l(iaer,'ujk# - unesa.ac.idrepository.unesa.ac.id/sysop/files/2018-12-04_lap...2018/12/04 ·...
TRANSCRIPT
I{ALAMAN PENGESAIIANPENEIITIAN IIIBAII PASCA SARJANA .
Judul Penelitian
KodeA{ama RumpunKetua Peneliti
a. Nama Lengkapb. NIDNc. Jabatan Fungsionald. Program studie. Mail
Anggota Peneliti (1)a. Nama Lengkapb. NIDNc. Perguruan Tinggi
Anggota Peneliti (2)a. Nama Lengkapb. NIDNc. Perguruan Tinggi
Lama Penelitian Kes eluruhanPenelitian Tahun keBiaya Penelitian KeseluruhanBiaya Tahun Berjalan
,
berbasis kearifan lokal sebagai pedoman gurumeningkatkan literasi sains siswa SMP
: 7 9 0 lllmu Kep end idikan
:Dr. Erman, M.Pd.:0005067105: Lektor Kepala: S3/S2 Pendidikan Sains: e finanpens a20 | 2@y aho o. com
:Prof. Dr. Rudiana, M.Pd.:0010086008: Universitas Negeri Surabaya
: Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd. '
,:0001045104: Universitas Negeri Surabaya: 1 tahun:1
:Rp. 70.000.000: diusulkan ke DIKTI: dana internal PT: dana Institusi lain
RpRpRp
. zo.ooo.ooo,-
/
, Ph. r)
Surabaya, 28 Desember 2016
Ketua
,r?,t204t9942t001
Dr.NIP
Erman, M.Pdt97t0605t999031002
ian Kepada Masyarakat
,t. ,J.
l(iaer,'UJk#ry1?;A1' zl 5 1 e8oo2 I oo 1
1
Kode/Nama Rumpun Ilmu: 790 / IlmuPendidikan
LAPORAN
PENELITIAN TIM PASCA SARJANA
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS
KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PEDOMAN GURU MENINGKATKAN
LITERASI SAINS SISWA
TIM PENELITI
Dr. Erman, M.Pd. (0005067105)Prof. Dr. Rudiana Agustini, M.Pd. (0010086008 )Prof. Dr. Muslimin Ibrahim, M.Pd (0001045104)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
Desember 2016
3
NIP. 195312151980021001
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Pengesahan i
Daftar Isi ii
Daftar Tabel iv
Daftar Gambar v
Daftar Lampiran v
Ringkasan vi
Bab I. Pendahuluan
A. Latar Belakang 1
B. Masalah Penelitian 6
C. Tujuan Khusus 6
D. Urgensi (Keutamaan) Penelitian 6
E. Definisi Istilah 7
Bab II. Tinjauan Pustaka
A. Pembelajaran IPA 8
B. Pembelajaran IPA berbasis Konteks 10
C. Pembelajaran IPA berbasis Kearifan Lokal 12
D. Kegiatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA 14
E. Literasi Sains 16
F. Pesawat Sederhana dalam Konteks Reog Ponorogo 19
G. Bioteknologi Konvensional dalam Konteks Tape Bondowoso 25
H. Kualitas Bahan Ajar Model IDEA 26
Bab III. Metode Penelitian
A. Desain Penelitian 29
B. Subjek Penelitian 31
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 32
4
D. Instrumen Penelitian 32
E. Teknik Pengumpulan Data 33
F. Teknik Analisis Data 34
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian 38
B. Pembahasan 56
Bab V. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan 63
B. Saran 63
Dafta Pustaka 64
Lampiran-lampiran 71
5
Daftar Tabel
Tabel 3.1. Kategori skor vlidasi bahan ajar 35
Tabel 3.2. Kriteria keterlaksanaan pembelajaran 36
Tabel 3.3. Kategori dan kriteria kepraktisan bahan ajar 36
Tabel 3.4. Tafsiran efektivitas pembelajaran berdasarkan N-gain 37
Tabel 4.1. Ringkasan beberapa hasil studi pustaka 39
Tabel 4.2. Hasil studi lapangan 41
Tabel 4.3. Hasil validasi silabus 43
Tabel 4.4. Hasil validasi RPP 44
Tabel 4.5. Hasil validasi buku bacaan siswa 45
Tabel 4.6. Hasil validasi LKS 46
Tabel 4.7. Keterlaksanaan pembelajaran materi pesawat sederhana 48
Tabel 4.8. Respon sswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal Reog 49
Tabel 4.9. Respon guru setelah mengimplementasi bahan ajar 49
Tabel 4.10. Nilai rata-rata mean literasi sains siswa materi pesawat sederhana 50
Tabel 4.11. Persentase siswwa berdasarkan kategori N-gain 50
Tabel 4.12. Keterlaksanaan pembelajaran materi bioteknologi 52
Tabel 4.13. Respon siswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal Tape 53
Tabel 4.14. Respon guru setelah mengimplementasikan bahan ajar bioteknologi 54
Tabel 4.15. Nilai rata-rata literasi sains siswa pada materi bioteknologi 55
Tabel 4.16. Persentase siswa berdasarkan kategori N-gain materi bioteknologi 55
6
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Tiga golongan tuas dan contohnya 21
Gambar 2.2. Komparasi prinsip kerja tuass pada alat jungkit dan tangan 22
Gambar 2.3. Kepala identik dengan tuas tipe 1 dan kaki dengan tuas tipe 2 23
Gambar 2.4. Penari barongan 23
Gambar 4.1. Level literasi sains siswa setelah ujicoba 1 51
Gambar 4.2. Level literasi sains siswa setelah ujicoba 2 56
Daftar Lampiran
1. Data-data penelitian 71
2. Instrumen Studi Literasi Sains dan Studi Lapangan 75
3. Susunan organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas 94
4. Biodata ketua dan anggota 95
7
RINGKASAN
Literasi sains sudah menjadi tujuan dari pendidikan sains di banyak negara maju
karena selain mendeskripsikan penguasaan IPA juga mendeskripsikan kompetensi
minimal, khususnya kemampuan menggunakan IPA dalam mengatasi berbagai
masalah dalam kehidupan sosial yang melibatkan aspek-aspek IPA dan teknologi.
Siswa-siswa Indonesia berdasarkan memiliki literasi sains yang sangat rendah. Upaya
meningkatkan literasi sains siswa melalui kurikulum 2013 tampak menemui banyak
hambatan, yaitu kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA secara terpadu
berbasis kontekstual.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan bahan ajar pembelajaran IPA
berbasis kearifan lokal di SMP sebagai pedoman guru untuk meningkatkan literasi
sains siswa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut digunakan desain penelitian
pengembangan IDM (Instructional Design Model) yang terdiri dari 6 tahap selama 1
tahun, yaitu: 1) analisis kebutuhan, 2) desain dan pengembangan bahan ajar, 3)
validasi bahan ajar, 4) ujicoba terbatas, 5) evaluasi bahan ajar, dan 6) revisi bahan ajar.
Bahan ajar IPA berbasis karifan lokal yang dikembangkan menggunakan model IDEA
(identify, define, explain, dan apply) dalam 3 pokok bahasan, yaitu: Pesawat Sederhana
dan Zat Aditif untuk siswa kelas VIII SMP dan Bioteknologi untuk siswa kelas IX
SMP. Ujicoba dilakukan dua kali dengan lokasi ujicoba ditentukan sesuai tujuan
penelitian, (kearifan lokal di sekolah), yaitu: ujicoba 1 di kelas VIII SMPN 4 Sawo
Ponorogo dan ujicoba 2 di kelas IX SMPN 1 Curahdami Bondowoso.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan cukup layak
digunakan sebagai pedoman guru untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui
pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal. Bahan ajar tersebut valid, cukup praktis dan
cukup efektif untuk meningkatkan literasi sains siswa. Implikasinya dalam
pembelajaran IPA, pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal sangat menarik dan
8
memotivasi siswa karena diketahui dan dialami siswa, tetapi memerlukan adaptasi-
adaptasi agar model IDEA (Identify, Define, Explain, and Apply) dapat berjalan
optimal melalui proses belajar transformasi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini pembelajaran IPA tidak lagi hanya ditujukan untuk menghasilkan
calon ilmuwan yang memiliki kemampuan kognitif dan menguasai IPA, melainkan
untuk menghasilkan warga Negara yang melek sains (Osborne, 2007). Menurut Robert
(2007) mendeskripsikan dua visi (outcome) pembelajaran sains, yaitu untuk
pengembangan sains itu sendiri (ilmuwan) dan sains untuk semua warga Negara agar
mampu bekerja, berpikir dan belajar terutama ketika bersinggungan dengan sains
dalam kehidupan maupun profesinya (literasi sains). Setiap orang tentu saja berharap
bahwa apa yang dipelajari termasuk belajar IPA akan bermanfaat dalam kehidupannya.
Dalam National Research Council (2012), dinyatakan bahwa literasi sains
merupakan tujuan pendidikan sains. Literasi sains dipandang penting karena menurut
Bybee, McCrae dan Laurie (2009), literasi sains tidak hanya mendeskripsikan
kemampuan siswa menguasai IPA, melainkan juga menjadi ukuran kompetensi
minimal yang dibutuhkan siswa untuk berperan dalam kehidupan sosialnya. Dengan
literasi sains, siswa tidak hanya fokus pada penguasaan sains (knowledge of science)
tetapi juga pada aspek penerapannya dalam kehidupan sosial siswa terutama untuk
mengatasi berbagai permasalahan sehari-hari yang berhubungan dengan sains,
termasuk dimensi sikap yang mendukung tanggung jawab dan perannya dalam
kehidupan sosialnya (OECD, 2003). Organisasi ekonomi dan kerjasama internasional
OECD, melalui PISA dan TIMSS secara periodik melakukan survey literasi sains
siswa di berbagai negara untuk mengukur tingkat pencapaian literasi sains siswa. Hasil
pengukuran literasi sains PISA sering dijadikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan
suatu Negara.
9
Indonesia sejak tahun 2003 telah berpartisipasi dalam survey PISA dan TIMSS.
Namun selama keikutsertaanya, Indonesia selalu menempati peringkat 3 besar dari
bawah. Tahun 2013 literasi sains anak-anak Indonesia di peringkat 63 dari 64 negara
peserta (Berita Jawa Pos, 2014). Temuan tersebut merupakan potret bahwa
pembelajaran IPA di Indonesia belum dapat mewujudkan kedua visi pembelajaran
IPA, baik dalam melahirkan ilmuwan maupun membentuk warga Negara yang
berliterasi sains (Robert, 2007). Pembelajaran IPA di Indonesia pada umumnya lebih
banyak ditinjau dari aspek kognitif yang hanya fokus pada aspek pemahaman atau
bahkan mungkin hanya menghafal konsep, hukum dan teori IPA, sedangkan
penggunaan IPA untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sosialnya belum menjadi
prioritas.
Menyikapi literasi sains siswa Indonesia yang sangat rendah, pemerintah
melakukan berbagai upaya, antara lain perubahan kurikulum dari KTSP tahun 2006
menjadi kurikulum 2013 yang berorientasi pada pencapaian literasi sains. Bybee
(1997) menyarankan bahwa agar dapat mewujudkan siswa memiliki literasi sains
secara efektif, pembelajaran IPA sebaiknya menggunakan pendekatan interdisciplinary
(integrated). Materi IPA dalam kurikulum 2013 untuk jenjang SD dilakukan secara
terintegrasi melalui tema-tema, sedangkan pembelajaran IPA di SMP sudah
mengintegrasikan fisika, kimia dan biologi dalam setiap kompetensi dasar (KD).
Kegiatan inkuiri, khususnya melalui penerapan pendekatan 5M (mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi/menalar, dan mengkomunikasikan) menjadikan siswa tidak
hanya sebagai penerima informasi (ilmu pengetahuan) melainkan sebagai pencari
informasi yang berbasis pada kebutuhan rasa ingin tahunya. Perubahan paradigma
pembelajaran tersebut tidak serta merta berhasil. Banyak guru kesulitan yang
berdampak pada kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan guru dan siswa terutama
pada fase mengamati dan menanya, dimana guru selalu meminta siswa mengamati
gambar/video yang jauh dari konteks kehidupan sehari-hari sehingga siswa tidak tahu
apa yang harus ditanyakan. Gambar/video terkadang tidak menimbulkan konflik
10
kognitif yang merangsang siswa bertanya. Siswa tidak mengetahui atau meskipun
pernah mendengarnya tetapi di luar jangkauan anak seusianya.
Melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal, siswa merasa tidak asing lagi
dengan orientasi masalah yang digunakan dalam pembelajaran. Fenomena IPA dalam
kearifan local dimana siswa terlibat penuh akan membantu siswa belajar dan
memotivasi siswa (Poter & Overton, 2006). Kearifan lokal juga seringkali memerlukan
pengetahuan IPA yang melibatkan aspek fisika, kimia dan biologi (terpadu), bahkan
bidang-bidang ilmu lain yang terkait, seperti psikologi, ekonomi, hukum dan politik.
Menurut Sudarmin dan Pujiastuti (2015) dan Subali, Sopyan, dan Ellianawati (2015),
pembelajaran sains berbasis kearifan local dapat meningkatkan nilai karakter positif
siswa, kerja keras, tanggung jawab, cinta tanah air, melestarikan lingkungan, bahkan
demokrasi dan kemandirian. Agung (2015) menemukan bahwa penggunaan kearifan
lokal dapat mengembangkan pengetahuan social, skill dan keterampilan siswa.
Yuenyong dan Narjaikaew (2009), pembelajaran berbasis kearifan lokal dapat
digunakan untuk meningkatkan literasi sains siswa.
Kegiatan praktikum IPA harus dapat menggiring siswa mengkonstruksi
pengetahuannya melalui learner-centered environtment bukan lagi teacher-centered
learning environtment yang hanya menggiring siswa menjadi penyerap informasi
(Trowbridge et al., 2004; Ituma & Twoli, 2015). Berdasarkan teori Konstruktivis,
belajar merupakan proses individual mengkonstruk makna dan menginterpretasi situasi
dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Oleh karena itu pembelajaran sedapat
mungkin dilakukan dalam konteks sosial. Menurut Herrell (2010), pembelajaran IPA
terpadu berlangsung secara internal. Meskipun kurikulum 2013 sudah
mengintegrasikan IPA tidak otomatis akan terjadi proses integrasi IPA baik pada guru
maupun siswa. Untuk melakukan pembelajaran IPA terpadu diperlukan penguasaan
materi IPA, baik fisika, kimia dan biologi. Itulah sebabnya, Herrell (2010) menunjuk
guru yang memiliki kemampuan intelektual tinggi sebagai salah satu syarat dalam
pembelajaran IPA terpadu. Guru-guru yang tidak memenuhi persyaratan akan banyak
mengalami kesulitan dalam pembelajaran (Palmer, 1991).
11
Lave dan Wenger (1991) jauh sebelumnya sudah mengingatkan bahwa aktivitas
belajar merupakan bagian yang tak terpisahkan dari apa yang disebut generative social
practice dalam kehidupan sehari-hari siswa. Lederman et al. (2014) menegaskan
bahwa inkuiri selalu dipandu dan berawal dari pertanyaan yang timbul dari rasa ingin
tahu siswa. Agar siswa bertanya, guru harus dapat menghadirkan objek atau fenomena
yang menimbulkan konflik kognitif atau menimbulkan tanda tanya pada diri siswa.
Selain itu menurut Birmingham dan Barton (2014), pelibatan isu-isu sosial (konteks)
akan melatih siswa bagaimana menggunakan keahlian saintifiknya dalam mengatasi
berbagai permasalahan yang terkait dengan sains dalam kehidupan sosial siswa.
Pembelajaran yang dilakukan dalam konteks yang dikuasai siswa diketahui dapat
membantu siswa memahami materi IPA serta meningkatkan motivasi belajar siswa
(Potter dan Overton, 2006; Passos et al., 2006; Bybee, McCray dan Laurie, 2009).
Sebaliknya, pembelajaran yang tidak kontekstual tidak menarik perhatian siswa
termasuk mengugah rasa ingin tahunya.
