makalah fiqih ibadah tentang zakat
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Zakat adalah ibadah maaliyyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi yang
sangat penting, strategis dan menentukan, baik dilihat dari sisi ajaran Islam
maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu ibadah pokok,
zakat termasuk salah satu rukun islam yang ketiga, sebagaimana diungkapkan
dalam berbagai hadits nabi Muhammad SAW., sehingga keberadaaannya
dianggap sebagai ma’luum minad-diin bidh-dharuurah atau diketahui secara
otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keimanan seseorang1. Di
dalam Al-Qur’an terdapat dua puluh tujuh ayat yang mengajarkan kewajiban
shalat dengan kewajiban zakat dalam berbagai bentuk kata.
Dalam Al-Qur’an terdapat pula berbagai ayat yang memuji orang-orang
yang secara sungguh-sungguh menunaikannya, dan sebaliknya memberikan
ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. Karena itu, khalifah Abu
Bakar Ash-Shiddiq bertekad memerangi orang orang yang shalat, tetapi tidak mau
mengeluarkan zakat. Ketegasan sikap ini menunjukkan bahwa perbuatan
meninggalkan zakat adalah suatu kedurhakaan dan jika hal ini dibiarkan, maka
akan memunculkan kedurhakaan dan kemaksiatan lain.
Zakat merupakan kewajiban yang tercantum dalam Al Qur’an. Artinya
jika kita mengerjakannya, kita dapat pahala. Jika tidak, akan mendapat dosa.
“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-orang
yang ruku’.” (Al Baqarah:43)
1 Didin Hafidhudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, hlm. 1
1
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah:5)
1.2 Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian dari zakat?
B. Apa sajakah jenis-jenis zakat?
C. Apa saja materi yang boleh dizakatkan?
D. Apa ketentuan bagi orang yang wajib melakukan zakat?
E. Apa ketentuan bagi orang yang berhak menerima zakat?
F. Apa ketentuan bagi orang yang tidak boleh menerima zakat?
G. Apakah hikmah dan manfaat dari berzakat?
1.3 Tujuan
Dengan adanya penjelasan dari hal-hal yang telah ditentukan pada
rumusan masalah diatas, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menelaah
lebih jauh tentang materi yang telah dipelajari, yaitu tentang pengertian zakat,
jenis-jenisnya, materi yang boleh dizakatkan, ketentuan-ketentun bagi orang yang
berzakat, yang menerima dan tidak boleh menerimanya, serta hikmah dan manfaat
dari berzakat. Selain itu, mahasiswa juga ditargetkan bisa mengkaji lebih dalam
serta mengaplikasikan pemahaman yang telah didapat dari materi yang berkaitan
dangan kehidupan sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti yakni Al-
Barakatuh (البرك) yaitu keberkahan, Al-Namaa ((النّما yaitu pertumbuhan dan
perkembangan, At-Taharatu (الطّهرة) yaitu kesucian dan As-Shalahu (الّصاله) keberesan. Sedangkan secara istilah, meskipun para ulama mengemukakannya
lewat redaksi yang agak berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, akan
tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian dari harta dengan
persyaratan tertentu yang allah swt. Mewajibkan kepada pemiliknya untuk
diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.2
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian
zakat menurut istilah sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta yang
dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah,
suci dan beres (baik).
2.2 Jenis-Jenis Zakat
Zakat terbagi kepada dua, yang pertama adalah zakat badaniyah, yaitu
zakat Fitrah yang di fardhukan pada bulan Ramadhan, dan yang kedua adalah
zakat maaliyah (maal), yaitu zakat harta di fardhukan setelah mencukupi syarat-
syaratnya serta di tunaikan sepanjang tahun.
