lp andri (abortus inkomplit)

18
A. DEFINISI Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2007: 307). Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010) Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba, 2008). B. ETIOLOGI Menurut anonim (2009) factor penyebab abortus adalah : 1. Factor genetic a. Kelainan kromosom Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi, monosomi, triploid/tetraploid b. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80% c. Sindrom Ehlers – Danlos

Upload: andri-roukmana

Post on 09-Dec-2015

131 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

vgdfsgrhrts

TRANSCRIPT

Page 1: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

A. DEFINISI

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus

(Wiknjosastro, 2007: 307).

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan

kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin

mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010)

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat

hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah sebagian hasil

konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang tertinggal (Manuaba,

2008).

B. ETIOLOGI

Menurut anonim (2009) factor penyebab abortus adalah :

1. Factor genetic

a. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah

trisomi, monosomi, triploid/tetraploid

b. Abortus dua kali karena kelainan kromosom terjadi 80%

c. Sindrom Ehlers – Danlos

Yaitu suatu keadaan membran endometrium sangat rapuh sehingga mudah

ruptur atau pecah (rupture membrane abortus spontan)

2. Factor anatomi

a. Sub mukosa mioma uteri

b. Kelainan kongenital uterus seperti, septum, uterus arkuatus yang berat,

terdapat polip uteri

c. Serviks inkompeten

3. Factor endokrin

a. Intoksikasi bahan anestesi

b. Kecanduan (alkohol. Perokok, agen lainnya)

Page 2: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

4. Factor infeksi

a. Toxoplasmosis

b. Sitomegalovirus

c. Rubela

d. Herpes simpleks

e. Infeksi endometrium (klamidia, toksoplasmosis, mycoplasma hominis

5. Factor imunologi

a. Faktor alloimmune

Penolakan maternal terhadap hasil konsepsi yang mengadakan

implantasi

Jika tipe homolog HLA atau antipaternal antibody tinggi, akan

berlangsung abortus

Kehamilan dipertahankan oleh komponen :

Lokal autoimmune reaksi sehingga menetralkan antipaternal antibody

yang dijumpai pada sebagian ibu hamil

C. PATOFISIOLOGI

Menurut Hidayat (2009) patofisiologi abortus inkomplit yaitu : Fetus dan

plasenta keluar bersama pada saat aborsi yang terjadi sebelum minggu ke

sepuluh, tetapi terpisah. Kemudian ketika plasenta, seluruh atau sebagian

tertinggal di dalam uterus, perdarahan terjadi dengan cepat atau kemudian pada

permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis diikuti oleh nekrosis

jaringan sekitarnya. Kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi trelepas

karena dianggap benda asing. Maka uterus akan berkontraksi untuk

mengeluarkannya. Pada kehamilan di bawah 8 minggu hasil konsepsi

dikeluarkan seluruhnya karena vili kanalis belum menembus desidua terlalu

dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam

sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi

yang dihasilkan dari aktifitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan

banyak terjadi pendarahan. Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam

berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya

benda kecil tanpa bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama.

Page 3: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia

dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta.

Bentuk ini menjadi mola karnosa apaila pigmen darah telah diserap dan dalam

sisanya terjadi organisasi sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain

adalah mola tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol – benjol karena

terjadi hematoma antara amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi

proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion

berkurang maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia

menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah

terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar

karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat

menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah

berlangsung lama. (Prawirohardjo,2005)

D. DIAGNOSIS

Menurut anonym (2009) diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan

1. Anamnesis

a. Adanya amneore pada masa reproduksi

b. Perdarahan pervaginam disertai jaringan hasil konsepsi

c. Rasa askit atau kram pada perut di daerah atas simfisis

2. Pemeriksaan Fisik

a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan

b. Pada pemeriksaan pelvis, sisa hasil konsepsi ditemukan di dalam uterus

dapat juga menonjol keluar, atau didapatkan di liang vagina

c. Serviks terlihat dilatasi dan tidak menonjol

3. Pemeriksan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium tes kehamilan, hemoglobin, leukosit, waktu

bekuan, waktu perdarahan, trombosit

b. Pemeriksaan USG ditemukan kantong gestasi tidak utuh ada sisa hasil

konsepsi.

