ma-11

14
Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-41 Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014 KELIMPAHAN PLANKTON DAN KARAKTERISTIK PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN Asyari 1 Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang *e-mail: [email protected] Abstrak Aspek kelimpahan plankton dan karakteristik perairan estuari Sungai Barito, telah diteliti pada tahun 2012. Ditemukan sebanyak 36 jenis fitoplankton, terdiri dari Bacillariophyceae 16 genera, Chlorophyceae 9 genera, Cyanophyceae 5 genera, Dinophyceae 4 genera dan Euglenophyceae 2 genera. Fitoplankton yang dominan adalah golongan Dinophyceae, Gymnodinium Ceratium, dan Peridinium, dari golongan Diatom/Bacillariophyceae adalah Asterionella, Chaetoceras, Melosira dan Nitzschia. Zooplankton yang ditemukan berjumlah 11 genera terdiri atas 3 kelompok yaitu Kelas Ciliata 4 genera, Crustaceae 4 genera dan Rotatoria atau Rotifera 3 genera. Zooplankton yang dominan diantaranya Stentor, Titinnidium, Acartia, Centropages, Keratella dan Trichocerca. Kelimpahan individu fitoplankton berkisar antara 6560 individu/l, sedangkan kelimpahan zooplankton antara 3106 individu/l dengan nilai indeks keanekaragaman (H’) antara 0,5832,117 dan nilai indeks keseragaman. 0,0960,481. Karakterisrtik perairan seperti nilai pH berada antara 5,58,0, salinitas 0,5–25 ‰, O 2 antara 3,237,59 mg/l, CO 2 diatas 5 mg/l dan alkalinitas 16 mg/l, CaCO 3 . Angka kecerahan antara 3090 cm, suhu air 2532 ºC, dan kedalaman tiap stasiun 312 m. Kesemua nilai karakteristik kimia/fisika perairan ini menunjukkan nilai yang sesuai untuk perairan estuari. Kata kunci : estuari, karakteristik, kemelimpahan, plankton, Sungai Barito Pengantar Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut dan menerima masukan air tawar dari sungai yang menuju kelaut. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur berupa endapan yang di bawa oleh air tawar dan air laut, kondisi estuari sangat dipengaruhi terjadinya pasang surut dan aliran sungai (Nurjanah, 2012). Sungai Barito merupakan salah satu sungai besar yang terdapat di Kalimantan, bagian hulu Sungai Barito terletak di Serawak (Malaysia) dan Kalimantan Tengah, sedangkan bagian tengah dan hilir (muaranya) terletak di Kalimantan Selatan (Prasetyo et al., 2005). Usaha penangkapan ikan di estuari Sungai Barito berada di bagian hilir tepatnya di kawasan pesisir Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar (Anonimus, 2012). Ekosistem estuari berperan sebagai daerah peralihan antara dua ekosistem akuatik sungai dan laut. Seperti pada ekosistem lainnya ekosistem estuari ini dibentuk oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton (Ikawartika, 2012). Plankton merupakan salah satu mata rantai terpenting dan paling kritis di dalam rantai kehidupan di estuari, hal ini karena plankton terutama phytoplankton merupakan sumber energi utama di estuari. Phytoplankton merupakan makanan utama zooplankton dan ikan kecil, yang kemudian dimakan oleh organisme yang besar lainnya (Gameiro et al., 2004). Mellawati & Susianti (2012) mengatakan bahwa, plankton adalah mikroorganisme hewani atau nabati yang hidup mengapung, melayang atau mengambang di air dan mempunyai kemampuan renang yang terbatas sehingga mudah hanyut oleh gerakan atau arus air. Plankton meliputi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Plankton dapat dijadikan indikator kualitas lingkungan perairan, karena merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat MA-11

Upload: putri-nilam-sari

Post on 04-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

MA-11

TRANSCRIPT

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-41

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    KELIMPAHAN PLANKTON DAN KARAKTERISTIK PERAIRAN ESTUARI SUNGAI BARITO, KALIMANTAN SELATAN

    Asyari

    1Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum Palembang

    *e-mail: [email protected] Abstrak Aspek kelimpahan plankton dan karakteristik perairan estuari Sungai Barito, telah diteliti pada tahun 2012. Ditemukan sebanyak 36 jenis fitoplankton, terdiri dari Bacillariophyceae 16 genera, Chlorophyceae 9 genera, Cyanophyceae 5 genera, Dinophyceae 4 genera dan Euglenophyceae 2 genera. Fitoplankton yang dominan adalah golongan Dinophyceae, Gymnodinium Ceratium, dan Peridinium, dari golongan Diatom/Bacillariophyceae adalah Asterionella, Chaetoceras, Melosira dan Nitzschia. Zooplankton yang ditemukan berjumlah 11 genera terdiri atas 3 kelompok yaitu Kelas Ciliata 4 genera, Crustaceae 4 genera dan Rotatoria atau Rotifera 3 genera. Zooplankton yang dominan diantaranya Stentor, Titinnidium, Acartia, Centropages, Keratella dan Trichocerca. Kelimpahan individu fitoplankton berkisar antara 6560 individu/l, sedangkan kelimpahan zooplankton antara 3106 individu/l dengan nilai indeks keanekaragaman (H) antara 0,5832,117 dan nilai indeks keseragaman. 0,0960,481. Karakterisrtik perairan seperti nilai pH berada antara 5,58,0, salinitas 0,525 , O2 antara 3,237,59 mg/l, CO2 diatas 5 mg/l dan alkalinitas 16 mg/l, CaCO3. Angka kecerahan antara 3090 cm, suhu air 2532 C, dan kedalaman tiap stasiun 312 m. Kesemua nilai karakteristik kimia/fisika perairan ini menunjukkan nilai yang sesuai untuk perairan estuari. Kata kunci : estuari, karakteristik, kemelimpahan, plankton, Sungai Barito Pengantar

