lingkungan metamorfik

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lapisan kulit atau kerak bumi tersusun dari berbagai macam material padat yang tersusun dari satu atau lebih mineral atau yang biasa disebut dengan batuan. Batuan dapat dibedakan berdasarkan kejadiannnya (genesa), tekstur, dan komposisi mineralnya. Berdasarkan genesa mineral atau lingkungan dimana suatu mineral terbentuk, batuan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu lingkungan magmatik, lingkungan sedimen, dan lingkungan metamorfik. Dalam dunia pertambangan, pengetahuan mengenai lingkungan dimana suatu mineral terbentuk sangat dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan pertambangan terutama dalam kegiatan eksplorasi. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu lingkungan yaitu lingkungan metamorfik. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini akan dibahas mengenai: 1. Pengertian lingkungan metamorfik 2. Proses metamorfisme dan jenis metamorfisme 3. Pengertian dan contoh batuan metamorf 1

Upload: ahmad-zohiri-saputra

Post on 15-Apr-2016

159 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

kjkj

TRANSCRIPT

Page 1: Lingkungan Metamorfik

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lapisan kulit atau kerak bumi tersusun dari berbagai macam material

padat yang tersusun dari satu atau lebih mineral atau yang biasa disebut

dengan batuan. Batuan dapat dibedakan berdasarkan kejadiannnya (genesa),

tekstur, dan komposisi mineralnya. Berdasarkan genesa mineral atau

lingkungan dimana suatu mineral terbentuk, batuan dapat dibagi menjadi tiga

macam yaitu lingkungan magmatik, lingkungan sedimen, dan lingkungan

metamorfik.

Dalam dunia pertambangan, pengetahuan mengenai lingkungan dimana

suatu mineral terbentuk sangat dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan

kegiatan pertambangan terutama dalam kegiatan eksplorasi. Oleh karena itu,

dalam makalah ini akan dibahas mengenai salah satu lingkungan yaitu

lingkungan metamorfik.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai:

1. Pengertian lingkungan metamorfik

2. Proses metamorfisme dan jenis metamorfisme

3. Pengertian dan contoh batuan metamorf

4. Tekstur dan struktur batuan metamorf

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui tentang lingkungan metamorfik

2. Memahami proses dan jenis metamorfisme

3. Mengetahui tentang batuan metamorf

4. Memahami struktur dan tekstur batuan metamorf

1

Page 2: Lingkungan Metamorfik

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Metamorfik

Lingkungan metamorfik merupakan lingkungan yang berada jauh di bawah

permukaan bumi dengan suhu dan tekanan ekstrem yang menyebabkan re-

kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada fase padat. Faktor lain

yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari cairan kemikalia aktif,

karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui larutan dan

pengendapan kembali.

2.2 Metamorfisme

Proses metamorfisme merupakan proses pembentukan batuan yang

berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral karena

kenaikan tekanan atau temperatur yang akan mengubah mineral bila batas

kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya. Proses

metamorfisme tidak mengubah komposisi kimia batuan. Oleh karena itu

disamping faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf ini jika

tergantung pada jenis batuan asalnya.

Agen atau media menyebabkan terjadinya proses metamorfisme adalah

panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Sedangkan perubahan yang terjadi pada

batuan meliputi tekstur dan komposisi mineral.

Metamorfisme menyebabkan perubahan secara tekstural, mineralogy atau

keduanya yang terjadi diantara dua kondisi. Pertama adalah kondisi diagenesis-

weathering (pada batas bagian bawah), dan kedua pada kondisi melting (pada

batas bagian atas). Pada perubahan tekstur dapat terjadi tanpa disertai dengan

perubahan komposisi mineral, yaitu tejadi kataklastis dan rekristalisasi.

Kataklastis adalah proses penghancuran butiran batuan, biasanya pada

zona sesar. Sedangkan rekristalisasi adalah proses pengorganisasian kembali pola

2

Page 3: Lingkungan Metamorfik

Kristal (chrystal lattice) dan hubungan antar butiran melalui perpindahan ion dan

deformasi pola tanpa disertai penghancuran.

