makalah agama(3)

Upload: rully-afis-hardiani

Post on 07-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    1/10

    Ekologi Dalam Islam dan

    Pemanasan Global

    Oleh:

    1.Bintang Ramadhan Swasana 1B/12314100242.Difaus Sidqi 1B/1231410074

    Politeknik Negeri Malang

    2012

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    2/10

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Berbagai permasalahan lingkungan terjadi, khususnya di Indonesia akhir-akhir ini,

    seperti kekurangan sumber air bersih, baik dari dalam tanah maupun dari sungai, polusi

    yang ditimbulkan oleh asap kendaraan maupun pembakaran hutan, tanah longsor, banjir

    yang merendam lahan persawahan dan pemukiman penduduk bahkan sampai ke kota

    besar, kekurangan bahkan kepunahan populasi binatang, rusaknya lapisan ozon yangmerupakan filter cahaya matahari ke bumi, sampai kepada masalah meluapnya lumpur

    panas dari dalam bumi yang menggusur kehidupan di sekitarnya.

    Kerusakan lingkungan kelihatannya merupakan suatu proses yang tidak dapat

    dihindari karena manusia hidup berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Hanya saja,

    harus ada upaya untuk mengendalikan dampak lingkungan tersebut supaya mempunyai

    dampak yang kecil terhadap habitat kehidupan di alam ini.Teori lingkungan,

    sesungguhnya, sudah berkembang sejak abad ke-18, karena perjalanan manusia pada

    akhirnya harus berhadapan dengan persoalan pengelolaan lingkungan akibat majunya ilmu

    pengetahuan, teknologi, dan revolusi industri pada abad ke-17. Akan tetapi, praktek

    modern untuk pelestarian alam (konservasi alam) sampai sekarang masih mencari bentuk

    alternatif yang tepat. Krisis lingkungan alam yang tengah terjadi belakangan ini, antara

    lain, diakibatkan kesalahan manusia (human error) dalam menanggapi masalah ekologi.

    1.2 Tujuan

    Tujuan agama (maqashid al-syariat) selain melindungi, menjaga, serta merawat

    agama (hifdz al-din), kehidupan (hifdzal-nafs), akal budi dan akal pikiran (hifdz al-aql),

    anak cucu (hifdz nasl), serta properties (hifdz al-mal), adalah menjaga dan melestarikan

    lingkungan (hifdz al-biah). Jika situasi lingkungan kian terus memburuk, maka pada

    gilirannya nanti kehidupan tidak ada lagi, properties tidak ada lagi, dan tentu saja agama

    pun akan lenyap pula (Wasim, 20005: 78). Dengan kata lain, kerusakan lingkungan dapat

    membuyarkan tujuan-tujuan dari maqashid al-syariat. Kehancuran ekologi menghalangi

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    3/10

    terpenuhinya konsep manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, sehingga eksistensi

    kemanusian akan mengalami kemacetan.

    Kajian fikih ekologi merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa pandangan dunia

    keagamaan cukup komprehensif dan kontekstual terhadap problematika yang mengitari

    kehidupan umat manusia terkait hubungannya dengan alam. Dengan adanya fikih ekologi

    diharapkan setiap Muslim akan memandang alam sebagai entitas yang sakral, yang

    diposisikan sebagai ibadah sama halnya dengan ibadah-ibadah mahdloh lainnya. Seorang

    Muslim yang merusak ekologi, ia akan merasa bersalah, berdosa, dan menyesalinya sama

    seperti ketika ia meninggalkan kewajiban ibadah agama. Fikih ekologi dalam ranah

    praksis dapat dimasukkan dalam kurikulum dan diajarkan di institusi-institusi pendidikan

    dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, sehingga peserta didik secara dini

    diharapkan memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan.Last but

    not least, Dalam konteks global, kehadiran fikih ekologi pada akhirnya akan dapat

    memberikan kesadaran hukum kepada umat Islam untuk senantiasa menjaga kelestarian

    alam.

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    4/10

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1Pengertian Pemanasan GlobalPemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

    dan daratan bumi. Pada saat ini bumi menghadapi pemanasan yang cepat. Menurut para

    ahli meteorologi, selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat

    dari 15oC menjadi 15.6oC. Hasil pengukuran yang lebih akurat oleh stasiun meteorologi

    dan juga data pengukuran satelit sejak tahun 1957, menunjukkan bahwa sepuluh tahun

    terhangat terjadi setelah tahun 1980, tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Secara

    kuantitatif nilai perubahan temperatur rata-rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat

    luar biasa terhadap lingkungan.

    Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti

    batu bara, minyak bumi dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya

    seperti Metana, Chlor, Belerang dan lain sebagainya. Pelepasan gas-gas tersebut telah

    menyebabkan munculnya fenomena yang disebut dengan Efek Rumah Kaca (green houseeffect).

    Pemahaman masyarakat kita terhadap istilah rumah kaca bisa menjadi joke

    tersendiri. Bagaimana tidak? mereka memahami efek rumah kaca adalah efek yang

    ditimbulkan oleh bangunan bertingkat yang dikelilingi tembok dari bahan kaca.

    Pemahaman ini kemudian menimbulkan persepsi bahwa lebih baik sekarang bangunan

    rumah tidak memiliki jendela kaca karena berpotensi menimbulkan bahaya terhadap

    lingkungan.

    Sesungguhnya yang dimaksud rumah kaca adalah rumah dunia kita, yaitu planet

    bumi yang kita tinggali yang dilindungi lapisan atmosfer. Efek rumah kaca terjadi karena

    gas-gas yang dilepaskan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil bersifat seperti rumah

    kaca. Rumah kaca bersifat meloloskan radiasi gelombang pendek dari radiasi matahari,

    tetapi akan menahan pantulan radiasi matahari tersebut yang setelah mencapai permukaan

    bumi, berubah menjadi radiasi gelombang panjang. Selama matahari bersinar, akan terjadi

    akumumelihat lasi radiasi sehingga temperatur di dalam rumah kaca akan semakin panas.

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    5/10

    2.2Pandangan Islam Terhadap Fenomena Pemanasan GlobalIslam memandang alam dan seluruh isinya adalah tanda kekuasaan Allah SWT.

    Itulah sebabnya seluruh benda yang ada dilangit dan dibumi, baik benda hidup maupun

    mati bertasbih dan bersujud kepada Allah (Qs. al Hadid, [57]:1). Uniknya, hampir seluruh

    proses kehidupan di bumi ini membentuk semacam mata rantai (ekosistem) yang saling

    tergantung, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Secara

    sederhana, langit ibarat atap bangunan yang terdiri dari udara dan ruang angkasa yang

    dalam kekuasaan Allah mampu bertahan secara terus menerus diatas permukaan bumi.

    Namun demikian, akibat kelalaian dan kecerobohan umat manusia dalam

    berhubungan dengan alam, keteraturan dan keseimbangan tersebut menjadi rusak.

    Sehingga pemanasan global menjadi tak terhindarkan lagi. Demikian juga perubahan iklim

    menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Sikap tidak peduli terhadap keseimbangan

    alam merupakan salah satu sebab dari pemanasan global yang kemudian berpengaruh

    terhadap perubahan iklim. Penilaian tersebut bisa dipahami dari penegasan firman Allah:

    Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan itu

    adalah awan yang bertindih-tindih. (Qs. ath-thur: [52]:44)

    Fakta kerusakan ekosistemyangberdampak pemanasan global dan perubahan iklim

    secara tersirat ditegaskan dalam firman Allah:

    dan andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu, pasti rusaklah langit dan bumi

    ini berikut semua orang yang berada didalamnya. (Qs. al-muminun:[23]:71)

    Ayat iniseolah-olah ingin mengingatkan bahwa jika kebenaran (sunatullah) berupa

    keseimbangan ekosistem yang menjadi penyangga alam semesta yang berfungsi

    membendung pemanasan global kemudian dikalahkan oleh nafsu dan intervensi manusia,

    maka pemanasan global dengan segala dampaknya akan sulit dibendung. Jika keadaan ini

    terus terjadi maka hanya menunggu waktu saat kehancuran bumi.

    2.3Respon Dunia Islam Dalam Menghadapi Dampak Pemanasan GlobalMenghadapi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Dunia islam

    sebetulnya sudah mulai bergiat dalam upaya-upaya rintisan bagi perbaikan, pemulihan dan

    pencegahan pemanasan global. Meski dalam skala yang terbatas, setidaknya upaya ini bias

    menjadi bukti bahwa dunia islam juga memiliki andil dalam upaya-upaya tersebut.

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    6/10

    Salah satu yang cukup fenomenal adalah diselenggarakannya International

    Conference Muslim Action on Climate Change di Bogor, 9-10 April 2010. Konferensi

    tentang perubahan iklim tersebut menyerukan agar Negara-negara islam memberikan

    dukunga politik untuk mengatasi pemanasan global. Konferensi ini diikuti oleh sekitar 200

    peserta yang berasal dari 14 negara yang mewakili komunitas muslim.

