makalah askeb iv patologi
DESCRIPTION
makalah askeb iv patologi tentang atonia uteri saat postpartumTRANSCRIPT
MAKALAH ASKEB IV PATOLOGI
KELAINAN DAN LAMANYA KEHAMILAN
(POST MATUR, IUGR & IUFD)
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :
1. Magfira Febrianti2. Meiliana .S3. Ni Dewa Ayu Padmi4. Ni Nyoman Apriani5. Nuraini
6. Nur Indah Permatasari7. Nurhidayah8. Rafinda Wiwin Safitri9. Reni Khusnul Hotimah10.Ria Putrianan Lestari
KELAS: II A
MATA KULIAH: ASKEB IV PATOLOGI
POLTEKKES KEMENTRIAN
KESEHATAN PALU 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kehendak-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan. Adapun
tujuan penulis dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
KELAINAN DAN LAMANYA KEHAMILAN (POST MATUR, IUGR
& IUFD).
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan.
Namun, berkat bimbingan dari Dosen kami yang terhormat Ibu Siti
Hadijah Batjo, SSiT, MPH dan dari beberapa literatur/referensi yang
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Semoga, dengan makalah ini kita dapat menambah ilmu
pengetahuan serta wawasan mengenai KELAINAN DAN LAMANYA
KEHAMILAN (POST MATUR, IUGR & IUFD).
Palu, Mei
2013
Kelompok
IV
DAFTAR ISI
HALAMAN
PENGESAHAN…………………………………………………..
KATA
PENGANTAR………………………………………………………….i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Kata
Pengantar……………………………………………………….
1.2. Tujuan…………
……………………………………………………...
1.3. Rumusan
masalah…………………………………………………….
BAB II TINJAUAN ASKEB
2.1. Pengertian
Postmatur, IUGR dan IUFD…………………………….
2.2. Tanda Gejala
Postmatur, IUGR dan IUFD………………………….
2.3. Etiologi
Postmatur, IUGR dan IUFD………………………………..
2.4. Komplikasi
Postmatur, IUGR dan IUFD……………………………..
2.5. Prognosis
Postmatur, IUGR dan IUFD……………………………….
2.6. Penatalaksanaan
Postmatur, IUGR dan IUFD……………………….
BAB III TINDAKAN BIDAN
3.1.Kesimpulan……………………………………………………………
3.2.Kritik dan saran……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak
itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi
maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan
dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi
selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak
didokumentasikan.
Kematian bayi dalam kandungan (Intra Uterine Fetal Death) dapat
dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta
akibat tekanan darah tinggi ibu yang mengandung. Kematian janin dalam
kandungan dapat dicegah dengan cara memeriksakan kandungan secara
teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada masa kehamilan, bisa
ditanggulangi sedini mungkin.
Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK
ini menderita gangguan pertumbuhan di dalam uterus (IUGR) seperti
Pseudopremature, Small for Dates, dysmature, Fetal Malnutrition Syndrome,
Chronic Fetal Distress, IUGR dan Small for Gestational Age (SGA). Batasan
yang diajukan oleh Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat
lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari 10th percentile oleh masa
kehamilan pada Denver Intra uterine Growth Curves adalah bayi SGA.
Gambaran kliniknya tergantung daripada lamanya, intensitas dan timbulnya
gangguan pertumbuhan yang mempengaruhi bayi tersebut.
1.2. Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang kelainan dalam lamanya
kehamilan Postmatur, IUGR dan IUFD.
2) Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Pengertian Postmatur, IUGR dan IUFD
b. Tanda Gejala Postmatur, IUGR dan IUFD
c. Etiologi Postmatur, IUGR dan IUFD
d. Komplikasi Postmatur, IUGR dan IUFD
e. Prognosis Postmatur, IUGR dan IUFD
f. Penatalaksanaan Postmatur, IUGR dan IUFD
1.3. Rumusan masalah
1. Apakah pengertian Postmatur, IUGR dan IUFD ?
2. Apa saja tanda gejala Postmatur, IUGR dan IUFD ?
3. Apa yang menjadi Etiologi dari Postmatur, IUGR dan IUFD?
4. Komplikasi apa saja yang bisa terjadi pada Postmatur, IUGR dan IUFD?
5. Bagai mana cara menegakkan diagnose dari Postmatur, IUGR dan IUFD?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan untuk mengatasi Postmatur, IUGR dan
IUFD?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
A. Postmatur
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih
lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus
haid rata-rata 28 hari. Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu
sesudah haid terakhir, adapula yang mengambil 43 minggu. Partusnya
disebut partus postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut
postmaturitas.