    Estuari merupakan wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut dan menerima masukan air tawar dari sungai yang menuju kelaut. Sebagian besar estuari didominasi oleh substrat berlumpur berupa endapan yang di bawa oleh air tawar dan air laut, kondisi estuari sangat dipengaruhi terjadinya pasang surut dan aliran sungai (Nurjanah, 2012). Sungai Barito merupakan salah satu sungai besar yang terdapat di Kalimantan, bagian hulu Sungai Barito terletak di Serawak (Malaysia) dan Kalimantan Tengah, sedangkan bagian tengah dan hilir (muaranya) terletak di Kalimantan Selatan (Prasetyo et al., 2005). Usaha penangkapan ikan di estuari Sungai Barito berada di bagian hilir tepatnya di kawasan pesisir Kecamatan Aluh-Aluh Kabupaten Banjar (Anonimus, 2012). Ekosistem estuari berperan sebagai daerah peralihan antara dua ekosistem akuatik sungai dan laut. Seperti pada ekosistem lainnya ekosistem estuari ini dibentuk oleh komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Keanekaragaman komponen biotik dan abiotik yang terdapat didalamnya menyebabkan terjadinya interaksi yang cukup kompleks. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton (Ikawartika, 2012). Plankton merupakan salah satu mata rantai terpenting dan paling kritis di dalam rantai kehidupan di estuari, hal ini karena plankton terutama phytoplankton merupakan sumber energi utama di estuari. Phytoplankton merupakan makanan utama zooplankton dan ikan kecil, yang kemudian dimakan oleh organisme yang besar lainnya (Gameiro et al., 2004). Mellawati & Susianti (2012) mengatakan bahwa, plankton adalah mikroorganisme hewani atau nabati yang hidup mengapung, melayang atau mengambang di air dan mempunyai kemampuan renang yang terbatas sehingga mudah hanyut oleh gerakan atau arus air. Plankton meliputi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani). Plankton dapat dijadikan indikator kualitas lingkungan perairan, karena merupakan salah satu parameter biologi yang erat hubungannya dengan kandungan zat

    MA-11

  • 42-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    hara. Tinggi rendahnya kemelimpahan plankton tergantung kepada kandungan zat hara di perairan tersebut (Nybakken, 1992). Kemelimpahan plankton disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologi perairannyanya. Komposisi dan kemelimpahan plankton akan berubah pada berbagai tingkatan sebagai respon terhadap perubuhan-perubahan kondisi lingkungan fisik, kimia maupun biologi (Reynolds et al., 1984). Informasi mengenai kelimpahan plankton dan karakteristik perairan estuari Sungai Barito penting diketahui dan dikaji mengingat betapa pentingnya kedua aspek ini dalam menunjang kehidupan ikan maupun perikanan sebagai acuan dalam upaya pengelolaan perikanan yang rasional khususnya di perairan estuari Sungai Barito. Bahan dan Metode Penelitian dilakukan pada bulan Maret, Mei, Juli dan Oktober 2012 dengan metoda purpose sampling di estuari Sungai Barito Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada beberapa lokasi yaitu : 1. Kuin kecil, 2. Pulau Kaget, 3. Aluh-Aluh, 4. Menara navigasi I, 5. Tanipah, 6. Bakambat, 7. Sungai Musang, 8. Menara navigasi II /muara, 9. Menara navigasi III/(laut), 10. Pulau Ujung Balai/Lokasi operasinal lampara 1 dan 11. Menara navigasi IV/lampara 2 (Gambar 1).

