makalah fisdas1

15
MAKALAH POSTER FISIKA DASAR 1 PESAWAT TERBANG Disusun Oleh : Aisyah 1106001776 Ina Gustiana 1106020301 Karunika Diwyacitta 1106016166 Maulidya Falah 1106012823 Niki Fadhliyah 1106023240 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

Upload: maulidya-falah

Post on 21-Jul-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH POSTER FISIKA DASAR 1 PESAWAT TERBANG

Disusun Oleh : Aisyah Ina Gustiana Karunika Diwyacitta Maulidya Falah Niki Fadhliyah 1106001776 1106020301 1106016166 1106012823 1106023240

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PendahuluanA. Latar Belakang Kehidupan manusia saat ini telah didominasi oleh mobilitas yang sangat tinggi. Setiap kegiatan maupun aktivitas manusia sekarang ini pasti dilakukan dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Aktivitas manusia dan kebutuhan akan mobilitas yang semakin bertambah ini membuat kebutuhan akan alat transportasi juga semakin meningkat. Kebutuhan akan alat transportasi inilah yang membuat keberadaan transportasi darat dan laut dirasa kurang dan harus didukung dengan transportasi udara. Salah satu alat transportasi udara adalah pesawat terbang. Pesawat terbang sudah menjadi alat transportasi udara yang umum digunakan sekarang ini. Namun, masih banyak orang yang belum memahami bagaimana sebenarnya sebuah pesawa itu dapat terbang dan mengudara di langit. Oleh karena itulah, kami memilih tema pesawat terbang untuk menjadi bahasan utama dalam makalah ini. Makalah ini sendiri kelak akan menjadi acuan pembuatan poster mata kuliah fisika dasar. Cara kerja pesawat terbang yang dibahas di dalam makalah ini merupakan aplikasi dari materi fluida yang dipelajari dalam mata kuliah fisika dasar 1. Untuk mengembangkan pemahaman dan pengetahuan terkait ilmu fisika dasar yang dipelajari di kelas itulah maka makalah ini disusun. 2.Tujuan Adapun tujuan pembuatan makalah dengan tema Pesawat Terbang ini yaitu : Mempelajari pengaplikasian ilmu fisika dasar dalam kehidupan sehari-hari Mengembangkan pengetahuan mengenai fluida Mengembangkan konsep pemikiran berdasarkan ilmu fisika dasar 1.

3. Tema pesawat terbang 4. Perumusan Masalah Perkembangan bentuk pesawat dari dulu hingga sekarang Pengaruh perbedaan bentuk pesawat dari dulu hingga sekarang Cara kerja pesawat terbang o Cara kerja pesawat terbang saat take off o Cara kerja pesawat terbang saat di udara / terbang konstan o Cara kerja pesawat terbang saat landing

5. Metode Penulisan dan Pembuatan Poster a. b. c. d. e. f. g. Pengumpulan materi Diskusi kelompok Pembagian tugas pengerjaan Penulisan makalah Pembuatan materi poster Pembuatan poster Presentasi poster