Page 4: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

E. MANIFESTASI KLINIK

1. Nyeri hebat

2. Perdarahan banyak

3. Sudah terjadi abortus dengan mengeluarkan jaringan tetapi sebagian masih

berada di dalam uterus

4. Pemeriksaan dalam : ( Servik masih membuka, mungkin teraba jaringan sisa dan

Perdarahan mungkin bertambah setelah pemeriksaan dalam ).

5. Pembesaran uterus sesuai usia kehamilan

6. Tes kehamilan mungkin masih positif akan tetapi kehamilan tidak dapat

dipertahankan.

F. PENATALAKSANAAN

Menurut Hidayat (2009) penatalaksanaan abortus inkomplit adalah :

1. Jika pendarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang 16 minggu,

evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk

mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan

berhenti beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler atau misoprostol 400 mg peroral

2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung usia kehamilan kurang 16

minggu evaluasi hasil konsepsi dengan :

a. Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evaluasi

dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual

tidak tersedia.

b. Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg

intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400

mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu)

3. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu

a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (NaCl atau

Rl) dengan gtt 40x/m sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai

terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)

c. Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus

d. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

Page 5: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

G. Pathways Keperawatan

Page 6: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

KDM PADA ABORTUS INCOMPLATE

(Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri)

A. Definisi

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala

atau tingatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau

mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2006). Nyeri didefinisikan

sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui

bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan dan

meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. (Judith

M. Wilkinson 2002). Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional

yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan

adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai

berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi

kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional).

B. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengean reseptor dan adanya rangsangan.

Reseptor nyeri yang di maksud adalah niciceptor, merupakan ujung-ujung saraf

sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki myelin yang

tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,

hati, dan kandung empedu.

Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi atau

rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berubah zat kimiawi seperti  histamine,

bradikinin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang di lepas apabila terdapat

kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat

berupa termal, listrik atau mekanis.

Page 7: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

C.  Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan

kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan

tegangan otot.

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya

berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri

kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau

dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya

nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

D. Stimulus Nyeri

Seseorang dapat meneloransi, menahan nyeri (pain tolerance) atau

mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain tolerance).

Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, di antaranya:

1. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan

jaringan dari iritasi secara langsung pada reseptor.

2. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya pada edema akibat terjadinya

penekanan pada reseptor nyeri.

3. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

4. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi pada blockade pada arceria koronaria

yang menstimulasi resptor nyeri akibat tumpukan asam laktat.

E. Teori Nyeri

Tedapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di antaranya (Barbara

C.Long, 1989):

1. Teori Pemisahan (Specificity Theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit

masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui karnu dorsalis yang bersinaps di

daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median

ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut

diteruskan.

Page 8: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

2. Teori Pola (Pattren Theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion

dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respons yang merangsan ke bagian yang lebih tinggi, yaitu

korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan response dan otot berkontraksi

sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh modalitas respons dari

reaksi sel T.

F. Cara Mengukur Intensitas Nyeri

Skala nyeri menurut Hayward

Skala Keterangan

0 Tidak nyeri

1-3 Nyeri ringan

4-6 Nyeri sedang

7-9 Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol

dengan aktifitas yang biasa dilakukan

10 Sangat nyeri dan tidak bias dikontrol

G. Pengkajian Nyeri

Asuhan keperawatan klien yang mengalami nyeri :

PENGKAJIAN

Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien

Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien. Tujuan pengkajian

adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjektif.

HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI

Karakteristik Nyeri (PQRST)

P (Provokative) : faktor yg mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri

Q (quality):seperti apa-> tajam, tumpul, atau tersayat

R (region) : daerah perjalanan nyeri

S (severity/SKALA NYERI) : keparahan / intensitas nyeri

T (time) : lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri

Page 9: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

Hal-hal yang perlu dikaji :

1. Lokasi

Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik minta klien untuk menunjukkan

area nyerinya, bisa dengan bantuan gambar. Klien bisa menandai bagian tubuh

yang mengalami nyeri.

2. Intensitas nyeri

Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan terpercaya

untuk menetukan intensitas nyeri pasien.

3. Kualitas nyeri

Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat

perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya.

Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.

4. Pola

Pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval nyeri.

Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa lama nyeri

berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir muncul.

5. Faktor presipitasi

Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri sebagai contoh,

aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain itu, factor

lingkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas), stressor fisik

dan emosionaljuga dapat memicu munculnya nyeri.

6. Kualitas nyeri

Terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-tusuk. Perawat

perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya.

Sebab informasi berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi nyeri.

OBSERVASI RESPON PERILAKU DAN FISIOLOGIS

Respon non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satu yang paling

utama adalah ekspresi wajah.

Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar,

menggigiti bibir bagian bawah, dan seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri.

Page 10: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah

vokalisasi (misalnya erangan, menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh

yang mengalami nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (misalnya menendang-

nendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur), dll.

H. Diagnosa Keperawatan

1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam

3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan

dinding endometrium dan jalan lahir

4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam

5. Berduka berhubungan dengan kehilangan

I. Rencana Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang sering muncul adalah :

1. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang abortus

Tujuan : Kecemasan Ibu Berkurang

Tindakan :

Lakukan komunikasi terapetik dengan pasien

Berikan informasi tentang abortus

Yakinkan pasien tentang diagnose

2. Resiko infeksi berhubungan dengan pendarahan pervaginam

Tujuan : infeksi dapat dicegah

Tindakan :

Observasi perdarahan

Observasi TTV

Lakukan tindakan sesuai prosedur aseptic

Kolaborasi pemberian obat antibiotic

Page 11: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

3. Gangguan rasa nyaman; nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus, perubahan

dinding endometrium dan jalan lahir

Tujuan : nyeri berkurang

Tindakan :

Kaji skala nyeri

Anjurkan pasien untuk bedrest total

Berikan pasien posisi yang nyaman

Kolaborasi pemberian obat analgetik

4. Resiko syok hipofolemik berhubungan dengan perdarahan pervaginam

Tujuan : syok dapat dicegah

Tindakan :

Observasi perdarahanObservasi TTV

Anjurkan pasien untuk bedrest total

Kolaborasi pemberian obat anti koagulan

5. Berduka berhubungan dengan kehilangan

Tujuan : pasien dan keluarga tabah menghadapi kenyataan kehilangan

Tindakan :

Beri dorongan klien dan keluarga untuk dapat menerima keadaan

Memotivasi pasien dan keluarga untuk tabah dan sabar

Bila berlebihan kolaborasi untuk konsultasi dengan psikolog

Page 12: LP ANDRI (Abortus Inkomplit)

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2009. Abortus Inkomplit. (http://abortus-inkomplit.com//) diakses tanggal 7

februari 2011

Hidayat. 2009. Pengertian Abortus Inkomplit. (http://hidayat/pengertian-abortus-

inkomplit.com) diakses 7 Februari 2011

Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP

Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Editor, Renata Komalasari Ed.4. EGC.

Jakarta. 2004

http://wahyuni-abortusinkomplit.blogspot.com/2011/12/manajemen-asuhan-kebidanan-

ny-n-gestasi.html Diakses pada tanggal 25 Juni 2014

http://karyatulisilmiah07.blogspot.com/2012/11/abortus-inkomplit oleh kurniawati

html Diakses pada tanggal 25 Juni 2014

http://ukkyputrinurse.wordpress.com/2013/04/22/laporan-pendahuluan-askep-abortus/

diakses pada tanggal 25 Juni 2014

Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga, jilid I, Media

Aesculapius Jakarta 2000.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2007, Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP.

Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina

Pustaka. Jakarta.

iii