lp sp halusinasi
TRANSCRIPT
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
I. Kasus :
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
II. Proses terjadinya masalah
A. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) panca indera tanpa
adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di
mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh/baik. Individu yang mengalami
halusinasi seringkali beranggapan sumber atau penyebab halusinasi itu berasal
dari lingkungannya, padahal rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan
perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik sehubungan
dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut ditinggalkan oleh orang yang
diicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, pikiran dan perasaannya
sendiri. (Budi Anna Keliat, 1999).
B. Teori yang menjelaskan halusinasi
Teori yang menjelaskan terjadinya halusinaasi (Stuart dan Sundeen, 1995) adalah
sebagai berikut:
Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan terlepasnya zat
halusinogenik neurotic (buffofenon dan dimethytransferase)
Teori Psikoanalisis
Merupakan respon ketahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang
mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar
C. Rentang Respon Halusinasi
Respon Adaptif Respon maladaptive
Respon Adaptif Distorsi Pikiran Gejala Pikiran
- Respon Logis - Distorsi pikiran - Delusi Halusinasi
- Respon akurat - Perilaku aneh / - Perilaku diorganisasi
- Perilaku sesuai tidak sesuai - Sulit berespon
- Emosi sosial - Menarik diri dengan pengalaman
Gambar 1. Rentang Respon Halusinasi (Stuart & Laraia, 2005)
D. Jenis dan Karakteristik Halusinasi
Berikut akan dijelaskan mengenai ciri-ciri yang objektif dan subjektif pada klien
dengan halusinasi
Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif
Halusinasi Dengar
(klien mendengar suara/ bunyi
yang tidak ada hubungannya
dengan stimulus yang nyata)
Mendengar suara atau
kebisingan, paling sring suara
kata yang jelas, berbicara
dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara
kedua penderita halusinasi.
Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar
perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan
sesuatu kadang – kadang dapat
membahayakan.
Bicara/tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Mendekatkaan telinga kearah
tertentu.
Menutup telinga
Mendengar suara atau
kegaduhan
Mendengar suara atau
mengajak bercakap-
cakap
Mendengar suara yang
mengajak melakukan
yang berbahaya.
Halusinasi Pengelihatan
(klien melihat gambaran yang
jelas/samar terhadap adanya
stimulus yang nyata daari
lingkungan dan orang lain tidak
melihatnya)
Stimulus penglihatan dalam
kilatan cahaya, gambar
geometris, gambar karton atau
panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan dapat
Menunjuk-nunjuk kearah
tertentu
Ketakutan pada sesuatau
yang tidak jelas
Melihat bayangan,
sinar, bentuk
geometris, kartun,
melihat hantu atau
monster
berupa sesuatu yang
menyenangkan / sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
Halusinasi Penciuman
(klien mencium suatu bau yang
muncul dari sumber tertentu
tanpastimulus yang nyata)
Membau bau-bau seperti darah,
urine, feses umumnya bau- bau
yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciuman biasanya
akibat stroke, tumor, kejang dan
demensia.
Mengendus-endus seperti
membaui bau-bauan tertentu
Menutup hidung
Membaui bau-bauan
seperti darah, urine,
feses, dan kadang-
kadang bau-bauan
tersebut
menyenangkan bagi
klien
Halusinasi Pengecapan
(klien merasakan sesuatu yang
tidak nyata, biasanya
merasakan rasa makanan yang
tidak enak)
Sering meludah
Muntah
Merasakan rasa
seperti darah, urine
atau feses
Halusinasi Kinestetik
(klien merasakan badanya
bergerak disuatu ruangan atau
anggota badanya bergerak)
Memegang kakinya atau
anggoata badan yang lain
yang dianggapnya bergerak
sendiri
Mengatakan
badaantya bergerk
diudara
Halusinasi Perabaan
(klien merasakan sesuatu pada
kulitnya tanpa ada stimulus
yang nyata)
Menggaruk-garuk permukaan
kulit
Mengatakan ada
serangga dipermukaan
kulitnya.
