makalah bahasa indonesia
DESCRIPTION
makalah bahasa indonesia sastra anakTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan jaman, perkembangan sastra semakin lama
semakin banyak variasi dan tingkat estetiknya. Begitu pula dengan perkembangan
sastra anak yang semakin berkembang dan terus divariasikan oleh sejumlah
penulis sesuai dengan karakter dan perkembangan anak jaman sekarang. Dengan
adanya sebuah karya sastra tentunya tak luput halnya dengan sebuah apresiasi dari
orang lain. Apresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya
penghargaan (yang positif) terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari
adanya pengetahuan tentang sastra, sejumlah pengamalan emosional dan
penajaman kognitif di bidang sastra, serta pengalaman keterampilan bersastra,
baik secara reseptif maupun secara produktif.
Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman rohani bagi kalangan anak-anak.
Sehingga dengan adanya suatu bentuk apresiasi sastra anak dan
komponen-komponen didalamnya, diharapkan mampu membangun kritik yang
mengantarkan pada perkembangan dan perubahan karya sastra di Indonesia
khususnya sastra anak-anak agar lebih diminati dan disegani para penikmat karya
sastra.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian apresiasi sastra anak-anak?
2. Apa sajakah tingkatan apresiasi sastra anak-anak?
3. Apa sajakah manfaat apresiasi sastra anak-anak?
4. Apa sajakah jenis dan contoh karya sastra anak?
5. Apa sajakah ciri-ciri sastra anak?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian apresiasi sastra anak-anak
2. Menjelaskan tingkatan apresiasi sastra anak-anak
3. Menjelaskan manfaat apresiasi sastra anak-anak
4. Menjelaskan jenis dan contoh karya sastra anak
5. Menjelaskan cirri-ciri sastra anak
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Apresiasi Sastra Anak
Apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciatio yang berarti
“mengindahkan” atau menghargai”. Berarti secara harpiah apresiasi sastra adalah
penghargaan terhadap karya sastra. Munculnya penghargaan (yang positif)
terhadap karya sastra merupakan manifestasi dari adanya pengetahuan tentang
sastra, sejumlah pengamalan emosional dan penajaman kognitif di bidang sastra,
serta pengalaman keterampilan bersastra, baik secara reseptif maupun secara
produktif . Sedangkan sastra anak-anak merupakan karya yang dari segi bahasa
memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat
memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak.
a. Pramuki (2000) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra
(prosa, puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan,
kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak.
b. Solchan dkk (1994:225) membagi pengertian sastra anak-anak atas dua
bagian, yaitu:
a) sastra anak-anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
remaja atau dewasa yangisi dan bahasanya mencerminkan corak
kehidupan dan kepribadian anak.
b) Sastra anak anak adalah sastra yang ditulis oleh pengarang yang usianya
masih tergolong anak-anak yang isi dan bahasanya mencerminkan corak
kehidupan dan kepribadian anak.
Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya
sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik
ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri.
Karya sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa,
melainkan juga bentuk drama.
B. Tingkatan Apresiasi Sastra Anak
Adapun tingkatan apresiasi sastra, Wardani (1981) membagi tingkatan
apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan, yaitu:
a. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-
buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak
melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi
pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
b. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai
tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi
anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau
menonton drama anak-anak.
c. Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat
tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau
berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini
juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan
sastra.
d. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai
media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang
tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.
P. Suparman (Tarigan, 2000) membagi tingkatan apresiasi sastra atas lima
tingkatan, yakni sebagai berikut:
a. Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,
menonton drama, mendengarkan cerita.
b. Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita,
mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam
jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya
atau yang dideklamasikan.
c. Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang
terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsure
instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
d. Tahap penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya
sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya
mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk
drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan
argumentasinya secara tepat.
e. Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan
hasil apresiasi sastra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan.
C. Manfaat Apresiasi Sastra
D. Jenis dan Contoh Karya Sastra Anak
Satra anak-anak dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Puisi
Sudjiman (dalam Nadeak:1985:7) menyatakan bawa “puisi adalah ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan
bait. Relatif sejalan dengan pengertian puisi yang dikemukakan oleh Ralph Waldo
Emmerson bahwa “puisi adalah mengajarkan sebanyak-banyaknya dengan kata-
kata yang sesedikit-dikitnya”. Berbeda dengan pendapat Mattew Arnold yang
melihat dari segi keindahan pendendangannya bahwa bahwa “puisi adalah satu-
satunya cara yang paling indah, puisi merupakan karya sastra yang berbentuk
untaian bait demi bait yang relatif memperhatikan irama dan rima sehingga
sungguh indah dan efektif didendangkan dalam waktu yang relatif singkat
dibandingkan bentuk karya sastra lainnya.
