makalah fiskes
TRANSCRIPT
Fiskes (Fisika Kesehatan)
Nama : Novi Tulusni
NIM : 11.14076.13.063
Kelas : IIB
Akademi Kebidanan Betang Asi Raya
Palangka Raya 2013/2014
MEKANISME KEHILANGAN PANAS BAYI BARU LAHIR
Energi panas atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit,
BBL dapat kehilangan panas tubuh melalui cara-cara berikut :
1. Evaporasi Adalah jalan utama bayi kehilangan panas. jika saat lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan dapat terjadi kehilangan panas tubuh bayi sendiri. Kehilangan panas juag terjadi pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2. Konduksi Adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur, atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh
bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-benda tersebut.Contoh :- Menimbang bayi tanpa alas timbangan - Tangan penolong yang dingin saat memegang BBL- Menggunakan stetoskop dingin untuk memeriksa BBL
3. Konveksi Adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. Contoh :- Membiarkan atau menempatkan BBL di dekat jendela- Membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin
4. Radiasi Adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung). Panas dipancarkan dari BBL, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dinginn (Pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda)Contoh :- BBL dibiarkan dalam ruangan ber AC- BBL dibiarkan dalam keadaan telanjang
Mencegah Kehilangan Panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniksKeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi di atas perrut ibu.
2. Letakkan bayi di dada ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayiLetakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.
3. Selimuti ibu dan pasang topi di kepala bayiSelimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
4. Jangan segera memandikan bayi baru lahirBayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari 6 jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermi yang sangat membahayakan kesehatan BBL
5. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangatTempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya BBL ditempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu agar segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi
Gambar contoh :
1) Konduksi
2) Radiasi
3) Konveksi
Di sini kita akan mengambil contoh transper panas tentang Evaporasi, yaitu:
EVAPORASI
Pengertian Evaporasi
Evaporasi secara umum dapat
didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
(1) evaporasi yang berarti proses
penguapan yang terjadi secara alami,
dan (2) evaporasi yang dimaknai dengan
proses penguapan yang timbul akibat
diberikan uap panas (steam) dalam
suatu peralatan.
Evaporasi dapat diartikan sebagai
proses penguapan daripada liquid
(cairan) dengan penambahan panas
(Robert B. Long, 1995). Panas dapat
disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan
penambahan steam. Evaporasi
diadasarkan pada proses pendidihan
secara intensif yaitu (1) pemberian
panas ke dalam cairan, (2) pembentukan
gelembung-gelembung (bubbles) akibat
uap, (3) pemisahan uap dari cairan, dan
(4) mengkondensasikan uapnya.
Evaporasi atau penguapan juga dapat
didefinisikan sebagai perpindahan kalor
ke dalam zat cair mendidih (Warren L.
Mc Cabe, 1999). Evaporasi vs
pengeringan. Evaporasi tidak sama
dengan pengeringan, dalam evaporasi
sisa penguapan adalah zat cair – kadang-
kadang zat cair yang sangat vuskos –
dan bukan padat. Perbedaan lainnya
adalah, pada evaporasi cairan yang
diuapkan dalam kuantitas relatif banyak,
sedangkan pada pengeringan sedikit.
Ø Evaporasi vs pengeringan
Evaporasi tidak sama dengan
pengeringan, dalam evaporasi sisa
penguapan adalah zat cair – kadang-
kadang zat cair yang sangat vuskos –
dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya
adalah, pada evaporasi cairan yang
diuapkan dalam kuantitas relatif banyak,
sedangkan pada pengeringan sedikit.
Ø Evaporasi vs distilasi
Evaporasi berbeda pula dari
distilasi, karena uapnya biasa dalam
komponen tunggal, dan walaupun uap
itu dalam bentuk campuran, dalam
proses evaporasi ini tidak ada usaha
unutk memisahkannya menjadi fraksi-
fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya
digunakan untuk menghilangkan
pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari
pengotor nonvolatil. Contoh pengotor
nonvolatil seperti lumpur dan limbah
radioaktif. Sedangkan distilasi
digunakan untuk pemisahan bahan-
bahan nonvolatil.
Ø Evaporasi vs Sterilisasi
Evaporasi lain dari kristalisasi
dalam hal pemekatan larutan dan bukan
pembuatan zat padat atau kristal.
Evaporasi hanya menghasilkan lumpur
kristal dalam larutan induk (mother
liquor). Evaporasi secara luas biasanya
digunakan untuk mengurangi volume
cairan atau slurry atau untuk
mendapatkan kembali pelarut pada
recycle. Cara ini biasanya menjadikan
konsentrasi padatan dalam liquid
semakin besar sehingga terbentuk
kristal.
Titik didih cairan yang diuapkan pada
evaporasi dapat dikontrol dengan
mengatur tekanan pada permukaan uap-
cair. Artinya, jika penguapan terjadi
pada temperatur tinggi, maka
evaporator dioperasikan pada tekanan
tinggi pula. Beberapa evaporasi dalam
industri secara normal bekerja pada
tekanan vacum untuk meminimalkan
kebutuhan panas.
Pada proses pendidihan secara alami,
perubahan titik didih sebagai perubahan
temperatur dapat ditingkatkan.