Saat ini masih banyak guru IPA SMP berlatar belakang guru bidang studi (fisika,
kimia atau biologi). Menurut Ingersol (2000), guru-guru IPA yang berlatar belakang
guru bidang studi cenderung mengabaikan pembelajaran bagian IPA yang bukan
bidangnya. Di sisi lain, dari penelusuran penulis, banyak buku IPA terpadu pegangan
guru di sekolah-sekolah di Jawa Timur belum mencerminkan keterpaduan IPA. Materi
IPA masih dikaji secara terpisah antara aspek-aspek fisika, kimia dan biologi. Hasil
wawancara sekilas dengan beberapa guru IPA di beberapa sekolah di Jawa Timur
mengesankan bahwa aspek-aspek fisika disampaikan oleh guru berlatar belakang
fisika, aspek-aspek kimia disampaikan oleh guru kimia dan aspek-aspek biologi
disampaikan oleh guru biologi bagi sekolah yang memiliki 3 guru IPA, sedangkan
sekolah yang tidak memiliki guru yang berlatar belakang dari ketiga bidang studi
tersebut terpaksa mengampu IPA secara terpadu (Hasil pengamatan ketika menjadi
Tim program pelatihan pembelajaran IPA terpadu di Kabupaten Jombang yang
dilakukan Unesa tahun 2013-2014). Pembelajaran materi pesawat sederhana sering
dilakukan oleh guru fisika hanya terbatas pada alat-alat sederhana sederhana tetapi
12
tidak pernah ditinjau dalam tubuh manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sebetulnya
sudah menggunak prinsip kerja pesawat sederhana. Sebaliknya, guru biologi kesulitan
menerapkan prinsip-prinsip fisikan dalam sistem biologi.
Agar visi pembelajaran sains yang dirumuskan Robert (2007), Russel (1951)
dan Snow (1962) menekankan pentingnya memahami hubungan antara sains dan
konteks social siswa (goal of citizenship). Menurut Yaker dan Park (2011) untuk
membentuk warga negara yang berliterasi sains, guru IPA perlu mengorganisasi
pengalaman siswa sehari-hari dan memberikan peluang siswa mengkoneksikan materi
pembelajaran dengan kehidupan nyata mereka. Di lain pihak, pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari pada umumnya melibatkan berbagai disiplin ilmu (fisika, kimia
dan biologi) bahkan ilmu-ilmu lainnya sehingga pembelajaran IPA secara terpadu
sangat diperlukan (Adler and Flihan, 2007). Menurut McComas (2009) menggunakan
pembelajaran IPA secara terpadu meningkatkan keterampilan problem solving siswa.
Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang mensinergikan ketiga bidang IPA.
Dengan sinergi tersebut diharapkan akan dapat menghasilkan sebuah pembelajaran
IPA secara terpadu dalam konteks social siswa melalui kegiatan inkuiri yang selaras
atau sesuai dengan kemampuan (skill dan knowlegde) yang sudah dimiliki siswa.
Berdasarkan uraian di atas, sudah jelas bahwa guru memerlukan pedoman untuk
mempromosikan literasi sains siswa yang hingga saat ini belum tersedia. Pedoman
guru yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru dalam bagaimana
mensinergikan pembelajaran IPA secara terpadu dengan konteks sosial atau kearifan
lokal. Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal dalam disusun dalam bentuk bahan
ajar dengan model IDEA (Identify, Define, Explain, dan Apply). Model tersebut sangat
sesuai dengan teori konstrutivis (Driver & Bell, 1986) bahwa belajar merupakan
proses aktif untuk mengkonstruk makna dan menginterpretasi situasi dari pengalaman
atau pengetahuan sendiri, teori transformation learning (Schwartz, Lingdgren, &
Lewis, 2009), teori integrasi learning (Cappola & Krajcik, 2014; Maton, 2014), teori
deep learning (Akkerman & Bakker, 2011; Cappola & Lawton, 1997), dan teori
meaningfull learning (Stott & Hatting, 2014; Novak& Canas, 2008). Model IDEA
13
diketahui efektif meningkatkan literasi sains siswa dalam pembelajaran berbasis
konteks (Erman, 2012) karena sangat sesuai dengan karakteristik literasi sains (Bybee,
1997).
B. Masalah Penelitian
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kelayakan bahan ajar
pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal yang dikembangkan sebagai pedoman
guru untuk meningkatkan literasi sains siswa?. Kelayakan bahan ajar tersebut akan
ditinjau dari fokus pertanyaan: Bagaimanakah validitas, kepraktisan, dan keefektivan
bahan ajar pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal?
C. Tujuan Khusus (jadikan satu)
Kegiatan penelitian ini pada dasarnya memiliki bertujuan menghasilkan bahan
ajar pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan lokal yang valid, praktis dan efektif
untuk meningkatkan literasi sains siswa.
D. Definisi Istilah
Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang sejumlah istilah yang
digunakan dalam tulisan ini, maka diperlukan definisi dari istilah-istilah berikut:
1. Kearifan lokal adalah potensi daerah/lingkungan sekitar tempat tinggal siswa atau
sekolah yang khas dan mengandung aspek-aspek IPA yang relevan dengan materi
pembelajaran untuk digunakan sebagai konteks pembelajaran.
2. Literasi sains adalah kompetensi ilmiah yang mendeskripsikan kemampuan siswa
dalam memahami isu-isu atau aspek-aspek sains dan teknologi dalam kehidupan
sosialnya sesuai kearifan lokal daerah dengan menerapkan pengetahuan IPA
(natural world knowledge of science), metode ilmiah atau strategi mendapatkan
IPA (knowledge about science) yang didukung oleh sikap ilmiahnya.
3. Bahan ajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: buku pedoman
pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa,
14
perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis kearifan local, instrument untuk
asesmen literasi sains untuk siswa SMP.
4. Validitas bahan ajar adalah kesesuaian (dengan kompetensi yang akan dicapai,
karakteristik siswa, materi pembelajaran, model IDEA, dan konteks serta
lingkungan belajar), kebermaknaan dan kemanfaatan bahan ajar dalam
pembelajaran berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa
(Fraenkel & Wallen, 1992).
5. Kepraktisan bahan ajar adalah tingkat keterlaksanaan pembelajaran yang
menggunakan bahan ajar yang dihasilkan dalam kegiatan pembelajaran.
6. Keefektifan bahan ajar adalah tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran atau
indikator setelah menggunakan bahan ajar yang dihasilkan.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran IPA di SMP
Pembelajaran IPA di jenjang sekolah menengah pertama (SMP) pada dasarnya
merupakan pembelajaran IPA yang dilakukan secara terpadu. Konsep pembelajaran
IPA secara terpadu tersebut mengandung pengertian bahwa materi pembelajaran fisika,
kimia, dan biologi disampaikan secara terpadu tanpa mengenal batas-batas yang jelas
yang memisahkan bidang fisika, bidang kimia, dan bidang biologi. Dalam kurikulum
tahun 2013, hampir semua kompetensi dasar sudah menunjukkan bahwa untuk
mencapainya diperlukan keterpaduan materi IPA dalam pembelajaran. Pembelajaran
IPA secara terpadu memandang fisika, kimia dan biologi tersebut sebagai satu
kesatuan dalam pembelajaran. Memadukan IPA dalam pembelajaran dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain melalui tema (tematik), integrated science, dan
integrated curricula (Fogarti, 1991).
Dalam pembelajaran tematik, ketiga bidang studi, yaitu fisika, kimia, dan biologi
disatukan melalui sebuah tema yang mengandung aspek-aspek fisika, kimia dan
biologi. Ketiga bidang tersebut tidak lagi dilihat secara terpisah melainkan sebagai satu
kesatuan yang mendeskripsikan dan menjelaskan secara komprehensip tentang sebuah
tema. Dalam banyak hal tema yang digunakan dalam pembelajaran merupakan sebuah
konteks yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa. Pembelajaran dengan cara
mengintegrasikan sains (integrated science), pembelajaran IPA dilakukan dengan cara
1) finding the theme, 2) finding a focus of interest based on the theme, 3) finding
material based on the focus of interest, 4) integrating the materials to establish shared
16
knowledge, dan 5) publishing and sharing of the integrated knowledge (Liu and Wang,
2010). Tema yang dipilih merupakan tema yang menarik dan akrab dengan kehidupan
sehari-hari siswa serta mengandung aspek-aspek materi pembelajaran. Melalui
integrasi materi, kita mencermati keterkaitan antara ketiga aspek IPA tersebut,
sehingga ketika menjelaskan salah satu aspek yang bersinggungan dengan aspek lain
yang terkait maka aspek-aspek tersebut semua dipelajari sebagai satu kesatuan.
Penggunaan lebih dari satu bidang IPA dalam pembelajaran tematik dilakukan untuk
memeriksa sentral atau fokus dari tema, isu, problem, topic atau pengalaman (Jacobs,
1989).
Pembelajaran dengan cara mengintegrasikan kurikulum pada umumnya
dilakukan dengan menganalisis kompetensi-kompetensi (termasuk KD-KD) yang
memiliki keterkaitan kemudian merancang pembelajarannya menjadi satu kesatuan
yang mengandung ketiga aspek IPA. Fogarti (1991) menunjuk tiga model integrasi
kurikulum beserta pendekatan-pendekatan yang digunakan, seperti pendekatan
“webbed” dimana sebuah tema yang merujuk pada sebuah topic, konsep, problem atau
isu yang mengandung baik fokus maupun kerangka kerja yang memandu
pengembangan dan implementasi pelajaran yang saling terkait dan kohesif dipilih
sebagai pusat pembelajaran. Melalui cara keterpaduan ini, siswa akan mengetahui
hubungan, mengetahui konteks-konteks kurikulum, dan memahami fenomena alam
menggunakan topic-topik yang memadukan IPA (Liu dan Wang, 2010). Cara ini
dipandang sesuai dengan teori multiple intelligences Gardner (Gardner, 1999).
Model integrasi sains juga pernah dideskripsikan oleh Badley (1986) dengan 4
model integrasi, yaitu: model fusion, model incorporation, model correlation, dan
model harmonisasi. Model fusion mengintegrasikan minimal 2 disiplin ilmu dalam
pembelajaran, seperti fisika dan kimia dalam physical science. Model incorporation
menambahkan atau menyerap satu konponen kurikulum ke dalam komponen lain,
penambahan satu unit kelautan ke dalam kurikulum biologi. Model korelasi seperti
pembelajaran tematik yang membuat koneksi antara matapelajaran, seperti biomassa
pada geografi dengan biologi sehingga terjadi overlapping. Model harmonisasi
17
mengintegrasikan dua unsur kurikulum yang kompatibel. Menurut Huntley (1998),
pembelajaran IPA secara terpadu dapat dilakukan melalui integrasi isi atau materi
pembelajaran, integrasi skill dan proses, integrasi sekolah dengan diri siswa, dan
integrasi holistic (semua aspek).
Pembelajaran IPA secara terpadu selain memerlukan guru yang berkemampuan
lebih, materi pembelajaran memiliki cakupan yang luas dan kaya juga memerlukan
inovasi dan eksperimen (Herrel, 2010). Pembelajaran IPA secara terpadu bersifat
powerfull dalam meningkatkan pengetahuan siswa dan keberhasilannya sangat
tergantung pada persiapan guru terutama penguasaan materi pembelajaran (Leung,
2006; Palmer, 1991).
Dari sekian banyak model pembelajaran IPA terpadu diperlukan upaya untuk
mencermati dan memilih model yang cocok untuk pembelajaran IPA di Indonesia.
Kurikulum yang mencakup deksripsi materi dan kompetensi yang diharapkan, factor
siswa, kemampuan guru, dan lingkungan belajar akan mempengaruhi pemilihan model
yang tepat dalam pembelajaran IPA terpadu. Di beberapa Negara, seperti Texas,
Swedia dan California serta Negara-negara lainnya memiliki cara masing-masing
dalam mengintegrasi sains dalam kurikulum dan pembelajarannya sesuai dengan
kebijakan pendidikan di negara masing-masing.
Menurut Lipson (1993) pembelajaran IPA secara terpadu dapat membantu siswa
menerapkan keterampilannya, mempercepat mendapatkan informasi, mengarahkan
siswa belajar secara mendalam (depth learning) dan luas, memicu sikap positif dan
waktu yang banyak untuk kegiatan eksplorasi. Dalam pembelajaran IPA terpadu ada
beberapa factor yang harus dipertimbangkan, yaitu: definisi istilah yang sudah dikenal,
ketersediaann sumber daya, layanan pendukung, subjek dan konsep yang akan
diintegrasikan, link antara outcome integrasi dan outcome yang lebih luas, lingkup
kurikulum dan tahap-tahapnya, bagaimana evaluasi akan dilakukan, dukungan orang
tua dan masyarakat, tema yang mempromosikan transfer belajar dan keterkaitannya,
perencanaan waktu dan pertukaran informasi yang meliputi isi, siswa, keahlian guru
dan metode pembelajaran (Lipson, 1993; Gehrke, 1991; Jacobs, 1989).
18
B. Pembelajaran IPA Berbasis Konteks
Pembelajaran IPA yang menarik berbasis pada konteks sosial siswa yang
dipandang sebagai pembelajaran kontekstual. Bybee, McCrae dan Laurie (2009)
menempatkan konteks sosial sebagai suatu aspek yang sangat penting dalam
membangun kompetensi ilmiah untuk membentuk literasi sains siswa. Dalam sebuah
konteks tersebut keterkaitan satu bidang studi dengan bidang studi lain, baik antara
fisika, kimia dan biologi maupun antara IPA dengan bidang studi lain, seperti IPS akan
tampak semakin jelas. Menurut Jeremy (2005) apapun inovasi pembelajaran yang
dihasilkan jika dalam implementasinya tidak memperhatikan konteks akan gagal
mencapai tujuan. Penggunaan konteks dalam pembelajaran selain dapat
menghubungkan materi pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa juga untuk menstimulasi belajar siswa karena menyajikan situasi nyata dalam
pembelajaran (Potter dan Overton, 2006).
Penggunaan konteks dalam pembelajaran IPA kini telah banyak variannya.
Salah satu yang paling popular adalah penggunaan problem-based learning (PBL).
Dalam varian ini, problem-problem dalam kehidupan sehari-hari menjadi penghela
kegiatan inkuiri. Banyak cara yang telah dilakukan dan diteliti dalam pembelajaran
konteks, seperti melalui studi kasus atau problem solving case studies (Belt dan
Phipps, 1998; Allen dan Tanner, 2003), theme based test (Anderson dan Heck, 2005),
melalui desain eksperimen pizza dan pasta (Passos et al., 2006) yang pada umumnya
menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang signifikan dan peningkatan
motivasi belajar bahkan dapat mengatasi kesalahan konsep siswa. Pembelajaran IPA
yang dilakukan konteks sosial siswa akan berhasil dengan baik jika konteks yang
dihadirkan dalam pembelajaran menarik dan akrab dengan kehidupan siswa.
Akibatnya, pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan karakteristik siswa dan
pengetahuan baru dibangun di atas dasar pengetahuan siswa sebelumnya.
Menurut Maria Astrom (2008 ) ada beberapa cara untuk mengorganisasi
pendidikan sains terintegrasi, yaitu: sains dalam konsep yang melibatkan konsep-
19
konsep sains yang bersifat umum dan banyak dijumpai siswa dalam kehidupannya,
sains dalam konteks, sains dipelajari siswa dalam konteks lingkungan social siswa
yang dapat melatih siswa mengembangkan kemampuan problem solving, dan konsep
dalam konteks yang merupakan kombinasi konsep-konsep umum IPA dalam sebuah
konteks. Pembelajaran sains dalam konteks yang lebih banyak membantu siswa
memiliki literasi sains.
Pembelajaran dalam konteks dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna
(Vosniadou, 2001). Guru dapat membuat aktivitas pembelajaran IPA lebih bermakna
dengan menghadirkan pembelajaran dalam konteks autentik (real life). Siswa
mempelajari sains dengan cara berpartisipasi dalam suatu masyarakat atau lingkungan
sekolah. Selain itu, pembelajaran konteks diketahui sangat penting dalam membantu
siswa memahami dan menguasai konsep IPA (Passos et al, 2006; Potter dan Overton,
2006), bahkan dapat membantu dalam mengatasi kesalahan konsep siswa,
meningkatkan motivasi, sikap yang suka belajar IPA, retensi pengetahuan lebih lama
(Poter dan Overton, 2006).
Dalam beberapa strategi pembelajaran konteks, hal terpenting adalah bagaimana
menghadirkan konteks yang akrab dengan siswa. Penggunaan konteks olahraga dalam
pembelajaran kimia yang dilakukan oleh Potter dan Overton (2006) karena
berdasarkan survey, 85% siswa di Inggris gemar berolahraga. Penggunaan pizza dan
pasta dalam pembelajaran metabolisme karena diketahui hampir semua siswa senang
mengkonsumsi kedua jenis makanan tersebut. Hal ini berarti bahwa dalam
pembelajaran konteks, guru harus mengetahui terlebih dahulu kebiasaan atau
kegemaran siswa yang disenangi dalam kehidupan sosialnya. Hasil pembelajaran
siswa diketahui meningkat dengan menggunakan konteks yang akrab dengan siswa.
