makalah ckd ( gagal ginjal kronik )
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara global terdapat 200 kasus gangguan ginjal per sejuta penduduk. 8 juta di antara jumlah
populasi yang mengalami gangguan ginjal berada dalam tahap gagal ginjal kronis. Penelitian
sebelumnya mengatakan terdapat hubungan antara mengalami gagal ginjal dengan timbulnya
gangguan psikiatri pada pasien ( Cohen et al., 2004 ). Kondisi ini bisa terjadi pada kasus
gagal ginjal akut maupun yang kronis.
Penyakit apapun yang berlangsung dalam kehidupan manusia dipersepsikan sebagai suatu
penderitaan dan mempengaruhi kondisi psikologis dan sosial orang yang mengalaminya.
Akan tetapi petugas kesehatan sering kali cenderung memisahkan aspek biologis dari aspek
psikososial yang dialami pasien ( Leung, 2002 ).
Aspek psikososial menjadi penting diperhatikan karena perjalanan penyakit yang kronis dan
sering membuat pasien tidak ada harapan. Pasien sering mengalami ketakutan, frustasi dan
timbul perasaan marah dalam dirinya. ( Harvey S, 2007 ).
Penelitian oleh para profesional di bidang penyakit ginjal menemukan bahwa lingkungan
psikososial tempat pasien gagal ginjal tinggal mempengaruhi perjalanan penyakit dan kondisi
fisik pasien ( Leung, 2002 ).
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud gagal ginjal kronis?
2. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada gagal ginjal kronis?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini diharapkan pembaca mampu mengidentifikasi
apakah yang dimaksud dengan gagal ginjal kronis dan bagaimanakah asuhan
keperawatannya.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Chronic Kidney Disease ( CKD ) merupakan penurunan faal ginjal yang menahun yang
umumnya tidak riversibel dan cukup lanjut. ( Burner, 2002 ).
Gagal ginjal kronik ( GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap ( Doenges, 1999 : 626 )
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir ( ESRD ) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia ( retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah ). ( Brunner & Suddarth, 2002: 1448 )
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. ( Price, 1992 : 812 )
2.2 ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Ginjal terdiri beberapa bagian, yang diantaranya sebagai berikut :
a. Renal Capsule (Fibrous Capsule), Tiap ginjal dibungkus oleh suatu membran transparan
yang berserat yang disebut renal capsule.
b. Cortex merupakan lapisan pembungkus ginjal, merupakan jaringan yang kuat yang
melindungi lapisan dalam ginjal.
c. Medulla berada dibawah Cortex. Bagian ini merupakan area yang berisi 8 sampai 18
bagian berbentuk kerucut yang disebut piramid, yang terbentuk hampir semuanya dari
ikatan saluran berukuran mikroskopis.
d. Pelvis renalis berada di tengah tiap ginjal sebagai saluran tempat urin mengalir dari
ginjal ke kandung kemih.
e. Vena Renal dan Arteri Renal Dua dari pembuluh darah penting, vena renal dan arteri
renal. Dua pembuluh ini merupakan percabangan dari aorta abdominal (bagian
abdominal dari arteri utama yang berasal dari jantung) dan masuk kedalam ginjal
melalui bagian cekung ginjal.
f. Nephrons merupakan unit fungsional dari ginjal dalam menjalankan fungsi ini.
g. Glomerulus adalah filter utama dari nefron dan terletak dalam Bowman's capsule.
2
h. Henle's Loop, merupakan bagian dari tubulus renal yang kemudian menjadi sangat
sempit yang menjulur jauh kebawah kapsul Bowman dan kemudian naik lagi keatas
membentuk huruf U.
i. Renal Collecting Tubule (Tubulus Pengumpul) Disebut juga Pembuluh Bellini, suatu
pembuluh kecil sempit yang panjang dalam ginjal yang mengumpulkan dan mengangkut
urin dari nefron.
j. Kapsula bowman Merupakan suatu invaginasi dari tubulus proksimal, terdapat ruang
yang mengandung urine antara rumbai kapiler dan kapsula bowman, dan ruang yang
mengandung ini dikenal dengan nama ruang bowman atau ruang kapsular.
Unit fungsional ginjal disebut nefron. Nefron terdiri dari korpus renalis/Malpighi (
yaitu glomerulus dan kapsul Bowman ), tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle, tubulus kontortus distal yang bermuara pada tubulus pengumpul. Di
sekeliling tubulus ginjal tersebut terdapat pembuluh kapiler,yaitu arteriol ( yang
membawa darah dari dan menuju glomerulus ) serta kapiler peritubulus ( yang
memperdarahi jaringan ginjal ) Berdasarkan letaknya nefron dapat dibagi menjadi:
3
(1) nefron kortikal, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di korteks yang
relatif jauh dari medula serta hanya sedikit saja bagian lengkung Henle yang
terbenam pada medula, dan
(2) nefron juxta medula, yaitu nefron di mana korpus renalisnya terletak di tepi
medula, memiliki lengkung Henle yang terbenam jauh ke dalam medula dan
pembuluh-pembuluh darah panjang dan lurus yang disebut sebagai vasa rekta.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab GGK termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis, penyakit vaskuler
( nefrosklerosis ), proses obstruksi ( kalkuli ), penyakit kolagen ( luris sutemik ),
agen nefrotik ( amino glikosida ), penyakit endokrin ( diabetes ). ( Doenges, 1999 :
626 ) Penyebab GGK menurut Price, 1992 : 817, dibagi menjadi delapan kelas,
antara lain :
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
2.4 PATOLOGI
Gagal ginjal kronis diakibatkan oleh hilangnya nefron fungsionil karena rusaknya
glomerular dan atau tugular. Kondisi ini merupakan penyakit multisistim yang
mempengaruhi SSP, jantung, traktus GI, otot, tulang dan darah.
