makalah anemia aplastic dan polychytemia
DESCRIPTION
MAKALAHTRANSCRIPT
KONSEP MEDIS
ANEMA APLASTIC
A. Definisi
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm3
darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam
100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan
oleh disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah
oleh sumsum tulang (kerusakan susum tulang) (Ngastiyah.1997.Hal:359).
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel
hematopoetik dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat
terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah
dalam sumsum (Sacharin.1996.Hal:412).
B. Etiologi
a. Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain
seperti mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
1. Bahan kimia : benzena, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
2. Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin),
santonin-kalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine,
rubidomycine dan sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti
microbial.
3. Radiasi : sinar roentgen, radioaktif.
4. Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain – lain.
5. Infeksi : tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
6. Keganasan , penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 1
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
a. Lemah dan mudah lelah
b. Granulositopenia dan leukositopenia
menyebabkan lebih mudah terkena
infeksi bakteri
c. Trombositopenia menimbulkan
perdarahan mukosa dan kulit
d. Puca
e. Pusing
f. Anoreksia
g. Peningkatan tekanan sistolik
h. Takikardia
i. Penurunan pengisian kapler
j. Sesak
k. Demam
l. Purpura
m. Petekie
n. Hepatosplenomegali
o. Limfadenopati
D. Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi
anemia aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan
patofisiologi penyakit ini yaitu :
1. Kerusakan sel hematopoitik
2. Kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. Proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34,
atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai,
longterm culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel
induk/ CD 34 sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan
pada cobble-stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang
yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum
tulang pada 60-80% kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari
luar akan terjadi rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik. Beberapa
sarjana menganggap gangguan ini dapat disebabkan oleh proses imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik
tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang
menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam
jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti (IFN), tumor necrosis factor
(TNF), protein macrophage inflamatory 1(MIP-1), dan transforming growth factor 2
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 2
(TGF-2) akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang
pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang
berasal dari pasien. Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan mikro sumsum
tulang sebagai penyebab mendasar anemia apalstik makin banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi
faktor pertumbuhan.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti
dosis tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling
sering pada dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah memicu
mekanisme kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama
jika bersifat polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan
degradasi enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang
disebut intermediate); komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya untuk
berikatan dengan makromolekul seluler.
E. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
F. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut:
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan
pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal
ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat
dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi infeksi
Hygiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat/.
Transfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 3
b. Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g% tidak
perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal
c. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsertat trombosit jika terdapat pedarahan mayor atau
trombosit < 20.000/mm3.
3. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut :
a. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang
dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.
GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah
neutrofil.
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut:
a. Terapi imunosuprersif
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte globuline
(ATG) dapat menekan proses imunologis
Terapi imunosupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi
b. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang merupakan terapi definitif yang memberikan
harapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 4
KONSEP MEDIS
POLYCHYTEMIA
A. DEFENISI
Polisitemia berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia
(darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit,
trombosit) di dalam darah. Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel darah merah yang
berlebihan oleh sumsum tulang.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak
memproduksi sel darah merah, dimana konsentrasi sel darah merah (jumlah sel darah
merah melebihi 6 juta /mm atau hemoglobin melebihi 18 g/dl) dapat primer atau
sekunder.
Ada 2 jenis polisitemia :
1. Polisitemia primer (Polisitemia vera)
Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai "polisitemia
benar") juga dikenal sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti bahwa
polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain. Dalam polisitemia primer
peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang melekat. Polisitemia
primer dikarenakan sel benih hematopoietik mengalami proliferasi berlebihan
tanpa perlu rangsangan dari eritropoietin atau hanya dengan kadar eritropoietin
rendah. Dalam keadaan normal, proses proliferasi terjadi karena rangsangan
eritropoietin yang adekuat. Polisitemia vera adalah contoh polisitemia primer.
Jumlah sel darah merah atau eritrosit manusia umumnya berkisar antara 4 hingga
6 juta per mikroliter darah. Jumlah ini yang terbanyak dibandingkan dengan sel
darah lainnya. Namun, jumlah sel darah merah bisa melebihi batas normal.
Kondisi ini dikenal dengan sebutan polisitemia vera.
Polisitemia vera merupakan suatu keganasan derajat rendah sel-sel induk
hematopoietik dengan karakeristik peningkatan jumlah eritrosit absolut dan
volume darah total, biasanya disertai leukositosis,trombositosis, dalam proporsi
normal dan splenomegali.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 5
2. Polisitemia sekunder
Pada polisitemia sekunder, proliferasi eritrosit disertai peningkatan kadar
eritropoietin. Jadi, berbanding terbalik dengan polisitemia primer. Peningkatan
massa sel darah merah lama kelamaan akan mencapai keadaan hemostasis dan
kadar eritropoietin kembali ke batas normal.
Polisitemia sekunder terjadi sebagai mekanisme kompensasi bila terjadi
hipoksia kronis. Hipoksia mencetuskan pelepasan eritropoetin, hormon yang
diproduksi oleh ginjal yang merangsang eritropoesis. Polisitemia sekunder tidak
menghasilkan gejala-gejala, kecuali pemeriksaan laboratorium dan tidak
memerlukan pengobatan. Penatalaksanaan polisitemia sekunder mencakup
penanganan masalah primernya. Apabila penyebab tidak dapat dikoreksi, maka
perlu dilakukan flebotomi untuk mengurangi volume dan kekentalan darah.