    Gambar 1. Lokasi penelitian dengan titik-titik pengamatan di estuari Sungai Barito Kabupaten Banjar,

    Kalimantan Selatan. Sampel plankton diambil sebanyak 50 liter menggunakan water sampler pada kedalaman 0,5 1 m dan disaring dengan plankton net No.25 (mesh size 60 mikron). Sampel kemudian diawetkan dengan lugol dan diamati di laboratorium dengan mikroskop dan sedwick rafter (SR). Identifikasi plankton dilakukan berdasarkan Pennack (1953), Edmonson (1971), Needham & Needham (1962). Analisa data plankton meliputi Kelimpahan individu plankton (KI / N) , Kelimpahan Relatif (KR), Keanekaragaman ( H) dan keseragaman (e). 1. Kelimpahan plankton dihitung menggunakan Rumus (Welch, 1952) & (Edmonson 1971) :

    .... (1)

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-43

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Keterangan : N = jumlah sel plankton per air contoh Ns = jumlah sel plankton dalam SR va = volume air terkosentrasi dalam botol vial (25 ml) vs = volume air dalam preparat SR (1 ml) vc = volume air contoh yang disaring (50 liter)

    2. Kelimpahan Relatif (KR)

    .... (2)

    Keterangan : KR = Kelimpahan relatif ni = jumlah total individu N = jumlah total individu sampai jenis ke i

    3. Indeks Keanekaragaman (H)

    .... (3) Keterangan :

    H = Indeks keanekaragaman s Jumlah plankton ni pi = N ni = jumlah individu dari jenis ke i N = Jumlah total individu.

    4. Indeks Keseragaman (e)

    Indeks keseragaman jenis adalah indeks yang menunjukkan tingkat keseragaman individu tiap spesies di dalam suatu komunitas.

    .... (4)

    Keterangan :

    e = indeks keseragaman jenis H = Indeks keanekaragaman S = jumlah jenis

    Pengamatan karakteristik perairan mencakup beberapa parameter kimia dan fisika (Tabel 1), dilakukan secara in situ dan dianalisa di laboratorium lingkungan perairan Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum berdasarkan metoda APHA (1980). Pengamatan dan pengambilan sampel air dilakukan di setiap lokasi penelitian pada titik yang telah ditentukan.

  • 44-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Tabel 1. Parameter ekologi perairan dalam kegiatan penelitian.

    No Parameter Satuan Metode Alat dan bahan

    1. 2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 4. 5.

    Kimia : pH Salinitas Oksigen terlarut Karbondioksida - Alkalinitas Fisika : Kecerahan Temperatur air Kedalaman air TDS DHL

    Unit o/oo (ppt)

    mg/l mg/l mg/l CaCO3 cm oC

    meter ppm hos/cm

    titrasi, in situ alat, in situ titrasi, in situ titrasi, in situ titrasi, Lab Alat, in situ Alat, in situ Alat, in situ Alat, in situ Alat, Lab

    pH, Universal hand refraktometer bahan dan alat lab bahan dan alat lab. bahan dan alat lab. Piring Sechi disk Termometer Deepsounder TDS Meter Conductivitymeter

    Hasil dan Pembahasan Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton Jenis dan kelimpahan fitoplankton di estuari Sungai Barito terdapat pada Tabel 2. Jenis fitoplanton berjumlah 36 spesies terdiri dari Kelas Bacillariophyceae/Diatom sebanyak 16 spesies, Chlorophyceae 9 spesies, Cyanophyceae 5 spesies, Dinophyceae 4 spesies dan Euglenophyceae 2 spesies. Jumlah fitoplankton yang ditemukan di estuari Sungai Barito dapat dikatakan termasuk sedikit, hal ini adalah yang biasa di setiap daerah estuari, menurut Dianthani (2003), jumlah spesies plankton di daerah estuari jauh lebih miskin dibandingkan yang mendiami air tawar atau air laut yang berada di dekatnya. Hal ini disebabkan oleh kekeruhan yang tinggi dan cepatnya terjadi penggelontoran sel-sel plankton tersebut. Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis (Rahman, 2008). Kelimpahan individu fitoplankton yang diamati dari bulan MaretOktober berada antara 6560 ind/l. jenis yang mendominasi fitoplankton adalah dari kelompok Dinophyceae yaitu; Gymnodinium dengan kelimpahan relatif (KR) antara 8,62%38,11%, Peridinium (3,58%10,69%) dan Diatom /Bacillariophyceae yaitu; Asterionella dengan kelimpahan relatif (KR) antara 1,17%-19,33%, Melosira (0,41%-10,30%), dan Chaetoceras (0,78%-10,62%). Banyaknya kelompok Dinophyceae dan Bacillariophyceae/Diatom yang ditemukan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Barners et al. (2009), bahwa Fitoplankton yang dominan di estuaria adalah dari Genera dinoflagellata (Gymnodinium sp., Gonyaulax sp., Peridinium sp. dan Ceratium sp.), dan dari Genera Diatom (Skeletonema, Asterionella, Chaetoceros, Nitzchia, Thalassiionema, dan Melosira).

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-45

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Tabel 2. Jenis dan kelimpahan individu (KI) dan kelimpahan relatif (KR) fitoplankton di estuari Sungai Barito.