Proses metamorfisme terjadi apabila kondisi lingkungan batuan

mengalami perubahan yang tidak sama dengan kondisi pada waktu batuan

terbentuk, sehingga batuan menjadi tidak stabil. Untuk mendapatkan

kestabilannya kembali pada kondisi yang baru maka batuan mengalami

perubahan. Perubahan tersebut terjadi pada kondisi tekanan dan temperatur

tekanan dan temperatur yang beberapa kilometer di bawah permukaan bumi. Jadi,

dapat disimpulkan syarat – syarat terjadinya metamorfisme adalah adanya batuan

asal ( protolith ), adanya peningakatan suhu, adanya peningkatan tekanan

(stresses), adanya penambahan dan pengurangan fluida, adanya faktor waktu

(jutaan tahun).

2.3 Tipe Metamorfisme

Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu metamorfisme lokal, dan

regional. Metamorfisme lokal adalah tipe metamorfisme adalah tipe yang

berkembang di sekitar tubuh batuan plutonik. Pada tipe ini, temperatur

metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya dengan intrusi magma. Batuan khas

dari metamorfisme ini adalah batu tanduk (hornfels). Batu ini mempunyai butir

yang halus, dan terkadang mengandung mineral yang mempunyai kristal yang

besar. Berdasarkan komposisi mineralnya, batu tanduk terbagi menjadi batu

tanduk biotit, piroksen, dan silikat gamping.

Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada

suatu daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari

metamorfisme ini adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar,

yang berupa suaru lapisan yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya

berseling di antara mineral terang dan gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan

foliasi halus dengan laminasi yang berkembang baik, sehingga, jika batuan itu

pecah, maka akan terpecah pada bidang laminasi tersebut.

3

Page 4: Lingkungan Metamorfik

a.      Metamorfisme Lokal

            Jenis ini penyebaran metamorfosanya sangat terbatas hanya beberapa

kilometer saja. Termasuk dalam tipe metamorfosa ini adalah:

1) Metamorfisme Kontak/Thermal

Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan

beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan

material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa.

Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya

berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta

penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir

halus.

2) Metamorfisme Kataklastik

4

Page 5: Lingkungan Metamorfik

Yaitu metamorfosa yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang

berpengaruh disini ada dua macam, yaitu: hidrostatis, yang mencakup ke segala

arah; dan stress, yang mencakup satu arah saja. Makin dalam ke arah kerak bumi

pengaruh tekanan hidrostatika semakin besar. Metamorfosa semacam ini biasanya

didapatkan di daerah sesar/patahan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi

dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, ataumilonit.

3) Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.

Merupakan jenis khusus metamorfisme kontak yang menunjukkan efek hasil

temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik

atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.

4) Metamorfisme Hidrotermal/Metasotisme

Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar

butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan

komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining

pressure.

5) Metamorfosa Impact

Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran

waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya

mineral coesite danstishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan panas bumi

(geothermal).

6) Metamorfosa Retrogade/Diaropteris

Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral

metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada

temperature yang lebih rendah.

b.  Metamorfisme Regional

Metamorfisme  regional atau dinamothermal merupakan metamorfisme

yang terjadi pada daerah yang sangat luas, dapat mencapai beberapa ribu

kilometer. Metamorfisme regional terbagi menjadi:

5

Page 6: Lingkungan Metamorfik

1) Metamorfisme Regional Dinamotermal

     Sering dikaitkan dengan jalur orogenesa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada

jalur tersebut dijumpai penyebaran batuan metamorf yang luas yang disebabkan

oleh beberapa kali proses orogenesa. Artinya bahwa beberapa diantaranya telah

terbentuk oleh satu kali atau lebih metamorfisme sebelumnya. Berbeda dengan

metamorfisme kontak, metamorfisme regional dinamotermal berlangsung

berkaitan dengan gerak-gerak penekanan ("penetrative movement"). Hal ini

dibuktikan dengan struktur sekistositas. Jika metamorfisme termal terjadi pada

tekanan rendah antara 100 sampai 1000 bar atau mencapai 3000 bar ( terjadi pada

kedalaman 11 - 12 -km ), maka metamorfisme regional dinamotermal terjadi

dalam pengaruh tekanan antara, paling tidak 2000 sampai 10.000 bar. Hal ini akan

memperlihatkan perbeqAan fabrik batuan pada kedua metamorfisme tersebut.