Selain itu, siswa juga meenjadi sangat antusias dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
C. Pembelajaran IPA Berbasis Kearifan Lokal
Pendidikan berbasis konteks atau yang sering dikenal pembelajaran kontekstual
sudah banyak diteliti keunggulannya. Namun pembelajaran berbasis kearifan lokal
20
daerah atau lingkungan belajar masih sangat jarang diimplementasikan meskipun sejak
KTSP dan kurikulum sebelumnya sudah mengalokasikan muatan lokal dalam
kurikulum. Hal terjadi karena kurangnya pemahaman tentang kearifan lokal di
daerahnya. Menurut Asmani (2012) pendidikan berbasis kearifan lokal sangat
berpengaruh terhadap peserta didik. Oleh karena itu, perlu dirancang pembelajaran
berbasis kearifan lokal melalui beberapa cara, yaitu: inventarisasi kearifan lokal,
analisis kesiapan sekolah, penentuan tema dan jenis keunggulan lokal, serta bakat dan
minat siswa. Keunggulan lokal daerah bisa berupa potensi alam, sosial, budaya, dan
seni dalam lingkup cara mengelola,mengoptimalkan, mengemas, memasarkan yang
dapat menghasilkan nilai tambah di daerah.
Di Indonesia banyak potensi daerah, baik dari aspek budaya, potensi lingkungan
sumber daya alam, dan teknologi yang dikembangkan di daerah tersebut. Namun
dalam pembelajaran IPA, potensi-potensi daerah tersebut masih jarang
digunakan.Hasil penelitian Sudarmin, (2015) menunjukkan bahwa pembelajaran IPA
berbasis kearifan local dapat digunakan untuk mempertahankan nilai-nilai daerah,
sumber daya hayati, sumber daya kelautan, dan sebagainya yang dimiliki daerah.
Dalam iptek dewasa ini, nilai-nilai kearifan local mengalami interaksi dengan sains,
teknologi, dan social (Yuenyong, Jones, and Yutakom, 2008). Menurut Yuenyong and
Narjaikaew (2009), pembelajaran sains berbasis kearifan local dapat meningkatkan
kemampuan siswa menginvestigasi dan menjelaskan IPA dalam kearifan local.
Pangvong (2007) pernah menggunakan pendekatan STS (sains, teknologi, social)
untuk pembelajaran berbasis kearifan local. Integrasi kearifan local dalam
pembelajaran IPA dapat mendukung siswa mempelajari sains melalui pembuatan
keputusan secara etika dan menolong siswa mengaitkan sains, teknologi dan
masyarakat. UNDP (2007) menjelaskan sebuah filosofi bahwa integrasi sains dengan
etika akan mendorong terbentuknya harmoni, rasa aman, dan kehidupan yang
berkesinambungan dan materi pengetahuan, budaya, social dan lingkungan ikut
mempengaruhinya.
21
Kearifan-kearifan lokal di daerah ditinjau dari komponen dasar dapat berupa
lingkungan alam, seni budaya yang khas dan makanan tradisional. Salah satu seni tari
yang cukup terkenal adalah Reog Ponorogo. Makanan tradisional yang cukup terkenal
adalah Tape Bondowoso.
D. Kegiatan Inkuiri dalam Pembelajaran IPA
Strategi inkuiri merupakan strategi yang digunakan oleh ilmuwan dalam
menemukan dan menghasilkan produk-produk sains, seperti konsep-konsep IPA,
prinsip, hukum dan teori termasuk di dalamnya konvensi-konvensi yang digunakan
dalam proses penerimaan produk-produk sains (Schwartz, 2004). Secara filosofis,
strategi inkuiri telah mengalami banyak metamorphosis, mulai dari istilah deduktif
atau strategi rasional, induktif atau strategi empiric, sampai pada metode ilmiah yang
mengkombinasikan deduktif dan induktif. Strategi ini kemudian dalam perkembangan
ilmu kependidikan diadopsi sebagai sebuah model pembelajaran. Lederman (2009)
memandang scientific inquiry merupakan fokus perrennial yang menunjuk pada
kombinasi skil-skil proses sains yang bersifat umum dengan materi sains, kreativitas
dan berpikir kritis untuk mengembangan ilmu pengetahuan atau IPA. NRC (National
Research Council) (2011) menekankan siswa harus mengembangkan kemampuan
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan inkuiri.
Pentingnya kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA sudah sering dicantumkan
dalam beberapa dokumen, seperti: NRC (2011) di USA dan Kurikulum 2013 di
Indonesia. Di Indonesia sempat mengembangkan dan mengimplementasikan
kurikulum 2013 yang mana hampir semua mata pelajaran mulai dari SD hingga SMA
menggunakan pendekatan saintifik yang di dalamnya merupakan rangkatan kegiatan
inkuiri.
Dalam pembelajaran IPA, kegiatan inkuiri sering dilakukan dengan cara
investigasi (Sadler et al., 2010). Menurut Schwartz (2004), kegiatan inkuiri melibatkan
kegiatan observasi (making observation), menghadirkan pertanyaan (posing question),
mengkonfirmasi kembali pada buku-buku atau sumber informasi lain (examining
22
books and other sources of information) untuk mengetahui pengetahuan terkait yang
sudah ada, merencanakan investigasi (planning investigations) mereviu apa yang
sudah diketahui untuk pencerahan fakta-fakta eksperimen, mengumpulkan data,
menganalisis data, menjawab dan menjelaskan, memprediksi, dan
mengkomunikasikan hasil. Kegiatan inkuiri memerlukan identifikasi asumsi-asumsi,
menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis dan mempertimbangkan
penjelasan-penjelasan alternative (Lederman et al., 2014).
Penggunaan aktivitas inkuiri dalam pembelajaran IPA telah diwajibkan sebagai
sebuah pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 yang dikenal dengan pendekatan
5M. Pendekatan saintifik pada dasarnya mendorong siswa untuk mengkonstruk sendiri
pengetahuannya melalui kegiatan inkuiri. Namun satu aspek penting yang harus
disadari bahwa penerapan pendekatan saintifik harus dapat menstimulasi rasa
penasaran atau ingin tahu siswa. Oleh karena itu untuk menarik perhatian siswa, maka
dalam kegiatan mengamati, guru harus dapat menghadirkan objek atau fenomena yang
akrab dan menimbulkan tanda tanya (konteks) bagi siswa. Menurut teori Gestalt
(Harrell, 2010) belajar pada dasarnya merupakan proses pengembangan hasil interaksi
siswa dengan lingkungannya yang bersifat kompleks dan sinergi. Menurut de Boer
(2000), hal terpenting dalam pembelajaran sains adalah bagaimana sains dapat
diaplikasikan ke dalam pengalaman siswa sehari-hari.
Tingkatan kegiatan inkuiri dalam pembelajaran IPA seringkali dibagi menjadi 4
tingkat, yaitu: inkuiri membuktikan, inkuiri terstruktur, inkuiri terbimbing, dan inkuiri
terbuka (Schwab, 1962; Rezba et al, 1999). Inkuiri membuktikan bertujuan untuk
membuktikan sebuah prinsip atau hokum melalui suatu aktivitas yang hasilnya telah
diketahui. Inkuiri terstruktur melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang
telah dirumuskan dengan menggunakan prosedur tertentu. Inkuiri terbimbing, siswa
melakukan kegiatan penyelidikan dengan mengembangkan prosedur sendiri dengan
bimbingan guru. Inkuiri terbuka, siswa menyelidiki permasalahan dengan
menggunakan prosedurnya sendiri tanpa bimbingan guru, meskipun terkadang
dikonsultasikan terleebih dahulu kepada guru. Dalam kebanyakan pembelajaran IPA,
23
guru lebih banyak memilih inkuiri terstruktur, dengan pertanyaan/permasalahan yang
sudah disediakan, prosedur sudah disediaan, alat dan bahan sudah ditulis lengkap,
siswa tinggal mengikuti prosedur. Kegiatan inkuiri dengan pola ini lebih banyak
berdampak pada keterampilan proses, seperti mengukur dan menggunakan alat. Siswa
tidak dilatih mengembangkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir
kreatifnya.Kegiatan inkuiri terstruktur seperti ini tidak banyak memelukan keterlibatan
sebuah konteks karena kegiatan sudah terstruktur sebelumnya.
E. Literasi Sains Siswa
Literasi sains mendeskripsikan kemampuan seseorang dalam menguasai dan
menggunakan IPA dan keterampilan proses IPA dalam kehidupannya sehari-hari,
terutama ketika menghadapi permasalahan yang melibatkan IPA (Laughsch, 2000).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Anderson (2007) mendefinisikan literasi sains
sebagai the science-related knowledge, practices and value we hope students will
acquire as they learn science.
Robert (2007) membagi literasi sains menjadi dua visi yang berbeda. Visi
pertama untuk mempromosikan canon of orthodox natural science, yaitu berupa
produk dan proses IPA, sedangkan visi kedua adalah situasi yang dihadapi setiap
warga Negara yang melibatkan IPA. Visi pertama merupakan upaya untuk
meningkatkan penguasaan materi IPA dan keterampilan prosesnya seperti yang banyak
dilakukan oleh sekolah atau prodi IPA selama ini baik secara individual maupun
berkelompok. Visi kedua memiliki fokus pada aspek penerapan IPA dan keterampilan
proses IPA secara kontekstual. Feinstein (2010) memperluas visi kedua dengan
menambahkan literasi sains warga Negara sebagai seseorang yang kompeten yang
mampu mengidentifikasi tempat/bagian dalam kehidupannya dengan sains sangat
berguna sesuai dengan pertanyaan atau isu yang dihadapinya dimanapun ia berada.
Tempat tersebut tidak hanya terbatas dalam laboratorium atau kelas tidak halnya
terbatas pada mereka yang disebut ilmuwan atau pintar IPA (Carlone, Haun-Frank, dan
Webb, 2011). Lee dan Roth (2003) juga pernah menyatakan bahwa sains tidak berupa
24
sebuah framework normative tunggal untuk rasionalisasi tetapi juga mencirikan
kemampuan dalam pengambilan keputusan.
Bybee (1997) telah mengklasifikasi literasi sains menjadi 5 level, yaitu: 1)
scientific illiteracy, 2) nominal scientific literacy, 3) functional literacy, 4) conceptual
literacy, dan 5) multidimensional literacy. Setiap level memiliki karakteristik yang
dapat dibedakan dari level lainnya. Pada level tidak literasi (level 1) merupakan level
paling rendah, siswa tidak memiliki kosakata, konsep, konteks dan kemampuan untuk
mengidentifikasi pertanyaan atau masalah. Hampir semua orang yang pernah belajar
IPA jarang ditemukan pada level ini. Pada level nominal (level 2) seseorang sudah
memiliki kosakata sains tetapi banyak salah konsep. Pada level fungsional (level 3)
seseorang sudah dapat mendeskripsikan makna konsep, hokum dan teori IPA namun
terbatas pada aspek pengertian atau definis. Pada level konseptual (level 4) seseorang
mulai dapat mengembangkan pemahamannya terhadap konsep, prinsip, hokum dan
teori IPA tetapi hanya terbatas pada satu disiplin ilmu saja. Seseorang yang berada
pada level ini sangat sulit memahami pembelajaran IPA secara terpadu yang
interdisciplinary. Pada level multidimensional (level 5) merupakan level tertinggi
seseorang tidak hanya memahami produk IPA melainkan juga pada aspek filosofi IPA,
historis dan dimensi social IPA. Level ini pada aspek tertentu dapat dicapai namun
secara keseluruhan cukup sulit.
Pengukuran literasi sains yang dikembangkan PISA 2003 didasarkan pada 3
domain, yaitu konsep-konsep IPA, proses ilmiah, dan konteks sosial IPA, yaitu tempat
dimana IPA diakses, dikembangkan dan diterapkan. Berdasarkan 3 domain tersebut,
literasi sains diukur melalui 3 proses, yaitu: proses 1 (kemampuan mendeskripsikan,
menjelaskan dan memprediksi fenomena IPA), proses 2 (kemampuan memahami
proses investigasi ilmiah), dan proses 3 (kemampuan menginterpretasi fakta dan
membuat kesimpulan (OECD, 2003). Pada PISA 2006, lingkup pengukuran literasi
sains 5 level, yang terdiri dari 60% menggambarkan aspek produk IPA dan sisanya
berkaitan dengan sikap terhadap sains. Konsep Bybee (1997) mendeskripsikan literasi
sains menjadi 4 bagian, yaitu konteks, kompetensi ilmiah, ilmu pengetahuan baik
25
produk maupun skil dan sikap terhadap IPA. Meskipun banyak versi literasi sains
dikemukakan pakar, namun konsep literasi sains relative memiliki kemiripan antara
satu dengan lainnya yang fokusnya adalah membentuk warga Negara yang memiliki
pengetahuan IPA dan skil proses IPA yang dapat digunakan dalam kehidupan
sosialnya.
Isu, informasi, dan problem yang terkait dengan IPA dan teknologi dalam
konteks social melibatkan banyak disiplin ilmu (interdisciplinary) sehingga untuk
mengolah dan menemukan solusi problem yang dihadapinya seseorang harus
melibatkan sejumlah ilmu pengetahuan, seperti fisika, kimia, dan biologi, bahkan
teknologi, teknik, matematika, ekonomi (Thomas et al., 2013; Min, Rashid dan Nazri,
2012). Oleh karena itu kemampuan memahami IPA secara utuh dan terpadu sangat
membantu dalam memahami isu dan problem termasuk mencari solusi dan mengambil
keputusan dalam kehidupan social.
Dalam upaya mengatasi problem yang terkait dengan IPA yang dihadapi dalam
konteks social diperlukan kemampuan mengatasi problem tersebut yang dikenal
sebagai keterampilan proses sains (knowledge about science). Semakin menguasai
keterampilan proses sains akan semakin kompeten dalam mengatasi problem-problem
yang terkait sains dalam kehidupan sehari-hari (Bybee, McCrae, dan Laurie, 2009).
Menurut Bybee, McCrae, dan Laurie (2009), knowledge about science mencakup
aspek inkuiri dan hakekat sains sedangkan knowledge of science adalah bagaimana
memahami konsep, prinsip, dan teori IPA. Dengan demikian penguasaan IPA harus
ditunjang dengan penguasaan keterampilan proses sains agar dapat menerapkan IPA
dalam kehidupan social. Selain itu, sikap juga merupakan komponen dalam literasi
sains. Sikap terhadap sains menggambarkan selain kepribadian, nilai-nilai social, dan
etika (Haste et al., 2008), juga tanggung jawab dan bagaimana merespon isu-isu sains
(Bybee, McCrae, dan Laurie). Menurut Osborne (2009), isu sikap terhadap sains
merupakan salah satu aspek yang penting dalam membangun literasi sains. Oleh
karena itu, untuk meningkatkan literasi sains siswa diperlukan kemampuan bagaimana
26
memahami IPA dan keterampilan proses IPA (inkuiri) dan sikap terhadap IPA dalam
konteks sosial.
Menurut Barber et al. (2007) untuk meningkatkan literasi sains, maka
pembelajaran harus didasarkan pada 4 prinsip, yaitu: 1) melibatkan siswa dalam
investigasi, 2) multimodal learning activities, 3) dampak sinergi inquiry-based science
dan literacy, dan 4) explicit teaching. Melibatkan siswa dalam investigasi mengandung
pengertian bahwa siswa harus melakukan kegiatan investigasi melalui penerapan
inkuiri dalam membangun pemahaman terhadap produk-produk IPA. Multimodal
learning activities bahwa pembelajaran mengenalkan siswa dengan a greater diversity
of working modes atau beragam aktivitas dalam pembelajaran, seperti diskusi,
mengumpulkan informasi, dan sebagainya (Gardner, 2006). Sinergi inkuri dengan
literasi mengarah pada peningkatan kemampuan memahami bacaan atau teks termasuk
membuat laporan dan komunikasinya yang digunakan dalam kegiatan inkuiri. Prinsip
terakhir menekankan pentingnya guru menjelaskan mengapa siswa harus mempelajari
materi tersebut.
F. Pesawat Sederhana dalam Konteks Reog Ponorogo
Pesawat sederhana pada prinsipnya merupakan alat yang tidak menggunakan
energi listrik atau mesin yang digunakan untuk membantu manusia dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Manusia memiliki kemampuan mengangkat atau
memindahkan beban sekitar 25-35 kg. Dengan kemampuan tersebut sudah barang
tentu, manusia tidak mungkin mampu memindahkan beban seberat 100 kg atau bahkan
dengan berat 1 ton. Namun Tuhan yang Maha Kuasa memberikan anugera akal pikiran
yang membuat manusia mampu membuat alat-alat bantu sehingga manusia mampu
mengangkat atau memindahkan benda dengan berat yang melebihi batas kemampuan
fisiknya yang disebut pesawat sederhana.
