makalah faal gus
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
LAPORAN LABORATORIUM FISIOLOGI
SISTEM KEMIH
KELOMPOK C-1
Anggota :
Oktaviano Satria Perdana 111.0211.171
Novia Khairulbaria 111.0211.169
Winda Meyrisa 111.0211.194
Irnanita Pratiwi 111.0211.179
Barbie Nurdilia R 111.0211.005
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan karunia-
Nyalah kami dapat menyelesaikan laporan laboratorium ini.
Percobaan ini dimaksudkan untuk memahami fungsi ginjal yang bekerja sesuai prinsi sistem
berkemih. Dari percobaan dan pemeriksaan itu telah didapatkan hasil yang membuktikan cara kerja
ginjal dalam proses pembuatan sampai mengeluaran urin. Maka, kami membuat laporan praktikum
fisiologi tentang prinsip ginjal sebagai pengatur sistem berkemih.
Tiada kesempurnaan dalam setiap ciptaan manusia. Begitu juga dengan makalah yang kami buat ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami memohon kritik dan saran demi tercapainya
pembelajaran yang ideal dan hasil yang maksimal.
Semoga segala kelebihan dan kekurangan dalam laporan ini dapat dijadikan bahan pelajaran bagi
pembacanya.
Jakarta, Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Adapun dilakukannya praktikum laboratorium faal ini, yaitu untuk mengetahui apa
saja organ yang berperan dalam sistem berkemih dan bagaimana proses pembentukan
urin sampai urin dikeluarkan melalui saluran berkemih. Filtrasi adalah proses
bertukarnya cairan dan zat-zat yang dibutuhkan/tidak dibutuhkan oleh tubuh.
Pengaturan laju glomerulus rate (GFR) dipengaruhi oleh tekanan hidrostastik, tekanan
osmotik, dan tekanan kapsula bowman. Reabsorbpsi merupakan proses pelepasan zat-
zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh yang mana telah terfiltrasi melalui pembuluh
darah. Sekresi merupakan proses pemasukan kembali zat-zat yang tidak dibutuhkan
oleh tubuh namun tidak mampu terfiltrasi dari pembuluh darah. Eksresi adalah proses
pengeluaran urin yang sudah dibentuk didalam ginjal yang kemudian dialirkan
melalui saluran kemih lainnya menuju vesika urinaria yang dimana akan
merasangsang sistem saraf simpatis untuk memberikan respon miksi..
2. Tujuan
1. Mengetahui fungsi sistem perkemihan
2. Mengetahui kerja sistem perkemihan terlebih ginjal.
3. Mempelajari proses produksi urine
4. Mempelajari respon miksi setelah terbentuknya urine dari ginjal
Anatomi Sistem KemihOrgan sistem kemih terdiri dari ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Organ-organ ini berfungsi
untuk memproduksi urine, melalui proses filtrasi darah dan mengumpulkan urine untuk beberapa
saat.
Ginjal
Terdapat dua buah, berada di sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Berbentuk seperti kacang
merah dengan panjang 11cm, lebar 6cm, dengan tebal 3cm dan berat kira-kira 135-150g. Terdiri atas
cortex rendan medulla renalis, yang masing-masing berbeda dalam warnda dan bentuk. Cortex
renalis berwarna pucat dengan permukaan yang kasar. Medulla renalis terdiri atas pyramidales
renale, yang berjumlah 12-20 buah, berwarna agak gelap. Terdapat basis pada cortx, dan apexnya
dinamakan papilla renalis yang terletak menghadap kearah medial, bermuara pada calyx minor.
Pada ginjal terdapat Nefron, yaitu suatu satuan fungsional ginjal yang berguna dalam produksi urin.
Terdapat ± 1juta nefron pada setiap ginjal. Yang dimana nefron terbagi menjadi dua komponen:
a. Komponen vaskular
Arteriol aferen, untuk mengalirkan darah ke glomerulus.
Glomerulus, berkas kapiler yang menyaring plasma bebas dan protein ke dalam
komponen tubulus.
Arteriol eferen, untuk mengalirkan dari glomerulus.
Kapiler peritubulus, untuk memperdarahi jaringan ginjal juga berperan dalam
pertukaran (reabsorbpsi-sekresi) dengan cairan di dalam lumen tubulus.
b. Komponen tubulus
Kapsula bowman, unmtuk mengumpulkan filtrast glomerulus.
