makalah agama(3)
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
1/10
Ekologi Dalam Islam dan
Pemanasan Global
Oleh:
1.Bintang Ramadhan Swasana 1B/12314100242.Difaus Sidqi 1B/1231410074
Politeknik Negeri Malang
2012
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
2/10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai permasalahan lingkungan terjadi, khususnya di Indonesia akhir-akhir ini,
seperti kekurangan sumber air bersih, baik dari dalam tanah maupun dari sungai, polusi
yang ditimbulkan oleh asap kendaraan maupun pembakaran hutan, tanah longsor, banjir
yang merendam lahan persawahan dan pemukiman penduduk bahkan sampai ke kota
besar, kekurangan bahkan kepunahan populasi binatang, rusaknya lapisan ozon yangmerupakan filter cahaya matahari ke bumi, sampai kepada masalah meluapnya lumpur
panas dari dalam bumi yang menggusur kehidupan di sekitarnya.
Kerusakan lingkungan kelihatannya merupakan suatu proses yang tidak dapat
dihindari karena manusia hidup berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Hanya saja,
harus ada upaya untuk mengendalikan dampak lingkungan tersebut supaya mempunyai
dampak yang kecil terhadap habitat kehidupan di alam ini.Teori lingkungan,
sesungguhnya, sudah berkembang sejak abad ke-18, karena perjalanan manusia pada
akhirnya harus berhadapan dengan persoalan pengelolaan lingkungan akibat majunya ilmu
pengetahuan, teknologi, dan revolusi industri pada abad ke-17. Akan tetapi, praktek
modern untuk pelestarian alam (konservasi alam) sampai sekarang masih mencari bentuk
alternatif yang tepat. Krisis lingkungan alam yang tengah terjadi belakangan ini, antara
lain, diakibatkan kesalahan manusia (human error) dalam menanggapi masalah ekologi.
1.2 Tujuan
Tujuan agama (maqashid al-syariat) selain melindungi, menjaga, serta merawat
agama (hifdz al-din), kehidupan (hifdzal-nafs), akal budi dan akal pikiran (hifdz al-aql),
anak cucu (hifdz nasl), serta properties (hifdz al-mal), adalah menjaga dan melestarikan
lingkungan (hifdz al-biah). Jika situasi lingkungan kian terus memburuk, maka pada
gilirannya nanti kehidupan tidak ada lagi, properties tidak ada lagi, dan tentu saja agama
pun akan lenyap pula (Wasim, 20005: 78). Dengan kata lain, kerusakan lingkungan dapat
membuyarkan tujuan-tujuan dari maqashid al-syariat. Kehancuran ekologi menghalangi
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
3/10
terpenuhinya konsep manusia sebagai wakil Tuhan di bumi, sehingga eksistensi
kemanusian akan mengalami kemacetan.
Kajian fikih ekologi merupakan upaya untuk menunjukkan bahwa pandangan dunia
keagamaan cukup komprehensif dan kontekstual terhadap problematika yang mengitari
kehidupan umat manusia terkait hubungannya dengan alam. Dengan adanya fikih ekologi
diharapkan setiap Muslim akan memandang alam sebagai entitas yang sakral, yang
diposisikan sebagai ibadah sama halnya dengan ibadah-ibadah mahdloh lainnya. Seorang
Muslim yang merusak ekologi, ia akan merasa bersalah, berdosa, dan menyesalinya sama
seperti ketika ia meninggalkan kewajiban ibadah agama. Fikih ekologi dalam ranah
praksis dapat dimasukkan dalam kurikulum dan diajarkan di institusi-institusi pendidikan
dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, sehingga peserta didik secara dini
diharapkan memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap kelestarian lingkungan.Last but
not least, Dalam konteks global, kehadiran fikih ekologi pada akhirnya akan dapat
memberikan kesadaran hukum kepada umat Islam untuk senantiasa menjaga kelestarian
alam.
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
4/10
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pengertian Pemanasan GlobalPemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut
dan daratan bumi. Pada saat ini bumi menghadapi pemanasan yang cepat. Menurut para
ahli meteorologi, selama seratus tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat
dari 15oC menjadi 15.6oC. Hasil pengukuran yang lebih akurat oleh stasiun meteorologi
dan juga data pengukuran satelit sejak tahun 1957, menunjukkan bahwa sepuluh tahun
terhangat terjadi setelah tahun 1980, tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990. Secara
kuantitatif nilai perubahan temperatur rata-rata bumi ini kecil tetapi dampaknya sangat
luar biasa terhadap lingkungan.