Kerja atau aktivitas manusia menggunakan sejumlah energi (ATP) yang
diperoleh dari makanan (karbohidrat dan lemak) melalui proses metabolisme. Energi
dan kerja diukur dengan menggunakan satuan yang sama, yaitu Joule atau Newton.m
27
Usaha merupakan salah satu bentuk energi adalah hasil perkalian gaya (F) dengan
jarak perpindahan (S).
Selain gaya, power (P) sering disebut sebagai daya mendeskripsian ukuran usaha (W)
yang dilakukan per satuan waktu (t). Power diperloeh dari hasil perbandingan antara
usaha (W) dengan waktu (t) sehingga satuannya Joule per detik.
WP =
T
Dari usaha dan daya inilah upaya manusia untuk melakukan kerja secara efisien
meskipun aktivitasnya telah melewati batas kemampuannya yang dikenal dengan
keuntungan mekanis, yaitu perbandingan antara gaya yang dihasilkan (output) dengan
gaya yang diberikan (input).
Fo (output)K =
Fi (input)
Tujuan utama penggunaan pesawat sederhana adalah bagaimana mendapatkan
nilai K yang sebesar-sebesarnya, yaitu: F output yang besar dengan F input yang
sekecil-kecilnya. Tujuan tersebut bisa diwujudkan jika faktor-faktor yang
mempengaruhi keutungan mekanis pesawat sederhana diselidiki untuk
diimplementasikan dalam setiap menggunakannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, pesawat sederhana yang umumnya dikenal terdiri
dari 3 kelompok, yaitu: tuas, bidang miring, dan katrol. Beberapa contoh tuas dalam
kehidupan sehari-hari tampak pada Gambar 2.1. berikut.
W = F . S
28
Gambar 2.1. Tiga golongan tuas dan contohnya dalam kehidupan sehari-hari
Berdasarkan Gambar 2.1. tuas terdiri dari 3 jenis yang disebut tuas tipe 1, tuas tipe 2,
dan tuas tipe 3. Meskipun berbeda jenis, ketiga jenis tuas memiliki 4 komponen yang
sama, yaitu: titik tumpu, lengan beban, dan lengan kuasa, serta beban, tetapi bebeda
posisi dari komponen-komponen tersebut. Dalam pembelajaran umumnya guru fisika
hanya menjelaskan tuas yang terdapat pada alat-alat tersebut, sehingga tidak terpadu
pembelajarannya.
Tuas pada dasarnya tidak hanya ditemukan pada alat-alat sederhana seperti pada
Gambar 2.1. tetapi juga pada tubuh manusia. Namun selama ini jarang dipelajari di
sekolah karena keterbatasan sumber daya manusia, yaitu guru fisika lebih senang
menggunakan alat-alat sederhana sedangkan guru biologi hanya melihat aspek biologi
pada tubuh manusia. Padahal pada tubuh manusia meskipun kemampuannya terbatas
juga menggunakan prinsip-prinsip pesawat sederhana yang banyak dipelajari secara
terpadu dalam Kurikulum 2013. Pada kedu Gambar berikut ditampilkan analogi tuas
pada tulang kerangka tangan untuk mengidentifikasi titik tumpu, lengan beban, lengan
kuasa, dan beban. Otot bisep yang berperan memberikan gaya kuasa (F) yang
dihasilkan dari ATP hasil oksidasi bahan makanan. Relevansi sistem gerak pada
kerangka tangan tubuh manusia dan prinsip tuas merupakan indikator bahwa tubuh
29
manusia dalam melakukan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari sebagian
menggunakan prinsip pesawat sederhana.
Gambar A Gambar B
Titik Tumpu : T Titik Tumpu :……….
Lengan beban : T-B Lengan beban :……….
Lengan kuasa : T-K Lengan kuasa :……….
Kuasa (gaya) : K Kuasa (gaya) :……….
Beban : B Beban :……….
Gambar 2.2. Komparasi prinsip kerja tuas pada alat jungkit dan tangan
Aktivitas manusia melibatkan sistem alat gerak, yaitu: tulang, sendi, dan otot.
Pada prinsipnya hampir semua tulang dan sendi berperan sebagai titik tumpu
(fulcrum). Pada bagian lain, seperti: leher, dagu, dan kaki merupakan bagian kerangka
yang menggunakan prinsip kerja tuas. Pada saat menganggukkan kepala ke depan,
kepala dan leher bekerja seperti tuas dengan titik tumpu puncak leher. Otot leher
berperan memberikan gaya kuasa untuk menark kepala ke posisi semula. Demikian
pula saat mengigit buah-buahan atau makanan, otot dagu, titik tumpu tulang dagu
ketika terhubung dengan tegkorak akan menghasilkan gigitan pada buah. Hal ini juga
terjadi pada barongan Reog Ponorogo. Di bagian kaki, ketika sedang jinjit, bagian
K B
Z
X
Gambar 2.4. Penari barongan
i barongan
31
penari Reog diperoleh dalam tarian Reog Ponorogo. Topik-topik tersebut adalah
“Sistem alat gerak pada tubuh manusia dan Pesawat sederhana. Komponen gerak dasar
dalam tarian Reog diperankan oleh tokoh, seperti: gerak Jathil antara lain: lari, jalan di
tempat, loncatan, gencotan, dan tanjakan, gerak
Klono Sewandono, antara lain: jalan gagah, ulat kengser ke kanan dan ke kiri, dan
ogek lambung, sedangkan oleh Bujang Ganong, antara lain: jalan dobel loncat, gerakan
lucu (gecul), akrobatik, jalan dobel loncat masuk, dan gerak menggol.
Penari barongan yang menggunakan topeng singa (barong) membawa beban
dadak merak dengan berat 45-50 kg tetapi penarinya tampak bergerak enteng dan
lincah. Pesawat sederhana dalam tubuh makhluk hidup berperan untuk mendapatkan
keuntungan mekanis agar beban yang bobotnya besar bahkan di luar kemampuan
manusia dapat diangkat atau dipindahkan. Keuntungan mekanis diperoleh penari
barongan karena di dalamnya terdapat prinsip-prinsip pesawat sederhana yang
memungkinkan penarinya mengangkat beban melebih kapasitasnya, seberat 25-35 kg
(Usaid, 2015). Prinsip-prinsip pesawat sederhana juga dapat dijumpai pada gerak
Bujang Anom yang menampilkan gerak akrobatik dan Klono Sewandono yang gagah
dan berwibawa.
Belajar tuas dari konteks seperti Reog Ponorogo memerlukan kemampuan
mengidentifikasi relevansi informasi faktual, seperti: aspek-aspek tuas dalam gerak
tarian Reog Ponorogo (identify). Tidak cukup hanya diidentifikasi, siswa perlu
mendefinsikan istilah-istilah tersebut agar dapat dijelaskan, seperti: titik tumpu, lengan
beban, lengan kuasa, dan gaya kuasa serta beban (define). Hubungan antara aspek-
aspek tersebut dijelaskan pada bagian explain. Untuk memperkuat penguasaan konsep
tuas dan kemampuan berargumen, siswa menjelaskan bagaimana prinsip kerja tuas
pada tarian Reog Ponorogo, seperti gerak jinjit atau mengangkat beban. Model tersebut
disebut IDEA (identify, define, explain, apply) (Erman & Liliasari, 2012).
Pada Identify, siswa akan mengidentifikasi bagian-bagian kerangka yang
ditampilkan saat menari Reog yang melibatkan prinsip kerja tuas, kemudian
komponen-komponen tuas (titik tumpu, lengan beban, lengan kuasa, gaya kuasa F, dan
32
beban (W). Pada tahap define, siswa akan mendefinsian komponen-komponen tuas
dalam konteks Reog Ponorogo dengan menggunakan buku bacaan siswa. Pada bagian
explain, siswa menyelidiki terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi
keuntungan mekanis atau hubungan antara komponen-komponen tuas dengan
keuntungan mekanis dalam konteks Reog Ponorogo.
G. Bioteknologi Konvensional dalam Konteks Tape Bondowoso
Kearifan lokal lainnya yang tak kalah terkenal di Jawa Timur bahkan Indonesia
adalah Tape Bondowoso. Tape Bondowoso merupakan makanan hasil fermentasi dari
singkong. Pemanfaatan makhluk hidup untuk membantu pekerjaan atau menghasilkan
produk yang bermanfaat bagi manusia disebut bioteknologi. Bioteknologi mulai
berkembang sejak ditemukannya proses-proses fermentasi yang melibatkan
mikroorganisme oleh Louis Pasteur tahun 1920. Namun saat ini bioteknologi
berkembang sangat pesat dalam bentuk rekayasa genetika dan biomolekuler.
Sejak rekayasa genetika berkembang pesat, bioteknologi yang menggunakan
mikroorganisme cenderung disebut bioteknologi konvensional, seperti halnya proses
pembuatan Tape Bondowoso. Tape dibuat dengan memanfaatkan mikroorganisme
Aspergillus, saccharomyces cerevisiae, dan Acetobacter aceti yang terdapat dalam ragi
untuk mengubah karbohidrat menjadi glukosa. Ketiga jenis mikroorganisme tersebut
bekerja secara sinergis secara bergantian. Amilum pada singkong akan diproses dan
diubah menjadi glukosa oleh Aspergillus. Glukosa yang dihasilkan akan diproses dan
diubah menjadi alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae. Terakhir, alkohol akan
diproses dan diubah menjadi asam cuku oleh Acetobacter aceti. Proses fermentasi
tersebut berlangsung dalam kondisi anaerob (respirasi anaerob).
Dalam pembelajaran bioteknologi dengan menggunakan konteks Tape
Bondowoso diharapkan dapat membantu siswa memahami proses fermentasi oleh
ketiga jenis bakteri dan perubahan fisika dan perubahan kimia yang terjadi. Siswa yang
terlibat dalam proses pembuatan Tape Bondowoso akan mudah mengembangkan
33
bioteknologi konvensional tersebut terutama untuk menghasilkan produk-produk Tape
Bondowoso yang berkualitas dan sesuai keinginan konsumen atau pasar.
Dengan menggunakan model IDEA, siswa akan melakukan identifikasi alat dan
bahan yang digunakan dalam proses fermentasi, kemudian mengidentifikasi perubahan
fisikan dan perubahan kimia yang terjadi dalam pembuatan Tape Bondowoso, serta
jenis bakteri yang terlibat dalam pembuatan Tape Bondowoso dan faktor-faktor yang
mempengaruhi citarasa Tape. Pada tahap define, siswa akan mendefinisikan perubahan
fisika, perubahan kimia, jenis bakteri, dan faktor-faktor yang mempengaruhi citarasa
Tape. Pada tahap explain, melakukan kegiatan eksperimen untuk menjelaskan faktor-
faktor yang mempengaruhi citarasa Tape. Terakhir, pada tahap apply, siswa akan
menerapkan pengetahuannya untuk menjelaskan aneka rasa produk Tape Bondowoso
di Pasar dan informasi-informasi pada kemasannya.
H. Kualitas Bahan Ajar Model IDEA
Bahan ajar (silabus, RPP, LKS, buku bacaan siswa) merupakan fasilitas belajar
yang digunakan guru maupun siswa dalam peristiwa pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran sebagai, sumber
informasi, pengontrol, evaluasi, dan pengorganisasi pembelajaran (Kalin, 2004). Tentu
saja implementasi bahan ajar dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran
berlangsung secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk
memilih bahan ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang
diharapkan (Parker, Bianchi & Cheah, 2008; Csomai & Mihalcea, 2007). Dalam hal
ini adalah bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas tidak berarti dapat
digunakan secara efektif pada berbagai situasi secara simultan (Csomai & Mihalcea,
2007).
Kualitas bahan ajar yang efektif, bermakna, dan bermanfaat harus memenuhi
kriteria tertentu (Mazgon & Stefanc, 2012), antara lain: kejelasan struktur dan
koherensi, berorientasi pada tujuan, mempromosikan pengembangan dan pencapaian
kompetensi, menggunakan pendekatan indutif, dapat diadaptasikan baik secara
34
metodik dan didaktik, mengandung unsur-unsur motivasi, dan menstimulasi belajar
aktif. Dalam studi ini digunakan 3 kriteria kualitas bahan ajar, yaitu: valid secara
teoretis, praktis digunakan dalam pembelajaran, dan efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran, yaitu mempromosikan literasi sains siswa.
Validitas silabus ditentukan melalui validitas tiga komponen, yaitu: identitas
silabus, kesesuaian kegiatan pembelajaran dengan materi, indikator/KD, dan model
IDEA, dan kesesuaian waktu pada setiap tahap pembelajaran. Validitas RPP (rencana
pelaksanaan pembelajaran) ditentukan oleh validitas 3 kompanen, yaitu: format RPP,
isi RPP, dan bahasa yang digunakan dalam RPP. Validitas buku ajar siswa ditentukan
oleh 3 komponen, yaitu: komponen isi, komponen bahasa, dan komponen penyajian.
Terakhir, validitas LKS (lembar kerja siswa) ditentukan melalui validasi 3 aspek,
yaitu: aspek formmat, aspek bahasa yang digunakan dalam LKS, dan aspek isi.
Kepraktisan dan keefektifan bahan ajar ditentukan melalui ujicoba terbatas.
Kepraktisan bahan ajar ditentukan oleh 3 indikator, yaitu: keterlaksanaan
pembelajaran, respon siswa, dan respon guru. Kefektifan bahan ajar dalam
pembelajaran ditentukan oleh peningkatan literasi sains siswa pada materi
pembelajaran dengan kriteria N-gain minimal kategori sendang .
Komponen penilaian validitas yang digunakan dalam studi ini terdapat
kesesuaian dengan kriteria (Mazgon & Stefanc, 2012). Validitas bahan ajar akan
mencakup aspek struktur dan keherensi, serta substansi bahan ajar yang dapat
diperoleh melalui validasi pakar. Adaptasi secara metodik dan didaktik akan diungkap
melalui kepraktisan selama digunakan dalam pembelajaran. Motivasi, pencapaian
kompetensi dan pengembangannya, dan kemampuan menstimulasi belajar aktif
diperoleh melalui ujicoba terbatas untuk keefektifan bahan ajar mencapai tujuan.
Bahan ajar memiliki peran penting dalam menciptakan linkungan belajar siswa yang
konstruktivistik (Kroasbergern & Luit, 2005).
Bahan ajar yang dikembangkan menggunakan model IDEA yang terdiri dari 4
tahap kegiatan belajar, yaitu: identify, define, explain, dan apply karena dalam deep
learning, aspek-aspek materi pembelajaran yang terdapat dalam konteks kearifan lokal
35
harus dapat diidentifikasi, didefinisikan, dijelaskan dan diterapkan (Erman, 2012,
Wrenn & Wrenn, 2009; Perkins & Salomon, 2012; McGonigal, 2005). Model belajar
IDEA dipandang sangat tepat dalam pembelajaran berbasis konteks karena beberapa
faktor. Pertama, pembelajaran berbasis konteks memerlukan kemampuan siswa
mengidentifikasi informasi faktual dalam konteks yang relevan dengan materi
pembelajaran agar terjadi proses transformasi (Linn & Elyon, 2006). Jika hal ini tidak
terpenuhi, maka pembelajaran berbasis konteks tidak banyak manfaatnya. Guru
sedapat mungkin berperan memfasilitasi belajar siswa untuk mengidentifikasi aspek-
aspek yang relevan antara konteks dan materi yang akan dipelajari siswa (Maton,
2014). Kedua, aspek-aspek yang relevan antara konteks dan materi yang dipelajari
yang sudah diidentifikasi memerlukan sinkronisasi dalam terminologi, istilah atau
bahasa agar terjadi proses transformasi dalam belajar (Gordon, 2009). Siswa
mengetahui arti atau makna dari semua istilah atau aspek baik dalam konteks maupun
dalam materi pembelajaran sehingga tidak terjadi deviasi makna antara konteks yang
digunakan dengan materi pembelajaran. Ketiga, siswa diharapkan mampu mengetahui
hubungan antara aspek-aspek yang berkaitan secara konseptual (explain), deep
learning dan meaningfull learning (Novak & Canas, 2008; Stott & Hatting, 2014).
Keempat, penerapan (apply) hasil identify, define, dan explain sangat diperlukan untuk
mencapai level deep learning yang sempurna, yaitu belajar yang berorientasi pada
integratif dan pengembangan (Borredon, Deffayet, Baker, & Kolb, 2011).