Berbagai manisfestasi terjadi pada tingkat fungsi ginjal yang berbeda bagi setiap
pasien tapi cenderung semakin nyata apabila kecepatan filtrasi glomelurus turun
sampai < 15-20 mL/menit ( BUN >100-120 mg/dL).
Banyak manifestasi insufisiensi ginjal diakibatkan oleh BUN dan mungkin juga
karena terakumulasinya produk-produk akhir metabolik yang tak terukur lainnya.
4
2.5 PATOFISIOLOGI (Corwin, 2001)
5
Glomerulo Obstruksi Neprotik Nepritis Nepritis
Nepritis Kronik dan Infeksi Diabetik Hypertensi Lupus
Gagal Ginjal Kronik
Pencernaan Kulit Hematologi Syaraf dan Otot Kardiovaskular Endokrin
Ggn.Metab.protein
Ureum > daripada air liur
Cegukan
>Urokrom Gatal ekskariosis
Urea Frost
Anaemia
Ggn Fungsi
dan Trombositopeni
Ggn Fungsi
Restless Leg sindrom.
Burning Feet sindrom.
Ensepalopati
metab.
Hipertensi
Odema
Ggn.Seksual
Ggn.Tolerasi glukosa
Ggn.Metab.
lemak
Anoreksia Mual Muntah
Bau Mulut
Stomatitis
Parotitis
Pucat. Kuning,
Gatal
Eritropoitin <
Defisiensi besi
Hemolisis
Perubahan proses pikir
> Renin Angiotensi-Aldosteron
Arterisklerosis dini
Ggn Elektrolit dan kohesifikasi metastatik
Pada Laki produksi testosteron dan spermatogenesis kurang.
Pada Wanita
Gangguan Menst.,ovulasi
Resiko cedera (Profil darah abnormal)
Penurunan Curah Jantung
Gangguan. Interigas kulit
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan fungsi glomerulus
Iskemi dan infeksi nefron nefron ginjal
Angiopati sehingga
Jaringan ginjal < O² dan nutrisi
Vaskularisasi jar. Ginjal <
Kerusakan jaringan dan Nefron ginjal
2.6 TANDA DAN GEJALA
1. Hematologik
Anemia normokrom, gangguan fungsi trombosit, trombositopenia, gangguan
lekosit.
2. Gastrointestinal
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva.
3. Syaraf dan otot
Miopati, ensefalopati metabolik, burning feet syndrome, restless leg syndrome.
4. Kulit
Berwarna pucat, gatal-gatal dengan eksoriasi, echymosis, urea frost, bekas garukan
karena gatal.
5. Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada dan sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
6. Endokrin
Gangguan toleransi glukosa, gangguan metabolisme lemak, gangguan seksual,
libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-laki, gangguan metabolisme vitamin
D.
2.7 KOMPLIKASI
1 Hiperkalemia: akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme dan
masukan diit berlebih.
2 Perikarditis : Efusi pleura dan tamponade jantung akibat produk sampah uremik dan
dialisis yang tidak adekuat.
3 Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin-angiotensin-
aldosteron.
4 Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah.
5 Penyakit tulang serta kalsifikasi akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum rendah,
metabolisme vitamin D dan peningkatan kadar aluminium.
6 Asidosis metabolic, Osteodistropi ginjal
7 Sepsis, Neuropati perifer, Hiperuremia
6
2.8 PENATALAKSANAAN
1. Tentukan dan tatalaksana terhadap penyebab.
2. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
3. Diet tinggi kalori rendah protein.
4. Kendalikan hipertensi.
5. Jaga keseimbangan eletrolit.
6. Mencegah dan tatalaksana penyakit tulang akibat GGK.
7. Modifikasi terapi obat sesuai dengan keadaan ginjal.
8. Deteksi dini terhadap komplikasi dan berikan terapi.
9. Persiapkan program hemodialisis.
10. Transplantasi ginjal
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Suyono ( 2001 ), untuk menentukan diagnosa pada CKD dapat dilakukan
cara sebagai berikut :
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan CKD, menentukan gangguan sistem dan membantu
menetapkan etiologi.
2. Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui
beberapa pembesaran ginjal.
4. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis,
aritmia dan gangguan elektrolit
2.10 PENCEGAHAN
Obstruksi dan infeksi saluran kemih dan penyakit hipertensi sangat lumrah dan sering
kali tidak menimbulkan gejala yang membawa kerusakan dan kegagalan ginjal.
Penurunan kejadian yang sangat mencolok adalah berkat peningkatan perhatian
terhadap peningkatan kesehatan. Pemeriksaan tahunan termasuk tekanan darah dan
7
pemeriksaan urinalisis. Pemeriksaan kesehatan umum dapat menurunkan jumlah
individu yang menjadi insufisiensi sampai menjadi kegagalan ginjal. Perawatan
ditujukan kepada pengobatan masalah medis dengan sempurna dan mengawasi status
kesehatan orang pada waktu mengalami stress ( infeksi, kehamilan ). ( Barbara C
Long, 2001 ).
2.11 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Proses keperawatan secara umum diartikan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah
yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap orang. Selaim itu,
proses keperawatan juga diartikan sebagai suatu metode yang sistematis untuk mengkaji
respon manusia terhadap masalah-masalah kesehatan dan membuat rencana asuhan
keperawatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Masalah-masalah
kesehatan dapat berhubungan dengan klien, keluarga klien, orang terdekat, dan masyarakat.
Proses keperawatan menurut Potter dan Perry (1997) adalah suatu pendekatan dalam
pemecahan masalah, sehingga perawat dapat merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan. Tahapannya meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
(termasuk identifikasi hasil yang diperkirakan), implementasi, dan evaluasi. (Haryanto, 2008:
3).
