liske makalah

57
STARNDAR PROFESI BIDAN DI DALAM ASPEK HUKUM PRAKTEK BIDAN D I S U S U N OLEH Kelompok IV Ketua : Fitrisinta Tampubolon Wakil Ketua : Liskemei Romauli Anggota : -Novia Adelina - Sariahma Sinaga -Lesrika Mutiara - Pitria Tilopa -Helmia Lubis - Jheny Tarigan -Sara Dewi - Novrita -Anastasya - Revina -Susi - Lina Simbolon -Nintan - Silvia Debora

Upload: liunchen-she

Post on 05-Dec-2014

18.206 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Liske makalah

STARNDAR PROFESI BIDAN DI DALAM ASPEK

HUKUM PRAKTEK BIDAN

D

I

S

U

S

U

N

OLEH

Kelompok IV

Ketua : Fitrisinta Tampubolon

Wakil Ketua : Liskemei Romauli

Anggota :

- Novia Adelina - Sariahma Sinaga

- Lesrika Mutiara - Pitria Tilopa

- Helmia Lubis - Jheny Tarigan

- Sara Dewi - Novrita

- Anastasya - Revina

- Susi - Lina Simbolon

- Nintan - Silvia Debora

AKADEMI KEBIDANAN DARMO MEDAN

T.A 2012/2013

Page 2: Liske makalah

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya  sehingga Tugas Kelompok berupa makalah ini

sebagai tugas mata kuliah dengan judul “STANDART PROFESI DIDALAM

ASPEK HUKUM PRAKTEK BIDAN” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan

dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun terutama dari dosen mata kuliah serta pembaca demi kesempurnaan

makalah ini. Penulis berharap semoga hasil dari penulisan makalah ini kelak dapat

bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2012

Penulis

Page 3: Liske makalah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan adalah salah satu profesi tertua di

dunia sejak adanya peradaban umat manusia. Bidan muncul sebagai wanita

terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu yang melahirkan. Peran dan

posisi bidan dimasyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang

sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati, mendampingi, serta

menolong ibu yang melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik.

Sejak zaman pra sejarah, dalam naskah kuno sudah tercatat bidan dari

Mesir yang berani ambil resiko membela keselamatan bayi-bayi laki-laki bangsa

Yahudi yang diperintahkan oleh Firaun untuk di bunuh. Mereka sudah

menunjukkan sikap etika moral yang tinggi dan takwa kepada Tuhan dalam

membela orang-orang yang berada dalam posisi yang lemah, yang pada zaman

modern ini, kita sebut peran advokasi. Bidan sebagai pekerja profesional dalam

menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang

dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang

dimilikinya

Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan

oleh pemerintah adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang

membutuhkannya. Pada tahun 1993 WHO merekomendasikan agar bidan di

bekali pengetahuan dan ketrampilan penanganan kegawatdaruratan kebidanan

yang relevan. Untuk itu pada tahun 1996 Depkes telah menerbitkan Permenkes

No.572/PER/Menkes/VI/96 yang memberikan wewenang dan perlindungan bagi

bidan dalam melaksanakan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir.

Pada pertemuan pengelola program Safe Mother Hood dari negara-negara

di wilayah Asia Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan

kebidanan diupayakan agar dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan

efektif.

Page 4: Liske makalah

Sebagai tindak lanjutnya WHO mengembangkan Standar Pelayanan

Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia,

khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat

masyarakat.

Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat akan memiliki rasa

kepercayaan yang lebih baik terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar akan

lebih efektif apabila dapat diobservasi dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan

dibutuhkan. Pelayanan kebidanan merupakan pelayanan profesional yang menjadi

bagian integral dari pelayanan kesehatan sehingga standar pelayanan kebidanan

dapat pula digunakan untuk menentukan

1.2    Ruang Lingkup Masalah

Ruang lingkup pembahasan yang akan dibahas yaitu mengenai Spek

hukum dalam praktek kebidanan

1.3    Tujuan dan Maksud Penulisan

1.    Mahasiswa mampu mempelajari dan melaksanakan asuhan kebidanan pada

bayi lahir dengan trauma lahir.

2.    Untuk mengingatkan kita kembali, untuk semaksimal mungkin melakukan

penatalaksanaan perioperatif pada obstuksi usus untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas pada bayi dan anak

1.4    Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan merupakan cara untuk memperoleh kebenaran ilmu

pengetahuan atau pemecahan suatu masalah yang pada dasarnya menggunakan

metode ilmiah, dalam penyusunan makalah ini kami menggunakan metode studi

pustaka melalui referensi-referensi yang ada di perpustakaan kampus maupun

internet.

Page 5: Liske makalah

1.5    Sistematika Penulisan

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

1.2  Ruang Lingkup Masalah

1.3  Tujuan dan Maksud Penulisan

1.4  Metodologi Penulisan

1.5  Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bidan

2.2 Standar Asuhan Kebidanan

2.3 Registrasi Praktik Bidan

2.4 Kewenangan Bidan di Komunitas

2.5 Aspek Hukum Perdata memiliki 2 bentuk pertanggung jawaban hokum

Sanksi dari timbulnya gugatan adanya Wanprestasi maupun adanya

PMH, secara hukum perdata, dapat kita teliti pasal –pasal

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 6: Liske makalah

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Bidan

Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti “with

woman”(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa

Perancis, sage femme (Bidan) berarti “ wanita bijaksana”,sedangkan dalam bahasa

latin, cum-mater (Bidan) bearti ”berkaitan dengan wanita”.

Menurut churchill, bidan adalah ” a health worker who may or may not formally

trained and is a physician, that delivers babies and provides associated maternal

care” (seorang petugas kesehatan yang terlatih secara formal ataupun tidak dan

bukan seorang dokter, yang membantu pelahiran bayi serta memberi perawatan

maternal terkait).

Definisi Bidan (ICM) : bidan adalah seorang yang telah menjalani

program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah

berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar

dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Bidan merupakan salah satu

profesi tertua didunia sejak adanya peradaban umat manusia.

Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan, yang

terakreditasi, memenuhi kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk praktek kebidanan. Yang diakui sebagai seorang

profesional yang bertanggungjawab, bermitra dengan perempuan dalam

memberikan dukungan, asuhan dan nasehat yang diperlukan selama kehamilan,

persalinan dan nifas, memfasilitasi kelahiran atas tanggung jawabnya sendiri serta

memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan anak.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1:

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan

bidan dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku

Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular

dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala

Page 7: Liske makalah

yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan

dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE bidan adalah

seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh negara

serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktek

kebidanan di negara itu.

Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya

meningkatkan kesejahteraan ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan

oleh pemerintah adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang

membutuhkannya. Pada tahun 1993 WHO merekomendasikan agar bidan di

bekali pengetahuan dan ketrampilan penanganan kegawatdaruratan kebidanan

yang relevan. Untuk itu pada tahun 1996 Depkes telah menerbitkan Permenkes

No.572/PER/Menkes/VI/96 yang memberikan wewenang dan perlindungan bagi

bidan dalam melaksanakan tindakan penyelamatan jiwa ibu dan bayi baru lahir.

Pada pertemuan pengelola program Safe Mother Hood dari negara-negara di

wilayah Asia Tenggara pada tahun 1995, disepakati bahwa kualitas pelayanan

kebidanan diupayakan agar dapat memenuhi standar tertentu agar aman dan

efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO mengembangkan Standar Pelayanan

Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia,

khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di

tingkatmasyarakat.

Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat akan memiliki rasa

kepercayaan yang lebih baik terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar akan

lebih efektif apabila dapat diobservasi dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan

dibutuhkan. Pelayanan kebidanan merupakan pelayanan profesional yang menjadi

bagian integral dari pelayanan kesehatan sehingga standar pelayanan kebidanan

dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam

menjalankan praktek sehari-hari. Standar ini dapat juga digunakan sebagai dasar

untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan

kurikulum pendidikan serta dapat membantu dalam penentuan kebutuhan

operasional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan pengorganisasian,

mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan serta ketrampilan bidan.

Page 8: Liske makalah

Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal

dan eksternal dari suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif

suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan

pengabdian kepada profesinya baik yang berhubungan dengan klien, keluarga,

masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri.

Secara umum tujuan menciptakan suatu kode etik adalah untuk

menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara

kesejahteraan para anggota, serta meningkatkan mutu profesi. Kode etik bidan

Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 yang disahkan dalam Kongres

Nasional Ikatan Bidan Indonesia X, petunjuk pelaksanaannya disahkan dalam

Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, kemudian disempurnakan dan

disahkan dalam Kongres Nasional IBI XII pada tahun 1998.

Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat dibedakan

menjadi tujuh bagian, yaitu :

1.      Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)

a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi

harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.

c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada

peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga

dan masyarakat.

d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.

e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan

pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan derajat kesehatannya secara optimal

2.      Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)

a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang

dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

Page 9: Liske makalah

b. Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan

kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan

konsultasi dan/atau rujukan.

c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat

dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan

atau diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

3.      Kewajiban bidan terhadap rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

(2 butir)

a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk

menciptakan suasana kerja yang serasi.

b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati

baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

4.      Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)

a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan

memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

5.      Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)

a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan

tugas profesinya dengan baik

b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

6.      Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2

butir)

a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya

Page 10: Liske makalah

dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan

Kesehatan Keluarga

b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga.

7.      Penutup (1 butir).

Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi

bidan, kode etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam

pelaksanaan pelayanan kebidanan profesional.

2.2  Standar Asuhan Kebidanan

Standar asuhan kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah

seorang bidan telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugas

profesinya. Adapun standar asuhan kebidanan terdiri dari :

Standar I : Metode Asuhan

Merupakan asuhan kebidanan yang dilaksanakan dengan metode

manajemen kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu : pengumpulan data, analisa

data, penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.

Standar II : Pengkajian

Pengumpulan data mengenai status kesehatan klien yang dilakukan

secara sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat

dan dianalisis.

Standar III : Diagnosa Kebidanan

Diagnosa Kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas dan sistematis

mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien sesuai

dengan wewenang bidan berdasarkan analisa data yang telah

dikumpulkan.

Standar IV : Rencana Asuhan

Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.

Page 11: Liske makalah

Standar V : Tindakan

Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan

perkembangan keadaan klien dan dilanjutkan dengan evaluasi

keadaan klien.

Standar VI : Partisipasi klien

Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/pertisipasi klien dan

keluarga dalam rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan

kesehatan.

Standar VII : Pengawasan

Monitoring atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus

menerus dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.

Standar VIII : Evaluasi

Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring

dengan tindakan kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari

rencana yang telah dirumuskan.

Standar IX : Dokumentasi

Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar

dokumentasi asuhan kebidanan yang diberikan.

2.3  Registrasi Praktik Bidan

Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun intenasional

oleh International Confederation of Midwives (ICM). Dalam menjalankan

tugasnya, seorang bidan harus memiliki kualifiksi agar mendapatkan lisensi untuk

praktek .

Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia

layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan

pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya

masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang

bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan

secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti

perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi

semuanya harus sesuai dengan standar

Page 12: Liske makalah

Setelah bidan melaksanakan pelayanan dilapangan, untuk menjaga kualitas

dan keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai

dengan kewenangannya1. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk

pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek perlu

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan Praktek

pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan,

yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya

dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna

jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan

bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan

sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat,

ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai

dengan standar1.

Dalam hal ini pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai registrasi

dan praktik bidan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 (Revisi dari Permenkes

No.572/MENKES/PER/VI/1996).

Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan

terhadap bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kompetensi inti atau

standar tampilan minimal yang ditetapkan. Bukti tertulis seorang bidan telah

mendapatkan kewenangan untuk menjalankan pelayanan asuhan kebidanan di

seluruh wilayah Indonesia disebut dengan Surat Izin Bidan (SIB), setelah bidan

dinyatakan memenuhi kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang

ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental bidan mampu melaksanakan praktek

profesinya.

Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh

SIB dengan mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan

Propinsi dimana institusi pendidikan berada selambat-lambatnya satu bulan

setelah menerima ijazah bidan. Kelengkapan registrasi meliputi :

- Fotokopi ijazah bidan.

Page 13: Liske makalah

- Fotokopi transkrip nilai akademik.

- Surat keterangan sehat dari dokter.

- Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar.

Bidan yang menjalankan praktek pada sarana kesehatan atau dan

perorangan harus memiliki SIPB dengan mengajukan permohonan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, dengan melampirkan persyaratan

yang meliputi :

- Fotokopi SIB yang masih berlaku.

- Fotokopi ijazah bidan.

Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai

pegawai negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.

- Surat keterangan sehat dari dokter.

- Rekomendasi dari organisasi profesi.

- Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar.

- SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis masa berlakunya dan dapat

diperbaharui kembali.

2.4  Kewenangan Bidan Di Komunitas

Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan

asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan

masyarakat sesuai dengan budaya setempat, yang meliputi :

1. Pengetahuan dasar

- Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.

- Masalah kebidanan komunitas.

- Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan

masyarakat.

- Strategi pelayanan kebidanan komunitas.

- Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam

keluarga dan masyarakat.

- Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.

- Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak.

Page 14: Liske makalah

2. Pengetahuan tambahan

- Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)

- Pemasaran social

- Peran serta masyarakat

- Audit maternal perinatal

- Perilaku kesehatan masyarakat

- Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan

anak (Safe Mother Hood dan Gerakan Sa g. Paradigma sehat tahun

2010.

3. Keterampilan dasar

- Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita

dan KB di masyarakat.

- Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.

- Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.

- Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat

untuk mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.

- Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.

- Melakukan pencatatan dan pelaporan

4. Keterampilan tambahan

- Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.

- Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.

- Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan

kewenangannya.

- Menggunakan tehnologi tepat guna.

- Pengertian Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan

terhadap suatu pengetahuan khusus. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi

profesi, kode etik, serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang

profesi tersebut. Contoh profesi adalah pada bidang hukum, kedokteran,

keuangan, militer, dan teknik.

Page 15: Liske makalah

Bidan Sebagai Profesi

Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus.

Sebagaii pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan. Bidan mempunyai tugas yang sangat unik, yaitu:

- Selalu mengedepankan fungsi ibu sebagai pendidik bagi anak-anaknya.

- Memiliki kode etik dengan serangkaian pengetahuan ilmiah yang didapat

melalui proses pendidikan dan jenjang tertentu

- Keberadaan bidan diakui memiliki organisasi profesi yang bertugas

meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat,

- Anggotanya menerima jasa atas pelayanan yang dilakukan dengan tetap

memegang teguh kode etik profesi.

