lp hipospadia

11
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPOSPADIA DI RUANG CENDANA IV RS. DR. SARDJITO YOGYAKARTA DI SUSUN OLEH : KELOMPOK V Osa Saketu Moh. Sukriadi Ni Wayan Desi Oriantari PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA

Upload: dinna-wahyu-saputri

Post on 18-Feb-2016

77 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

lp hipospadia

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Hipospadia

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN HIPOSPADIA

DI RUANG CENDANA IV

RS. DR. SARDJITO YOGYAKARTA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK V

Osa Saketu

Moh. Sukriadi

Ni Wayan Desi Oriantari

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA HUSADA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Lp Hipospadia

HIPOSPADIA

A. Pengertian

Hiposdia adalah suatu keadaan abnormal dari ureter dibagian bawah perut

(ektotik uterus uretra) .

Hipospadia adalah merupakan congenital anomaly yang mana uretra

bermuara pada sisi bawah penis atau perineum.

Hipospadia adalah suatu kelainan genitalia dimana orifisium uretra eksterna

bermuara dibawah ukuran phallus/penisnya normal. Jika ini terjadi hipospadia

penis akan tampak bengkok kebawah (curve penis) bengkok tersebut oleh

karena uretra seharusnya terjadi menjadi airoli (rudi uretra) tidak betumbuh

sehingga terjadi jaringan fibrosa yang disebut chordae (Akasara Merchina,

ilmu bedah, FKUI) .

Insiden frekuensi hipospadia merupakan salah satu kelainan yang paling

sering terjadi pada genetalia laki-laki. Terjadi pada satu dari 200 kelainan

laki-laki (Prinsip keperawatan pediatrik).

B. Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan hipospadia akan ditemukan

1. Orifisium uretra ekterna bermuara dibawah

2. Penis tampak bengkok ke bawah (atrofi/audimenter)

C. Etiologi

Penyebab yang jelas belum diketahui. Dapat dihubungkan dengan

factor genetic, lingkungan atau pengaruh hormonal.

D. Patofisiologi

Setiap konsepsi dri janin akan membawa kelainan sendiri-sendiri. Jika

spermanya membawa sex chromatin X maka akan terjadi bayi laki-laki.

Apabila spermanya membawa sex chromatine Y yang terjadi adalah bayi

Page 3: Lp Hipospadia

wanita. XX merupakan sex chromatine positif, XY merupakan sex

chromatine negatif.

Secara embriologis pro nefras pada minggu ke 12 – 14 akan

bercampur dengan meso nefras dan manjadi metra nefras. Alat-alat kelamin

ini sebenarnya berfungsi sebagai alat sekresi dan reproduksi secara anatomi

keduanya amat berdekatan, jadi alat reproduksi dan sekresi bersatu secara

anatomi tetapi secara fisiologis mempunyai perbedaan-perbedaan yang besar.

Struktur embriogenik percampuran pro nefras dengan neta nefras akan

menonjol menjadi nrognital ridge. Kedua sistem ini bertumbuh dari

mesodernal ridge. Urogenital ridge ini akan tumbuh menjadi sepsis duktus

mulleri. Selain itu akan tumbuh menjadi sepsis duktus wolli. Jika janin

tersebut atas pengaruh hormonnya akan menjadi wanita maka dukturus wolfi

akan hilang. Tetapi jika membentuk laki-laki maka dukturs wolfi akan tetap.

Duktus mulleri dan duktus wolfii pada pemulaanya akan tumbuh

kearah distal dan melebar serta bersatu kebawah akan menjadi kloaka. Jika

pertumbuhan ini tidak merobek keluar (jadi masih ditutupi suatu dinding),

maka terjadilah imperforater ari.

Kemudian dalam pertumbuhannya sesudah minggu ke 8 atau ke 10

janin masih tetap belum memiliki sex (sexless). Sesudah minggu ke 10 atas

pengaruh hormon maka akan terjadi deferensiasi. Sisa-sisa duktus mulleri

akan diatroli, tetapi sisa duktus wolfi akan tumbuh menjadi epidermis, duktus

deferens dan duktus ejakulasi. Duktus mulleri akan menjadi uterus dan

sebagian vagina. Jika terjadi ganguan pertumbuhan duktus mulleri maka

terjadi hemafrodisme.