1. Pengkajian
Potter dan Perry (1997), pengkajian adalah proses sistematis berupa pengumpulan, verifikasi,
dan komunikasi data tentang klien. Fase dari pengkajian meliputi pengumpulan data dan
analisa data.
a. Pengumpulan data
b. Langkah ini merupakan langkah awal dan dasar dari proses keperawatan. Dalam
pengkajian, data dikumpulkan secara lengkap dari berbagai sumber, antara lain dari klien,
keluarga, pemeriksaan medis maupun catatan kesehatan klien. Pengumpulan data
merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien meliputi unsur Bio- Psiko-
sosial- spiritual secara komprehensif. Data yang dikumpulkan terdiri atas :
1) Identitas
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status
marital, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, nomor medrek, diagnosa medis
dan alamat.
Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat dan hubungan dengan klien.
2) Riwayat kesehatan
8
Keluhan utama berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat dilakukan pengkajian.
Klien dengan Gagal ginjal kronik biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang,
buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak.
Riwayat penyakit sekarang merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai dirawat
dirumah sakit. Berkaitan dengan keluhan utama yang dijabarkan dengan PQRST yang
meliputi hal-hal yang meringankan dan memberatkan. Kualitas dan kuantitas dari keluhan,
penyebaran serta tingkat kegawatan atau skala dan waktu.
Riwayat penyakit dahulu yang perlu dikaji adalah riwayat pada perkemihan, riwayat
penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan
diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, dan riwayat penyakit DM.
Riwayat penyakit keluarga, ditanyakan pada klien atau keluarganya, apakah ada keluarga
klien yang mempunyai penyakit keturunan dan penyakit dengan riwayat yang sama. Perlu
dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit GGK
seperti hipertensi, diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, dan arthritis.
3) Pemeriksaan Fisik (Dongoes, Moorhouse, & Geissler, 1999: 629-628)
Sistem Pernafasan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala napas pendek,
dyspnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum kental. Dengan tanda-tanda
tachipnoe, dyspnea, pernafasan kusmaul, batuk produktif dengan sputum merah muda
encer, edema paru.
Sistem Kardiovaskuler, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala riwayat
hipertensi lama atau berat, nyeri dada (angina), gagal jantung kongestif, edema pulmoner,
perikarditis. Dengan tanda-tanda hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan pitting
pada kaki, telapak, tangan. Tanda lainnya pucat, kulit coklat kehijauan, kuning, dan
kecenderungan perdarahan.
Sistem Pencernaan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya anoreksia, nausea,
vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan
gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.
Sistem Eliminasi, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala penurunan frekuensi
urine, oliguria, anuria, abdomen kembung, diare, konstipasi. Tandanya perubahan warna
urine (kuning pekat, merah, cokelat).
Sistem Muskuloskeletal, pada klien dengan GGK ditemukan kelemahan otot, kejang otot,
nyeri pada tulang, fraktur tulang, dan keterbatasan gerak sendi.
9
Sistem Integumen, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala kulit gatal (pruritis),
petekie, Penurunan turgor kulit, echimosis, dan pucat.
Sistem Persyarafan, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala sakit kepala,
penglihatan kabur, kram otot/kejang, kesemutan dan kelemahan khususnya ekstremitas
bawah (neuropati perifer). Dengan tanda-tanda gangguan status mental (penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma), rambut tipis, kuku rapuh dan tipis.
4) Data Psikososial, klien dengan GGK ditemukan adanya kesulitan menentukan
kondisi seperti tidak mampu bekerja, tidak mampu mempertahankan fungsi peran
biasanya dalam keluarga yaitu sebagai ibu.
5) Data Spiritual, pada klien dengan GGK ditemukan adanya perasaan tak berdaya,
tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
dan perubahan kepribadian.
6) Aktivitas/Istirahat, pada klien dengan GGK ditemukan adanya gejala kelelahan,
kelemahan, gangguan tidur (insomnia/gelisah), kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak.
7) Data Penunjang (Doenges, Moorhouse, Geissler, 1999: 629-628)
a. Laboratorium
Urine, volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria),
warna secara abnormal urine keruh, sedimen kotor atau kecoklatan, berat jenis kurang
dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukan kerusakan ginjal berat), osmolalitas kurang
dari 350 mOsm/kg menunjukan kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering 1:1,
klirens kreatinin menurun, natrium lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natriun, protein derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukan
kerusakan glomerulus.
Darah, BUN/kreatinin meningkat, hitung darah lengkap, Ht menurun pada adanya anemia,
Hb biasanya kurang dari 7-8 g/dl. Natrium serum menurun, kalium meningkat, kalsium
menurun, magnesium/posfat meningkat, protein (khususnya albumin menurun), pH
menurun.
b) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
c) KUB foto menunjukan ukuran ginjal, ureter, kandung kemih, dan adanya obstruksi
(batu).
d) Arteriogram ginjal mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi adanya massa.
10
e) Sistouretrogram berkemih menunjukan kandung kemih, refluks kedalam ureter.
f) Ultrasono ginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, kista, obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
g) Biopsi ginjal dilakukan secara endoskopik untuk menentukan sel jaringan untuk
diagnosis histologis.
h) Endoskopi ginjal, nefroskopi dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal.
i) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Analisa data
Setelah data terkumpul, data harus ditentukan validitasnya. Setiap data yang didapat,
kemudian dianalisis sesuai dengan masalah. Menentukan validitas data membantu
menghindari kesalahan dalam intrepetasi data. Berdasarkan data-data yang ada di klien
dengan GGK, maka masalah keperawatan yang muncul adalah Kelebihan volume cairan,
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Kurang pengetahuan, Intoleransi
aktivitas, Gangguan harga diri, Penurunan curah jantung, Resiko gangguan integritas
kulit, Ketidakpatuhan.