Penyebab utama pemanasan global adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti
batu bara, minyak bumi dan gas alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya
seperti Metana, Chlor, Belerang dan lain sebagainya. Pelepasan gas-gas tersebut telah
menyebabkan munculnya fenomena yang disebut dengan Efek Rumah Kaca (green houseeffect).
Pemahaman masyarakat kita terhadap istilah rumah kaca bisa menjadi joke
tersendiri. Bagaimana tidak? mereka memahami efek rumah kaca adalah efek yang
ditimbulkan oleh bangunan bertingkat yang dikelilingi tembok dari bahan kaca.
Pemahaman ini kemudian menimbulkan persepsi bahwa lebih baik sekarang bangunan
rumah tidak memiliki jendela kaca karena berpotensi menimbulkan bahaya terhadap
lingkungan.
Sesungguhnya yang dimaksud rumah kaca adalah rumah dunia kita, yaitu planet
bumi yang kita tinggali yang dilindungi lapisan atmosfer. Efek rumah kaca terjadi karena
gas-gas yang dilepaskan dari hasil pembakaran bahan bakar fosil bersifat seperti rumah
kaca. Rumah kaca bersifat meloloskan radiasi gelombang pendek dari radiasi matahari,
tetapi akan menahan pantulan radiasi matahari tersebut yang setelah mencapai permukaan
bumi, berubah menjadi radiasi gelombang panjang. Selama matahari bersinar, akan terjadi
akumumelihat lasi radiasi sehingga temperatur di dalam rumah kaca akan semakin panas.
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
5/10
2.2Pandangan Islam Terhadap Fenomena Pemanasan GlobalIslam memandang alam dan seluruh isinya adalah tanda kekuasaan Allah SWT.
Itulah sebabnya seluruh benda yang ada dilangit dan dibumi, baik benda hidup maupun
mati bertasbih dan bersujud kepada Allah (Qs. al Hadid, [57]:1). Uniknya, hampir seluruh
proses kehidupan di bumi ini membentuk semacam mata rantai (ekosistem) yang saling
tergantung, saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Secara
sederhana, langit ibarat atap bangunan yang terdiri dari udara dan ruang angkasa yang
dalam kekuasaan Allah mampu bertahan secara terus menerus diatas permukaan bumi.
Namun demikian, akibat kelalaian dan kecerobohan umat manusia dalam
berhubungan dengan alam, keteraturan dan keseimbangan tersebut menjadi rusak.
Sehingga pemanasan global menjadi tak terhindarkan lagi. Demikian juga perubahan iklim
menjadi fenomena yang tidak dapat dihindari. Sikap tidak peduli terhadap keseimbangan
alam merupakan salah satu sebab dari pemanasan global yang kemudian berpengaruh
terhadap perubahan iklim. Penilaian tersebut bisa dipahami dari penegasan firman Allah:
Jika mereka melihat sebagian dari langit gugur, mereka akan mengatakan itu
adalah awan yang bertindih-tindih. (Qs. ath-thur: [52]:44)
Fakta kerusakan ekosistemyangberdampak pemanasan global dan perubahan iklim
secara tersirat ditegaskan dalam firman Allah:
dan andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu, pasti rusaklah langit dan bumi
ini berikut semua orang yang berada didalamnya. (Qs. al-muminun:[23]:71)
Ayat iniseolah-olah ingin mengingatkan bahwa jika kebenaran (sunatullah) berupa
keseimbangan ekosistem yang menjadi penyangga alam semesta yang berfungsi
membendung pemanasan global kemudian dikalahkan oleh nafsu dan intervensi manusia,
maka pemanasan global dengan segala dampaknya akan sulit dibendung. Jika keadaan ini
terus terjadi maka hanya menunggu waktu saat kehancuran bumi.
2.3Respon Dunia Islam Dalam Menghadapi Dampak Pemanasan GlobalMenghadapi fenomena pemanasan global dan perubahan iklim. Dunia islam
sebetulnya sudah mulai bergiat dalam upaya-upaya rintisan bagi perbaikan, pemulihan dan
pencegahan pemanasan global. Meski dalam skala yang terbatas, setidaknya upaya ini bias
menjadi bukti bahwa dunia islam juga memiliki andil dalam upaya-upaya tersebut.
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
6/10
Salah satu yang cukup fenomenal adalah diselenggarakannya International
Conference Muslim Action on Climate Change di Bogor, 9-10 April 2010. Konferensi
tentang perubahan iklim tersebut menyerukan agar Negara-negara islam memberikan
dukunga politik untuk mengatasi pemanasan global. Konferensi ini diikuti oleh sekitar 200
peserta yang berasal dari 14 negara yang mewakili komunitas muslim.