Dalam pembahasan ini akan mengulas lebih dalam mengenai zakat
maaliyah (maal). Karena lebih sering ditemui dalam kehidupan dan juga tata cara
pembagiannya pun lebih luas dibandingkan dengan zakat badaniyah. Namun juga
tidak terlepas dari pembahasan zakat fitrah, yang juga akan dibahas. Keduanya
tidak memiliki banyak perbedaan dalam ketentuan-ketentuannya.
2.3 Materi yang dizakatkan2 Didin Hafidhudin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, hlm. 7
3
A. Binatang ternak
Jenis binatang yang wajib dikeluarkan zakatnya hanya unta, sapi, kerbau,
dan kambing. Keterangannya yaitu ijma’. Kuda tidak wajib zakat menurut
pendapat Imam Malik, Asy Syafi’i, dan Ahmad Bin Hanbal, kecuali kuda tersebut
merupakan harta niaga, dalam hal ini mereka sepakat wajib zakat sesuai dengan
ketentuan zakat niaga.
Imam Abu hanifah berbeda pendapat dalam hal ini. Beliau mewajibkan
zakat pada kuda jika perempuan, atau laki-laki dan perempuan dengan syarat ia
diternakkan di padang rumput yang mubah dan dipelihara untuk berkembang
biak. Jika tidak untuk berkembang biak, seperti untuk kendaraan, angkutan
barang, atau jihad, maka tidak wajib zakat. Demikian pula, tidak wajib zakat jika
kuda tersebut hanya laki-laki.
Syarat-syarat bagi pemilik binatang yang wajib zakat tersebut adalah:
a. Islam, orang non islam, walaupun mempunyai binatang tersebut ia tidak wajib
berzakat.
“Abu Bakar As Shiddiq berkata dalam surat beliau kepada penduduk bahrain,
inilah sedekah yang diwajibkan Rasulullah SAW atas orang-orang
muslim.”(riwayat Bukhari dan anas)
b. Merdeka
c. Milik yang sempurna
d. Cukup satu nishab
e. Sampai satu tahun lamanya dipunyai
“Dari Ibnu Umar, Rasulullah telah berkata, tidak ada zakat pada harta
seseorang sebelum sampai satu tahun dimilikinya.”(Riwayat Daruqhutni)
f. Digembalakan di rumput yang mubah.
B. Emas dan perak
Barang tambang yang lain tidak wajib dizakati. Ketetapan ini diperkuat
dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunannya
dan Baihaqi dalam As sunan Al Kubra pada Bab Zakat, Dari Ali dari Nabi, beliau
bersabda: “jika kamu memiliki 200 dirham dan telah mencapai satu tahun, maka
4
keluarkan lima dirham sebagai zakatnya. Dan kamu tidak berkewajiban(zakat)
apa-apa dalam kepemilikan emas hingga kamu miliki 20 dinar, jika kamu sudah
miliki 20 dinar dan telah mencapai satu tahun, maka keluarkan setengan dinar
sebagai zakatnya.”
Syarat bagi pemilik emas dan perak yang wajib dizakati:
a. Islam
b. Merdeka
c. Milik yang sempurna
d. Sampai satu nishab
e. Sampai satu tahun disimpan.
Firman Allah :
“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak, dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa
mereka akan mendapat) siksaan yang pedih.” (At taubah : 34)
Sabda Rasulullah:
“Dari Ali Bin Abi Thalib, ia berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda,
Sesungguhnya saya telah memaafkan kamu dari sedekah kuda dan sahaya, maka
bayarlah zakat perak, tiap tiap empat puluh dirham satu dirham, 190 dirham
belum wajib zakatnya, dan apabila sampai dua ratus dirham zakatnya lima
dirham.”(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi).