Bab II IsiA. Pesawat Terbang Pesawat Terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap atau disebut juga sebagai fixed wing, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri. Pesawat pertama yang berhasil terbang adalah pesawat terbang layang. Pesawat ini tidak memiliki mesin dan sulit dikontrol. Pesawat terbang layang meluncur dari bukit-bukit tinggi dan melayang di udara hingga sampai ke tanah. Pesawat terbang layang dirakit oleh Sir George Meyel. Pada 1890 Orville dan Wilbur Wright bekerja di toko sepeda. Wright bersaudara tertarik pada penerbangan. Mereka mempelajari mekanisme sepeda yang bisa diterapkan untuk pesawat. Mereka lalu membuat pesawat terbang layang yang dimodifikasi. Pada 1899 mereka merangkai layang-layang dengan dua sayap besar. Pada akhirnya mereka menemukan cara untuk mengontrol kemudi pesawat. Wright bersaudara membuat ekor pesawat dan sirip pada sayap untuk mengontrol arah dan ketinggian pesawat. Pada 1903, Wright bersaudara sukses menerbangkan pesawat dengan penumpang. Pesawat tersebut mengudara setinggi 36 m selama 12 detik. Pada tahun yang sama Wright bersaudara menciptakan pesawat dengan 12 mesin tenaga kuda buatan sendiri. Sayapnya membentang selebar 12 m, terbuat dari kayu yang dilapisi kain katun. Pilot pesawat tersebut berbaring di bawah sayap. Selanjutnya Wright bersaudara berhasil membuat pesawat yang dapat terbang lebih dari satu setengah jam pada 1908. Wright bersaudara (Wright brothers). Orville (19 Agustus 1871 - 30 January 1948) dan Wilbur (16 April 1867 30 May 1912) adalah dua orang Amerika yang dicatat sebagai penemu pesawat terbang karena mereka berhasil membangun pesawat terbang yang pertama kali berhasil diterbangkan dan dikendalikan oleh manusia pada tanggal 17 Desember 1903. Dua tahun setelah penemuan mereka, kedua bersaudara tersebut mengembangkan 'mesin terbang' mereka ke bentuk pesawat terbang yang memakai sayap yang seperti sekarang kita kenal. Walaupun mereka bukan orang yang pertama membuat pesawat percobaan atau experiment, Wright bersaudara adalah orang yang pertama menemukan kendali pesawat sehingga pesawat terbang dengan sayap yang terpasang kaku bisa dikendalikan. Pesawat terbang merupakan moda yang sangat populer dalam melakukan perjalanan jarak menengah maupun panjang. Pesawat-pesawat komersil tertentu bahkan mampu terbang sampai sekitar 18 jam. Pesawat komersil yang populer digunakan saat ini adalah dari Boing 737 buatan Amerika Serikat dari berbagai seri, diantaranya seri 200, 300, 400, 500, 800 dan 900, kemudian disusul dengan pesawat Airbus buatan beberapa negara di Eropah dari seri 319, 320 dan 330.

B. Jenis Pesawat Berdasarkan Bentuk Sayap Pesawat terbang dapat juga ditinjau dari bentuk sayap. Bentuk sayap sangat erat hubungannya dengan sifat-sifat aerodinamis dari pesawat terbang yang bersangkutan,termasuk kemampuan (performance) pesawat terbang tersebut. Bentuk sayap yang paling banyak kita kenal adalah:

Sayap lurus (Straight wing/rectangular wing) banyak digunakan pada pesawat pada awal industri penerbangan.

Constant chord

Box wing

Sayap condong ke belakang (Swept back wing) Sayap ini merupakan bentuk sayap yang banyak digunakan saat ini didalam industri penerbangan. Bentuk ini dikembangkan dengan berbagai variasinya seperti Cressent, Cranked arrow, M-wing dan W-wing .

Swept

Variable sweep (swing-wing)

Crescent

Cranked arrow

M-wing

W-wing

Sayap tirus (Tapered wing) Sayap ini merupakan sayap yang tirus, didesain demikian untuk mengoptimalkan fungsi sayap pesawat. Variasinya dapat berupa Tapered, Reverse tapered, Compound tapered ataupun Trapezoidal.

Tapered

Reverse tapered

Compound tapered Trapezoidal

Sayap segi tiga (Delta wing)* Sayap ini menggunakan sayap berbentuk segitiga melebar kebelakang. Beberapa variasi diantaranya:o o

o o

o

Tailless delta - desain klasik yang banyak digunakan pada pesawat seperti Dassault Mirage III. Tailed delta - merupakan pesawat sayap delta yang dilengkapi sayap belakang. Banyak digunakan pada pesawat Rusia seperti Mikoyan-Gurevich MiG-21. Cropped delta - ujung sayap delta dipotong yang berfungsi untuk mengurangi drag pada ujung sayap. Compound delta atau double delta - merupakan gabungan dari dua delta digunakan pada Saab 35 Draken. Dengan bentuk sayap seperti ini akan meningkatkan lift. Ogival delta - bersayap yang delta dengan peralihan seperti gelas anggur. Digunakaa pada pesawat supersonik Concorde.