Bahan ajar model IDEA secara alami terkait dengan klasifikasi literasi sains
(Bybeee, 1997). Siswa yang tidak mampu mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam
konteks kearifan lokal dianggap scientific illiteracy (level 1), meskipun menguasai
kearifan lokal. Siswa yang dapat mendefinisikan dapat mencapai level functional
scientific literacy (level 3). Siswa yang mampu menjelaskan (explain) aspe-aspek
materi dalam konteks sudah mencapai level 4 (conceptual scientific literacy dan siswa
yang mampu menerapkan untuk menjelaskan konteks kearifan lokal dapat dianggap
mencapai level 5 (multidimensioonal scientific literacy).
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development
research) yang direncanakan berlagsung 1 tahun. Desain yang digunakan
mengadaptasi desain penelitian IDM (Instructional Design Model) (DBRC, 2003;
Wang & Hannafi, 2005; Ituma, 2015), yang terdiri dari 6 tahap, yaitu: 1) Analisis
kebutuhan, 2) Desain dan pengembangan prototipe bahan ajar IPA, 3) Validasi bahan
ajar, 4) Ujicoba prototipe bahan ajar, 5) Evaluasi bahan ajar, dan 6) Revisi perbaikan
prototipe bahan ajar. Empat tahap terakhir bersifat siklus (Gambar 3.1.). Desain ini
dipilih karena sangat cocok untuk digunakan dalam penelitian yang fokus pada
pengembangan bahan ajar atau untuk menghasilkan protipe bahan ajar dengan jangka
waktu pendek.
Tahap 1, Analisis kebutuhan dilakukan melalui 3 kegiatan, yaitu 1) Studi pustaka,
2) Studi lapangan, dan 3) Studi dokumen. Studi pustaka bertujuan untuk mendapatkan
landasan teori sebagai dasar pengembangan bahan ajar terutama berkaitan dengan
model yang akan digunakan dalam bahan ajar dan literasi sains. Studi pustaka
dilakukan dengan penelusuran literatur dari berbagai sumber, seperti: internet, laporan
penelitian, dan perpustakaan. Studi lapangan bertujuan untuk mengidentifikasi
kearifan-kearifan lokal di sekitar lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa,
keterlibatan siswa dalam kearifan lokal, dan peran sekolah dalam melestarikan
kearifan lokal. Studi lapangan dilakukan dengan cara kunjungan ke sekolah yang
ditentukan berdasarkan tujuan (purposive), yaitu sekolah yang berlokasi di sekitar
kearifan lokal, menerapkan kearifan lokal yang dikenal luas oleh masyarakat dan
relevan dengan materi pokok bahasan pada semester berjalan. Analisis dokumen
dimaksudkan untuk analisis kurikulum dan materi pembelajaran IPA dalam buku-buku
acuan guru yang digunakan guru IPA dalam pembelajaran di sekolah-sekolah yang
dikunjungi dalam studi lapangan.
37
Tidak Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 3.1. Desain Penelitian Pengembangan (DBRC, 2003; Wang & Hannafi, 2005;
Adaptasi model Ituma, 2015)
MulaiAnalisis Kebutuhan
1. Studi pustaka2. Studi lapangan3. Analisis dokumen
DDraf I
VValid?
Validasi ke-i,I ≥ 1
DDraf II
Revisi
DDraf Ii
Ujicoba ke-i,I ≥ 1
VPraktis?Efektif?
DDraf IIi
Revisi
Merancangbahan ajar
Bahan ajar final Selesai
Keterangan :: Awal /akhir : Pilihan
: Kegiatan : Urutan
: Hasil : SIklus
38
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dilakukan perancangan prototipe bahan ajar
(Draft 1) yang meliputi: buku ajar siswa (BAS), silabus, lembar kegiatan siswa (LKS),
dan instrumen-instrumen. Draft 1 selanjutnya divalidasi oleh 3 orang pakar. Jika hasil
validasi menunjukkan bahwa bahan ajar tidak valid maka bahan ajar akan direvisi
menghasilkan Draf Ii dan akan divalidasi kembali sampai semua aspek dalam kriteria
validitas dinyatakan valid dan menjadi Draf II. Bahan ajar divalidasi oleh 3 pakar
pendidikan IPA (biologi, fisika, dan kimia) dan direvisi berdasarkan saran-saran
validator menghasilkan Draft 2. Selanjutnya Draft II diujicoba terbatas pada satu kelas
siswa untuk mengetahui kepraktisan (keterlaksanaan dan respon siswa) dan
keefektivannya untuk meningkatan literasi sains siswa. Jika hasil ujicoba menunjukkan
bahwa bahan ajar belum praktis dan efektif, maka bahan ajar akan direvisi sesuai
dengan hasil ujicoba menjadi Draf IIi yang selanjutnya diujicoba kembali sampai
dinyatakan praktis dan efektif atau Bahan Ajar final. Dasar evaluasi kelayakan bahan
ajar dalam ujicoba menggunakan kriteria minimal N-gain kategori sedang atau cukup
layak (N-gain ≥ 3).
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah bahan ajar pembelajaran IPA SMP, yaitu: buku ajar
siswa, silabus, RPP, dan LKS. Bahan ajar yang dikembangkan tersebut terdiri dari 3
materi pokok bahasan, yaitu: materi Pesawat Sederhana dan Zat aditif (untuk siswa
kelas VIII SMP), serta Bioteknologi (untuk siswa kelas IX SMP). Pada saat ujicoba 1,
subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sawo Ponorogo dan ujicoba 2,
subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Curahdami Bondowoso. Kedua
subjek ujicoba ditentukan secara purposive sampling karena dipilih langsung
berdasarkan tujuan penelitian, yaitu berlokasi di sekitar kearifan lokal dan sekolah
menerapkan pelestarian kearifan lokal tersebut sebagai muatan lokal kurikulum.
Pemilihan SMP Negri 4 Sawo dalam ujicoba 1 karena sekolah tersebut melestarikan
kearifan lokal Reog sebagai muatan lokal sehingga siswa pada umumnya dapat
menarikan Reog, sedangkan SMP Negeri Curahdami 1 dipilih sebagai lokasi ujicoba 2
39
karena berlokasi di sekitar pusat pembuatan Tape Bondowoso dan lebih dari separuh
siswanya terlibat dalam pembuatan Tape. Berdasarkan pertimbangan tersebut, siswa
yang akan mempelajari Pesawat Sederhana melalui konteks Reog dan bioteknologi
melalui pembuatan Tape menjadi lebih mudah bagi siswa.
B. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang menjadi fokus kajian yang menjadi ukuran kelayakan
bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 3 variabel, yaitu: 1)
validitas bahan ajar, 2) kepraktisan bahan ajar 3) keefektivan bahan ajar.
1. Validitas bahan ajar adalah kesimpulan hasil penilaian 3 pakar (validator) dalam
kategori: valid, cukup valid, kurang valid, dan tidak valid dengan ketentuan bahwa
bahan ajar dinyatakan valid dinyatakan valid jika skor rata-rata mencapai kategori
minimal cukup valid.
2. Kepraktisan bahan ajar adalah ukuran keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa,
dan respon guru yang menggunakan bahan ajar yang dikembangkan yang
dinyatakan dalam kategori: praktis, cukup praktis, kurang praktis, dan tidak
praktis dengan ketentuan bahwa bahan ajar dinyatakan praktis jika mencapai
kategori minimal cukup praktis (terlaksana dengan cukup baik dan minimal 60%
siswa dan guru merespon positif).
3. Keefektivan bahan ajar adalah tafsiran efektif tidaknya pembelajaran yang
menggunakan bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan nilai N-gain yang
dinyatakan dalam kategori efektivitas: rendah, sedang, dan tinggi dengan
ketentuan bahwa bahan ajar dinyatakan efektif jika semua aspek efektivitas
mencapai kategori minimal N-gain kategori sedang.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari 4 jenis, yaitu:
pedoman studi lapangan, tes literasi sains, pedoman pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran, dan respon siswa. Pedoman studi lapangan terdiri dari sejumlah
40
pertanyaan-pertanyaan tentang keterlibatan siswa dalam berbagai kearifan local
daerahnya. Validitas pedoman studi lapangan ditentukan melalui validasi isi dengan
meminta pertimbangan 3 orang pakar pendidikan IPA.
Tes literasi sains disusun secara terbatas untuk topic-topik yang relevan dengan
kearifan local, yaitu: pesawat sederhana (6 butir soal), zat aditif (7 butir soal), dan
bioteknologi konvensional (6 butir soal). Semua soal tersebut berbentuk 4 jenis
pertanyaan, yaitu: a) S-R (structured-response), b) OC-R (open constructed-response),
c) M-C (multiple choice), dan d) CM-C (complex multiple-choice) dengan persentase
masing-masing ditentukan berdasarkan hasil need assessment. Bentuk-bentuk tes
tersebut diadaptasi dari tes PISA tahun 2013 (Bybee, 1997; Erman, 2012).
Pengembangan tes dilakukan melalui langkah-langkah: 1) telaah kurikulum yang
digunakan sekolah sasaran, 2) membuat kisi-kisi instrument, 3) menulis butir-butir
instrument dalam bentuk pertanyaan/pernyataan, validasi instrument dalam bentuk
expert judgment dengan meminta pendapat 3 orang pakar (pendidikan IPA dan literasi
sains). Validitas tes ditentukan melalui validasi isi dengan meminta pertimbangan 3
pakar, yaitu: pendidikan fisika, pakar pendidikan biologi, dan pakar pendidikan kimia.
Fokus utama dalam validasi adalah (1) kesesuaian butir-butir tes dengan indicator-
indikator literasi sains dalam konteks terbatas, (2) kesesuaian butir-butir tes dengan
karakteristik siswa, (3) kesesuaian butir-butir tes dengan materi pokok bahasan, (4)
kesesuaian butir-butir tes dengan kearifan lokal, dan aspek bahasa yang mudah
dipahami dan tidak multitafsir. Berdasarkan pertimbangan ketiga pakar tersebut, butir-
butir tes yang mendapat saran perbaikan diperbaiki sehingga semua item tes literasi
sains yang digunakan dalam konteks terbatas dinyatakan valid.
Pedoman pengamatan keterlaksanaan disusun berdasarkan kegiatan-kegiatan
dalam RPP untuk memastikan keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran. Berdasarkan
pertimbangan ketiga pakar diketahui bahwa pedoman tersebut dinyatakan valid dan
dapat digunakan. Terakhir, respon siswa lebih difokuskan untuk menggali respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran berbasis kearifan local yang terdiri dari dua
bentuk, yaitu bentuk pernyataan positif dengan respon Ya/Tidak sebanyak 10 item, dan
41
bentuk refleksi siswa berupa pernyataan siswa terkait materi pembelajaran sebanyak 4
item. Informasi detail tentang instrument tersebut dapat dilihat di bagian Lampiran.
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui 5 cara, yaitu: 1) observasi, 2)
wawancara, 3) dokumentasi, 4) tes dan 5) angket.
1. Teknik observasi digunakan dalam studi lapangan untuk mengetahui kemampuan
guru dalam mensinergikan pembelajaran IPA terpadu dengan konteks social dan
inkuiri, yang meliputi keterlaksanaan dan respon siswa. Aspek keterlaksanaan
pembelajaran difokuskan terhadap aspek-aspek utama dalam model pembelajaran
IPA berbasis kearifan lokal, sedangkan respon siswa merupakan bentuk respon
siswa terhadap implementasi model dan respon guru terhadap model dan buku ajar
model pembelajaran IPA yang dikembangkan. Dalam observasi ini digunakan
instrument pedoman observasi.
2. Teknik wawancara digunakan untuk mendukung hasil observasi untuk mengetahui
kemampuan guru dalam meningkatkan literasi sains siswa melalui pembelajaran,
faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam mengimplementasikan model
pembelajaran IPA terpadu berbasis kearifan lokal.
3. Observasi dan tes digunakan untuk mengetahui kepraktisan bahan ajar dan
kefektivan bahan ajar untuk meningkatkan literasi sains secara terbatas karena
hanya dalam lingkup materi yang dicobakan. yang terdiri dari 4 jenis pertanyaan,
yaitu: a) S-R (structured-response), b) OC-R (open constructed-response), c) M-C
(multiple choice), dan d) CM-C (complex multiple-choice) dengan persentase
masing-masing ditentukan berdasarkan hasil need asessment.
4. Angket digunakan untuk mengetahui sikap siswa sebelum dan setelah mengikuti
kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan model sinergi yang
dikembangkan.
5. Teknik dokumentasi digunakan untuk menelaah kemampuan guru dalam
mensinergikan pembelajaran IPA terpadu, konteks social, dan inkuiri dan factor-
42
faktor yang mempengaruhinya, melalui dokumen RPP dan LKS, serta buku acuan
yang digunakan.
E. Teknik Analisis Data
Data penelitian yang telah dikumpulkan dianalisis dalam 3 tahap, yaitu: 1)
analisis data hasil analisis kebutuhan, 2) Analisis data hasil expert judgment, dan 3)
Analisis data hasil 2 kali ujicoba terbatas. Analisis kebutuhan berdasarkan hasil studi
pustaka, studi lapangan, dan analisis dokumen. Analisis data validitas bahan ajar
dilakukan berdasarkan pertimbangan 3 pakar. Analisis hasil ujicoba terbatas terdiri
dari data kepraktisan dan keefektivan bahan ajar dalam meningkatkan literasi sains
siswa.
Tahap 1, Analisis data hasil analisis kebutuhan (need assessment), yaitu: data
hasil studi pustaka, data hasil studi lapangan, dan data hasil analisis dokumen
kurikulum dan bahan pembelajaran IPA secara deskriptif. Analisis data studi pustaka
dilakukan dengan menggunakan analisis isi (content analysis) untuk mengkaji
literatur-literatur yang menjadi landasan teoretis dalam menentukan karakteristik
bahan ajar yang akan dikembangkan. Analisis data hasil studi lapangan secara
deskriptif yang digunakan untuk menentukan karakteristik siswa ditinjau dari kearifan
lokal dan kemampuan siswa. Analisis dokumen dilakukan dengan menggunakan
analisis isi pada dokumen kurikulum dan bahan-bahan pembelajaran IPA di sekolah.
Tahap 2, analisis validitas teoretis bahan ajar hasil expert judgment secara
deskriptif, yaitu mendeskripsikan validitas bahan ajar pembelajaran IPA dengan
menggunakan 4 kategori, yaitu: valid, cukup valid, kurang valid, tidak valid
menggunakan kriteria yang dikembangkan oleh Ratumanan & Laurens (2011), seperti
pada Tabel 3.1.
43
Tabel 3.1. Kategori Skor Validitas Bahan Ajar
Interval skor Kategori Keterangan
3,60 ≤ X ≤ 4,00 Valid Dapat digunakan tanpa revisi
2,60 ≤ X ≤ 3,59 Cukup Valid Dapat digunakan dengan sedikit revisi
1,60 ≤ X ≤ 2,59 Kurang Valid Dapat digunakan dengan banyak revisi
1,00 ≤ X ≤ 1,59 Tidak Valid Belum dapat digunakan
Bahan ajar dikatakan valid jika rata-rata skor validator untuk setiap aspek validasi
bahan ajar mencapai kategori cukup valid atau valid.
Tahap 3, Analisis data kepraktisan bahan ajar yang digunakan dalam
pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal secara deskriptif melalui pengamatan
keterlaksanaan pembelajaran, respon siswa, dan respon guru yang
mengimplementasikan bahan ajar dalam pembelajaran IPA. Keterlaksanaan
pembelajaran IPA dideskripsikan dalam bentuk kategori:
Tabel 3.2. Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran
Kategori keterlaksanaan Kriteria (%)
Terlaksana dengan sangat baik
Terlaksana dengan baik
Terlaksana dengan cukup baik
Kurang terlaksana
Tidak terlaksana
86 – 100
76 – 85
60 – 75
40 – 59
< 40
Bahan ajar dikatakan praktis jika setiap aspek dalam keterlaksanaan memenuhi
kategori minimal terlaksana dengan cukup baik.
Respon siswa dan respon guru dideskripsikan dalam bentuk persentase, dan
deksripsi informasi tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat selama
implementasi bahan pembelajaran berbasis kearifan lokal yang dikembangkan. Bahan
dikatakan praktis jika memenui ketiga indikator tersebut, seperti dicantumkan dalam
Tabel 3.3.
44
Tabel 3.3. Kategori dan Kriteria Kepraktisan Bahan Ajar
Tingkat Kepraktisan Kriteria
Praktis
Cukup praktis
Kurang praktis
Tidak praktis
Minimal terlaksana dengan baik, semua siswa
dan guru merespon positif.
Terlaksana dengan cukup baik, ≥ 60% siswa dan
guru merespon positif
Kurang terlaksana, < 60% siswa dan guru
merespon positif
Kurang/tidak terlaksana, semua siswa dan guru
merespon negatif.