    No. Kelas/Genera Maret Mei Juli Oktober

    KI (sel/l)

    KR (%)

    KI (sel/l)

    KR (%)

    KI (sel/l)

    KR (%)

    KI (sel/l)

    KR (%)

    Bacillariophyceae 1. Asterionella * 484 19,33 17 1,17 15 1,92 140 6,93 2. Bacteriastrum - - 25 1,71 - - 64 3,17 3. Cocconeis 7 0,76 12 1,53 30 1,49 4. Coscinodiscis 6 0,24 - - 21 2,68 20 0,99 5. Chaetoceras * 266 10,62 8 0,78 15 1,92 27 1,34 6. Cyclotella 13 0,88 30 3,83 16 0,79 7. Diatoma 21 0,83 20 1,56 19 2,43 8 0.39 8. Dyctillum 10 0,40 6 0,21 - - 15 0,74 9. Gyrosigma 18 0,71 11 0,75 8 1,02 10 0,49 10. Melosira * 258 10,30 6 0,41 25 3,19 13 0,65 11. Navicula 50 1,99 20 1,36 6 0,77 11 0,55 12. Nitzschia * 77 3,07 39 2,86 10 1,28 39 1,94 13. Stephanodiscus - - 7 0,28 18 2,30 13 0,64 14. Surirella 10 0,15 6 0,41 15 0,74 15. Synedra 20 1,03 21 1,44 15 1,92 14 0,69 16. Tabellaria - - 6 0,41 - - 32 1,59 Chlorophyceae 17. Ankistrodesmus 8 0,15 15 1,05 - - 11 0,55 18. Chlorococcum 15 0,74 36 2,47 11 1,40 - - 19. Chodatella 10 0,40 12 0,84 - - 25 1,24 20. Coelastrum 70 2,79 130 8,87 - - 15 0,74 21. Cosmarium 16 0,64 20 1,39 10 1,28 - - 22. Oedogonium 31 1,24 21 1,44 - - 23. Spirogyra 22 0,87 81 5,54 - - 116 5,74 24. Spondylosium 25 0,99 180 12,54 - - 25 1,24 25. Staurastrum 36 1,59 7 0,21 11 1,40 14 0,69 Cyanophyceae 26. Anabaena 401 16,01 - - 60 7,66 - - 27. Botryococcus - - - - 118 15,07 156 7,72 28. Microcystis - - - - 120 15,32 599 29,65 29. Micractinium 82 3,35 - - 11 1,40 8 0,39 30. Oscillatoria 78 5,32 - - 175 8,66 Dinophyceae 31. Amphidinopsis 8 0,23 - - 6 0,77 27 1,34 32. Ceratium * 62 2,46 43 3,00 33 4,22 50 2,48 33. Gymnodinium * 216 8,62 560 38,11 135 17,24 219 10,84 34.. Peridinium * 268 10,69 59 4,44 28 3,58 95 4,70 Euglenophyceae 35. Euglena 6 0,23 7 0,28 46 5,87 10 0,49 36. Phacus 8 0,15 9 0,42 - - 8 0,40

    Jumlah 2.504 100% 1.470 100% 783 100% 2.020 100%

    Jenis dan Kelimpahan Zooplankton Zooplankton dan heterotrop lainnya di dalam perairan esuari mengisi suatu relung ekologis yang penting dalam mata rantai makanan, berbeda dengan fitoplankton yang berfungsi sebagai produsen primer,

  • 46-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    peran zooplankton adalah sebagai konsumen primer (tk 1) di dalam ekosistem perairan (Omori & Ikeda, 1984). Secara keseluruhan zooplankton yang ditemukan di estuari Sungai Barito sebanyak 11 spesies (Tabel 3). terdiri atas 3 kelompok yaitu Kelas Ciliata sebanyak 4 spesies, Crustaceae 4 spesies dan Rotatoria atau Rotifera 3 spesies. Kelompok Ciliata yang dominan antara lain adalah Stentor dan Titinnidium, kelompok Crustaceae adalah Acartia dan Centropages, sedangkan dari Rotatoria yaitu Keratella dan Trichocerca. Menurut Dianthani (2003), zooplankton yang sering ditemukan di daerah estuari adalah Genera Kopepoda (Eurytemora sp., Acartia sp., Pseudodiaptomus sp. dan Centropages sp.). Selain itu Hwang et al., (2010) juga mengatakan bahwa, kelompok zooplankton yang banyak dijumpai di perairan estuari adalah dari golongan Copepoda (Crustaceae) diantaranya adalah; Acartia, Centopages dan Calanoid. Tabel 3. Jenis dan kelimpahan individu (KI) dan kelimpahan relatif (KR) zooplankton di estuari Sungai

    Barito.

    No.