Mengatakan seperti
tersengan listrik
Halusinasi Visceral
(perasaan tertentu yang timbul
dalam tubuhnya)
Memegang badannya yang
dianggapnya berubah bentuk
dan tidak normal seperti
biasanya
Mengatakan perutnya
mengecil setelah
minum softdrink
E. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami klien bila berada intensitasnya dan keparahan (Stuart &
Laraia,2001) membagi halusinasi klien mengendalikan dirinya semakin berat
halusinasinya. Klien semakin berat mengalami ansietas dan makin dikendalikan
oleh halusinasinya.
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart dan Laraia (2001)
dan setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I ( Comforting / ansietas sebagai halusinasi menyenangkan )
Karakteristik :
Pada fase ini klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian,
rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas.
Perilaku klien :
Di sini dapat dilihat perilaku klien tersenyum, tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik
sendiri.
2. Fase II ( Condemning / ansietas berat halusinasi memberatkan )
Karakteristik :
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan.
Perilaku klien :
Disini terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas
seperti peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk
membedakan halusinasi dengan realita.
3. Fase III
Karakteristik :
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersebut.
Perilaku klien :
Di sini klien sukar berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak
mampu mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang
sangat menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV ( Conquering / Panik umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya )
Karakteristik :
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi.
Perilaku klien :
Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak mampu berespon
terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1
orang. Kondisi klien sangat membahayakan.
F. Proses Terjadinya Halusinasi
Penilaian terhadap stressor
Faktor predisposisi
biologis psikologis sosiocultural
Abnormalitas perkembangan sistem saraf, lesi daerah frontal, dopamine neurotransmitter, pembesaran ventrikel, gangguan tumbang,, factor biokimia.
Penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress, tinggal di ibukota.
sifat
Bio:kelelahan,obat-obatan, delirium, intoksikasi alkoholPsiko: cemas yang berlebihanSosial:gangguan interaksi sosial Spiritual: hilangnya aktivitas ibadah, kehampaan hidup
Jumlah
Kuantitas halusinasi
muncul pada klien
asal waktu
Frekuensi halusinasi
muncul pada klien
Faktor presipitasi
Mekanisme koping
III. a. Pohon Masalah
RegresiProyeksiMenarik diri
kognitif
penurunan fungsi ego
afektif
Ansietas dari ringan sampai berat
fisiologis perilaku
curiga, ketakutan, rasa tidak aman, gelisah, bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak membedakan yang nyata dengan yang tidak nyata..
sosial
Klien asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak
Kemampuan personal
ketrampilan yang dimiliki klien
Dukungan sosial
dukungan emosional dan bantuan yang didapatkan untuk penyelesaian tugas, pengetahuan dan kemampuan keluarga memberikan asuhan
Aset material
modal ekonomi yang dimiliki klien dan keluarga
Keyakinan positif
teknik pertahanan dan motivasi
Sumber koping
akibat
masalah utama
penyebab
b. Data yang perlu dikaji
Data Obyektif Data Subyektif
Klien berbicara dan tertawa
sendiri
Klien bersikap seperti
mendengar/melihat sesuatu
Klien berhenti bicara ditenga
kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
Disorientasi
Klien mengatakan mendengar
bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat
gambaran tanpa ada stimulus
yang nyata
Klien mengatakan mencium bau
tanpa stimulus
Klien merasa makan sesuatu
Klien merasa ada sesuatu pada
kulitnya
Klien takut pada
suara/bunyi/gambar yang dilihat
Faktor predisposisi Faktor presipitasi
Koping individu tidak efektif
Deficit perawatan diri
Harga diri rendah
Menarik diri
Gangguan persepsi sensori:halusinasi
Rangsangan internal meningkat, rangsang eksternal menurun
Resiko tinggi menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Perilaku kekerasan
isolasi
Kerusakan interaksi sosial
dan didengar
Klien ingin memukul/melempar
barang-barang
IV. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi.
V. RencanaTindakan Keperawatan
Diagnosa : gangguan persepsi/sensori: halusinasi
Tujuan :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Klien dpat membina hubungan saling percaya
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Manfaat hubungaan dengan orang lain dan tidak berhubungan dengan orang lain
Klien melaksanakan hubungan secara bertahap
Klien dapat mengungkapkan perasaan dengan orang lain
Klien dapat berdayakan system pendukung atau keluarga
Kriteria evaluasi :
Wajah klien cerah, tersenyum, klien mau berkenalan, ada kontak mata, klien
bersedia menceritakan masalahnya.
