a. kerja sama,b. saling menunjang,c. menyenangkan dan tidak membosankan,d. belajar dengan bergairah,e. pembelajaran terintegrasi,f. menggunakan berbagai sumber,g. siswa aktif,h. sharing dengan teman,i. siswa kritis guru kreatif.Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran konstekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.a. MengaitkanBelajar dalam konteks pengalaman hidup, atau mengaitkan. Guru menggunakan strategi ini ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. Kurikulum yang berupaya untuk menempatkan pembelajaran dalam konteks pengalaman hidup harus bisa membuat siswa memperhatian kejadian sehari-hari yang mereka lihat, peristiwa yang terjadi di sekitar, atau kondisi-kondisi tertentu, lalu mengubungan informasi yang telah mereka peroleh dengan pelajaran kemudian berusaha untuk menemukan pemecahan masalah terhadap permasalahan tersebut.

b. MengalamiBelajar dalam konteks eksplorasi, mengalami. Mengalami merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengelaman maupun pengetahui sebelumnya. Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan bahan-bahan dan untuk melakukan bentuk-bentuk penelitian aktif.c. MenerapkanMenerapkan konsep-konsep dan informasi dalam konteks yang bermanfaat bagi diri siswa. Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan.d. KerjasamaBelajar dalam konteks berbagi, merespons, dan berkomunikasi dengan siswa lain adalah strategi pengajaran utama dalam pengajaran kontekstual. Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari materi, juga konsisten dengan dunia nyata. Seorang karyawan yang dapat berkomunikasi secara efektif, yang dapat berbagi informasi dengan baik, dan yang dapat bekerja dengan nyaman dalam sebuah tim tentunya sangat dihargai di tempat kerja. Oleh karena itu, sanat penting untuk mendorong siswa mengembangkan keterampilan bekerja sama ini.e. MentransferBelajar dalam konteks pengetahuan yang ada, atau mentransfer, menggunakan dan membangun atas apa yang telah dipelajari siswa. Peran guru membuat bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan.

2.5 Tujuan Pembelajaran KontekstualSistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain penggunaan pembelajaran Konstekstual bermotto : Belajar dengan penuh makna. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seseorang siswa berada di dalam kelas, tetapi jauh lebih penting dari itu adalah bagaimana membawa pengalaman belajar tersebut keluar dari kelas, yaitu pada saat ia dituntut untuk menanggapi dan memecahkan permasalahan yang nyata yang dihadapi sehari-hari.

2.6 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, lang-kah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya. Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.Beberapa komponen utama dalam pembelajaran Kontekstual menurut Johnson (2000: 65), yang dapat di uraikan sebagai berikut:a. Melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections) Keterkaitan yang mengarah pada makna adalah jantung dari pembelajaran dan pengajaran kontekstual. Ketika siswa dapat mengkaitkan isi dari mata pelajaran akademik, ilmu pengetahuan alam. Atau sejarah dengan pengalamannya mereka sendiri, mereka menemukan makna, dan makna memberi mereka alasan untuk belajar. Mengkaitkan pembelajaran dengan kehidupan seseorang membuat proses belajar menjadi hidup dan keterkaitan inilah inti dari CTL.b. Melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant works) Model pembelajaran ini menekankan bahwa semua proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas harus punya arti bagi siswa sehingga mereka dapat mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sisw a.c. Belajar yang diatur sendiri (self-regulated Learning) Pembelajaran yang diatur sendiri, merupakan pembelajaran yang aktif, mandiri, melibatkan kegiatan menghubungkan masalah ilmu dengan kehidupan sehari-hari dengan cara-cara yang berarti bagi siswa. Pembelajaran yang diatur siswa sendiri, memberi kebebasan kepada siswa menggunakan gaya belajarnya sendiri.d. Bekerjasama (collaborating) Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu siswa bekerja secara efektif dalam kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi.e. Berpikir kritis dan kreatif (critical dan creative thinking) Pembelajaran kontekstual membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tahap tinggi, nerpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis adalah suatu kecakapan nalar secara teratur, kecakapan sistematis dalam menilai, memecahkan masalah menarik keputusan, memberi keyakinan, menganalisis asumsi dan pencarian ilmiah. Berpikir kreatif adalah suatu kegiatan mental untuk meningkatkan kemurnian, ketajaman pemahaman dalam mengembangkan sesuatu.f. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa (nuturing the individual) Dalam pembelajaran kontekstual siswa bukan hanya mengembangkan kemampuan-kemampuan intelektual dan keterampilan, tetapi juga aspek-aspek kepribadian: integritas pribadi, sikap, minat, tanggung jawab, disiplin, motif berprestasi, dsb. Guru dalam pembelajaran kontekstual juga berperan sebagai konselor, dan mentor. Tugas dan kegiatan yang akan dilakukan siswa harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kemampuannya.g. Mencapai standar yang tinggi (reaching high standards) Pembelajaran kontekstual diarahkan agar siswa berkembang secara optimal, mencapai keunggulan (excellent). Tiap siswa bisa mencapai keunggulan, asalkan sia dibantu oleh gurunya dalam menemukan potensi dan kekuatannya.h. Menggunakan Penilaian yang otentik (using authentic assessment) Penilaian autentik menantang para siswa untuk menerapkan informasi dan keterampilan akademik baru dalam situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik merupakan antitesis dari ujian stanar, penilaian autentik memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka sambil mempertunjukkan apa yang sudah mereka pelajari.

2.7 Peran Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Agar proses pengajaran kontekstual lebih efektif, guru perlu melaksanakan beberapa hal sebagai berikut:1. Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa.2. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara saksama.3. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam poses pembelajaran kontekstual.4. Merancang pengajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.5. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, siswa didorong untuk membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.6. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya.