Suhu yang berpengaruh pada keduanya umumnya sama dimulai diatas 150° C

sampai maksimum sekitar 800° C.

2) Metamorfisme Beban

6

Page 7: Lingkungan Metamorfik

Tidak berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen

pada cekungan  yang dalam akan terbebani oleh material di atasnya. Suhunya,

bahkan sampai pada kedalaman yang besar, lebih rendah dibandingkan pada

metamorfisme dinamotermal, berkisar antara 400° - 45o°C. Gerak - gerak

penetrasi yang menghasilkan sekistositas hanya aktif secara setempat, jika tidak

biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik batuan asal tetap tampak sedangkan

yang berubah adalah komposisi mineraloginya. Perubahan metamorfismenya

tidak teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat pada pengamatan sayatan

tipisnya di bawah mikroskop. Metamorfisme beban memperlihatkan batuan-

batuannya mengandung Seolit CaA1 laumontit dan lawsonit disatu pihak dan

mengandung glaukopan dan jadeit dipihak lain. Keduanya terbentuk pada kondisi

suhu yang dianggap sama, perbedaan itu lebih cenderung diakibatkan oleh adanya

tekanan yang tinggi sampai sangat tinggi.

3) Metamorfisme Lantai Samudera

Batuan Penyusunnya merupakan Material baru yang dimulai

pembentukannya di punggungan tengah samudera. Perubahan Mineralogi dikenal

juga metamorfsime hidrothermal. Dalam hal ini larutan Panas/gas memanasi

retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan mineralogi batuan

sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsur

dalam batuan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan

metasomatisme.

7

Page 8: Lingkungan Metamorfik

2.4 Mekanisme Metamorfisme

Perubahan dalam batuan yang meliputi metamorfisme diawali dengan

digenesis (konversi dari sedimen lepas menjadi batuan), melalui perubahan

metamorfisme mineral dan tektur, dan diakhiri dengan pelelehan batuan. Terdapat

dua mekanisme metamorfisme utama, yaitu panas dan tekanan.

a. Panas

Terdapat dua sumber panas. Satu berasal dari gradien geothermal

(peningkatan suhu yang terjadi dengan peningkatan kedalaman di bumi).

Rata-rata Gradien geothermal sekitar 1 derajat Celsius untuk setiap 30

meter kedalaman, meskipun di bawah kondisi lokal hal tersebut akan

ervariasi dari nilai ini.

Sumber panas kedua berasal dari tubuh magma intrusif, seperti

Batolit. Ketika batuan ini mendingin, batuan ini melepaskan panas ke

batuan sekitarnya, menyebabkan metamorfisme.

Pada bagian akhir metamorfime terjadi pelelehan. Suhu pelelehan

untuk batuan berkisar dari terendah 700-800 derajat Celsius sampai

tertinggi 1.000 derajat Celsius. Suhu pelelehan dikendalikan oleh sejumlah

hal. Contohnya komposisi batuan induk. Contohnya Granit vs batuan

induk Basal, keduanya sedang bermetamorfosis. Karena basal

mengkristalisasi pada suhu tertinggi dibandingkan granit maka dibutuhkan

suhu lebih untuk melelehkan basal. 

Tetapi, faktor-faktor lainnya sama penting dalam menentukan suhu

lebur. Tekanan: semakin tinggi tekanan, semakin dalam batuan tersebut,

semakin banyak suhu yang dibutuhkan untuk melelehkannya. Sebaliknya,

batuan panas yang sangat dalam terbawa ke permukaan akan dengan cepat

meleleh karena penurunan tekanan. Hal ini sangat mirip dengan apa yang

terjadi di kompor tekanan. Pertambahan tekanan di dalam kompor

menyebabkan air mendidih pada suhu tertinggi, yang kemudian masakan

akan matang dengan cepat, tetapi apabila tekanan dilepaskan tiba-tiba

maka air akan berubah menjadi uap.