Perilaku Profesional Bidan

1. Bertindak sesuai keahliannya

2. Mempunyai moral yang tinggi

3. Bersifat jujur

4. Tidak melakukan coba-coba

5. Tidak memberikan janji yang berlebihan

6. Mengembangkan kemitraan

7. Terampil berkomunikasi

8. Mengenal batas kemampuan

9. Mengadvokasi pilihan ibu

2.5  Aspek Hukum Perdata memiliki 2 bentuk pertanggung jawaban hukum

yaitu :

1. Wanprestasi, yaitu pertanggungjawaban hukum atas kerugian yang

disebabkannya,hasil tidak sesuai

2. Perbuatan Melawan Hukum (PMH), yaitu pertanggungjawaban atas

kerugian yang disebabkan perbuatanya, sehingga menimbulkan

kerugian.baik moril atau materil bagi keluarga ps/ps;

Prinsip pertanggungjawaban dalam hukum perdata/BW :

1. Setiap tindakan yg menimbulkan kerugian atas diri orang lain berarti orang

yg melakukanya harus membayar kompensasi kerugian(pasal 1365 BW ).

Page 16: Liske makalah

2. Seseorang harus bertanggungjawab tidak hanya karena kerugian yg

dilakukanya dengan sengaja , tetapi juga karena kelalaian atau kurang

berhati-hati(pasal 366BW) 3. Seseorang harus memberikan

pertanggungjawabaan tidak hanya karena kerugian atas tindakan

pelayanannya akan tetapi juga bertanggung jawab atas kelalaian orang lain

dibawah pengawasanya.(pasal 1367 KUHPerdata).

3. Tuntutan perdata pada dasarnya bertujuan utuk memperoleh kompensasi

atas kerugian yg diderita , oleh karena itu sebagai dasar dalam menuntut

seorang tenaga kesehatan termasuk bidan dalam menjalankan profesinya

adalah adanya wanprestasi atau adanya perbuatan melawan hukum, seperti

terurai diatas.

4. Dalam aspek hukum, wanprestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang

tidak memenuhi kewajibanya yang didasarkan adanya perikatan atau

perjannjian/kontrak kerja,

Secara Aspek hukum, contoh pekerjaan wanprestasi adalah :

1. tidak melakukan yang disanggupi akan dilakukan’

2. terlambat melakukan apa yang dijanjikan akan dilakukan,

3. melaksanakan apa yang dilakukan , tetapi tidak sesuai dengan yang

dijanjikan,

4. melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Tehnik Gugatan Wanprestasi :

1. Pasien/keluarga pasien harus mempunyai bukti-bukti kerugian sebagai

akibat tidak dipenuhinya kewajiban seorang tenaga kesehatan terhadap

dirinya, sebagaimana yang telah dijanjikan.

2. Pasien/keluarga melaporkan ke lembaga/ organisasi tenaga kesehatan,

biasanya sampai disitu karena hakekatnya gugatan adalah ganti rugi

materi.

Perbuatan Melawan Hukum ( orechtmatige daad):

•         Berbeda dengan tututan ganti rugi wanprestasi, tututan ganti rugi PMH

berdasarkan Tanggungjawab Perdata dapat diajukan berdasarkan pasal 1365

KUHPerdata, karena dalam PMH tidak harus ditemui adanya

Page 17: Liske makalah

perikatan/perjanjian, akan tetapi ada prinsip dasar yang dapat dijadikan

tuntutan adanya PMH tersebut yaitu :

–        Ada perbuatan melawan hukum

–        Ada kerugian

–        Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian

–        Ada kesalahan

–        Melanggar hak orang lain

–        Bertentangan dengan kewajiban hukum diri sendiri

–        Menyalahi pandangan etika yg umumnya diaanut (adat istiadat)

–        Berlawanan dg sikap hati-hati yg seharusnya diindahkan.

–        Jelas bertentangan dgn standar profesi bidan.

2.6  Sanksi dari timbulnya gugatan adanya Wanprestasi maupun adanya

PMH, secara hukum perdata, dapat kita teliti pasal –pasal berikut ini :

1. Pasal 1354 KUH Perdata:

“Jika seorang dengan sukarela, dengan tidak mendapat perintah untuk itu,

mewakili urusan orang lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini, maka ia

secara diam-diam mengikat dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan

tersebut, hingga orang yang diwakili kepentinganya dapat mengerjakan sendiri

urusan itu. Ia memikul segala kewajiban yang harus dipikulnya, seandainya ia

kuasakan dengan suatu pemberian kuasa yang dinyatakan dengan tegas “

Contoh kasus seorang tenaga kesehatan memberikan pertolongan

pernafasan/Resusitasi pada ps, hrs dilakukan sp selesai jangan ditinggal begitu

saja. Atau sampai ps mampu untuk meneruskan atau keluarganya. Jika terjadi

“penanganan “ resusitasi ditinggalkan ,maka ia akan dituntut sesuai pasal 1354

KUHPerdata, kepengadilan.

2. Dalam UU No.8/1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

Sebagai konsumen dalam pelayanan kesehatan, pasien dapat dikatagorikan

sebagai konsumen akhir, karena ps bukan produksi. Keadaan ini telah merubah

paradigma, yang mengatakan pelayanan kesehatan adlah sosial , sekarang beralih

kekomersial, dimana setiap tempat pelayanan kesehatan Rumah Sakit, Klinik, RB,

Page 18: Liske makalah

akhirnya pasien harus mengeluarkan biaya cukup tinggi dalam hak dan kewajiban

sebagai seorang pasien.

•         Analog ini tertuang dalam UU Konsumen No.8/1999:

•         Pasal 19 ayat (1): Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi

atas kerusakan, pencemaran, akibat mengkonsumsi barang atau/ jasa/

barang/obat yang diperdagangkan.

•         Ganti rugi yg dimaksud dalam ayat (1) adalah dapat berupa pengembalian

uang/barang yang setara nilainya/perawatan kesehatan yang sesuai dg

ketentuan perundang-undangan.

3. Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari

setelah tanggal transaksi.

Pemberian ganti rugi kepada pasien , tetap dapat memberi peluang jika

pasien tidak puas dengan yang digantikannya, bahkan dapat meningkat dari

tuntutan perdata menjadi tuntutan pidana, seperti tercantum dalam pasal 19

ayat (4).

Hal-hal yang dapat merubah tuntutan:

Jika terbukti dalam pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur

kesalahan.

Atau tuntutan menjadi tidak berlaku, apabila pelaku usaha kesehatan dapat

membuktikan bahwa kesalahan ada pada konsumen atau ps.

PERUNDANG_UNDANGAN KESEHATAN

1. Ilmu Hukum, mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan

dengan hukum. Demikian luasnya masalah –masalah yang dicakup oleh ilmu

hukum, sehingga banyak pendapat yang mengatakan bahwa hukum batas-

batasnya tidak jelas, yang salah bisa benar, yang benar bisa salah. Seorang

Pakar hukum menyebut ilmu hukum adalah “ Jurisprudence”.

2. Karena luasnya Ilmu hukum, maka kita batasi dengan bidang kesehatan, apa-

apa yang menjadi daftar masalah/isu yang berkembang, sehingga ilmu hukum

masuk kedalam bidang kesehatan yang kita pelajari sekarang tentang Hukum

Kesehatan/Perundang-undangan kesehatan.