Tubulus proksimal, tempat terjadinya reabsorbpsi dan sekresi tidak terkontrol zat-
zat tertentu.
Ansa henle, ,membentuk gradien osmotik di medula ginjal untuk menghasilkan urine
dengan berbagai konsentrasi.
Tubulus distal, sekresi dan reabsorbpsi tidak terkontrol zat-zat tertentu.
Tubulus pengumpul, untuk reabsorbpso H20.
Vaskularisasi
Arteri renalis → arteri interlobar → arteri arcuata → arteri interlobular → arteriol afferent → kapiler
glomerulus → arteriol efferent → kapiler peritubular → vasa recta → vena interlobular → vena
arcuata → vena interlobar → vena renalis
Innervasi
Plexus renalis dibentuk oleh percabangan dari plexus dari plexus coeliacus. Serabut-serabut
suprarenalis dibentuk oleh percabangan dari plexus ceoliacus.
Ureter
Suatu saluran yang dibentuk oleh jaringan otot polos dengan ukuran 25-30cm, menghubungkan
ginjal dengan vesica urinaria. Terletak retroperitoneal, sebagian berada di dalam cavum abdominis,
disebut pars abdominalis dan sebagian berada di dalam cavitas pelvis, yang disebut pars pelvica.
Vesica urinaria
Sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos, berfungsi sebagai tempat
penyimpanan urine. Apabila terisi sampai 200-300ml urine maka akan timbul keinginan untuk miksi.
Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali pada bayi dam amal-anak kecil
merupakan suatu reflex.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria mempunyai empat buah dinding, yaitu facies superior, facies
infero-lateralis (dua buah) dan facies posterior.
Urethra
Merupakan suatu saluran fibromuskular yang dilalui oleh urine keluar dari vesica urinaria. Dimana
pada wanita memiliki panjang yang lebih pendek (4cm) dibandingkan dengan urethra pria (20cm).
Pada urethra pria dibbagi menjadi tiga bagian, yaitu pars prostatica, pars membranacea, dan pars
spongiosa.
FILTRASI GLOMERULUSURIN
Merupakan cairan yang diekskresikan oleh ginjal
Na+ à 130 – 260 mEq (tentatif),K+ à 25 – 100 mEq,Cl + à 120 -240 mEq
Kreatin à Wanita : 0-100 mg ; Pria : 0 – 40 mg
Kreatinin à 1 -1.6 g atau 15 – 25 mg/KgBB
RBC,Bilirubin, Glukosa & Protein : Tidak terdeteksi
Satuan fungsional ginjal disebut nefron
Filtrasi Glomerulus
Cairan yang masuk ke kapsula Bowman harus melewati 3 lapisan glomerulus:
1. Kapiler glomerulus (endotel kapiler) : memiliki pori-pori yang disebut fenestra
sehingga H2O lebih mudah lewat.
2. Membrane basal (Lapisan gelatinosa aseluler) : Lapisan gelatinosa terdiri dari
kolagen dan glikoprotein.Dimana fungsi glikoprotein adalah untuk mencegah
terfiltrasinya protein-protein kecil seperti albumin.Karena muatan glikoprotein
bersifat sangat negatif sehingga protein-protein yang bersifat negative juga ditolak
3. Lapisan dalam kapsula Bowman (sel-sel podosit)
Ketiga lapisan ini berfungsi untuk menahan sel darah merah dan protein agar tidak ikut
terfiltrasi.Sehingga yang terfiltrasi hanya air dan zat terlarut berukuran kecil.
Sifat lapisan membrane glomerulus:
Permeabel terhadap air & kristaloid bermolekul kecil (B.M. < 7000)
Tidak permeabel terhadap molekul besar dan koloid (protein plasma)
Membran filtrasi bermuatan negatif à zat bermuatan negatif tak dapat
melalui membran filtrasi,
Semua protein bermuatan negatif dan bermolekul besarà tdk dpt lewat.