C. Biji makanan yang mengenyangkan
5
Seperti beras, jagung, gandum, dan sebagainya. Adapun biji makanan
yang tidak mengenyangkan seperti kacang tanah, kacang panjang, buncis, dan
sebagainya tidak wajib dizakati
Firman Allah:
“Dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan
zakatnya).” (Al An’am: 141)
Syarat-syarat bagi pemilik biji-biji makanan yang wajib dizakati tersebut yaitu:
a. Islam
b. Merdeka
c. Milik yang sempurna
d. Sampai nishabnya
e. Biji makanan itu ditanam oleh manusia
f. Biji makanan itu mengenyangkan dan tahan disimpan lama.
D. Buah buahan
Yang dimaksud dengan buah buahan yang wajib dizakati hanya kurma
dan anggur saja, sedangkan buah buahan yang lainnya tidak. Kurma dan anggur
wajib dikeluarkan zakatnya karena keduanya dapat menggantikan fungsi makanan
pokok. Keduanya merupakan jenis buah-buahan yang paling utama, dan buah
kurma lebih utama dari anggur. Di dalam Alqur’an, kurma selalu didahulukan
daripada anggur jika keduanya terhimpun dalam satu ayat dan tidak ada pemisah
antara keduanya.
6
Rasulullah juga mempersamakan kurma dengan seorang mukmin karena
semua bagiannya bermanfaat. Ia adalah pohon kebaikan yang disebut dalam Al
qur’an, Surat Maryam: 25-26.
Menurut pendapat Abu Hanifah, setiap yang dihasilkan dari bumi yang
sengaja ditanam wajib dikeluarkan zakatnya. Ia berpegang kepada keumuman
nash Alqur’an dan sunnah. Allah berfirman: dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu. Q.S Al baqoroh: 267. Disini Allah tidak
membedakan antar hasil bumi satu dengan yang lainnya.
Sabda Rasulullah:
“Rasulullah telah menyuruh supaya menaksir buah anggur itu berapa
banyak buahnya, seperti menaksir buah kurma, dan beliau juga menyuruh supaya
memungut zakat anggur sesudah kering, seperti mengambil zakat buah kurma,
juga sesudah kering.” (Riwayat tirmidzi)
Syarat-syarat bagi pemilik buah buahan yang wajib dizakati itu adalah:
a. Islam
b. Merdeka
c. Milik yang sempurna
d. Nishab (sampai satu nishab)
E. Perdagangan
Kewajiban zakat pada perdagangan yang telah memenuhi persyaratan
teretentu, ada tiga syarat utama kewajiban zakat pada perdagangan yaitu sebagai
berikut:
1. Niat berdagang.
Niat berdagangatau memperjualbelikan komoditas komoditas tertentu ini
merupakan syarat yang sangat penting. Hal ini sebagaimana dikemukakan
dalam hadits riwayat abu dawud dari samrah bin jundab diatas.
2. Mencapai nishab.
7
Nishab dari zakat perdagangan adalah sama dengan nishab dari zakat emas
dan perak atau dua ratus dirham perak.
3. Telah berlalu satu tahun.
F. Zakat Rikaz, Al-Ma’adin serta hasil laut
1. Rikaz adalah harta peninggalan yang terpendam dalam bumi/harta karun.
Kewajiban pembayaran zakat adalah saat ditemukan dan tidak ada haul, dengan
nisab 85 gram emas murni.
2. Ma’din adalah seluruh barang tambang yang ada di dalam perut bumi baik
berbentuk cair, padat atau gas diperoleh dari perut bumi atau dari dasar laut.
Nisabnya 85 gram emas murni
3. dalam pengertian barang tambang di atas tidak termasuk hasil eksploitasi dari
dalam laut, seperti mutiara, ikan, untuk hasil laut maka harus dizakati sebagai
zakat perdagangan.
2.4 Orang Yang Wajib Melakukan Zakat
1. Islam, berarti mereka yang beragama islam baik anak anak ataupun yang sudah
dewasa, berakal sehat atau tidak.
2. Merdeka, berarti bukan budak dan memiliki kebebasan untuk melaksanakan
dan menjalankan seluruh syari’at islam.
3. Memiliki satu nishab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan zakat dan
cukup haul.