    Kelas/Genera

    Maret Mei Juli Oktober

    KI (ind/l)

    KR (%)

    KI (ind/l)

    KR (%)

    KI (ind/l)

    KR (%)

    KI (ind/l)

    KR (%)

    Ciliata 1. Didinium 31 26,0 16 16,3 2. Stentor * 32 26,9 50 51,0 31 29,8 27 13,9 3. Paramecium 7 7,1 18 9,3

    4. Titinnidium * 13 10,9 28 26,9 6 3,1 Crustaceae 5. Cyclops 5 4,3 15 7,8 6. Acartia * 1 4 11,7 1 3 13,3 106 54,9 7. Eucalanus 6 5,8 8. Centropages * 18 17,4 Rotatoria/Rotifera

    9. Brachionus 9 9,3 4 3,8 10. Keratella * 1 6 13,5 9 8,6 21 11,0 11. Trichocerca * 8 6,7 3 3,0 8 7,7

    Jumlah 119 100% 98 100% 104 100% 193 100%

    Keanekaragaman Nilai indeks keanekaragaman (H) dan indeks keseragaman (e) plankton terdapat pada Tabel 4. Nilai indeks keanekaragaman fitoplankton dari bulan Maret-Oktober di estuari Sungai Barito adalah antara 1,0622,117, sedangkan untuk zooplankton antara 0,5830,892. Berdasarkan angka tersebut fitoplankton di estuari Sungai Barito ini dapat dimasukkan kedalam kategori keanekaragaman sedang, sedangkan untuk zooplankton dapat dimasukkan dalam kategori rendah. Karena berdasarkan Index keragaman Shannon, bila nilai H

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-47

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Tabel 4. Indeks keanekaragaman (H) dan indeks keseragaman (e) plankton estuari Sungai Barito. Bulan Fitoplankton Zooplankton

    H e H e Maret 1,280 0,446 0,892 0,267 Mei 1,673 0,481 0,669 0,127 Juli 1,062 0,353 0,745 0,143 Oktober 2,117 0,274 0,583 0,096

    Karakteristik Perairan Derajad keasaman air (pH) Derajat keasaman (pH) merupakan gambaran konsenterasi ion hidrogen di perarian (Tebbut, 1992), nilai pH menjadi faktor penting bagi kehidupan organisme perairan seperti ikan dan plankton, karena nilai ini menentukan keseimbangan lingkungan yang sesuai bagi organisme perairan. Keberadaan nilai pH berbanding lurus dengan nilai alkalinitas, dan berbanding terbalik dengan karbondioksida bebas (Markereth et al., 1989). Gambaran nilai pH di perairan estuari Sungai Barito ditampilkan pada Gambar 2.

    Gambar 2. Nilai pH pada setiap stasiun penelitian estuari sungai Barito.

    Hasil penelitian menunjukan nilai pH di wilayah perairan estuari Sungai Barito adalah berkisar 5,5 8. Nilai terendah terdapat pada lokasi Kuin Kecil (1) dan Pulau Ujung Balai (10), dimana lokasi ini letaknya terjauh dari stasiun muara. Kondisi pH yang rendah dapat diakibatkan oleh adanya aktivitas transportasi pembawa minyak, batu bara ataupun pertanian di sekitar sungai. Nilai pH mengalami peningkatan dari stasiun 311, seiring bertambahnya nilai salinitas perairan yang disebabkan adanya ion-ion yang terlarut dalam perairan, Namun secara keseluruhan nilai pH di perairan Sungai Barito ini masih baik untuk kehidupan ikan. Salinitas Salinitas merupakan kumpulan beberapa ion yang terdiri dari ion Chloride, sulphate, bicarbonate, bromide, borate, floride, sodium, magnesium, calsiun, potassium dan strontium dalam air laut (Hutabarat, 2001). Nilai Salinitas pada perairan payau (estuari) adalah sekitar 0,5 30 , dan pada daerah estuari dipengaruhi keseimbangan relatif dari 3 faktor yaitu pasang surut dari lautan, curah hujan dan besarnya penguapan dari estuari itu sendiri (Nurhayati & Suyarso, 2000). Hasil pengukuran salinitas pada berbagai lokasi di estuari Sungai Barito ditunjukkan pada (Gambar 3).

  • 48-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Gambar 3. Nilai salinitas pada setiap stasiun penelitian estuari Sungai Barito.

    Pada Gambar 3 terlihat nilai yang bervariasi pada setiap lokasi penelitian setiap bulan pengamatan. Nilai salinitas memiliki kecenderungan meningkat ke arah laut (pada lokasi 711), hal ini menunjukkan pengaruh air laut yang semakin besar (menjauh dari muara sungai). Rata-rata nilai salinitas bulanan tercatat tertinggi pada bulan Juli dibandingkan bulan Mei dan September. Hal ini dikarekan kondisi cuaca musim kemarau pada puncaknya, dimana suhu perairan semakin tinggi yang meningkatkan penguapan, sehingga nilai salinitas akan semakin tinggi. Oksigen Terlarut (DO) Senyawa yang paling penting untuk kehidupan organisme adalah oksigen terlarut. Sumber oksigen terlarut dapat berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan plankton (Novonty dan Olem, 1994). Kadar oksigen relatif semakin meningkat ke stasiun dekat muara (Gambar 4).

    Gambar 4. Nilai oksigen terlarut di estuari sungai Barito selama penelitian.