Kehamilan posterm di sebut juga kehamilan serotinus, kehamilan
lewat bulan waktu, kehamilan lewat bulan, prolongned pregnancy,
extended pregnancy, postdate/ postdatisme atau pasca maturitas adalah
kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu atau lebih di hitung dari
hari pertama haid terakhir menurut rumus neagle dengan siklus haid rata
rata 28 hari.
Sering kali istilah pasca maturitas dipakai sebagai sinonim
dismaturitas. Sebenarnya hal ini tidak tepat. Pascamaturitas merupakan
diagnosis waktu yang di hitung menurut rumus naegele. Sebaliknya,
dismaturitas hanya mengatakan kurang sempurnanya pertumbuhan janin
dalam kandungan akibat plasenta yang tidak berfungsi dengan baik
sehingga janin tidak tumbuh biasa. Hal ini dapat terjadi pada beberapa
keadaaan seperti hipertensi, preeklamsi, gangguan gizi ataupun
kehamilan posterm sendiri jadi janin dengan dismaturitas dapat dilahirkan
kurang bulan, genap bulan, ataupun lewat bulan.
Istilah pascamaturitas lebih banyak di gunakan oleh dokter spesialis
kesehatan anak sedangkan istilah postterm banyak di gunakan oleh dokter
spesialis kebidanan. Dari dua istilah ini sering di menimbulkan kesan
bahwa bayai yang bdi lahirkan pada kehamilan posterm di sebut juga
pasca maturitas.
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
Istilah dismaturitas janin mengacu kepada sindom dimana tahap
perkembangan bayi kurang daripada yang diharapkan untuk periode
kehamilan tersebut atau keadaan ini memperlihatkan perubahan yang
bersifat kemunduran (regresif) dan tanda-tanda hipoksia intrauterine.
Bayi-bayi yang pertumbuhan intrauterinya mengalami retardasi
akan berukuran lebih kecil dibandingkan umur kehamilannya (SGA).
Kondisi ini telah didefinisikan dalam dua cara :
1) Bayi-bayi yang beratnya dibawah percentile ke 10 bila dibandingkan
umur kehamilannya
2) Bayi-bayi yang beratnya adalah dua deviasi standar dibawah berat
rata-rata untuk umur kehamilannya. Bayi-bayi ini berukuran kecil tapi
tidak premature. Mereka tidak mempunyai permasalahan seperti yang
dihadapi oleh bayi-bayi yang dilahirkan premature.
Sepertiga dari kasus-kasus retardasi pertumbuhan yang dikenali
secara klinis berada dalam kelompok ini. Kebanyakan bayi ini berukuran
kecil karena keterbatasan konstitusional. Beberapa diantaranya
mempunyai kelainan congenital sebagai akibat kerusakan atau aberasi
kromosom oleh penyebab berbahaya seperti rubella, toxoplasmosis,
penyakit virus sitomegalik dan lain-lain. Kelainan dasarnya adalah
gangguan fase hiperplastik pada perkembangan. Pertumbuhan sebenarnya
tidak berhenti. Tapi, sejak trimester pertama kecepatan pertumbuhan
terus-menerus lambat dan terjadi pengurangan ukuran yang absolute.
Jumlah total sel dalam tubuh, termasuk sel-sel otak, berkurang.
Karena otak dan badan sama-sama terkena, rasio ukuran badan terhadap
kepala tetap normal. Keadaan ini tidak mempunyai kaitan dengan
penyakit hipertensi kehamilan, dan tidak terdapat peningkatan insidensi
gawat janin, aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum atau hipoglikemi
postpartum. Secara klinis neonatus tampak simetris, kecil dan kerdil.
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan
(Sarwono, 2005)
Kematian Janin Adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan
(KJDK). Atau intra uterine fetal death (IUFD) sering dijumpai, baik pada
kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.
1. Sebelum 20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus.
Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap dan
tinggal dalam rahim disebut miseed abortion.
2. Sesudah 20 minggu :
Biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20
minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan
janin dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim.
2.2. Tanda Dan GejalaA. Postmatur
Tanda-Tanda Postmatur/Postterm terbagi atas 3 stadium:
1. Stadium 1
Kulit menunjukkanverniks kaseosa dan maserasiberupakulit
kering,rapuh danmudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejaladi atas disertai pewarnaan mekonium (Kehijauan ) pada kuli.
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan talipusat.