Page 19: Liske makalah

Daftar Masalah Aspek hukum kesehatan :

1. Mempelajari asas-asas hukum pokok

2. Mempelajari arti dan fungsi hukum dalam masyarakat

3. Mempelajari kepentingan apa yang dapat dilindungi untuk masyarakat oleh

peraturan hukum

4. Mempelajari apakah keadilan dimata hukum umum, bidang sosial, bidang

kesehatan

5. Mempelajari bagaimana sesungguhnya hukum kedudukan hukum itu dalam

masyarakat, bagaimana hubungan atas perikatan/perjanjian yang berkaitan

dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

6. Kepastian hukum, melalui perundang-undangan yang berlaku, menjadi tujuan

dari resiko pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

Tatanan dalam konsep hukum

1. Kalau kita mendengar kata Tatanan , yang ada dalam pemahaman kita adalah

suatu keadaan dalam masyarakat , yang dapat menciptakan suasana,

hubungan, yang tetap, teratur, antara anggota masyarakat pada umumnya.

2. Termasuk dalam tatanan masyarakat adalah :

Kebiasaan, hukum, dan kesusilaan.

Kebiasaan adalah tatanan yang terdiri dari norma-norma yang dekat sekali

dengan kenyataan, yang normal/normatif. Normatif terkandung arti apa yang

harus kita lakukan.

Hukum; adalah peraturan-peraturan tertulis dan tidak tertulis, yang dibuat oleh

lembaga tertentu, dengan tujuan tercipta ketertiban, keadilan dalam masyarakat.

Menurut Fuller ada prinsip legal dari hukum yaitu :

1. suatu sistim hukum harus mengandung peraturan-peraturan.

2. Peraturan-peraturan yang di buat harus diumumkan

3. Tidak boleh ada peraturan yang berlaku surut, oleh karena apabila yg

demikian itu tidak bisa dipakai dgn untuk menjadi pedoman tingkah laku.

4. Peraturan-peraturan harus disusun dalam rumusan yang harus mudah

dimengerti

5. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung peraturan yang bertentangan

satu sama lain

Page 20: Liske makalah

6. Tidak boleh ada kebiasaan yang sering ingin mengubah peraturan-peraturan

yang berlaku

7. Harus ada kecoccokan dariperaturan dg pelaksanaan sehari2.

Kehadiran Hukum, dalam masyarakat dan tenaga kesehatan, dapat

melindungi keApeAntingan denAgan cara mengalokasikan suatu kekuasaan

kepadanya untuk bertindak dlm rangka kepentingan itu. Kekuasaan mengandung

arti hak seseorang, penguasaan adalah hubungan yang nyata antara seseorang

dengan sesuatu yang berada dalam kekeuasaanya, pada keadaan ini ia tidak perlu

legitimasi, karena sesuatu ada pada kekeuasaanya.

Ini berkaitan dengan tingkat kemampuan/kompetensi seorang tenaga

kesehatan, apabila dalam keadaan tertentu seorang bidan meninggalkan saat

pertolongan persalinan kepada asistenya, jika terjadi sesuatu atas tindakan yang

dilakukan asistenya maka, tanggungjawab resiko terdapat pada bidan tersebut,

karena ia meninggalkan waktu pertolongan persalinan padahal secara legitimasi

bahwa kewenangan untuk menolong persalinan tersebut ada pada nya.

Penguasaan kebijikan melekat pada bidan tersebut, sehingga apapun

alasanya tidak menutup kemungkinan bidan akan kena sanksi hukum, yaitu

dengan sengaja melalaikan pekerjaanya.

Hukum Tertulis dan Hukum Tidak Tertulis.

a. Hukum tertulis lebih dikenal dengan sebutan Perundang-undangan

b. Hukum tertulis lebih menjadi ciri dari hukum modern, lebih dapat diterima

dalam kehidupan modern masa kini, dimana kehidupan semakin kompleks,

serta masyarakat yang lebih tersusun secara organisatori, dan hubungan antar

manusia yang dinamis dan kompleks ini sudah tidak bisa lagi mengatur

dengan tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tahayul, atau budaya semata.

c. Kelebihan hukum tertulis dibanding tidak tertulis adalah apa yang diatur

dengan mudah dapat diketahui orang/masyarakat

d. Pengetahuan tentang hukum mulai meningkat di masyarakat, dengan adanya

tulisan/cetakan perundang-undangan mulai UU Kesehatan, UU konsumen,

UU Praktik Kedokteran, UU Politik dsb.

e. Memungkinkan untuk merevisi UU yang sdh ada dgn yang baru.

Page 21: Liske makalah

f. Hukum sebagai pijakan keadilan dalam masyarakatMembicarakan hukum

adalah membicarakan antar hidup manusia, membicarakan antar hidup

manusia adalah membicarakan keadilan.

g. Sehingga kalau berbicara hukum kita akan berbicara keadilan

h. Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam masyarakat, dalam

pembukaan UUD 45 jelas tertuang bahwa keadilan adalah hak setiap warga

negara.

i. Agar keadilan dapat seiring dengan keteraturan dan ketaatan dalam dinamika

kehidupan dan seluruh bidang termasuk bidang kesehatan, maka perlu

kelengkapan dari beberapa step berikut yaitu :stabilitas, maka kehadiran

hukum sangat dituntut untuk dapat tercipta keadilan dan stabilitas kehidupan.

Tahap terbentuknya hukum tertulis: Pembuatan hukum atau pembuatan

Perundang-undangan dilakukan oleh lembaga yang membidangi dan juga

pendapat para ahli serta publik atau masyarakat dapat memberikan saran atau

masukan melalui instansi yang berwenang.

Bahan Hukum :

Bahan pembuatan hukum dimulai dari gagasan atau ide yang kemudian

diproses lebih lanjut sehingga pada akhirnya benar-benar menjadi bahan yang siap

dipakai untuk dijadikan sanksi hukum.

contoh: gagasan ini muncul dari masyarakat dalam bentuk ada

permasalahan pelayanan kesehatan yang harus diatur oleh hukum, misal

masyarakat menganggap belakangan ini telah ada tindakan-tindakan tenaga

kesehatan yang berakibat merugikan masyarakat.

Ciri-ciri Hukum Modern.

1. Mempunyai bentuk tertulis dalam bentuk Perundang-undangan

2. Hukum itu berlaku untuk seluruh wilayah negara, meskipun sampai kini

masih ada diskriminasi antar penduduk, antar kekuasaan dan antar bangsa

3. Hukum adalah sebagai instrumen yang dapat dipakai secara sadar untuk

mewujudkan keputusan-keputusan masyarakatnya.

Fungsi Hadirnya Hukum Kebidanan :

a. Adanya kebutuhan tenagakesehatan akan perlindungan hukum

b. Adanya kebutuhan pasien akan perlindungan hukum

Page 22: Liske makalah

c. Adanya pihak ketiga akan perlindungan hukum

d. Adanya kebutuhan dan kebebasan warga masyarakat untuk menentukan

kepentinganya serta identifikasi kewajiban dari pemerintah

e. Adanya kebutuhan akan keterarahan

f. Adanya kebutuhan tingkat kwalitas pelayanan kesehatan

g. Adanya kebutuhan akan pengendalian biaya kesehatan

h. Adanya kebutuhan pengaturan biaya jasa pelayanan kesehatan dan keahlian

Tujuan adanya Hukum Kebidanan

a. Dapat menyelesaikan sengketa yang timbul antara tenaga kesehatan terhadap

pasien atau keluarga pasien sebagai pihak ketiga, sebagaimana kita ketahui

akhir-akhir ini banyak tuduhan terhadap para tenakes dalam melaksanakan

profesinya, kadang hanya masalah sepele dapat diangkat kemeja hijau.

b. Dalam situasi seperti ini Hukum Kesehatan sangat diperlukan, sebagai acuan

bagi penyelesaian sengketa yang terjadi, lebih-lebih kita Negara Indonesia

mengaut asas Legalitas, karena sebagai Negara Hukum

c. Dapat menjaga ketertiban dalam masyarakat

d. Dapat membantu merekayasa masyarakat, dalam hal pandangan bahwa

sebenarnya tenakes juga adalah manusia biasa dan meluruskan pandangan

serta sikap bagi para tenakes yang kerap merasa kebal hukum, dan tidak dapat

disentuh pengadilan. Jaman ini tidak ada lagi.