    Nilai oksigen terlarut berkisar antara 3,237,59 mg/l , angka ini masih menunjukan nilai yang baik untuk kehidupan organisme parairan (>3 mg/l), (Effendie, 2003). Nilai ratarata oksigen meningkat seiring lokasi yang mendekati muara/laut. Hal ini karena proses fotosintesis yang meningkat akibat besarnya cahaya yang masuk kebadan air, pergerakan arus yang besar menyebabkan salinitas tinggi. Pengamatan tertinggi terjadi pada bulan September, dimana pada bulan ini banyak terjadi hujan, sehingga mengakibatkan besarnya oksigen yang terlarut akibat hujan yang jatuh pada badan air. Karbondioksida (CO2) Kadar karbondioksida diperairan dapat mengalami pengurangan bahkan hilang diakibatkan proses fotosintesis, evaporasi dan agitasi air (Effendie, 2003). Nilai karbon dioksida ditunjukan pada Gambar 5.

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-49

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Gambar 5. Nilai karbondioksida di estuari Barito selama penelitian.

    Nilai karbondioksida dalam perairan ini yaitu antara 7,924, 6 mg/l, nilai yang berada diatas 5 mg/l adalah tergolong tinggi (Boyd, 1979). Nilai tertinggi karbon dioksida terdapat pada lokasi 1 (dekat daratan), hal ini dapat disebabkan masih banyaknya tumbuhan dan memungkinkan banyaknya aktivitas yang menjadikan nilai karbondioksida meningkat. Nilai tertinggi tercatat antara bulan Mai dan Juli, hal ini dapat dikarenakan pada bulan ini adalah waktu musim kemarau maksimal, sehingga meningkatkan pembakaran pada daratan dan suhu perairan meningkat, sehingga meningkatkan produksi gas karbon. Total Alkalinitas Alkalinitas merupakan kemampuan suatu badan air untuk menetralkan sejumlah asam. Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan pelapukan sedimen batuan karbonat menjadi bikarbonat (Effendie, 2003), nilai alkalinitas digambarkan pada Gambar 6.

    Gambar 6. Nilai alkalinitas di perairan estuari Barito selama penelitian.

    Nilai alkalinitas meningkat mendekati stasiun dekat muara, hal ini disebabkan peningkatan jumlah ion garam dalam perairan dapat meningkatkan nilai alkali atau penyangga kondisi asam yang masuk kedalam perairan. Nilai alkalinitas yang berkisar antara 16 mg/l, yang tergolong dalam nilai yang rendah. Nilai tertinggi terdapat pada bulan Maret dan Juli pada lokasi 9 dan 10 (dekat muara), hal ini dapat terjadi karena puncak musim kemarau, dimana kondisi ini meningkatkan kepekatan perairan sebagai akibat peningkatan penguapan, dan salinitas yang meningkat. Kecerahan Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan, dan padatan tersuspensi (Effendie, 2003). Nilai kecerahan terukur ditampilkan pada Gambar 7.

  • 50-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Gambar 7. Nilai kecerahan di estuari sungai Barito selama penelitian

    Nilai kecerahan rata-rata adalah antara 3090 cm, nilainya meningkat pada stasiun dekat muara, hal ini karena adanya peningkatan nilai salinitas oleh intrusi air laut yang masuk ke badan sungai. Peningkatan salinitas menyebabkan terjadinya proses koagulasi padatan terlarut dan tersuspensi di bawah permukaan. Peningkatan nilai kecerahan memungkinkan cahaya yang masuk ke badan air akan semakin meningkat, dimana kondisi ini baik untuk tumbuh kembang organisme autotrop yang membutuhkan sinar matahari sebagai sumber energi. Suhu Perairan Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, garis lintang, ketinggian dari permukaan air laut, waktu dalam sehari, sirkulasi udara, penutupan awan dan kedalaman badan air (Effendie, 2003). Keberadaan suhu tidak memiliki peranan langsung, namun suhu yang terlalu tinggi dapat merusak jaringan tubuh fitoplankton, selain itu dapat mengganggu kesetabilan perairan itu sendiri (Hutabarat, 2001). Kondisi fluktuasi suhu perairan di perairan estuari sungai Barito ditunjukan pada (Gambar 8).

    Gambar 8. Nilai suhu perairan di estuari Sungai Barito selama penelitian.

    Rata-rata nilai suhu di setiap lokasi berkisar antara 2532

    0C, suhu perairan ini termasuk kategori normal

    dan tinggi, hal ini karena pengukuran dilakukan pada perairan yang relatif dangkal, dan nilai ini semakin meningkat pada perairan tertutup. Rata-rata nilai suhu pada setiap bulan pengamatan tertinggi pada bulan Maret, kemudian menurun pada bulan-bulan berikutnya. Hal ini karena adanya pergeseran suhu permukaan laut, yang menimbulkan perubahan arah angin dan arus yang menimbulkan curah hujan pada daratan. Kedalaman Kedalaman pada setiap lokasi estuari Sungai Barito cukup berfluktuasi, tetapi cenderung mengalami pendangkalan pada stasiun dekat muara (Gambar 9).

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-51

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Gambar 9. Nilai kedalaman di estuari Barito selama penelitian.