Klien dapat menyebutkan menarik disi berasal dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan social secara bertahap antara kien-
perawat-perawat lain, klien-perawat-perawat lain-klien-lain, klien-perawat-
keluarga/ kelompok masyarakat.
Klien dapat mengungkapkan perasaanberhubungan dengan orang lain untuk diri
sendiri.
Klien dapat menjelaskan perasaannya, menjelaskan cara perawat klien menarik
diri dan berpartisipasi dalam oerawatan klien menarik diri
SP Tindakan Keperawatan Tindakan Keluarga
1 1. Mengidentifikasi jenis 1. Mendiskusikan masalah yang
halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
pasien
3. Mengidentifikasi waktu
halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi
halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons
pasien terhadap halusinasi.
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda
dan gejala halusinasi, dan jenis
halusinasi yang dialami pasien
beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat
pasien halusinasi
2 1. Evaluasi SP 1
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
3. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang
lain
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
1. Evaluasi SP 1
2. Melatih keluarga
mempraktekkan cara merawat
pasien dengan halusinasi
3. Melatih keluarga melakukan
cara merawat langsung kepada
pasien halusinasi
3 1. Evaluasi SP 2
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
3. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan (kegiatan yang biasa
dilakukan pasien di rumah)
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
1. Evaluasi SP 2
2. Membantu keluarga membuat
jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat
(discharge planning)
3. Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
kegiatan harian
1. Evaluasi SP 3
2. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
3. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratur
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
VI. Daftar Pustaka
Stuart GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC.
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosa
Keperawatan Jiwa Bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat bicara sendiri. Klien terlihat nyaman
dengan suara-suara yang dia dengarkan dan mengatakan sedang berbicara
dengan anaknya yang berjumlah 22 orang.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus/SP II
Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan kriteria sebagai
berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapi.
Membantu klien mengenali halusinasi
Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan mengobrol bersama
keluarganya.
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tujukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.
Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi
halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
hal-hal berikut.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara mengobrol bersama
keluarganya apabila ada hal yang ingin diceritakan.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya Diena
Fithriana boleh panggil saya Diena, saya dari Keperawatan Brawijaya dan
mahasiswanya Pak Bagio. Ibu, namanya siapa? senang dipanggil dengan
apa?”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ? Bagaimana tidurnya tadi malam?”
Kontrak
a. Topik: “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya?
Menurut Ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya? Apakah kita bisa
ngobrol tentang kegiatan ibu sehari-hari bu?”
b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Apa 20 menit saja? Bagaimana Bu?”
c. Tempat: ‘Kita ngobrol dimana bu?”
2. Kerja
“ Baiklah, kalau begitu hari ini saya akan mengobrol dengan ibu selama 20 menit
ya.”
“Ibu tinggal di sini sama siapa saja bu?”
“Apakah ibu sering mengobrol dengan keluarga ibu yang berada di rumah?”
“Apakah ibu bisa menyebutkan nama saudara ibu satu persatu bu?” (sampai
bisa menyebutkan beberapa nama saudaranya)
“Apa kegiatan Ibu sehari-hari?”
“Apakah ibu membantu pekerjaan rumah sehari-hari?”
“Kalau memang membantu dan ada di rumah, saya boleh bertemu dengan
saudaranya bu?” Maaf ya bu, tetapi menurut ibunya bu isti, bu isti hanya
mempunyai ank 1 orang saja bernama mbak Ulfa.
“Apakah benar namanya mbk Ulfa ya bu isti?”
“Biasanya kalau ibu pengen cerita sesuatu seperti masakan atau masalah lain,
bercerita sama siapa?”
“Begini bu, Bu isti mengerti keuntungan mengobrol dengan ibu atau adik dari bu
isti?” Jadi keuntungannya adalah ibu bisa mendapat pemecahan masalah karena
ibu atau adik bu isti sudah dewasa, daripada bu isti memikirkannya sendiri.”
