makalah kalazion
DESCRIPTION
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, DD, WD dan kesimpulan untuk menegakkan diagnosis kalazion.TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................2
1.2 Kasus.............................................................................................................................4
1.3 Istilah Yang Tidak Diketahui........................................................................................4
1.4 Hipotesis........................................................................................................................4
BAB 2: PEMBAHASAN
2.1 Anamnesis......................................................................................................................5
2.2 Pemeriksaan Mata..........................................................................................................6
2.3 Diagnosis Banding.........................................................................................................12
2.4 Diagnosis Kerja..............................................................................................................16
2.5 Etiologi dan Patofisiologi...............................................................................................17
2.6 Epidemiologi...................................................................................................................18
2.7 Manifestasi Klinis……………………………………………………………………...18
2.8 Penatalaksanaan..............................................................................................................19
2.9 Komplikasi.......................................................................................................................21
2.10 Prognosis.......................................................................................................................22
BAB 3: PENUTUP
Kesimpulan............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24
1 | P a g e
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Palpebra atau kelopak mata mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea. Palpebra merupakan alat
menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan
pengeringan bola mata.Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola
mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.1
Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata
dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan
kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang masuk. Kelopak mempunyai lapis kulit
yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang
disebut konjungtiva tarsal. Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya
permukaan mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos. Pada kelopak terdapat bagian-
bagian :1
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan
bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang berorigo pada anulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M. orbikularis okuli
menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat
sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk
mengangkat kelopak mata atau membuka mata.
2 | P a g e
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang kelopak
bawah oleh cabang ke II saraf ke V.
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan
eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva
merupakan membran mukosa yang mempunyai sel Goblet yang menghasilkan musin.1
Gambar 1: Anatomi Palpebra
3 | P a g e
1.2 KASUS
Seorang laki-laki 25 tahun datang ke poli umum dengan keluhan benjolan pada kelopak mata
kanan atas sejak 3 minggu yang lalu, tidak disertai nyeri dan kotoran mata serta kelopak mata
tidak merah. Pada pemeriksaan fisik: compos mentis, tanda vital dalam batas normal. Status
oftalmologis: visus OSD 20/30 PH 20/20, pada palpebra superior OD teraba massa 10 mm x
5 mm, kenyal, tidak nyeri dan immobile, OS dalam batas normal.
1.3 ISTILAH YANG TIDAK DIKETAHUI
Pinhole
Pinhole berarti lubang kecil yaitu suatu tes untuk mengetahui apakah taham penglihatan yang
terjadi akibat kelainan refraksi atau kelainan organik media penglihatan.2 Pinhole hanya
lubang sebesar 0.75 mm. Bila terdapat perbaikan tajam penglihatan dengan melihat melalui
pinhole berarti terdapat kelainan refraksi. Bila terjadi kemunduran tajam penglihatan berarti
terdapat gangguan pada media penglihatan.2
Visus
Visus atau visual acuity (VA) merupakan salah satu ukuran dari ambang penglihatan yang
akan dibicarakan pada makalah ini, oleh karena kaitannya yang erat dengan masalah refraksi.3
Kata acuity berasal dari bahasa Latin yaitu acuitas yang berarti ketajaman. Maka VA
berkenaan dengan ketajaman atau kejelasan penglihatan seseorang. VA menggambarkan
kemampuan seseorang untuk melihat dan mengidentifikasi suatu objek.3
1.4 HIPOTESIS
Laki-laki 25 tahun mempunya benjolan palpebra superior OD 10 mm x 5 mm, kenyal tidak
nyeri, immobile, tidak ada sekret, tidak merah menderita kalazion.
4 | P a g e
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 ANAMNESIS4
Penyakit pada mata bisa menimbulkan keluhan :
Gangguan atau kerusakan penglihatan
Mata merah
Mata perih
Penglihatan ganda
Mata juga merupakan jendela penting untuk mendeteksi penyakit sistemik misalnya
edema papil dan retinopati hipertensif atau diabetikum. Dapatkan anamnesis yang sangat
teliti mengenai sifat gejala pada mata. Yang paling penting adalah apakah gejala
mengenai salah satu atau kedua mata. Apakah onsetnya mendadak atau berangsur-
angsur? Adakah gejala penyerta (nyeri bola mata, nyeri kepala, sekret dan sebagainya)?4
Riwayat penyakit dahulu4
Adakah riwayat masalah penglihatan sebelumnya?
