ltm mikosis superfisialis

Upload: karina-maharani-pramudya

Post on 08-Apr-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    1/7

    Mikosis Superfisialis

    Karina Maharani P. (0906487865)

    Mikosis kutan disebabkan oleh jamur yang hanya menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi

    (kulit, rambut dan kuku) dan tidak ke jaringan yang lebih dalam.Ada dua golongan jamur yang menyebabkanmikosis superfisialis yaitu non dermatofita dan dermatofita.1

    Dermatofitosis

    Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum

    pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Golongan jamur ini

    mempunyai sifat mencernakan keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3

    genus yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Selain sifat keratinofilik ini, setiap spesies

    dermatofita mempunyai afinitas terhadap hospes tertentu. Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang

    binatang, dan kadang-kadang menyerang manusia. Misalnya : Mikrosporon canis dan Trikofiton verukosum.

    Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan radang yang moderat

    pada manusia, misalnya Mikrosporon gipsium.1,2

    Dari 41 spesies dermatofita yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan penyakit pada

    manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7 spesies Mikrosporum, dan 1 spesies

    Epidermafiton.1

    Cara penularan jamur dapat secara langsung dan secara tidak langsung. Penularan langsung dapat secara

    fomitis, epitel, rambut-rambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari tanah.

    Penularan tak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi jamur, barang-barang atau pakaian,

    debu atau air.1

    Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-kelainan di kulit tergantung dari

    beberapa faktor1 :

    1. Faktor virulensi dari dermatofitaVirulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain

    afinitas ini masing-masing jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap

    manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut,

    Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.

    2. Faktor traumaKulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.

    3.Faktor-suhu dan kelembaban

    Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.

    3. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihanFaktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada

    golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan

    sosial dan ekonomi yang lebih baik.

    4. Faktor umur dan jenis kelaminPenyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita

    lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan

    pekerjaan. Di samping faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh

    (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat

    mempermudah penyakit jamur ini.

    Secara etiologis dermatofitosis disebabkan oleh tiga genus dan penyakit yang ditimbulkan sesuai dengan

    penyebabnya. Diagnosis etiologi ini sangat sukar oleh karena harus menunggu hasil biakan jamur dan ini

    memerlukan waktu yang agak lama dan tidak praktis. Disamping itu sering satu gambaran klinik dapat

    disebabkan oleh beberapa jenis spesies jamur, dan kadang-kadang satu gambaran klinis dapat disebabkan

    oleh beberapa spesies dematofita sesuai dengan lokalisasi tubuh yang diserang.

    Istilah Tinea dipakai untuk semua infeksi oleh dermatofita dengan dibubuhi tempat bagian tubuh yang

    terkena infeksi, sehingga diperoleh pembagian dermatofitosis sebagai berikut1 :

    1. Tinea kapitis : bila menyerang kulit kepala clan rambut

    2. Tinea korporis : bila menyerang kulit tubuh yang berambut (globrous skin).

    3. Tinea kruris : bila menyerang kulit lipat paha, perineum, sekitar anus dapat meluas sampai ke daerah

    gluteus, perot bagian bawah dan ketiak atau aksila

    4. Tinea manus dan tinea pedis : Bila menyerang daerah kaki (Tinea pedis) dan tangan (Tinea manus),

    terutama telapaktangan dan kaki serta sela-sela jari.

    5. Tinea Unguium : bila menyerang kuku

    6. Tinea Barbae : bila menyerang daerah dagu, jenggot, jambang dan kumis.

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    2/7

    7. Tinea Imbrikata : bila menyerang seluruh tubuh dengan memberi gambaran klinik yang khas.

    8. Tinea fasialis : bila menyerang daerah wajah.

    PATOGENESIS3

    Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama : pelekatan pada keratinosit, penetrasi ke celah antar sel,

    dan perkembangan respons host.