Secara Umum, tanda dan gejala yang dapat timbul yaitu:
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di badan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
Anak-anak yang memperlihatkan atrofi jaringan lunak akan
mempunyai gambaran sebagai berikut:
1. Berat badannya lebih rendah bila dibandingkan dengan panjang badan.
2. Ekstremitasnya panjang dan kurus.
3. Bayi tampak kurang gizi dan hanya mempunyai sedikit lemak subcutan.
4. Verniks sedikit sekali atau tidak ada dan kalau ada, warnanya kuning atau
hijau
5. Rambut banyak sekali
6. Kukunya panjang-panjang
7. Kulitnya menggelambir. Ada kecenderungan terjadi deskuamasi
khususnya pada telapak tangan dan telapak kaki. Kulit menjadi kering
setelah lahir dan gambarnya mirip kertas perkamen.
8. Kulit, kuku, tali pusat dan vairan ketuban dikotori oleh mekonium.
9. Pada kasus-kasus lanjut, cairan ketuban menjadi sedikit dan kental
dengan mekonium. Ada kecenderungan terjadinya aspirasi cairan ini
dengan selanjutnya timbul komplikasi pulmoner.
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
Tanda dan Gejala-Gejala yang khas terlihat, ialah:
BJF tidak terdengar lagi
Rahim tidak membesar, fundus uteri malahan turun.
Pergerakan anak tidak teraba lagi oleh pemeriksa
Palpasi anak menjadi tidak jelas
Reaksi biologis menjadi negative setelah anak mati ± 10 hari
Pada foto rontgen dapat terlihat:
1. Tulang-tulang tengkorak tutup menutupi (tanda spalding)
2. Tulang punggunag janin sangat melengkung (tanda naujokes)
3. Ada gelembung-gelembung gas pada janin
Kalau janin mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan
hypofibrinogenaemia 25 %.
2.3. Etiologi
A. Postmatur
Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah
hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
Faktor lain adalah faktor herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada
suatu keluarga tertentu.
Beberapa teori yang di ajukan pada umunya menyatakan bahwa
terjadinya kehamilan posterm sebagai akibat gangguan terhadap tindakan
persalinan. Beberapa teori di ajukan antara lain :
Pengaruh progesteron
Penurunan hormon progeteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu proses
biomolekuler pada persalinan dan meningkat kan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin, sehingga beberapa penulis menduga terjadinya kehamilan posterm
adalah karena masih berlangsungnya pengaruh progesteron
Teori oksitosin
Pemakaian oksitosin untuk induksi persaliana pada kehamilan posterm
memberi kesean atau di percaya bahwa oksitosin secara fisiologis memegang
peranan penting dalam menimbulkan persalinan dan pelepasan oksitosin dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut di duga
salah satu faktor penyebab kehamilan posterm.
Teori Kortisol/ACTH janin
Dalam teori ini diajukan bahwa ‘pemberi tanda’ untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesterone berkurang dan memperbesar sekresi estrogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin. Pada cacat
bawaan janin seperti anensefalus hipoplasia adrenal janin dan tidak adanya
kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol janin tidak
diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung lewat bulan.
Saraf uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus frankenhouser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada fleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan postterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren (1999) seperti dikutip
Cunningham menyatakan bahwa bilamana seorang ibu mengalami kehamilan
postterm saat melahirkan anak perempuan, maka besar kemungkinan anak
perempuannya akan mengalami kehamilan postterm.
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
Bentuk pelambatan atau penghentian pertumbuhan ini terjadi pada
bayi-bay dengan kemampuan pertumbuhan yang normal. Kelainan dasarnya
berupa gangguan pada suplai zat gizi trans-plasenta. Bentuk retardasi
pertumbuhan ini menyertai kelainan hipertensi dengan akibatnya penurunan
aliran darah uterus. Malnutrisi kronis pada ibu dan berat badan yang tidak
mau naik dalam kehamilan tampaknya memainkan peran penyebab. Ada
kaitan erat dengan gawat janin., aspirasi mekonium, asfiksia dan
hipoglikemia postpartum. Kelompok ini mewakili sekitar 60 % kasus
retardasi pertumbuhan intrauterine. Hipoksia mungkin merupakan
denominator umum pada tipe retardasi pertumbuhan ini. Interfensi terjadi
baik pada hyperplasia maupun pada hipertrofi, dan bayi-bayi ini tampak
menjadi kecil. Karena otak tidak terkena, firkumferensia kepala tetap lebih
besar disbanding sirkumferensia badan.