B. ETIOLOGI
1. Polisitemia Primer
Terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak diketahui.
Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik
warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah merah.
2. Polisitemia sekunder
Polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor
lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti:
a. Tumor hati,
b. Tumor ginjal atau sindroma Cushing
c. Peningkatan eritropoietin (EPO) produksi, baik dalam respon terhadap
hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi
eritropoietin.
d. Perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit
paru-paru parah, dan penyakit jantung.
C. MANIFESTASI KLINIS
Permasalahan yang ditimbulkan berkaitan dengan massa eritrosit, basofil, dan
trombosit yang bertambah, serta perjalanan alamiah penyakit menuju ke arah fibrosis
sumsum tulang. Fibrosis sumsum tulang yang ditimbulkan bersifat poliklonal dan
bukan neoplastik jaringan ikat.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 6
Gejala klinis yang biasanya muncul pada polisitemia vera adalah sebagai
berikut :
1. Muka kemerah-merahan (pletora), gambaran pembuluh darah dikulit atau selaput
lendir dan konjungtiva hiperemia sebagai akibat dari peningkatan massa eritrosit.
2. Hiperviskositas yang menyebabkan penurunan aliran darah, sehingga terjadi
hipoksia jaringan dengan manifestasi klinis, sakit kepala, dizziness, vertigo,
tinitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris, infark miokardium, dan
klaudikasio.
3. Difisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Laju silkus sel darah yang tinggi dapat mengakibatkan defisinesi asam
folat dan vitamin B12. Hal ini dijumpai pada + 30% kasus PV karena
penggunaan/ metabolisme untuk pembuatan sel darah, sedangkan kapasitas
protein tidak tersaturasi pengikat vitamin B12 (UB12 – protein binding capacity)
dijumpai meningkat pada lebih dari 75% kasus. Seperti diketahui defisiensi kedua
vitamin ini memegang peranan dalam timbulnya kelainan kulit dan mukosa,
neuropati, atrofi N.optikus, serta psikosis.
4. Trombositosis (hitung trombosit >400.000/mL).
Trombositosis dapat menimbulkan trombosis. Pada PV tidak ada korelasi
trombositosis dengan trombosis. Trombosis vena atau tromboflebitis dengan
emboli terjadi pada 30-50% kasus PV.
5. Basofilia (hitung basofil >65/mL)
Lima puluh persen kasus PV datang dengan gatal (pruritus) di seluruh
tubuh terutama setelah mandi air panas, dan 10% kasus polisitemia vera datang
dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kadar
histamin dalam darah sebagai akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan
perdarahan lambung terjadi karena peningktana kadar histamin.
6. Splenomegali
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien polisitemia vera. Splenomegali
ini terjadi sebagai akibat sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
7. Hepatomegali
Hepatomegali dijumpai pada kira-kira 40% polisitemia vera. Sebagaimana
halnya splenomegali, hepatomegali juga merupakan akibat sekunder
hiperaktivitas hemopoesis ekstramedular.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 7
8. Manifestasi perdarahan
Dapat berupa epistaksis, ekimosis, perdarahan gastrointestinal menyerupai
ulkus peptikum. Perdarahan terjadi karena peningkatan viskositas darah akan
menyebabkan ruptur spontan pembuluh darah arteri. Pasien Polisitemia Vera
yang tidak diterapi beresiko terjadinya perdarahanwaktu operasi atau trauma.
D. PATOFISIOLOGI
Keadaan yang diketahui sebagai polisitermia diakibatkan dari terlalu banyak
SDM. Polisitemia berarti kelebihan (poli) semua jenis sel (sitemia), tetapi umumnya
nama tersebut digunakan untuk keadaan yang volume SDMnya melebihi normal.
Keadaan ini mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Polisitemia
primer atau vera, merupakan suatu gangguan mieloproliferatif. Sel induk pluripoten
abnormal.
Ditemukan juga eritrositosis yang nyata dengan kadar eritropoietin normal
atau rendah, serta leukositosis dan trombositosis.Polisitemia vera merupakan penyakit
progresif pada usia pertengahan,agak lebih banyak mengenai laki-laki daripada
perempuan.tanda-tanda dan gejala-gejala ini disebabkan oleh peningkatan volume
darah total dan peningkatan viskositas darah. Volume plasma biasanya normal,dan
terjadi vasodilatasi untuk menampung peningkatan volume eritrosit. pasien tersebut
datang dengan corak pletorik(merah bata)dan mata merah meradang. Gejala-gejala
nonspesifik,bervariasi dan sensasi ”penuh dikepala” sampai sakit kepala, pusing,
kesulitan berkonsentrasi, pandangan kabur, kelelahan,dan pluritus(gatal) setelah
mandi. Peningktan volume dan viskositas darah (aliran darah lambat) bersama dengan
peningkatan jumlah trombosit dan fungsi trombosit abnormal mempermudah individu
mengalami trombosis dan pendarahan.
