makalah - cecephilmanstaisukabumi.files.wordpress.com€¦ · makalah tafsir ii ”ayat-ayat al ......
TRANSCRIPT
MAKALAH
TAFSIR II
”Ayat-Ayat Al-Quran tentang Pendidikan Multikultural”
Disusun Sebagai Bahan Kajian Pada
Mata Kuliah Tafsir II
Dosen Pengampu : Cecep Hilman,M.Ag
Disusun Oleh :
Kelompok 11
Elma Sonia Faizal
Fitri Rahayu Nurqolby
Semester 6 Reguler
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI )
SUKABUMI
Jl. Lio Balandongan Sirnagalih No.74 Kec.Citamiang Kota Sukabumi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas kehendak-Nya makalah ini
dapat diselesaikan.Sholawat beriring salam, semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Agung yakni Nabi Muhammad SAW manusia termulia sepanjang
zaman . Makalah ini sengaja dibuat penulis untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Tafsir II .
Dalam menyelesaikan makalah ini penyusun banyak mengalami kesulitan.
Namun berkat bimbingan dosen juga dari berbagai pihak akhirnya makalah
ini dapat diselesaikan . Penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan pembuatan makalah
ini agar dapat terwujud dengan baik.
Sukabumi,18 Maret 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Multikultural……………………………3
B. Pendidikan Multikultural dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an ............. 4
C. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam PAI…….……..12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keragaman kebudayaan oleh masyarakat lazim disebut multikultural.
Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia, ditinjau dari
kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas.
Wilayahnya luas yang terdiri dari ribuan pulau, keragaman budaya, suku, ras dan
agama adalah sebuah kekayaan yang dimiliki bangsa ini.
Kitab suci al-Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
merupakan landasan pokok agama islam dalam semua sisi kehidupan ummatnya.
al-Qur’an memberikan hujjah dan bukti penjelasan tentang prinsip-prinsip Islam
yang menjadi intisari dakwah. Dengan redaksi yang jelas dan akurat, memberi
petunjuk kepada orang Islam tentang kekuasaan Allah, agar manusia menjadi
masyarakat yang ideal di dunia.
Islam adalah agama universal yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan, persamaan hak dan mengakui adanya keragaman latar belakang
budaya dan kemajemukan. Multikultural menurut Islam adalah sebuah aturan
Tuhan (sunnatullah) yang tidak akan berubah, juga tidak mungkin dilawan atau
diingkari. Setiap orang akan menghadapi kemajemukan di manapun dan dalam hal
apapun Ungkapan ini menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai
multikultural karena Islam adalah agama yang dengan tegas mengakui perbedaan
setiap individu untuk hidup bersama dan saling menghormati satu dengan yang
lainnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian pendidikan multikultural ?
2. Apa saja surat yang ada dalam quran tentang pendidikan multicultural?
3. Bagaimana implementasi pendidikan multicultural dalam PAI ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan multikultural
2. Untuk mengetahui surat yang ada dalam quran tentang pendidikan
multikultural
3. Untuk mengetahui implementasi pendidikan multicultural dalam PAI
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural secara etimologis berasal dari dua kata yakni
pendidikan dan multikultural. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses
pengembangan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, perbuatan,
dan cara-cara yang mendidik.
Sedangkan istilah multikultural sebenarnya merupakan kata dasar yang
mendapat awalan. Kata dasar itu adalah kultur yang berarti kebudayaan,
kesopanan, atau pemeliharaan sedang awalannya adalah multi yang berarti
banyak, ragam, aneka. Dengan demikian multikultural berarti keragaman budaya,
aneka, kesopanan, atau banyak pemeliharaan. Namun dalam tulisan ini lebih
diartikan sebagai keragaman budaya sebagai aplikasi dari keragaman
latarbelakang seseorang.
Pendidikan multikultural adalah sebuah tawaran model pendidikan yang
mengusung ideologi yang memahami, menghormati, dan menghargai harkat dan
martabat manusia di manapun dia berada dan dari manapun datangnya (secara
ekonomi, sosial, budaya, etnis, bahasa, keyakinan, atau agama, dan negara).