PERUNDANG_UNDANGAN YANG MELANDASI BIDANG KEBIDANAN

a. Dalam upaya melaksanakan pelayanan kesehatan/kebidanan, perlu peran dari

masyarakat itu sendiri untuk dapat membantu terciptanya suatu masyarakat

yang memiliki kesadaran akan hukum, berkemauan untuk hidup sehat dan

kemampuan untuk dapat membantu agar terciptanya kondisi masyarakat yang

memiliki derajat kesehatan yang optimal, sejahtera.

b. Pemerintah dalam hal ini lebih berperan untuk memusatkan perhatian ,

pengawasan, , upaya pembinaan, , serta pengaturan, agar tercipta pemerataan

pelayanan kesehatan serta tercipta suatu kondisi yang serasi, seimbang , adil,

harmonis antara sesama pelayan kesehatan, sehingga tidak ragu dalam

melaksanakan profesi karena akan terlindung dari sanksi hukum.

Page 23: Liske makalah

AZAS-AZAS UU KEBIDANAN NOMOR.23 TAHUN 1992

Azaz perikemanusiaan yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,

dimana dalam melaksanakan kegiatan kita tidak membeda-bedakan golongan,

kepentingan, agama dan bangsa

1. Azas manfaat, harus dapat memberikan manfaat yang sebenarnya sesuai

dengan tujuan kita menolong adalah ikhtiar, tidak untuk menipu atau

menggandakan tujuan bagi masyarakat

2. Azaz usaha bersama dan kekeluargaan

3. Azas adil dan merata

4. Azas perikemenusiaan dalam keseimbangan

5. Azas kepercayaan dan kemempuan diri sendiri, menguatkan potensi diri

maupun potensi nasional.

Syarat syah Pelayanan Kesehatan, sesuai UU. No 23 Tentang Kesehatan :

Setiap orang yang meminta pertolongan pada umunya berada dalam posisi

ketergantungan, artinya ada tujuan tertentu.

- Misal jika sakit datang ke tenakes

- Melakukan tuntutan hukum datang ke Advokat

- Membuat wasiat/surat tanah datang kenotaris

- Setiap orang yang meminta pertolongan pada seorang profesi kesehatan,

bersifat rahasia, termasuk hubungan antara pasien dengan tenakesnya

- Setiap orang yg menjalani profesi kesehatan bersifat rahasia,, bebas, dan

otonomi profesi.

- Sifat pekerjaan kesehatan bukan harga mati, tapi berupa ikhtiar, harus

melalukan yang terbaik, sesuai kompetensi, dapat dipertanggungjawabkan

baik secara hukum kesehatan.

LANDASAN HUKUM KEBIDANAN

a. Dari sudut pandang hukum perdata, hubungan antara health care provider dan

health care receiver , merupakan hubungan perikatan /kontraktual, diantara

kedua belah pihak, sehingga dari masing-masing pihak akan muncul antara

hak dan kewajiban.

b. Health care provider, wajib memberikan prestasinya dalam bentuk layanan

medik yang layak berdasarkan keilmuan yang telah teruji.Dalam rangka

Page 24: Liske makalah

memberikan pelayanan kesehatan wajib memperhatikan hak-hak lain dari

pasien, baik yang timbul dari perundang-undangan yang berlaku maupun dari

kebiasaan dan kepatutan.

Pasal 1 ayat (3) UU Kesehatan No.23/92, tenaga kesehatan adalah setiap

orang yang mengabdikan dirinya dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan atau ketrampilan melalui pendidikan yang untuk

Bidang tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan pelayanan kesehatan.

Yang termasuk Tenakes sesuai UU 23/92 dan PP 32/96 adalah :

a. Tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan

masyarakat, tenaga gizi, tenaga terapi fisik, tenaga teknis medis.

b. Pasal 53 UU 23/92, tentang hak-hak pasien, diantaranya adalah hak atas

informasi dan hak untuk mendapatkan persetujuan tindakan medik yang akan

dilakukan terhadapnya, persetujuan selanjutnya di sebut Informent concern.

c. Jika tindakan medik tanpa persetujuan, termasuk pelanggaran hukum,

berikutnya dapat digugat bahkan sampai pengadilan.

d. Pasal 1239 KUHPerdata, jika seseorang tidak dapat melakukan dan tidak

dapat memenuhi kewajibanya yang didasari adanya perjanjian (perikatan

antara tenakes dengan pasien, dan perikatan ini terikat dengan asas iktiar ),

jika tidak terpenuhi ini dianggap tindakan wanprestasi( ingkar janji) dan ini

termasuk perbuatan melawan hukum (PMH), apabila kemudian menimbulkan

kerugian baik materl maupun moril selanjutnya dapat digugat sebagai

tindakan malpraktek.

e. Pasal 1365 ayat (1) KUHP tiap perbuatan melawan hukum yang membawa

kerugian, maka wajib bertanggung jawab mengganti kerugian/timbulnya

gugutan.

f. Ayat (3), begitu pula jika kerugian pasien yang dilakukan oleh tenakes

dibawah pengawasanya, perawat, asisten bidan , bidan, dalam hal ini tenakes

yang memiliki kewenangan kompetensi yang bertanggung jawab.

Syarat syah suatu Kesepakatan/Perjanjian hukum :

Pasal 1320 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah jika

terpenuhi hal –hal berikut ini :

- Adanya kesepakatan

Page 25: Liske makalah

- Adanya kecakapan, dewasa, tidak gila, tdk dalam pengampuan(anak-

anak), wanita dalam keadaan inpartu.

Legal, artinya yang tidak bertentangan dengan UU dan hukum, dengan

ketertiban umum, dengan publik/masyarakat, dan tidak bertentangan dengan

norma kesusilaan yag berlaku di masyarakat.

Jika tidak sesuai dengan kreteria di atas apalagi dengan norma-norma,

maka akan mengarah kepada penyimpangan prilaku, ada perbuatan yang tidak

sesuai, tidak menyenangkan, Undang-undang Nomor 13.Tahun 2003 Tentang

Ketenagakerjaan,

Pasal 81 ayat(1) , masa haid bagi wanita tidak wajib bekerja pada hari pertama

dan kedua.

ayat (2), pelaksanaan diatur dengan perjanjian

Pasal 82 ayat(1). Buruh wanita berhak dapat cuti 1,5 bulan sebelum melahirkan

dan 1,5 bulan sesudah melahirkan.

ayat (2) , yang mengalami keguguran berhak mendapat cuti 1,5 bulan

atau sesuai dengan surat sakit dari dokter.