Trombosis merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Penyakit ini
berkembang dalam waktu 10 sampai 15 tahun.Selama waktu ini, limpa dan hati
membesar,disebabkan oleh kongesti eritrosit. Sumsum tulang menjadi fibrosis dan
akhirnya menjadi nonproduktif karena “kehabisan tenaga”.atau berubah menjadi
leukemia mielogenik akut, baik sebagai akibat dari pengobatan atau perjalanan
penyakit.
Modalitas pengobatan untuk polisitemia vera meliputi flebotomi mingguan
untuk mencapai kadar hematokrit kurang dari 45,dan kemudian berdasarkan
“seperlunya.”penggunaan fosfor radioaktif dan agen pengalkilasi terbatas,secara luas
karena penggunaan agen-agen tersebut diketahui karsinogenik dan dapat berperan
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 8
dalam perkembangan leukemia akut. Penggunaan busulfan jangka pendek (yaitu,4
hingga 6 minggu)dapat mencapai remisi yang potensial. Hidroksiurea sering
digunakan untuk mempermudah pemberian dan toleransi.Akan tetapi,obat-obat ini
menyebabkan mielosupresi generalisata. Anagrelide hidroklorida (Agrylin) digunakan
untuk menurunkan jumlah trombosit.
Polisitemia sekunder terjadi saat volume plasma yang beredar di dalam
pembuluh darah berkurang(mengalami hemokonsentrasi)tetapi volume total SDM
didalam sirkulasi normal. Oleh karena itu,hematokrit pada laki-laki meningkat sampai
54%.Penyebab yang paling mungkin adalah dehidrasi. Bentuk lain disebut pseudo
atau stres polisitemia.Walaupun penyebab pastinya tidak diketahui,insiden paling
tinggi pada laki-laki usia pertengahan,obese,sangat cemas disertai hipertensi.Merokok
sigaret tampaknya mengeksaserbasi keadaan ini karena pajanan karnon monoksida
jangka lama meningkatkan eritrositosis.
Kondisi-kondisi medis mendasar yang merangsang produksi eritropoietin
meliputi penyaki-penyakit kardiopilmonal yang menurunkan sarurasi O2 arteri atau
tumor ginjal yang menurunkan aliran darah ginjal. Keadaan tersebut juga terjadi pada
orang yang hidup di daerah tinggi yang O2 atmosfernya berkurang. Untuk polisitemia
sekunder; diindikasikan untuk mengobati penyebab yang mendasarinya.
Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan poliferesi sel induk
hematopoietik adalah sebagai berikut:
1. Tidak terkontrolnya poliferesi sel induk hematopoietik yang bersifat neoplastik
2. Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang memepengaruhi poliferasi sel
induk hematopoietik normal.
3. Peningkatan sensivitas sel induk hematopoietik terhadap eritropoitin,
interlaukin,1,3 GMCSF dan sistem cell faktor.
Adapun perjalanan klinis polisitemia yaitu :
a. Fase eritrositik atau fase polisitemia.
Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini didapatkan peningkatan
jumlah eritrosit yang dapat bertanggung jawab 5-25 tahun. Pada fase ini
dibutuhkan flebotomi secara teratur untuk menggendalikan viskositas darah
dalam batasan normal.
b. Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis ).
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 9
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh atau pasien
memasuki priode panjang yang tampaknya seperti remisi, kadang-kadang timbul
anemia tetapi trombositosis dan leokositosis biasanya menetap.
c. Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan
perjalanan klinis menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieliod.
Kadang- kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah
bening dan ginjal.
d. Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera diakibatkan
oleh komplikasi trombosis atau perdarahan. Kematian karena mielofibrosis terjadi
pada kurang dari 15%. Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang
diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien yang tidak
mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan dengan pengobatan
flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia akut meningkat 5 kali jika pasien diberi
pengobatan fosfor P32 dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti
klorambusil.
E. KOMPLIKASI
1. Penggumpalan darah
Kelebihan sel darah merah bisa membuat darah lebih padat dari yang
seharusnya. Darah yang lebih padat ini lama-lama aka menyumbat aliran darah ke
seluruh tubuh. Darah yang bertambah padat dan penyumbatan pada aliran darah
akan menimbulkan penggumpalan darah. Penggumpalan darah ini bisa menjurus
pada penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung. Bisa juga berujung pada
stroke dan masalah pada paru-paru.
2. Membesarnya organ limpa (splenomegaly)
Fungsi organ limpa adalah membantu tubuh melawan infeksi dan
menyaring materi yang tidak dibutuhkan tubuh seperti sel darah yang sudah mati
atau rusak.Meningkatnya sel darah merah akibat polisitemia vera membuat
jumlah darah ikut melonjak.Kondisi ini membuat limpa harus bekerja keras dari
biasanya dan menyebabkan bentuknya membesar. Jika limpa terus bertambah
besar tidak terkendali, organ ini harus di angkat.
3. Masalah pada kulit
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 10
Polisitemia vera juga bisa menimbulkan rasa gatal pada kulit, terutama
setelah berendam atau mandi air panas. Pasien bisa saja mengalami sensasi aneh
atau perasaan terbakar pada kulitnya, terutama kulit bagian lengan dan kaki.
Ruam merah juga bisa timbul terutama di wajah, telapak, atau cuping telinga.