    1. PerlekatanDermatofites harus melawan beberapa hambatan untuk membuat arthroconidia, elemen infeksius, dapat

    melekat di jaringan keratin. Mereka harus dapat menahan efek dari sinar ultraviolet, variasi suhu dan

    kelembaban, dan kompetisi dengan flora normal.2. Penetrasi

    Setelah perlekatan, spora tumbuh dan berpenetrasi ke stratum corneum dengan kecepatan yang lebih

    besar dari proses deskuamasi. Penetrasi melibatkan enzim proteinases, lipases, dan mucinolytic yang juga

    menyediakan nutrien bagi jamur. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi dan

    merupakan faktor penting pada infeksi Tinea pedis. Molekul khusus di dinding sel dermatofites juga dapat

    menurunkan proliferasi dari keratinosit.

    3. Perkembangan respons hostDerajat inflammasi dipengaruhi baik status imun pasien maupun organisme asing yang terlibat. Deteksi

    imun dan kemotaksis dari sel radang bisa terjadi melalui beberapa cara. Sejumlah fungi menghasilkan

    faktor kemotaktik yang dapat memicu datangnya sel radang. Sisanya dapat mengaktifkan komplemen

    dengan jalur alternatif, membentuk faktor kemotaktik turunan komplemen.

    Pembentukan antibodi tidak terjadi pada infeksi dermatofita ini. Namun, tipe IV hipersensitivitas atau

    delayed-type hipersensitivitas memainkan peran utama untuk melawan infeksi jamur ini. Imunitas selular

    ini dipertahankan oleh kerja mediator interferon-gamma yang disekresi T helper tipe 1. Pada pasien yang

    belum pernah terpajan dermatofites sebelumnya maka inflammasi yang terjadi minimal dan Tricophytin

    skin test negatif, serta menimbulkan skuama dan kemerahan ringan. Hal ini disebabkan antigen dermatofita

    sedang diproses oleh sel langerhans dan dipresentasikan ke limfosit T. Limfosit T kemudian melakukan

    proliferasi dan bermigrasi ke tempat infeksi untuk melawan jamur. Pada saat itulah lesi menjadi lebih

    meradang dan barier epidermal menjadi lebih permeabel dengan transferrin dan sel yang bermigrasi.

    Segera, fungi berhasil disingkirkan dan lesi akan menyembuh. Jika infeksi sekunder terjadi maka inflamasi

    akan terjadi lebih cepat dengan hasil Trichophytin skin testpositif.

    PEMERIKSAANPENUNJANG2

    Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan

    basah dan biakan.

    Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur dipelukan bahan klinis yang dapat berupa kerokan

    kulit, rambut, dan kuku. Bahan untuk pemeriksaan mikologik diambil dan dikumpulkan.

    Pemeriksaan langsung sediaan basah dilakukan dengan mikroskopik. Pemeriksaan dengan pembesaran 10

    x 100 biasanya tidak diperlukan.Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas alas kemudian ditambah 1 2 tetes larutan

    KOH. Konsentrasi larutan KOH untuk kulit adalah 20%. Setelah sediaan dicampur dengan larutan KOH,

    ditunggu 15 20 menit untuk melarutkan jaringan. Untuk mempercepat proses pelarutan dapat dilakukan

    pemanasan sediaan basah di atas tepi kecil. Pada saat mulai keluar uap dari sediaan tersebut, pemanasan

    sudah cukup. Bila terjadi penguapan, maka akan terbentuk kristal KOH sehingga tujuan yang diinginkan tidak

    tercapai. Untuk melihat elemen jamur lebih nyata dapat ditambahkan zat warna pada sediaan KOH, misalnya

    tinta Parker super chroom blue black.

    Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan

    untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis pada media

    buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium agar dekstrosa Saboraud.

    PENCEGAHAN1

    1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika faktor-faktor lingkungan ini

    tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah

    mandi harus dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur.

    2. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.

    3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun yang menyerap keringat,

    jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau bahan sintetis.

    4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air panas.

    PENGOBATAN1

    a. Terapi lokal :Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot, telapak tangan dan kaki,

    biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.

    1. Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus dirawat dengan kompres basah

    secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus

    tetap utuh.

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    3/7

    2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol, ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam

    bentuk larutan atau krem dengan konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan

    dalam waktu 1-3 minggu.

