makalah blok 28

24
BAB I Pendahuluan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila NAB ini dilampaui terus menerus dalam waktu lama akan menimbulkan Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya NIHL adalah frekuensi bising, periode pajanan setiap hari, lama kerja, kepekaan individu, umur dan lain-lain. 1 David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan masalah utama dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi dalam industri menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa. Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising selama kerja memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil dengan masa kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz. Lucchini melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus NIHL pada frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian menunjukan sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-105 dBA. 1 1

Upload: lora-angraeni-patoding

Post on 26-Dec-2015

101 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Blok 28

BAB I

Pendahuluan

National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan Indonesia

menetapkan nilai ambang batas (NAB) bising di tempat kerja sebesar 85 dBA. Bila NAB ini

dilampaui terus menerus dalam waktu lama akan menimbulkan Noise Induced Hearing Loss

(NIHL). Faktor lain yang berpengaruh terhadap terjadinya NIHL adalah frekuensi bising,

periode pajanan setiap hari, lama kerja, kepekaan individu, umur dan lain-lain.1

David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan masalah utama

dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari

total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi dalam industri

menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa.

Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising selama kerja

memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil dengan masa

kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz. Lucchini

melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus NIHL pada

frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian menunjukan

sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-105 dBA.1

1

Page 2: Makalah Blok 28

BAB II

Isi

II.1 Definisi

Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi

terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang

menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau

kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

manusia dan kenyamanan lingkungan atau semua suara yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja pada tingkat tertentu dapat

menimbulkan gangguan pendengaran.2

Gangguan pendengaran akibat kerja (Occupational Deafnes/ Noise Induced Hearing

Loss) adalah hilangnya sebagian atau seluruh pendengaran seseorang yang bersifat permanen,

mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan oleh bising terus menerus di lingkungan

tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakin tinggi intensitas kebisingan dan semakin

lama waktu pemaparan kebisingan yang dialami oleh pekerja, semakin berat gangguan

pendengaran yang ditimbulkan pada pekerja tersebut.2

II.2 Diagnosis Klinis

A. Anamnesis

Mengumpulkan data-data dalam anamnesis biasanya ialah hal yang pertama dan

sering merupakan hal yang terpenting dari interaksi dokter dengan pasien. Dokter

mengumpulkan banyak data yang menjadi dasar dari diagnosis, dokter belajar tentang pasien

sebagai manusia dan bagaimana mereka telah mengalami gejala-gejala dan penyakit, serta

mulai membina suatu hubungan saling percaya.2

Anamnesis dilakukan dan dicatat secara sistematis. Ia harus mencakup semua hal

yang diperkirakan dapat membantu untuk menegakkan diagnosis.

Anamnesis sendiri terbagi 2 macam:2

a. Auto anamnesis – hubungan pasien dan dokter

b. Allo anamnesis – hubungan wakil pasien dengan dokter

Tujuan anamnesis:2

1. Untuk memperoleh data dan informasi dari pasien.

2. Untuk membina hubungan baik antara dokter dan pasien.

Manfaat anamnesis:2

2

Page 3: Makalah Blok 28

Dapat mendiagnosis dengan tepat

Dapat mengelola penyakit dengan tepat

Prognosis penyakit semakin membaik

Dapat melakukan pencegahan dan penyuluhan sehingga dari itu pertanyaan

haruslah mengarah kepada diagnosis yang yang ditegakkan.

Ada beberapa point penting yang perlu ditanyakan pada saat anamnesis , antara lain :2

1. Identitas pasien

2. Keluhan Utama ( Presenting Symptom)

3. Riwayat penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat pekerjaan

Sudah berapa lama kerja sekarang

Riwayat pekerjaan sebelumnya

Alat kerja, bahan kerja, proses kerja

Barang yang diproduksi/dihasilkan

Waktu bekerja sehari

Kemungkinan pajanan yang dialami

APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai

Hubungan gejala dan waktu kerja

Pekerja lain ada yang mengalami hal yang sama

B. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes penala

didapatkan hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang pendengarannya

lebih baik dan Schwabach memendek. Kesan jenis ketuliannya adalah tuli

sensorineural yang biasanya mengenai kedua telinga.3

C. Pemeriksaan Penunjang dan Tempat kerja

1. Sound Level Meter

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan, yang

terdiri dari mikrofon, amplifier, sirkuit “attenuator” dan beberapa alat lainnya. Alat ini