4. Masalah lainnya akibat kelebihan eritrosit.
Komplikasi lainnya bisa meliputi peradangan pada bagian lambung, sendi
dan menimbulkan batu asam urat di organ ginjal.Kelebihan sel darah merah bisa
berhubungan degnan komplikasi lainnya:
a. Ulkus gastrikum
b. Batu ginjal
Bekuan darah di dalam vena dan arteri yang bisa menyebabkan serangan
jantung dan stroke dan bisa menyumbat aliran darah ke lengan dan tungkai.
Kadang polisitemia vera berkembang menjadi leukemia
5. Kelainan darah lain
Dalam beberapa kasus polisitemia vera menyebabkan penyakit lain yang
berkaitan dengan darah. Terutama bila sel darah lain sudah terpengaruh hingga
turut mengacau siklus dan jumlah darah dalam tubuh. Meski jarang terjadi,
polisitemia juga bisa mencetuskan kanker darah atau leukimia.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Fisik, yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan penampilan kulit
(eritema).
2. Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell count (CBC),
sebuah tes standar untuk mengukur konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit
dalam darah. PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit, jumlah sel
darah putih (terutama neutrofil), dan jumlah platelet.
Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan kadar serum B12,
peningkatan kadar asam urat dalam serum, saturasi oksigen pada arteri, dan
pengukuran kadar eritropoietin (EPO) dalam darah.
3. Pemeriksaan Sumsum tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis kromosom sel-sel sumsum
tulang (untuk mengetahui kelainan sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum
tulang akibat mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 11
G. PENGOBATAN
1. Pengobatan medis
a. Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin satu-satunya
bentuk pengobatan yang diperlukan untuk banyak pasien, kadang-kadang
selama bertahun-tahun dan merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi
flebotomi terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan pada
pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi, sejumlah kecil darah
diambil setiap hari sampai nilai hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit
sudah mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan, sesuai
dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin dicapai adalah <45% pada pria
kulit putih dan <42% pada pria kulit hitam dan perempuan.
b. Fosfor Radiaktif (p32)
Pengobatan ini efektif, mudah dan relatif murah untuk penderita yang
tidak kooperatif atau dengan keadaan sosio-ekonomi yang tidak memungkinkan
untuk berobat secara teratur. P32 pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-
3 mCi/m2 secara intravena. Dosis kedua diberikan sekitar 10-12 minggu setelah
dosis pertama. Panmielosis dapat dikontrol dengan cara ini pada sekitar 80%
penderita untuk jangka waktu sekitar 1-2 bulan dan mungkin berakhir 2 tahun
atau lebih lama lagi. Sitopenia yang serius setelah pengobatan ini jarang terjadi.
Pasien diperiksa sekita 2-3 bulan sekali setelah keadaan stabil.
c. Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia vera
terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung trombosit . 800.00/mm3).
Produk biologi yang digunakan adalah Interferon (Intron-A, Roveron-)
digunakan terutama pada keadaan trombositemia yang tidak dapat
dikendalikan. Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik
Siklofosfamid (Cytoxan).
d. Pengobatan Suportif
Hiperurisemia diobati dengan alopurinol 100-600 mg/hari oral pada
penderita dengan penyakit yang aktif. Pruritus dapat dikontrol dengan
Siproheptadin 4-16 mg/hari atau Kolestiramin 4 g 3 x sehari.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 12
2. Terapi nonfarmakologis
Sebagai tambahan terapi, sejumlah langkah ini bisa dilakukan untuk membantu
mengurangi atau mencegah timbulnya gejala PV:
a. Berhenti merokok atau mengunyah tembakau
b. Menjaga keseimbangan aktivitas dan istirahat
c. Hindari makanan kaya sodium atau garam. Makanan jenis ini menyebabkan
retensi cairan dan akan memperburuk gejala
d. Berolahraga teratur, pilih yang intensitasnya sedang misalnya jalan
kaki.Olahraga akan membanut meningkatkan sirkulasi dan menjaga fungsi
jantung.
e. Konsumsi makanan sehat seimbang untuk menjaga berat badan tetap ideal.
f. Minum air putih
g. Sering bernafas dalam dan batuk. Nafas dalam dan batuk dapat membantu
menjaga saluran udara tetap terbuka dan mencegah infeksi.
h. Mandi dengan air dingin, jika air hangat akan membuat kulit gatal-gatal
i. Keringkan kulit segera setelah mandi
j. Jangan menggaruk kulit
k. Hindari bahan atau pakaian yang mudah mengiritasi kulit, misalnya
penggunaan busana yang ketat bisa menyebabkan gatal-gatal di kulit.