11
2.12 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, mengatasi
kebutuhan spesifik klien dan merespon terhadap masalah aktual dan resiko tinggi.
(Dongoes, 2000).
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan dan natrium.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
3. Ganguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan tatus metabolik, sirkulasi,
sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktifitas, akumulasi ureum dalam kulit.
4. Intoleransi aktifitas berhubnungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah
dan prosedur.
5. Gangguan konsep diri ( gambaran diri ) berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh, tindakan dialisis, koping maladaptif.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya informasi.
12
2.13 Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1: Kelebihan volume cairan berhubhngan dengan penurunan keluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan
Kriteria hasil: Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),
produksi urine >600 mL/hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji status cairan:
c. TTV
d. Timbang berat badan harian
e. Keseimbangan masukan dan
pengeluaran.
f. Turgor kulit dan adanya edema.
2. Batasi masukan cairan
3. Identifikasi sumber potensial cairan:
a. Medikasi dan cairan yang
digunakan untuk pengobatan: oral
dan intravena
b. Makanan
4. Bantu pasien dalam menghadapi
ketidaknyamanan dalam pembatasan
cairan.
5. Kolaborasi:
Berikan diuretik, contoh: furosemide,
spironolakton, hydronolakton,
adenokortikosteroid ,golongan
prednisone.
1. Pengkajian merupakan dasar dan data
dasar berkelanjutan untyk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2. Pembatasan cairan akan menentukan berat
tubuh ideal, keluaran urine, dan respon
terhadap terapi
3. Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi.
4. Kenyamanan pasien mengingkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet.
5. Diuretik bertujuan untuk menurunkan
volume plasma dan menurunkan retensi
cairan dijaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
Adenokortikosteroid, golongan prednisone
13
6. Lakukan dialisis
digunakan untuk menurunkan proteinuri.
6. Dialisis akan menurunkan volume cairan
yang berlebih.
Diagonsa 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil: Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan
oleh situasi individu, bebas edema.
Intervensi Rasional
1. Kaji status nutirisi :
a. Perubahan berat badan
b. Pengukuran antopometrik
c. Nilai labolatorium (elektrolit
seru, BUN, kreatinin,
protein, transperin, dan kadr
besi)
2. Kaji pola diet nutrisi pasien :
a. Riwayat diet
b. Makanan kesukaan
c. Hitung kalori
3. Kaji faktor yang berperan dalam
merubah masukan nutrisi :
a. Anoreksia, mual atau muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan
bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan
diet
1. Menyediakan data dasar untuk
memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi
2. Pola diet dahulu dan sekarang dapat
dipertimbangan dalam menyusun
menu
3. Menyediakan informasi mengenai
faktor lain yang dapat diubah atau
dihilangkan untuk meningkat
masukan diet
14
e. Stomaitis
4. Menyediakan makanan kesukaan
pasien dalam batas-batsa diet
5. Tingkatan masukan protein yang
mengandung nilai biologis tinggi
seperti : telur, produk susu dan
daging
6. Anjurkan cemilan tinggi kalori,
rendah protein , rendah natrium,
diantara waktu makan
7. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan selama waktu makan
8. Timbang berat badan harian
9. Kaij bukti adanya masukan protein
yang tidak adekuat
a. Pembentukan edema
b. Penyembuhan yang lambat
c. Peurunan kadar albuminserum
4. Mendorong peningkatan masukan
diet.
5. Protein lengkap diberikan untuk
mencapai keseimbangan nitrogen
yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan penyembuhan
6. Mengurangi makanan dan protein
yang dibatasi dan menyediakan
kalori untuk energi, membagi protein
untuk pertumbuhan dan pertumbuhan
jaringan
7. Faktor yang tidak menyenangkan
yang ber5peran menimbulkan
anoreksia dihilangkan
8. Untuk memantau status cairan dan
nutrisi
9. Masukan protein yang tidak adekuat
dapat menyebabkan penuruna
albumin dan protein lain,
pembentukan edema, dan
perlambatan penyembuhan
Diagnosa 3 : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic,
sirkulasi, sensasi, penurunan turgor kulit, penurunan aktivtas, akumulasi ureum dalam kulit.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit .
Kreteria hasil : Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang.
Intervensi Rasioanal
1. Kaji terhadap kekeringan kulit, 1. Perubahan mungkin disebabkan oleh
15
pruritis, ekskoriasi, dan infeksi.
2. Kaji terhadap adanya petekie dan
purpura.
3. Monitor lipatan kulit dan area yang
edema.
4. Gunting kuku dan pertahankan kuku
terpotong pendek dan bersih.
5. Kaloborasi : Berikan pengobatan
antipruritis ssesuai pesanan .
penuruna aktivitas kelenjar keringat
atau pengumpulan kalsium dan pospat
pada lapisan kutaneus .
2. Perdarahan yang abnormal sering
dihubungkan dengan penurunan
jumlah dan fungsi platelet akibat
urenia.
3. Area-area ini sangat mudah terjadinya
injuri.
4. Penurunan curah jantung
memngakibatkan gamgguan perfusi
ginjal, retensi natrium/air\, dan
penurunan urine output
5. Mengurangi stimulus gatal pada kulit
Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialis .
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat di toleransi.
Kreteria hasil : Meningkatkan rasa sejahtera, yang dapat berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri yang dipilih.
intervensi rasioanal
1. Kaji faktor yang menimbulkan
keletihan :
a. Anemia
b. Ketidak seimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Retensi produk sampah.
d. Depresi.
1. Menyediakan informasi tentang indikasi
ketingkat keletihan.
16
2. Tingkatkan kemandirian dalam
aktivitas perawatan diri yang dapat di
toleransi bantu jika keletihan terjadi .
3. Anjurkan aktivitas alternatif sambil
istirahat.