Molekul sangat kecil bermuatan negatif tetap mudah melewati membrane
filtrasi
Proses Filtrasi
Untuk mendorong cairan dari kapiler ke kaps Bowman, perlu gaya (tekanan filtrasi /TF) yg
ditentukan oleh:
Tekanan mendorong filtrasi (mmHg)
o hidrostatik di kapiler glomerulus (PG) 60
o tekanan osmotic koloid di kaps. Bowman (πB) 0
Tekanan melawan filtrasi (mmHg)
o tekanan hidrostatik di kaps Bowman (PB) 18
o tekanan osmotic koloid di kapiler glomerulus (πG) 32
TF = Tekanan mendorong – tekanan melawan
TF = (PG + πB) – (PB + πG )
TF = PG – PB - πG
TF = 60 – 18 – 32
TF = 10 mmHg
Laju filtrasi glomerulus (LFG) / Glomerular filtration
rate (GFR)
GFR adalah Volume plasma yangg difiltrasi dari kapiler
glomerulus ke kapsula Bowman per satuan waktu. GFR ditentukan oleh (1) jumlah daya
hidrostatik dan osmotic koloid pada membrane glomerulus, yang menghasilkan tekanan
filtrasi akhir, dan (2) koefisien filtrasi kapiler glomerulus, Kf .
GFR = Kf x TF
GFR = Kf x (PG – PB - πG)
GFR dikontrol oleh 2 mekanisme, yaitu (1) Otoregulasi, yang ditujukan untuk mencegah
perubahan spontan, dan (2) kontrol simpatis ekstrinsik, yang ditujukan untuk pengaturan
jangka panjang tekanan darah arteri.
(1) Otoregulasi GFR
Merupakan pengaturan intrinsic yang dilakukan oleh ginjal sendiri untuk
mempertahankan aliran darah kapiler glomerulus yang konstan sehingga tekanan
darah kapiler glomerulus konstan dan GFR stabil, walaupun terjadi perubhan
tekanan arteri.
Dua mekanisme intrarenal yang berperan dalam otoregulasi:
a) Mekanisme miogenik
Adalah sifat umum otot polos vascular.
- Tekanan arteri ↑ àotot polos KONSTRIKSI
- Tekanan arteri à otot polos DILATASI
b) Mekanisme umpan balik tubulo-glomerulus
Melibatkan asparatus jukstaglomerulus, yaitu kombinasi sel-sel tubulus
dan vascular.
Dua mekanisme diatas bekerja sama melakukan
autoregulasi atas GFR di dalam rentang tekanan arteri
80-180 mmHg. Otoregulasi penting karena
pergeseran GFR yang tidak sengaja bisa
menyebabkan ketidak seimbangan cairan, elktrolit
dan zat-zat sisa yang bahaya.
(2) Kontrol simpatis eksrinsik GFR
Kontrol ini memiliki respon yang lebih hebat dari
otoregulasi. Tujuannya untuk menjaga agar GFR
konstan, dan GFR dapat diubah secara sengaja.
Kontrol ini diperantarai oleh system saraf simpatis
ke arteriol aferen yang bertujuan untuk mengatur
Tekanan darah arteri.
Reabsorpsi TubulusKetika cairan yang telah difiltrasi ini meninggalkan kapsula Bowman dan mengalir melewati tubulus,
cairan ini mengalami perubahan akibat adanya reabsorpsi air dan zat terlarut spesifik kembali ke
darah. Sebagian besar filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui difusi
pasif gradient kimia atau listrik, transport aktif terhadap gradient tersebut, atau difusi terfasilitasi.
Sekitar 85% natrium klorida dan air serta semua glukosa dan asam amino pada filtrate glomerulus
diabsorpsi dalam tubulus kontortus proximal (TC I), walaupun reabsorpsi berlangsung pada semua
bagian mefron.
(i) Reabsorpsi ion natrium
1. Ion-ion natrium ditransport secara pasif melalui difusi terfasilitasi (dengan arrier) dari lumen
tubulus konkortus proximal ke dalam sel-sel epitel tubulus yang konsentrasi ion natriumnya lebih
rendah.
2. Ion-ion natrium yang ditransport secara aktif dengan pompa natrium-kalium, akan keluar
dari sel-sel epitel untuk masuk ke cairan interstitial di dekat kapiler peritubular.
(ii) Reabsorpsi ion klor dan ion negatif lain
1. Karena ion natrium positif bergerak secara pasif dari cairan tubulus ke sel dan secara aktif
dari sel ke cairan interstitial peritubuluar, akan terbentuk ketidakseimbangan listrik yang justru
membantu pergerakan pasif ion-ion negatif.
2. Dengan demikian, ion klor, dan bikarbonat negatif secara pasif berdifusi ke dalam sel-sel
epitel dari lumen dan mengikuti pergerakan natrium yang keluar menuju cairan peritubular dan
kapiler tubular.