    3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki memerlukan terapi lokal dengan obat-

    obatan yang mengandung bahan keratolitik seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit

    menjadi lunak dan mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga perlu hati-

    hati kalau menggunakannya..

    b.Terapi sistemik

    Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin adalah suatu antibiotika

    fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium. Obat ini sangat manjur terhadap segala jamurdermatofitosis. Griseofulvin diserap lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan

    makanan yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan tidak dipengaruhi

    apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau diantara waktu makan.

    Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian pengobatan dilakukan 4 x sehari , 2 x sehari

    atau sekali sehari. Untuk anak-anak dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10

    hari. Salep ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

    Ket. Gambar : Tabel penatalaksanaan infeksi fungi pada kulit3

    PROGNOSIS1

    Perkembangan penyakit dermatofitosis dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab penyakitnya disamping

    faktor-faktor yang memperberat atau memperingan penyakit. Apabila faktor-faktor yang memperberat

    penyakit dapat dihilangkan, umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.

    A. Tinea pedis (Athletes foot, ringworm of the foot, kutu air) dan Tinea manus1,2,3Etiologi

    Tinea pedis dan Tinea manus sebagian besar disebabkan oleh T.rubrum (paling umum), T.mentagrophytes,

    dan E.flocossum.

    Epidemiologi

    Tinea pedis dan Tinea manus merupakan dermatofitosis yang paling umum terjadi. Prevalensi Tinea pedis

    kini sebesar 10% dengan insidensi lebih tinggi pada komunitas yang menggunakan kolam, shower, dan bak

    mandi bersama.

    Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah seperti tukang

    cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    4/7

    anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri

    bila ada infeksi sekunder.

    Tinea manus mungkin didapatkan dengan kontak langsung dengan orang yang terinfeksi dan tanah. Tinea

    manus lebih jarang terjadi dibandingkan Tinea pedis dimana biasanya orang yang terkena Tinea pedis juga

    terkena Tinea manus.

    Gambaran Klinis

    Tinea pedis dapat nampak dari salah satu tiga bentuk yang akan dijelaskan atau kombinasi ketiga bentuk

    tersebut.

    y Tipe Interdigital (tipe kronik intertriginus)Keluhan yang tampak skuamasi serta erosi, di celah-celah jari terutama

    jari IV dan jari V. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital)

    dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab yang

    membuat jamur-jamur hidup lebih subur maka sering dilihat maserasi.

    Aspek klinis dari maserasi adalah berupa kulit putih dan rapuh. Bila

    menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi

    infeksi dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala

    umum.

    y Tipe Hiperkeratotik Kronik (moccasin foot)Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama di telapak kaki, tepi kaki dan

    punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat terjadi fisura. Fisura

    yang dalam pada bagian lateral telapak kaki. Eritema biasanya ringan dan

    terutama terlihat di bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat

    papul dan kadang kadang vesikel.

    y Tipe Vesikel-bula (subakut)Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari, kemudian

    meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan bula yang terletak

    agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang hebat. Bila vesikel - vesikel ini

    memecah akan meninggalkan skuama melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi

    infeksi akan memperhebat dan memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas.

    Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil

    atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.

    Semua bentuk yang terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada tinea manus.

    Diagnosis Banding

    Tinea pedis et manum harus dibedakan dengan dermatitis yang biasanya batasnya tidak jelas, bagian tepi

    tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel vesikel steril pada jari jari kaki dan tangan dapat

    merupakan hasil reaksi antigen dengan zat anti di tempat tersebut.

    Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidosis, membedakannya dengan Tinea pedis

    kadang kadang agak sulit. Pemeriksaan sediaan langsung dengan larutan KOH dan pembiakan dapat

    menolong. Sifilis IIdapat berupa kelainan kulit di telapak tangan dan kaki. Lesi yang merah dan basah dapat

    merupakan petunjuk.

    B. Tinea Korporis/Tinea sirsinata/Tinea glabrosa/Kurap1,2,3Tinea korporis merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut (glaborous skin) kecuali telapak

    tangan dan lidah.