Tailless delta

Tailed delta

Cropped delta Compound delta

Ogival delta

Selain bentuk-bentuk yang telah diterangkan di atas, masih terdapat beberapa macam bentuk sayap yang akhir-akhir ini sudah mulai diperkenalkan. Bentuk-bentuk tersebut adalah:

Sayap condong ke depan (Swep forward wing) Sayap bentuk gabungan tirus dan condong ke belakang (Tapered and swept back wing) Sayap bentuk geometri

C. Cara Kerja Pesawat Terbang

1. Cara Kerja Pesawat Terbang Saat Take Off

Pada prinsipnya, pada saat pesawat mengudara, terdapat 4 Gaya Utama yang bekerja pada pesawat, yakni Gaya Dorong/Thrust (T), Hambatan/Drag (D), Gaya Angkat/Lift (L), dan Berat Pesawat/Weight (W). Pada saat pesawat sedang menjelajah pada kecepatan dan ketinggian konstan (Straight And Level Flight), ke-4 gaya tersebut berada dalam kesetimbangan: T = D dan L = W. Sedangkan pada saat pesawat take off dan landing, terjadi akselerasi dan deselerasi yang dapat dijelaskan menggunakan Hukum II Newton (Total gaya adalah sama dengan massa dikalikan dengan percepatan). Pada saat Take Off, pesawat mengalami akselerasi dalam arah horizontal dan vertikal. Pada saat ini, L harus lebih besar dari W, demikian juga T lebih besar dari D. Dengan demikian diperlukan daya mesin yang besar pada saat Take Off. Gagal Take Off bisa disebabkan karena kurangnya daya mesin (karena berbagai hal: kerusakan mekanik, human error, gangguan eksternal, dsb), ataupun gangguan pada sistem kontrol pesawat. Sebagian besar pesawat komersial saat ini menggunakan mesin Turbofan.

Turbofan Turbofan berasal dari dua kata, yakni Turbin dan Fan. Komponan fan merupakan pembeda antara mesin ini dengan Turbojet. Pada mesin turbojet, udara luar dikompresi oleh Kompresor hingga mencapai tekanan tinggi. Selanjutnya udara bertekanan tinggi

tersebut masuk ke dalam ruang bakar (Combustion Chamber) untuk dicampurkan dengan bahan bakar (Fuel) yaitu Avtur. Pembakaran udara bahan bakar tersebut akan meningkatkan temperatur dan tekanan fluida kerja. Fluida bertekanan tinggi ini selanjutnya dilewatkan melalui turbin dan keluar pada Nozzle dengan kecepatan yang sangat tinggi. Perbedaan kecepatan udara masuk dan fluida keluar dari mesin menciptakan gaya dorong T (Hukum III Newton: Aksi dan Reaksi). Gaya dorong T ini dimanfaatkan untuk bergerak dalam arah horizontal dan sebagian diubah oleh sayap pesawat menjadi gaya angkat L. Fan pada mesin Turbofan berfungsi memberikan tambahan laju udara yang memasuki mesin melalui Bypass Air. Udara segar ini akan bertemu dengan campuran udara bahan bakar yang telah terbakar di ujung luar mesin. Salah satu keuntungan penggunaan turbofan adalah dia mampu meredam kebisingan suara pada turbojet. Namun karena turbofan memiliki susunan komponen yang relatif kompleks, maka mesin jenis ini sangat rentan terhadap gangguan FOD (Foreign Object Damage) dan pembentukan es di dalam mesin. Masuknya FOD (seperti burung) ke dalam mesin bisa menyebabkan kejadian fatal pada pesawat. Hingga saat ini, setidaknya ada 3 penjelasan yang diterima untuk fenomena munculnya gaya angkat pada sayap: Prinsip Bernoulli, Hukum III Newton, dan Efek Coanda. Sayap pesawat memiliki kontur potongan melintang yang unik: Airfoil. Pada airfoil, permukaan atas sedikit melengkung membentuk kurva cembung, sedangkan permukaan bawah relatif datar. Bila sekelompok udara mengenai kontur airfoil ini, maka ada kemungkinan bahwa udara bagian atas akan memiliki kecepatan lebih tinggi dari bagian bawah: hal ini disebabkan karena udara bagian atas harus melewati jarak yang lebih panjang (permukaan atas airfoil adalah cembung) dibandingkan udara bagian bawah. Prinsip Bernoulli menyatakan bahwa Semakin tinggi kecepatan fluida (untuk ketinggian yang relatif sama), maka tekanannya akan mengecil. Dengan demikian akan terjadi perbedaan tekanan antara udara bagian bawah dan atas sayap. Hal inilah yang mencipakan gaya angkat L. Penjelasan dengan prinsip Bernoulli ini masih menuai pro kontra; namun penjelasan ini pulalah yang digunakan Boeing untuk menjelaskan prinsip gaya angkat.