Puisi sebagai suatu karya sastra seni terdiri atas berbagai ragam. Waluyo
(1987) mengklasifikasi puisi berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau
gagasan yang hendak disampaikan , terbagi atas: puisi naratif, puisi lirik, dan puisi
deskriptif, yakni sebagai berikut.
a) Puisi naratif
Puisi naratif adalah puisi yang isinya berupa cerita. Penyair
menyampaikan dalam bentuk puisi dengan cara naratif yang di dalamnya
tergambar ada pelaku yang berkisah, misalnya:
DESAKU
Nurfikri
Hagu
Sebuah nama selalu merdu
Di telingaku
Setiap waktu
Alammu
Nyiurmu
Pantaimu
Memanggil daku selalu
Untuk tidak jauh
Dari sisimu
Di pagi dan siang
Kuberangkat dan pulang dari sekolah
Bersama teman-temanku
lewat jalan berbelok
Dinaungi pepohonan rindang
Karena itu aku bertekad
Akan selalu memeliharamu
Akan selalu mengingatmu
Sampai akhir hayat
( Dikutip dalam Pedoman Rakyat, 2002 oleh Nurfikri)
b) Puisi lirik
Adalah puisi yang mengungkapkan gagasan pribadinya dengan
cara tidak bercerita. Puisi lirik dapat berupa pengungkapan pujaan
terhadap seseorang, misalnya puisi berikut:
R.A. Kartini
Engkau pendekar bangsa
Pahlawan wanita Indonesia
Engkau korbankan jiwa dan raga
Engkau lahir di Istana
Tiada kurang satu apa pun
Tapi kau tak terlena
Melihat kaummu menderita
Raden Ajeng Kartini
Engkau laksana obor
Oikireanmu menerang hati
Engkaulah pelopor
(Herni Maya Sari, klas V SD O42 Balikpapan)
c) Puisi deskriptif
Adalah puisi penyair yang mengungkapkan gagasannya dengan
cara melukiskan sesuatu untuk mengungkapkan kesan, peristiwa,
pengalaman menarik yang pernah dialaminya. Misalnya puisi yang
menggambarkan keindahan alam berikut:
ALAM YANG INDAH
Lenny Ch.M.
Sungguh indah alam
Ciptaan Tuhan
Hewan, Burung, ikan
Tumbuh-tumbuhan
Bintang dan bulan
Segenap tata surya
Memuji Tuhan
Tuhanku menjaga
Sejagad raya
Burung Margasatwa
Cukup makannya
Ajar aku, Tuhan
Buka mataku
Belajar dari alam Melihat
b. Prosa
Prosa fiksi anak-anak adalah karya sastra yang tidak dibuat atas ragkaian
bait demi bait tetapi dibuat atas rangkaian paragraf demi paragraf dengan
merangkaikan unsur unsur seperti tempat, waktu, suasana, kejadian, alur pristiwa,
pelaku berdasarkan tema cerita tertentu yang diperoleh secara imajinatif. Cullinan
(1989) menyebutkan beberapa jenis prosa fiksi, antara lain:
a) Prosa fiksi sains
Prosa fiksi sains adalah cerita fiksi yang disusun dengan menekanan pada
isi yang ingin disampaikan. Isi yang disampaikan berupa ilmu pengetahuan
(sains) atau bersifat faktual. Namun demikian isi yang bersifat faktual tersebut
disusun dalam bentuk cerita fiksi dengan cara menentukan pelaku, latar, dan
alur. Contohnya sebagai berikut:
Mendengarkan Penyuluhan tentang Penyakit Demam Berdarah
Pada siang hari itu pendopo balai Desa Makmur dipenuhi oleh warga.
Mereka diundang untuk mendengarkan penyuluhan tentang penanggulangan
penyakit demam berdaarah dari Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten.
Penyuluhan in diberikan karena beberapa hari yang lalu di Desa Makmur Jaya
terkena wabah penyakit demam berdarah.
Tepat pada pukul 13.00 Dokter Surya yang diberi tugas penyuluhan oleh
Dinas Kesehatan Rakyat Kabupaten telah datang. Beliau dating bersama
beberapa petugas yang lain. Setelah beristirahat sebentar, Dokter Surya pun
segera memberikan penyuluhannya.