Adakah riwayat diabetes melitus?
Adalah riwayat hipertensi?
Adakah riwayat penyakit neurologis?
Pernahkah pasien menjalani terapi mata tertentu (misalnya laser)?
Obat-obatan4
Adakah riwayat pemakaian obat yang mungkin menyebabkan gejala gangguan
penglihatan atau pemakaian obat untuk mengobati penyakit mata? (misalnya tetes mata
untuk glaukoma)?
Riwayat keluarga dan sosial4
Adakah riwayat masalah penglihatan turunan dalam keluarga (misalnya
glaukoma)?
5 | P a g e
Adakah riwayat gejala gangguan mata dalam keluarga (misalnya penularan
kongjungtivitis infektif)?
Bagaimana tingkat ketidakmampuan penglihatan pasien?
Apakah pasien teregistrasi sebagai orang buta?
Pernahkah pasien menjalani adaptasi di rumah?
2.2 PEMERIKSAAN MATA4, 5
Pemeriksaan visus
Tidak semua orang mempunyai visus yang sama. Visus dipergunakan untuk menentukan
penggunaan kacamata. Visus penderita bukan saja memberi pengertian tentang optiknya
(kaca mata) tetapi mempunyai arti yang lebih luas yaitu memberi keterangan tentang baik
buruknya fungsi mata secara keseluruhan. Pemeriksaan visus merupakan pemeriksaan fungsi
mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan
mata yang mengakibatkan turunnya visus. Visus perlu dicatat pada setiap mata yang
memberikan keluhan mata.
a) Snellen Chart
Pemeriksaan visus dapat dilakukan dengan menggunakan Optotype Snellen, kartu Cincin
Landolt, kartu uji E, dan kartu uji Sheridan/Gardiner. Optotype Snellen terdiri atas sederetan
huruf dengan ukuran yang berbeda dan bertingkat serta disusun dalam baris mendatar. Huruf
yang teratas adalah yang besar, makin ke bawah makin kecil. Penderita membaca Optotype
Snellen dari jarak 6 m, karena pada jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan
beristirahat atau tanpa akomodasi. Pembacaan mula-mula dilakukan oleh mata kanan dengan
terlebih dahulu menutup mata kiri. Lalu dilakukan secara bergantian. Tajam penglihatan
dinyatakan dalam pecahan. Pembilang menunjukkan jarak pasien dengan kartu, sedangkan
penyebut adalah jarak pasien yang penglihatannya masih normal bisa membaca baris yang
sama pada kartu. Dengan demikian dapat ditulis rumus: V =D/d
V = ketajaman penglihatan (visus)
d = jarak yang dilihat oleh penderita
D = jarak yang dapat dilihat oleh mata normal
6 | P a g e
Gambar 2: Snellen Chart
Pada tabel di bawah ini terlihat visus yang dinyatakan dalam sistem desimal, Snellen dalam
meter dan kaki. Dengan Optotype Snellen dapat ditentukan tajam penglihatan atau
kemampuan melihat seseorang, seperti :
1. Bila visus 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter.
2. Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/30.
3. Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti
tajam penglihatan pasien adalah 6/50.
7 | P a g e
4. Bila visus adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter.
Tes Pin Hole dilakukan untuk membedakan apakah penglihatan yang buram disebabkan oleh
kelainan refraksi atau bukan. Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :
1. Pasien diminta duduk dengan jarak yang ditentukan (umumnya 6 meter atau 20 kaki) dari
kartu pemeriksaan
2. Tutup mata yang akan diperiksa dengan okluder Pin Hole, bila berkacamata, pasang
koreksi kacamatanya
3. Langkah selanjutnya sama dengan pemeriksaan tajam penglihatan.
4. Catat sebagai tajam penglihatan PH
b) Finger counting test
Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung
jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter. Bila pasien hanya
dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka
dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai
1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.
c) Hand movement test
Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan visus pasien yang lebih buruk daripada
1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti
visus adalah 1/300.
d) Light projection test
Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat
lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga. Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal
adanya sinar maka dikatakan penglihatannya adalah 0 (nol) atau buta total. Visus dan
penglihatan kurang dibagi dalam tujuh kategori.