“Kalau dengan anaknya bu isti kan katanya jarang di rumah, suka main, dan
mbak ulfa juga sedang kuliah di malang, jadi apakah bu isti mau untuk mencoba
mengobrol dengan ibunya bu isti?”
“Kalau saya kesini lagi, saya ingin ngobrol dengan bu isti dan ibunya juga ya?”
3. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Merasa
senang atau tidak dengan cara yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Sekarang bu isti bisa menyimpulkan apa yang kita bicarakan tadi?”
“Apa saja keuntungan mengobrol dengan ibunya atau adiknya bu isti?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, ibu harus mempraktekkan mengobrol tiap kali ada hal yang
mengganjal ya bu?” tidak boleh disimpan sendiri karena mengobrol dengan
keluarga itu banyak keuntungannya”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, bagaimana kalau minggu depan ketika saya kesini lagi, kita ngobrol
lagi tentang pengobatan yang dulu sempat berhenti ya bu?”
“Apakah satu minggu lagi saya boleh kesini lagi bu?”
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya.”
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 2
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang sibuk menulis. Klien
tampak nyaman dengan kesibukannya. Ny.Istiqomah sudah tidak mau
melanjutkan pengobatan karena merasa sehat dan tidak menderita penyakit
apapun.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus/SP 4
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebtuhan dasar klien.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara minum obat yang
teratur.
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya
bu?”
”Saya Riza bu, yang kemarin kesini.”
“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini saya akan bertanya
tentang kegiatan mengobrol kemarin ya bu?”
“Kita juga akan membicarakan tentang pengobatan ibu yang berhenti”
“Bagaimana bu? tidak keberatan kan bu isti?”
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”
Kontrak
d. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita
akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.
e. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya
berapa menit? Apa 20 menit seperti di pertemuan pertama?
Bagaimana Bu?”
f. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.
2. Kerja
“Baiklah, kalau begitu hari ini kita akan mengobrol selama 20 menit seperti
kemarin ya bu?”.
“Bagaimana bu dengan kegiatan mengobrol yang kemarin kita bicarakan?”
“Apakah sudah dilakukan dengan ibunya bu isti?”
“Baiklah kalau begitu, kalau boleh saya tau, mengapa bu isti berhenti melakukan
pengobatan?”.
“Apakah bu isti sebelumnya melakukan pengobatan?”.
“Apakah Bu isti mengetahui tentang manfaat obat yang dulu diberikan pada ibu?”
(menunggu sampai bu isti menjawab semampunya)
“Sebelumnya pernah minum obat apa saja bu?”.
“Nah bu isti,obat itu sebenarnya bukan hanya untuk orang sakit, tetapi orang
sehat saja juga banyak yang mengonsumsi obat seperti vitamin”.
“Begini bu, manfaat penggunaan obat secara teratur ada banyak. Yang pertama
adalah ibu dapat menjadi lebih tenang, tidak gampang marah dan ibu juga akan
merasa lebih sehat”.
“Apakah bu istiqomah sudah mengerti dengan penjelasan saya bu?”bagaimana
menurut bu istiqomah?”
“Kalau bu istiqomah tidak mau untuk disuntik, bagaimana kalau di ganti dengan
pil saja bu?”.
“Bu istiqomah tidak apa-apa kalau mau memikirkan dulu untuk pengobatannya
ya bu”.
h. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi? Ibu
merasa senang atau bosan dengan apa yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”
“Apa saja keuntungan dengan minum obat tadi bu?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, ibu pikirkan dulu bagaimana perubahan ibu dulu ketika sudah
mengonsumsi obat pertama kali dan jangan lupa untuk tetap menerapkan
cara yang mengobrol dengan keluarga ya bu”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, ibu istiqomah sudah
bisa menetukan mau menggunakan obat dengan suntik atau pil ya bu?”.
“Minggu depan juga kita akan membahas tentang kegiatan yang bisa
dilakukan sehari-hari ya bu?”.
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya.”
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
LAPORAN PENDAHULUAN
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN HARI KE 3
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
Ny. Istiqomah, 53 tahun. Klien terlihat sedang membersihkan rumahnya.
Klien tampak murung dan sesekali tampak mengobrol dengan ibunya.