8

Page 9: Lingkungan Metamorfik

Cairan juga penting dalam pelelehan. Semakin banyak cairan

dalam batuan maka semakin mudah batuan tersebut untuk meleleh. Cairan

memungkinkan bahan kimia untuk bergerak lebih cepat dan lebih mudah,

dan peningkatan gerakan membuat lebih mudah meleleh. Sebaliknya

sebuah batuan yang kering sangat sulit untuk berubah. Tanpa cairan kimia

perubahan lebih sulit dilakukan.

b. Tekanan

Terdapat dua jenis tekanan yang terlibat dalam metamorfisme yaitu

tekanan terbatas dan tekanan terarah.

Tekanan terbatas (juga hidrostatik) sama di semua arah dan berasal

dari berat batuan yang berada di atasnya. Hal ini sejalan dengan

tekanan yang dirasakan ketika kita menyelam dalam kolam renang.

Tekanan ini akan menekan kita sama pada semua permukaannya.

Tekanan terarah  (tegangan) tidak sama di semua arah dan

berhubungan dengan proses pembangunan pegunungan ketika batuan

di peras, diremas, dan dibentangkan ketika salah satu benua menelusur

ke benua lain.

Tekanan tidak hanya berpengaruh pada tingkat dan derajat

metamorfisme, dengan batuan yang terkubur membutuhkan lebih banyak

waktu dan panas untuk menjalani proses metamorfik tertentu. Tekanan

juga menyebabkan perubahan tekstur dalam batuan (seberapa besar kristal

dan orientasinya) yang begitu khas dari batuan metamorfik.

2.5 Facies Metamorfisme

Facies metamorfisme adalah sekelompok batuan yang termetamorfosa

pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Konsep

ini pertama kali diperkenalkan oleh Eskola tahun 1915. Dalam hal ini, Eskola

mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batuan  metamorf merupakan

karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan antara

kelompok mineral dengan komposisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu.

Dalam hal ini berarti tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperature

9

Page 10: Lingkungan Metamorfik

tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antar komposisi kimia dan

mineralogi batuan. Setiap facies pada batuan metamorf pada umumnya dinamakan

berdasarkan jenis batuan (kumpulan mineral), kesamaan sifat-sifat fisik atau

kimia.

10

Page 11: Lingkungan Metamorfik

   Dalam hubungannya, tekstur dan struktur batuan metamorf sangat

dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur dalam proses metamorfisme. Dan dalam

facies metamorfisme, tekanan dan temperatur merupakan faktor dominan, dimana

semakin tinggi derajat metamorfisme (facies berkembang), struktur akan semakin

berfoliasi dan mineral-mineral metamorfik akan semakin tampak kasar dan besar.

Fasies metamorfisme juga bisa dianggap sebagai hasil dari proses isokimia

metamorfisme, yaitu proses metamorfisme yang terjadi tanpa adanya penambahan

unsur-unsur kimia yang dalam hal ini komposisi kimianya tetap. Penentuan fasies

metamorf dapat dilakukan dengan dua cara yakni dengan cara menentukan

mineral penyusun batuan atau dengan menggunakan reaksi metamorf yang dapat

diperoleh dari kondisi tekanan dan temperature tertentu dari batuan metamorf.

            Menurut Turner (1960), fasies metamorfisme secara garis besar dapat

dibagi menjadi dua bagian yakni fasies metamorfosa kontak dan fasies

metamorfosa regional. 

1. Fasies metamorfosa kontak

Turner (1960) membagi fasies dari metamorfosa kontak berdasarkan

penambahan suhu (baik tekanan air konstan maupun berkurang). Metamorfosa

kontak disini berarti pengaruh suhu sangat dominan, sedangkan tekanan tidak

begitu dominan. Dibagi menjadi 4 fasies yaitu:

a.      Fasies hornfels Albit-Epidot

Fasies ini biasanya berkembang di bagian paling luar dari suatu kontak

sehingga proses rekristalisasi dan reaksi metamorfosa seringkali tidak

sempurna. Pencirinya adalah adanya struktur relict / sisa yang tidak stabil.

Fasies ini terbentuk pada tekanan dan suhu yang relatif rendah. Penamaan

fasies ini didasarkan pada dua kandungan mineral utamanya yakni albit

(plagioklas) dan epidot (garnet). Hornfels sendiri adalah nama salah satu

batuan metamorf yang khas terbentuk pada zona metamorfisme kontak,

dimana batuan asal biasanya berbutir halus.