l. Oleskan lotion untuk menjaga kelembaban kulit
m. Lindungi tangan dan kaki dari cedera, panas, udara dingin, serta tekanan
n. Jangan mengejan ketika buang air besar
o. Lakukan peregangan untuk dan pergelangan kaki untuk mencegah terjadinya
penggumpalan pada pembuluh di kaki
p. Periksa kaki secara teratur dan konsultasikan ke dokter jika terdapat luka.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 13
ASUHAN KEPERAWATAN
ANEMIA APLASTIC
A. Pengkajian
1. Anamnesa
2. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari anemia yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab anema aplastik, serta
penyakit yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan
klien dan menghambat proses penyembuhan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit anemia merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya anemia, sering terjadi pada beberapa keturunan, dan
anemia aplastik yang cenderung diturunkan secara genetik.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Keletihan, kelemahan otot, malaise umum
Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Takikardia, takipnea ; dipsnea pada saat beraktivitas atau istirahat
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Ataksia, tubuh tidak tegak
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda – tanda lain yang
menunjukkan keletihan
b. Sirkulasi
Riwayat kehilangan darah kronis, mis : perdarahan GI
Palpitasi (takikardia kompensasi)
Hipotensi postural
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 14
Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau
depresi gelombang T
Bunyi jantung murmur sistolik
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut,
faring, bibir) dan dasar kuku
Sclera biru atau putih seperti mutiara
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan
vasokonsriksi kompensasi)
Kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia)
Rambut kering, mudah putus, menipis
c. Integritas Ego
Keyakinan agama / budaya mempengaruhi pilihan pengobatan mis transfusi
darah
Depresi
d. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Membrane mukusa kering,pucat
Turgor kulit buruk, kering, tidak elastic
Stomatitis
Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
f. Neurosensor
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 15
Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
g. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala
h. Pernapasan
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Takipnea, ortopnea dan dispnea
i. Keamanan
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida,
fenilbutazon, naftalen
Tidak toleran terhadap dingin dan / atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan
untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 16
inflamasi tertekan).
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan
proses pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
D. INTERVENSI
N
O
Diagnosa
KeperawatanTujuan Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi
jaringan b.d
penurunan
komponen seluler
yang diperlukan
untuk pengiriman
oksigen/nutrient
ke sel.
Peningkatan perfusi
jaringan
KH :
Klien menunjukkan
perfusi adekuat,
misalnya tanda vital
stabil.
- Awasi tanda
vital kaji
pengisian
kapiler, warna
kulit/membrane
mukosa, dasar
kuku.
- Tinggikan
kepala tempat
tidur sesuai
toleransi.
- Awasi upaya
pernapasan ;
auskultasi bunyi
napas perhatikan
- Memberikan
informasi tentang
derajat/keadekuat
an perfusi
jaringan dan
membantu
menentukan
kebutuhan
intervensi.
- Meningkatkan
ekspansi paru
dan
memaksimalkan
oksigenasi untuk
kebutuhan
seluler. Catatan :
kontraindikasi
bila ada
hipotensi.
- Gemericik
menununjukkan
gangguan jantung
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 17
bunyi
adventisius.
- Selidiki keluhan
nyeri
dada/palpitasi.
- Hindari
penggunaan
botol
penghangat atau
botol air panas.
Ukur suhu air
mandi dengan
thermometer.
-Kolaborasi
pengawasan
hasil
pemeriksaan
laboraturium.
Berikan sel
darah merah
lengkap/packed
produk darah
sesuai indikasi.
- Berikan oksigen
tambahan sesuai
indikasi.
karena regangan
jantung
lama/peningkatan
kompensasi curah
jantung.
- Iskemia seluler
mempengaruhi
jaringan
miokardial/
potensial risiko
infark.
- Termoreseptor
jaringan dermal
dangkal karena
gangguan oksigen
- Mengidentifikasi
defisiensi dan
kebutuhan
pengobatan
/respons terhadap
terapi.
- Memaksimalkan
transport oksigen
ke jaringan.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 18
2. Intoleransi
aktivitas b.d
ketidakseimbanga
n antara suplai
oksigen
(pengiriman) dan
kebutuhan.
Dapat
mempertahankan
/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
KH :
- Melaporkan
peningkatan
toleransi aktivitas
(termasuk aktivitas
sehari-hari)
- Menunjukkan
penurunan tanda
intolerasi fisiologis,
misalnya nadi,
pernapasan, dan
tekanan darah masih
dalam rentang
normal
- Kaji
kemampuan
ADL pasien.
- Kaji kehilangan
atau gangguan
keseimbangan,
gaya jalan dan
kelemahan otot
- Observasi tanda-
tanda vital
sebelum dan
sesudah
aktivitas.
- Berikan
lingkungan
tenang, batasi
pengunjung, dan
kurangi suara
bising,
pertahankan
tirah baring bila
di indikasikan
- Gunakan teknik
menghemat
energi, anjurkan
- Mempengaruhi
pilihan
intervensi/bantuan
- Menunjukkan
perubahan
neurology karena
defisiensi vitamin
B12
mempengaruhi
keamanan
pasien/risiko
cedera
- Manifestasi
kardiopulmonal
dari upaya jantung
dan paru untuk
membawa jumlah
oksigen adekuat ke
jaringan
- Meningkatkan
istirahat untuk
menurunkan
kebutuhan oksigen
tubuh dan
menurunkan
regangan jantung
dan paru
- Meningkatkan
aktivitas secara
bertahap sampai
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 19
pasien istirahat
bila terjadi
kelelahan dan
kelemahan,
anjurkan pasien
melakukan
aktivitas
semampunya
(tanpa
memaksakan
diri).
normal dan
memperbaiki tonus
otot/stamina tanpa
kelemahan.
Meingkatkan
harga diri dan rasa
terkontrol.
3. Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
b.d kegagalan
untuk mencerna
atau ketidak
mampuan
mencerna
makanan /absorpsi
nutrient yang
diperlukan untuk
pembentukan sel
darah merah
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
KH :
- Menunujukkan
peningkatan
/mempertahankan
berat badan dengan
nilai laboratorium
normal.
- Tidak
mengalami
tanda mal
nutrisi.