(iii) Reabsorpsi glukosa, fruktosa, dan asam amino
1. Carrier glukosa dan asam amino sama dengan carrier ion natrium dan digerakkan melalui
cotransport.
2. Carrier pada membrane sel tubulus memiliki kapasitas reabsorpsi maksimum untuk glukosa,
berbagai jenis asam amino, dan beberapa zat terabsorpsi lainnya. Jumlah ini dinyatakan dalam
maksimum transport (transport maximum [Tm]).
3. Tm untuk glukosa adalah julah maksimum yang dapat ditranspor (reabsopsi) per menit, yaitu
sekitar 200 mg glukos/100 ml plasma. Jika kadar glukosa darah melebihi nilai Tm-nya, berarti
melewati ambang plasma ginjal sehingga glukosa muncul di urin (gulosuria).
(iv) Reabsorpsi air
Air bergerak bersama ion natrium melalui osmosis. Ion natrium berpindah dari area berkonsentrasi
tinggi dalam lumen tubule konkortus proximal ke area berkonsentrasi air rendah dalam cairan
interstitial dan kapiler peritubular.
(v) Reabsorpsi urea
Seluruh urea yang terbentuk setiap hari difiltrasi oleh glomerulus. Sekitar 50% urea secara pasif
direabsorpsi akibat gradien difusi yang terbetuk saat air direabsorpsi. Dengan demikian, 50% urea
yang difiltrasi akan diekskresikan dalam urin.
(vi) Reabsorpsi ion anorganik lain, seperti kalium, kalsium, fosfat, dan sulfat, serta sejumlah ion
organik adaalah melalui transport aktif.
SEKRESIGinjal mensekresikan dan mengekskresikan H+ ke dalam urine sehingga ginjal dapat membersihkan
darah dari asam-asam yang tidak mudah menguap yang diproduksi secara metabolik. H+ yang
dihasilkan di sel tubulus proksimal dari penguraian air berpindah ke lumen tubulus dan berikatan
dengan ion-ion fosfat yang difiltrasi dan keluar melalui urine. Efek ekskresi hidrogen yang terikat ke
fosfat tidak hanya menyebabkan pengeluaran asam melalui urine, tetapi juga menambahkan netto
bikarbonat. Hal ini terjadi karena ion bikarbonat tetap diproduksi di tubulus proksimal sewaktu
karbon dioksida berikatan dengan OH-. Bikarbonat ini dikembalikan ke plasma.5
Mekanisme lainnya yang digunakan oleh ginjal untuk mengekskresikan asam adalah dengen
sekresi aktif ion amonium (NH4+) ke dalam cairan tubulus. Ion amonium dihasilkan oleh sel tubulus
proksimal sebagai hasil metabolisme glutamin. Glutamin masuk ke dalam sel dari kapiler peritubulus
dan lumen tubulus setelah difiltrasi di glomerulus. Setelah berada di dalam tubulus, ion amonium
tidak dapat kembali ke dalam sel-sel tubulus proksimal sehinggal diekskresikan melalui urine.
Bikarbonat yang dihasilkan dari metabolisme glutamin berdifusi kembali ke dalam kapiler
peritubulus sehinggal mengembalikan basa ke darah. Akhirnya, sejumlah kecil ion hidrogen
diekskresikan secara bebas dalam urine menyebabkan urine normal memiliki pH asam.5
Pada kondisi alkalosis (kelebihan basa), ginjal dapat mensekresikan bikarbonat sehingga basa
plasma berkurang dan pH kembali ke tingkat normal. Sekresi bikarbonat adalah proses aktif yang
terjadi di duktus pengumpul di korteks. Namun, pada keadaan alkalosis, reabsorbsi bikarbonat di
tubulus proksimal tetap berlangsung dan tetap penting karena jika semua bikarbonat yang difiltrasi
hilang dapat menyebabkan kematian.5
Kesimpulan
Ginjal, yang merupakan komponen penting dalam sistem produksi urine, ekskresi zat-zat sisa
metabolisme juga memiliki peranan penting dalam pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit.
EKSKRESI Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa
zat sisa itu berupa urine(ginjal), keringat(kulit), empedu(hati), dan CO2(paru-paru). Zat-zat ini harus
dikeluarkan dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu bahkan meracuni tubuh.
Merupakan proses akhir dari pembentukan urine sendiri. Berikut pembentukan urine:
• Darah dari aorta >>> glomerulus (filtrasi) protein tetap berada di pembuluh darah dan
terbentuk urin primer yang mengandung air, garam, asam amino, glukosa dan urea
• Tubulus kontortus proksimal(reabsorpsi) menyerap glukosa, garam,air, dan asam amino.