Pasal 84 , setiap pekerja berhak mendapatkan upah/gaji yang sesuai atau dengan

kesepakatan,

KESEHATAN ( HEALTH )

a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), dulu batasan tentang keadaan

sehat hanya mencakup kondisi tidak sakit, tetapi sekarang telah mencakup

beberapa aspek.

b. Menurut UU Nomor 23/1992, ada 4 aspek yang termasuk kedalam kesehatan

yaitu :

- Fisik

- Mental

- Sosial * Ekonomi.

c. Kesehatan Menurut Teori BLUM ( 1974 ), bahwa kesehatan sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

- Lingkungan, lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi

- Perilaku, Pelayanan kesehatan dan keturunan/genetik.

Page 26: Liske makalah

HAK DAN KEWAJIBAN PROFESI

a. Setiap undang-undang selalu mengatur hak dan ewajiban, baik pemerintah

maupun warga masyarakatnya, demikian dalam UU 23/92 tentang kesehatan.

b. Hak dan kewajiban berdasarkan pasal 4 dan 5 UU kesehatan mengatakan

bahwa: setiap orang mempunyai hak yg sama dalam memperoleh derajat

kesehatan yg optimal, setiap orang berkewajiban ikut serta dalam

pemeliharaan kes perorang, keluarga juga masyarakat.

ASPEK HUKUM DAN KETERKAITANNYA DG PRAKTEK BIDAN

a. Praktek bidan selain bertujuan menjalani profesi sebagai bidan, namun

senantiasa wajib merahasiakan keadaan penyakit klien yang ditangani, bukan

saja sebagai kewajiban moral akan tetapi melekat sebagai kewajiban hukum.

b. Perlu diketahui dan diingat bahwa klien yang datang ke praktek bidan , itu

karena ia sangat membutuhkan pertolongan, siapapun keadaan klien kita tidak

boleh meremehkan dan lupa akan norma kesusilaan yang berlaku pada saat

tersebut di masyarakat, atas dasar tersebut norma susila yang telah ada lebih

dikuatkan dengan undang-undang, yang mana apabila apa yang telah

dilakukan bidan diduga ada kesalahan atau mengakibatkan cacat , maka

terkena sanksi hukum baik perdata maupun pidana.

c. Di Indonesia telah dikeluarkan mengenai Peraturan Pemerintah, dan Undang-

undang Kesehatan.

d. Pasal 53 UU Kesehatan 1992, beserta penjelasanya menyatakan dengan tegas

bahwa rahasia pasien merupakan hak yang perlu dihormati, selain sanksi

moral tentunya ada sanksi hukum yang dapat diterapkan jika bidan melanggar

ketentuan yang berlaku.

e. Sanksi pidana pada pasal 322 KUHP, berbunyi :

f. “Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang ia wajib menyimpanya

oleh karena jabatan atau pekerjaanya, baik sekarang maupun dulu, dihukum

dg hukuman penjara selama-selamanya 6 bulan atau denda 600 jt rupiah”

SELAIN BIDAN , TENAKES LAIN YG HARUS MERAHASIAKAN PS :

1. Semua tenaga kesehatan

2. Semua mahasiswa pendidikan kesehatan

Page 27: Liske makalah

3. Orang-orang yang ditetapkan oleh peraturan Menteri Kesehatan, misalnya

tata usaha pegawai laboratorium yang mengurus/pegawai rekam medik.

Bidan tidak terkena sanksi hukum dalam pembocoran kerahasiaan , jika

pasien telah memberi ijin kepada bidan , apabila suatu keadaan ada yang bertanya

tentang keadaanya.

Bukan merupakan informed concern, manakala bidan diluar ruang praktek

sedang membicarakan akibat pemerkosaan,abortus.

HAK- HAK KLIEN, PERSETUJUAN UNTUK BIDAN BERTINDAK

a. Perlu diketehui bahwa pasien/klien mempunyai hak untuk menyampaikan

persetujuan/ informed concern , terhadap setiap tindakan yang akan dilakukan

oleh bidan.

b. Secara hukum hak persetujuan tersebut, tertuang pada penjabaran dari hak

asasi manusia, dan dijamin oleh undang-undang kesehatan no. 23/92.

c. Akan tetapi dalam keadaan gawat darurat atau kritis, seorang yang berpacu

dengan nyawa, seorang tenaga kesehatan tidak ada waktu untuk menjelaskan

kepada keluarga klien, maka dibenarkan untuk melakukan sesuatu demi

keselaman yang mendasar dari klien tersebut.

KONTRASEPSI

a. Setiap tindakan medik, termasuk kontrasepsi, memerlukan persetujuan dalam

pelasanaanya.

b. Sebaiknya sebelum bidan menawarkan kontrasepsi kepada klien, dimintakan

dulu persetujuan dari suami klien , kecuali untuk kontrasepsi yang tidak

menetap/reversible seperti :

c. Pil, suntik, tissue, kondom, implant/susuk kontraseosi ini diperbolehkan tidak

ada persetujuan dari suami.

d. Sedangkan kontrasepsi yang tetap/irreversible, seperti IUD, Steril, MOP, harus

ada persetujuan kedua belah pihak.

e. Ingat selain persetujuan pasien, juga informasi yang benar, termasuk informasi

lain yang memungkinkan harus menjadi bagian wajib bidan kepada klien.

Page 28: Liske makalah

TANGGUNG JAWAB DAN TANGGUNG GUGAT BIDAN DALAM

PRAKTEK

a. Kurang kehati-hatian atau kesalahan dalam melaksanakan tindakan medik yang

terjadi, menunjukan adanya perilaku tenaga kesahatan yang tidak sesuai

dengan standar profesi yang telah di atur dalam perundang-undangan.

b. Kesalahan tersebut diatas dapat dianggap sebagai PMH( perbuatan melawan

hukum ), dan ini yang dapat dijadikan bahan gugatan oleh keluarga klien atau

pihak lain.

c. Syarat adanya dugaan kesalahan tindakan apabila :

- Ada kerugian

- Ada sebab akibat dari apa yang dilaksanakan

- Masih dalam hubungan perikatan antara bidan dan klien tsb.

TANGGUNG GUGAT

a. Dalam pasal 1367 ayat(3) KUHPerdata, seorang tenaga kesehatan harus

memberikan pertanggung jawaban tidak hanya atas kerugian ang ditimbulkan

dari tindakan diri sendiri , akan tetapi juga apabila terjadi kesalahan yang

dilakukan oleh bawahannya, atau perawat, bidan yang diberi delegasi,

melakukanya, sementara ia masih dibawah pengawasanya, dan apabila

keadaan tersebut dijadikan suatu gugatan maka selain bidan/tenaga kesehatan

yang pertama melakukan tindakan, kemudian ada perawat yang juga

melakukan perawatan, ini akan terkena sanksi hukum tangung renteng,

tanggung gugat.

b. Begitu juga apabila bidan mempunyai Klinik Bersalin, dimana sebagai

penanggung jawab adalah seorang dokter kandungan, akan tetapi ia tidak

sebagai dokter tetap,

STANDAR PRAKTEK BIDAN

a. Pengertian profesi memiliki arti sebagai ukuran, dan untuk profesi medik ,

bidan, dan profesi lain diluar medik misal, advokat, guru, jurnalis, hakim dan

jaksa juga memiliki status profesi, akan tetapi dalam hal profesi medik,

didalam pekerjaanya senantiasa bersinggungan dengan nyawa/jiwa manusia,

sehingga diperlukan kehati-hatian yang tinggi , dan bersifat mandiri,

meskipun memiliki kemandiririan tetap , teliti, penuh kehati-hatian dan harus

Page 29: Liske makalah

ingat perundang-undangan, yang kini sebagai payung hukum tenaga kesehatan

adalah hukum kesehatan.

b. Pasal 53 ayat(2) UU No.23/92 Tentang Kesehatan, menjelaskan bahwa

standar profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk

dalam menjalankan profesinya dengan baik dan benar.