11

Page 12: Lingkungan Metamorfik

b.      Fasies hornfels hornblende

Fasies ini mempunyai ciri khusus yaitu tidak ditemukan klorit dan

muncul untuk pertama kalinya mineral diopsid, andradite, kordierit,

hornblende, antofilit, gedrit, dan cumingtonit. Fasies ini terbentuk pada

tekanan yang rendah, tetapi dengan suhu yang sedikit lebih tinggi daripada

fasies hornfels albit-epidot. Walaupun penamaannya menggunakan

hornblende, namun kemunculan mineral tidak hanya dibatasi oleh mineral itu

saja.

c.       Fasies hornfels piroksen

Fasies ini oleh Winkler (1967) disebut fasies Hornfels K.Feldspar –

Kordierit, karena kedua mineral tersebut muncul pertama kalinya di fasies ini.

Fasies ini terbentuk pada suhu yang tinggi dan tekanan yang rendah. Mineral

pencirinya adalah orthopiroksen.

d.      Fasies sanadinit

Fasies sanadinit adalah salah satu fasies langka karena kondisi

pembentukannya memerlukan suhu yang sangat tinggi, tetapi tekanannya

rendah. Oleh karenanya, kondisi ini hanya bisa dicapai di sekitar daerah

metamorfosa kontak tetapi dengan syarat suhu tertentu. Karena jika suhu

terlalu tinggi, maka batuan bisa melebur.

2. Fasies metamorfosa regional

Fasies ini meliputi daerah yang penyebarannya sangat luas dan selalu

dalam bentuk sabuk pegunungan (orogenic).

a.      Fasies Zeolit

Fasies Zeolit adalah fasies metamorf tipe regional dengan derajat

terendah, dimana jika suhu dan tekanan berkurang maka akan terjadi proses

diagenesa. Pada batas diagenesa dan metamorfisme regional, akan terjadi

12

Page 13: Lingkungan Metamorfik

pengaturan kembali mineral lempung, kristalisasi pada kuarsa dan K-feldspar,

terombaknya mineral temperature tinggi dan pengendapan karbonat. Bila

perubahan ini terjadi pada butiran yang kasar, maka akan memasuki

metamorfosa dengan fasies Zeolit.

b.      Fasies Prehnite-pumpellyite

Fasies ini terbentuk dengan kondisi suhu dan tekanan rendah, tetapi

sedikit lebih tinggi daripada fasies Zeolit. Penamaan fasies ini berasal dari

kandungan dua mineral dominan yang muncul yakni mineral prehnite (a Ca -

Al - phyllosilicate) dan pumpellyite (a sorosilicate).

c.       Fasies Greenschist (sekis hijau)

Terbentuk pada Tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi

temperatur lebih besar daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies

yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna

mineral dominan penyusunnya yakni ada klorit dan epidot. Batuan yang

termasuk dalam fasies ini bisa batusabak, filit, sekis.

d.      Fasies Blueschist (sekis biru)

Terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi

temperatur lebih kecil daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies

yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini sendiri diambil dari warna

mineral dominan penyusunnya yakni ada glaukofan, lawsonite, jadeite, dll.

Contoh batuan asal yang bisa membentuk fasies ini ialah basal, tuf, greywacke

dan rijang.

e.       Fasies amfibolit

Fasies amfibolit terbentuk pada tekanan menengah dan suhu yang

cukup tinggi. Penyebaran fasies ini tidak seluas dari fasies sekis hijau. Batuan

yang masuk dalam fasies ini adalah pelitik, batupasir-feldspatik, basal, andesit,

batuan silikat-kapur, batupasir kapuran dan serpih amfibolit.

13

Page 14: Lingkungan Metamorfik

f.       Fasies granulit

Fasies ini terbentuk pada tekanan rendah-menengah, tetapi pada suhu

yang tinggi, Fasies ini adalah hasil dari metamorfosa derajat tinggi,

metamorfosa yang paling bawah dari kelompok gneissic.

g.      Fasies eklogit

Fasies metamorf yang paling tinggi, terbentuk pada tekanan yang

sangat tinggi dan suhu yang besar jauh di dalam bumi. Batuan ini biasanya

sangat keras karena terbentuk pada kedalaman yang besar di dalam bumi.

