lp meningitis

12
LP Meningitis LAPORAN PENDAHULUAN MENINGITIS A. PENGERTIAN Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996). Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999). Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ- organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001). Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

Upload: nanang-hidayatulloh

Post on 20-Jan-2016

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP Meningitis

LP Meningitis

LAPORAN PENDAHULUAN

MENINGITIS

A.    PENGERTIAN

         Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme

pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long,

1996).

         Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini

lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga

terjadi. (Donna D.,1999).

         Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan

disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

         Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang

menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).

Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus

jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan

oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.

B.     ETIOLOGI

Penyebab dari meningitis adalah :

         Bakteri

Merupakan penyebab tersering dari meningitis, adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat

menyebabkan meningitis adalah :

Haemophillus influenza

Nesseria meningitides (meningococcal)

Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)

Streptococcus, grup A

Staphylococcus aureus

Escherichia coli

Page 2: LP Meningitis

Klebsiella

Proteus

Pseudomonas

Meningitis bakteri juga bisa disebabkan oleh adanya penurunan system kekebalan tubuh seperti AIDS.

         Virus

Disebut juga dengan meningitis aseptic, terjadi sebagai akibat akhir/sequeledari berbagai penyakit yang

disebabakan oleh virus spereti campak, mumps, herpes simplex dan herpes zoster. Pada meningitis virus ini

tidak terbentuk exudat dan pada pemeriksaan CSF tidak ditemukan adanya organisme. Inflamasi terjadi pada

korteks serebri, white matter dan lapisan meninges. Terjadinya kerusakan jaringan otak tergantung dari jenis sel

yang terkena. Pada herpes simplex, virus ini akan mengganggu metabolisme sel, sedangkan jenis virus lain bisa

menyebabkan gangguan produksi enzyme neurotransmitter, dimana hal ini akan berlanjut terganggunya fungsi

sel dan akhirnya terjadi kerusakan neurologist.

Merupakan penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat “self-limitting”,

dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan bersifat sempurna. Contohnya virus,

toxoplasma gondhii dan ricketsia

         Jamur

Meningitis cryptococcal merupakan meningitis karena jamur yang paling serimh, biasanya menyerang SSP pada

pasien dengan AIDS. Gejala klinisnya bervariasi tergantungdari system kekebalan tubuh yang akan berefek

pada respon inflamasi. Gejala klinisnya bia disertai demam atau tidak, tetapi hamper semuaklien ditemukan

sakit kepala, nausea, muntah dan penurunan status mental

         Protozoa

( Donna D., 1999)

  Faktor pencetus terjadinya meningitis bacterial diantaranya adalah :

         Otitis media

         Pneumonia

         Sinusitis

         Sickle cell anemia

         Fraktur cranial, trauma otak

         Operasi spinal

  Faktor predisposisi : jenis kelamin laki - laki lebih sering dibandingkan dengan wanita

  Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan

  Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.

  Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan

Page 3: LP Meningitis

Selain dari adanya invasi bakteri, virus, jamur maupun protozoa, point d’entry masuknya kuman juga bisa

melalui trauma tajam, prosedur operasi, dan abses otak yang pecah, penyebab lainnya adalah adanya rinorrhea,

otorrhea pada fraktur bais cranii yang memungkinkan kontaknya CSF dengan lingkungan luar.

C.     KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :

1. Meningitis serosa

Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab

terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan

Ricketsia.

2. Meningitis purulenta

Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya

antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus

haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,

Peudomonas aeruginosa

D.    MANIFESTASI KLINIS

  Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :

  Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)

  Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.

  Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:

a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-

otot leher.

b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak

dapat di ekstensikan sempurna.

c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi

pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang

berlawanan.

Page 4: LP Meningitis

  Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.

  Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral

dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),

pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.

  Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

  Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar,

syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata

E.     PATHOFISIOLOGI

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang menyebar

ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.

Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan

hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang

melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-

vena meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di

bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral

mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat

menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel

serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan

permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi terbanyak

dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada

sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah

yang disebabkan oleh meningokokus.

Page 5: LP Meningitis

J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN1.      Riwayat keperawatan: riwayat kelahiran, penyakit kronis, neoplasma riwayat pembedahan

pada otak, cedera kepala

2.      Pada Neonatus: kaji adanya perilaku menolak untuk makan, reflek menghisap kurang,

muntah atau diare, tonus otot kurang, kurang gerak dan menangis lemah

3.      Pada anak-anak dan remaja: kaji adanya demam tinggi, sakit kepala, muntah yang diikuti

dengan perubahan sensori, kejang mudah terstimulasi dan teragitasi, fotofobia, delirium,

halusinasi, perilaku agresif atau maniak, penurunan kesadaran, kaku kuduk, opistotonus, tanda