    Kaum muslimin di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan

    peran-peran tersebut karena memiliki lembaga dan jaringan yang luas sampai keakar

    rumput. Kewajiban untuk ikut terlibat dalam usaha-usaha ini merupakan panggilan

    teologis karena dari perspektif doktrin, upaya mengurangi global dan dampaknya akan

    membawa manfaat besar bagi kelestarian mahluk hidup dimuka bumi.

    2.4Islam dan Pelestarian EkologiIslam sesungguhnya menawarkan banyak doktrin yang menempatkan alam secara

    terhormat dan mengajarkan pada manusia untuk melestarikannya. Menurut Fazlur Rahman

    (1983: 95-116), al-Quran tidak semata-mata berbicara tentang hal-hal yang bersifat

    metafisis-eskatologis, tetapi dia juga berbicara tentang alam semesta yang dihuni oleh

    manusia dan makluk-makluk lain. Dalam Q.S. al-Baqarah: 164 misalnya, disebutkan

    bahwa semua (baca: alam) yang diciptakan Allah adalah untuk kepentingan manusia.

    Allah berfirman:

    Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan

    siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa

    yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi

    sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi ini segala jenis hewan, dan

    pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh

    (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

    Penjelasan yang hampir sama juga terdapat dalam Q.S. al-Baqarah: 22. Allah

    berfirman:

    Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,

    dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu

    segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan

    sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.

    Allah memposisikan alam beserta ciptaan-Nya secara terhormat. Hal ini dapat dilihat

    dalam Q. S. al-Jumuah: 1 yang mengabarkan bahwa semua makhluk hidup di langit dan

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    7/10

    di bumi senantiasa bertasbih kepada Ilahi. Dalam Q.S. Fushshilat: 11 dijelaskan betapa

    Allah menyejarkan manusia dengan alam dalam kaitannya dengan perintah verbal-Nya.

    Dalam perintah Allah yang ditujukan kepada alam untuk tunmduk kepada perintah Allah,

    al-Quran sejatinya ingin menunjukkan bahwa alam memiliki kepribadian yang patut

    dihormati. Bahkan, dalam Q. S. al-Anam: 38 disebutkan bahwa Allah menganggap

    burung yang terbang dengan kedua sayapnya serta binatang yang ada di bumi merupakan

    bagian dari umat-Nya juga, seperti halnya manusia.

    Doktrin bahwa alam diciptakan untuk kepentingan manusia dapat pula dilihat dalam

    Q.S. Yunus 31, Q. S. al-Nahl: 14, Q.S. al-Anam: 99, dan Q.S. Ibrahim: 32. Bahkan, Allah

    mengecam terhadap segala perusakan di muka bumi. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. al-

    Qashash: 77, Q.S. al-Baqarah: 60, dan Q.S. al-Araf. Dalam Q.S. al-Qashash: 77 misalnya,

    Allah dengan tegas berfirman:

    Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian)

    negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi

    dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu

    danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak

    menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

    Rasullullah SAW memberikan apresiasi dan mengabarkan pahala bagi mereka yang

    mau melestarikan ekologi. Dalam sebuah Hadis, beliau bersabda: Barangsiapayang

    menanam sebuah pohon dan pohon itu berbuah, Allah akan memberikan pahala kepada

    orang itu sebanyak buah yang tumbuh dari pohon tersebut.

    Dalam sejarah Islam, tidak pernah ada bukti bahwa Islam merusak lingkungan,

    sekalipun dalam peperangan. Menurut Muhammad Imaduddin Abdul Rahim (2002: 35),

    peperangan yang berlangsung di zaman Nabi Muhammad SAW tidak pernah

    mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi, sebagimana pertempuran yang pada abad-

    abad mutakhir.

    Tindakan memelihara kelestarian ekologi merupakan manifestasi perintah syukur

    manusia kepada Allah. Bahkan disebutkan dalam sejarah Islam, ketika perang pun,

    khalifah seperti Abu Bakar dan Umar bin Khatab senantiasa memperingatkan terhadap

    pasukannya untuk memelihara alam:

    Jangan tebang pohon atau rambah tanaman, kecuali jika akan digunakan atau

    dimakan, dan janganlah membunuh binatang kecuali untuk dimakan. Hormati dan

    lindungi semua rumah ibadah manapun, serta jangan sekali-kali mengusik mereka yang

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    8/10

    sedang beribadah menurut agama mereka masing-masing. Janganlah membunuh orang

    yang tidak bersenjata (yang tidak terlibat langsung dalam peperangan).