4. Anjurkan istirahat setalah dialisis.
2. 2. Meningkatkan aktivitas ringan/seedang
dan memperbaiki harga diri.
3. Mendorong latihan dan aktivitas dalam
batas-batas yang dapat ditoleransi dan
istirahat yang adekuat.
4. Istirahat yang adekuat dianjurkan
setelah dialisis yang bagi banyak
pasien sangat menglelahkan.
Diagnose 5 : Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh, tindakan dialysis coping maladaptif.
Tujuan : Pasien mampu mengembangkan coping yang positif.
Kreteria hasil : Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan mampu :
a. Mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi
dan perubahan yang seedang terjadi
b. Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap komunikasi.
c. Mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan cara yang
akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasioanal
1. Kaji perubahan dalam dari
gangguan persepsi dan
hubungan dengan derajat
ketidak mampuaan .
2. Identifikasi arti dari kehilangan
atau disfunsi pada fasi.
1. Menentukan bantuan individual
dalam menyusun rencana
perawatan atau pemilihan
intervensi.
2. Mekanisme coping pada
beberapa pasien dapat menerima
dan mengatur perubahan fungsi
17
3. Anjurkan klien untuk
mengekspresiakan perasaan .
4. Bantu dan anjurkan perawatan
yang baik dan memperbaiki
kebiasaan .
5. Anjurkan orang yang terdekat
untuk mengizinkan pasien
melakukan sebanyak-
banyakannya hal-hal untuk
dirinya.
6. Dukung prilaku atau usaha
seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas dalam
rehabilitasi .
secara efektif.
3. Menunjukan penerimaan, dan
membantu pasien untuk
mengenal dan mulai
menysesuaikan dengan perasaan
tersebut.
4. Membantu meningkatkan
perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area
kehidupan .
5. Menghidupkan kembali perasaan
kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri, serta
mempengaruhi proses
rehabilitasi.
6. Pasien dapat beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertian tentang
peran individu masa mendatang.
Diagnosa 6 : Kurangnya pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan, berhubungan dengan informasi.
Tujuan : Meningkatkan pengatahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan.
Kreteria hasil : Meningkatkan pengatahuan pasien mengenai penyakit yang
dideritanya .
Intervensi Rasioanl
1. Kaji pemahaman mengenai
penyebab gagal ginjal,
1. Merupakan instruksi dasar
untuk penjelasan penyuluhan
18
konsekuensinya dan
penangannnya :
a. Penyebab gagal ginjal
pasien.
b. Pengertian gagal ginjal.
c. Pemahaman mengenai
funsi renal .
d. Hubungan antara cairan,
pembatasan diet dengan
gagal ginjal.
e. Rasioanal penangan
(hemodialisa, dialisis
peritonial, transplantasi)
2. Jelaskan fungsi renal dan
kuenskuensi gagal ginjal sesuai
dengan tingkat pemahaman dan
kesiapan pasien untuk belajar.
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi cara-cara untuk
memahami berbagai perubahan
akibat penyakit dan penangan yang
memopengaruhi hidupnya.
4. Sediakan informasi baik tertulis
maupun secara oral dengan tepat
tentang :
a. Fungsi dan kegagalan
renal.
b. Pembatasan cairan dan
diet.
lebih lanjut .
2. Pasien dapat belajar tentang
gagal ginjal dan penangan
setelah mereka siap untuk
memahami dan menerima
diagnosis dan konsekuensinya.
3. Pasien dapat melihat bahwa
kehidupannya tidak harus
berubah akibat penyakit.
4. Pasien memiliki informasi
yang dapat digunakan untuk
klarifikasi selanjutnya
dirumah.
19
c. Medikasi
d. Melaporkan masalah, tanda
dan gejala.
e. Jadwal tindak lanjut.
f. Sumber dikomunitas.
g. Pilihan terapi.
2.14 Pelaksanaan
Inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nurging order untuk membantu klien
dalam mencapai tujuan yang diharapkan( Nursalam, 2001: 63)
2.15 Evaluasi
Evaluasi semua tahap dalam proses keperawatan merupakan tahap yang
menentukan sejauh mana tujuan tercapai hingg diharapkan:
1. Klien tidak sesak nafas, edema ekstermitas berkurang, piting edema (-),
produksi urine >600 mL/hari.
2. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan
oleh situasi individu, bebas edema.
3. Kulit tidak kering, hiperpigmentasi berkurang, memar pada kulit berkurang.
4. Meningkatkan rasa sejahtera, yang dapat berpartisipasi dalam aktivitas
perawatan mandiri yang dipilih.
5. Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan
6. Meningkatkan pengatahuan pasien mengenai penyakit yang dideritanya.
20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
21
Pada Tanggal 22 Mei 2013, Tn. A berumur 73 tahun datang ke Rumah Sakit Immanuel
dengan keluhan bengkak pada kedua kakinya, sehingga kedua kakinya sulit digerakkan.