Kaum muslimin di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk memainkan
peran-peran tersebut karena memiliki lembaga dan jaringan yang luas sampai keakar
rumput. Kewajiban untuk ikut terlibat dalam usaha-usaha ini merupakan panggilan
teologis karena dari perspektif doktrin, upaya mengurangi global dan dampaknya akan
membawa manfaat besar bagi kelestarian mahluk hidup dimuka bumi.
2.4Islam dan Pelestarian EkologiIslam sesungguhnya menawarkan banyak doktrin yang menempatkan alam secara
terhormat dan mengajarkan pada manusia untuk melestarikannya. Menurut Fazlur Rahman
(1983: 95-116), al-Quran tidak semata-mata berbicara tentang hal-hal yang bersifat
metafisis-eskatologis, tetapi dia juga berbicara tentang alam semesta yang dihuni oleh
manusia dan makluk-makluk lain. Dalam Q.S. al-Baqarah: 164 misalnya, disebutkan
bahwa semua (baca: alam) yang diciptakan Allah adalah untuk kepentingan manusia.
Allah berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi ini segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Penjelasan yang hampir sama juga terdapat dalam Q.S. al-Baqarah: 22. Allah
berfirman:
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,
dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.
Allah memposisikan alam beserta ciptaan-Nya secara terhormat. Hal ini dapat dilihat
dalam Q. S. al-Jumuah: 1 yang mengabarkan bahwa semua makhluk hidup di langit dan
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
7/10
di bumi senantiasa bertasbih kepada Ilahi. Dalam Q.S. Fushshilat: 11 dijelaskan betapa
Allah menyejarkan manusia dengan alam dalam kaitannya dengan perintah verbal-Nya.
Dalam perintah Allah yang ditujukan kepada alam untuk tunmduk kepada perintah Allah,
al-Quran sejatinya ingin menunjukkan bahwa alam memiliki kepribadian yang patut
dihormati. Bahkan, dalam Q. S. al-Anam: 38 disebutkan bahwa Allah menganggap
burung yang terbang dengan kedua sayapnya serta binatang yang ada di bumi merupakan
bagian dari umat-Nya juga, seperti halnya manusia.
Doktrin bahwa alam diciptakan untuk kepentingan manusia dapat pula dilihat dalam
Q.S. Yunus 31, Q. S. al-Nahl: 14, Q.S. al-Anam: 99, dan Q.S. Ibrahim: 32. Bahkan, Allah
mengecam terhadap segala perusakan di muka bumi. Hal ini dapat dilihat dalam Q.S. al-
Qashash: 77, Q.S. al-Baqarah: 60, dan Q.S. al-Araf. Dalam Q.S. al-Qashash: 77 misalnya,
Allah dengan tegas berfirman:
Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu
danjanganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Rasullullah SAW memberikan apresiasi dan mengabarkan pahala bagi mereka yang
mau melestarikan ekologi. Dalam sebuah Hadis, beliau bersabda: Barangsiapayang
menanam sebuah pohon dan pohon itu berbuah, Allah akan memberikan pahala kepada
orang itu sebanyak buah yang tumbuh dari pohon tersebut.
Dalam sejarah Islam, tidak pernah ada bukti bahwa Islam merusak lingkungan,
sekalipun dalam peperangan. Menurut Muhammad Imaduddin Abdul Rahim (2002: 35),
peperangan yang berlangsung di zaman Nabi Muhammad SAW tidak pernah
mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi, sebagimana pertempuran yang pada abad-
abad mutakhir.
Tindakan memelihara kelestarian ekologi merupakan manifestasi perintah syukur
manusia kepada Allah. Bahkan disebutkan dalam sejarah Islam, ketika perang pun,
khalifah seperti Abu Bakar dan Umar bin Khatab senantiasa memperingatkan terhadap
pasukannya untuk memelihara alam:
Jangan tebang pohon atau rambah tanaman, kecuali jika akan digunakan atau
dimakan, dan janganlah membunuh binatang kecuali untuk dimakan. Hormati dan
lindungi semua rumah ibadah manapun, serta jangan sekali-kali mengusik mereka yang
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
8/10
sedang beribadah menurut agama mereka masing-masing. Janganlah membunuh orang
yang tidak bersenjata (yang tidak terlibat langsung dalam peperangan).
