low impact development design

8
LOW IMPACT DEVELOPMENT DESIGN Tujuan Pengelolaan dampak negative dari pembangunan suatu lahan dapat dilakukan dengan pengelolaan aliran permukaan yang mengaplikasikan Low Impact Development (LID). LID adalah konsep pengelolaan hidrologi yang berdasarkan pengelolaan aliran permukaan dalam skala kecil yang dimulai dari sumber masalahnya. LID diterapkan dalam bentuk rekayasa drainase yang berdasarkan pada prinsip drainase lambat dan pengaturan pada outflow aliran. Konsep dasar yang menggambarkan inti dari LIDadalah harus memproses rencana kawasan secara menyeluruh untuk mencapai keberhasilan dan rencana yang bias dilaksanakan. Tujuan LID : 1. Perlindungan sumber daya alam dan memenuhi peraturan lingkungan yang disyaratkan 2. Menahan selama mungkin limpasan hujan pada suatu kawasan tanpa menimbulkan genangan yang tidak diinginkan 3. Melindungi sumberdaya air dan fungsi hidrologi daerah tangkapan air (watershed) 4. Memelihara danmenirukan karakteristik hidrologi suatu kawasan sebelum pembangunan Dalam konsep drainase dengan LID memiliki lima elemen kunci yaitu :

Upload: tia-widya-puteri

Post on 26-Sep-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Low Impact Development Design

TRANSCRIPT

LOW IMPACT DEVELOPMENT DESIGN

Tujuan

Pengelolaan dampak negative dari pembangunan suatu lahan dapat dilakukan dengan pengelolaan aliran permukaan yang mengaplikasikan Low Impact Development (LID). LID adalah konsep pengelolaan hidrologi yang berdasarkan pengelolaan aliran permukaan dalam skala kecil yang dimulai dari sumber masalahnya. LID diterapkan dalam bentuk rekayasa drainase yang berdasarkan pada prinsip drainase lambat dan pengaturan pada outflow aliran. Konsep dasar yang menggambarkan inti dari LIDadalah harus memproses rencana kawasan secara menyeluruh untuk mencapai keberhasilandanrencanayangbias dilaksanakan.

Tujuan LID :

1. Perlindungan sumber daya alam dan memenuhi peraturan lingkungan yang disyaratkan

2. Menahan selama mungkin limpasan hujan pada suatu kawasan tanpa menimbulkan genangan yang tidak diinginkan

3. Melindungi sumberdaya air dan fungsi hidrologi daerah tangkapan air (watershed)

4. Memelihara danmenirukan karakteristik hidrologi suatu kawasan sebelum pembangunan

Dalam konsep drainase dengan LID memiliki lima elemen kunci yaitu :

1. Rancangan sesuai dengan lokasi, rancangan sistem drainase LID harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokasi

2. Konservasi, pengawetan pada vegetasi (tutupan lahan) dan memeliharan sistem drainase alami

3. Mengalirkan air hujan ke badan air, mengatur infiltrasi pada daerah genangan air alami dan buatan sampai pada akifer

4. Kontrol dengan skala kecil, konsep drainase ini meniru proses hidrologi awal

5. Pemeliharaan dan pendidikan, dimana dalam pemeliharaan dan pengelolaan drainase melibatkan peran serta masyarakat sebagai subjek dan penerima manfaat

Aplikasi Konsep

Untuk menerapkan pengelolaan limpasan air hujan yang memperhatikan aspek konservasi, terlebih dahulu perlu diketahui bentuk-bentuk bangunan yang sesuai dengan konsep konservasi. Untuk memudahkan mengetahui bentuk-bentuk bangunan yang sesuai dengan konsep konservasi, referensi diambil dari beberapa Low impact Development Design Manual. Karena desain konsep Low impact Development (LID) sudah memperhatikan aspek konservasi sumber daya air dan tanah

Konsep LID jika dibandingkan dengan konsep pengelolaan limpasan hujan konvensional diyakini mempunyai kelebihan-kelebihan antara lain adalah dalam mendukung upaya pelestarian lingkungan, menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih menarik/estetis dan biaya pengelolaan limpasan hujan yang lebih ekonomis ((Dwita S Kertadikara M dkk)

Konsep LID ini bisa diterapkan untuk program pembangunan struktural jangka panjang. Dalam penanganan masalah banjir yang bersifat mendesak, penanganannya harus langsung dalam program jangka waktu yang pendek secara structural- fisik seperti normalisasi sungai, sodetan, pembangunan penampungan air seperti waduk, kolam atau situ pada daerah yang terkena dampak langsung dari banjir. Karena dalam penerapan LID harus terintegrasi , terpadu, terpogram dalam jangka panjang, membutuhkan peran serta masyarakat (Studi Penataan Tata Air di Wilayah Depok, 2000).

Pembagian Skala Penerapan

1. Skala Penerapan Rumah Tangga

Untuk skala rumah tangga bangunan BMP yang sesuai adalah Rain Barrel, dan Sumur Kering dan Lubang Resapan Biopori, Karena bangunan-bangunan ini pada umumnya berfungsi untuk mengendalikan limpasan hujan yang berasal dari atap rumah. Sehingga penggunaan bangunan ini disetiap rumah tangga sangat efektif dan efisien. Dilihat dari kebutuhan luas lahan tidak merupakan faktor yang dominan karena tidak membutuhkan luas lahan yang cukup besar, dan untuk biaya pembuatan bangunan tidak terlalu mahal apabila dibebankan kepada pemilik rumah.