mengukur kebisingan antara 30-130 dB dan frekuensi 20 - 20.000 Hz. SLM dibuat

berdasarkan standar ANSI (American National Standart Institute) tahun 1977 dan

dilengkapi dengan alat pengukur 3 macam frekuensi yaitu A, B, C yang menentukan

secara kasar frekuensi bising tersebut.3

3

Page 4: Makalah Blok 28

Jaringan frekuensi A mendekati frekuensi karateristik respon telinga suara rendah

yang kira-kira dibawah 55 dB. Jaringan frekuensi B dimaksudkan mendekati reaksi

telinga untuk batas antara 55 -85 dB. Sedangkan jaringan frekuensi C berhubungan

dengan reaksi telinga untuk batas diatas 85 dB.3

2. Audiometri nada murni

Audiometer nada murni telah digunakan selama lebih dari 100 tahun sebagai

perangkat untuk mengukur ambang batas pendengaran (Martin, 1975). Audiometri

nada murni (pure tone audiometry, PTA) penting sekali pada NIHL baik untuk

penyaring (konduksi udara) dan diagnosis (konduksi tulang dan udara). Selama

pemeriksaan PTA, nada murni disampaikan menuju telinga melalui earphone yang

sesuai. Frekuensi yang diperiksa antara 125-8 kHz (tes dilakukan minimal pada

frekuensi 0, 5, 1, 2, 3, 4, dan 6 kHz) pada intensitas 0-120 dB ditingkatkan setiap 5dB.

Terdapat ambang batas intensitas nada murni yaitu nada di atas ambang tersebut akan

terdengar dan sebaliknya, nada di bawah ambang tersebut tidak akan terdengar.

Namun, hasil pemeriksaan dapat berbeda pada waktu pemeriksaan yang berbeda

dipengaruhi ketrampilan operator alat, motivasi pekerja, dan adanya bising di sekitar

tempat pemeriksaan.3

Tes PTA di tempat kerja digunakan untuk mencatat kondisi pendengaran para

pegawai, menemukan individu yang rentan terhadap bising, memonitor pendengaran

berkurang selama bekerja sebagai pegawai, dan mengatur program perlindungan

pendengaran.3

Data dasar audiomteri dilakukan saat pertama kali masuk ke tempat kerja (paling

mudah bila pemeriksaan ini dimaksudkan ke dalam bagian pemeriksaan kesehatan

sebelum diterima bekerja) untuk menilai tingkat pendengaran seseorang dan

menggunakannya sebagai rujukan perbandingan hasil tes audiometri yang dilakukan

di kemudian hari. audiometri dilakukan berkala (tiap tahun atau tiap dua tahun sekali)

untuk memonitor adanya pendengaran berkurang di antara pekerja yang bekerja di

area bising.3

3. Dosimeter 4

Diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian

Berupa instrumen kecil yang dikenakan oleh pekerja

Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah baju

di dekat telinga

Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam satu giliran kerja

4

Page 5: Makalah Blok 28

Lebih rumit yang memungkinkan analisis rekaman data yang lebih rinci

Proses analisis membutuhkan perangkat lunak komputer dan pemeta (plotter)

data yang cocok.

Alatnya sangat mahal dan sangat khusus sehingga harus dipercayakan kepada

ahlinya, dan satu-satunya metode yang benar-benar teliti untuk mengukur

pemajanan bising personal harian.

II.3 Pajanan yang dialami 5

1. Intensitas kebisingan

2. Frekuensi kebisingan

3. Lama waktu pemaparan bising

4. Kerentanan individu

5. Jenis kelamin

6. Usia karyawan

7. Lama bekerja

8. Jarak dari sumber suara

9. Gaya hidup pekerja di luar tempat kerja.

II.4 Hubungan pajanan dengan penyakit yang dialami

Kebisingan atau noise pollution sering disebut seebagai suara atau bunyi yang tidak

dikehendaki atau dapat diartikan pula sebagai suara yang salah pada tempat dan waktu yang

salah. Kebisingan merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya stress dalam

kehidupan dunia modern. Sumber kebisingan dapat berasal dari kendaraan bermotor,

kawasan industri atau pabrik, pesawat terbang, kereta api, tempat – tempat umum, dan tempat

niaga.6

Suara adalah bentuk energi yang paling dikenal. Suara diproduksi melalui getaran suatu

benda yang menyebabkan gelombang terkompresi dan merenggang. Walaupun gelombang

suara paling baik disalurkan melalui udara, gelombag suara juga dapat disalurkan melalui zat

padat, cair dan gas. Gelombang suara menjadi semakin lemah saat bergerak menjauhi

sumber. Saat gelombang ini mencapai telinga, ia akan menimbulkan sensasi pendengaran.