Bahan ajar dikatakan praktis jika memenuhi kategori minimal cukup praktis
(keterlaksanaan dengan kategori minimal cukup baik, 60% siswa dan guru merespon
positif).
Tahap 4, Analisis data kefektivan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran
IPA berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa dalam ujicoba
terbatas secara deskriptif dengan menggunakan analisis N-gain, yaitu dengan
membandingkan selisih skor postes-pretes dengan selisih skor total dengan pretes yang
hasilnya dikali 100 (Hake dalam Erman, 2012) untuk mengetahui peningkatan literasi
sains siswa. Kriteria yang digunakan dalam menentukan tafsiran keefektifan
pembelajaran ditentukan dengan menggunakan kriteria Cheng et al. (dalam Erman,
2012) pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Tafsiran keefektifan pembelajaran berdasarkan N-gain
Persentase Mean N-gain Tafsiran Efektivitas Pembelajaran
Kurang dari 30%
30% - 70%
Lebih dari 70%
Rendah
Sedang
Tinggi
45
Bahan ajar dikatakan efektif jika persentase mean N-gain minimal mencapai kategori
sedang atau minimal N-gain 30%.
Tafsiran keefektifan yang rendah dalam model IDM memberikan petunjuk
bahwa bahan ajar yang dikembangkan perlu direvisi dan divalidasi kembali oleh pakar
untuk selanjutnya diujicoba dan dievaluasi. Jika tafsiran baru mencapai kategori
sedang, maka dalam IDM dapat dilanjutkan untuk finalisasi atau kembali diujicoba
tanpa perlu proses validasi terlebih dahulu untuk mendapatkan tafsiran efektivitas yang
tinggi. Dalam penelitian ini, ujicoba dilakukan sebanyak 2 kali meskipun sudah
mendapatkan tafsiran efektivitas dengan kategori sedang pada hasil ujicoba 1. Hal ini
dilakukan karena pada ujicoba 1 ditemukan hambatan-hambatan teknis, yaitu perlunya
siswa beradaptasi terhadap model IDEA berbasis kearifan lokal yang berdampak pada
pengelolaan waktu dalam setiap tahap IDEA.
Literasi sains siswa dikategorikan dalam 5 kategorii ditampilkan pada Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Klasifikasi literasi sains siswa dalam model IDEA
Kategori literasi sains Kemampuan IDEA Tes literasi sains (butir soal)
Pesawat sederhana BioteknologiScientific illiteracy No IDEA -- --Nominal literacy Identify 1 1Functional literacy Identify, Define 3 4Conceptual literacy Identify, define,
explain,5,6 1, 3, 5
Multidimensionalliteracy
IDEA 1,2,3,4,5,6 1,2,3,4,5,6
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: (1) Data studi pendahuluan, (2)
Data validasi bahan ajar, dan (3) Data hasil ujicoba terbatas bahan ajar. Data studi
pendahuluan meliputi data hasil studi lapangan dan data hasil studi pustaka. Data hasil
validasi bahan ajar meliputi hasil validasi RPP, LKS, dan bahan bacaan. Data hasil
ujicoba bahan ajar pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal, yang terdiri dari data
hasil ujicoba pada pokok bahasan pesawat sederhana, zat aditif, dan bioteknologi
konvensional.
1. Hasil Analisis Kebutuhan (Need Assessment)
a. Studi Pustaka
Studi tentang kearifan lokal dalam pembelajaran IPA masih jarang dilakukan di
Indonesia. Berdasarkan penelusuran literatur di berbagai jurnal internasional, studi
kearifan lokal pernah dilakukan oleh sejumlah dosen Universitas Negeri Semarang,
namun pada umumnya hanya difokuskan pada upaya untuk melestarikan budaya lokal
yang dikenal dengan istilah etnosains. Semua studi tersebut berlokasi di Wilayah Jawa
Tengah. Penelitian-penelitian tentang kearifan lokal di dunia umumnya tidak
ditemukan dalam penelusuran literatur, tetapi lebih banyak dilakukan dalam lingkup
pembelajaran kontekstual tanpa istilah kearifan lokal. Publikasi lainnya umumnya
terkait dengan keberhasilan pembelajaran IPA berbasis konteks dan kelemahan
sekaligus tantangan dalam menerapkan pembelajaran berbasis konteks. Secara ringkas,
hasil studi pustaka dalam bentuk ide pokok ditampilkan pada Tabel 4.1.
47
Tabel 4.1. Ringkasan beberapa hasil studi pustaka
Penulis Ide Pokok Keberhasilan Tantangan
Poter &Overton, 2006
Belajar kimia dalam konteksolahraga
Motivasi,problemsolving, hasilbelajar
Wilson,Flowers &Farin, 2012
Perbandingan belajar IPA berbasissaintifik dan berbasis konteksterhadap hasil belajar siswa SMP
Berbasiskonteks lebihunggul
Osborne, 2006 Pendidikan IPA untuk semua Promosiliterasi sainsmelalui belajarkonteks
Maton, 2014 Pendidikan dalam sebuahkehidupan sosial
Transformasilintas konteks
Linn & Elyon,2006
Transformasi belajar Transformasibutuhrelevansiinformasifaktual
Gordon, 2009 Konstruktivisme: refleksipelajaran dari praktek kehidupansehari-hari
Istilah/Bahasadalamkonteks
Perkins &Salomon, 2012
Pembelajaran konteks Identifikasi,menjelaskan,danmenerapkan
Selain yang tertulis pada Tabel 4.1. masih banyak sekali pembelajaran berbasis
konteks. Hasil analisis keberhasilan dan tantangan dari literatur-literatur yang berhasil
dieksplorasi, ditemukan bahwa dalam pembelajaran IPA berbasis konteks diperlukan
sejumlah kegiatan yang diperlukan agar terjadi transformasi dan integrasi. Pertama,
identifikasi aspek-aspek yang terkait dengan pokok bahasan (konsep/istilah, prinsip,
teori) dalam konteks yang digunakan agar siswa menemuan informasi faktual yang
relevan dengan materi yang dipelajari. Kedua, diperlukan kemampuan
mengartikulasikan atau mendefinisikan aspek-aspek materi pokok bahasan yang
diidentifikasi dalam konteks kearifan lokal agar bisa memahami keterkaitan diantara
48
aspek-aspek tersebut secara konseptual dan belajar bermakna. Ketiga, dalam belajar
bermakna dan deep learning siswa harus dapat menjelaskan aspek-aspek materi yang
terdapat dalam konteks kearifan lokal dalam lingkup konteks yang digunakan. Agar
terjadi deep learning dan meaningfull learning, siswa perlu menerapkan apa yang
sudah dipahami secara konseptual untuk menjeaskan konteks yang terkait dengan
aspek-aspek materi yang terlibat dalam konteks. Oleh karena itu, maka model IDEA
(identify, define, explain, dan apply) dipandang sangat tepat digunakan sebagai model
bahan ajar sekaligus sebagai penciri bahan ajar berbasis kearifan lokal ditinjau dari
literatur.
b. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui kearifan lokal di sekitar lingkungan
belajar siswa. Studi lapangan dilakukan di 3 daerah, yaitu: Kabupaten Ponorogo,
Kabupaten Kediri, dan Kabupaten Bondowoso. Fokus utama dalam studi lapangan
adalah keterlibatan siswa dalam kearifan local yang teridentifikasi, yaitu: Reog
Ponorogo, Tahu Kuning Kediri, dan Tape Bondowoso. Dipilihnya ketiga jenis kearifan
lokal Jawa Timur tersebut karena dianggap paling terkenal bahkan sampai keluar Jawa
Timur sehingga diharapkan sekolah menjadikannya sebagai bagian dari muatan lokal.
Hasil studi lapangan ditampilkan dalam Tabel 4.2.
Siswa pada ketiga daerah tersebut pada umumnya mengetahui tentang kearifan
lokal di daerahnya masing-masing. Dari ketiga daerah tersebut, Reog Ponorogo
merupakan kearifan local yang dipelajari di sekolah sehingga semua siswa secara aktif
dapat menari Reog Ponorogo. Guru/pelatih Reog juga tersedia di sekolah. Di daerah
Bondowoso, sebagian besar siswa terlibat dalam pembuatan tape singkong dalam
kapasitasnya membantu orang tua sebagai produsen tape singkong Bondowoso
(industry rumah tangga) dan semua siswa mengetahui dan suka mengkonsumsi tape
Bondowoso. Daerah Kediri, sebagian kecil siswa mengetahui cara membuat Tahu
Kuning tetapi belum pernah membuat. Mereka suka mengkonsumsi Tahu Kuning,
tetapi tidak dipelajari sebagai kearifan lokal di sekolahnya. Dengan kondisi tersebut
49
dapat dikatakan bahwa kearifan lokal dari ketiga daerah tersebut dapat dijadikan
sebagai konteks pembelajaran IPA pada topik-topik yang relevan.
Tabel 4.2. Hasil Studi Lapangan di Sekolah Tempat Ujicoba
Keterlibatan Siswa dalam
kearifan local
Kearifan Lokal Lingkungan Sekolah
KeteranganReog
Ponorogo
Tape
Bondowos
o
Tahu
Kediri
Siswa tinggal di sekitar sentra
kearifan local
Semua separuh Tidak 1 desa/ kecamatan
Lokasi sekolah di sekitar sentra
kearifan local
Ya Ya Tidak 1 desa/ kecamatan
Siswa terlibat aktif membuat
(tahu dan tape) atau menari
(reog)
Semua Separuh
50%
Sebagian Membantu orang tua
membuat tape
Kearifan local
sekolah Reog
Siswa mengkonsumsi (tahu
dan tape) atau menonton (reog)
Semua Semua Semua Pengguna atau
penonton
Siswa pernah melihat atau
mengenal kearifan local
daerahnya
Semua Semua Semua Tahu kearifan local
Siswa tahu cara membuat
(Tape dan Tahu) dan menari
(reog)
Semua Sebagian
besar
Sebagian
kecil
Hanya yang membuat
dan menari
Sekolah secara aktif
melestarikan/masuk kurikulum
kearifan lokal
Ya Tidak Tidak Reog sedangkan tape
dan tahu tidak
c. Analisis Dokumen
Analisis dokumen difokuskan pada kurikulum yang digunakan di sekolah dan
bahan ajar pembelajaran IPA. Sekolah pada umumnya masih menggunakan kurikulum
2013, meskipun demikian, pembelajaran masih didominasi guru sebagai narasumber.
Pembelajaran yang digunakan masih tekstual berbasis pada buku ajar guru dan siswa
meskipun tidak kontekstual. Berdasarkan analisis kurikulum, kearifan lokal Reog
50
Ponorogo banyak ragam gerak yang melibatkan prinsip-prinsip pesawat sederhana
(khususnya tuas) dan sebagian bidang miring sehingga dalam bahan ajar contoh
digunakan pokok bahasan pesawat sederhana. Untuk kearifan lokal Tape Bondowoso,
mengandung aspek-aspek bioteknologi sehingga sangat tepat digunakan sebagai
konteks pembelajaran pokok bahasan kearifan lokal. Meskipun demikian model yang
digunakan sama, yaitu IDEA.
2. Hasil Validasi Bahan Ajar
Validasi bahan ajar menggunakan 3 validator dengan skala penilaian 1 - 4.
Validasi bahan ajar terdiri dari validasi silabus, validasi RPP, validasi bahan bacaan
siswa, dan validasi LKS.
a. Validasi Silabus
Validasi silabus ditentukan melalui 5 aspek, yaitu: (1) kelengkapan identitas
silabus, (2) Kegiatan pembelajaran, (3) Alokasi waktu, (4) Alat dan bahan, dan (5)
Penilaian. Semua penilaian validasi menggunakan skala 1 - 4. Hasil validasi silabus
ditampilkan pada Tabel 4.3. Berdasarkan hasil validasi ketiga validator (V1, V2, dan
V3), silabus yang dikembangkan pada umumnya dalam kategori valid sehingga dapat
digunakan dalam menyusun rencana pembelajaran dan ujicoba meskipun dengan
sedikit revisi untuk penyempurnaan silabus. Hasil validasi silabus ditampilkan pada
Tabel 4.3. Berdasarkan Tabel 4.3, rata-rata skor pada setiap aspek penilaian validasi
oleh ketiga validator mencapai kategori minimal cukup valid, sehingga silabus yang
dihasilkan dinyatakan valid dan dapat digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis
kearifan lokal.
51
Tabel 4.3. Hasil Validasi Silabus oleh 3 Validator (V1, V2, dan V3)
Aspek yang Dinilai Skor Validator RerataSkor
KategoriV 1 V 2 V3
Identitas
Memuat satuan pendidikan, mata
pelajaran, kelas, semester, dan alokasi
waktu
4 4 4 4 Valid
Kegiatan Pembelajaran
1. Kesesuaian kegiatan pembelajaran
dengan materi
2. Kesesuaian indikator dengan KD
3. Kesesuaian indikator dengan kegiatan
pembelajaran
4. Kesesuaian kegiatan pembelajaran
dengan model IDEA
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
3
3,67
3,67
3,67
3,67
Valid
Valid
Valid
Valid
Waktu
Kesesuian alokasi waktu pada setiap
kegiatan pembelajaran
3 3 4 3,33 Cukup
Valid
Alat dan Bahan
Kesesuaian alat dan bahan yang
digunakan untuk mencapai KD
4 4 3 3,67 Valid
Penilaian
1. Kesesuaian indicator dengan jenis
penilaian
2. Kesesuaian jenis penilaian dengan
komponen penilaian
4
4
4
4
3
4
3,67
4
Valid
Valid
52
b. Validasi RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Tabel 4.4. Hasil validasi RPP
Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata
Skor
Kategori
V 1 V 2 V3
Format
1. Pembagian materi sesuai alokasi
waktu
2. Sistem penomoran
4
4
4
4
4
4
4
4
Valid
Valid
Isi
1. Identitas
2. Kompetensi inti
3. Kompetensi dasar
4. Indikator
5. Tujuan pembelajaran
6. Keseuaian indicator dengan KD
7. Kesesuaian indicator dengan tujuan
8. Kebenaran materi/isi
9. Kegiatan guru dan siswa
10. Kesesuaian dengan model IDEA
11. Sistematika materi pertemuan
12. Kesesuaian alokasi waktu
13. Kesesuaian model IDEA untuk
melatihkan literasi sains
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3,67
4
3,33
3,33
4
4
3,67
4
3,33
4
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Cukup valid
Cukup valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Cukup valid
Valid
Bahasa
1. Kebenaran tata bahasa
2. Kebenaran struktur kalimat
3. Bahasa yang komukatif
4
4
4
3
3
4
4
4
3
3,67
3,67
3,67
Valid
Valid
Valid
Seperti halnya silabus, hasil validasi RPP berdasarkan penilaian ketiga validator
diperoleh rata-rata skor 3,80 (kategori valid). Dari ketiga aspek penilaian, format
mendapat skor paling tinggi dengan rerata skor 4 (valid), isi mendapat rerata skor 3,79
(valid) dan komponen bahasa mendapat rerata skor 3,67 (valid). Beberapa saran
validator, belum ada rincian alokasi waktu, menggunakan kata siswa bukan subjek,
53
penomoran dan kesalahan pengetikan huruf dan ukurannya. Dengan demikian
berdasarkan pertimbangan ketiga validator RPP tersebut dapat digunakan dalam
pembelajaran. Oleh setiap aspek dalam validasi mendapatkan rata-rata skor minimal
pada kategori cukup valid, maka RPP yang dihasilkan dinyatakan valid.
c. Validasi Buku Ajar Siswa
Tabel 4.5. Hasil validasi buku ajar siswa
Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata
Skor
Kategori
V 1 V 2 V3
Komponen Isi
1. Kelengkapan materi
2. Akurasi materi
3. Kemutakhiran materi
4. Membangkitkan rasa ingin tahu
5. Mengembangkan wawasan
kontekstual
3,5
4
4
4
4
4
4
3,3
4
4
3
3
3
4
4
3,5
3,67
3,43
4
4
Valid
Valid
Cukup valid
Valid
Valid
Komponen Bahasa
1. Sesuai perkembangan peserta
didik
2. Komunikatif
3. Dialogis dan interaktif
4. Lugas
5. Komprehensif dan runtut alur pikir
6. Sesuai kaidah Bahasa Indonesia
7. Konsistensi menggunakan
istilah/symbol
4
4
4
4
4
4
4
3,4
3
4
3
4
3
4
4
4
4
3
4
4
3
3,8
3,67
4
3,33
4
3,67
3,67
Valid
Valid
Valid
Cukup valid
Valid
Valid
Valid
Komponen Penyajian
1. Teknik penyajian
2. Pendukung penyajian materi
3. Penyajian pembelajaran
4
4
4
3,3
3,5
3,8
3
4
4
3,43
3,83
3,93
Cukup Valid
Valid
Valid
Hasil validasi buku ajar siswa pada setiap aspek mencapai kategori minimal cukup
valid sehingga buku ajar siswa yang dihasilkan dapat dinyatakan valid.