IUGR (Intra Uterine Growth Rotardation) atau retardasi pertumbuhan
intrauterine lebih sering terjadi pada :
1. Pada wanita denga riwayat bayi SGA (lebih kecil dibandingkan umur
kehamilan).
2. Kalau pernah terjadi keguguran pada kehamilan sebelumnya.
3. Dengan barat badan ibu yang tidak mau naik.
4. Dengan komplikasi maternal, khususnya yang berkaitan dengan
berkurangnya aliran darah plasenta dengan uterus.
5. Pada ibu yang merokok.
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
1. Perdarahan : plasenta previa dan solusio plasenta.
2. Pre-eklamsi dan eklamsi
3. Penyakit-penyakit kelainan darah
4. Penyakit infeksi dan penyakit menular
5. Penyakit saluran kencing: bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis
dan payah ginjal
6. Penyakit endokrin : diabetes mellitus, hipertiroid
7. Malnutrisi
Sebab-sebab kematian janin ialah:
1. Lues, diabetes, nephritis chronic, toxaemia gravidarum
2. Penyakit infeksi akut atau intoksikasi
3. Kelainan bawaan yang berat
4. Erythrobastosis foetalis
Kalau janin mati pada kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut:
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung dua setengah jam setelah mati kemudian lemas kembali
2. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi jaringan
jernih tapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam
setelah anak mati
3. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi merah coklat.
Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangat
lemas, hubungan antara tulang-tulan sangat longgar. Oedem dibawah
kulit.
2.4. Komplikasi
A. Postmatur
1. Anak besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik.
2. Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin
sampai bayi meninggal.
3. Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
Pengaruh terhadap ibu dan Janin ialah:
a) Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosia karena :
a. Aksi uterus tidak terkoordinir
b. Janin besar
c. Molage kepala berkurang
Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia
uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum. Hal ini akan
menaikkan angka morbiditas dan mortalitas
b) Terhadap janin
Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar
dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya
pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi : berat badan
janin bertambah besar, tetap, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan
42 minggu. Adapula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan
Sehingga, masalah yang kemungkinan terjadi yaitu:
Masalah ibua. Serviks yang belum matang (70% kasus)
b. Kecemasan ibu
c. Persalinan traumatis akibat janin besar (20%)
d. Angka kejadian seksio sesarea meningkat karena gawat janin, distosia,
dan disproporsi sefalopelvik
e. Meningkatnya perdarahan pasca persalinan, karena penggunaan oksitosin
untuk akselerasi atau induksi
Masalah janina. Kelainan pertumbuhan janin :
1) Janin besar dapat menyebabkan distosia bahu, fraktur klavikula, palsi
Erb-Duchene.
2) Pertumbuhan janin terhambat
3) Oligohidramnion
b. Kelainan cairan amnion ini mengakibatkan:
1) Gawat janin
2) Keluarnya mekoneum
3) Tali pusat tertekan sehingga menyebabkan kematian janin mendadak
Walaupun dikatakan kejadiannya mencapai 10% kehamila, namun perlu
dilakukan evaluasi ulang tentang kemungkinan kesalahan dalam estimasi
umur kahamilan.
c. Kehamilan lewat waktu berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
pada ibu maupun janin.
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang
tidak lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah
tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa
bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. JaninAntenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a) Langsung:
Asfiksia neonatorum umumnya dijumpai.
Asfiksia mekonium merupakan keadaan berbahaya. Mekonium
bertindak sebagai corpus alienum dan dapat menyumbat aliran udara
kedalam alveoli. Nares dan nasopharynx harus diaspirasi segera
setelah kepala dilahirkan.
Respiratory distress syndrome kadang-kadang ditemui.
Hipoglikemia dan hipokalsemia sering terjadi
Hypothermia umumnya dijumpai.
Kelainan congenital terdapat pada 10 %
Pada periode neonatal, kebanyakan bayi yang tanpa kelainan
kongental berada dalam keadaan baik.
Sindrom infeksi congenital harus disingkirkan.
Penatalaksanaan Gizi harus mendukung pertumbuhan tetapi jangan
terpaku pada upaya untuk mencapai berat badan normal.
Mosdibitas dan mortalitas perinatal meningkat, namun prognosis
jangka panjangnya belum jelas.
Permasalahan jangka penjangnya mencakup gangguan penyesuaian
emosional, gangguan pendengaran, keterampilan motorik dan
koordinasi yang menurun, gangguan berbicara dan penurunan
kemampuan membaca.