Pendidikan multikultural secara inhern merupakan dambaan semua orang,
lantaran keniscayaannya konsep “memanusiakan manusia”. Pasti manusia yang
menyadari kemanusiaanya dia akan sangat membutuhkan pendidikan model
pendidikan multikultural ini.
H.A.R Tilaar memberikan pengertian pendidikan multikultural sebagai
merupakan suatu wacana lintas batas yang mengupas permasalahan mengenai
keadilan sosial, musyawarah, dan hak asasi manusia, isu-isu politik, moral,
edukasional dan agama.
Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan
multikultural merupakan cara mengajarkan keragaman menggunakan perbedaan-
perbedaan kultural agar peserta didik mudah memahami pelajaran serta memiliki
karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.
B. Pendidikan Multikultural Dalam Ayat-Ayat Al-Qur’an
Berikut adalah pesan-pesan al-Qur’an mengenai pendidikan multikultural:
1. Belajar hidup dalam perbedaan
Pendidikan selama ini lebih diorientasikan pada tiga pilar
pendidikan, yaitu how to know, how to do, dan how to be yang
menitikberatkan pada proses memperoleh pengetahuan, pembekalan
keterampilan hidup (life skill), dan menekankan cara menjadi “orang”
sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik. Realitasnya dalam
kehidupan yang terus berkembang, ketiga pilar tersebut kurang berhasil
menjawab kondisi masyarakat yang semakin mengglobal. Maka dari itu
diperlukan satu pilar strategis yaitu how to live and work together with
others, sehingga akan terbangun relasi antara personal dan intra personal.
Dalam terminologi Islam, realitas akan perbedaan tak dapat
dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. Al-Hujurat ayat 13 yang menekankan
bahwa Allah SWT menciptakan manusia yang terdiri dari berbagai jenis
kelamin, suku, bangsa, serta interprestasi yang berbeda-beda.
س نا ل ا ا ه ي أ وب ي ع ش م اك ن ل ع وج ى ث ن وأ ر ذك ن م م اك ن ق ل خ ن إ
ي ب خ م ي ل ع لل ا ن إ م اك ق ت أ لل ا د ن ع م ك رم ك أ ن إ وا رف ا ع ت ل ل ئ ا ب وق
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah menciptakan kita dari
asal yang sama sebagai keturununan Adam dan Hawa. Semua manusia
sama di hadapan Allah SWT. Manusia menjadi mulia bukan karena suku,
warna kulit, ras, ataupun jenis kelamin, melainkan karena ketaqwaannya.
Tujuan penciptaan yang demikian bukan untuk saling menghina dan
menjatuhkan, melainkan agar saling mengenal untuk menumbuhkan rasa
saling menghormati dan semangat saling tolong menolong.Ayat tersebut
menjelaskan kesetaraan dalam masyarakat serta menolak adanya
diskriminasi. Ayat tersebut juga menjelaskan adanya hikmah di balik
penciptaan manusia yang beragam.
2. Pentingnya saling percaya, pengertian, dan menghargai orang
lain, menjauhi buruk sangka, dan mencari kesalahan orang lain.
Sebagai sekelompok manusia yang memiliki kekurangan baik fisik
maupun mental, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam interaksi tersebut sangat
dimungkinkan terjadi gesekan dan benturan sehingga dapat menimbulkan
keadaan yang kurang menguntungkan dirinya masing-masing. Untuk itu,
perlu adanya tata nilai yang harus disepakati yang bertolak dari
penghargaan terhadap hak-hak asasinya masing-masing.Untuk itu, al-
Qur’an QS. Al-Hujurat ayat 11 mengingatkan agar antara satu dan lainnya
tidak saling mengejek, menjelek-jelekkan dan membuka aib masing-
masing.
م ه ن م را ي خ وا ون ك ي ن أ ى س ع وم ق ن م وم ق ر خ س ي ل وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ي
س ع ء ا س ن ن م ء ا س ن ول ول م ك س ف ن أ زوا م ل ت ول ن ه ن م را ي خ ن ك ي ن أ ى
ب ت ي ل ن وم ن ا مي ل ا د ع ب وق س ف ل ا م س ل ا س ئ ب ب ا ق لل ب زوا ب ا ن ت
ون م ل ظا ل ا م ى ك ئ ول أ ف
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan
itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil
dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11).