54
d. Validasi LKS
Tabel 4.6. Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa (LKS)
Aspek yang Dinilai Skor Validator Rerata
Skor
Kategori
V 1 V 2 V3
Format1. Kejelasan pembagian materi2. Memiliki daya tarik3. Sistem penomoran jelas4. Pengaturan ruang/tata letak5. Jenis dan ukuran huruf sesuai6. Kesesuaian ukuran fisik LKS
dengan siswa
444444
444444
434343
43,6743,6743,67
ValidValidValidValidValidValid
Bahasa1. Kebenaran tata bahasa2. Kesesuaian kalimat dengan taraf
berpikir dan kemampuan membacaserta usia siswa
3. Mendorong minat kerja4. Kesederhanaan struktur kalimat5. Kalimat tidak mengandung arti
ganda6. Kejelasan petunjuk dan arah7. Sifat komunikatif bahasa yang
digunakan
44
44444
34
43433
44
44444
3,674
43,6743,673,67
ValidValid
ValidValidValidValidValid
Isi1. Kebenaran isi/materi2. Merupakan materi yang esensial3. Dikelompokkan secara logis4. Kesesuaian materi dengan model
IDEA5. Kesesuaian tugas dengan urutan
materi6. Mampu mendorong siswa untuk
menemukan konsep7. Kelayakan sebagai perangkat
pembelajaran8. Dapat melatihkan literasi sains
444444
44
444434
34
443344
44
443,673,673,674
3,674
ValidValidValidValidValidValid
ValidValid
Hasil validasi LKS pada umumnya mendapat rata-rata skor pada setiap aspek validasi
mencapai kategori valid, sehingga LKS yang dihasilkan dinyatakan valid dan dapat
55
digunakan dalam pembelajaran. Saran-saran dari validator antara lain, jumlah kegiatan
yang sebaiknya tidak terlalu banyak dan penyediaan prosedur percobaan karena siswa
dianggap tidak bisa, kesalahan ketik, seperti kurang huruf. Sebagian saran dijadikan
bahan perbaikan sedangkan lainnya diakomodasi tetapi tetap melatih siswa untuk
merancang percobaan sendiri secara terbimbing.
3. Hasil Ujicoba Terbatas Bahan Ajar
Hasil ujicoba terbatas pada masing-masing pokok bahasan terdiri dari 3 bagian,
yaitu: keterlaksanaan pembelajaran, hasil uji-t literasi sains siswa, dan kepraktisan
bahan ajar. Jumlah siswa yang terlibat pada masing-masing materi pembelajaran
berbeda-beda tergantung sekolah tempat ujicoba.
a. Ujicoba 1
Ujicoba 1 dilakukan secara terbatas dengan menggunakan bahan ajar materi
pesawat sederhana dalam konteks kearifan local tarian Reog Ponorogo yang
melibatkan 16 siswa SMPN 4 Sawo Ponorogo. Semua siswa yang terlibat dapat
mendemokan Tarian Reog Ponorogo dan sering latihan di sekolah sebagai muatan
lokal. Hasil ujicoba terbatas pada materi pesawat sederhana terdiri dari 2 bagian, yaitu:
kepraktisan (keterlaksanaan pembelajaran pesawat sederhana dan respon siswa dan
guru) dan kefektivan bahan ajar untuk meningkatkan literasi sains siswa yang
ditampilkan pada Tabel 4.7, Tabel 4.8, dan Tabel 4.9.
1) Kepraktisan Bahan Ajar
a) Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis
kearifan local Reog Ponorogo pada materi pesawat sederhana dilakukan dengan
mengamati pembelajaran oleh 3 orang pengamat (2 pengamat dari perguruan tinggi
dan 1 pengamat guru sekolah) yang ditampilkan pada Tabel 4.7.
56
Tabel 4.7. Keterlaksanaan pembelajaran materi pesawat sederhana dengan kearifan
local Reog
Aktivitas Pembelajaran Penilaian Pengamat Persentase Keterlaksanaan
P1 P2 P3 % Total Kategori
Pendahuluan1. Motivasi dan apersepsi2. Penyampaian tujuan3. Seting kelas
443
344
444
91,6710091,67
94,45 Sangatbaik
Kegiatan Inti1. Identify2. Define3. Explain4. Apply
4444
4344
4434
10091,6791,67100
95,84 Sangatbaik
Penutup1. Menyimpulkan/
merangkum2. Pengembangan lanjutan3. Evaluasi4. Refleksi
4
444
4
444
4
444
100
100100100
100 Sangatbaik
Berdasarkan Tabel 4.7. semua bagian RPP terlaksana dengan kategori sangat baik
karena persentase masing-masing komponen terlaksana dengan sangat baik karena
masing-masing komponen RPP mendapat skor > 90%.
Berdasarkan Tabel 4.8, semua siswa merespon positif pembelajaran pesawat
sederhana yang dilakukan melalui konteks Reog Ponorogo, meskipun mereka masih
memerlukan adaptasi dengan aktivitas belajar model IDEA. Hal ini menunjukkan
bahwa bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal
mendapat respon positif dari siswa sehingga dapat dikatakan bahwa bahan ajar yang
dihasilkan mendapat respon positif dari siswa.
57
b) Respon Siswa
Tabel 4.8. Respon siswa terhadap pembelajaran berbasis kearifan lokal
Aspek Pernyataan
% Respon
Ya Tidak
1. Siswa terlibat membuat kearifan local Reog2. Siswa senang menari Reog3. Siswa tahu cara menari tarian Reog4. Siswa senang belajar IPA melalui Reog5. Siswa mudah memahami materi IPA melalui Reog6. Belajar IPA melalui Reog baru pertama kali7. Belajar IPA melalui Reog sangat menarik8. Berharap belajar melalui Reog diterapkan pada materi lain9. Guru memfasilitasi belajar siswa sehingga mudah bagi siswa10. Kegiatan belajar IPA melalui Reog mudah diikuti
100100100100100100100100100100
0000000000
c) Respon Guru
Respon guru ditinjau dari 4 aspek, yaitu: kemudahan guru mengimplementasikan
bahan ajar dalam pembelajaran, kemudahan siswa mengikuti pembelajaran berbasis
kearifan lokal Reog Ponorogo, hambatan-hambatan dalam pembelajaran, dan faktor
pendukung keberhasilan implementasi bahan ajar.
Tabel 4.9. Respon Guru Setelah Mengimplementasi Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Aspek Pembelajaran Respon Guru
Kemudahan gurumengimplementasikan bahanajar
Mudah mengimplementasikan bahan ajar sesuaidengan RPP yang telah disusun, karena siswamenguasai cara menari Reog Ponorogo
Kemudahan siswa mengikutipembelajaran berbasis kearifanlokal
Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,sangat antusias, dan aktif menari Reog
Hambatan selama pembelajaran Hambatan utama adalah siswa memerlukanadaptasi karena selama ini belum pernahmempelajari materi pesawat sederhana melaluitarian Reog.
Pendukung implementasi bahanajar
Semua siswa dapat menari Reog, Pelatih Reogikut membantu siswa menari. Bahan ajar mudahmengukuti kegiatan IDEA tetapi masih denganbimbingan guru.
58
Berdasarkan kriteria kepraktisan Tabel 3.3 dapat dikatakan bahwa bahan ajar
yang dihasilkan dalam penelitian ini dinyatakan praktis karena memenuhi kriteria
kepraktisan, yaitu: terlaksana minimal dengan kategori cukup baik dan mendapat
respon positif siswa dan guru minimal 60%.
2) Keefektivan Bahan Ajar Meningkatkan Literasi Sains Siswa
Tes diberikan kepada siswa pada materi pesawat sederhana sebelum
pembelajaran dan tes diberikan lagi setelah pembelajaran selesai. Literasi sains siswa
dalam ujicoba terbatas ditentukan dengan menggunakan uji-t sampel berpasangan pada
taraf signifikan 5%.
Tabel 4.10. Nilai Rata-rata Literasi Sains Siswa pada Materi Pesawat Sederhana
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pretest 2.6250 16 1.40831 .35208
posttest 6.6875 16 2.18232 .54558
Berdasarkan Tabel 4.9 tampak bahwa nilai rata-rata siswa dalam tes literasi sains
meningkat sesudah mengikuti pembelajaran berbasis kearifan lokal Reog dari 2,62
menjadi 6,69. Peningkatan literasi sains siswa setelah mengikuti pembelajaran pesawat
sederhana berbasis kearifan lokal Reog Ponorogo dapat dideskripsikan melalui konsep
N-gain yang ditampilkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori N-gain pada Ujicoba Materi
Pesawat Sederhana
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Rendah 4 25,00
Sedang 7 43,75
Tinggi 5 31,25
Jumlah 16 100,00
59
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa nilai N-gain literasi sains siswa pada materi pesawat
sederhana mengalami peningkatan, namun peningkatan tersebut ada yang sudah tinggi,
sedang, dan ada yang masih rendah. Nilai rata-rata N-gain sebesar 55% atau dalam
kategori sedang. Oleh karena itu, bahan ajar yang dihasilkan dapat dinyatakan efektif
untuk meningkatkan literasi sains siswa melalui pembelajaran IPA berbasis kearifan
lokal. Peningkatan literasi sains siswa ditampilkan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Level Literasi Sains Siswa Setelah Ujicoba 1
Gambar 4.1 menunjukkan terjadinya peningkatan level literasi sains siswa. Pada
pretes, mayoritas siswa menempati level nominal sedangkan setelah pembelajaran
mayoritas menempati level functional dan sebagian level conceptual. Baik sebelum
maupun sesudah pembelajaran tak satupun siswa yang mencapai level tertinggi
multidimensional.
Setelah dilakukan ujicoba terbatas 1 diperoleh kesimpulan bahan bahan ajar yang
dihasilkan memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif sehingga dapat dikatakan layak
untuk digunakan sebagai pedoman guru dalam pembelajaran IPA berbasis kearifan
lokal untuk meningkatkan literasi sains siswa. Meskipun demikian, dalam ujicoba
0
10
20
30
40
50
60
70
Pretes
Postes
60
terbatas pertama masih diperoleh siswa yang mengalami peningkatan skor literasi pada
kategori dengan rendah sebesar 25% yang berarti bahwa 4 dari 16 siswa masih belum
efektif. Oleh karena itu setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dengan merevisi
kegiatan-kegiatan pada IDEA, dilakukan ujicoba 2 pada materi bioteknologi.
b. Ujicoba 2 pada Materi Bioteknologi Konvensional
1) Kepraktisan Bahan Ajar
a) Keterlaksanaan Pembelajaran
Keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis
kearifan local Tape Bondowoso pada materi bioteknologi dilakukan melalui
pengamatan langsung aktivitas pembelajaran yang melibatkan 3 orang pengamat (2
pengamat dari perguruan tinggi dan 1 pengamat guru IPA sekolah) yang ditampilkan
pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Keterlaksanaan pembelajaran materi bioteknologi
Aktivitas Pembelajaran
Penilaian Pengamat Persentase
Keterlaksanaan
P1 P2 P3 % % Total
Pendahuluan1. Motivasi dan apersepsi2. Penyampaian tujuan3. Setting kelas
443
443
334
91,6791,6783,33
88,89
Kegiatan Inti1. Identify2. Define3. Explain4. Apply
4443
3,43,03,03,0
4,003,753,673,5
95,0089,5888,9279,17
88,17
Penutup1. Menyimpulkan/merangkum2. Pengembangan lanjutan3. Evaluasi4. Refleksi
4444
3333
3444
83,3391,6791,6791,67
89,58
Berdasarkan Tabel 4.12, semua kegiatan pada ketiga komponen utama RPP yang
sudah dirancang terlaksana dengan sangat baik karena persentase rata-rata di atas 86%.
61
Namun setting kelas pada kegiatan pendahuluan, Apply pada kegiatan inti, dan
menyimpulkan pada kegiatan penutup masih terlaksana dengan kategori baik karena di
bawah 86%.
b) Respon Siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran materi bioteknologi konvensional berbasis
kearifan lokal Tape Bondowoso dilakukan setelah selesai aktivitas pembelajaran.
Persentase respon siswa ditampilkan pada Tabel 4.13. Berdasarkan Tabel 4.13, pada
umumnya siswa merespon positif pembelajaran bioteknologi konvensional berbasis
kearifan lokal Tape Bondowoso. Meskipun Tape Bondowoso merupakan kearifan
lokal, hanya separuh siswa yang terlibat dalam pembuatan Tape.
Tabel 4.13. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal Tape
Bondowoso
Aspek Pernyataan
% Respon
Ya Tidak
1. Siswa terlibat membuat kearifan lokal Tape
2. Siswa senang membuat/makan Tape
3. Siswa tahu cara membuat Tape
4. Siswa senang belajar IPA melalui Tape
5. Siswa mudah memahami materi IPA
6. Belajar IPA melalui Tape baru pertama kali
7. Belajar IPA melalui Tape sangat menarik
8. Berharap belajar melalui Tape diterapkan pada materi lain
9. Guru mendemokan/memfasilitasi belajar dengan mudah
10. Kegiatan belajar IPA melalui Tape mudah diikuti
50,00
92,86
92,86
71,42
75,00
64,28
96,42
92,86
96,42
89,28
50,00
7,14
7,14
28,58
25,00
35,72
3,58
7,14
3,58
18,72
Berdasarkan data Tabel 4.13. tampak bahwa siswa pada umumnya menganggap belajar
bioteknologi dengan konteks Tape Bondowoso sangat menarik, mudah diikuti, dan
62
berharap bisa diterapkan pada materi lain yang relevan. Meskipun hanya separuh siswa
yang terlibat dalam pembuatan Tape, pada umumnya mereka mengetahui cara
membuat Tape. Namun hanya 75% siswa yang merasa senang mengikuti pembelajaran
bioteknologi melalui Tape.
c) Respon Guru
Guru yang menggunakan bahan ajar dalam ujicoba pembelajaran ditinjau dari 4
aspek, yaitu: kemudahan guru dalam menggunakan bahan ajar, kemudahan siswa
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, faktor-faktor yang mendukung implemntasi
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam
pembelajaran IPA. Respon guru ditampilkan pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14. Respon Guru Setelah Mengimplementasi Bahan Ajar dalam Pembelajaran
Aspek Pembelajaran Respon Guru
Kemudahan gurumengimplementasikan bahanajar
Mudah mengimplementasikan bahan ajar sesuaidengan RPP yang telah disusun, tetapi saya lupadi bagian pendahuluan karena menjelaskan materibioteknologi dan seting kelas sejak awal
Kemudahan siswa mengikutipembelajaran berbasis kearifanlokal
Siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik,sangat antusias, tetapi belum mengerti pengertianbioteknologi meskipun mengetahui cara membuatTape Bondowoso
Hambatan selama pembelajaran Hambatan utama adalah sulit mengadakan praktikpembuatan Tape Bondowoso karena memerlukanwaktu lama, sehingga sulit menampilkan tahapexplain secara penuh, namun hal ini bisa diatasidengan demo produk-produk Tape.Sekolah tidak menjadikan pembuatan Tapesebagai kearifan lokal, sehingga tidak semuasiswa dilatih membuat Tape
Pendukung implementasi bahanajar
Siswa mengenal baik Tape Bondowoso, bahkanseparuh siswa terlibat dalam pembuatan Tape dirumahnya.
63
2) Keefektivan Bahan Ajar Meningkatkan Literasi Sains Siswa
Materi Bioteknologi konvensional mengambil tema “Tape Bondowoso”. Pada
materi ini siswa diberi pretes mengenai hal-hal yang terkait dengan Tape di daerah
Bondowoso. Hasil pretest dan posttest selengkapnya ditampilkan dalam Tabel 4.15
dan 4.16.
Tabel 4.15. Nilai Rata-rata dan Standar Deviasi Literasi Sains pada materiBioteknologi
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pretest 3.0000 27 2.20140 .42366
Posttest 6.8889 27 2.13638 .41115
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa nilai rata-rata literasi sains siswa pada materi
bioteknologi konvensional mengalami peningkatan dari 3,00 ± 2,20 pada pretes
menjadi 6,89 ± 2,14 pada postes. Peningkatan literasi sains siswa yang signifikan
tersebut dapat dijelaskan nilai N-gain yang ditampilkan pada Tabel 4.19.