8 | P a g e
Pemeriksaan Gerak Bola Mata
Test untuk otot-otot mata dan inervasinya. Test ini dilakukan dengan cara :
Pasien berada di hadapan pemeriksa dan kedua-dua matanya terbuka
Pemeriksa melakukan gerakan tangan dari 8 arah sambil melihat pergerakan bola mata ke
8 arah tersebut
Ada 6 gerakan kardinal bola mata, yaitu medial – lateral, medial atas – bawah, lateral atas –
bawah . Pada mata palsu, biasanya < dari gerakan 4 mata.
Pemeriksaan Mata Eksterna
Pasien melihat lurus ke depan maka pinggir palpebra atas akan menutupi limbus atas (pinggir
kornea) selebar 1 – 2 mm. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan segmen anterior mata yang
meliputi :
a) Palpebra
Dilakukan pemeriksaan dengan inspeksi dari segi :
posisi : entropion, ektopion
kulit : dermatochalazia, distichiasis
bulu mata : trichiasis, distichiasis
lakrimal : eversi punctum, enophthalmos
b) Konjungtiva
Dilakukan pemeriksaan fornix bawah dan eversi kelopak atas dengan cotton buds. Kelainan
yang bisa ada : pigmentasi, subconjungtiva hemorrhage, foreign body, merah, anemis.
c) Kornea
Normalnya jernih. Dilihat sama ada mempunyai kelainan : edema, sikatrik, foreign body,
erosi, laserasi, arcus senilis.
9 | P a g e
e) Camera oculi anterior (COA)
Disuluh dengan senter/penlight dari arah oblique untuk mengetahui sama ada COA pasien
dangkal atau dalam. Sekiranya terbentuk bayang : COA dangkal, jika tiada sebarang bayang,
COA dalam.
f) Iris dan pupil
Disinari dengan sinar langsung, dan diamati mata yang disinari. Diperiksa :
ukuran : 2-3 mm, miosis, dilatasi
bentuk : bundar, lonjong, irregular
reaksi cahaya : direk-konsensual (+ +) (+ -) (- -)
g) Lensa mata
Normalnya jernih. Kekeruhan lensa mata disebut katarak, kelainan lensa mata bisa terjadi
luksasio atau subluksasio lensa. Dilakukan Shadow Test yaitu test khas untuk pasien yang
diduga menderita katarak dengan disuluh cahaya ke arah lensa mata. Shadow Test (+) pada
immature cataract dan (-) pada mature cataract.
Tonometri
Ini adalah pemeriksaan tekanan bola mata. Bisa dijalankan dengan 3 cara yaitu sama ada
secara digital (dengan jari), shiotz atau aplanasi (dengan fluorescen). Tonometri digital
dilakukan dengan cara :
Meminta pasien melihat ke bawah, tidak memejamkan mata.
Meletakkan jari tengah di rima orbita superior, jempol di pipi, kedua jari telunjuk
menekan sklera.
Membandingkan dengan mata sebelah pasien dan mata pemeriksa (syaratnya mata
pemeriksa harus normal) sambil dibandingkan dengan :
-hidung /lidah di pipi (normal) : N
-bibir (hipotoni) : N-/N--/N---
-dahi (hipertoni) : N+/N++/N+++
10 | P a g e
Tes Konfrontasi
Ini adalah pemeriksaan lapang pandang mata. Sebenarnya lapang pandang mata dapat
diperiksa dengan 3 cara :
- Goldman Perimetri
- Layar Tangen Screen
- Tes Konfrontasi
Tes Konfrontasi dengan menggunakan tangan pemeriksa dan tekhnik paling mudah. Dalam
tes ini pasien duduk atau berdiri kurang lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa. Jika kita
hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri pasien harus ditutup, misalnya dengan
tangannya pemeriksa harus menutup mata kanannya. Kemudian pasien disuruh melihat terus
pada mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu melihat ke mata kanan pasien. Setelah
pemeriksa menggerakkan jari tangannya dibidang pertengahan antara pemeriksa dan pasien
dan gerakan dilakukan dari arah luar ke dalam. Jika pasien mulai melihat gerakan jari – jari
pemeriksa , ia harus memberitahu, dan hal ini dibandingkan dengan pemeriksa, apakah iapun
telah melihatnya. Bila sekiranya ada gangguan lapang pandang (visual field) maka pemeriksa
akan lebih dahulu melihat gerakan tersebut. Gerakan jari tangan ini dilakukan dari semua
jurusan dan masing masing mata harus diperiksa.