Kernig dan Brudzinsky positif, refleks fisiologis hiperaktif, ptechiae atau pruritus

Page 6: LP Meningitis

4.      Bayi dan anak-anak (usia 3 bulan hingga 2 tahun): kaji adanya demam, malas makan,

muntah, mudah terstimulasi, kejang, menangis dengan merintih, ubun-ubun menonjol, kaku kuduk,

dan tanda Kernig dan Brudzinsky positif

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

2.      Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada selaput

otak

3.      Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang,reflek meningkat

4.      Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

L. PERENCANAAN

1.      Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi

a.      Tujuan 1 :

Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak

b.      Intervensi keperawatan/Rasional:

1)      Biarkan anak mengambil posisi yang nyaman:

i)                   Gunakan posisi miring, bila ditoleransi, karena kaku kuduk

ii) Tinggikan sedikit kepala tempat tidur tanpa menggunakan bantal karena hal ini seringkali

menjadi posisi yang paling tidak nyaman

2)      Berikan analgesik sesuai ketentuan, terutama asetaminofen dengan kodein

c.       Hasil yang diharapkan:

Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri atau tanda-tanda nyeri yang dialami anak minimum

2.      Resiko terjadinya peningkatan tekanan intrakranial berhubungan dengan infeksi pada selaput

otak.

a. Tujuan:

Tekanan intra karanial (TIK) tetap atau berkurang menuju normal

b.   Intervensi keperawatan/rasional:

1.   Kaji tanda vital, GCS (jika dapat dilakukan) dan tanda-tanda dari terjadinya penurunan

kesadaran

2.   Ciptakan dan pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman

3.   Beri posisi head up ± 3 cm

4.   Ukur lingkar kepala setiap hari

5.   Olaborasi dalam pemberian cairan adekuat

6.   Berikan obat sesuai dengan program; antibiotic, antipiretik, dan antikonvulsan

7.   Ikut sertakan keluarga dalam perawatan bayi secara aktif

c.    Hasil yang diharapkan:

Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial selama dalam masa perawatan, dengan kriteria;

reaksi pupil terhadap cahaya (+), refleks normal, gerak dan tangis yang kuat, respirasi spontan,

suhu dalam batas normal.

3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kejang,reflek meningkat

a.      Tujuan 1:

Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b.      Intervensi keperawatan/Rasional:

Page 7: LP Meningitis

1)      Bantu praktisi kesehatan mendapat kultur yang diperlukan untuk mengidentifikasikan

organisme penyebab

2)      Berikan antibiotic, sesuai resep, dan segera setelah diinstruksikan

3)      Pertahankan rute intravena untuk pemberian obat

c.       Hasil yang diharapkan:

Anak menunjukkan bukti-bukti penurunan gejala

d.     Tujuan 2:

Pasien tidak menyebabkan infeksi ke orang lain

e.      Intervensi keperawatan/ Rasional:

1)      Implementasikan pengendalian infeksi yang tepat:

a)      Tempatkan anak di ruang isolasi selama sedikitnya 24 jam setelah awal terapi antibiotik

b)     Pantau tanda-tanda vital untuk tanda awal proses infeksi

c)      Observasi adanya tanda-tanda infeksi khusus pada penyakit anak

2)      Instruksikan orang lain (keluarga, anggota staf) tentang kewaspadaan yang tepat

3)      Berikan vaksinasi yang tepat:

i)                   Berikan vaksin rutin sesuai usia (mis., vaksin untuk mencegah H. influenzae tipe B

[Hib])

ii)                 Identifikasi kontak erat dan anak berisiko tinggi yang dapat memperoleh manfaat dari

vaksinasi (mis., vaksinasi meningokokus)

f.        Hasil yang diharapkan:

Orang lain tetp bebas dari infeksi

g.      Tujuan 3 :

Pasien tidak mengalami komplikasi

h.      Intervensi keperawatan/ Rasional:

1)      Observasi dengan ketat adanya tanda-tanda komplikasi, terutama peningkatan TIK, syok,

dan distres pernapasan, sehingga dapat dilakukan tindakan kedaruratan

2)      Pertahankan hirasi optimal sesuai ketentuan

3)      Pantau dan catat masukan dan keluaran untuk mengidentifikasi komplikasi seperti ancaman

syok atau peningkatan akumulasi cairan yang berhubungan dengan edema serebral atau efusi

subdural

4)      Kurangi stimulus lingkungan, karena anak mungkin sensitif terhadap kebisingan, sinar

terang, dan stimulus eksternal lainnya

5)      Implementasikan kewaspadaan keamanan yang tepat karena anak sering gelisah dan kejang

6)      Jelaskan pentingnya perawatan tindak lanjut pada orang tua karena sekuel neurologis,

termasuk penurunan pendengaran mungkin tidak tampak selama penyakit akut

i.        Hasil yang diharapkan:

Anak tidak mengalami komplikasi

4.Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita penyakit serius

a.      Tujuan :

Pasien (keluarga) mendapatkan dukungan yang adekuat

b.      Intervensi keperawatan/Rasional:

1) Dorong keluarga untuk mendiskusikan perasaan untuk meminimalkan rasa bersalah dan saling

menyalahkan

Page 8: LP Meningitis

2) Yakinkan keluarga bahwa awitan meningitis bersifat tiba-tiba dan bahwa mereka sudah

bertindak dengan penuh tanggung jawab dengan mencari bantuan medis untuk meminimalkan

rasa bersalah dan saling menyelahkan

3)      Pertahankan agar keluarga tetap mendapat informasi tentang kondisi anak, kemajuan,

prosedur, dan tindakan untuk mengurangi kecemasan

M. EVALUASIAngka motalitas meningitis sangat bervariasi, tergantung pada usia pasien dan patogen penyebab.

Pasien dengan meningitis meningokokus tanpa meningokoksemia berat mempunyai angka

fatalitas sebesar hanya 20%, sedangkan neonatus dengan meningitis gram negative meninggal

dalam 70 kasus. Angka kematian akibat H. influenzae dan S. pneumoniae masing-masing adalah

sekitar 3% dan 6%.

Gejala sisa penyakit terjadi pada kira-kira 30% penderita yang bertahan hidup, tetapi juga terdapat

predileksi usia serta petogen, dengan insidensi terbesar pada bayi yang sangat muda serta bayi

yang terinfeksi bakteri gram negative dan S. pneumoniea.

Gejala sisa neurologi tersering adalah tuli, yang terjadi pada 3-25% pasien; kelumpuhan saraf

kranial pada 2-7% pasien; dan cidera berat seperti hemiparesis atau cidera otaku mum pada 1-2%

pasien. Lebih dari 50% pasien dengan gejala sisa neurologi pada saat pemulangan dari RS akan

membaik seiring waktu, dan keberhasilan dalam implant koklea belum lama ini memberi harapan

pada anak dengan kehilangan pendengaran.

Pencegahan meningitis saat ini terdiri atas dua bentuk: kemoprokfilaksis terhadap individu rentan

yang diketahui terpajan pada pasien yang mengidap penyakit (pasien indek) serta imunisasi aktiv.

Sekarang, kemoprokfilaksis diindikasikan untuk mencegah meningitis sekunder yang disebabkan

oleh H. influenzae dan N. meningitides.

Imunisasi aktiv terhadap H. influenzae telah menghasilkan penguangan dramatis pada penyakit

invasive, dengan pengurangan sebanyak 70-80% pada meningitis akibat organisme tersebut. Saat

ini imunisasi dianjurkan untuk bayi sebagai rangkain imunisasi tiga dosis pada usia 2,4,6 bulan.

A. KESIMPULANOtak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang halus,

membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea

terdiri dari tiga lapis, yaitu:

a.            Pia meter, merupakan lapisan yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan

sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan

darah untuk struktur-struktur ini.

b.             Arachnoid, merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.

c.             Dura meter, merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan

ikat tebal dan kuat.

Komponen intrakaranial terdiri dari: parenkim otak, sistem pembuluh darah, dan CSF. Apabila salah

satu komponen terganggu, akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, yang akhirnya

akan menurunkan fungsi neurologis.

Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyeranga susunan saraf pusat, dimana

angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak penyakit yang mempunyai mobiditas

dan mortalitas yang tinggi, prognosis penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan.

Page 9: LP Meningitis

Beberapa bakteri penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien

meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko terjadinya penularan

sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak, kontak langsung cairan ludah

seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi dengan ibu yang menderita TBC sangat rentan

terhadap penyakit ini.

Meningitis adalah infeksi pada cairan otak dan selaput otak (meningen) yang melindungi otak dan

medulla spinalis. Meningitis bacterial merupakan penyakit yang sangat serius dan fatal.

Diagnose keperawatan yang muncul tergantung dengan kondisi saat pengkajian, tapi yang utama

adalah Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi; resiko terjadi peningkatan tekanan

intrakranial berhubungan dengan Infeksi pada selaput otak; resiko cedera berhubungan dengan

kejang, reflek meningkat; perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menderita

penyakit serius.

DAFTAR PUSTAKA1.    Alpers,Ann.2006.Buku Ajar Pediatri Rudolph. Ed.20.Jakarta:EGC.

2.    Http://www.anneahira.com

3.    Brough,Hellen,et al.2007.Rujukan Cepat Pediatri dan Kesehatan Anak.Jakarta:EGC.

4.    Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Ed.2.Jakarta:EGCSuriadi, Rita Yuliani.2006.Asuhan keperawatan pada Anak Ed.2.Jakarta:Percetakan Penebar S