makalah gupres2

19
Rohimah, S.Pd 1 PENGESAHAN Makalah dengan judul “Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan,” sebagai salah satu syarat guna mengikuti Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kotamadya ................. Tahun 2014 ini telah diperiksa dan disahkan: Di : .............................. Pada tanggal : April 2014 Memeriksa/menyetujui, Kepala Sekolah ...................................................... NIP.

Upload: muhammad-fajri

Post on 29-Jul-2015

229 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 1

PENGESAHAN

Makalah dengan judul “Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian,

Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan,” sebagai salah satu syarat

guna mengikuti Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kotamadya .................

Tahun 2014 ini telah diperiksa dan disahkan:

Di : ..............................

Pada tanggal : April 2014

Memeriksa/menyetujui,

Kepala Sekolah

...................................................... NIP.

Page 2: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan segala

hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat dirasakan betapa indah karunia

dan anugerah-Nya sampai dapat saya selesaikan karya sederhana tiada

arti namun penuh makna ini.

Penulisan makalah sangat sederhana ini saya susun dan

kembangkan untuk memberikan gambaran ringkas mengenai bagaimana

seorang guru yang memiliki prestasi dapat berperan aktif dalam

mengembangkan dan meningkatkan proses pendidikan di Indonesia

umumnya dan berperan aktif dalam proses pendidikan yang bermuara

pada proses pembelajaran di kelas pada satuan pendidikan masing-

masing. Selain itu, makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat

dalam pemberkasan lomba guru prestasi tingkat Kotamadya Depok tahun

2014.

Baik dalam penyusunan maupun penulisan makalah ini, saya sangat

menyadari masih banyak kekurangan bahkan kesalahan baik secara

teknis dalam hal penulisan dan pengejaan maupun non-teknis seperti

penggunaan makna dan istilah yang kurang tepat. Oleh karenanya, saya

sangat membuka diri untuk menerima kritik, saran, dan masukan yang

bersifat membangun demi sempurnanya karya sangat sederhana secara

khususnya dan kemajuan pendidikan pada umumnya.

Saya mengucapkan terima kasih tiada terhingga kepada seluruh

pihak yang telah membantu proses penyelesaian karya sangat sederhana

ini sehingga dapat dibaca dan insyaAllah menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan kita bersama.

....................... , 21 April 2014

Penulis

Page 3: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 3

DAFTAR ISI

Pengesahan i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

BAB I Pendahuluan 1

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Rumusan Masalah 4

D. Tujuan Penulisan 4

BAB II Menjadi Guru Adalah Pengabdian, Menjadi Guru

Berprestasi Adalah Kebanggaan

5

A. Profesi Guru Sebagai Pengabdian 5

B. Guru yang Berprestasi 8

BAB III Penutup 12

A. Kesimpulan 12

B. Saran 13

Daftar Pustaka 14

Riwayat Penulis 15

Page 4: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 4

MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN,

MENJADI GURU BERPRESTASI ADALAH

KEBANGGAAN

(Dibuat Sebagai Salah Satu Persyaratan Berkas Administratif Dalam

Lomba Guru Berprestasi Tingkat Kota ..................... Tahun 2014)

Oleh :

..............................................

NIP. 1971 0713 200604 2 010

(SDN ....................................)

DINAS PENDIDIKAN KOTA ............................

TAHUN 2014

Page 5: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkaca pada pendidikan dunia, ketika masyarakat dunia saat ini

sudah mempersiapkan diri menghadapi derasnya arus globalisasi dan

perubahan yang setiap saat mengintai di segala aspek kehidupan.

Banyaknya media yang kurang bersahabat dengan tujuan proses

pendidikan menjadikan peran serta guru baik di dalam satuan pendidikan

maupun di masyarakat menjadi posisi sentral yang kadang dianggap

antara ada dan tiada. Hal itu merupakan pokok perkara bahwa guru

merupakan sebuah pengabdian tiada henti dan tiada batas. Seseorang

dianggap sebagai guru bukan hanya ketika mengenakan seragam di

dalam satuan pendidikan, ketika seragam ditanggalkan tetap saja predikat

guru itu melekat di dalam diri seorang guru, bahkan ketika sudah pensiun

sekalipun. Oleh karenanya, wajar pemerintah memberikan posisi yang

tinggi bahwa guru merupakan jabatan profesi sebagaimana tersurat pada

Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen.