    Kedalaman rata-rata adalah antara 312 m, kedalaman pada stasiun 1 adalah yang tertinggi, yang merupakan daerah lalu lintas/ transportasi perairan di Sungai Barito. Nilai dari keseluruhan stasiun mengalami pendangkalan pada stasiun mendekati muara, hal ini diakibatkan peningkatan pengendapan lumpur-lumpur oleh adanya proses koagulasi / sedimentasi karena salinitas perairan yang meningkat. Total Dissolved Solid (TDS) TDS merupakan sejumlah padatan yang tidak tersaring oleh kertas saring 0,45 m, padatan ini berasal dari bahan-bahan kimia dan bahan lainya (Rao, 1992). Adanya nilai TDS biasanya disebabkan oleh adanya bahan organik yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan hasil pelapukan batuan dan tanah. Nilai TDS diperairan estuari Sungai Barito digambarkan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai TDS di estuari Sungai Barito selama penelitian.

    No Stasiun

    Bulan Pengamatan

    Maret (mg/l)

    Mei (mg/l)

    Juli (mg/l)

    September (mg/l)

    1 Kuin Kecil 60 40 120 290

    2 Pulau Kaget 50 40 910 1430

    3 Aluh -aluh 60 1940 OR 1820

    4 Menara Navigasi 1 100 OR OR 1700

    5 Desa Tanifah 930 160 OR 1830

    6 Bakambat 220 210 OR OR

    7 Sungai Musang 800 970 OR OR

    8 Menara Navigasi II/Muara 1270 OR OR OR

    9 Menara NavigasiIII /Sta. Laut - OR OR OR

    10 Lampara 1 - - OR OR

    11 Lampara 2 - - OR -

    Nilai OR (Over Range) didapatkan karena melebihi nilai batas alat yaitu 2000 mg/l. Nilai TDS meningkat mendekati stasiun muara akibat banyaknya padatan terlarut yang terakumulasi oleh karena salinitas perairan yang meningkat. Nilai tertinggi (OR)/ besar lebih banyak pada pengamatan bulan Juli, hal ini karena adanya peningkatan intrusi air laut kedalam sungai, akibat terjadinya musim kemarau yang menyebabkan meningkatnya penguapan pada perairan dan juga meningkatkan nilai salinitas. Menurut Effendi (2003), air laut memiliki TDS yang tinggi karena banyak mengandung bahan kimia yang mengakibatkan kondisi salinitas dan daya hantar listrik jadi naik.

  • 52-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Conductivity (DHL) Daya hantar listrik (DHL) adalah gambaran numerik kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik, semakin banyak garam-garam yang terlarut dan terionisasi mengakibatkan peningkatan nilai DHL (Effendie, 2003). Gambaran nilai DHL di estuari Barito di tampilkan pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Conductivity (DHL) di estuari Sungai Barito selama penelitian.

    No Stasiun

    Bulan Pengamatan

    Maret (s) Mei (s) Juli (s) September (s)

    1 Kuin Kecil 80 80 510 510

    2 Pulau Kaget 90 60 1920 2500

    3 Aluh -aluh 100 2600 8500 3100

    4 Menara Navigasi 1 180 3900 15300 2900

    5 Desa Tanifah 1790 400 16300 3300

    6 Bakambat 360 400 6900 6500

    7 Sungai Musang 1440 1790 7700 11100

    8 Menara Navigasi II/Muara 2200 14200 6100 14800

    9 Menara NavigasiIII /Sta. Laut 1100 OR 11500 17800

    10 Lampara 1 - - OR OR

    11 Lampara 2 - - 12500 -

    Nilai DHL tinggi dan melebihi batas alat conductivitymeter (OR/ Over Range), hal ini menunjukan besarnya kemampuan menghantarkan listrik dalam perairan. Semakin mendekati stasiun muara, fluktuasi nilai DHL semakin besar, hal ini dimungkinkan karena nilai garam terlarut yang semakin meningkat. Besarnya nilai salinitas/mineral terlarut meningkatkan kemampuan daya hantar listrik dalam perairan secara langsung. Kesimpulan

    1. Fitoplankton yang ditemukan terdiri dari Bacillariophyceae 16 Genera, Chlorophyceae 9 genera,

    Cyanophyceae 5 genera, Dinophyceae 4 genera dan Euglenophyceae 2 genera. Sedangkan zooplankton sebanyak 11 genera terdiri atas 3 kelompok yaitu Kelas Ciliata 4 genera, Crustaceae 4 genera dan Rotatoria atau Rotifera 3 genera.

    2. Kelimpahan individu fitoplankton berkisar antara 6560 individu/l, sedangkan kelimpahan zooplankton antara 3106 individu/l.

    3. Nilai karakteristik kimia/fisika perairan ini menunjukkan nilai yang sesuai untuk perairan estuari, seperti nilai pH antara 5,58,0, salinitas 0,5 25 , O2 antara 3,237,59 mg/l, CO2 diatas 5 mg/l dan alkalinitas 16 mg/l, CaCO3. Angka kecerahan antara 3090 cm, suhu air 2532C, dan kedalaman tiap stasiun 312 m.