Perilaku neurologiknya sesuai dengan umur dan bukan dengan
besarnya bayi yang baru lahir.
Derajat retardasi pertumbuhan tidak sama pada semua orang. Ada
kecenderungan otak terhindar dari retardasi pertumbuhan.
b) Tidak langsung : Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai
dari lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak
bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi
prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan
kelainan kromosom.
2. Ibu : Preeklampsi, Penyakit jantung dan Malnutrisi
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak
membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar, karena
itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah
diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia, bahayanya adalah
perdarahan postpartum. Terapinya adalah dengan pemebrian darah segar
atau pemberian fibrinogen.
2.5. Prognosis
A. Postmatur
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan
umur kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang
dinyatakan sebagai kehamilan postterm merupakan kesalahan dalam
menentukan umur kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat
ditegakkan secara pasti diperkirakan sebesar 22%. Dalam menentukan
diagnosis kehamilan postterm disamping dari riwayat haid, sebaiknya dilihat
pula hasil pemeriksaan antenatal.
1) Riwayat Haid
Diagnosis kehamilan postterm tidak sulit untuk ditegakkan bilamana
HPHT diketahui dengan pasti. Untuk riwayat haid yang dapat dipercaya,
penderita harus yakin betul dengan HPHT-nya, siklus 28 hari teratur, tidak
minum pil antihamil setidaknya 3 bulan terakhir.
Selanjutnya diagnosis ditentukan dengan menghitung menurut rumus
Neagele. Berdasarkan riwayat haid, seorang penderita yang ditetapkan
sebagai kehamilan postterm kemungkinan adalah sebagai berikut.
- Terjadi kesalahan dalam menentukan tanggal haid terakhir atau akibat
menstruasi abnormal.
- Tanggal haid terakhir diketahui jelas, tetapi terjadi kelambatan ovulasi.
- Tidak ada kesalahan menentukan haid terakhir dan kehamilan memang
berlangsung lewat bulan (keadaan ini sekitar 20-30% dari seluruh
penderita yang diduga kehamilan postterm)
2) Riwayat pemeriksaan antenatal
- Tes kehamilan. Bila pasien melakukan pemeriksaan tes imunologik
sesudah terlambat 2 minggu, maka dapat diperkirakan kehamilan
memang telah berlangsung 6 mingggu.
- Gerak janin. Gerak janin atau quickening pada umumnya dirasakan ibu
pada umur kehamilan 18-20 minggu. Pada primigravida dirasakan sekitar
umur kehamilan 18 minggu, sedangkan pada multigravida pada 16
minggu. Petunjuk umum untuk menentukan persalinan adalah quickening
ditambah 22 minggu pada primigravida atau ditambah 24 minggu pada
multiparitas.
- Denyut Jantung Janin
Dengan stetoskop leannec DJJ dapat didengar mulai umur kehamilan 18-
20 minggu, sedangkan dengan Doppler dapat terdengar pada usia
kehamilan 10-12 minggu.
- Pemerisaan rontgenologik : dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada
bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter
biparietal 9,8 cm atau lebih
- Ultrasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin, dan jumlah air
ketuban.
- Pemeriksaan sitologik air ketuban: air ketuban diambil dengan
amniosentesis bai transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan
bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan
mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas
dengan sulfat baru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan
berwarna jingga. Bila :
a. Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
b. Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
1. Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut
warnanya karena dikeruhi mekonium
2. Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin,
karena infusiensi plasenta
- Uji oksitosin : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin
terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini
mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan
- Pemeriksaan kadarestriol dalam urin
- Pemeriksaan pH darah kepala janin
- Pemeriksaan sitologi vagina
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
Karena mortalitas perinatalnya tinggi, diagnosis dini amat penting.
Namun demikian, diagnosis dini sulit ditegakkan dan hanya dibuat pada
sepertiga kasus. Screening test yang bisa diandalkan belum ada. Sering bayi
yang menderita retardasi pertumbuhan ini diketahui hanya setelah lahir.
Sebaliknya overdiagnosis merupakan masalah. Hanya sepertiga dari bayi-
bayi yang dicurigai menderita retardasi pertumbuhan itu yang ternyata benar
demikian. Hal ini mengakibatkan pemeriksaan dan intervensi yang tidak
diperlukan.
Tanda-tanda retardasi pertumbuhan intrauterine atau insufisiensi
plasenta jarang timbul sebelum 28 minggu kehamilan. Gambaran klinisnya:
1. Uterus dan janin tidak berhasil tumbuh dengan kecepatan normalselama
jangka waktu 4 minggu.