Hubungan antar sesama yang didasari adanya saling mengerti akan
melahirkan sikap saling menghargai. Jika sudah mencapai tingkat saling
menghargai, maka sikap saling percaya menjadi momentum yang
signifikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan tidak mudah
dinodai oleh sikap saling curiga. Kecurigaan dan khianat merupakan titik
awal yang buruk dalam membangun komunikasi lintas batas. Sebaliknya,
senantiasa berprasangka baik, memenuhi janji, dan memelihara
kepercayaan merupakan modal utama dalam membangun komunikasi
yang baik sehingga sangat ditekankan dalam kehidupanAllah swt.
berfirman dalam QS. Al-Hujuraat: ayat 12.
ول ث إ ظن ل ا ض ع ب ن إ ظن ل ا ن م يا ث وا ك ب ن ت ج ا وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ي
ا ض ع ب م ك ض ع ب ب ت غ ي ول وا س و تس ي خ أ لم ل يك ن أ م دك ح أ ب ي أ
م ي رح ب ا و ت لل ا ن إ لل ا وا ق ت وا وه م ت رى ك ف ا ت ي م
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-
sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan
janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan
satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima
Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)
3. Mengklarifikasi, mengedepankan dialog, diskusi, dan musyawarah
dalam menghadapi permasalahan
ن إ ف ا م ه ن ي ب وا ح ل ص أ ف وا ل ت ت ق ا ني ن ؤم م ل ا ن م ن ا ت ف ئ ا ط ن ها وإ ا د ح إ ت غ ب
ت ء ا ف ن إ ف لل ا ر م أ ل إ ء ي ف ت ت ح ي غ ب ت لت ا وا ل ت ا ق ف رى لخ ا ى ل ع
ني ط س ق م ل ا ب ي لل ا ن إ وا ط س ق وأ ل د ع ل ب ا م ه ن ي ب وا ح ل ص أ فArtinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
(QS. AL-Hujurat: 9)
Ayat tersebut mengajarkan pentingnya mengklarifikasi suatu
masalah sehingga kita tidak mudah memvonis atau menuduh orang lain
sembarangan. Sebagai umat Islam yang baik, kita perlu menempuh jalan
dialog, diskusi, dan musyawarah untuk memecahkan persoalan-persoalan
yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan dialog dan
sebagainya, kita akan memperoleh solusi yang jauh lebih baik daripada
menggunakan dugaan bahkan tuduhan. Melalui dialog, seseorang akan
dibukakan mata hatinya untuk melihat diri dan orang lain sebagai pribadi
yang menyatu dalam perbedaan.
4. Tidak memaksakan kehendak orang lain.
وت غ طا ل ب ر ف ك ي ن م ف ي غ ل ا ن م د رش ل ا ني ب ت د ق ن ي د ل ا ف ه را ك إ ل
ل ى ق وث ل ا روة ع ل ب ك س م ت س ا د ق ف لل ب ن ؤم ع وي ي س لل وا ا ل م ا ص ف ن ا
م ي ل ع
Artinya: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS.
Al-Baqarah: 256).
Ayat di atas menunjukkan relevansinya terhadap fenomena
keberagaman agama di tengah pluralitas manusia. Setiap manusia bebas
memilih agama sesuai kehendaknya. Islam mengajarkan toleransi dalam
kehidupan. Toleransi dalam beragama adalah dengan menghormati
pemeluk agama lain tanpa memaksa mereka mengikuti keyakinan kita.
Toleransi di sini bukan berarti kita ikut menyembah tuhan mereka, namun
sebatas menghormati dan menghargai tanpa membenarkan ajaran yang
mereka yakini. Islam tidaklah kaku. Kehadirannya sebagai Islam
yang Rahmatal lil ‘alamin justru menebarkan kedamaian dan kebahagiaan
di muka bumi ini.