PERATURAN PERUNDANG_UNDANGAN YG MELANDASI PRAKTIK

BIDAN

a. Peraturan perundang-undangan yang melandasi bidan , berupa hubungan

“keterikatan” antara klien dan bidan, secara hukum kesehatan keterikatan

adalah mengabdung pengertian hak dan kewajiban.

b. Tindakan bidan adalah sebagai subjek hukum, jika dilakukan berkaitan

dengan profesi bidan, apabila bukan menyandang profesi bidan maka tidak

termasuk perikatan secara hukum.

c. Perundang-undangan sbg landasan praktik bidan :

Kep. MenKes No.43/MenKes/SK/X/1983 tentang KODEKI, memuat

segala sesuatu tanggung jawab terhadap ketentuan profesi. UU.No.23 /1992

Tentang Kesehatan dan UUPK No.29/2004 Tentang Praktik Kedokteran, memuat

ketentuan perdata dan pidana.

PERMENKES TENTANG REGISTRASI

a. Seperti tercantum dalam UU. No 23/92 Tentang Kesehatan dan adanya

UUPK No29/2004 Tentang Praktik Kedokteran, ini menjadi bagian tanggung

jawab tenaga kesehatan, dan adalah kewajiban Bidan untuk melaksanakan

nya antara lain:

1. Mengikuti pendidikan dan pelatihan, ini tercantum dalam pasal 28 ayat (1)

dan pasal 52 e, yang diselenggarakan oleh organisasi profesi dan lembaga

lain yang terakreditasi.

2. Kewajiban mengurus STR dan SIB ( Surat izin Bidan ), dengan mengisi

formulir permohonan , diajukan ke kepala dinas kesehatan kesehatan

provinsi untuk diterbitkannya SIB.

SYARAT-SYARAT REGISTRASI

a. Memiliki ijasah

b. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji

Page 30: Liske makalah

c. Memiliki surat keterangan fisik sehat dan mental sehat

d. Memiliki sertifikat kompetensi ( surat ini dikeluarkan oleh kolegium yang

bersangkutan )

e. Membuat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika

profesi

Masa berlaku surat tanda Registrasi adalah maksimal 5 tahun dan

kemudian di ulanh tiap 5 tahun berikut, pada saat membuat registrasi ulang ,

seorang bidan harus menyertakan surat sehat jasmani dan mental ( surat

keterangan tsb harus ditandatangi oleh dokter yang memiliki SIP ).

SURAT IZIN PRAKTIK BIDAN

a. Merupakan bukti tertulis yang wajib dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan

yang berprofesi

b. yang berhak mengeluarkan adalah pejabat yang berwenang di Provinsi

dimana seseai tempat praktik bidan (SIPB )

c. Praktik bidan juga telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan

No.900/MenKes/SK/VII/2002, yang merupakan revisi dari Permenkes

No.572/MenKes/per/VI/1996.

Dan dapat dikaji dalam melaksanakan praktik bidan sesuai :

- KepMenkes 900/MenKes/SK/VII/2002 tentang registrasi praktik bidan

standar pelayanan kebidanan

- UU Kesehatan 23/92

- PP 32/1996 Tentang otonomi Daerah, UU 13/2003 Ketenagakerjaan

- UU Aborsi, Adopsi, bayi tabung dan transplantasi.

MASA BAKTI DAN PERIZINAN

a. Masa bakti bidan dilaksanakan ssuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Perizinan Bidan :

- Harus memiliki SIB

- SIB berlaku selama 5 tahun dan harus diperbarui sesuai uji kompetensi,

- Apabila bidan menjadi pegawai tidak tetap dalam rangka menjalankan

masa bakti, maka tidak memerlukan SIB.

Page 31: Liske makalah

Sebaliknya bagi bidan lulus pendidikan dan merencanakan menjadi

pegawai tetap baik negeri atau swasta, wajib mengurus STR, SIPB dan

berkewajiban meningkatkan keilmuan dan/atau ketrampilanya melalui pendidikan

formal dan pelatihan.

BENTUK PELAYANAN PRAKTIK BIDAN

1. Pelayanan kebidanan , terhadap ibu dan anak

Pelayanan ibu: pada masa pranikah, prahamil,masa kehamilan, masa nifas,

masa menyusui dapat eksklusif sampai 6 bulan.

2. Untuk anak, masa baru lahir, masa bayi, masa balita dan masa prasekolah.

Pasal 17, dalam praktik bidan, perlu diwaspai apabila dalam keadaan

pelayanan kadang klien ingin langsung dengan pengobatan, akan tetapi

sebagai tenaga kesehatan profesional, sebaiknya pemberian obat-obatan dapat

diberikan oleh yang memiliki kewenangan ( dalam hal penulisan resep,

maupun pemberian obat, ada tenaga medis/dokter/dokter spesialis, ) kecuali

diwilayah tersebut tidak ada dokter.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

a. Organisasi profesi bidan, menetapkan kepada seluruh anggotanya untuk

mengumpulkan angka kredit selama pelayanan kebidanan, yang dikumpulkan

melalui pendidikan , kegiatan ilmiah, pengabdian kepada masyarakat.

b. Organisasi profesi berkewajiban membibing dan mendorong para anggotanya

untuk dapat mencapai jumlah anggka kredit yang telah ditentukan.( selama

praktek bidan wajib mentaati aturan perundang-undangan yg berlaku ).

c. Pimpinan sarana kesehatan wajib elaporkan bidan yang praktek maupun

sudah tidak praktek kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan surat

tembusan kepada ketua organisasi profesi setempat.

SANKSI HUKUM BAGI BIDAN

a. Sanksi Hukum Perdata :

- Berupa Wanprestasi ( pasal 1239 KUHP ), jika melakukan :

- Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan

- Terlambat melakukan apa yang dijanjikan

- Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi tidak sesuai hasil yang

dijanjikan, melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak boleh dilakukan oleh

Page 32: Liske makalah

bidan misal melakukan tindakan curretge pada kasus abortus

( kewenangan mutlak ada pada dokter spesialis ).

b. Contoh kasus atas gugatan wanprestasi :

Pada papan nama bidan, mencantumkan praktik dari jam 17 wib-19 wib, akan

tetapi setiap datang bidan tersebut jam 18 wib, ini pelanggaran krn tidak sesuai

dg apa yg dijanjikan.

Sanksi hukum Pidana atas PMH

1. Bentuk Perbuatan Melawan Hukum oleh bidan adalah :

Akibat asuhan kebidanan yang dilakukan menimbulkan cacat tubuh, luka

berat, adanya kerugian materi yang berlebih, timbul rasa sakit yang terus

menerus, sampai tidak dapat melakukan aktfitas klien sebagai ibu rt atau tidak

dapat bekerja, merusak kepercayaan dan keagamaan , bahkan sampai klien

meninggal dunia.