Gelombang suara memiliki ciri meliputi frekuensi, amplitudo, panjang gelombang dan

intensitas :6

Frekuensi

5

Page 6: Makalah Blok 28

Frekuensi adalah jumlah gelombang per satuan waktu. Frekuensi dinyata dalam

siklus per detaik (Hertz,Hz) dengan satuan 1 Hz = 1 siklus per detik.

Amplitudo

Amplitudo suara adalah besarnya jarak gelombang dari titik tengan ke puncak atau

lembahnya.

Panjang gelombang

Panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak atau dua lembah gelombang

suara. Panjang gelombang berbanding terbalik dengan frekuensi.

Intensitas

Intensitas adalah ukurang tingkat suara. Intensitas berbading lurus dengan kuadrat

amplitudo gelombanh suara dalam lapangan bebas.

Intensitas mengikuti hukum kuadrat terbalik, berbanding terbalik dengan kuadrat

jarak, misalnya penambahan jarak sebesar dua kali lipat akan mengurangi intensitas

sebesar seperempatnay. Tingkat tekanan suara (sound pressure level, SPL) sebesar 0

dB secara umum dianggap sebagai tingkat suara minimal yang masih dpaat

dideteksi. Tingkat tekanan suara paling tinggi yang masih bisa ditoleransi adalah di

atas 10 juta kali tekanan suara yang paling sedikit masih dapat dideteksi. Skala

logaritme digunakan untuk menjelaskan rasio dua intensitas karena jarak angka

yangg sangat lebar ini sulit diatasi. Stuan Bel digunakan untuk menjelaskan rasio

intensitas terebut. Satu desibel adalah seperepuluh bel. Satuan ini adalah perbedaan

satuan intensitas minimum yang masih dapat dirasakan. Intensitas suara yang

meningkat sebesar dua kali lipat menyebabkna perubahan tingkat intensitas sebesar

3 dB. Desibel adalah satuan ukuran relatif dan secara arimetika tidak bisa ditambah

atau dikurangi.

Pencatatan desibel dimulai pada saat teknisi telpon menghornmati Alexander

Graham Bell dengan mengukur “old miles of standard cable”. Desibel sebagai rasio

intensitas adalah angak yang tidak berdimensi. Desibel adalah intensitas satu suara

berbanding dengan nialai tingakat intensitas rujukan (ambang batas pendengaran,

yaitu tekanan suara yang masih terdengar pada frekuensi 1000 Hz : 20 uPa).

Peningkatan tingkat bising sebesar 3 dB menggambarkan energi suara menjadi dua

kali liat, sedangkan peningkatan sebesar 10 dB yang dirasakan dua kali lipat

kerasnya, mewakili peningkatan energi suara sebesar 10 kali.

Lamanya waktu pemaparan bising

6

Page 7: Makalah Blok 28

Hal ini sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan pendengaran dikarenakan

terjadinya perubahan ambang dengar. Tetapi untuk menyebabkan sampai terjadi hal

tersebut, terdapat beberapa tahap seperti:6

a. Adaptasi

Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu

oleh kebisingan tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasaterganggu lagi

karena suara terasa tidak begitu keras- keras seperti pada awal pemaparan.

b. Peningkatan ambang dengar sementara

Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahan- lahan

akan kembali seperi semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampai

beberapa jam bahkan sampaibeberapa mingu setelah pemaparan. Kenaikan

ambang pendengaran sementara ini mula-mula terjadi pada frekuensi 4000 Hz,

tetapi bila pemaparanberlangsung lama maka kenaikan nilai ambang pendengaran

sementara akan menyebar pada frekuensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas dan

lama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.

Respon tiap individuterhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitas

masing-masing individu.