Sebuah pengabdian telah menjadi keharusan bagi profesi guru. Hal

ini menjadi sebuah kesepakatan yang tanpa disadari masyarakat. Hal

tersebut dapat dirasakan manakala terjadi hal-hal di luar batasan normal

yang akan menimbulkan efek sangat besar bahkan akan memunculkan

sanksi moral bila terjadi kesalahan. Segala tingkah laku akan menjadi

sorotan, setiap pembicaraan menjadi acuan, setiap yang melekat menjadi

panutan di dalam masyarakat. Itulah mengapa menjadi seorang guru yang

sebenar-benarnya tidak semudah isapan jempol. Dengan demikian,

menjadi seorang guru ibarat menjadi trendsetter di masyarakat, layaknya

artis yang sedang naik daun dan hangat dibicarakan di berbagai media

yang ada setiap waktu. Ketika kita berbuat baik, hanya beberapa kalangan

yang akan mengetahui dan mengakui serta memuji tindakan kita. Namun,

ketika seorang guru melakukan perbuatan yang dianggap menyimpang

Page 6: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 6

dari moral dan kaidah yang ada, maka tercorenglah muka dunia

pendidikan secara luas sekalipun hanya satu oknum yang melakukan

perbuatan tidak sewajarnya tersebut.

Pada prosesnya, menjadi seorang guru yang mengabdi bukanlah

perkara mudah untuk mengimplementasikannya. Perkembangan proses

kehidupan sekarang yang membuat profesi guru menjadi pilihan juga

bukan semata untuk menjadi seorang pengabdi semata. Banyak diantara

guru yang ada (atau yang baru bahkan akan menjadi) memiliki keinginan

kuat untuk menjadi guru bukan karena pengabdian semata, tetapi karena

gaji dan tunjangan yang luar biasa diberikan oleh pemerintah. Hal tersebut

tentunya memang sudah sewajarnya, namun apabila ketika seorang guru

melaksanakan tugas pokok, dan fungsi jabatannya karena mengejar

tunjangan semata akan rusaklah proses pendidikan yang dilakukannya.

Pada sisi ini terjadi dilema antara pengabdian dan keinginan (hobi),

kebiasaan, dan tuntutan hidup seorang guru di dalam masyarakat. Maka

akan timbul pertanyaan di benak kita bagaimana seorang guru sebagai

pengabdian di masyarakat di satu pihak dan guru sebagai profesi yang

hanya terbatas dalam profesionalisme kerja di pihak lainnya.

Perkembangan jaman telah menuntut manusia untuk mengikuti

putaran roda jaman ini sehingga hal-hal baru banyak bermunculan baik

dari segi moral, sikap, bahasa, ilmu pengetahuan, gaya hidup dan lain

sebagainya. Misalnya dengan perkembangan IT yang semakin canggih

memudahkan siswa mampu mengakses apapun, dengan berbagai pola

pula mereka mampu menghindari (menyembunyikan file-file tertentu) dari

orang tua maupun guru. Pada fase inilah guru harus mempu mengikuti

perkembangan sekaligus dapat menempatkan diri sebagai filter pembeda

hal baru itu. Maka dengan tututan ini totalitas dan profesionalisme adalah

mutlak harus dimiliki seorang guru.

Page 7: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 7

Penghargaan masyarakat terhadap guru haruslah timbul karena

perbuatan guru itu sendiri.1 Walaupun demikian, tentunya tidak serta

merta guru ketika melakukan kesalahan langsung dinilai buruk di

masyarakat, masyarakat yang arif sebaiknya mampu menerima dan

membantu guru tersebut dalam memperbaiki sikap maupun kesalahannya

karena tanggung jawab dan tugas dalam proses pencerdasan generasi

mendatang. Dengan demikian, untuk memperbaiki dan meningkatkan

taraf pendidikan secara umum terhadap anak-anak kita saat ini,

diperlukan sinergi berkesinambungan antara masyarakat, masyarakat,

maupun para guru, dan tentunya satuan pendidikan sebagai pencetak

generasi penerus bangsa ini.

Guru profesional dan berprestasi adalah gambaran ideal dalam

dunia pendidikan modern. Namun untuk mencapai kondisi ini apa yang

harus kita punya, bagaimana kita bisa mencapai pada tahap ini, dan untuk

apa itu semua.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan runtut pada latar belakang, maka beberapa

pokok permasalahan yang menjadi pembahasan dalam makalah ini antara

lain:

1. Perkembangan profesi guru saat ini

2. Kemajuan teknologi yang berkembang di masyarakat menjadi

tantangan tersendiri bagi guru dalam mengelola kelas dan

perkembangan pembelajaran

3. Pandangan masyarakat umumnya terhadap profesi guru saat ini

4. Tidak mudahnya menjadi guru ideal sesuai harapan masyarakat

5. Menjadi guru profesional dan berprestasi merupakan gambaran

ideal untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

1 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya: 2007), h. 139.

Page 8: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipetakan sebelumnya

pada pemaparan latar belakang, berikut rumusan masalah yang akan

dipaparkan dalam makalah sederhana ini:

1. Mengapa profesi guru menjadi pengabdian?

2. Indikator apa yang dapat dijadikan sebagai guru berprestasi?

3. Bagaimana menjadi guru yang berprestasi dalam peningkatan

proses pendidikan?

D. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menggali lebih

dalam mengenai profesi guru sebagai jabatan profesional dalam satuan

pendidikan di Indonesia. Selain itu, penulisan makalah ini juga untuk

memenuhi salah satu persyaratan administratif lomba guru berprestasi

tingkat Kotamadya Depok tahun 2014.

Page 9: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 9

BAB II

MENJADI GURU ADALAH PENGABDIAN, MENJADI GURU

BERPRESTASI ADALAH KEBANGGAAN

A. Profesi Guru Sebagai Pengabdian

Dalam Undang-undang Nomor 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional dinyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota

masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang

penyelenggaraan pendidikan di mana di dalamnya termasuk pendidik.2

Sedangkan, pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi

sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,

instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai kekhususannya, serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.3 Dengan demikian,

guru sebagai bagian dari pendidik merupakan sebuah jabatan tenaga

kependidikan yang berasal dari orang-perorangan dari unsur masyarakat

yang memiliki kriteria tertentu yang memenuhi standar kualifikasi sesuai

yang dipersyaratkan sehingga dapat menjalankan kewajibannya sebagai

guru di satuan pendidikan.

Menjadi seorang guru bukan hanya sebatas sebagai pengajar yang

berperan hanya sebatas transfer of knowledge namun lebih dari itu.

Seorang guru tidak sebatas hanya memberikan berbagai ilmu yang

diperlukan siswa sebagai bekal untuk kehidupannya kelak, namun lebih

kepada bagaimana membentuk dan mengembangkan sikap dan watak

siswa itu sendiri agar dapat menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter

kuat sehingga dapat membangun dan memajukan peradaban bangsa ini

nantinya. Oleh karenanya, penting bagi kita sebagai seorang guru untuk

mengerti dan memahami peran dan fungsi seorang guru yang tidak hanya

sebatas tutor di sebuah lembaga bimbel yang berusaha untuk

2 Tim Penyusun, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: CV. Mitra Karya, 2003), h. 3. 3 Ibid., h. 3.

Page 10: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 10

memberikan terobosan dalam menjawab dan menyelesaikan soal teoretis

tanpa menanamkan nilai-nilai kebaikan.

Seorang guru yang baik adalah guru yang mampu mengejar dan

mewujudkan cita-cita mulia bangsanya, dengan cara melaksanakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada

masyarakat dan merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,

serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran dan meningkatkan serta mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Seorang guru yang baik mampu mengembangan pembelajaran yang

bermutu dan optimal sesuai afiliasi tujuan pendidikan dan potensi yang

dimiliki oleh siswa. Pembelajaran sebagai sebuah proses identiknya

merupakan rangkaian proses pembelajaran yang dimulai dari

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Idealnya,

seorang guru mampu menyusun dan mengembangkan perencanaan

pembelajaran yang mudah dipahami dan dimengerti namun dapat

mengoptimalkan proses pembelajaran di kelas. Adapun pada

pelaksanaannya, guru dapat mengembangan dan mengimplementasikan

berbagai metode pembelajaran secara optimal dan memanfaatkan

berbagai media yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari

sehingga siswa benar-benar merasakan meaningfull learning dan

mendapat pengetahuan melalui pengalaman belajarnya. Adapun proses

penilaian yang ideal dapat dianalogikan dengan cara mengukur yang

benar, ketika kita akan mengukur panjang tidak mungkin kita

menggunakan timbangan neraca karena idealnya adalah menggunakan

penggaris ataupun alat ukur lain yang memiliki satuan meter dan

konversinya. Penilaian yang baik hendaknya mampu mengembangkan

prinsip authentic assesment sebagaimana analogi tersebut.

Guru yang baik menyesuaikan kondisi siswa bukan siswa yang

menyesuaikan kondisi guru sebagai sebuah pengabdian cerminan dari

Page 11: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 11

penjabaran dari keempat kompetensi seorang guru. Kompetensi

kepribadian adalah kemampuan kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta

menjadi teladan bagi peserta didik. Kompetensi pedagogik, profesional,

dan sosial yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran pada akhirnya akan lebih banyak ditentukan oleh

kompetensi kepribadian yang dimilikinya.4 Tidak jarang guru yang

mempunyai kemampuan yang mumpuni secara pedagogis dan

profesional dalam mata pelajaran yang diajarkan, tetapi implementasinya

dalam pembelajaran kurang optimal.Hal ini dapat terjadi karena kurangnya

adanya rasa pengabdian guru dalam menjalankan tugasnya. Dengan

demikian, agar tercipta peserta didik yang memiliki kecerdasan tinggi dan

kemampuan psikososial baik dan optimal sebagai penerus generasi

bangsa nantinya guru harus siap mengabdi sepenuh hati.

Lickona sebagai pemerhati dalam pengembangan karakter dan

moral menyatakan bahwa the teacher as caregiver, model, and mentor.5

Sebagai guru yang baik, peran sebagai caregiver atau pengasuh dapat

disintesakan sebagai orang tua yang memberikan kasih sayang kepada

anaknya. Ketika sang anak sedang sedih dan membutuhkan dorongan

motivasi, hendaknya orang tua (guru) tanpa diminta sudah mampu

memberikan perhatian dan kebutuhan non-material tersebut kepada anak.

Adapun sebagai model, guru hendaknya dapat menjadi contoh dan

tauladan baik bagi para siswanya. Sedangkan sebagai mentor, guru

sudah selayaknya mampu memberikan layanan dalam hal yang tidak

berwujud namun dapat dirasakan seperti perhatian dan kasih sayang

selayaknya peran guru sebagai caregiver tersebut.

4 Triana Hardiningsih, “Menjadi Guru Adalah Pengabdian” dalam

http://trianahardiningsih.blogspot.com/2013/09/menjadi-guru-adalah-sebuah-pengabdian.html (21 April 2014). 5 Thomas Lickona, Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and

Responsibility, (New York: A Bantam Books, 1991), h. 71.

Page 12: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 12

B. Guru yang Berprestasi

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,

dikerjakan, dan sebagainya.6 Menurut Harahap ”… prestasi adalah

penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang

berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada

siswa.”7 Sedangkan Tabrani menyatakan bahwa ”… Prestasi adalah

kemampuan nyata (actual ability) yang dicapai individu dari satu kegiatan

atau usaha.” Dari beberapa pendapat di atas dapat dirangkum

pengertian/definisi prestasi. Prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai

sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Bukti usaha ini dibangun atau

bersumber dari adanya ide-ide kreatif.

Guru berprestasi memiliki artian “prestasi dan teladan” guru. Istilah

guru berprestasi mengandung makna sebagai guru unggul/mumpuni

dilihat dari 4 segi kompetensi sebagaimana tersurat pada salah satu pasal

dalam Undang-undang Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen

(kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional).8 Guru

berprestasi merupakan guru yang menghasilkan karya kreatif dan

inovatif.9 Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembaruan (inovasi) dalam

proses pembelajaran maupun melalui bimbingan di luar proses

pembelajaran terhadap siswa yang membutuhkan. Dapat juga dilakukan

melalui penulisan karya baik fiksi maupun non-fiksi di yang berkaitan

dengan ilmu pendidikan dan materi di satuan pendidikan, penciptaan

karya seni dan teknologi tepat guna. Selain itu, guru berprestasi juga

mampu memberikan pelayanan maupun bimbingan terhadap siswa

6 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2003), h.

231. 7 Nasrun Harahap, “Pengertian Prestasi” dalam

http://definisipengertian.com/2012/pengertian-definisi-prestasi-menurut-para-ahli (21 April 2014). 8 Tim Penyusun, “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen,” dalam http://www.dikti.go.id/files/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf (21 April 2014). 9 Tim Penyusun Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Kemdikbud RI, 2012), h. 23.

Page 13: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 13

berprestasi baik di dalam maupun di luar satuan pendidikan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa guru yang berpredikat berprestasi adalah guru yang

memiliki motivasi, dedikasi, loyalitas, dan profesionalisme tinggi sehingga

memiliki kinerja dan prestasi yang lebih baik bila dibandingkan dengan

sesama guru lainnya.

Pentingnya pengakuan dari pemerintah sebagai lembaga eksekutor

dalam hal pelaksanaan kebijakan khususnya di bidang pendidikan

tentunya akan memberikan dampak positif terhadap semua guru untuk

menjadi lebih baik dan siap bersaing untuk menjadi yang terbaik guna

pelaksanaan proses pendidikan yang bermutu. Hal tersebut akan

berimbas pada kualitas proses pembelajaran yang optimal sehingga

mampu meningkatkan kualitas peserta didik sebagai SDM yang

berkualitas, produktif, dan kompetitif. Pada dasarnya, semua guru memiliki

prestasi, tetapi tidak semua guru dapat menjadi guru berprestasi. Oleh

karenanya, merupakan suatu kebanggaan apabila seorang guru mampu

menjadi guru berprestasi.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, menjadi guru yang berprestasi

merupakan suatu kebanggaan. Dinamakan kebanggaan karena tidak

semua guru dapat dan memiliki kesempatan untuk menjadi guru yang

berprestasi. Oleh karenanya, sudah selayaknya sebagai seorang guru

yang berprestasi wajib memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang melebihi kemampuan guru pada umumnya.

Sebagai bagian dari penentu dari perkembangan generasi bangsa

pada masa mendatang, guru hendaknya selalu melek teknologi dan

informasi. Hal tersebut sudah menjadi kewajiban dan kebutuhan pokok

dalam proses kehidupannya sebagai bagian tidak terpisahkan dari

masyarakat global. Sudah selayaknya seorang guru mampu mengerti dan

memahami seperti apa 4 konsep dari pilar pendidikan yang pernah

Page 14: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 14

disepakati oleh lembaga PBB (UNESCO) yang antara lain: (a) learning to

know; (b) learning to do; (c) learning to live together; (d) learning to be.10

Konsep learning to know menyiratkan makna bahwa pendidik harus

mampu berperan sebagai informator, organisator, motivator, diretor,

inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, danevaluator bagi siswanya,

sehingga peserta didik perlu dimotivasi agar timbul kebutuhan terhadap

informasi, keterampilan hidup, dan sikap tertentu yang ingin dikuasainya,

dan memungkinkan terjadinya belajar sepanjang hayat.

Konsep learning to do menyiratkan bahwa siswa dilatih untuk sadar

dan mampu melakukan suatu perbuatan atau tindakan produktif dalam

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Terkait dengan hal tersebut maka

proses belajar-mengajar perlu didesain secara aplikatif agar keterlibatan

peserta didik, baik fisik, mental dan emosionalnya dapat terakomodasi

sehingga mencapai tujuan yang diharapkan.

Konsep learning to live together merupakan tanggapan nyata

terhadap arus individualisme serta sektarianisme yang semakin

menggejala dewasa ini. Fenomena ini bertalian erat dengan sikap

egoisme yang mengarah pada chauvinisme pada peserta didik sehingga

melunturkan rasa kebersamaan dan harga-menghargai. Memahami,

menghormati dan bekerja dengan orang lain, mengakui ketergantungan,

hak dan tanggungjawab timbal balik yang melibatkan partisipasi aktif

warga, tujuan bersama menuju kerekatan sosial, perdamaian dan

semangat kerjasama demi kebaikan bersama.

Konsep learning to be, perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk

melatih siswa agar mampu memiliki rasa percaya diri (self confidence)

yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa untuk hidup

dalam masyarakat. Pengembangan dan pemenuhan manusia seutuhnya

yang terus “berevolusi”, mulai dengan pemahaman diri sendiri, kemudian

memahami dan berhubungan dengan orang lain. Menguak kekayaan tak

10

Anon, “Four Main Pillars of Learning” dalam http://unesco.ca/~/media/unesco/aspnet/ four%20main%20pillars%20of%20learning%202.pdf (21 April 2014).

Page 15: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 15

ternilai dalam diri. Dengan demikian, pendidikan di Indonesia harus

diarahkan pada peningkatan kualitas kemampuan intelektual dan

profesional serta sikap, kepribadian dan moral. Dengan kemampuan dan

sikap manusia Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan

menjadikan masyarakat Indonesia masyarakat yang bermartabat di mata

masyarakat dunia. Sebagai guru berprestasi sudah selayaknya mampu

mengerti dan memahami keempat konsep tersebut dan siap

mengimplementasikan proses pendidikan yang berafiliasi pada 4 pilar

pendidikan UNESCO umumnya dan tujuan pendidikan nasional Indonesia

khususnya.

Page 16: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 16

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Menjadi seorang guru tidaklah mudah, menjadi guru yang

berprestasi lebih tidak mudah. Namun demikian, semua kembali kepada

niat dan tekad yang akan kita jalankan manakala kita sudah benar-benar

terjun dan menyelami dunia pendidikan di satuan pendidikan sebagai

guru. Karena tidak ada jalan yang susah apabila kita mau berusaha

dengan tekad yang kuat. Pekerjaan yang sesulit apapun dapat terasa

mudah manakala didasari dengan pengabdian yang tulus dan keseriusan

dalam menjalankan kewajiban.

Profesi guru merupakan sebuah pengabdian nyata untuk

melaksanakan tugas pokok, fungsi, dan jabatan sebagai pendidik. Menjadi

guru adalah panggilan hati, bukan profesi, apalagi sebatas melaksanakan

janji dan bukti menggugurkan tupoksi. Sebagai profesi yang didasari

keinginan hati yang kuat dan diimpleentasikan melalui bukti nyata melalui

proses pendidikan yang bermuara pada proses pembelajaran bersama

peserta didik tentunya akan dapat mengoptimalkan indikator-indikator

ketercapaian kurikulum yang disusun satuan pendidikan sehingga semua

dapat berafiliasi pada tujuan pendidikan nasional negara kita dan dapat

mempersiapkan generasi masa depan yang tidak pernah lekang oleh

zaman dan tidak pernah kenyang oleh ilmu pengetahuan. Terciptanya

generasi yang selallu haus akan ilmu pengetahuan dan terciptanya insan

berbudaya dan berkarakter kuat sebagai pondasi untuk mengembangkan

dan meningkatkan taraf dan peradaban bangsa ini.

Page 17: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 17

B. Saran

Keterbatasan bukan menjadi penghalang manakala kita mau dan

berusaha. Tidak lain tidak bukan, sebagai seorang guru ketika kita

memiliki keinginan dan tekad untuk memberikan yang terbaik bagi

generasi mendatang melalui proses pembelajaran yang optimal sebagai

bekal peserta didik kita nantinya pasti tidak akan pernah sia-sia.

Kemauan, tekad, dan jalan yang pasti pastinya akan memudahkan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional negara tercinta.

Page 18: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 18

DAFTAR PUSTAKA

Anon, “Four Main Pillars of Learning” dalam http://unesco.ca/~/media/unesco/aspnet/four%20main%20pillars%20of%20learning%202.pdf (21 April 2014)

Harahap, Nasrun. “Pengertian Prestasi” dalam http://definisipengertian. com/2012/pengertian-definisi-prestasi-menurut-para-ahli (21 April 2014)

Hardiningsih, Triana. “Menjadi Guru Adalah Pengabdian” dalam http://trianahardiningsih.blogspot.com/2013/09/menjadi-guru-adalah-sebuah-pengabdian.html (21 April 2014)

Lickona, Thomas. Educating For Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: A Bantam Books, 1991

Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya: 2007

Tim Penyusun Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Kemdikbud RI, 2012

Tim Penyusun. “Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,” dalam http://www.dikti.go.id/files/atur/UU14-2005GuruDosen.pdf (21 April 2014)

Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2003

Tim Penyusun. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Mitra Karya, 2003

Page 19: Makalah gupres2

Rohimah, S.Pd 19

RIWAYAT PENULIS

Rohimah, S.Pd Merupakan anak ketiga dari 7 bersaudara pasangan

Umar Muchtar (Alm.) dan Nenah. Saat ini mengabdi sebagai Abdi Negara

dengan jabatan guru di SDN Pondok Petir 01, kecamatan Bojongsari,

Kota Depok.

Menikah dengan Hery Setiawan dan telah dikaruniai 4 orang anak (1 putra

dan 3 putri). Menyelesaikan pendidikan strata 1 pada jurusan PGSD,

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor pada

tahun 2010.