2. Skala Penerapan Komunal

Untuk skala komunal didasarkan kepada luas layanan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat bangunan BMP dan luas lahan. Karena untuk beberapa bangunan BMP seperti Cistern, bioretensi tidak mungkin diterapkan pada skala rumah tangga, karena biaya luas layanan cukup besar akan sangat tidak efektif dan efisien untuk skala penerapan rumah tangga yang hanya memerlukan pengendalian limpasan hujan yang berasal dari atap rumah. Sehingga penerapannya akan menimbulkan pemborosan dari segi biaya apabila diterapkan pada skala rumah tangga. Maka bangunan yang sesuai untuk skala komunal adalah Cistern dan Bioretensi. 2.3.3

3. Skala Penerapan Wilayah

Untuk penerapan skala wilayah didasarkann kepada fungsi dari aangunan BMP, kemudian luas wilayah layanan dan biaya yang dibutuhkan. Maka bangunan yang cocok untuk skala wilayah adalah Sarana bioretensi (bioretention facilities) dengan skala besar, yang juga bisa berfungsi sebagai taman kota, saringan (filter/buffer strips), saluran terbuka berumput (grassed swales) yang berfungsi sebagai drainase jalan raya, dan permeable pavement.,yang bisa difungsikan untuk jalan lingkung dan areal parkir kendaraan.

Bentuk Aplikasi

Beberapa contoh bangunan yang termasuk penerapan pengelolaan yang sesuai dengan gagasan LID adalah :

1. Sarana bioretensi (bioretention facilities)

2. Pompa kering (dry wells)

3. saringan (filter/buffer strips)

4. Saluran terbuka berumput (grassed swales),

5. bioretention swales, and wet swales

6. barel hujan (rain barrel)

7. Perkerasan Jalan permeabel (Permeable Pavement)

8. Bak air (Cistern)

9. Lubang Resapan Biopori

Kriteria Desain

Penerapan pengelolaan yang paling efektif yang disebut juga dengan Best Management Practise (BMP) didasarkan kepada kondisi lahan. Pemilihan BMP mempunyai karakteristik dasar yang harus dipenuhi yaitu untuk mengurangi sifat lahan yang tidak lulus air, mengatur waktu kosentrasi, mengendalikan volume dan debit limpasan, dan menyediakan tampungan.

Bioretensi (Bioretention)

Sistem bioretensi didesain berdasarkan jenis tanah, kondisi setempat dan tata guna lahan. Bioretensi bisa dibuat pada daerah yang lebih rendah dari daerah sekitar/layanan.

No

Karakteristik

Keterangan

1

Luas Lahan

Permukaan Tanah Luas permukaan min : 50 -200 ft2 Lebar Min : 5 10 ft Panjang Min : 10 20 ft Dalam Min : 2 4 ft

Material dibutuhkan

Pasir, batu kerikil, rumputan (mulch) Pepohonan, semak belukar, rumput (minimal terdapat 3 spesies alami) Pipa yang berlubang dan overflow storm drain Tanah untuk menanam terdiri dari campuran (pasir, pasir berlempung, dan lempung berpasir), komposisi lempung lebih kecil atau sama dengan 10 % Humus dengan ketebalan 3 inchi untuk tanah penutup Material penyaring (LID Technical Guidance Manual For Puget Sound,2005)

Kesulitasn Konstruksi

Tanah harus permeabel dengan kecepatan infiltrasi > 0,27 inch/jam direkomendasikan. Direkomendasikan jagaan dari atas 2 4 ft muka air/lapisan batu Minimum 10 ft dari muka air /pondasi bangunan Kedalaman tanah max 2 4 ft, tergantung jenis tanah

Tingkat layanan

Melayani > 10.000 sq.ft daerah kedap air atau > acre halaman berumput dan landscap (ASTM 2434 Standard Step Method for Permeability of Granular Soils (Constant Head), use 4 as the infiltration reduction factor) Sangat efektif untuk parkiran (parkir lot), jalur hijau (median strips) dan swales

Sumur Kering (Dry Well)

Sumur kering merupakan galian lubang yang berisi kerikil batu. Sumur kering berfungsi sebagai sistem infiltrasi untuk mengendalikan limpasan hujan dari atap bangunan.

No

Karakteristik

Keterangan

1

Luas Lahan

Luas permukaan min : 8 -20 ft2 Lebar Min : 2 4 ft Panjang Min : 4 8 ft Dalam Min : 4 8 ft

2

Material

Bahan urugan terdiri dari agregat bersih dengan uk > 1 < 3, dibungkus dengan saringan buatan dari pabrik Pipa PVC 4 inch yang dilubangi

3

Konstruksi

Tanah harus permeabel dengan kecepatan infiltrasi > 0,27 inch/jam direkomendasikan Direkomendasikan jagaan dari atas 2 4 ft muka air/lapisan batu Minimum 10 ft dari muka air /pondasi bangunan