Sejak Islam hadir di muka bumi, Islam sesungguhnya sangat care terhadap
pelestarian alam. Nabi pernah memperkenalkan dan mempraktikkam konsep pelestarian
lam, yakniHima danIhyaul Mawat (Mangunjaya, 2005: 54). Hima atau kawasan hutan
lindung adalah kawasan yang khusus dilindungi pemerintah atas dasar syariat guna
melestarikan kehidupan liar dan hutan. Nabi pernah mencagarkan kawasan sekitar
Madinah sebagai hima guna melindungi lembah, padang rumput dan tumbuhan yang ada
di dalamnya. Ketika itu, lahan yang beliau lindungi luasnya sekitar enam mil atau lebih
dari 2.049 hektar. Sementara konsepIhyaulMawat adalah usaha mengelola lahan yang
masih belum bermanfaat menjadi berguna bagi manusia.
Terkait dengan pelestarian ekologi, ada cerita menarik yang dapat dijadikan teladan
bagi umat Muslim. Catatan sejarah Islam menyebutkan bahwa sesaat setelah Amr bin Ash
menaklukkan Mesir, seekor burung merpati membuat sarang di atas tendanya. Padahal,
mereka segera akan berangkat meninggalkan Mesir. Sebenarnya Amr bin Ash dapat
memerintahkan para prajuritnya untuk membongkar tendanya. Namun, ia tidak
melakukannya sebab ia tidak ingin mengusik sang merpati yang sedang mengerami
telurnya. Tenda itu pun ia tinggalkan (Badri, 2007: 134).
Tidak cukup dalam medan peperangan saja, ajaran Islam akan pentingnya
melestarikan alam dapat dilihat dalam ranah ibadah, yakni ibadah haji. Dalam ritual haji,
orang yang sedang ihram dilarang membunuh binatang dan mencabut pohon.. Bahkan,
jika jamaah haji melanggar ketentuan tersebut, maka ia akan dikenai denda. Melihat
realitas doktrinal, historis, dan ritual di atas yang demikian kaya akan dimensi pelestarian
ekologi, terpampang jelas bahwa Islam sungguh-sungguh merupakan rahmatan li al-
alamin.
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
9/10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam mengajarkan kita bahwa Allah terus dan akan terus memberikan kami sumber
daya yang cukup untuk sepanjang masa. Tapi melalui penyalahgunaan manusia,
keseimbangan ini dapat berubah. Ini adalah keserakahan pribadi manusia yang membuat
mereka menyia-nyiakan sumber daya dan menghilangkan orang lain yang mungkin perlu
sumber daya itu. Al-Qur'an memperingatkan umat manusia dalam Bab 7, ayat 32 "Hai
anak Adam ... makan dan minum tetapi tidak melebihi batas-batas;! Sesungguhnya Dia
tidak menyukai mereka yang melampaui batas"
Pesan secara keseluruhan Islam adalah bahwa ia mempromosikan harmoni dengan
menasihati moderasi. Ia menerima bahwa kita perlu untuk menggunakan sumber daya
untuk kemajuan kami, tapi ini harus dilakukan dengan bijaksana dan secara berkelanjutan,
sehingga media memuaskan ditemukan. Al-Qur'an berhubungan dalam Bab 25, ayat 68
"mereka yang, ketika mereka menghabiskan yang tidak boros juga tidak kikir tapi moderatantara keduanya.
Jadi sebagai individu kita harus bertindak berdasarkan perintah Al-Quran yang
mempromosikan keseimbangan dan menghindari kelebihan dan Bangsa perlu lebih
bersedia untuk berbagi pengetahuan demi planet ini bukan untuk keuntungan dan
mengambil tindakan kolektif sejalan dengan tanggung jawab kolektif mereka. Dengan
demikian kita akan dapat meraih ridha Allah dan kehormatan perwalian kita bumi untuk
generasi sekarang dan mendatang.
-
7/22/2019 Makalah Agama(3)
10/10
DAFTAR PUSTAKA
Badri, M. Abdullah. Membangun Lingkungan Berbasis Kasih Sayang dalam Ahmad
Asroni. 2007.Kajian Islam Kontemporer. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.
Mangunjaya, Fahruddin M. 2005.Konservasi Alam dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan
Obor Indonesia.
Wasim, Alef Theria. 2005.Harmoni Kehidupan Beragama: Problem, Praktik, dan
Pendidikan. Yogyakarta: Oasis Publisher.
Mufid, Sofyan Anwar.2010.Islam & Ekologi Manusia. Bandung: Nuansa.
Mustafa, Abu Suway. 1998.Fiqh al-Biah fi al-Islam: Towards an Islamic Jurisprudence
of the Environtment. di download dari
http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm. pada 2 Oktober 2012.
http://pemanasan-global-dalam-pandangan-islam.html
http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm.%20pada%202%20Oktober%202012http://hompages.iol.ie/afifi/Articles/environtment.htm.%20pada%202%20Oktober%202012