Sehubungan dengan penjelasan tersebut di atas, strategi pembelajaran yang dipilih guru harus memenuhi syarat berikut:1. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran kontekstual dapat dimulai dengan suatu simulasi atau masalah nyata. Dalam hal ini, siswa menggunakan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistematik untuk menemukan dan mengungkapkan masalah atau isu-isu, dan mungkin juga menggunakan berbagai isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah. Masalah yang dimaksudkan adalah yang relavan dengan keluarga siswa, pengalaman, sekolah, tempat kerja, dan masyarakat, yang memiliki arti penting bagi siswa.2. Mengakui kebutuhan pembelajaran terjadi di berbagai konteks, misalnya rumah, masyarakat dan tempat kerja. Pembelajaran kontekstual menyarankan bahwa pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari fisik dan konteks sosial yang memungkinkan ia berkembang. Bagaimana dan di mana siswa memperoleh dan memunculkan pengetahuan selanjutnya menjadi sangat berarti, dan pegalaman belajarnya akan diperkaya jika ia mempelajari keterampilan di dalam konteks yang bervariasi (rumah, masyarakat, tempat kerja, dan keluarga). 3. Mengontrol dan mengarahkan pembelajaran siswa, sehingga mereka menjadi pembelajar yang mandiri (self-reguulated learners). Akhirnya, siswa harus menjadi pembelajar sepanjang hayat yang mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi tanpa atau dengan sedikit bimbingan, dan semakin menyadari bagaimana mereka memproses informasi, menggunakan strategi pemecaha masalah, serta memanfaatkannya. Untuk mencapai itu, melalui pengajaran kontekstual, siswa harus diperkenankan melakukan uji coba (trial and error), menggunakan waktu dan struktur materi untuk refleksi, dan memperoleh dukungan yang cukup serta bantuan untuk berubah dari pembelajar dependen menjadi pembelajaran yang independen.4. Bermuara pada keragaman konteks hidup yang dimiliki siswa. Secara menyeluruh ternyata populasi siswa sangatlah beragam ditinjau dari perbedaan dalam nilai, adat istiadat sosial, dan perspektif. Di dalam proses pembelajaran kontekstual, perbedaan tersebut dapat menjadi daya pendorong untuk belajar dan sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri. Kerjasama tim dan aktivitas kelompok belajar di dalam proses pembelajaran kontekstual sangatlah menghargai keragaman siswa, memperluas perspektif, dan membangun keterampilan interpersonal (yaitu berpikir melalui berkomunikasi dengan orang lain) (Gardner dalam Nurhadi dkk., 2003: 23).5. Mendorong siswa untuk belajar dari sesamanya dan bersama-sama atau menggunakan kelompok belajar independen (independent learning group). Siswa akan dipengaruhi dan sekaligus berkontribusi terhadap pengetahuan dan kepercayaan orang lain. Kelompok belajar atau komunitas pembelajaran akan terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama memakai pengetahuan, memusatkan pada tujuan pembelajaran, dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya. Dalam hal ini, para pendidik harus bertindak sebagai fasilitator, pelatih dan pembimbing akademik.6. Menggunakan penilaian autentik (authentic assessment). Pembelajaran kontekstual diharapkan membangun pengetahuan dan keterampilan dengan cara yang bermakna melalui pengikutsertaan siswa ke dalam kehidupan nyata atau konteks autentik. Untuk proses pembelajaran yangdemikian itu, diperlukan suatu bentuk penilaian yang didasarkan kepada metodologi dan tujuan dari pembelajaran itu sendiri, yang disebut dengan peilaian autentik. Penilaian autentik menunjukkan bahwa pembelajaran telah terjadi; menyatu ke dalam proses belajar mengajar; dan membeerikan kesempatan dan arahan kepada siswa untuk maju; dan sekaligus dipergunakan sebagai alat control untuk melihat kemajuan siswa.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran kontekstual merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.Komponen utama pembelajaran kontekstual di kelas antara lain : Kontruktivisme, Menemukan (inkuiri), bertanya, masyarakat, belajar, permodelan,refleksi, dan penilaian otentik.Kurikulum dan pengajaran yang didasarkan pada strategi pembelajaran konstekstual harus disusun untuk mendorong lima bentuk pembelajaran penting: Mengaitkan, Mengalami, Menerapkan, Kerjasama, dan Mentransfer.Sistem CTL adalah proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan jalan menghubungkan mata pelajaran akademik dengan isi kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks kehidupan sehari-hari.3.2 Saran Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning (CTL) ini diharapkan semuanya dapat menerapkan atau mengaplikasikan strategi ini dalam melaksanakan proses belajar mengajar dan dapat lebih meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan materi mata pelajaran dan pada akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKAAsikin. 2003. Pembelajaran berdasar Pendekatan Kontruktivisme dan CTL. Semarang: IKIP Semarang Press.Darsono, M. 2000. Belajar Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.Iru, La. 2012. Penerapan, Metode, Strategi, dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.Nurhadi. 2002. Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Depdiknas.Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana.http://www.m-edukasi.web.id/2011/12/pengertian-pembelajaran-kontekstual-ctl.html

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN11.1 Latar Belakang11.2 Rumusan Masalah21.3 Tujuan Penulisan2BAB II PEMBAHASAN32.1 Teori/Hasil Penelitian32.2 Pengertian Pembelajaran Kontekstual 32.3 Komponen Pembelajaran Kontekstual52.4 Karakteristik Pembelajaran Kontekstual72.5 Tujuan Pembelajaran Kontekstual92.6 Prinsip Pembelajaran Kontekstual102.7 Peran Guru dalam Pembelajaran Kontekstual12BAB III PENUTUP153.1 Kesimpulan153.2 Saran15DAFTAR PUSTAKA16

17