2. Tinggi fundus uteri sedikitnya 2 cm lebih rendah dari pada yang
diperkirakan menurut umur/lama kehamilan.
3. Berat badan ibu tidak mau naik.
4. Gerakan janin semakin berkurang.
5. Acapkali uterus mudah terangsang.
6. Volume cairan ketuban menurun.
Penilaian Antepartum1. Riwayat haid amat penting.
2. Riwayat quickening dan auskultasi pertama denyut jantung yang terjadi
sekitar minggu ke-18.
3. Perkiraan ukuran janin secara klinis.
4. Pengukuran seri ultrasonic terhadap diameter biparietalis kepala bayi dan
lingkungan thoraks serta abdomen dilaksanakan setiap 3 minggu. Karena
adanya kecenderungan brain-sparing pada beberapa kasus, pengukuran
kepala bisa menimbulkan kekeliruan. Ratio kepala terhadap badan
merupakan penilaian yang pentin. Sampai minggu ke-36, hasil
pengukurannya sama. Setelah minggu ke-36, lingkaran abdomen menjadi
lebih besar daripada lingkaran kepala. Pada banyak kasus IUGR tidak
terjadi pembalikan dari ratio ini.
Campbell menguraikan 2 corak ultrasonic pada pengukuran biparietal
yang telihat pada retardasi pertumbuhan intrauteri:
a. Tidak menyolok
Corak ini berhubungan dengan kelompok yang dijelaskan mempunyai
kemampuan pertumbuhan yang menurun. Kecepatan pertumbuhan
yang secara persisten lambat terbukti sejak awal pada trimester ke II.
Pertumbuhan tetap terjadi tetapi nilai-nilai absolutnyadi bawah rata-
rata. Bayi-bayi ini menunjukkan retardasi pertumbuhan yang simetris.
b. Corak “late flatting”
Kelompok ini berkaitan dengan apa yang diuraikan dibawah jdul
penurunan dukungan terhadap pertumbuhan janian. Perlambatan
mendadak dan akhirnya penghentian pertumbuhan terlihat setelah
suatu periode perkembangan yang normal.
5. Estriol urine, secara seri, dilakukan dua kali seminggu atau lebih bila
diperlukan. Sekalipun nilai-nilai normalnya tidak menyingkirkan
kemungkinan IUGR, tapi kemungkinan besar janin tidak berada dalam
keadaan berbahaya. Nilai-nilai yang subnormal menuntut dilakukannya
pemeriksaan lebih lanjut.
6. Test nonstress terhadap denyut jantung janin. Test ini dilakukan setiap
minggu. Corak yang reaktif (kontraksi baxton hicks atau gerakan janin
menyebabkan tachycardia fetal) menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan
baik di dalam rahim selama sedikitnya sedikitnya 1 minggu. Corak yang
nonreaktif menunjukkan perlunya observasi yang cermat dan
pengulangan test. Tidak adanya variasi antar-denyut merupakan tanda
yang jelek.
7. Contraction stress test. Hasil test yang negative berarti bahwa janin dalam
keadaan baik selama satu minggu. Test yang positif tidak banyak artinya
karena adanya presentase false positif yang tinggi. Test posistif bukan
kontraindikasi bagi kelahiran per vaginam yang diawasi.
8. Beberapa kelainan congenital dapat dikenali melalui pemeriksaan
ultrasonografi sehingga intervensi yang tidak berguna bisa dihindari.
9. Amniocentesis dilakukan untuk mengukur ratio L/S., sel-sel lemak, kadar
kreatinin dan bilirubin dalam cairan ketuban guna menentukan matauritas
janin.
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
1. Anamnesis:
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang. Ibu merasakan prutnya tidak bertambah besar,
bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau
wanita belakangan ini merasa perutnya sering sering menjadi keras dan
merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak
teraba gerakan-gerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada
tulang kepala janin.
4. Auskultasi
Baik memakai stetoskope monoral maupun dengan Deptone akan
terdengar denyut jantung janin.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negative setelah beberapa minggu janin mati
dalam kandungan.
6. Rontgen foto abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar
janin.
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin terlihat seperti kantong berisi benda padat
7. Ultrasonografi
Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin.
2.6. Penatalaksanaan
A. Postmatur
1. PENCEGAHAN
Konseling antenatal yang baik.
Evaluasi ulang umur kehamilan bila ada tanda-tanda berat badan
tidak naik, oligohidramnion, gerak anak menurun. Bila ragu periksa
untuk konfirmasi umur kehamilan dan mencegah komplikasi.