Dari urogenital ridge akan tumbuh menjadi phallos dan gland penis,

kemudian karena pertumbuhannya maka urogenital ridge membuat selokan

yang memisahkan phaloos/bulbus kavernosum uretra. Jika pertumbuhan

bulbus/korpus kavernosum ini terganggu maka terbentuk hipospadia.

Page 4: Lp Hipospadia

Hipospadia adalah merupakan salah satu kontra indikasi pada sircum sisi.

Arteri protinda penis sangat penting dalam mekanisme ereksi pada

hipospadia. Korpus kavernosum uretra rudimenter otot menjadi chordae

dorsalic penis.

Tipe-tipe hipospadia

Ada tiga golongan besar menurut lokasi hipospadia :

1. Hipospadia anterior (sampai 1/3 anterior) 70%

2. Sepertiga tengah 7%

3. Sepertiga posterior 20%

Pembagian tipe hipospadia yang lain :

1. Digland disebut hipospadia glander

2. Di daerah korona disebut hipospadia penilis

3. Di daerah scromm disebut hipoepadia scrolalis

4. Di daeah perineal disebtu hipospadia penenalis

Pembagian ini adalah merupakan rekontruksi makan distal (kerah scrotum

terapinya akan semakin sulit.

E. Pemeriklsaan penunjang

Untuk menunjang diagnosa hipospadia tidak diperlukan pemeriksaan

penunjang. Tetapi karena penanganan pada hipospadia adalah operasi, maka

diperlukan pemeriksaan penunjang yaitu :

1. Tes chromatic (pemeriksaan jenis kelamin)

2. Rotgen thorax

3. Laborat darah rutin dan kimia (lengkap)

F. Manajemen terapi

Dalam melakukan penatalaksanaan ada dua kemungkinan yaitu :

1. Menghilangkan chordac disebut chordac eksisi

2. Membuat suran uretra disebut uretroplasty

Page 5: Lp Hipospadia

Pelaksanaan operasi pada saat :

1. Chordac eksisi dilakukan pada usia 2 tahun atau sesuah penis cukup

besar untuk mendapat trauma atau untuk mendapatkan jahitan yang

baik.

2. Uretroplasty dilakukan segea (sesudah 6 – 12 bulan)

Penatalaksanaan pasca bedah :

1. Anak harus dalam tirah baring hingga kateter diangkat. Harus hati-hati

agar anak tidak menarik kateter.

2. Baik luka penis dan tempat luka donor dijaga tetap bersih dan kering,

swab harus diambil jika dicurigai adanya infeksi.

3. Perawatan kateter

4. Pemeriksaan urine untuk memeriksa kandungan bakteri

5. Masukkan cairan yang adekuat untuk mempertahankan aliran ginjal &

mengencerkan toxin.

6. Pengangkatan jahitan kulit setelah 5 sampai 7 hari.

7. Anak dipulangkan segera setelah kateter diangkat dan dapat berkemih

secara memuaskan, orang tua diberi saran mengenai setiap masalah

yang menyangkut luka atau jika anak mempunyai kesulitan untuk

mengeluarkan urine.

G. Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi antara lain :

1. Terjadi fistek ditempat yang dulu datu dinding lain

2. Terjadi striktiura

3. Terjadi kantongan/sakus, sehingga terjadi inti-unti batu bahkan pada

kantongan tersebut tumbuh rambut-rambut atau bulu-bulu).

Page 6: Lp Hipospadia

DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. (1996). Text book of Medical-Surgical Nursing. EGC.

Jakarta.

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik.

Edisike-3. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta

: EGC.

Doengoes Merillynn. (1999) (Rencana Asuhan Keperawatan). Nursing care plans.

Guidelines for planing and documenting patient care. Alih bahasa : I Made Kariasa,

Ni Made Sumarwati. EGC. Jakarta.

Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri

Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.

Dorland. (1998). Kamus Saku Kedokteran Dorlana. Alih Bahasa: Dyah Nuswantari

Ed. 25. Jakarta: EGC

Prince A Sylvia. (1995). (patofisiologi). Clinical Concept. Alih bahasa : Peter

Anugrah EGC. Jakarta.

Page 7: Lp Hipospadia
Page 8: Lp Hipospadia
Page 9: Lp Hipospadia

3