II.5 Besar atau jumlah pajanan

A. Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari NIHL diduga berupa adanya stres mekanis dan metabolik

pada organ sensorik auditorik bersamaan dengan kerusakan sel sensorik atau bahkan

kerusakan total organ Corti di dalam koklea. Kehilangan sel sensorik pada daerah yang sesuai

dengan frekuensi yang terlibat adalah penyebab NIHL yang paling penting. Kepekaan

terhadap stres pada sel rambut luar ini berada dalam kisaran 0-50 dB, sedangkan untuk sel

rambut dalam diatas 50 dB. Biasanya dengan terjadinya TTS, ada kerusakan bermakna pada

sel rambut luar. Frekuensi yang sangat tinggi lebih dari 8 kHz mempengaruhi dasar koklea:5

1. Proses Mekanis

Berbagai proses mekanis yang dapat menyebabkan kerusakan sel rambut akibat

pajanan terhadap bising meliputi :

a. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat menyebabkan robeknya

membran Reissner sehingga cairan dalam endolimfe dan perilimfe bercampur

yang mengakibatkan kerusakan sel rambut.

7

Page 8: Makalah Blok 28

b. Gerakan membran basilar yang kuat dapat menyebabkan gangguan organ Corti

dengan pencampuran endolimfe dan kortilimfe yang mengakibatkan kerusakan

sel rambut.

c. Aliran cairan yang kuat pada sekat koklea dapat langsung merusak sel rambut

dengan melepaskan organ Corti atau merobek membran basilar.

2. Proses metabolik

Proses metabolik yang dapat merusak sel rambut akibat pajanan bising meliputi:

Pembentukan vesikel dan vakuol di dalam retikulum endoplasma sel rambut

serta pembengkakan mitokondria dapat berlanjut menjadi robeknya membran

sel dan hilangnya rambut.

Kehilangan sel rambut mungkin disebabkan kelelahan metabolik akibat

gangguan sistem enzim yang esensial untuk produksi energi, biosintesis

protein, dan pengangkutan ion.

Cedera stria vaskularis menyebabkan gangguan kadar Na, K, dan ATP. Hal

ini menyebabkan hambatan proses transpor aktif dan pemakaian energi oleh

sel sensorik. Kerusakan sel sensorik menimbulkan lesi kecil pada membran

retikular bersamaan dengan pencampuran cairan endolimfe dan kortilimfe

serta perluasan kerusakan sel sensorik lain.

Sel rambut luar lebih mudah terangsang suara dan membutuhkan energi yang

lebih besar sehingga menjadi lebih rentan terhadap cedera akibat iskemia.

Mungkin terdapat interaksi sinergis antara bising dengan pengaruh lain yang

merusak telinga.

B. Bukti Epidemiologi

David I Robert melaporkan bahwa bising di tempat kerja merupakan masalah utama

dalam kesehatan kerja di berbagai negara. Diperkirakan sedikitnya 7 juta orang ( 35% dari

total populasi) terpajan dengan bising >85 dBA. Ketulian yang terjadi dalam industri

menduduki urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di Amerika Serikat dan Eropa.

Phoon W melaporkan bahwa kelompok tenaga kerja yang terpajan bising selama kerja

memperlihatkan ketulian >20%. Sucipto melaporkan >50% tenaga kerja tekstil dengan masa

kerja antara 1-10 tahun mengalami NIHL pada frekuens 3000 Hz dan 4000 Hz. Lucchini

melaporkan dari 41 tenaga kerja pada perusahan baja, ditemukan 45,9% kasus NIHL pada

frekuensi 6000 Hz, dengan pajanan bising terus menerus. Sejumlah penelitian menunjukan

sekitar 31,5-38% tenaga kerja pabrik baja mengalami NIHL pada intensitas 85-105 dBA.5

8

Page 9: Makalah Blok 28

C. Gambaran Klinis

Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara ( speech

discrimination ) dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapat menyebabkan

kesulitan dalam menerima dan membedakan bunyi konsonan. Bunyi dengan nada tinggi,

seperti suara bayi menangis atau deringan telepon dapat tidak didengar sama sekali. Ketulian

biasanya bilateral. Selain itu tinitus merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya

dapat mengganggu ketajaman pendengaran dan konsentrasi.2

Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise induced hearing loss )

adalah :2,3,5

1. Bersifat sensorineural

2. Hampir selalu bilateral

3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss ).

Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat menimbulkan reaksi

adaptasi, peningkatan ambang dengar sementara (temporary threshold shift) dan

peningkatan ambang dengar menetap ( permanent threshold shift). Reaksi

adaptasi merupakan respons kelelahan akibat rangsangan oleh bunyi dengan

intensitas 70 dB SPL atau kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologis

pada saraf telinga yang terpajan bising. Peningkatan ambang dengar sementara,

merupakan keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat pajanan

bising dengan intensitas yang cukup tinggi. Pemulihan dapat terjadi dalam

beberapa menit atau jam. Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari.

Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan dimana terjadi

peningkatan ambang dengar menetap akibat pajanan bising dengan intensitas

sangat tinggi (explosif) atau berlangsung lama yang menyebabkan kerusakan

pada berbagai struktur koklea, antara lain kerusakan organ Corti, sel-sel rambut,

stria vaskularis, dan lainnya.

4. Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB. Apabila paparan bising

dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan pendengaran yang signifikan,

kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000

Hz, dimana kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000 Hz,

dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan

6000 Hz akan mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 – 15 tahun.

5. Selain pengaruh terhadap pendengaran ( auditory ), bising yang berlebihan juga

mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh terhadap komunikasi

9

Page 10: Makalah Blok 28

wicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress akibat

gangguan pendengaran yang terjadi.

II.6 Peran faktor individu5

a. Status kesehatan fisik : ada tidaknya riwayat penyakit dalam keluarga yang sama

dengan yang diderita oleh pasien serta bagaiman kebiasaan berolahraga.

b. Status mental

II.7 Faktor lain di luar pekerjaan2

Hobi

Dengan kemajuan teknologi untuk mendengarkan musik (seperti ipod, mp3, dll ),

dengan memakai headset (handsfree), tanpa kontrol terhadap suara musik dan

lamanya pemakaian, hal tersebut dapat beresiko terhadap pendengaran kita di

kemudian hari.2

Para pemain musik (terutama musik keras) dan pendengarnya, dimana musik yang

di dengar melebihi kemampuan telinga untuk menerimanya (umumnya melebihi

100 dB), juga mempunyai resiko terhadap gangguan pendengaran.2

Merokok

Merokok tak hanya menyerang saluran pernapasan dan merusak kecantikan kulit.

Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan bahwa remaja yang terpapar asap rokok

berisiko dua kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran. Berdasarkan

penelitian New York University School of Medicine, sebagaimana dilansir Readers

Digest, sebanyak 1.500 remaja dalam rentang usia 12-19 tahun diuji untuk

mengetahui seberapa banyak mereka terpapar cotinine. Cotinine adalah produk

sampingan dari nikotin yang dihasilkan perokok aktif dan mengenai perokok pasif

dalam bentuk asap. Kemudian kemampuan para remaja tersebut diuji untuk

mendengar frekuensi suara tinggi, menengah, dan rendah.2

Hasilnya, makin banyak remaja terpapar asap rokok dari perokok aktif, makin besar

pula risiko kehilangan pendengaran. Mereka yang terpapar dalam jumlah tinggi, tiga

kali lipat mengalami risiko gangguan pendengaran. Gangguan dapat menyebabkan

remaja kesulitan memahami ucapan manusia, sehingga menimbulkan masalah di

sekolah. Bahkan, mereka sering dianggap pembuat masalah karena salah menangkap

maksud perkataan orang lain. Yang membuat miris, 80 persen dari anak-anak dan

remaja tersebut tidak tahu bahwa mereka telah mengalami kehilangan pendengaran

10

Page 11: Makalah Blok 28

yang signifikan. Terlebih, anak-anak dan remaja di Amerika Serikat. Mereka lebih

banyak terkena paparan asap rokok di rumah mereka sendiri. Selain gangguan

pendengaran, paparan asap rokok juga meningkatkan risiko terkena kanker paru-paru,

ketidakmampuan belajar, penyakit jantung dan berbagai penyakit lainnya. 7

Lain-lain

Sumber bising tidak hanya berasal dari lingkungan kerja saja akan tetapi dapat juga

dari bidang hiburan, olahraga, rekreasi, bahkan lingkungan pemukiman dapat juga

terkontaminasi oleh bising. Adenan telah melakukan penelitian pada 43 orang

penduduk yang bertempat tinggal di sekitar lebih kurang 500 meter dari ujung

landasan bandara polonia Medan, dengan lama hunian sekitar 5 tahun dan rentang

usia 20-42 tahun. Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 50% menderita tuli saraf

akibat bising, pada penduduk dengan rata-rata tinggal lama sekitar 17 tahun dan

waktu pajanan rata-rata 22 jam/hari. Pajanan bising pada sarana transportasi umum

ditambah bising jalan raya mungkin merupakan salah satu penyebab cepat lelah,

penurunan kewaspadaan dan dalam kurun waktu tertentu dapat menimbulkan

pendengaran pada pengemudinya. Keadaan tersebut bila dibiarkan, dapat

menyebabkan kerugian materi, membahayakan bagi diri dan pengguna jalan lainnya.2

II.8 Diagnosis Okupasi

“Gangguan Pendengaran Akibat Pekerjaan (Noise Induce Hearing Loss/NIHL)”