    Sejak Islam hadir di muka bumi, Islam sesungguhnya sangat care terhadap

    pelestarian alam. Nabi pernah memperkenalkan dan mempraktikkam konsep pelestarian

    lam, yakniHima danIhyaul Mawat (Mangunjaya, 2005: 54). Hima atau kawasan hutan

    lindung adalah kawasan yang khusus dilindungi pemerintah atas dasar syariat guna

    melestarikan kehidupan liar dan hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan sekitar

    Madinah sebagai hima guna melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada

    di dalamnya. Ketika itu, lahan yang beliau lindungi luasnya sekitar enam mil atau lebih

    dari 2.049 hektar. Sementara konsepIhyaulMawat adalah usaha mengelola lahan yang

    masih belum bermanfaat menjadi berguna bagi manusia.

    Terkait dengan pelestarian ekologi, ada cerita menarik yang dapat dijadikan teladan

    bagi umat Muslim. Catatan sejarah Islam menyebutkan bahwa sesaat setelah Amr bin Ash

    menaklukkan Mesir, seekor burung merpati membuat sarang di atas tendanya. Padahal,

    mereka segera akan berangkat meninggalkan Mesir. Sebenarnya Amr bin Ash dapat

    memerintahkan para prajuritnya untuk membongkar tendanya. Namun, ia tidak

    melakukannya sebab ia tidak ingin mengusik sang merpati yang sedang mengerami

    telurnya. Tenda itu pun ia tinggalkan (Badri, 2007: 134).

    Tidak cukup dalam medan peperangan saja, ajaran Islam akan pentingnya

    melestarikan alam dapat dilihat dalam ranah ibadah, yakni ibadah haji. Dalam ritual haji,

    orang yang sedang ihram dilarang membunuh binatang dan mencabut pohon.. Bahkan,

    jika jamaah haji melanggar ketentuan tersebut, maka ia akan dikenai denda. Melihat

    realitas doktrinal, historis, dan ritual di atas yang demikian kaya akan dimensi pelestarian

    ekologi, terpampang jelas bahwa Islam sungguh-sungguh merupakan rahmatan li al-

    alamin.

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    9/10

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Islam mengajarkan kita bahwa Allah terus dan akan terus memberikan kami sumber

    daya yang cukup untuk sepanjang masa. Tapi melalui penyalahgunaan manusia,

    keseimbangan ini dapat berubah. Ini adalah keserakahan pribadi manusia yang membuat

    mereka menyia-nyiakan sumber daya dan menghilangkan orang lain yang mungkin perlu

    sumber daya itu. Al-Qur'an memperingatkan umat manusia dalam Bab 7, ayat 32 "Hai

    anak Adam ... makan dan minum tetapi tidak melebihi batas-batas;! Sesungguhnya Dia

    tidak menyukai mereka yang melampaui batas"

    Pesan secara keseluruhan Islam adalah bahwa ia mempromosikan harmoni dengan

    menasihati moderasi. Ia menerima bahwa kita perlu untuk menggunakan sumber daya

    untuk kemajuan kami, tapi ini harus dilakukan dengan bijaksana dan secara berkelanjutan,

    sehingga media memuaskan ditemukan. Al-Qur'an berhubungan dalam Bab 25, ayat 68

    "mereka yang, ketika mereka menghabiskan yang tidak boros juga tidak kikir tapi moderatantara keduanya.

    Jadi sebagai individu kita harus bertindak berdasarkan perintah Al-Quran yang

    mempromosikan keseimbangan dan menghindari kelebihan dan Bangsa perlu lebih

    bersedia untuk berbagi pengetahuan demi planet ini bukan untuk keuntungan dan

    mengambil tindakan kolektif sejalan dengan tanggung jawab kolektif mereka. Dengan

    demikian kita akan dapat meraih ridha Allah dan kehormatan perwalian kita bumi untuk

    generasi sekarang dan mendatang.

  • 7/22/2019 Makalah Agama(3)

    10/10

    DAFTAR PUSTAKA

    Badri, M. Abdullah. Membangun Lingkungan Berbasis Kasih Sayang dalam Ahmad

    Asroni. 2007.Kajian Islam Kontemporer. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif

    Hidayatullah.

    Mangunjaya, Fahruddin M. 2005.Konservasi Alam dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan

    Obor Indonesia.

    Wasim, Alef Theria. 2005.Harmoni Kehidupan Beragama: Problem, Praktik, dan

    Pendidikan. Yogyakarta: Oasis Publisher.

    Mufid, Sofyan Anwar.2010.Islam & Ekologi Manusia. Bandung: Nuansa.

    Mustafa, Abu Suway. 1998.Fiqh al-Biah fi al-Islam: Towards an Islamic Jurisprudence

    of the Environtment. di download dari

    http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm. pada 2 Oktober 2012.

    http://pemanasan-global-dalam-pandangan-islam.html

    http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm.%20pada%202%20Oktober%202012http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm.%20pada%202%20Oktober%202012