-
Menununjukka
n perilaku,
perubahan pola
hidup untuk
meningkatkan
dan atau
mempertahanka
n berat badan
- Kaji riwayat
nutrisi, termasuk
makan yang
disukai.
- Observasi dan
catat masukkan
makanan pasien
- Timbang berat
badan setiap
hari.
- Berikan makan
sedikit dengan
frekuensi sering
dan atau makan
diantara waktu
makanan
- Observasi dan
catat kejadian
-Mengidentifikasi
defisiensi,
memudahkan
intervensi
-Mengawasi
masukkan kalori
atau kualitas
kekurangan
konsumsi makanan
-Mengawasi
penurunan berat
badan atau
efektivitas
intervensi nutrisi
-Menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster
-Gejala GI dapat
menunjukkan efek
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 20
yang sesuai. mual/muntah,
flatus dan dan
gejala lain yang
berhubungan
- Berikan dan
Bantu hygiene
mulut yang
baik ; sebelum
dan sesudah
makan, gunakan
sikat gigi halus
untuk
penyikatan yang
lembut. Berikan
pencuci mulut
yang di
encerkan bila
mukosa oral
luka.
- Kolaborasi pada
ahli gizi untuk
rencana diet.
- Kolaborasi ;
pantau hasil
pemeriksaan
laboraturium.
anemia (hipoksia)
pada organ.
-Meningkatkan nafsu
makan dan
pemasukkan oral.
Menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi. Teknik
perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdara
han dan nyeri
berat.
-Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan
individua
-Meningkatakan
efektivitas
program
pengobatan,
termasuk sumber
diet nutrisi yang
dibutuhkan.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 21
- Kolaborasi;
berikan obat
sesuai indikasi
-Kebutuhan
penggantian
tergantung pada
tipe anemia dan
atau adanyan
masukkan oral
yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
4. Risiko tinggi
terhadap infeksi
b.d tidak
adekuatnya
pertahanan
sekunder
(penurunan
hemoglobin
leucopenia, atau
penurunan
granulosit (respons
inflamasi
tertekan).
Infeksi tidak terjadi.
KH :
- mengidentifikasi
perilaku untuk
mencegah/menurun
kan risiko infeksi.
- meningkatkan
penyembuhan luka,
bebas drainase
purulen atau
eritema, dan
demam.
- Tingkatkan cuci
tangan yang baik
; oleh pemberi
perawatan dan
pasien.
- Pertahankan
teknik aseptic
ketat pada
prosedur/perawat
an luka.
- Berikan
perawatan kulit,
perianal dan oral
dengan cermat
- Motivasi
perubahan
posisi/ambulasi
yang sering,
- Mencegah
kontaminasi
silang/kolonisasi
bacterial. Catatan :
pasien dengan
anemia
berat/aplastik
dapat berisiko
akibat flora
normal kulit.
- menurunkan risiko
kolonisasi/infeksi
bakteri.
- menurunkan risiko
kerusakan
kulit/jaringan dan
infeksi.
- meningkatkan
ventilasi semua
segmen paru dan
membantu
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 22
latihan batuk dan
napas dalam.
- Tingkatkan
masukkan cairan
adekuat
- Pantau/batasi
pengunjung.
Berikan isolasi
bila
memungkinkan
- Pantau suhu
tubuh. Catat
adanya
menggigil dan
takikardia
dengan atau
tanpa demam
- Amati
eritema/cairan
luka
- Ambil specimen
untuk
kultur/sensitivita
s sesuai indikasi
memobilisasi
sekresi untuk
mencegah
pneumonia
- membantu dalam
pengenceran secret
pernapasan untuk
mempermudah
pengeluaran dan
mencegah stasis
cairan tubuh
misalnya
pernapasan dan
ginjal.
- membatasi
pemajanan pada
bakteri/infeksi.
Perlindungan
isolasi dibutuhkan
pada anemia
aplastik, bila
respons imun
sangat terganggu.
- adanya proses
inflamasi/infeksi
membutuhkan
evaluasi/pengobat
an.
- indikator infeksi
lokal. Catatan :
pembentukan pus
mungkin tidak ada
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 23
- Berikan
antiseptic
topical ;
antibiotic
sistemik
bila granulosit
tertekan.
- membedakan
adanya infeksi,
mengidentifikasi
pathogen khusus
dan
mempengaruhi
pilihan pengobatan
- mungkin
digunakan secara
propilaktik untuk
menurunkan
kolonisasi atau
untuk pengobatan
proses infeksi
local
5. Konstipasi atau
Diare
berhubungan
dengan penurunan
masukan diet;
perubahan proses
pencernaan; efek
samping terapi
obat.
Membuat/kembali pola
normal dari fungsi
usus.
KH: Menunjukkan
perubahan
perilaku/pola hidup,
yang diperlukan
sebagai penyebab,
factor pemberat.
- Observasi warna
feses,
konsistensi,
frekuensi dan
jumlah
- Auskultasi bunyi
usus
- Awasi intake dan
output (makanan
dan cairan).
- Membantu
mengidentifikasi
penyebab /factor
pemberat dan
intervensi yang
tepat.