2.5 Orang Yang Berhak Menerima Zakat
1. Fakir
Fakir adalah orang yang penghasilannya belum dapat menutupi separuh dari
kebutuhannya.
2. Miskin
Miskin adalah orang yang penghasilannya baru bisa memenuhi separuh atau
lebih dari kebutuhannya, tetapi belum bisa terpenuhi semuanya
3. Amil Zakat
8
Amil Zakat adalah orang yang mendapatkan tugas dari negara, organisasi,
lembaga atau yayasan untuk mengurusi zakat. Atas kerjanya tersebut, seorang
amil zakat berhak mendapatkan jatah dari uang zakat.
4. Muallaf
Muallaf adalah singkatan dari istilah “al-Muallaf Qulubuhum“ sebagaimana
yang disebutkan al-Qur’an dalam surat at-Taubah, ayat : 60. Yang artinya
adalah orang-orang yang hati mereka dilunakkan agar masuk Islam, atau agar
keimanan mereka meningkat, atau untuk menghindari kejahatan mereka.
5. Fi ar- Riqab
Fi ar-Riqab adalah budak belian. Maksud pemberian zakat kepada mereka
bukanlah kita memberikan uang kepada mereka, tetapi maksudnya adalah
memerdekakan mereka.
6. Al-Gharimun
Al-Gharim adalah orang-orang yang dililit utang, sehingga dia tidak bisa
membayarnya.
7. Fi Sabilillah
Yang dimaksud fi sabilillah adalah perang di jalan Allah untuk menegakkan
kalimat Allah di muka bumi.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil adalah seorang musafir yang kehabisan bekal di tengah perjalanan,
sehingga dia tidak bisa melanjutkan perjalanan atau kembali ke kampung
halamannya. Orang seperti ini, walaupun dia kaya di kampung halamannya,
berhak untuk mendapatkan zakat sekedarnya sesuai dengan kebutuhannya
sehingga dia sampai tujuan.
2.6 Orang Yang Tidak Boleh Menerima Zakat
1. Orang kaya, yaitu orang yang berkecukupan atau mempunyai harta yang
mencapai satu nishab.
2. Orang yang kuat yang mampu berusaha mencukupi kebutuhannya dan jika
pengthasilannya tidak mencukupi, baru boleh mengambil zakat.
9
3. Orang kafir dibawah perlindungan agama islam kecuali jika diharapkan untuk
masuk islam.
4. Bapak ibu atau kakek nenek
2.7 Hikmah dan Manfaat Zakat
Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung hikmah dan
manfaat yang demikian besar dan mulia, baik yang bertkaitan dengan orang yang
berzakat (muzakki), maupun dengan penerimanya (mustahik), harta yang
dikeluarkan zakatnya, maupun bagi masyarakat keseluruhan.
Hikmah dan manfaat tersebut antara lain sebagai berikut :
Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah Swt. mensyukuri
nikmatnya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,
menghilangkan sifat kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan ketenangan
hidup, sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang dimiliki.
Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik, maka zakat berfungsi
untuk menolong, membantu dan membina mereka, terutama fakir miskin, kearah
kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya dengan layak, dapat beribadah kepada allah swt, terhindar
dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan hasad yang
mungkin timbul dari kalangan mereka ketika mereka melihat orang kaya yang
memiliki harta cukup banyak.
Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah, yang karena kesibukannya tersebut, ia tidak
memliki waktu dan kesempatan untuk berusaha dan berikhtiar bagi kepentingan
nafkah diri dan keluarganya.
Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana
maupun prasarana yang harus dimiliki oleh umat islam, seperti sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, sosial maupun ekonomi, sekaligus sarana pengembangan
kualitas sumber daya manusia muslim. Hampir semua ulama sepakat bahwa orang
10
yang menuntut berhak menerima zakat atas nama golongan fakir dan miskin
maupun fisabilillah.
Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu
bukan hanya membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian
dari hak orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik benar sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. yang terdapat dalam surah Al-Baqarah : 267 dan
hadits Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh imam muslim. dalam hadits
tersebut rasulullah bersabda:
“Allah swt. Tidak akan menerima sedekah (zakat) dari harta yang di dapat
secara tidak sah”
Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan
salah satu instrument pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan
baik, dimungkinkan membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan
pendapatan,. Zakat menurut Mustaq Ahmad adalah sumber utama kas negara dan
sekaligus merupakan sokoguru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan al qur
an. Zakat akan mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan dan pada
saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan
mempromosikan distribusi.
Ketujuh, dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada kepada orang
orang yang beriman untuk berzakat, berinfak dan bersedekah menunjukkan bahwa
ajaran islam mendorong umatnya untuk mampu bekerja dan berusaha sehingga
memiliki harta kekayaan yang disamping dapat memenuhi kebutuhan hidup diri
dan keluarganya, juga berlomba lomba menjadi muzakki dan munfik. Dengan
demikian, zakat menurut Yusuf Al Qhardawi adalah ibadah ma’aliyah al
ijtima’iyyah, yaitu ibadah di bidang harta yang memiliki fungsi strategis, penting
dan menentukan dalam membangun kesejahteraan masyarakat.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zakat adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang allah swt.
Mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak
menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.
Zakat terbagi kepada dua, yang pertama adalah zakat badaniyah, yaitu zakat
Fitrah yang di fardhukan pada bulan Ramadhan, dan yang kedua adalah zakat
maaliyah (maal), yaitu zakat harta di fardhukan setelah mencukupi syarat-
syaratnya serta di tunaikan sepanjang tahun.
Materi yang dizakatkan diantaranya ialah binatang ternak, emas dan perak, biji
dan buah-buahan yangmengenyangkan, perdagangan dan rikaz.
Orang Yang Wajib Melakukan Zakat adalah Islam, merdeka, memiliki satu
nishab dari salah satu jenis harta yang wajib dikenakan zakat dan cukup haul.
Orang yang erhak menerima zakat yaitu: fakir, miskin, amil zakat, muallaf, fi
ar- Riqab, al-Gharimun, fi sabilillah, Ibnu sabil.
Hikmah dan manfaat zakat: Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada
Allah Swt. mensyukuri nikmatnya, menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa
kemanusiaan yang tinggi, dll. Kedua, karena zakat merupakan hak mustahik,
maka zakat berfungsi untuk menolong, membantu dan membina mereka,
terutama fakir miskin, kearah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang orang kaya yang
berkecukupan hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan
untuk berjihad di jalan Allah. Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi
pembangunan sarana maupun prasarana yang harus dimiliki oleh umat islam.
Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu bukan
hanya membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari
hak orang lain dari harta kita. Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat, zakat merupakan salah satu instrument pemerataan pendapatan. Ketujuh,
12
dorongan ajaran islam yang begitu kuat kepada kepada orang orang yang
beriman untuk berzakat
3.2 Saran
Setelah menerima dan memahami materi yang telah disajikan, diharapkan
para audience dapat mengkaji lebih dalam dengan mencari sumber dan referensi
yang lebih banyak guna mendapatkan kebenaran yang valid.
13
Daftar Pustaka
Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat Dalam Prekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani Press.
http://www.maidam.gov.my/zakat/index.php/kutipan-zakat/jenis-jenis-zakat,
diakses pada: Minggu, 10 Nov. 2013, pukul 14:35 wib
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38865/5/Chapter%20l.pdf,
diakses pada: Minggu, 10 Nov. 2013, pukul 14:50 wib
Misyuraidah. 2013. Fiqh. Palembang: Grafika Telindo Press
Rasjid, Ssulaiman. 2010. Fiqh Islam, Cet-49. Bandung: Sinar Baru Algesindo
14