Jadi dalam gambar kedua, terlihat bahwa di dalam pipa di atas titik B dengan kecepatan yang lebih rendah maka tekanannya akan lebih tinggi. Sedangkan di atas titik A, karena pipa yang dilewati fluida lebih sempit maka kecepatan menjadi lebih tinggi dan ternyata tekanannya menjadi lebih rendah. Jika anda membutuhkan rumus teori ini dapat dicari di Internet dengan mudah dengan kata kunci Bernoulli. Penjelasan menggunakan Hukum III Newton menekankan pada prinsip perubahan momentum manakala udara dibelokkan oleh bagian bawah sayap pesawat. Dari prinsip aksi = reaksi, muncul gaya pada bagian bawah sayap yang besarnya sama dengan gaya yang diberikan sayap untuk membelokkan udara. Sedangkan penjelasan menggunakan efek Coanda menekankan pada beloknya kontur udara yang mengalir di bagian atas sayap. Bagian atas sayap pesawat yang cembung memaksa udara untuk mengikuti kontur tersebut. Pembelokan kontur udara tersebut dimungkinkan karena adanya daerah tekanan rendah pada bagian atas sayap pesawat (atau dengan penjelasan lain: pembelokan kontur udara tersebut menciptakan daerah tekanan rendah). Perbedaan tekanan tersebut menciptakan perbedaan gaya yang menimbulkan gaya angkat L. Meski belum ada konsensus resmi mengenai mekanisme yang paling akurat untuk menjelaskan munculnya fenomena gaya angkat, yang jelas sayap pesawat berhasil mengubah sebagian gaya dorong T mesin menjadi gaya angkat L.

Udara akan mengalir melewati bagian atas sayap dan bagian bawah sayap. Sebenarnya bukan udara yang mengalir melewati sayap pesawat, tapi sayap pesawatlah yang maju menembus udara. Tapi kita akan mengasumsikan aliran ini dengan gambar sayap yang diam. Dengan bentuk yang melengkung di atas, maka aliran udara di atas sayap membutuhkan jarak yang lebih panjang dan membuatnya mengalir lebih cepat dibandingkan dengan aliran udara di bawah sayap pesawat. Karena kecepatan udara yang lebih cepat di atas sayap, maka tekanannya akan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan udara yang mengalir di bawah sayap. Tekanan di bawah sayap yang lebih besar akan mengangkat sayap pesawat dan disebut GAYA ANGKAT / LIFT. Pesawat terbang memiliki kemampuan bergerak dalam tiga sumbu, yakni PITCH, ROLL, dan YAW. Gerak naik turunnya hidung pesawat dikontrol oleh ELEVATOR, gerak naik turunnya sayap pesawat dikontrol oleh AILERON, sedangkan gerak berbelok dalam bidang horizontal dikontrol oleh RUDDER yang berada di sirip (FIN) pesawat. Selain itu, dibagian belakang sayap juga terdapat FLAP yang berfungsi membantu meningkatkan gaya angkat pada saat take off maupun mengurangi gaya angkat pada saat landing (Air Brake). Pada saat menjelajah (cruise) flap ini akan masuk ke dalam sayap untuk mengurangi gaya hambat D pesawat. 2. Cara Kerja Pesawat Terbang Saat Sedang di Udara Saat pesawat sedang berada di atas udara (bukan saat akan terbang ataupun saat sebelum mendarat), pesawat mengalami penerbangan yang lurus, datar, dan tidak mengalami akselerasi. Berikut ini hal-hal yang mendefinisikan gaya-gaya dalam sebuah penerbangan tersebut : 1. Thrust = gaya dorong, yang dihasilkan oleh mesin (powerplant)/baling-baling. Gaya ini kebalikan dari gaya tahan (drag). Sebagai aturan umum, thrust beraksi paralel dengan sumbu longitudinal. Tapi sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi, seperti yang akan dijelaskan kemudian. 2. Drag = gaya ke belakang, menarik mundur, dan disebabkan oleh gangguan aliran udara oleh sayap, fuselage, dan objek-objek lain. Drag kebalikan dari thrust, dan beraksi kebelakang paralel dengan arah angin relatif (relative wind).