2.6 Batuan Metamorf

Metamorf (metamorphic rocks) berasal dari kata meta yang bermakna

perubahan, sedangkan kata morpho bermakna bentuk. Dengan demikian,

metamorphosis adalah proses yang mengubah bentuk mineral asal baik itu dari

batuan beku, sedimen ataupun piroklastik menjadi mineral yang stabil pada

kondisi baru.

Jadi, defenisi dari batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk

dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh

peningkatan suhu (T) dan tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut

proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan.

2.7 Mineralogi Batuan Metamorf

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor utama yang mengontrol

derajat metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara temperatur setiap

derajat metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.

Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan

mineraloginya. Yaitu dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara

bersamaan. Contohnya, Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan

metamorf, namun tidak ditemukan di metamorf yang berderajat rendah, dan

digantikan dengan Muskovit dan Khlorit.

14

Page 15: Lingkungan Metamorfik

Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul

sebagai albit, yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan

meningkatnya derajat metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan

hampir di semua derajat metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator

dari derajat metamorfisme.

2.8 Tekstur batuan metamorf

Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar

butiran mineral.

1. Tekstur batuan metamorf foliated

a. Gneiss

Lapisan permukaannya kasar dan tidak mempunyai batas yang jelas.

Terlihat berlapis-lapis karena susunan mineralnya searah atau karena barisantar

mineral gelap dan mineral terang berurutan, terdapat pada batuan

orthometamorf.

b. Schist

Lapisan permukaannya halus, pararel dan mempunyai bidang batas

yang jelas. Biasanya ditandai dengan adanya mineral mika, kuarsa dan chlorite.

Terdapat pada batuan orthometamorf dan parametamorf.

c. Filitik

Lapisan permukaannya kasar, pararel dan jelas batasnya tetapi tidak

begitu kompak. Terdapat pada batuan metamorf.

d. Slaty

Lapisan permukaanya sangat halus, rapat dan pararel. Kristalnya sangat

halu tetapi batuannya sangat kompak.

2. Tekstur batuan metamorf Unfoliated

a. Homeoblastik, terdiri dari satu macam bentuk. Homeoblastik dibagi atas

tiga, yakni :

“Lepidoblastik”, mineral-mineral pipih dan sejajar

15

Page 16: Lingkungan Metamorfik

“Nematoblastik”, bentuk menjarum dan sejajar

“Granoblastik”, berbentuk butir

b. Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik. Heteroblastik

terbagi atas tiga, yakni : Porfiroblastik, Grano-lepidoblastik dan Grano-

nemtaoblastik.

2.9 Struktur batuan metamorf

Struktur pada batuan metamorf yang terpenting adalah “foliasi”, yaitu

hubungan tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran. Kadang-kadang

foliasi menunjukkan orientasi yang hampir sama dengan perlapisan batuan asal

(bila berasal dari batuan sedimen), akan tetapi orientasi mineral tersebut tidak ada

16

Page 17: Lingkungan Metamorfik

sama sekali hubungan dengan sifat perlapisan batuan sedimen. Foliasi juga

mencerminkan derajat metamorfisme.

a) Batuan Berfoliasi (Foliated Rocks)

Merupakan struktur pada batuan metamorf yang ditunjukkan dengan adanya

penjajaran mineral-mineral penyusun batuan tersebut , struktur ini meliputi :

a. Gneissic : perlapisan dari mineral-mineral yang membentuk jalur terputus-

putus, dan terdiri dari tekstur-tekstur lepidoblastik dan

granoblastik.

b. Schistosity : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari

selangseling tekstur lepodoblastik dan granoblastik.

c. Phyllitic : perlapisan mineral-mineral yang menerus dan terdiri dari tekstur

lepidoblastik.

d. Slaty : merupakan perlapisan, umumnya terdiri dari mineral yang pipih

dan sangat luas.

b) Batuan Tidak Berfoliasi (Nonfoliated Rocks)

Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral

penyususn batuan metamorf.

a. Hornfelsik

Dicirikan dengan adanya butiran-butiran yang seragam, terbentuk pada

bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Pada umumnya

merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan halus dan

padat.