Funduskopi
Pemeriksaan segmen posterior. Dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop. Funduskopi
dilakukan dengan tujuan menentukan adanya miopi, hipermetropi, atau emetropi;
pengamatan retina dan pengamatan papil nervus optik.
Perhatikan posisi atau sikap pasien dan pemeriksa serta kondisi opthalmoskop. Pasien dapat
periksa dengan posisi duduk atau berbaring. Periksa terlebih dahulu lampu dan baterai
opthalmoscop baik dan lensa yang ditempatkan diantara lubang pengintai dan lubang
penyorot adalah berdioptri nol bila pasien emetrop (normal). Sebelum dilakukan pemeriksaan
funduskopi kamar periksa digelapkan terlebih dahulu.
Pemeriksa memegang optalmoskop dengan tangan dominan. Tangan yang lainnya diletakkan
diatas dahi pasien dengan tujuan sebagai fiksasi terhadap kepala pasien. Kemudian si
11 | P a g e
pemeriksa menyandarkan dahinya dorsum manus pada tangan yang memegang dahi pasien,
sehingga mata pasien dan mata pemeriksa berhadapan satu sama lain. Selanjutnya
sipemeriksa menempatkan tepi atas teropong optalmoskop dengan lubang pengintai diatas
alis. Setelah lampu oftalmoskop dinyalakan, pemeriksa mengarahkan sinar lampu itu ke pupil
pasien. Selama funduskopi dilakukan, pasien diminta untuk mengarahkan pandangan
matanya jauh kedepan. Bila pandangan itu diarahkan ke sinar lampu, sinar lampu akan
dipantulkan oleh fovea sentralis ke lubang teropong dan fundus mata sukar mata sukar
terlihat.
Gambar 3: Funduskopi atau Ophthalmoscopy
2.3 DIAGNOSIS BANDING8,9,10
Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum yang
biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak biasanya sembuh
sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Terdapat dua bentuk hordeolum yaitu:
Hordeolum internum
merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus
memberikan penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal
biasanya berukuran lebih besar dibanding hordeolum eksternum
12 | P a g e
Hordeolum eksternum
merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
memberikan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
nanah dapat keluar dari pangkal rambut
Gambar 4: Hordeolum externum
Hordeolum/stye/bintitan terjadi karena adanya infeksi bakteri pada satu atau lebih kelenjar
kelopak mata, ditandai dengan terbentuknya abscess focal. Apabila banyak kelenjar kelopak
mata yang terinfeksi pada waktu yang sama maka disebut hordeolosis. Jika mengenai
kelenjar zeis dan moll maka disebut external hordeolum dan jika mengenai kelenjar
meiboiman disebut internal hordeolum. Hordeolum merupakan suatu abses di dalam kelenjar
tersebut. Penyebab utamanya adalah bakteri staphylococcus aureus. Gejala yang muncul
adalah adanya benjolan berwarna kemerahan pada kelopak mata, nyeri bila ditekan, hangat,
bengkak. Hordelum biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 minggu.
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga sukar
diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preautikel biasanya turut membesar. Sering
hordeolum ini membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.
Untuk mempercepatkan peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari
selama 10 menit sampai nanah keluar. Pengangkat bulu mata dapat memberikan jalan untuk
drainase nanah. Diberikan antibiotik lokal terutama bila berbakat untuk rekuren atau
terjadinya pembesaran kelenjar preaurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250
mg atau 125-250 mg dikloksasilin 4 kali sehari, dapat juga diberi tetrasiklin. Bila terdapat
13 | P a g e
infeksi stafilokokus di bagian tubuh lain maka sebaiknya diobati juga bersama-sama. Pada
nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi. Pada hordeolum internum
dan hordeolum eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses dengan
fluaktuasi terbesar.