3. Weight = gaya berat ataupun merupakan kombinasi berat dari muatan pesawat itu sendiri, awak pesawat, bahan bakar, dan kargo atau bagasi. Weight menarik pesawat ke bawah karena gaya gravitasi. Weight melawan lift (gaya angkat) dan beraksi secara vertikal ke bawah melalui center of gravity dari pesawat. 4. Lift = gaya angkat melawan gaya dari weight dan dihasilkan oleh efek dinamis dari udara yang beraksi di sayap, dan beraksi tegak lurus pada arah penerbangan melalui center of lift dari sayap. Pada penerbangan yang stabil, jumlah dari gaya yang saling berlawanan adalah sama dengan nol. Tidak akan ada ketidakseimbangan dalam

penerbangan yang stabil dan lurus. Hal ini berlaku pada penerbangan yang mendatar. Akan tetapi, hal ini tidak sama dengan mengatakan seluruh keempat gaya adalah sama. Secara sederhana semua gaya yang berlawanan adalah sama besar dan membatalkan efek dari masing-masing gaya. Perhatikan gambar di samping sebagai contoh (hubungan yang benar). Pada ilustrasi di bagian atas, nilai dari semua vektor gaya terlihat sama. Keterangan biasa pada umumnya akan mengatakan (tanpa menyatakan bahwa thrust dan drag tidak sama nilainya dengan weight dan lift) bahwa thrust sama dengan drag dan lift sama dengan weight seperti yang diperlihatkan di ilustrasi di bawah. Dalam penerbangan yang lurus, mendatar, dan tidak berakselerasi adalah benar gaya lift/weight yang saling berlawanan adalah sama, tapi kedua gaya itu juga lebih besar dari gaya berlawanan thrust/drag yang juga sama nilainya diantara keduanya, bukan dibandingkan dengan lift/weight. Untuk kebenarannya, harus dikatakan bahwa dalam keadaan stabil (steady) : 1. Jumlah gaya ke atas (tidak hanya lift) sama dengan jumlah gaya ke bawah (tidak hanya weight)

2. Jumlah gaya dorong (tidak hanya thrust) sama dengan jumlah gaya ke belakang (tidak hanya drag) Penjelasan Mengenai Gaya-gaya yang dikenai : Thrust

Jika dalam penerbangan yang datar, gaya thrust dikurangi, maka pesawat akan melambat. Selama thrust lebih kecil dari drag, maka pesawat akan terus melambat sampai kecepatan pesawat (airspeed) tidak sanggup lagi menahan pesawat di udara. Sebaliknya jika tenaga mesin ditambah, thrust akan menjadi lebih besar dari drag, pesawat terus menambah kecepatannya. Ketika drag sama dengan thrust, pesawat akan terbang dengan kecepatan yang tetap. Jika thrust dikurangi dan kecepatan berkurang maka gaya angkat akan lebih kecil dari berat/weight dan pesawat akan mulai turun dari ketinggiannya. Untuk menjaga ketinggian penerbang dapat menambah angle of attack sebesar yang diperlukan untuk menghasilkan gaya angkat yang sama dengan berat/weight dari pesawat, dan waktu pesawat mulai terbang lebih lambat pesawat akan mempertahankan ketinggiannya jika penerbang memberikan thrust dan angle of attack yang sesuai. Angle Attack saat kecepatan yang berbeda

Jika

angle

of

attack

tidak

disesuaikan (dikurangi) dengan pertambahan thrust maka pesawat akan mendaki (climb). Tapi dengan mengurangi angle of attack, lift berubah, membuatnya sama dengan weight, dan jika dikerjakan dengan benar maka pesawat akan tetap dalam level flight (tidak mengubah ketinggian). Penerbangan yang datar (level flight) dengan sudut angle of attack yang sedikit negatif adalah mungkin dalam kecepatan yang sangat tinggi. Ini buktinya, bahwa level flight dapat dilakukan dengan berapa pun angle of attack di antara sudut stall dan sudut yang relatif negatif pada kecepatan yang sangat tinggi. Drag