- bunyi usus secara
umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
konstipasi
- dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan
berlebihan atau
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 24
- Dorong
masukkan cairan
2500-3000
ml/hari dalam
toleransi jantung
- Hindari makanan
yang membentuk
gas
- Kaji kondisi kulit
perianal dengan
sering, catat
perubahan
kondisi kulit atau
mulai kerusakan
- Lakukan
perawatan
perianal setiap
defekasi bila
terjadi diare.
- Kolaborasi ahli
gizi untuk diet
siembang dengan
tinggi serat dan
bulk.
- Berikan
pelembek feses,
stimulant ringan,
laksatif
alat dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
- membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses
bila konstipasi.
Akan membantu
memperthankan
status hidrasi pada
diare
- menurunkan
distress gastric dan
distensi abdomen
- mencegah
ekskoriasi kulit
dan kerusakan
- serat menahan
enzim pencernaan
dan mengabsorpsi
air dalam
alirannya
sepanjang traktus
intestinal dan
dengan demikian
menghasilkan
bulk, yang bekerja
sebagai
perangsang untuk
defekasi.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 25
pembentuk bulk
atau enema
sesuai indikasi.
Pantau
keefektifan.
(kolaborasi)
- Berikan obat
antidiare,
misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan
obat
mengabsorpsi
air, misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
- mempermudah
defekasi bila
konstipasi terjadi.
- menurunkan
motilitas usus bila
diare terjadi.
6. Kurang
pengetahuan
sehubungan
dengan kurang
terpajan/menginga
t ; salah
interpretasi
informasi ; tidak
mengenal sumber
informasi.
Pasien mengerti dan
memahami tentang
penyakit, prosedur
diagnostic dan rencana
pengobatan.
KH :
- Pasien menyatakan
pemahamannya
proses penyakit dan
penatalaksanaan
penyakit.
-
Mengidentifika
si factor
penyebab.
- Berikan
informasi tentang
anemia spesifik.
Diskusikan
kenyataan bahwa
terapi tergantung
pada tipe dan
beratnya anemia.
- Tinjau tujuan dan
persiapan untuk
pemeriksaan
diagnostik
- memberikan dasar
pengetahuan
sehingga pasien
dapat membuat
pilihan yang tepat.
Menurunkan
ansietas dan dapat
meningkatkan
kerjasama dalam
program terapi
- ansietas/ketakutan
tentang
ketidaktahuan
meningkatkan
stress, selanjutnya
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 26
- Melakukan
tiindakan yang
perlu/perubahan
pola hidup.
- Kaji tingkat
pengetahuan
klien dan
keluarga tentang
penyakitnya
- Berikan penjelasan
pada klien
tentang
penyakitnya dan
kondisinya
sekarang.
- Anjurkan klien dan
keluarga untuk
memperhatikan
diet makanan
nya
- Minta klien dan
keluarga
mengulangi
kembali tentang
materi yang telah
diberikan
meningkatkan
beban jantung.
Pengetahuan
menurunkan
ansietas.
- mengetahui
seberapa jauh
pengalaman dan
pengetahuan klien
dan keluarga
tentang
penyakitnya
- dengan
mengetahui
penyakit dan
kondisinya
sekarang, klien
akan tenang dan
mengurangi rasa
cemas
- diet dan pola
makan yang tepat
membantu proses
penyembuhan.
- mengetahui
seberapa jauh
pemahaman klien
dan keluarga serta
menilai
keberhasilan dari
tindakan yang
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 27
dilakukan.
ASUHAN KEPERAWATAN
POLYCHYTEMIA
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita penyakit polisitemia vera menampakkan gejala mencakup pusing, sakit
kepala, kemerahan pada wajah, kesulitan bernafas, kelelahan, gatal. Pada polisitemia
sekunder menampakkan gejala kelesuan, hipertensi,sesak napas, batuk kronis,
gangguan tidur (apnea tidur), pusing.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan
pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti : kelesuan, sakit kepala,
hipertensi,dan riwayat merokok
4. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Riwayat adanya penyakit polisitemia pada anggota keluarga yang lain seperti :
Kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel
darah merah,.PPOK, tumor ginjal atau sindroma Cushing,dan lain-lain.
B. Diagnosa
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1. Perubahan perfusi jaringan; kardiopulmoner,serebral, gasrtointinal,dan atau
perfer yang berhubungan dengan aliran darah di buktikan dengan pendarahan
2. Perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap nutrisi dibuktikan oleh distres
epigastrik, perasaan kembung.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai
oksigen dan kebutuhan/kelelahan
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 28
C. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteia Hasil Intervensi Rasional
1. Perubahan perfusi
jaringan;
kardiopulmoner,se
rebral,
gasrtointinal,dan
atau perfer yang
berhubungan
dengan aliran
darah di buktikan
dengan
pendarahan.
Aliran darah
dapat
bekerja
dengan
normal
kembali
-Tanda vital
stabil
- tidak terdapat
bukti terjadi
pendarahan.
1. Kaji kulit dan
membran mukosa
2. auskultasi dada
untuk
mengetahui pernap
asan dan bunyi
jantung.
3. beri dorongan
untuk
berkomunikasi
dengan orang
terdekat.
4. siapkan terapi
aferesis sesuai
pesanan jelaskan
prosedurnya.
5. tingkatkan
aktivitas reduksi
1. kondisi kulit
dipengaruhi
oleh
sirkulasi,nutrisi
dan imobilisasi.
Jaringan dapat
menjadi rapuh
cenderung
menjadi rusak.
2. pertahanan
posisi nyaman
dan pernapasan
maksimal.
3. meminimalkan
adanya
perasaanketidak
nyamanan.
4. ketidaknyamana
n terapi harus
digunakan
secara hati-hati,
karena dapat
menurunkan
upaya menekan
perdarahan.
5. berikan
informasi
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 29
stres lainnya.
6. instruksikan pasien
untuk duduk
selama 10 sampai
15 menit kemudian
berdiri selama 3
sampai 5 menit.
7. gabungkan
prosedur
laboatorium gunak
an jarum dengan
diameter kecil.
8. observasi perdarah
an dari tempat
fungsi vena
berikan tekanan
pada tempat
tusukan selama 5
sampai 10 menit
atau sampai
pendarahan
berhenti.
tentang kondisi
dan kemajuan.
Dengan
melakukan
tanya jawab.
6. meningkatkan
secara bertahap
tingkat
aktivitas sampai
normal untuk
memper baiki
tonus otot atau
stamina tanpa
kelemahan.
7. indikasikan
sesuai dengan
prosedur.
8. kaji dan catat
dosis yang
dbutuhkan
hingga
perdarahan
berhenti.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 30
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan
berhubungan
dengan intake
yang menurun
Pemenuhan
nutrisi
seimbang.
Berat badan
menujukan
tanda-tanda
kemajuan
mencapai berat
badan
normal;pasien
mendapatkan
diet seimbang
dengan cairan
2000-2500
ml/hari
1. Kaji riwayat nutrisi
2. Observasi intake
nutrisi pasien,
timbang berat badan
setiap hari.
3. Berikan intake
nutrisi sedikit tapi
sering
4. Observasi adanya
mual muntah dan
gejala lain yang
berhubungan
5. Jaga hygiene mulut
1. Mengidentifikas
i defisiensi,
menduga
kemungkinan
interfensi
2. Mengawasi
masukan kalori
atau kualitas
kekurangan
nutrisi,
mengawasi
penurunan BB
atau efektivitas
intervensi
nutrisi.
3. Intake yang
sedikit tapi
sering
menurunkan
kelemahan dan
meningkatkan
pemasukan serta
mencegah
distensi gaster.
4. Gejala
gastrointestinal
dapat
menunjukkan
efek hipoksia
pada organ.
5. Meningkatkan
nafsu makan
dan intake oral,
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 31
6. Berikan diet halus,
rendah serat,
menghindari
makanan panas,
pedas atau terlalu
asam sesuai indiksi
bila perlu berikan
suplemen nutrisi
7. Kolaborasi dengan
ahli gizi.
8. Pantau pemeriksaan
Lab : Hb, Ht, BUN,
Albumin, Protein,
Transferin,
Besiserum, B12,
Asam folat.
9. Berikan pengobatan
sesuai dengan
indikasi misalnya :
menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
infeksi
6. Bila ada lesi
oral, nyeri dapat
membatasi
intake makanan
yang dapat
ditoleransi
pasien,
meningkatkan
masukan protein
dan kalori.
7. Membantu
dalam membuat
rencana diet
untuk
memenuhi
kebutuhan
individual.
8. Meningkatkan
efektivitas
program
pengobatan
termasuk
sumber diet
nutrisi yang
diperlukan.
9. Kebutuhan
penggantian
tergantung tipe
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 32
- Vitamin dan
suplemen mineral :
Vitamin B12, Asam
folat dan Asam
askorbat (vitamin
C)
pada masukan
oral yang buruk
dan difesiensi
yang
diidentifikasi
3. Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimbangan
antara supplai
oksigen dan
kebutuhan/kelelah
an
Pasien
mampu
menunjukka
n
peningkatan
toleransi
aktivitas
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 1x24
jam diharapkan
ada peningkatan
toleransi
aktivitas,
menujukkan
penurunan
tanda fisiologis
intoleransi
misalnya: nadi,
pernafasan dan
pertahanan
darah dalam
rentang normal
1. Kaji kemampuan
klien untuk aktivitas,
catat adanya
kelemahan
2. Awasi dan kaji TTV
selama dan sesudah
aktivitas, catat
respon terhapad
tingkat aktivitas
seperti denyut
jantung, pusing,
dispnea, takipnea.
3. Berikan bantuan
dalam aktivitas dan
libatkan keluarga
4. Rencanakan
kemajuan aktivitas
dengan pasien,
tingkatkan aktivitas
sesuai toleransi
dengan tehnik
penghematan energi
serta menghentikan
1. Mempengaruhi
pilihan
intervensi atau
bantuan
2. Manifestasi
kardiopolmunal
dari upaya
jantung dan
paru untuk
membawa
jumlah oksigen
ade kuat ke
jaringan.
3. Meningkatkan
harga diri
pasien.
4. Meningkatkan
secara bertahap
tingkat aktivitas
sampai normal
dan
memperbaiki
tonus otot,
dengan
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 33
aktivitas jika
palpitasi, nyeri dada,
napas pendek, atau
terjadi pusing.
membatasi
adanya
kelemahan,
serta
menghindari
terjadinya
regangan/ stress
kardiopolmonal
yang dapat
menimbulkan
dekompensasi/
kegagalan.
Keperawatan Dewasa I_Anemia Aplastic dan Polycythemia Page 34