II.9 Penatalaksanaan

Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya dari

lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung

telinga terhadap bising (ear plug), tutup telinga (ear muff) dan pelindung kepala (helmet).

Oleh karena tuli bising adalah tuli sensorineural koklea yang bersifat menetap (irreversible)

bila gangguan pendengaran sudah mengakibatkan kesulitan berkomunikasi dengan volume

bercakap biasa, maka dicoba dengan alat bantu dengar. Apabila pendengaran telah

sedemikian buruk , sehingga walaupun dengan menggunakan alat bantu dengar tidak dapat

berkomunikasi dengan adekuat perlu dilakukan psikoterapi agar dapat menerima keadaannya.

Latihan pendengaran agar dapat menggunakan sisa pendengaran denga alat bantu dengar

secara efisien dibantu dengan cara membaca bibir, mimik dan gerakan anggota badan serta

bahasa isyarat untuk berkomunikasi. Disamping itu, oleh karena pasien mendengar suaranya

sendiri sangat lemah, rehabilitasi suara juga diperlukan agar dapat mengendalikan volume,

11

Page 12: Makalah Blok 28

tinggi rendah dan irama percakapan. Pada pasien yang telah mengalami tuli bilateral dapat

dipertimbangkan untuk memasang implan koklea.3,5

II.10 Preventif

Tidak ada pengobatan untuk NIHL. Satu-satunya cara pemecahan masalah ini adalah

pencegahan. Penting bahwa program perlindungan pendengaran (HCP) diselenggarakan di

tempat kerja yang bising. Saat ini tidak ada peraturan mengenai HCP, peran proaktif harus

dilakukan oleh pihak manajemen.3,5

1. Program perlindungan pendengaran

Unsur HCP yang efektif meliputi : survei kebisingan, upaya untuk mengurangi

pajanan terhadap bising melalui pengendalian kebisingan (pengendalian industri)

atau pengendalian administratif, dan perlindungan pendengaran perorangan bila

pengendalian tersebut tidak cukup mengurangi pajanan; pemeriksaan medis

termasuk tes PTA; pemberitahuan kepada pegawai tentang bahaya bising; dan

penyimpanan catatan medis dengan baik.6

a. Survei kebisingan

Program perlindungan pendengaran harus selalu diawali dengan survei bising

pendahuluan. Tujuan survei bising pendahuluan adalah mengenali daerah

ditempat kerja yang menyebabkan pekerja terpajan terhadap tigkat kebisingan

yang membahayakan. Survei bising pendahuluan harus mampu memberikan

informasi ada atau tidaknya masalah kebisingan, besarnya permasalahan, dan

menemukan daerah yang membutuhkan survei bising terperinci. Survei bising

terperinci memberikan informasi tingkat kebisingan di berbagai tempat kerja

untuk dapat membuat pedoman pengendalian industri dan administratif. Survei

ini juga akan memberikan batasan daerah yang memerlukan perlindungan

terhadap kebisingan dan mengetahui pegawai mana yang harus dimasukan

kedalam program tes audiometri. Survei bising perlu dilakukan dengan

memakai pengukur tingkat suara yang telah diakui yang dipasang pada skala A

reaksi lambat. Informasi yang diperoleh dari survei ini akan memberikan

informasi apakah pekerja terpajan di atas action level dan tingkat pajanan yang

masih diperbolehkan (permissible exposure level, PEL) yang sudah ditetapkan

peraturan mengenai bahaya tempat kerja.6

b. Pengendalian industri

12

Page 13: Makalah Blok 28

Pengendalian bising melalui pengendalian industri adalah tindakan

pengendalian yang paling penting dalam program perlindungan pendengaran.