Drag atau hambatan dalam penerbangan terdiri dari dua jenis, yaitu parasite drag dan induced drag. Yang pertama disebut parasite drag karena tidak ada fungsinya sama sekali untuk membantu pesawat untuk dapat terbang, sedangkan yang kedua disebut induced drag karena dihasilkan atau terbuat dari hasil kerja sayap yang membuat gaya angkat (lift). Drag pada sebuah objek yang berdiri pada posisi yang tetap, relatif terhadap aliran udara yang diberikan, akan bertambah secara kuadrat dari kecepatan udaranya. Menambah kecepatan dua kali akan menambah drag empat kali, menambah kecepatan tiga kali akan menambah drag sembilan kali. Hubungan ini hanya berlaku pada kecepatan subsonik, di bawah kecepatan suara. Pada kecepatan yang sangat tinggi, rasio profil drag yang biasanya bertambah sejalan dengan pertambahan kecepatan, ternyata akan bertambah dengan lebih cepat lagi. Weight

Weight mempunyai hubungan yang tetap dengan lift, Lift diperlukan untuk meniadakan berat pesawat (weight, yang disebabkan oleh gaya tarik bumi yang beraksi pada massa pesawat). Gaya berat (weight) ini beraksi ke bawah melalui center of gravity pesawat. Pada penerbangan yang datar dan stabil, ketika gaya angkat sama dengan weight, maka pesawat dalam keadaan equilibrium dan tidak mendapatkan atau kehilangan ketinggian. Jadi jika lift berkurang dibandingkan dengan weight maka pesawat akan kehilangan ketinggian. Ketika lift lebih besar dari weight maka ketinggian pesawat akan bertambah. Lift

Lift adalah gaya ke atas pada sayap yang beraksi tegak lurus pada arah angin relatif (relatif wind). Penerbang dapat mengendalikan lift. Jika penerbang menggerakkan roda kemudi ke depan atau belakang, maka angle of attack akan berubah. Jika angle of attack bertambah maka lift akan bertambah (jika faktor lain tetap konstan). Ketika pesawat mencapai angle of attack yang maksimum, maka lift akan hilang dengan cepat. Ini yang disebut dengan stalling angle of attack atau burble point. Dalam keadaan sebenarnya, pesawat tidak dapat terus menerus bergerak secara datar di sebuah ketinggian dan menjaga angle of attack yang sama jika kecepatan ditambah. Lift akan bertambah dan pesawat akan menanjak sebagai hasil dari pertambahan gaya angkat.

Untuk menjaga agar lift dan weight menjadi sama, dan menjaga pesawat dalam keadaan lurus dan datar (straight and level) dalam keadaan equilibrium maka lift harus dikurangi pada saat kecepatannya ditambah. Normalnya hal ini dilakukan dengan mengurangi angle of attack, yaitu menurunkan hidung pesawat.

3. Cara Kerja Pesawat Terbang Saat Mendarat Saat pesawat mendarat, cara kerjanya berbanding terbalik dengan pesawat saat terbang. Dalam kerja pesawat ada dua hal penting yang harus diperhatikan, diantaranya kecepatan udara dan tekanan di atas dan di bawah pesawat.

Tekanan di atas sayap

Tekanan dibawah sayap

Untuk membuat pesawat mendarat secara perlahan, kita harus memperhatikan kedua hal itu. Agar bisa mendarat, kecepatan udara di atas sayap harus lebih kecil dari kecepatan udara di atas sayap, sehingga tekanan udara di atas sayap lebih besar dari tekanan udara di bawah sayap. Dengan begitu, gaya angkat yang tadinya ke atas saat terbang akan berubah menjadi gaya dorong ke bawah. Proses mendaratnya pesawat dilakukan secara perlahan, oleh karena itu penurunan kecepatannya harus dijaga agar pesawat tidak jatuh atau dalam ilmu penerbangan di sebut stall.

BAB III Penutup

Kebutuhan mobilitas manusia yang tinggi kini bisa diatasi oleh keberadaan alat transportasi udara, yaitu pesawat terbang. Pesawat terbang merupakan salah satu aplikasi dari ilmu fisika dasar, yaitu fluida. Dengan menggunakan prinsip gaya angkat pesawat dalam fluida, pesawat terbang dapat terbang dan mengudara di langit. Namun, terdapat beberapa perbedaan ketika pesawat sedang melakukan take off, di udara, dan landing. Selain itu, bentuk sayap dan bentuk body pesawat juga mempengaruhi kecepatan dan gaya angkat pesawat ketika berada di udara. Karena itulah, terdapat berbagai macam bentuk pesawat sesuai dengan kebutuhan muatan dan kecepatannya masing-masing.