b. Milonitik

Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran terhadap batuan

asal yang mengalami metamorfosa dynamo, batuan berbutir halus dan

liniasinya ditunjukkan dengan adanya orientasi mineral yang berbentuk

rentikuler yang terkadang masih meyimpan lensa batuan asalnya.

c. Kataklastik

17

Page 18: Lingkungan Metamorfik

Sruktur ini hampir sama dengan milonitik hanya saja butirannya lebih

kasar.

d. Pilonitik

Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relative lebih kasar dan

strukturnya mendekati struktur tipe philit.

e. Flaser

Struktur ini mirip dengan kataklastik dimana struktur batuan asal

berbentuk lensa yang tertanam pada masa dasar milonit.

f. Augen

Seperti struktur flaser, hanya saja lensa-lensanya terdiri dari butir-butir

feldspar dalam masa dasar yang lebih halus.

g. Granulose

Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai

ukuran yang tidak sama besar.

h. Liniasi

Struktur ditandai dengan adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti

jarum.

2.10 Contoh Batuan Metamorf

a. Berfoliasi

Batu sabak (Slate)

Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan

pengelompokan mineral. Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal

secara megakopis, terdiri dari mineral lempung, serisit, kompak dan keras.

18

Page 19: Lingkungan Metamorfik

Sekis (Schist)

Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional.

Menunjukkan tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari

mineral-mineral yang menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit,

hornblende, garnet, epidot. Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang

lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya mineral-mineral lain disamping

mika.

Filit (Phyllite)

Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika

sudah cukup besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan

belahan phyllitic, berkilap sutera pecahan-pecahannya. Juga mulai didapati

mineral-mineral lain, seperti turmalin dan garnet.

19

Page 20: Lingkungan Metamorfik

Gneis (Gneiss)

Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir

kasar, mempunyai sifat “bended” (“gneissic”). Terdiri dari mineral-

mineral yang mengingatkan kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar

dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-

mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika, granit,

hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit.

Amfibolit

Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik,

merupakan hasil metamorfisme regional batuan basalt atau gabro,

berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral epidot,

(piroksen), biotit dan garnet.

b. Tak berfoliasi

Kwarsit

Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal

batupasir kwarsa, umumnya terjadi pada metamorfisme regional.

20

Page 21: Lingkungan Metamorfik

Marmer/pualam (Marble)

Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses

metamorfisme pada batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masive

dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional.

Grafit

Batuan yang terkena proses metamorfosa (Regional/thermal),

berasal dari batuan sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik.

Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama batu bara.

Serpentinit

Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap

akhir proses hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa.

21

Page 22: Lingkungan Metamorfik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Lingkungan metamorfik merupakan lingkungan yang berada jauh di bawah

permukaan bumi dengan suhu dan tekanan ekstrem yang menyebabkan re-

kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi pada fase padat.

2. Proses metamorfisme merupakan proses pembentukan batuan yang berbeda

dengan batuan asalnya, baik tekstur maupun komposisi mineral karena

kenaikan tekanan atau temperatur yang akan mengubah mineral bila batas

kestabilannya terlampaui, dan juga hubungan antar butiran/kristalnya.

3. Metamorfisme memiliki 2 tipe yaitu metamorfisme lokal dan regional.

4. Facies metamorfisme adalah sekelompok batuan yang termetamorfosa pada

kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap.

5. Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya,

berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan

tekanan (P), atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme

dan berlangsung di bawah permukaan.

3.2 Saran

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu

mengharapkan kritik agar dapat mengetahui kekurangan dalam penulisan ini

22

Page 23: Lingkungan Metamorfik

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://www.bimbie.com/batuan-metamorfik.htm diakses tanggal 12

Oktober 2015

Bobi, Hendrik. 2012. http://geoenviron.blogspot.co.id/2012/10/fasies-

metamorf.html diakses tanggal 12 Oktober 2015

Prihatin Tri Setyobudi. 2012. https://ptbudie.wordpress.com/2012/04/11/struktur-

dan-tekstur-batuan-metamorf/ diakses tanggal 12 Oketober 2015

Wiratama, Kharis. 2013. http:// khariswiratama.blogspot.co.id/ 2013/10/

metamorfisme-lokal-dan-regional.html

23