Klien mengatakan badan terasa lemah, batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah, nafsu
makan berkurang, dan klien juga mengatakan gatal-gatal di kulit (kaki dan tangan). Pada saat
pemeriksaan TTV, Tekanan Darah: 140/70 mmHg, Nadi: 72x/menit, Respirasi: 28x/mnt,
Suhu Tubuh: 36,4ºC, Berat Badan: 65 Kg Tinggi Badan: 165 Cm
3.2 Pengkajian Keperawatan
1. Anamnes
a. Biodata
1). Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 73 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Walian Lingkungan I Tomohon Selatan
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Minahasa/Indonesia
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidikan : SMA
NO RM : 72897
Tanggal MRS : 22 Mei 2013 Pukul 14.30
Tanggal Pengkajian : 22 Mei 2013 Pukul 16.00
Diagnosa Medis : CKD
22
2). Penanggung Jawab
Nama : Ny. C.R
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pegawai Bank
Hubungan dengan klien : Anak Klien
b. Keluhan Utama
Badan terasa lemah
c. Riwayat kesehatan
1). Riwayat penyakit sekarang
Klien diantar ke Rumah Sakit karena bengkak Pada kedua kaki yang sudah dialami klien 1
bulan sebelum masuk rumah sakit tetapi belum dibawah ke Rumah Sakit karena klien
masih beraktivitas seperti biasa. Pada tanggal 22 Mei 2013 klien dibawah ke Rumah Sakit
karena klien mengeluh kedua kakinya semakin bengkak dan sulit di gerakkan, Setelah
diperiksa oleh Dokter klien dianjurkan untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Saat dikaji (Tanggal 22 Mei 2013, Jam 16.00) Klien mengeluh bengkak pada kedua
kakinya, sehingga kedua kakinya sulit digerakkan. Klien mengatakan badan terasa lemah,
batuk berlendir, sesak nafas, mual dan muntah, nafsu makan berkurang, dan klien juga
mengatakan gatal-gatal di kulit (Kaki dan tangan)
2). Riwayat penyakit dahulu
23
Klien Sudah 4 tahun menderita penyakit Diabetes Melitus, Klien sering keluar masuk
Rumah Sakit karena penyakit ini, klien sudah 4X masuk Rumah Sakit Kerena Penyakit
Diabetes Melitus.
3). Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien ada penyakit keturunan seperti Diabetess Melitus.
d. Riwayat psikososial
Hubungan klien dengan keluarga terjalin baik. Klien selalu melibatkan diri dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan. Klien kooperatif dalam perawatan, klien dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang,
keluarga klien bertanya-tanya tentang penyakit yang sedang diderita klien sekarang.
e. Riwayat Spiritual
Sebelum sakit klien aktif dalam kegiatan-kegiatan kerohanian di jemaatnya. Klien percaya
bahwa penyakitnya ini hanyalah cobaan dari Tuhan dan klien juga percaya bahwa Tuhan
akan senantiasa memberikan kesembuhan pada klien melalui pengobatan dan perawatan
di Rumah sakit.
f. Aktivitas Sehari-hari
1) Nutrisi
a. Sebelum Masuk rumah sakit
Nafsu Makan : Kurang sejak 1 minggu sebelum masuk Rumah Sakit
Frekuensi : 3 x sehari
Jenis : Nasi, Ikan, Sayur, dan buah
Porsi makan yang dihabiskan ½ bagian
b. Saat Dikaji
24
Nafsu Makan : Kurang
Frekuensi : 3X sehari
Jenis : Bubur, Ikan, Sayur dan buah
Porsi makan tidak dihabiskan, Hanya dimakan 2 Sendok makan, klien makan dibantu oleh
perawat dan keluarga, klien mengatakan mual dan 1x mutah.
2) Cairan
a. Sebelum masuk Rumah sakit
Jenis minuman : Air Putih
Frekuensi : 7-8 Gelas / hari
b.Saat dikaji
Jenis Minuman : Air Putih
Frekuensi : Klien Minum1000cc air putih (4 gelas Besar)
3) Pola Eliminasi
a. Sebelum masuk Rumah sakit
BAB
Frekuensi : 1X/hari
Konsistensi : Lembek, warna kuning
BAK
Frekuensi : 5-6X/hari
Warna : kuning jernih
b. Saat dikaji
25
BAB
Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit
BAK
Frekuensi : 1-2X/ hari Jumlah 600cc
Warna : Kuning kemerahan
4) Pola Aktivitas
a. Sebelum masuk Rumah sakit
Klien beraktivitas seperti biasa, menonton TV, kadang-kadang klien jalan pagi
b. Saat dikaji
Klien Bedrest, semua aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat.
5) Personal Hygine
a. Sebelum masuk rumah sakit
Mandi 1X/hari, Cuci rambut 1X/hari, Sikat Gigi 1X/hari
b. Saat dikaji
Klien mandi lap di tempat tidur dilakukan oleh keluarga dan perawat
6) Pola Istirahat dan tidur
a. Sebelum masuk rumah sakit
Tidur malam 7-8 Jam, tidur siang 1 jam
b. Saat Dikaji
Tidur Malam 8-9 jam, tidur siang 3-4 Jam
7) Ketergantungan
Klien Tidak pernah mengkonsomsi alkohol
Klien Merokok, berhenti merokok ± 4 tahun yang lalu
Klien Sudah lama mengkonsumsi obat-obatan Hipertensi dan Diabetes Melitus.
26
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
b. TTV : Tekanan darah : 140/70 mmHg,
Nadi : 72x/mnt,
Respirasi : 28x/mnt,
Suhu Tubuh : 36,4ºC
BB : 65 kg
TB : 165 Cm
c. Pemeriksaan Persistem
1. Sistem Penafasan
Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung ,
terpasang Nasal Canula, O2 4 l/m, bentuk dada normal, pergerakan dada simetris kiri dan
kanan.
Auskultasi : Terdengar ronki paru-paru kiri dan kanan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan
2. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Iktus kordis teraba di interkostal ke 5
Auskultasi : Bunyi jantung normal S1 dan S2
27
Tekanan Darah : 140/70 mmHg
Nadi : 72 x/menit
3. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas berbau amoniak. Perut
datar, tidak ada asites
Auskultasi : Bunyi usus terdengar 1-3 x/menit
Perkusi : Bunyi timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4. Eliminasi
BAB
Klien belum BAB sejak masuk Rumah Sakit
BAK
Frekuensi : 1-2X/ hari Jumlah 600cc
Warna : Kuning kemerahan
5. Sistem Muskuloskeletal
Ekstermitas atas
Inspeksi : Terpasang IFVD di tangan kiri, keadaan kulit di sekitar tempat
pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda peradangan, tidak bengkak, tidak
merah, tidak panas.
Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tampak edema pada ekstermitas bawah (Dari paha sampai telapak kaki),
ROM menurun di bagian lutut dan pergelangan kaki, pergerakan ekstermitas bawah
terbatas, kekuatan otot 2
Palpasi : Piting edema pada kedua ekstermitas bawah
28
6. Sistem Integumen
Inspeksi : Kering dan bersisik, pruritus, dan edema,
7. Sistem Persarafan
Mata
Inspeksi : pupil isokor
Reflek patela : (+)
Reflek hammer : (-)
CRT > 2 detik
8. Sistem penginderaan
Mata
Inspeksi : pergerakkan bebas, konjungtiva anemis, sclera putih
Telinga
Inspeksi : Daun telinga simetris kiri dan kanan tidak ada serumen tidak ada gangguan
pendengaran
Hidung
Inspeksi : Tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada pernapasan cuping hidung , terpasang
Nasal Canula, O2 4 l/m
Mulut
Inspeksi : Bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut kering, nafas berbau amoniak.
3. Pemeriksaan Penunjang
Tgl 5 Mei 2010
a. Pemeriksaan Darah Niali Normal
GD : 515 mg/dl 110-140 mg/dl
29
Natrium : 189 meq/L 135-148 meq/L
Kalium : 7,05 meq/L 3,6-5,2 meq/L
Klorida : 93,4 meq/L 94-111 meq/L
Hb : 8,3 % 13-16 %
HT : 2% 124.000
Leukosit : 8300 5000-10.000 mm3
b. Test Fungsi Ginjal
Tgl 6 mei 2010
Urea UV : 287,6 mg/dl 10-50 mg/dl
Kreatinin : 6,26 mg/dl 0,5-1,1 mg/dl
Uric Acid : 9,03 mg/dl 3,5-7 mg/dl
Total Protein : 5,5 mg.dl 6,7-8,7 mg/dl
Albumin : 3,2 mg/dl 3,8-4,4 mg/dl
Globulin : 2,4 mg/dl 2-3,9 mg/dl
7 mei 2010
GD : 339 mg/dl 110-140 mg/dl
Kolestrol : 155
Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax : Hasil Normal
4. Therapi Medis
Tomar 3 X 1 Lancid 0-0-1
30
Novorapid 8 Unit
Impugan 1-1-0
Amoxiclave 3 X 500 mg
Inj Rantidin 3x1 Amp
O2 4L/menit
5. Pengelompokan Data
Data Subjektif :
- Keluarga klien mengatakan klien mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1
bulan sebelum klien masuk Rumah Sakit
- Klien mengatakan batuk berlendir
- Klien mengeluh sesak nafas
- Klien mengatakan gatal-gatal
- Klien mengatakan badan terasa lemah
- Klien mengeluh mual dan muntah
- Klien mengeluh nafsu makan berkurang
- Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun
yang lalu
- Klien mengatakan sudah 4 x masuk rumah sakit dengan penyakit yang
sama
- Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami
klien
Data Objektif :
- Kadaan Umum Klien tampak sakit sedang
- Tanda-Tanda Vital
Nadi : 74x/m
31
Respirasi : 24x/m
- Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning kemerahan
- Klien Bedrest
- Edema pada ekstrimitas bawah kiri dan kanan ( Dari paha sampai telapak kaki
)
- Pitting edema pada ekstrimitas bawah
- Terdapat ronhi pada paru-paru kiri dan kanan
- Terpasang O2 4 l/m Nasal canula
- kulit kering dan bersisik
- pruritus
- Porsi makan tidak dihabiskan, yang dimakan Cuma 2 sendok makan
- Edema di wajah
- Konjungtiva anemis
- Terpasang IVFD di lengan sebelah kiri klien
- Keadaan kulit di sekitar tempat pemasangan IVFD tidak terdapat tanda-tanda
peradangan
- ROM Menurun bagian lutut dan pergelangan kaki
- Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas
- Kekuatan otot ekstrimitas bawah 2
- Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
- Hasil laboratorium
Ureum : 287,8 mg/dl
Creatinin : 6,26 mg/dl
Uric Acid : 9,03 mg/dl
32
Hb : 8,3 %
Total protein : 5,5 mg/dl
Albumin : 3,2 mg/dl
3.3 Analisa Data
DATA PENYEBAB MASALAH
DS :
- Klien mengeluh batuk berlendir
- Klien mengeluh sesak nafas
DO :
- Tanda-tanda Vital
N : 74x/m
R : 24x/m
- Terdapat ronhi pada paru-paru
kiri dan kanan
- Terpasang O2 4 l/m, Nassal
canula
Imobilisasi
Pengeluaran sekret
berkurang
Penumpukan sekret di
jalan nafas
Bersihan jaln nafas
tidak efektif
DS :
- Keluarga klien mengatakan
klien mengalami bengkak di
kedua kaki sejak 1 bulan
sebelum klien masuk Rumah
Sakit
Penurunan ginnjal
persisten dan irefersibel
Penurunan GFR
Ginjal tidak mampu
Kelebihan volume
cairan
33
DO :
- Jumlah urine yang keluar
perharinya 600cc, warna
kuning kemerahan
- Edema pada kedua Ekstrimitas
- Pitting edema pada
ekstrimitas bawah
- Wajah tampak edema
- Total protein : 5,5 mg/dl
- Albumin : 3,2 mg/dl
mengkonsentrasikan
urine dengan normal
Gangguan absorbsi
bikarbonat
Retensi cairan dan Na
Edema
DS :
- Klien mengatakan badan terasa
lemah
DO:
- Klien Bedrest
- Hb : 8,3 %
- Semua aktivitas klien dibantu
- Kekuatan otot di ekstrimitas
bawah 2
- Konjungtiva anemis
Produksi eritropoitin
tidak adekuat
Penurunan stimulasi
sum-sum tulang
memproduksi sel darah
merah
Sel darah merah
berkurang
Intoleransi Aktivitas
34
- Keadaan umum tampak sakit
sedang
- ROM Menurun
- Pergerakan Ekstrimitas bawah
terbatas
Anemia
Konsentrasi Hb
menurun
Konsentrasi O2 ke
jaringan menurun
Kelemahan
DS :
- Klien mengeluh mual dan
muntah
- Klien mengeluh badan terasa
lemah
DO :
- Porsi makan tidak dihabiskan,
porsi makan yan dihabiskan
hanya 2 sendok makan
Peningkatan urea dan
asam urat dalam darah
Mengiritasi mukosa
Ulserasi mukosa