2. Dalam buku KUHPidana , pasal 183,184, hakim harus memiliki alat bukti

yang syah dari gugatan pidana dengan syarat bahwa alat bukti tersebut

terpenuhi : adanya keterangan saksi, keterangan ahli, surat yg dibuat menurut

ketentuan perundang-undangan oleh pejabat, untuk pembuktian dari suatu

keadaan, adanya petunjuk sesuai kebijakan hakim, keterangan terdakwa dapat

menerangkan akan Rekam medik ( sebagai alat bukti di persidangan ).

KETENTUAN PERALIHAN

1. Dengan telah terbitnya ketentuan Registrasi dan Surat izin Bidan , diatur

melalui Keputusan MenKes Nomor.900/MenKes/SK/VII/2002, maka

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 572/MenKes/VI/1996, tentang registrasi

dan praktek bidan sudah tidak berlaku lagi.

2. Surat Izin Bidan dan Surat Izin Praktik Bidan berlaku selama 5 tahun dan apabila

telah habis masa berlakunya dapat diperbaharui sesuai ketentuan yang berlaku.

3. Pengambilan tindakan atas sanksi hukum terhadap bidan yang diduga telah

melakukan kesalahan ,baik suatu wanprestasi, maupun perbuatan melawan hukum,

dapat teguran lisan, tertulis, denda, maupun penjara sesuai ketentuan

perundangan yg berlaku.

Page 33: Liske makalah

KOMITE PENGAWASAN,PIMBINAAN KODE ETIK MEDIK

a. SULITNYA MEMBUKTIKAN ADANYA DUGAAN MALPRAKTIK:

Didalamnya melaksanakan pelayanan kesehatan, mulai diagnostik,

anamnestik,analitik sampai melakukan tindakan tertentu kepada klien, harus

melakukannya secara “LEGE ARTIS”.

Tindakan harus mengacu kepada prosedur operasional, yang telah ditetapkan

oleh ikatan profesinya. Niat seorang medik menolong klien ,adalah dengan

itikad baik, namun hasilnya terkadang tidak sesuai dengan persetujuan,

bahkan bisa terjadi cacat, sampai meningal dunia. Oleh pihak lain ini serin

dianggap adanya dugaan malpraktik,

padahal tenakes juga manusia. Dugaan dpt dibuktikan dg pengaduan keaparat

hukum.

ADA DUA TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP DUGAAN

MALPRAKTIK

1. Tanggung jawab terhadap ketentuan-ketentuan profesional yaitu : KODEKI,

pengawasan dan pembinaan dilakukan oleh MPKETM (Majelis Pengawasan

Kode Etik Tenaga Medik )

2. Tanggung jawab hukum terhadap ketentuan-ketentuan hukum yg berlaku di

Indonesia, melalui bidang hukum Administrasi, Perdata,Pidana. Termasuk

tanggung jawab lain diluar hukum.

KUHP,pasal 359 .360, mengatakan unsur yg menyebabkan cacat,mati:

a. Adanya kelalaian

b. Adanya wujud perbuatan

c. Adanya luka berat,cacat

d. Adanya hubungan kausal antara kelalaian dg wujud perbt sp terjadi kematian

orang/klien.

TIGA PRINSIP UMUM DLM MELAKUKAN PROFESI TENAKES:

a. Kewenangan, ( Registrasi, SIB.SIPB)

b. Kemampuan Rata-rata (Bidan yang baru lulus beda dengan senior)

c. Ketelitian yang umum ( berkaitan dg knowledge, skill,profesional

attitude/prilaku baik).

Page 34: Liske makalah

Dalam rangka terselenggaranya praktik medik yang sesuai dg peraturan,

maka perlu pengawasan dilakukan oleh organisasi profesi keehatan,pembinaan

dilakukan oleh Konsil pusat bekerja sama dengan organisasi profesi di tempat

bertugas.

MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN PROFESI

a. Merupakan lembaga otonom dari KKI ( Konsil Kedokteran Indonesia).

b. Bersifat independen

c. Majelis kehormatan tingkat kab/kota dibentuk oleh KKI pusat &Prov

d. Keanggotaan majelis kehormatan tdd: satu orang ketua, satu orang wakil

ketua, satu orang sekretaris, keanggotaan harus ada dokter, dokter gigi, profesi

kesehatan lain, dan sarjana hukum kesehatan, sarjana hukum (diusakan 3

orang tiap disiplin)

e. Syarat menjadi anggota MKDP: warga negara ina,sehat,berkelakuan baik,usia

minimal 40 tahun maksimal 65 thn, pengalaman dibidangnya 10 tahun,

memiliki STR, tidak cacat hukum, dedikasi tinggi, jujur, dan baik.

f. Masa bakti 5 thn dan dapat diangkat 1 kali pemilihan MKDP.

KETUA MKDP dapat menerima Aduan:

a. Syarat pengaduan dugaan malpraktik harus memuat :

Identitas pengadu/penggugat, nama dan alamat praktik tergugat,dan waktu

kejadian,alasan pengaduan, Gugatan dapat juga dikirimkan ke polisi, untuk

menempuh jalur pengadilan dan ada proses hukum baik perdata, pidana.

b. Pengaduan ke MKDP dapat dilanjutkan kepada organisasi profesi, untuk

menjatuhkan keputusan :

Dapat dinyatakan tidak bersalah atau ada kesalahn etik sehingga terkena

sanksi Disiplin: peringatan tertulis, pencabutan SIPB, wajib mengikuti

pendidikan .

FUNGSI MKDP :

Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

Melindungi masyarakat atas tindakan medik

Memberikan kepastian hu

Page 35: Liske makalah

BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan

yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi

terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal

untuk praktek bidan.Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas

yangkhusus. Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari

pelayanan kesehatan.

Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting

dalam meningkatkan kesehatan perempuan.

3.2.Saran

Agar pemerintah terus berupaya mendukung profesi bidan dengan cara

meningkatkan kwalitas SDM bidan melalui penyediaan fasilitas pendidikan bagi

bidan.

Bagi organisasi diharapkan agar terus berupaya mengembangkan

pelayanan dan pengetahuan bagi semua bidan secara adil dan merata.

Bidan sebagai tenaga profesional diharapkan dapat berpartisipasi secara

aktif dalam organisasi dan mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai

dengan etika profesi

Dari ciri-ciri tsb dapat disimpulkan pelayanan kesehatan memberikan

pelayanan, dengan sifat ikhtiar, pasien/klien dengan penuh kepercayaan dan

keyakinan, pasrah akan penderitaanya. Dan itu adalah syarat mutlak untuk

memperoleh hasil yang terbaik. Jujur profesi medis penuh dengan resiko, dalam

berikhtiar dapat timbul kelalaian/kesalahan menimbulkan cacat, kerugian, bahkan

kematian. Resiko ini oleh orang-orang/pihak-pihak lain diartikan sebagai

kesalahan profesi dan tudingan adl: MALPRAKTIK.

Page 36: Liske makalah

DAFTAR PUSTAKA

Bidan Menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta.

Behrman. Kliegman. Arvin. (2000). Ilmu Kesehatan Anak (Nelson Textbook of

Pediatrics). EGC. Jakarta.

Depkes. (2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Bidan Poskesdes dan

Pengembangan Desa Siaga. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2007) Rumah Tangga Sehat Dengan Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat. Pusat Promosi Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina

Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak (PWS-KIA). Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Bina Kesehatan

Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Pelatihan Konseling Pasca Keguguran. Depkes. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta