makalah folklor kel 2

14
Makalah Folklor Ungkapan Tradisional Oleh Kelompok 2 : Aditya Ghina Orlanda 1210752007 Dini Suci Permata 1210753011 Lulu Fakhrunisa 1210753018 Cynthia Oktary 1210753024 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

Upload: fitrina-dewi

Post on 18-Nov-2015

179 views

Category:

Documents


46 download

DESCRIPTION

folklor jepang

TRANSCRIPT

Makalah FolklorUngkapan Tradisional

Oleh

Kelompok 2 :

Aditya Ghina Orlanda1210752007

Dini Suci Permata1210753011

Lulu Fakhrunisa

1210753018

Cynthia Oktary

1210753024

SASTRA JEPANGFAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ANDALAS

2015KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah folklor dangan judul ungkapan tradisional. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu karena telah membimbing dan membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik itu dalam bidang pendidikan maupun dalam kehidupan berbahasa sehari-hari. Penulis tahu bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi sesuatu yang lebih baik. Terimakasih.

Padang, 25 Februari 2015 Penulis

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Menurut Danandjaja dalam bukunya yang berjudul Folklor Indonesia mengatakan bahwa folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan. (Danandjaja, 1986: 21). Folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain: ungkapan tradisional, pertanyaan tradisional (teka-teki), puisi rakyat, cerita prosa rakyat (legenda dan dongeng), nyanyian rakyat, dan bahasa rakyat.

Di dalam makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai jenis dari folklor lisan yaitu ungkapan tradisional. 1.2 Rumusan Masalah1. Apakah yang dimaksud dengan ungkapan tradisional?

2. Apa jenis-jenis ungkapan tradisional?3. Apa saja peribahasa yang ada di Jepang?1.3 Tujuan masalah 1. Untuk mengetahui pengertian ungkapan tradisional.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis yang termasuk ke dalam ungkapan tradisional. 3. Untuk mengetahui peribahasa yang ada di Jepang.BAB II

PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ungkapan Tradisional

Ungkapan tradisional adalah salah satu kajian yang termasuk ke dalam folklor lisan. Ungkapan tradisional sendiri sangat bermanfaat, karena di dalamnya terkandung nasehat-nasehat, norma-norma, dan nilai pendidikan di dalam kehidupan sehari-hari. Ungkapan tradisional ini sering disebut dengan peribahasa atau pepatah. Menurut Brutan Brussel ungkapan tradisional adalah kebijaksanaan orang banyak yang merupakan kecerdasan seseorang. Hal ini berarti ungkapan tradisional itu merupakan kepunyaan banyak orang namun yang menggunakannya hanya beberapa saja. Ungkapan tradisional memiliki sifat sebagai berikut :1. Peribahasa harus berupa satu kalimat ungkapan

2. Peribahasa ada dalam bentuk yang sudah standar

3. Peribahasa harus mempunyai tradisi lisan, yang dapat dibedakan dari bentuk-bentuk tulisan yang berbentuk syair, iklan, reportase olahraga, dll2.2 Jenis Ungkapan Tradisional Ungkapan tradisional atau yang dikenal dengan peribahasa memiliki beberapa jenis, diantaranya adalah :1. Peribahasa yang sesungguhnya

Mempunyai ciri-ciri :

a. Kalimatnya lengkap

b. Bentuk kurang mengalami perubahan

c. Mengandung kebenaran atau kebijaksanaan

d. Bersifat mengibaratkan suatu benda

Contoh :

Buah yang manis berulat di dalamnya.

Maksudnya adalah mengibaratkan orang yang bermulut manis tetapi sesungguhnya hatinya busuk. Jadi terhadap orang seperti itu kita harus waspada.

2. Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya

Mempunyai ciri-ciri :a. Kalimat tidak lengkap

b. Bentuk bisa berubah

c. Jarang mengungkapkan kebijaksanaan

d. Bersifat kiasan

Contoh :

Terajuk kecewa, tersauk kan ikan suka, tersauk kan batang masam

Maksudnya adalah mengibaratkan orang yang mau untung saja.

3. Peribahasa perumpamaan

Adalah ungkapan tradisional yang biasanya dimulai dengan kata seperti,bagai, dll.Contoh :Seperti telur di ujung tanduk

Maksudnya adalah mengibaratkan keadaan yang sangat gawat.4. Ungkapan-ungkapan yang mirip dengan peribahasa

Adalah ungkapan yang digunakan untuk penghinaan, nyeletuk, jawaban pendek, tajam, lucu, dan merupakan peringatan yang dapat menyakitkan hati. Klasifikasi peribahasa yang berasal dari folknya sendiri adalah berasal dari orang Bali. Orang Bali mengklasifikasikan ungkapan tradisional menjadi tiga kategori :

1. Sesongan sama dengan peribahasa sesungguhnya, yang menggunakan kalimat sederhana.2. Sesenggakan sama dengan aphorism yaitu ungkapan pendek yang mengandung kebenaran.3. Seloka sama dengan metaphor yaitu berisi tentang kiasan.Contoh peribahasa berdasarkan beberapa suku bangsa di Indonesia :1. Sunda

Contoh : Ngawur uyah kasagarak (menebarkan garam kelaut). Maksudnya adalah melakukan pekerjaan yang sia-sia sifatnya.2. Minangkabau

Contoh : Lapuak dek kain sahalai. Maksudnya adalah seorang laki-laki Minang hidupnya akan sia-sia jika hanya memiliki satu istri.

Fungsi peribahasa menurut Bascom, 1967 : 279-298 :

1. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan

2. Sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat

3. Sebagai sistem proyeksi, yaitu sebagai alat pencerminan diri masyarakat

4. Alat komunikasai untuk pengendalian masyarakat

5. Sarana pendidikan

6. Untuk memamerkan kepandaian seseorang dalam masyarakat2.3 Folklor Lisan Jepang

Di bawah ini penulis akan uraikan beberapa contoh peribahasa Jepang yang dikutip dari M. Matsushita yang dimuat dalam majalah Life in Kyoto, Volume V Issue 4, Maret 1 1995, hlm. 5. Peribahasa Jepang dikelompokkan ke dalam kategori : ashi (sumpit), hana (bunga), cha (teh), kaze (angin), dan ana (hidung).1. Hashi : Sumpit)

a.

Hashi yori omoi mono wa motanai (tidak memegang sesuatu yang lebih berat dari sumpit). Arti sebenarnya yaitu dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan, tanpa harus bekerja.

Contoh dalam kalimat :

Kanojo wa, hashi yori omoi mono wa motazu ni sodatta

(Ia dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan).

b.

Hashi no ageoroshi (menggerakkan sumpit ke atas dan ke bawah).Arti sebenarnya yaitu mencari kesalahan dalam hal yang kecil-kecil.

Contoh dalam kalimat :

Watashi no sobo wa, hashi no ageoroshi ni mo urusukatta

(Nenek perempuan saya suka mencari-cari kesalahan orang).2. (Hana : Bunga)

a.

Hanashi ni hana ga saku (agar sekuntum bunga berkembang dalam sebuah pidato). Arti sebenarnya yaitu menciptakan perbincangan yang menarik.

Contoh dalam kalimat :

Omidebanashi ni hana ga saita

(Mereka berbincang tentang masa-masa terbaik dari masa lalu mereka).

b.

Hana mo jitsu mo aru (bunga sedang berbunga dan berbuah).Arti sebenarnya yaitu berisi serta cantik.

Contoh dalam kalimat :

Hana mo jitsu mo aru jinsei datta

(Ia menjalani kehidupan yang berarti serta indah).

3. (Kaze : Angin)

a.

Kazeatari ga tsuyoi (terkena angin yang kuat). Arti sebenarnya yaitu sedang terkena kritik atau tekanan keras.

Contoh dalam kalimat :

Kare wa shokuba de kazeatari ga tsuyoi

(Ia sedang mendapat kritikan keras di tempat kerjanya).

b.

Kaze no tayori (kabar melalui angin). Arti sebenarnya yaitu kabar angin.

Contoh dalam kalimat :

Kaze no tayori ni yoru to, kanojo wa kekkon shita rashii

(Menurut kabar angin ia akan menikah).

4. Cha (Teh)

a.

Ocha o nigosu (membuat teh menjadi basi). Arti sebenarnya yaitu menutupi muka seseorang.

Contoh dalam kalimat :

atau

Seijika wa enzetsu to ittemo honno ocha o nigosu dake atau no mono datta

(Pidato pejabat negara itu hanya untuk basa-basi saja).b.

Heso de (ga) cha o wakasu (membuat teh dalam pusar seseorang). Arti sebenarnya yaitu merasa tergelitik.

Contoh dalam kalimat :

Kare no miburi waheso ga cha o wakasu hodo okashikatta

(Gerak-geriknya membuat kita semua tertawa terpingkal-pingkal).

5. (Hana : Hidung)

a. Hana o tsukiawaseru (saling mendorong dengan hidung mereka). Arti sebenarnya yaitu saling mendorong atau saling mendesak.

Contoh dalam kalimat :

Sono tento no naka niwa oozei no nanmin ga hana o tsuki awasete ita

(Banyak pengungsi berdesakan di dalam tenda).

b. Hana ga takai (hidungnya tinggi). Arti sebenarnya yaitu bangga akan.

Contoh dalam kalimat :

Kare wa deki no yoi musuko o motte hana ga takai(Ia bangga mempunyai seseorang putra pandai).BAB III

PENUTUP 3.1 KesimpulanUngkapan tradisional adalah salah satu kajian dari folklor lisan. Ungkapan tradisional sendiri digunakan karena mengandung unsur norma, nilai dan pendidikan di dalamnya. Ungkapan tradisional sendiri di dalam masyarakat lebih dikenal dengan pepatah atau peribahasa.

Peribahasa dibagi dalam beberapa jenis, antara lain : 1. Peribahasa sesungguhnya

2. Peribahasa yang tidak lengkap kalimatnya

3. Peribahasa perumpamaan

4. Ungkapan-ungkapan yang mirip dengan peribahasaPeribahasa Jepang dikelompokkan ke dalam kategori: ashi (sumpit), hana (bunga), cha (teh), kaze (angin), dan ana (hidung).3.2 SaranSemoga makalah ini dapat berguna bagi penulis maupun pembaca, untuk dapat menambah wawasan pengetahuan tentang ilmu folklor. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu bagi penulis dan pembaca sehingga dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kesalahan, penulis mohon maaf. Untuk itu penulis meminta kritikan dan masukan dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.DAFTAR PUSTAKA Amir, Adriyetti. 2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: CV Andi OffsetDanandjaja, James. 2002 (cetakan III). Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng,

dan Lain-Lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafitihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1716/1/sastra-asriaty.pdf