5. Terbuka dalam berpikir
Pendidikan seyogyanya memberi pengetahuan baru tentang
bagaimana berfikir dan bertindak, bahkan mengadopsi dan beradaptasi
terhadap kultur baru yang berbeda, kemudian direspons dengan fikiran
terbuka dan tidak terkesan eksklusif. Peserta didik didorong untuk
mengembangkan kemampuan berfikir sehingga tidak ada kejumudan dan
keterkekangan dalam berfikir. Penghargaan al-Qur’an terhadap mereka
yang mempergunakan akal, bisa dijadikan bukti representatif bahwa
konsep ajaran Islam pun sangat responsif terhadap konsep berfikir secara
terbuka. Salah satunya ayat yang menerangkan betapa tingginya derajat
orang yang berilmu yaitu Qur’an Surat Al Mujaadilah ayat 11 :
إ وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ح ي س ف ي وا ح س ف ا ف س ل ا ج م ل ا ف وا ح س ف ت م ك ل ل ي ق ا ذ
ن ي لذ وا م ك ن م وا ن م آ ن ي لذ ا لل ا ع رف ي زوا ش ن ا ف زوا ش ن ا ل ي ق ا ذ وإ م ك ل لل ا
ي ب خ ون ل م ع ت ا ب لل وا ت ا رج د م ل ع ل ا وا وت أ
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Mujadilah: 11)
6. Apresiasi dan interdependensi
Karakteristik ini mengedepankan tatanan sosial yang care (peduli),
dimana semua anggota masyarakat dapat saling menunjukan apresiasi
dan memelihara relasi, keterikatan, kohesi, dan keterkaitan sosial yang
rekat, karena bagaimanapun juga manusia tidak bisa survive tanpa
ikatan sosial yang dinamis. Konsep seperti ini banyak termaktub dalam
al-Quran, salah satunya QS. al-Maidah: 2 yang menerangkan betapa
pentingnya prinsip tolong menolong dalam kebajikan, memelihara
solidaritas dan ikatan sosial (takwa), dengan menghindari tolong
menolong dalam kejahatan.
ول ي د ل ا ول م لرا ا ر ه ش ل ا ول لل ا ر ئ ا ع ش لوا ت ل وا ن م آ ن ي لذ ا ا ه ي أ ي
ا ذ وإ ن وا ورض م رب ن م ل ض ف ون غ ت ب ي م لرا ا ت ي ب ل ا ني م آ ول د ئ ل ق ل ا
ول وا د ا ط ص ا ف م ت ل ل د ح ج س م ل ا ن ع م وك د ص ن أ وم ق ن آ ن ش م نك رم ي
ث ل ا ى ل ع وا ون ا ع ت ول وى ق ت ل وا ب ل ا ى ل ع وا ون ا ع وت وا د ت ع ت ن أ م لرا ا
ب ا ق ع ل ا د ي د ش لل ا ن إ لل ا وا ق ت وا ن وا د ع ل واArtinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2).
7. Menghindari konflik dan rekonsiliasi dari berbagai permasalahan
melalui upaya perdamaian.
Pemberian ampunan dan maaf merupakan tindakan yang tepat
dalam situasi konflik. Islam mengajarkan umatnya agar mengedepankan
perdamaian, cinta damai, dan memberikan rasa aman bagi seluruh
makhluk.Selain itu, al-Quran juga menganjurkan untuk meminta maaf,
membimbing ke arah kesepakatan damai dengan cara musyawarah. Hal
tersebut dijelaskan dalam ayat berikut:
لل ا ى ل ع ره ج أ ف ح ل ص وأ ا ف ع ن م ف ا ه ل ث م ة ئ ي س ة يئ س ء زا ب وج ي ل نو إ
ني م ل ظا ل ا
Artinya: “Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa,
Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas
(tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
zalim.” (QS. Syura: 40)
ك ن ي ب ي لذ ا ا ذ إ ف ن س ح أ ي ى لت ب ع ف د ا ة يئ س ل ا ول ة ن لس ا وي ت س ت ول
م ي ح ول نو أ وة ك ا د ع و ن ي وب
Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan
itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan
antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat
setia.” (QS. Fushilat: 34)
Dengan demikian, Islam tidak membenarkan adanya permusuhan.