Ulserasi mukosa
Merangsang
hipotalamus
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
35
Mual,muntah, anoreksia
DS :
- Klien mengatakan gatal
DO :
- Kulit kering dan bersisik
- Pruritus
- Ureum : 287,8 mg/dl
- Creatinin : 6,26 mg/dl
- Uric Acid : 9,03 mg/dl
Peningkatan urea dan
asam urat dalam darah
(BUN)
Penumpukan Kristal
uremik dibawah kulit
Pruritus
Kerusakan integritas
kulit
DS :
DO :
- Terpasang IVFD di ekstrimitas
atas sebelah kiri
- Keadaan kulit di sekitar tempat
pemasangan IVFD tidak
terdapat tanda-tanda
peradangan
Terpasang alat-alat
invasive
Resiko tingi infeksi
DS :
- Klien mengatakan sudah
mengalami penyakit Diabetes
Melitus sejak 4 tahun yang
Kurang terpajan
informasi
Kurang pengetahuan
tentang kondisi dan
penanganannya
36
lalu
- Klien mengatakan sudah 4X
masuk rumah sakit dengan
penyakit yang sama
- Keluarga klien mengatakan
tidak tahu mengenai penyakit
yang dialami klien
DO :
- Klien dan keluarga bertanya-
tanya tentang penyakitnya
3.4 . Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan sekret di jalan nafas yang
ditandai dengan
DS :
- Klien mengeluh batuk berlendir
- Klien mengeluh sesak nafas
DO :
- Tanda-tanda Vital
N : 74x/m
R : 24x/m
- Terdapat ronhi pada paru-paru kiri dan kanan
- Terpasan O2 Nasal canula
37
2. Kelebihan volume cairan b/d retensi natrium dan cairan yang ditandai dengan
DS :
- Keluarga klien mengatakan klien mengalami bengkak di kedua kaki sejak 1 bulan
sebelum klien masuk Rumah Sakit
DO :
- Jumlah urine yang keluar perharinya 600cc, warna kuning kemerahan
- Edema pada kedua Ekstrimitas bawah kiri dan kanan (Dari paha sampai telapak
kaki)
- Pitting edema pada ekstrimitas bawah
- Edema di wajah
- Total protein : 5,5 mg/dl
- Albumin : 3,2 mg/dl
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan yang ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan badan terasa lemah
DO:
- Klien Bedrest
- Hb : 8,3 %
- Semua aktivitas klien dibantu
- Kekuatan otot di ekstrimitas bawah 2
- Konjungtiva anemis
- Keadaan umum tampak sakit sedang
- ROM Menurun
38
- Pergerakan Ekstrimitas bawah terbatas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Mual, muntah dan anoreksia
yang ditandai dengan
DS :
- Klien mengeluh mual dan muntah
DO :
- Porsi makan tidak dihabiskan, porsi makan yan dihabiskan hanya 2 sendok makan
5. Kerusakan integritas kulit b/d penumpukan Kristal uremik di bawah kulit yang
ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan gatal
DO :
- Kulit kering dan bersisik
- Pruritus
- Ureum : 287,8 mg/dl
- Creatinin : 6,26 mg/dl
- Uric Acid : 9,03 mg/dl
6. Resiko infeksi b/d terpasang alat-alat infasif yang ditandai dengan
DS :
DO :
- Terpasang IVFD di ekstrimitas atas sebelah kiri
39
- Keadaan kullit di sekitar tempat pemasanga IVFD tidak terdapat tanda-tanda
peradangan
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan penanganannya b/d kurang terpajan
informasi yang ditandai dengan
DS :
- Klien mengatakan sudah mengalami penyakit Diabetes Melitus sejak 4 tahun
yang lalu
- Klien mengatakan sudah 4X masuk rumah sakit dengan penyakit yang sama
- Keluarga klien mengatakan tidak tahu mengenai penyakit yang dialami klien
DO :
- Klien dan keluarga bertanya-tanya tentang penyakitnya
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir ( ESRD ) merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan
uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah ). ( Brunner & Suddarth,
2002: 1448 )
Penyebab GGK menurut Price, 1992 : 817, dibagi menjadi delapan kelas, antara
lain :
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik
2. Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
3. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis
4. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik,
poliarteritis nodosa,sklerosis sistemik progresif
5. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulus ginjal
6. Penyakit metabolik misalnya DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis
7. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbale
8. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas : kalkuli
neoplasma, fibrosis netroperitoneal.
Saluran kemih bagian bawah : hipertropi prostat, striktur uretra, anomali
kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
41
DAFTAR PUSTAKA
Brunner& Sudarth, 2002, Edisi VIII, Vol. 2. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih
bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Corwin, J, E, 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa Brahm Pendit. Jakarta: EGC
Carpenito, L,J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan, Alih
bahasa Ester, M. Jakarta: EGC
Doengoes E. Mrylynn, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Nursalam, 2001. Proses& Dokumentasi Keperawata Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba
MedikaSuyono, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Jakarta : FK
42