Menurut Dokter Surya, penyakit demam berdarah itu disebabkan oleh virus
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk itu hidup dan
berkembang biak di dalam rumah dan di sekitarnya. Tidak jarang, nyamuk ini
dijumpai pula di sekolah. Nyamuk ini mencari mangsa pada pagi sampai siang
hari.
Terdapat beberapa tanda yang dapat kita kenali dari orang yang terkena
penyakit mematikan ini. Pertama, selama 2-7 hari panas badan penderita
meninggi. Kedua, nyeri perut terutama di bagian uluhati. Ketiga, pendarahan
berupa bintik-bintik merah pada kulit, mimisan, gusi berdarah, muntah darah,
bahkan berak darah.
Pertolongan pertama yang dapat dilakukan kepada orang yang terkena
penyakit demam berdarah adalah dengan memberikan minuman sebanyak-
banyaknya. Minuman itu dapat berupa air masak, susu, atau air teh. Untuk
menurunkan panas badan, penderita dapat diberi obat penurun panas, selain
itu, penderita dapat dibantu dengan kompres dengan menggunakan kain basah
yang telah direndam di air es. Setelah itu itu barulah penderita dibawa ke
puskesmas/RSU.
Penyakit demam berdarah dapat dicegah dapat dicegah dengan dua cara.
Cara pertama adalah melenyapkan tempat berkembang biaknya nyamuk
Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya berkembang biak di dalam maupun di
luar rumah. Di dalam rumah, misalnya di bak mandi, tempayan, vas bunga,
atau di tempat minuman burung. Di luar rumah nyamuk ini berkembang biak
di tangki penampungan air, kaleng potongan bambu, dan sebagainya.
Cara kedua adalah dengan menghambat masuknya nyamuk ke rumah. Cara ini
dapat dilakukan dengan memasang kawat kasa pada lubang ventilasi. Dengan
cara ini, nyamuk tidak akan dapat masuk ke rumah. Nyamuk ini dapat dicegah
agar tidak masuk ke rumah dengan cara memberikan penerangan yang cukup
di dalam kamar kita. Nyamuk biasanya senang tinggal di tempat gelap.
Para warga tampak tertarik akan semua penjelasan yang diberikan Dokter
Surya. Setelah mendengarkan penyuluhan itu mereka berjanji akan selalu
berusaha hidup lebih bersih lagi. Mereka ingin hidup sehat. Mereka ingin
terbebas dari penyakit demam berdarah.
(Anonim Dalam Aku Cinta Bahasa
Indonesia,V, 1997)
b) Prosa fiksi realistic
Adalah cerita yang disusun dengan tujuan menyampaikan sesuatu yang
mengandung nilai-nilai kehidupan yang logis, baik berkaitan dengan etika,
moral, relegius, dan nilai-nilai lainnya. Nilai-nilai tersebut diungkap melalui
prosedur “bercerita” dengan menentukan tema, latar, alur, penokohan, sudat
pandang, dan amanat yang ingin disampaikan. Peristiwa yang disampaikan
bukan merupakan fakta tapi peristiwa yang bersifat fiktifrealistik karena isi
atau tema cerita tersebut diangkat dari kehidupan sehari-hari, ada
kemungkinan hal tersebut terjadi dalam kenyataan sehari meskipun pelaku
tempat, dan waktu kejadian berbeda. Misalnya, cerita berikut :
Musim Layang Membawa Berkah
Ni Wayan Margiani
Kupercepat lariku begitu melihat begitu kulihat layang-layangku putus.
Tak perduli kakiku penuh lumpur. Aku terus berlari di pematang sawah,
sambil melihat ke atas. Semua semak tidak luput dari perhatianku, tetapi
layang-layangku tidak kutemukan juga. Dengan lemas aku berjalan menuju
rumahku.
Sebagian besar anak di kampungku lebih suka membeli layanglayang di
pasar/walaupun ada juga yang membuat sendiri. Wah… sekarang saya harus
membuat layang-layang sendiri, aku tidak mau merepotkan ibu lagi.
Panggilan ibu itu menandakan harus segera menyabit rumput untuk
sapiku. Aku menganggukkan kepala. Sambil menyabit rumput aku
memikirkan cara membuat layang-layang.
Setelah memberi makan sapi, aku sibuk dengan bambu, plastik, dan
benang. Ya aku akan buat layang-layang ssendiri. Uangnya dari sisa jajanku
kemarin.