Tindakan lain hanya dilaksanakan bila pengendalian industri tidak mungkin

dilakukan. Hal ini merupakan satu-satunya metode yang dapat mengendalikan

tingkat kebisingan sedangkan metode yang lain mengendalikan pajanan

terhadap bising. Walaupun biaya permulaan pengendalian bangunan di tempat

adalah tinggi, harus disadari bahwa hal ini bukanlah pengeluaran rutin.

Pengetahuan lengkap mengenai proses diperlukan untuk menentukan apakah

bising dikendalikan pada sumbernya atau pada jalurnya. Tindakan

pengendalian bising pada sumbernya meliputi: penggantian alat,

menggunakan alat dengan tingkat kebisingan yang kecil; pemindahan sumber

bising menjadi lebih jauh dari operator; pengurangan getaran menggunakan

bahan yang dapat menyerap getaran; dan pemakaian peredam aliran udara dan

gas. Tindakan pengendalian bising yang digunakan pada jalurnya

meliputi; perisai akustik, tembok penghalang, penutupan sebagian atau seluruh

sumber bising. 5,6

c. Pengendalian administratif

Bila pengendalian industri tidak mungkin dilakukan, pengendalian

administratif dapat diperkenalkan untuk mengurangi pajanan pegawai secara

perorangan. Dengan”prinsip persamaan energi” mengizinkan pertukaran antara

tingkat bising dan lama pajanan. Pengendalian administratif dapat

dilaksanakan dengan menukar pegwai di daerah bising tinggi dengan mereka

yang di daerah bising rendah selang aktu tertentu. Hal ini juga dapat

melibatkan waktu penjadwalan waktu perngoperasian sedemikian rupa agar

dapat mengurangi jumlah pegawai yang terpajan tingkat kebisingan yang

tinggi.4

d. Alat pelindung pendengaran

Tujuan utama pemakaian pelindung pendengaran adalah secara ekonomis

mengurangi pajanan yang berbahaya hingga pada tingkat aman bagi telinga

pegawai untuk mencegah kehilangan pendengaran. Alat pelindung

pendengaran misalnya ear plug, ear muff, helm harus disediakan secara gratis

bagi semua pekerja yang terpajan tingkat bising di atas 85 dB.3

e. Program tes audiometri

13

Page 14: Makalah Blok 28

Audiometri bukan pengganti pengendali bising. Namun, program tes

audiometri termasuk data dasar, audiometri berkala, dan pada akhir pekerjaan

sebagai pengawas sangat berguna dalam program perlindungan pendengaran.

Supervisi pegawai, audiometer yang dikalibrasi dan disetujui, serta

kompartemen yang sesuai sangat diperlukan.4

f. Penyimpanan catatan medis

Penyimpanan catatan medis secara tepat mengenai pajanan dan informasi

mengenai kondisi pendengaran penting dalam memonitor dan keperluan

medikolegal.2

2. Pelatihan dan Pendidikan

Semua pekerja yang berhak mengikuti program konservasi, harus mendapatkan

pendidikan dan training setiap tahun, baik yang terlibat langsung maupun tidak

pada program pemeliharaan pendengaran. Pendidikan dan edukasi pada dasarnya

alah perilaku pekerja.2

II.11 Prognosis

Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya

menetapa, dan tidak dapat diobat secara medikamentosa maupun pembedahan, maka

prognosisnya kurang baik. Oleh sebab itu yang terpenting adalah pencegahan terjadinya

ketulian.2

14

Page 15: Makalah Blok 28

BAB III

Penutup

III.1 Kesimpulan

. Kebisingan di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan pendengaran dan gangguan

sistemik yang dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan

penurunan produktivitas tenaga kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan dan

deteksi dini untuk pencegahan karena kerugian yang harus dibayarkan akibat kebisingan ini

cukup besar.

Pemeriksaan gangguan pendengaran harus dilakukan secara teliti, cermat, dan hati-hati

untuk menghindari kesalahan prosedur dalam memberikan kompensasi kepada tenaga kerja.

III.2 Saran

Sebaiknya sebuah perusahan melakukan langkah-langkah sebagai berikut

1. Memberikan pelatihan dokter-dokter perusahaan

2. Penerangan dalam bentuk ceramah, diskusi dan demonstrasi untuk pimpinan dan

pekerja-pekerja perusahaan

3. Pemeriksaan pendengaran sebelum diterima sebagai pekerja

4. Pemeriksaan pendengaran ulangan berkala, misalkan sekali setahun

5. Pengendalian sumber-sumber bising dan perambatannya

6. Perlindungan telinga dari para pekerja

15