2. PENANGANAN
Pengelolaan kehamilan lewat waktu kita awali dari umur kehamilan
41 minggu. Hal ini disebabkan menungkatnya pengaruh buruk pada
keadaan perinatal setelah umur kehamilan 40 minggu dan menungkatnya
insidensi janin besar.
Namun untuk mengurangi beban dan kepraktisan dari bidan dan
Puskesmas akan dirujuk bila umur kehamilan >41 minggu. Bila
kehamilan >40 minggu, ibu hamil dianjurkan menghitung gerak janin
selama 24 jam (tidak boleh kurang daru 10 kali), atau menghitung jumlah
gerakan janin per satuan waktu dan dibandingkan apakah mengalami
penurunan atau tidak.
3. PENGELOLAAN PERSALINAN
Bila sudah dipastikan umur kehamilan 41 minggu, pengelolaan
tergantung dari derajat kematangan serviks.
Bila serviks matang (skor Bishop > 5)
- Dilakukan induksi persalinan asal tidak ada janin besar; jika janin
> 4000 gram, lakukan secsio sesarea
- Pemantauan intrapartum dengan menggunakan KTG dan
kehadiran dokter spesialis anak apalagi bila ditemukan mekoneum
mutlak diperlukan.
Pada serviks belum matang (skor Bishop <5) kita perlu menilai
keadaan janin terlebih lanjut apabila kehamilan tidak diakhiri.
- NST dan penilaian volume kantong amnion. Bila keduanya
normal, kehamilan dibiarkan berlanjut dan penilaian janin
dilanjutkan seminggu dua kali.
- Bila ditemukan oligohidramnion (< 2cm pad kantong yang
vertikal atau indeks cairan amnion < 5) atau dijumpai deselerasi
variabel pada NST, maka dilakukan induksi persalinan.
- Bila volume cairan amnion normal dan NST tidak reaktif, tes
dengan kontraksi (CST) harus dilakukan. Hasil CST positif, janin
perlu dilahirkan, sedangkan bila CST negatif kehamilan dibiarkan
berlangsung dan penilaian janin dilakukan lagi 3 hari kemudian.
- Keadaan serviks (skor Bishop) harus dinilai ulang setiap
kunjungan pasien, dan kehamilan harus diakhiri bila serviks
matang.
Kehamilan lebih dari 42 minggu diupayakan diakhiri.
Pasien dengan kehamilan lewat waktu dengan komplikasi seprti
diabetes melitus, preeklampsia, PJT, kehamilannya harus diakhiri
tanpa memandang keadaan serviks. Tentu saja kehamilan dengan
resiko ini tidak boleh dibiarkan melewati kehamilan lewat waktu.
4. PENGELOLAAN INTRAPARTUM
Pasien tidur miring kesebelah kiri
Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
Perhatikan jalannya persalinan
Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap
kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi, dab polisitemi.
5. MENCEGAH ASPIRASI MEKONEUM
Apabila ditemukan cairan ketuban yang terwarnai mekoneum harus
segera dilakukan resusitasi sebagai berikut :
Penhisapan nasofaring dan orofaring posterior secara agresif sebelum
dada janin lahir.
Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian ventilasi dengan
tekanan positif ditangguhkan dahulu sampai trakea telah diintubasi
dan penghisapan yang cukup.
Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang
tebal.
B. Intra Uteri Growth Retardation (IUGR)
1) Penatalaksanaan Antepartum1. Dilakukan penyelidikan terhadap fungsi plasenta dan kondisi janin.
2. Bila tanda-tanda gawat janin tidak ada, kehamilan dibiarkan
berlangsung. Kita harus membiarkan janin mencapai maturitasnya
sejauh mungkin. Kehamilan diakhiri hanya kalu terdapat tanda-
tanda gawat janin atau ibu yang serius. Kelahiran premature tidak
membawa keuntungan apa-apa.
3. Begitu diagnosis IUGR dibuat, kelahiran harus dirampungkan
sebelum 38 minggu. Bayi yang sudah tidak bisa berkembang lagi
dalam rahim akan tumbuh lebih baik dalam bangsal anak.
4. Diupayakan untuk memperbaiki situasi dengan:
a. Mengoreksi kelainan yang mendasari seperti hipertensi dan
diabetes yang tidak terkontrol
b. Meningkatkan aliran darah ke dalam uterus dengan mengatur
posisi tidur pasien lebih banyak berbaring menyamping
5. Kebanyakan kematian janin dalam rahim terjadi setelah minggu
ke-36 kehamilan dan sebelum dimulainya persalinan. Tindakan
intervensi dapat menyelamatkan bayi-bayi ini.