    Etiologi

    Walaupun banyak dermatofita bisa menyebabkan Tinea korporis, penyebab umumnya adalah T.violaseum,

    T.rubrum, T.metagrofites, Mikrosporon gipseum, M.kanis, dan M.audolini.

    Epidemiologi

    Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti kebersihan dan banyak bekerja

    ditempat panas, yang banyak berkeringat serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya

    terdapat di muka, anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.

    Gambaran Klinis

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    5/7

    Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atau lonjong,

    berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang kadang dengan

    vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang

    kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi lesi pada umumnya

    merupakan bercak bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit

    dapat pula terlihat sebagai lesi lesi dengan pinggir yang polisiklik karena

    beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentuk dengan tanpa radang yang

    lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak anak daripada orang dewasa

    karena umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali.

    Bila Tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilangselanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi saja.

    Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan Tinea kruris.

    Bentuk khas dari Tinea korporis yang disebabkan oleh Tricophyton concentricum disebut Tinea imbrikata.

    Gambaran klinik berupa makula yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas

    skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah

    yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang

    seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai :

    1. Eritrodemia

    2. Pempigus foliaseus

    3. Iktiosis yang sudah menahun

    Diagnosis banding

    Tidaklah begitu sukar untuk menentukan diagnosis Tinea korporis pada umumnya, namun ada beberapa

    penyakit kulit yang dapat mencurahkan diagnosis itu, misalnya dermatitis seboroik, psoriasis, dan pitiriasis

    rosea. Kelainan kulit pada dermatitis seboroik selain dapat menyerupai, biasanya dapat terlihat pada tempat

    tempat predileksi misalnya di kulit kepala dan lipatan lipatan kulit. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit

    pada tempat predileksi, yaitu daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung. Pitiriasis rosea agak sulit

    dibedakan dengan Tinea korporis jika tanpa pemeriksaan laboratorium.

    C. Tinea Kruris (Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey itch") 1,2,3Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, genitalia, pubis, perineal, dan kulit perianal.

    Etiologi

    Kebanyakan Tinea cruris disebabkan oleh T.rubrum dan Epidermophyton flocossum. T.mentagrophytes dan

    T.verrucosum hanya sedikit terlibat sebagai penyebab.

    Epidemiologi

    Penyebaran dari Tinea cruris tidak jauh berbeda dengan Tinea korporis. Tinea kruris tiga kali lebih umum

    terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan orang dewasa lebih mudah terkena dibandingkan anak anak.

    Gambaran Klinis

    Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,

    bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yangtimbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan

    gambaran yang berupa plak yang eritematous dengan erosi dan kadang-

    kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.

    Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak

    hanya makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi.

    Gambaran yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha

    sebelah dalam, daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat

    meluas sampai ke gluteus, perut bagian bawah, dan bahkan dapat sampai

    ke aksila.

    Diagnosis Banding

    Penyakit yang menyerupai Tinea cruris ini :

    1. Kandidiasis inguinalis

    2. Eritrasma = penyakit yang tersering berlokalisasi di sela paha. Efloresensinya yaitu eritema dan skuama.

    3. Psoriasis vulgaris

    4. Pitiriasis rosea

    D.Tinea kapitis(Scalp ring worm ;Tinea Tonsurans)1

    Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering ditularkan melalui binatang- binatang

    peliharaan seperti kucing, anjing dan sebagainya. Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4

    bentuk :

    1. Gray pacth ring worm

    Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke sekitarnya dan membentuk bercak yang

    berwarna pucat dan bersisik. Warna rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan

    terlepas dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat.

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    6/7

    Dengan pemeriksaan sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit melalui batas

    "Grey patch" tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies mikrosporon dan trikofiton.

    2. Black dot ring worm

    Terutama disebabkan oleh Tricophyton tonsurans, T. violaseum,

    T.mentagrofites. Infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar

    rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan

    kulit kepala.

    Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit, yang

    berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran black dot". Biasanya

    bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita. Rambut

    sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan sudah

    terkena infeksi.

    3. Kerion

    Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang

    bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok

    dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan

    mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak

    permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh

    Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.