2. Diagnosa Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
3. Tujuan Khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
5. Rencana Tindakan Keperawatan
Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan yang
biasa dilakukan klien di rumah
B. STRATEGI KOMUNIKASI
1. Orientasi
Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum bu, Bu istiqomah masih ingat sama saya
bu?”
”Saya Riza bu, ini pertemuan kita yang ketiga ya bu?.”
“Nah bu, sesuai kesepakatan kita kemarin, hari ini kita akan membahas
tentang kegiatan yang dilakukan sehari-hari ya bu?”.
Evaluasi/validasi
“Bagaimana kabarnya Ibu hari ini ?”. Apakah tidurnya nyenyak tadi malam
bu?”.
Kontrak
a. Topik: “Bu isti, seperti yang saya bilang tadi, hari ini kita kan kita
akan mengobrol tentang pengobatan ibu yang berhenti”.
b. Waktu: “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol untuk hari ini?
Apa 20 menit seperti di pertemuan sebelumnya? Bagaimana
Bu?”
c. Tempat: ‘Kita ngobrol disini saja ya bu istiqomah”.
2. Kerja
“Bagaimana bu dengan obrolan kita pada pertemuan selanjutnya?”.
“Apakah ibu sudah memikirkan tentang penggunaan obat yang akan dipakai?”.
“Sekarang saya ingin bertanya lagi, apakah manfaat obat menurut ibu?”.
“Saya juga minum obat bu isti”. (sambil menunjukkan obat antasida yang sedang
saya bawa).
“Kalau memang mau, saya sudah bawakan ibu untuk obat suntiknya, tetapi kalau
tidak mau, saya akan merekomendasikan ke puskesmas untuk memberikan obat
berupa pil”.
“Ngomong-ngomong, anaknya ibu yang kata ibu ada di rumah sekarang berada
dimana ya bu?”
“Kalau misalnya tidak ada, mungkin saja memang tidak ada bu, soalnya anaknya
bu istiqomah itu cuma satu yaitu mbak Ulfa yang sekarang berada di Malang”.
“ibu juga susah kan mengingat nama anak-anaknya, ya karena memang tidak
ada bu.”
“Sekarang begini saja bu, sesuai dengan kesepakatan kemarin, kita akan
membahas kegiatan apa saja yang ibu lakukan di rumah ya bu?”.
“Kalau pagi,apa saja yang ibu lakukan bu isti?”.
“Berarti setelah memasak, ibu isti menyapu rumah, dan membersihkan halaman
ya?”.
“Bagus bu, kalau siang apa saja yang ibu lakukan bu?”.
“Bagaimana dengan sholat 5 waktunya bu? Atau kegiatan mengaji Al-quran?.”
“Apa yang bu istiqomah lakukan ketika ada waktu kosong atau nganggur seperti
di siang hari?”.
“Begini bu, bagaimana kalau ibu mengisi waktu luang dengan mengaji atau
menonton TV, bersih-bersih rumah.
“Kalau dengan kesibukan ibu seperti ini, masih merasa mendengar suara
anaknya atau merasa banyak orang di rumah, berarti kita akan mempelajari cara
yang lain untuk mengalihkan perhatiannya ibu ya?”
“Apakah ibu bersedia?”.
i. Terminasi
Evaluasi subjektif
“Sekarang bagaimana perasaan Ibu setelah kita mengobrol tadi?”.
“Kira-kira bisa ibu praktekkan kan ya bu?”. Ibu merasa senang atau bosan
dengan apa yang kita bicarakan tadi?”
Evaluasi Objektif
“Bu istiqomah bisa menyimpulkan bu yang telah kita bicarakan tadi?”
“Apa saja yang harus ibu lakukan ketika waktu kosong bu?”
Rencana Tindak Lanjut
“Kalau begitu, bu istiqomah harus mempraktekkan beberapa kegiatan yang
telah kita pelajari ya bu dan pertemuan berikutnya akan kitalihat apa saja
yang sudah ibu lakukan”.
Kontrak yang akan datang
“Bu, berarti minggu depan ketika saya kesini lagi, saya akan bertanya
kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana dengan
rencana pengobatan yang berhenti?”.
“Saya permisi dulu ya bu istiqomah, terima kasih sudah mau mengobrol
dengan saya.”