Sebaliknya, Islam sangat menganjurkan perdamaian. Bahkan, orang yang
tadinya adalah musuh bisa saja menjadi teman yang akrab dan setia.
8. Menjunjung tinggi keadilan
Keadilan merupakan salah satu prinsip yang mendasari pendidikan
multikultural. Keadilan menggarisbawahi bahwa semua anak memiliki hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan. Allah swt. berfirman:
ةيهدونبالحقوبهيعدلون نخلقناأم ومم
Artinya: “Dan di antara orang-orang yang kami ciptakan ada umat
yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula)
mereka menjalankan keadilan.” (QS. Al-A’raf: 181)
Ayat di atas memberikan landasan moral dan etik bahwa setiap
orang memiliki hak untuk memperoleh perlakuan adil baik dalam soal
ucapan, sikap, maupun perbuatan. Adil tidak harus sama, tetapi sesuai
dengan kebutuhan. Adil dalam dunia pendidikan tidak memandang kaya
atau miskin, tua atau muda, besar atau kecil. Semuanya berhak
memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Keadilan harus kita tegakkan sekalipun terhadap orang yang kita
benci. Allah swt. berfirman dalam QS. Al-Maidah ayat 8.
ي أ ن ي آ ن ش م نك رم ي ول ط س ق ل ب ء ا د ه ش لل ني م وا ق وا ون وا ك ن م آ ن ي لذ ا ا ه
ي ب خ لل ا ن إ لل ا وا ق ت وا وى ق ت ل ل رب ق أ و ى وا ل د ع ا وا ل د ع ت ل أ ى ل ع وم ق
ون ل م ع ت ا ب
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan adil.
dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong
kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Maidah: 8)
C. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pendidikan Agama Islam
Pendidikan multikultural mecerminkan keseimbangan antara pemahaman
persamaan dan perbedaan budaya serta mendorong individu untuk
mempertahankan dan memperluas wawasan budaya dan kebudayaan mereka
sendiri. Guru dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural harus
memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut.
1. Tujuan pendidikan multikultural
Tujuan pendidikan multikultural yaitu membentuk manusia berbudaya dan
menciptakan masyarakat berbudaya. Sebagai bahan pelajaran untuk
memahami tujuan ini, guru PAI dapat mengambil hikmah dari peristiwa hijrah
Rasulullah saw. dari Makkah ke Madinah. Di Madinah, beliau membangun
masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan agama.
Dengan prinsip perdamaian, keadilan, dan persaudaraan yang kokoh, beliau
berhasil mewujudkan masyarakat madani. Perjuangan beliau yang tak kenal
putus asa patut kita contoh dan teladani.
Berdasarkan peristiwa historis, siswa diharapkan termotivasi menjadi
orang yang benar dan mau berjuang menegakkan kebenaran. Pada akhirnya,
mampu menjadi manusia-manusia yang membangun peradaban dan budaya
yang benar untuk dirinya dan lingkungannya.
2. Materi pembelajaran
Materi pembelajaran multikultural berisi ajaran nilai-nilai luhur
kemanusiaan, nilai-nilai bangsa dan nilai-nilai kelompok etnis. Pada aspek ini,
materi pembelajaran dipilih yang relevan sekaligus menarik. Guru disarankan
mengidentifikasi persoalan sosial yang berkaitan dengan agama, suku,
kehidupan ekonomi, kemampuan mental serta fisik. Selanjutnya, guru dan
siswa menganalisis situasi tersebut untuk menemukan kondisi ideal yang
seharusnya.
Dalam pembelajaran PAI, guru dapat mengembangkan materi
pembelajaran dengan melihat firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 9-14
dan ayat-ayat lain yang memiliki tema relevan terkait pendidikan
multikultural.