    4.Tinea favosa

    Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang

    berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk

    cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus "moussy odor".

    Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi.

    Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan alopesia yangpermanen.

    Penyebab utamanya adalah Tricophyton schoenleini, T. Violasum, dan T.

    gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai penyakit-penyakit

    kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini harus dibedakan

    dengan penyakit penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis vulgaris dan

    Dermatitis seboroika.

    E. Tinea barbae1Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot, jambang dan kumis, disertai

    rambut-rambut di daerah itu menjadi putus. Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion

    a. SuperficialisKelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arah

    luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini

    menyerupai Tinea corporis.

  • 8/6/2019 LTM MIKOSIS superfisialis

    7/7

    b. KerionBentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau abses

    kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.

    Tinea barbae ini didiagnosa banding dengan :

    1. Sikosis barbae (folikulitis oleh karena piokokus)

    2. Karbunkel

    3. Mikosis dalam

    NON-DERMATOFITOSIS

    A. Tinea nigra1,2,3Definisi

    Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit telapak kaki dan tangan dengan

    memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit yang terserang

    Etiologi

    Penyebabnya adalah Kladosporium wemeki dan jamur ini banyak menyerang anak - anak dengan higiene

    kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.

    Epidemiologi

    Penyakit terutama terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, kadang kadang ditemukan di Amerika Serikat

    dan Eropa. Di Asia penyakit ini juga ditemukan; di Indonesia penyakit ini sangat jarang dilihat.

    Diagnosis

    Diagnosis ditegakkan berdasarkan :

    1.Gejala klinis yang khas

    Kelainan kulit telapak tangan berupa bercak bercak tengguli hitam dan sekali sekali bersisik. Penderita

    umumnya berusia muda di bawah 19 tahun dan penyakitnya berlangsung kronik sehingga dapat dilihat ada

    orang dewasa di atas umur 19 tahun. Perbandingan penderita wanita 8 kali lebih banyak pada pria. Faktor -

    faktor predisposisi penyakit belum diketahui kecuali hiperhidrosis. Kekurangan respons imun penderita rupanya

    tidak dipengaruhi

    2. Pemeriksaan laboratorium

    a. Preparatlangsung : kerokan kulit dengan KOH 10% akan menunjukkan adanya hifa dan spora yang tersebar

    di dalam gel-gel epitel, besar hifa berkisar 3-5 u dan spora berkisar 1-2u.

    b. Pembiakan : Pembiakan skuama pada media Sabauroud glukosa agar (SGA), dikeram pada temperatur

    kamar. Dalam 1-2 minggu akan tumbuh koloni menyerupai ragi, berwarna hijau dan pada bagian tepinya

    tumbuh daerah yang filamentous berwarna coklat. Pada pemerikasaan mikroskopis tampak hifa halus

    bercabang, mengkilat dan spora-spora yang lonjong.

    Diferensial Diagnosa

    Lesi-lesi hitam pada kulit seperti pada sifilis stadium kedua pada telapak tangan, harus dipikirkan. Melanoma

    memberikan gambaran klinis yang rnirip. Tinea versikolorpun memberikan gambaran yang hampir sama.

    PengobatanPengobatan dengan obat-obat anti jamur banyak menolong. Salep whitfield I dan II atau salep sulfursalisil juga

    dapat menolong. Obat-obat anti jamur, preparatpreparat imidazol seperti isokotonasol, bifonasol, klotrirnasol

    juga berkhasiat baik.

    Prognosis

    Tinea nigra oleh karena asimtomatik tidak memberi keluhan pada penderita kecuali keluhan estetik, kalau tidak

    diobati penyakit akan menjadi kronik.

    DAFTARPUSTAKA

    1. Rippon.J.Superficialis Infections in Medical Mycology.2nd ed. Tokyo:WB Saunders Co;1988.p.502-520.2. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.5th ed.Jakarta:Balai Penerbit

    FKUI;2007.p.92-103.

    3. WolffK, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest SA, Paller AS, Leffel DJ.Fitzpatricks Dermatology in GeneralMedicine.7th ed.New York : Mc Graw Hill;2008.p.1807-1820.