Karsinoma8,9,10
Karsinoma sel basal adalah keganasan yang berasal dari sel nonkeratosis yang berasal dari
lapisan basal epidermis. Karsinoma sel basal merupakan bentuk tumor ganas tersering.
Karsinoma sel basal merupakan keganasan palpebra terbanyak yaitu 90% dari keganasan
palpebra. Paling sering mengenai pinggir bawah palpebra (50-60%) dan dekat kantus medial
(25-30%), serta jarang mengenai palpebra superior (15%) dan kantus medial (5%).
Karsinoma sel basal lebih sering mengenai orang berkulit putih/ terang, danlebih sering
mengenai laki-laki daripada perempuan (3:2). Berkembang lambat tidak sakit bisa
membentuk nodul yang berkembang menjadi uleratif. Jarang metastase.
Radiasi sinar ultraviolet (UV) merupakan faktor utama penyebab karsinoma sel basal.
Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya karsinoma sel basal. Faktor genetic juga
memegang peranan seperti defek pada replikasi DNA repair yang diturnkan pada xeroderma
pigmentosa.
Gambar 5: Adenocarsinoma
14 | P a g e
Tumor ini berasal dari sel epidermal pluripotensial atau dari epidermis/
adneksanya. Radiasi telah terbukti menyebabkan pembentukan tumor melalui dua
mekanisme. Mekanisme pertama meliputi inisiasi dan prolong seluler proliferasi, yang
menyebabkan terjadi peningkatan kesalahan transkripsi yang dapat mengakibatkan
transformasi seluler.
Mekanisme kedua yaitu kerusakan langsung replikasi DNA, yang menyebabkan mutasi sel
yang mengaktifkan proto-onkogen atau deaktivasi tumor supresor gen. Mutasi dari p53
(overekspresi gen p53) merupakan kelainan yang terjadi pada genetic danmenjelaskan
pathogenesis karsinoma sel basal. Zhang et al menunjukkan bahwa paparan
sinar UV spesifik dapat mengubah nukleotida dari 2 tumor supresor gen yaitu
p53 dan PTCH, yang mempengaruhi onset dini karsinoma sel basal. Secara imunologi,
mekanisme paparan radiasi UV menyebabkan perkembangan dari karsinoma sel basal
melalui supresi sistem imun kulit dan tidak responsifnya sistem imun terhadap tumor kulit.
Efek lokalnya berupa penurunan dari sel Langerhans, sel dendritik, T-epidermal, T-helper.
Lebih lanjut proliferasi T-suppresor sel dan pelepasan factor imunosupresi (tumor necrosis
factor-a, interleukin-1, prostaglandin, interleukin-10) diyakini sebagao agen patogenik dalam
perkembangan karsinoma palpebra.
Pasien sering datangdengan keluhan ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan mudah
berdarah dengan trauma ringandan sering tidak nyeri. Diagnosis dini keganasan di
kulit merupakan hal yang sangat penting, maka hendaknyakecurigaan akan adanya
keganasan sudah timbul bila dari anamnesis ditemukan rasa gatal/nyeri, perubahan warna
(gelap,pucat dan terang), ukurannya membesar, pelebarannya tidak merata ke
samping, permukaan tidak rata, trauma, perdarahan (walaupun kerana trauma
ringan), ulserasi/infeksi yang sukar sembuh).
Adanya gejala objektif berupa tidak berambut, berwarna suram (waxy, seperti
mutiara,translusen), permukaan tidak rata, cekung di tengah dengan pinggir agak menonjol,
penyebaranwarna tidak homogen, teleangiktasis juga perlu dicurigai adanya keganasan.
Sangat sulit membedakan bentuk dini karsinoma sel basal, sel skuamosa mahupun melanoma
maligna.
15 | P a g e
Biopsi penting untuk mengkonfirmasi karsinoma sel basal. Biopsi insisi onal dapat digunakan
untuk konfirmasi umor yang diduga merupakan keganasan. Bagian yang dilakukan biopsi
harus difoto atau digambar karena bagian tersebut dapat sembuh dengan baik
sehingga lokasi asal tumor sulit ditentukan untuk pengangkatan tumor.