“Bill, banyak sekali layang-layangnya?” Minta satu buat aku, ya?” adikku
yang paling kecil, wayan datang mendekat. “Ya nanti Bill buatkan satu
untukmu,” jawabku pada adikku.
Begitu layang-layang telah siap aku langsung pergi ke sawah. Disitu
tempanku biasa main layang-layangan. Melihat aku, Made langsung
mendekati, “Tut, layang-layang itu mau kamu jual, ya? Aku beli satu, ya?”
Aku juga, Tut. Aku beli dua buat aku dan adikku,” kata Bagus tidak mau
kalah. Teman-teman yang lain juga mengerumuniku.“Layang-layang ini
masing- masing kujual seribu rupiah. Kalian boleh pilih sendiri.”, kataku.
Wow, luar biasa! Layang-layangku laris manis.
Setelah itu, aku terima banyak pesanan. Jadi, aku bisa membeli buku-buku
sendiri. Sisanya aku tabung. Ini berarti menghemat pengeluaran ibu dan
bapak. Musim layang-layang kali ini benar-benar membawa berkah buatku.
(Dalam Aku Mampu Berbahasa Indonesia, V, Kastam
Syamsi, dkk 2004)
c) Prosa fiksi imajinatif (folkrole)
Adalah cerita yang di dalamnya menyajikan rangkaian perstiwa yang
pelaku-pelakunya hanya ada dunia dalam dunia imajinasi pengarang, tidak ada
dalam kehidupan sehari-hari, Cerita seperti ini hanya dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan bagi anak-anak yang suka dongeng dengan pelaku
raksasa atau binatang (fabel), misalnya dongeng Tanah Sang Raksasa, Kepel
Iwe-Iwel, Kancil yang Cerdik, dan sebagainya:
Tanah Sang Raksasa
Raksasa Bargawa menerima sahabatnya di dalam guanya. Sahabat raksasa
Bargawa adalah seorang manusia , laki-laki muda bernama Arya. Pemuda
Arya dan raksasa Bargawa sudah lama bersahabat. Mereka saling menyukai
satu dengan yang lain.
“Aku sengaja mengundangmu hari ini, Arya,” kata Raksasa Bargawa.
Matanya yang lebar berkejap-kejap, giginya yang tajam dan runcing
tampak mengkilap ketika ia ketawa.
“Untuk berbicara tentang tanah milikmu ini, bukan?” tanya Arya.
“Benar!” Raksasa Bargawa mengangguk. Rambutnya yang keriting
panjang beriap-riap pada waktu itu menggerakkan kepalanya…
(Dikutip Dalam Aku Cinta bahasa Indonsia,
IV A. 2004)
c. Drama
Surana (1984) mengatakan bahwa “drama adalah karangan prosa atau
puisi berupa dialog dan keterangan laku untuk dipertunjukkan di atas pentas.”
Pengertian tersebut sejalan dengan pengertian drama yang disampaikan oleh
Hermawan (1988:2) bahwa “drama merupakan cerita konflik manusia dalam
bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan
dan action di hadapan penonton.”
Jadi, drama merupakan salah satu karya sastra yang dipakai sebagai
medium pengungkapan gagasan atau perasaan melalui serangkain dialog
antarpelaku dan adegan, yang tujuan utamanya bukan untuk dibacakan secara
estetis melainkan untuk dipertunjukkan
TAS SEKOLAH RARA
Tokoh : Rara,
Yayang,
Alisia, dan
Ibu
Di halaman rumah Yayang terlihat Rara, Yayang, Alisia mengenakan seragam
Sekolahh, mengendong tas masing-masing
Yayang : “Ra, terima kasi ya! (memberikan buku), Nanti kalau ada yang baru
kita tukar baca lagi
Rara : (memasukan buku ke tasnya) Iya, Aku pulang dulu ya!
Kajian Bahasa Indonesia di SD 7- 21
Alisia : “Ra, kamu tak punya tas lagi, ya! Yang sudah robek begini masih
kamu pakai (menepuk tas rara). (Rara dan Yayang terkejut)
Yayang : “Lis!”
Rara : “Yo saya pulang duluan ya! (tak meladeni pertanyaan Alisia)
Alisia : “Aku juga pulang, yu. Sampai besok!
Yayang : “Ya dadaa!
(Rara dan Alisia meninggalkan pentas, ibu masuk).
Ibu : “Eh, mamam sudah pulang.
Yayang : “Iya, Ma! (mencium tangan ibunya)
............................................
(Dikutip dari Karya Mien Rumini dalam Pend. KeterampilanBerbahasa oleh
Djago Tarigan dkk, 2001)