Beberapa tipe pendidihan yang berbeda
mempunyai koefisien perpindahan panas
yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut
adalah (Bell, 1984) :
- pendidihan secara konveksi alami
- pendidihan nukleat
- pendidihan film Pendidihan
konveksi alami terjadi ketika cairan
dipanaskan pada permukaannya. Pada
tipe ini, koefisien perpindahan panas
meningkat dengan perubahan
temperatur, tetapi relatif lambat. Pada
pendidihan nukleat terbentuk
gelembung-gelembung uap pada
interface cairan dan padatan dari
permukaan perpindahan panas.
Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam
sebuah ketel atau reboiler thermosifon
yang digunakan pada proses industri.
Koefisien perpindahan panas pada tipe
ini lebih besar. Pendidhan film terjadi
ketika perubahan temperature sangat
tinggi dan penguapan terjadi secara
berkesinambungan pada permukaan
perpindahan panas. Koefisien
perpindahan panas meningkat seiring
dengan meningkatnya perubahan
temperatur. Namun, nilai koefisien
perpindahan panasnya lebih rendah jika
dibandingkan pendidihan nukleat.
2.1.2 Proses-proses evaporasi
Proses evaporasi terdiri dari dua
peristiwa yang berlangsung :
1. Interface evaporation, yaitu
transformasi air menjadi uap air di
permukaan tanah. Nilai ini tergantung
dari tenaga yang
tersimpan.
2. Vertikal vapour transfers, yaitu
perpindahan lapisan yang kenyang
dengan uap air dari interface ke uap
(atmosfer bebas).
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi
terjadinya evaporasi
1. Kelembaban udara (semakin
lembab semakin kecil
penguapannya)
2. Tekanan udara
3. Kedalaman dan luas permukaan,
semakin luas semakin besar
penguapannya
4. Kualitas air, semakin banyak unsur
kimia, biologi dan fisika, penguapan
semakin kecil.
5. kecepatan angin
6. Topografi, semakin tinggi daerah
semakin dingin dan penguapan semakin
kecil
7. Sinar matahari
8. Temparatur
Ada beberapa konsep penting evaporasi,
yaitu :
1. Transpirasi, yaitu proses hilangnya
air dalam tumbuhan akibat penguapan
melalui stomata daun.
2. Evapotranspirasi, yaitu penguapan
yang terajdi pad permukaan air, tanah,
maupun tumbuhan air pada suatu DAS.
3. Potential evaporation, yaitu jumlah
penguapan persatu-satuan luas dan
waktu yang terjadi pada keadaan
atmosfer saat itu, apa bila tersedia
cukup air.
4. Actual evaporation, yaitu jumlah
penguapan persatu-satuan luas dan
waktu yang benar-benar terjadi pada
saat itu.
5. Potential evapotranspiration, yaitu
jumlah penguapan yang berasal dari
tumbuhan, tubuh air, permukaan tanah
dalam keadaan jenuh pada kondisi iklim
saat itu (syarat air yang tersedia
berlebihan).
6. Actual evapotranspiration, yaitu
jumlah penguapan yang berasal dari
tumbuhan,tubuh air, permukaan tanah
Faktor-faktor yang mempercepat proses evaporasi:
1. Suhu;
walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat evaporasi.
2. Kelembapan udara
jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah kelembapan udaranya rendah.
3. Tekanan;
semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi. Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan (tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi.
4. Gerakan udara;
pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air.
Hal ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara.
5. Sifat cairan;
cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357°C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.
Penjelasan evaporasi secara molekular
Pendinginan melalui evaporasi dapat dijelaskan dengan mudah melalui kinetik molekul sebuah zat.
Pada sembarang suhu, molekul dari zat cair dalam keadaan gerak bebas dengan kecepatan yang berbeda-beda. Kalor disekeliling diserap oleh zat cair dan biasanya prosesnya dipercepat
dengan tiupan angin. Oleh karena itu, molekul zat cair memiliki energi untuk bergerak lebih cepat.
Pada permukaan zat cair, molekul yang energinya berlebih mampu untuk mengatasi gaya tarik dari molekul lain dan lepas menuju atmosfer. Proses pelepasan molekul tersebut lambat dan mungkin molekul tersebut tertarik kembali oleh molekul lain. Efek keseluruhan adalah terjadinya pelepasan molekul dari molekul lainnya.
Molekul zat cair yang lambat bergerak lebih dingin karena suhu berbanding lurus dengan energi kinetik rata-rata molekul tersebut. Hal ini menjelaskan mengapa suhu turun ketika terjadi evaporasi.
Kejadian sehari-hari yang terkait dengan evaporasi adalah sebagai berikut.
1. Terasa dinginnya kulit ketika menggunakan parfum cair atau kolonyet.
2. Baju basah kemudian kering ketika diangin-anginkan.
3. Sewaktu pengompresan pada tubuh orang sakit. Pengompresan mengakibatkan kalor terserap sehingga suhu tubuh orang yang sakit tetap terjaga.
4. Bersamaan dengan proses pengembunan, evaporasi dimanfaatkan oleh lemari pendingin atau kulkas dalam proses pendinginan.
Kompres, contoh memanfaatkan evaporasi air.