Ada beberap prinsip dalam penatalaksanaan kanker kulit. Yang pertama,
identifikasi orang beresiko tinggi untuk pencegahan dan surveilens. Karena
penyebab utama karsinoma sel basal adalah kombinasi kulit yang berpigmentasi
sedikit dan paparan sinar matahari, pasiendengan kulit terang dan tinggal, bekerja atau
bermain di bawah matahari beresiko tinggi. Paparan sinar matahari yang tidak perlu dan
berlebihan harus dihindari, bahkan pada anak-anak. Pasien dewasa dengan
riwayat diatas harus diperiksa secara rutin. Semua kanker kulit berawal
dariuku ran yang kec i l dan t e r l e t ak supe r f i c i a l dan mudah d i s embuhkan .
Prinsip kedua dalam mengobati kanker kulit adalah menghilangkan lesi secara
total. Me tode t e r ap i yang s e r i ng digunakan yaitu: eksisi bedah,
bedah mikrografi Mohs, dan terapi radiasi. Prinsip terapi ketiga yaitu follow-up
dengan 2 alasan. Pertama, rekurensi lesi local harus didiagnosa secepat mungkinuntuk
pengobatan yang efektif. Kedua, pasien dengan karsinoma memiliki resiko tinggi
terkenatumor kulit lainnya.
2.4 DIAGNOSIS KERJA
Kalazion8,9
Kalazion merupakan peradangan kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada kalazion terjadi
penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis
kelenjar tersebut.
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemi, tidak ada
nyeri tekan dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan
refraksi pada mata tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya
akibat diabsorpsi.
16 | P a g e
2.5 ETIOLOGI & PATOFISIOLOGI
Etiologi8
Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada orifisium kelenjar atau karena
adanya hordeolum. Kalazion dikaitkan dengan seborrhea, blefaritis kronik, dan akne rosasea.
Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan dengan terjadinya
kalazion.
Patofisiologi7, 8
Produk-produk hasil pemecahan lipid (lemak), mungkin dari enzim-enzim bakteri yang
berupa asam lemak bebas, mengalami kebocoran dari jalur sekresinya memasuki jaringan di
sekitarnya dan merangsang terbentuknya respon inflamasi. Massa yang terbentuk dari
jaringan granulasi dan sel-sel radang ini membentuk kalazion. Hal ini dapat membedakan
kalazion dari hordeolum, yang merupakan reaksi radang akut dengan leukosit PMN dan
nekrosis disertai pembentukan pus. Namun demikian, hordeolum dapat menyebabkan
terbentuknya kalazion, dan sebaliknya.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan nodul tunggal yang tidak lunak yang terdapat di
dalam palpebra, berbeda dari hordeolum yang terdapat lebih superfisial. Pada pembalikan
kelopak mata mungkin dapat ditemukan pembesaran kelenjar Meibom dan penebalan kronis
pada kelenjar yang berkaitan.
Gambar 6 : Kalazion
17 | P a g e
Kerusakan lipid mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan karena enzim dari
bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi. Proses granulomatous
ini yang membedakan antara kalazion dengan hordeolum interna dan eksternum (terutama
proses piogenik yang menimbulkan pustul) walaupun kalazion dapat menyebabkan
hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal (jarang multipel) yang agak
keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal. Eversi palpebra mungkin
menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.
2.6 EPIDEMIOLOGI8
Kalazion trejadi pada semua umur, sementara umur yang ekstrim sengat jarang, kasus
pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi sebaseous dan
viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa pubertas dan selama
kehmilan.
2.7 MANIFESTASI KLINIS2,7,9
Pada awalnya, kalazion tampak dan terasa seperti hordeolum, kelopak mata membengkak,
nyeri dan mengalami iritasi. Beberapa hari kemudian gejala tersebut menghilang dan
meninggalkan pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh secara
perlahan. Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan atau abu-abu.
Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada palpebra baru-baru ini,
diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah, pembengkakan, perlunakan). Seringkali
terdapat riwayat keluhan yang sama pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki
kecenderungan kambuh pada individu-individu tertentu.
Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah kelenjar Meibom
terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan dari saluran kelenjar Meibom
juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar Meibom. Kondisi ini tampak dengan
penekanan pada kelopak mata yang akan menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta
gigi, yang seharusnya hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak.
18 | P a g e
Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di kulit (seperti
komedo, wajah berminyak). Juga mungkin terdapat akne rosasea berupa kemerahan pada
wajah (facial erythema), teleangiektasis dan spider nevi pada pipi, hidung, dan kulit palpebra.
Antaranya :
a) benjolan pada kelopak mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
b) pseudoptosis
c) kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk
bola mata akibat tekannanya sehingga terjadi klainan refraksi pada mata tersebut.
2.8 PENATALAKSANAAN9,10
Kalazion yang kecil dan tanpa disertai nyeri dapat diabaikan. Pengobatan secara konservatif
seperti pemijatan pada palpebra, kompres hangat, dan steroid topikal ringan biasanya dapat
berhasil dengan baik. Pada sebagian besar kasus, pembedahan hanya dilakukan bila
pengobatan selama berminggu-minggu tidak membuahkan hasil. Sebagian besar kalazion
berhubungan dengan kalazion lain yang berlokasi di bagian yang lebih dalam dari palpebra.
Isi dari kalazion marginalis murni akan menyatu bila 2 buah kapas didorong ke arah tepi
palpebra dari kedua sisinya. Jika isi kalazion tidak dapat dikeluarkan, lakukan insisi distal
kalazion dan isinya dikerok.
Penatalaksanaan dari kalazion terinfeksi (misalnya hordeolum interna) meliputi pemanasan,
serta antibiotik topikal dan atau sistemik. Pada beberapa kasus mungkin diperlukan insisi dan
drainase. Yang dikeluarkan hanyalah pus, kuretase atau kerokan yang berlebihan dapat
memperluas infeksi dengan rusaknya jaringan. Steriod topikal diperlukan untuk mencegah
terjadinya reaksi peradangan kronis yang dapat menimbulkan sikatrik.
Terapi Bedah
Drainase dilakukan melalui tindakan insisi dan kuretase transkonjungtival. Sebelumnya
19 | P a g e
diberikan anestesi lokal infiltrasi, atau dapat juga dengan menggunakan anestesi topikal
berbentuk krim untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien anak-anak.
Gunakan klem kalazion untuk membalikkan kelopak mata dan untuk mengontrol perdarahan.
Lakukan insisi vertikal dengan pisau tajam, tidak kurang dari 2-3 mm dari tepi palpebra.
Hindari perforasi pada kulit. Kerok isi kalazion, termasuk batas kantongnya. Lakukan
penekanan selama beberapa menit untuk menghentikan perdarahan. Balut luka selama
beberapa jam.
Jika sebelumnya pernah dilakukan drainase eksternal, maka dianjurkan pendekatan eksternal.
Buat insisi horisontal, sedikitnya 3 mm dari tepi palpebra pada daerah lesi. Jangan sampai
melukai jarinagn yang sehat. Setelah perdarahan berhenti, lakukan penjahitan yang sesuai.
Penyatuan yang baik antara kulit dan konjungtiva memerlukan perencanaan yang baik
mengenai lokasi sayatan guna mencegah pembentukan fistula. Kauterisasi dengan fenol atau
asam trikloroasetat setelah insisi dan drainase dapat mencegah terjadinya kembali kalazion.
Gambar 7: Perawatan Bedah Kalazion
Kalazion yang besar, atau yang dibiarkan berlangsung lama, serta kalazion yang mengalami
fibrosisi luas mungkin membutuhkan eksisi yang lebih besar, termasuk pengangkatan
sebagian lempeng tarsal. Kalazion multipel harus disayat dengan hati-hati agar tidak terjadi
deformitas luas pada palpebra, sehingga memungkinkan lempeng tarsal sembuh tanpa
meninggalkan celah.
20 | P a g e
Suntikan kortikosteroid lokal intralesi (0,5-2 mL triamsinolon asetonid 5 mg/mL) daapt
diberikan dan diulang dalam 2-7 hari.