Terbentuk urin sekunder yang mengandung urea
• Tubulus kontortus distal(augmentasi) melepaskan zat-zat yang tidak berguna atau
berlebihan ke dalam urin dan terbentuk urin sebenarnya >>> tubulus kolektivus >>> rongga ginjal
>>> ureter >>> kandung kemih >>> uretra >>> urine keluar tubuh.
Zat-zat yang terkandung dalam urin:
• Air. Kurang lebih 95%.
• Urea, asam urat, dan amonia dan merupakan sisa pembongkaran protein.
• Empedu yang memberikan warna kuning pada urine.
• Garam
• Zat yang bersifat racun atau berlebihan lainnya.
C. Banyak sedikitnya urin yang dihasilkan dalam proses ekskresi dipengaruhi oleh beberapa faktor
berikut:
1.Hormon Anti Diuretik (ADH)
Faktor pertama yang mempengaruhi produksi air kencing (urin) adalah hormon anti diuretik
(ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar oleh hipofisis posterior. Jika tubuh menghasilkan banyak ADH
maka penyerapan air pada tubulus juga banyak, sehingga volume urin sedikit dan dalam kondisi
pekat.
Sebaliknya, jika ADH berada dalam jumlah sedikit maka penyerapan air juga sedikit sehingga
ginjal menghasilkan urin dalam volume banyak dan kondisinya encer. Jika kelenjar hipofisis tidak
berfungsi sehingga tidak bisa menghasilkan ADH, maka urin akan menjadi sangat encer. Kondisi
demikian dinamakan penyakit diabetes insipidus.
2. Jumlah air yang diminum
Semakin banyak volume air yang diminum, maka urin yang dihasilkan juga semakin banyak.
Disarankan agar setiap hari kita minum air putih minuman 6 gelas. Konsumsi air putih bisa
membersihkan racun-racun tubuh yang masuk ke dalam ginjal dan memberi manfaat menjaga
kelembaban pada kulit.
3. Saraf ginjal
Rangsangan pada saraf ginjal akan mengakibatkan penyempitan duktus eferen sehingga aliran
darah ke glomerulus berkurang dan mengakibatkan proses filtrasi kurang efektif. Kondisi demikian
mengakibatkan volume urin yang dihasilkan jumlahnya sedikit. Begitu juga sebaliknya.
4. Jumlah hormon insulin
Jika hormon insulin jumlahnya sedikit, misalnya pada penderita diabetes melitus, maka kadar
gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Hal ini akan mengganggu proses penyerapan
kembali air sehingga orang tersebut akan lebih banyak mengeluarkan urin.
Proses produksi urin akan terganggu bila seseorang menderita salah satu penyakit akibat
kelainan fungsi ginjal. Penyakit kelainan ginjal yang sering terjadi pada manusia antara lain: nefritis,
diabetes melitus (kencing manis), diabetes insipidus, albuminuria, dan batu ginjal. Semoga informasi
kesehatan ini bisa berguna untuk Anda.
D. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang,
yang kemudian mencetuskan langkah kedua Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks
berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya
menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks
autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks
serebri atau batang otak.
Proses Miksi atau rangsangan berkemih :
1. Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses
miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama
terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih.
2. Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter
bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila
saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
3. Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).
4. Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
spinter interna.
5. Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung
kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih
terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena
membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ginjal sebagai salah satu organ yang bekerja dalam sistem kemih. Dimana
terjadinya proses filtrasi, reabsorbpsi dan sekresi didalam nefron ginjal, yang
merupakan suatu satuan alat fungsional ginjal. Kemudian setelah urin terproduksi
akan dialirkan melalui calyx minor menuju calyx mayor dan pelvix ginjal dan akan
menuruni urether dan bermuara di vesica urinaria. Bila reflek miksi telah aktif maka
katup vesica urinaria akan terbuka sehingga urine akan mengalur melewati urethra
dan akan terjadinya respon miksi yang dimana diatur oleh sistem saraf simpatis.
B. Saran
Sebaiknya selain hanya menonton, sebaiknya disediakan alat untuk ilustrasi agar pemahaman
kami para mahasiswa menjadi lebih baik dan juga menjadi lebih mengerti bagaimana proses
dalam produksi urin sampai respon untuk miksi.