2) KelahiranBayi-bayi ini harus dilahirkan di rumah sakit dengan fasilitas khusus
untuk risiko tinggi baik obstetric maupun pediatric. Seorang ahli
neonatus harus hadir pada saat kelahiran.
1. Cerviks matang : induksi, monitoring yang cermat dan kelahiran
pervaginam.
2. Cerviks belum matang : infuse oxytocin untuk mematangkan
cerciks yang diikuti oleh pemecahan ketuban secara artificial.
3. Indikasi dilakukannya section cesarean:
a. Gawat janin
b. Induksi gagal
c. Malpresentasi
d. Disproporsi
e. Serviks tidak matang pada pasien yang penyakitnya berat
seperti diabetes atau toksemia
f. Bekas section cesarean
C. Intra Uteri Fetal Death (IUFD)
1) Terapi
a. Sebaiknya ditunggu 2 minggu karena 75 % dari pasien akan
melahirkan anaknya yang mati secara spontan dalam masa ini.
b. Kalau setelah 2 minggu belum lahir atau kita tidak dapat
menunggu 2 minggu karena factor psykologis dilakukan induksi
dengan amniotomi dan pemberian oxytosin.
c. Pada trimester kedua dapat disuntikan gram hypertois (20%) atau
prostaglandin intraamnial.
2) Penanganan
1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah
terburu-buru bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3
minggu untuk mencari kepastian diagnostic.
2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90 % akan erjadi
persalinan yang spontan.
3. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kangdungan atau 1
minggu setelah diagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus
di rawat agar dapat dilakukan induksi partus.
4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk
mengurangi efek progesterone atau langsung dengan pemberian
oksitosin drip, dengan atau tanpa amniotomi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama
dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata-
rata 28 hari. Ada penulis yang menghitung waktu 42 minggu sesudah haid
terakhir, adapula yang mengambil 43 minggu. Partusnya disebut partus
postmaturus atau serotinus dan bayinya disebut postmaturitas
Pertumbuhan Janin Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction
adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin
yang mengakibatkan berat badan lahir dibawah batasan tertentu dari usia
kehamilannya.Di klasifikasi menjadi 3 tipe:simetris,asimetris,dan gabungan
keduanya.Etiologinya terdiri artas faktor ibu,anak dan plasenta. Pada kasus
preterm dengan pertumbuhan janin terhambat lakukan 28
pematangan paru dan asupan nutrisi tinggi kalori mudah cerna, dan banyak
istirahat.Adapun manajemennya: Pada kehamilan 35 minggu tanpa terlihat
pertumbuhan janin dapat dilakukan pengakhiran kehamilan,Jika terdapat
oligohidramnion berat disarankan untuk per abdominam,tergantung kondisi
janin jika memungkinkan dapat dicoba lahir pervaginam
KJDR adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin
dalam kandungan.terjadi saat usia kehamilan lebih dari 20 minggu dimana
janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. Umumnya, kematian janin
terjadi menjelang persalinan saat usia kehamilan sudah memasuki 8 bulan.
Etiologinya: Perdarahan : plasenta previa dan solusio placenta,Pre eklamsi
dan eklamsi ,Penyakit-penyakit kelainan darah ,Penyakit-penyakit infeksi
dan penyakit menular ,Penyakit-penyakit saluran kencing,Penyakit
endokrin ,Malnutrisi dan sebagainya.Diagnosisnya bisa melalui IPPA,reaksi
kehamilan,Rotgen foto abdomen,USG.
3.2. Kritik dan Saran
1. Bagi Ibu ibu yang hamil hendaknya memeriksakan dirinya secara rutin
mnimal 4 kali selama kehamilan agar bisa dideteksi secara dini bila ada
kelainan pada janinnya.
2. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan Pengetahuan dan
keterampilannya untuk menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu
dan anak.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani
pasien dengan profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, Gary, dkk.2006. Obstetri William ed.21. Jakarta. EGC
FK, OBGYN-UNPAD. 1993. Obstetri Patologi. Elstar Offset, Bandung
Oxorn, Harry dan Willian R.Forte, 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi
Persalinan. Yayasan Essentia Medica, Jogjakarta.
Mochtar, Rustam.1998, Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2003. Ilmu Kebidanan. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Hal. 305-309.
Varney, Helen Dkk.2007, Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1. Jakarta. EGC