    Daftar Pustaka Anonimus. 2012. Potensi perikanan Kabupaten Banjar. Komunitas Penyuluh Perikanan.

    komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/...potensi-perikanan-kabup...Diunduh tanggal 22 April 2014.

    APHA. 1981. Standard method for the examination of water and wastewater. 15 Edition. American Public

    Health Assosiation. Washington. D.C. 1134 pp. Barners, M. K., S. H. Colombus, N. C. Hulliday & R. D. Pingree. 2009. Disribution of plankton and

    hydrography in relation to great sole, cockburn and little sole banks. Journal of the Marine

  • Semnaskan_UGM / Manajemen Sumberdaya Perairan A (MA-11)-53

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Biological Association of the United Kingdom. 89: 11-18. http://proquest.umi.com/pqdweb?index=0&did1647378041&SrchMode.

    Boyd, C. E. 1979. Water quality in warmwater fish ponds. Fourth printing. Auburn University Agricultural

    Experiment Station, Alabama, USA. 359 p. Brower, J. E. & J. H. Zar. 1977. Field and laboratory methods for general ecology. W. M. J. Brown

    Company Publ. Dubuque. Iowa. 94 p. Dianthani, D. 2003. Identifikasi jenis plankton di perairan Muara Badak, Kalimantan Timur. Makalah

    Falsafah Sains (PPs 702) Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor. Posted Mei 2003.

    Edmonson, G. G. 1971. Manual and methods asssesment of secundary productifity in freshwater. IBD.

    Handbook, Blackwell Scianse Publication. Oxford. 209 pp. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air, bagian pengelolaan sumber daya dan lingkungan perairan. Kanisius

    : Yogyakarta. Gameiro, C., P. Cartaxana, M. T. Cabrita & V. Brotas. 2004. Variability in chlorophyll and phytoplankton

    composition in an estuarine system. Instituto de Oceanografia da Faculdade de Ciencias da Universidade de Lisboa, Campo Grande, Lisboa, Portugal. Hydrobiologia 525 : 113 124.

    Hutabarat, Sahala. 2001. Pengaruh kondisi oseanografi terhadap perubahan iklim, produktivitas dan

    distribusi biota laut. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Madya dalam Ilmu Oseanografi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Dipobegoro. Semarang.

    Hwang, J. S., Ram Kumar, Chih-Wei Hsieh, Albert Y. Kuo, Sami Souissi, Ming-Hsi Hsu, Jiunn-Tzong Wu.,

    Wen-Cheng Liu, Chi-Fang Wang & Qing-Chao Chen. 2010. Patterns of zooplankton distribution along the marine, estuarine, and riverine portions of the danshuei ecosystem in Northern Taiwan. Zoological Studies 49(3): 335- 352.

    Ikawartika. 2012. Ekosistem estuari. Ikawartika.wordpress.com/2012/04/03/ekosistem- estuari-2/.

    Diunduh tanggal 23 April 2014. Markereth, F. J. H., J. Heron & J. F. Talling. 1989. Water analysis. Fresh Water Biologycal Association,

    Columbia, UK.120 p. Mellawati, J & H. Susianti. 2012. Kelimpahan organisme plankton di perairan pesisir sekitar tapak PLTN

    Bangka Barat. Pusat Pengembangan Eneri Nuklir. Seminar Nasional X Kimia dalam pembangunan, Perkembangan Mutakhir Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kimia di Indonesia, Yogyakarta 6 September 2012

    Needham, J. G & D. R. Needham. 1962. Freshwater biology. Holden Day Inc. Sanfransisco. 108 pp. Novonty, V. & Olem. 1994. Water quality, prevention, identification, and management of diffuse pollution.

    Van Nostrans Reinhold. New York. 1054 p. Nurhayati. & Suyarso. 2000. Variasi temporal salinitas perairan Teluk Lampung. Jurnal Oseanografi.

    Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Nurjanah, S. 2012. Ekosistem estuari, ekosistem estuari dan pesisir

    pantai.nurjanahstii113.blogspot.com/2012/12/ekosistem-estuari.html . Diunduh 21 April 2014.

    Nybakken, J.W. 1992. Biologi laut suatu pendekatan ekologis. Penerbit PT.Gramedia. Jakarta.

  • 54-Semnaskan_UGM / Asyari

    Seminar Nasional Tahunan XI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 30 Agustus 2014

    Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition Saunders College Publishing. Rinehart and Winston.

    Omori, M & T. Ikeda. 1984. Method in marine zooplankton ecology. Krieger Pub Co. 332p. Pennak, R. W. 1978. Freshwater invertebrates of United Stated. Second Edition. A. Wellow Inter Science

    Publication. Jhon Willey and Sons. New York.803 pp. Tanya Jawab Penanya : Khusnul Yaqin Pertanyaan : Mengapa kemelimpahan plankton yang ditemukan di kawasan estuari tersebut rendah,

    padahal karakteristik perairannya cukup layak? Jawaban : Karena sampel plankton diambil di dekat muara dengan arus yang deras, sehingga

    plankton yang diperoleh pun sedikit.