Medikamentosa
Terapi dengan pengobatan jarang diperlukan, kecuali pada rosasea, mungkin dapat diberikan
tertrasiklin dosis rendah selama enam bulan. Dosisnya adalah Doksisiklin tablet 100
mg/minggu selama 6 bulan mungkin dapat menimbulkan perubahan biokimiawi, yaitu
pembentukan asam lemak rantai pendek yang dibandingkan dengan produksi asam lemak
rantai panjang lebih jarang menimbulkan sumbatan pada mulut kelenjar. Meskipun nampak
bernanah, antibiotik topikal tidak berguna pada kondisi ini, karena kalazion tidak infeksius.
Tetrasiklin sistemik dapat berguna. Namun pemberian tetes mata lokal malah akan dapat
menyebabkan dermatitis kontak daripada membantu. Steroid topikal daapt sangat membantu
untuk mengurangi peradanagn dan mengurangi edema, membantu proses drainase.
Antibiotik, tidak memiliki indikasi untuk pengobatan infeksinya. Efek yang signifikan dapat
diperoleh dengan pemberian jangka panjang tetrasiklin dosis rendah. Kortikosteroid,
memiliki sifat anti inflamasi namun dapat menyebabkan efek metabolik.
Nonmedikamentosa
Konsul kepada dermatologis mungkin dapat berguna untuk membantu mengatasi rosasea
serta disfungsi sebasea.
Kebiasaan sehari-hari seperti tidur cukup, pajanan sinar matahari tidak terlalu sering, olah
raga, dan udara segar mungkin dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kebersihan kulit dan
kelenjar-kelenjar yang terdaapt pada palpebra. Stress sering dikaitkan dengan kejadian
kalazion berulang, meskipun peranannya sebagai penyebab belum dapat dibuktikan.
2.9 KOMPLIKASI8,9
Drainase marginal kalazion dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan, trikiasis, dan
hilangnya bulu mata. Pada penderita kalazion dapat terjadi astigmatisma jika massa palpebra
21 | P a g e
mencapai bagian kornea. Kalazion yang didrainase secara tidak sempurna dapat
megakibatkan timbulnya massa besar terdiri dari jaringan granuloma yang jatuh ke
konjungtiva atau kulit.
Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang sama meskipun telah
dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus dipertimbangkan adanya suatu keganasan
berupa karsinoma sel sebasea. Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan.
Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan. Sedangkan insisi yang
terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan jarinagn parut.
Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya pigmentasi pada kulit. Pada
pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat menimbulkan peningkatan tekanan intra
okular.
2.10 PROGNOSIS8,9
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali timbul
lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang kurang baik.
Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun
sering terjadi peradangan akut intermiten.
22 | P a g e
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulannya, hipotesis diterima yaitu laki-laki 25 tahun mempunya benjolan palpebra
superior OD 10 mm x 5 mm, kenyal tidak nyeri, immobile, tidak ada sekret, tidak merah
menderita kalazion. Kalazion jika dirawat dengan baik, bisa sembuh seperti biasa semula
cuma kalau rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis dan
kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampak atipik perlu dibiopsi untuk
menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra
sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat
menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus di atas konjungtiva atau kulit.
23 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Chalazion. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhealth/PMH0002001/,
13 Maret 2012.
2. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta; Balai Penerbit
FKUI: 2010
3. Visual acuity. Diunduh dari
http://www.qitepscience.org/resources/artikel/Refraksi.pdf, 13 Maret 2012.
4. Jonathan Gleadle. At a glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta; Erlangga
Medical Series: 2007
5. S.M.Lumbantobing. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta; Balai
Penerbit FKUI: 2010
6. Mark H.Swartz. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
EGC: 2003
7. Lump in eyelid. Diunduh dari http:// www. emedicinehealth.com/
chalazion_lump_in_eyelid/article_em.htm, 13 Maret 2012.
8. Mitchell, Kumar, Abbas, Faousto. Buku Saku Patologis Penyakit Robbins & Cotran.
Edisi ke-7. Jakarta; Penerbit ECG: 2009
9. Hordeolum and chalazion. Diunduh dari http:// www. tanyadokter. com/ disease.asp?
id=1001124, 13 Maret 2012.
10. Danial G. Vaughan, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. Oftalmologi Umum. Edisi 14.
Jakarta; Penerbit Widya Medika: 2003.
24 | P a g e