3. Metode pembelajaran
Menurut Zamroni yang dikutip Zainal Abidin, pembelajaran akan lebih
efisien dan mendorong iklim belajar yang aktif, kreatif, dan demokratis yang
terlihat dari kondisi antara lain:
a. Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan maupun mencari bahan-
bahan pelajaran yang mendukung apa yang sedang dipelajari.
b. Siswa dapat bekerjasama dengan membuat kelompok-kelompok
belajar.
c. Siswa bersifat demokratis, berani menyampaikan gagasan,
mempertahankan gagasan sekaligus berani menerima gagasan orang
lain.
d. Siswa memiliki kepercayaan diri yang besar.
Dalam proses pembelajaran yang demikian, muncullah sikap saling
menghormati, saling toleransi, dan saling memahami dalam diri siswa.
Dengan demikian, siswa akan memiliki spirit multukultural berupa keinginan
hidup rukun dan damai dalam suasana kemajemukan.
4. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran dalam pedidikan multikultural bersifat
mengevaluasi tingkah laku siswa yang meliputi persepsi, apresisasi dan
tindakan siswa terhadap budaya lainnya. Penilaian keberhasilan pendidikan
multikultural lebih menekankan pada aspek proses, bukan pada aspek hasil.
Hal ini menunjukkan bahwa tercapainya tujuan pembelajaran terdapat pada
proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Dalam konteks PAI,
keberhasilan pendidikan multikultural dapat dilihat ketika siswa mampu
memahami perbedaan yang terjadi di kalangan umat Islam itu sendiri seperti
perbedaan madzhab, aliran, bahkan teologinya.
Pemahaman siswa terhadap perbedaan dan kemajemukan di dalam
Islam itu sendiri akan mendorong sikap saling menghargai dan menghormati
pendapat orang lain. Jika sikap tersebut sudah menjadi kebiasaan pada diri
siswa, maka ia dapat mengaplikasikan sikap toleransi tersebut dalam
lingkungan bermasyarakat, baik terhadap sesama muslim maupun non
muslim.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk yang bersifat universal. Di dalamnya
memuat pesan-pesan dan tuntunan dalam mengatur kehidupan manusia, termasuk
pendidikan. Pendidikan multikultural merupakan cara mengajarkan keragaman
menggunakan perbedaan-perbedaan kultural agar peserta didik mudah memahami
pelajaran serta memiliki karakter yang kuat untuk selalu bersikap demokratis,
pluralis, dan humanis.
Melalui ayat-ayatnya, al-Qur’an menyampaikan bahwa manusia diciptakan
beragam. Penciptaan yang beragam tersebut dimaksudkan agar mereka saling
mengenal, menghargai, dan menghormati. Dengan menjunjung asas keadilan dan
prinsip sesuai HAM, pendidikan multikultural dapat menjadi resolusi adanya
konflik sehingga tercipta kedamaian dalam struktur kehidupan.
Terkait implementasinya dalam Pendidikan Agama Islam, guru harus
memperhatikan tujuan, materi, proses, dan evaluasi pendidikan multikultural yang
sesuai dengan prinsip keislaman.
B. Saran
Sebagai negara yang multikultural, hendaknya Indonesia segera
merealisasikan pendidikan multikultural yang sejauh ini masih hanya sebatas
wacana. Pelaksanaan pendidikan multikultural ini bisa diaplikasikan di lembaga-
lembaga formal, informal, maupun non formal.
Umat Islam harus pandai menerjemahkan ayat-ayat yang bernuansa
multikultural sehingga permasalahan yang berkaitan dengan isu tersebut mampu
dijawab dan ditangani secara bijak. Selanjutnya, kita harus memaknai perbedaan
yang ada di dunia ini sebagai rahmat dari Allah swt. yang patut kita syukuri.
DAFTAR PUSTAKA
https://tafsirq.com/topik
Murtadha Murthahhari Tafsir Surat-surat Pilihan Mengui kandugan ayat-ayat
quran penerbit Putsaka Hidayah
Dr.Kadar M.Yusuf M..Ag.Tafsir Ayat Ahkam tafsir tematik ayat-ayat hokum
penerbit amzah
Prof.Dr.Hm. Amn Abdullah Agama Pluralitas Budaya Lokal
Drs.Rif’at Syauqi Nawawi , Drs.M.Ali Hasan Pengantar Ilmu Tafsir