Tabel 4.16. Persentase Siswa Berdasarkan Kategori nilai N-gain pada Materi
Bioteknologi
Kategori Jumlah Siswa Persentase (%)
Rendah 3 11,11
Sedang 15 55,56
Tinggi 9 33,33
Jumlah 27 100,00
Berdasarkan Tabel 4.16. tampak bahwa siswa pada umumnya mengalami peningkatan
nilai N-gain dengan kategori sedang. Sebagian siswa mengalami peningkatan literasi
sains dalam kategori rendah, tetapi persentasenya sudah lebih rendah daripada pada
ujicoba 1. Ditinjau dari efektivitasnya, rata-rata N-gain pada Lampiran sebesar 57%
64
(kategori sedang) yang lebih tinggi daripada yang dicapai ujicoba 1. Peningkatan
literasi sains siswa pada ujicoba 2 ditampilkan pada Gambr 4.2.
Gambar 4.2. Level Literasi Sains Siswa Setelah Ujicoba 2
Berdasarkan Gambar 4.2. tampak bahwa sebelum pembelajaran dilakukan, literasi
sains siswa pada umumnya pada level illiteracy dan nominal, namun setelah
pembelajaran siswa dapat mencapai level conceptual hingga 90%.
B. Pembahasan
Bahan ajar (buku ajar siswa, silabus, RPP, dan LKS) yang dikembangkan
disusun dalam model IDEA yang menggambarkan 4 jenis aktivitas belajar siswa,
yaitu: mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam kearifan lokal yang dijadikan
konteks, mendefinisikan aspek-aspek dalam konteks tersebut dengan menggunan buku
bacaan siswa, menjelaskan hubungan konseptual antara aspek-aspek materi, dan
menerapkan pengetahuannya untuk menjelaskan fenomena kearifan lokal di
daerahnya. Keempat jenis aktivitas siswa tersebut dipandang cukup untuk
0102030405060708090
100
Pretes
Postes
65
mengaktifkan siswa mengkonstruk sendiri pengetahuannya. Menurut Kroasbergen &
Van Luit (2005), untuk mengaktifkan siswa mengkonstruk pengetahuannya, siswa
harus terlibat dalam proses belajar. Bahan ajar yang disusun dengan model IDEA ini
dapat dinyatakan cukup layak untuk digunakan guru dalam pembelajaran IPA pada
materi yang sesuai topiknya untuk meningkatkan literasi sains siswa. Kelayakan bahan
ajar tersebut ditinjau dari kriteria-kriteria bahan ajar, valid, praktis, dan efektif untuk
meningkatkan literasi sains siswa (Kalin, 2004). Selain itu, bahan ajar ini juga dapat
dijadikan model contoh bahan ajar untuk pembelajaran IPA berbasis konteks
menggunakan kearifan lokal.
Hasil validasi teoretis yang melibatkan penilaian tiga validator (pendidikan
fisika, pendidikan kimia, dan pendidikan biologi) menunjukkan bahwa silabus, RPP,
LKS, dan buku ajar siswa valid. Salah satu syarat penggunaan bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran adalah unsur validitasnya (Ituma & Twoli, 2015; DBRC, 2003).
Bahan ajar yang valid menunjukkan potensi keberhasilan bahan ajar untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang diharapkan karena sudah disiapkan dengan baik (Ugurel &
Morali, 2006; Balim, Inel, & Evrekli, 2008), meskipun masih ada variabel lain yang
turut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti: guru dan lingkungan belajar.
Berdasarkan nilai validitas bahan ajar, potensi keberhasilan mencapai tujuan
pembelajaran tinggi meskipun secara konkrit akan ditentukan lebih lanjut melalui hasil
ujicoba bahan ajar dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil ujicoba terbatas bahan ajar pembelajaran IPA berbasis
kearifan lokal pada materi pesawat sederhana dan bioteknologi diketahui bahwa
literasi sains siswa meningkat pada materi-materi yang dicobakan dengan nilai N-gain
pada umumnya dalam kategori sedang (Cheng et al. dalam Erman, 2012. Level literasi
sains siswa meningkat hingga mencapai level conceptual scientific literacy.
Peningkatan level tertinggi tercapai pada saat ujicoba 2, dimana yang mencapai level
conceptual literacy mencapai 90%. Baik pada ujicoba 1 maupun pada ujicoba 2, tak
ada satupun siswa yang mampu mencapai level multidimensional. Secara teoretis,
bahan ajar dengan model IDEA yang berbasis kearifan lokal dapat meningkatkan
66
literasi sains dengan kategori yang tinggi karena pembelajaran dalam konteks kearifan
lokal sangat memotivasi siswa untuk belajar (Poter & Overton, 2006, Parchman,
2009). Selain itu, siswa dalam model IDEA sudah terlibat sangat aktif dalam
mengkonstruk sendiri pengetahuannya (Kroasbergen & Van Luit, 2005). Model IDEA
terbukti dapat meningkatkan literasi sains siswa (Erman, 2012).
Peningkatan literasi sains siswa dalam kategori sedang meskipun bahan ajar
sudah valid, dapat ditinjau dari beberapa faktor. Pertama, siswa masih butuh adaptasi
dengan model belajar yang baru. Meskipun mereka sudah menguasai gerak gerik tarian
Reog dengan baik, namun belum terhubung ditransformasi ke dalam materi pesawat
sederhana (tuas). Selama ini materi pesawat sederhana dan bioteknologi pada
umumnya diterima siswa melalui penjelasan guru dalam bentuk ceramah yang tekstual
dan belum kontekstual. Waktu pembelajaran dengan 1 x pertemuan kurang cukup
untuk belajar transformasi, integrasi dan deep learning (Maton, 2014) dan meaningfull
learning (Novak & Canas, 2008; Stott & Hatting, 2014). Oleh karena itu dibutuhkan
waktu yang cukup untuk siswa beradaptasi dalam belajar transformasi dari konteks
kearifan lokal. Menurut Rosenshine (2012), guru yang paling berhasil dalam
pembelajaran adalah yang paling banyak menghabiskan waktunya membimbing siswa
dalam belajar, banyak bertanya, banyak waktu mengecek hasil yang dicapai siswa dan
banyak melakukan koreksi atau perbaikan. Pada ujicoba 1, sebanyak 6 dari 16 siswa
(37,5%) masih meminta contoh-contoh tipe-tipe tuas dari guru, padahal semua sudah
tersedia dalam bahan ajar yang dibagikan kepada semua siswa.
Kedua, model bahan ajar tersebut disusun dalam format IDEA menuntut siswa
yang aktif dalam pembelajaran, mulai dari mengidentifikasi aspek-aspek yang relevan
antara materi denga kearifan lokal yang sudah dikuasainya tetapi masih
ditransformasikan dalam materi yang dipelajari. Siswa harus dapat mengidentifikasi
informasi-informasi faktual yang relevan antara materi pembelajaran dengan kearifan
lokal yang sudah lama dikenalnya atau bahkan dikuasainya (Linn & Elyon, 2006) agar
transformasi dapat terjadi dari kearifan lokal ke dalam konteks materi pembelajaran.
Akibatnya, diperlukan waktu yang cukup untuk membimbing siswa secara bertahap
67
selama pembelajaran. Kebiasaan belajar yang berbeda dengan kebisaan sebelumnya
ikut mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Meskipun demikian, pembelajaran pada
ujicoba 1 dan ujicoba 2 terlaksana dengan baik. Menurut Maton (2014), tantangan
utama pembelajaran berbasis konteks adalah transformasi lintas konteks agar deep
learning tercapai.
Ketiga, literasi sains memerlukan kemampuan siswa menguasai materi dan
mengaplikasikan materi (Osborne, 2003), khususnya untuk menjelaskan kearifan lokal
yang sudah dikuasai dengan baik oleh siswa. Agar terjadi proses transformasi dari
konteks kearifan lokal ke konteks materi pelajaran atau sebaliknya pada tahap apply
memerlukan rasa ingin tahu siswa yang tinggi. Melalui kearifan lokal yang sudah
dikenal atau dikuasai siswa diharapkan rasa ingin tahu siswa menjadi berkembang.
Selain rasa ingin tahu, ada pemahaman bahasa/terminologi dalam masing-masing
konteks. Boleh jadi siswa bisa menari, bisa membuat Tape dan Tahu tetapi tidak
mengetahui istilah-istilah dalam kearifan lokal tersebut, khususnya jika dimaknai
dalam konteks sains atau materi pelajaran. Itulah sebabnya dalam model IDEA setelah
tahap “Identify” diikuti dengan tahap “Define” (Erman & Liliasari, 2012). Semua
aspek materi pelajaran yang terkait dengan kearifan lokal harus bisa didefinisikan oleh
siswa agar mudah menjelaskan materi pelajaran. Oleh karena waktu yang terbatas
dalam ujicoba karena hanya sekali pertemuan sudah selesai, siswa masih dalam proses
adaptasi dalam belajar transformasi. Meskipun hanya sekali tetapi literasi sains siswa
yang terbatas pada materi pelajaran yang diujikan sudah meningkat meskipun masih
pada kategori sedang.
Keempat, guru yang terlibat sebagai model belum terbiasa melakukan
pembelajaran berbasis konteks dengan model IDEA. Penguasaan kedua konteks
pembelajaran sangat penting dalam praktik pembelajaran kontekstual karena
memerlukan pengetahuan lintas disiplin. Pembelajaran IPA yang sudah dirancang
secara terpadu dalam bahan ajar tidak otomoatis akan terpadu dalam pembelajaran
karena bersifat internal (Herrel, 2010). Umumnya guru yang menguasai materi lintas
bidang tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbasis konteks (1991).
68
Dalam deep learning, siswa tidak cukup hanya dengan mengidentifikasi dan
mendefinisikan, tetapi harus dapat menjelaskan keterkaitan antara aspek-aspek sains
dalam kearifan lokal dan menerapkannya dalam berbagai konteks kehidupan. Dalam
tahap ini diharapkan akan terjadi integrasi aspek-aspek sains ke dalam struktur
kognitifnya dan tumbuh kemampuan berpikir kritis (Mayo, 2004, Mayer, 2009; Stott
& Hattingh, 2014). Hubungan-hubungan konseptual akan dipelajari siswa melalui
kearifan lokal yang sudah dikenal bahkan dikuasainya sehingga akan lebih mudah dan
menarik. Namun waktu ujicoba yang terbatas, siswa tampaknya belum maksimal
dalam proses integrasi tersebut. Pada ujicoba 1, guru model belum dapat memfasiltiasi
belajar siswa secara optimal terutama pada tahap identify untuk menandai relevansi
kearifan lokal secara kontekstual dan konseptual dengan materi pelajaran sehingga
tampak kurang memotivasi dan terkesan masih tekstual. Hal ini yang sulit terdeteksi
oleh pengamat sehingga hasil pengamatan selalu baik. Pada ujicoba 2, Guru model
masih ingin dominan dengan ceramah untuk menjelaskan materi sehingga siswa
menjadi berkurang keterlibatannya dalam belajar aktif. Ketiga, ada kekhawatiran guru
model terhadap respon siswa yang tampak masih banyak adaptasi ketika mengikuti
pembelajaran aktif berbasis kearifan lokal. Alokasi waktu yang perlu mendapat
perhatian seperti yang sudah disarankan oleh validator. Oleh karena itu, semua
aktivitas pembelajaran dengan model IDEA akan dikaji kembali agar sesuai dengan
alokasi waktu yang tersedia.
Pembelajaran IPA berbasis kearifan lokal meskipun masih memerlukan adaptasi-
adaptasi baik siswa maupun guru model tetapi cukup menarik perhatian siswa. Siswa
yang terlibat dalam pembelajaran pada umumnya tampak ceriah dan sangat antusias
mengikuti pembelajaran. Fenomena tersebut sejalan dengan hasil penelitian Potter &
Overton (2006; Bybee, McCray & Laurie, 2009) bahwa pembelajaran berbasis konteks
yang dikuasai siswa dapat membantu siswa memahami materi dan meningkatkan
motivasi belajarnya. Meskipun dalam ujicoba terbatas dengan waktu singkat belum
tampak bagaimana kemampuan investigasi siswa, namun pembelajaran model IDEA
dapat memicu rasa ingin tahu dan respon positif siswa.
69
Pada pembelajaran pesawat sederhana, semua siswa bisa menari Reog Ponorogo,
tetapi tak satupun siswa yang mengetahui bahwa dalam tubuhnya yang menari terdapat
prinsip-prinsip pesawat sederhana, khususnya tuas. Meskipun mereka masih tampak
kesulitan memahami konsep tuas, siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran
karena mereka belajar materi pesawat sederhana sambil menari Reog yang disenangi.
Dalam pembelajaran sebelumnya tentang pesawat sederhana pada umumnya dilakukan
dengan metode ceramah dan tidak pernah dikaitkan dengan aktivitas mereka sehari-
hari. Peningkatan literasi sains sedang adalah hal yang wajar karena pembelajaran baru
terbatas pada satu sub pokok bahasan, yaitu materi tuas. Pada materi zat aditif, semua
mahasiswa mengetahui Tahu Kuning Kediri, karena selain pernah melihatnya juga
sudah pernah mengkonsumsinya, bahkan sebagian lainnya mengetahui cara membuat
tahu kuning Kediri. Akibatnya, semua mahasiswa antusias mengikuti pembelajaran
dan umumnya berjalan dengan baik. Pada pembelajaran dengan materi bioteknologi
yang berbasis pada Tape Bondowoso, separuh siswa terlibat dalam industri pembuatan
tape sehingga semua siswa mengetahui tape dan pernah mengkonsumsinya.
Untuk mengoptimalkan peningkatan literasi sains siswa, Guru sedapat mungkin
membantu siswa mengidentifikasi informasi faktual yang relevan dalam kearifan lokal
dengan konsep-konsep yang dipelajari siswa pada materi pelajaran (Linn & Elyon,
2006). Di lain pihak, siswa akan dilatih mentransformasi informasi-informasi faktual
tersebut. Kedua, dalam kondisi adaptasi tersebut, pembelajaran berbasis kearifan lokal
hanya dilaksanakan dalam satu pertemuan sehingga belum cukup untuk menginisiasi
atau meningkatkan literasi sains siswa. Oleh karena diperlukan transformasi, maka
tidak cukup waktu bagi siswa untuk latihan transformasi dari konteks kearifan lokal ke
dalam materi pembelajaran (Maton, 2014). Ketiga, guru model tampaknya masih
memerlukan latihan-latihan intensif untuk dapat menampilkan skenario pembelajaran.
Keempat, materi pembelajaran, seperti pesawat sederhana, zat aditif, dan bioteknologi
konvensional cukup kompleks bagi siswa sehingga ketika ditampilkan melalui
konteks, siswa mengalami kesulitan mentransformasi informasi-informasi yang
70
diterimanya. Kompleksitas materi pembelajaran teramati pada sebagian kecil siswa
tidak merespon secara positif pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Keinginan untuk meningkatkan literasi yang tinggi National Research Council
(2012) menyatakan bahwa literasi sains menjadi tujuan pembelajaran IPA. Osborne
(2007) menunjuk banyak negara maju, seperti: USA, Jerman, dan Swedia ingin
menjadikan warga negaranya berliterasi sains. Menurut Bybee, McCrae dan Laurie
(2009), literasi sains tidak sekedar mendeskripsikan kemampuan siswa menguasai
IPA, melainkan juga mendeskripsikan kompetensi minimal siswa untuk berperan
dalam kehidupan sosialnya. Dewasa ini literasi sains bahkan sering disering dijadikan
tolok ukur kualitas pendidikan suatu negara.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bahan ajar IPA yang berbasis kearifan
lokal dengan model IDEA layak digunakan sebagai pedoman guru IPA untuk
meningkatkan literasi sains siswa ditinjau dari 3 indikator, yaitu validitas, kepraktisan,
dan keefektivan bahan ajar yang dikembangan.
B. Saran
Untuk memaksimalkan hasil yang dicapai, baik dalam mengimplementasikan
hasil penelitian ini maupun untuk mengembangkannya melalui penelitian lanjutan,
disarankan bahwa: 1) guru sebaiknya menuntun siswa mulai dari bagaimana
mengidentifikasi aspek-aspek materi dalam kearifan lokal, mendefinisikan aspek-aspek
materi, menjelaskan dan mengaplikasinnya, bahkan sebaiknya siswa diberi contoh
terlebih dahulu karena mereka belum terbiasa dalam proses-proses tersebut, 2) jenis
dan intensitas kegiatan guru dan siswa sedapat mungkin memperhitungkan alokasi
waktu secara tepat, dan 3) siswa berperan maksimal dan guru menjadi fasilitator
belajar siswa, dan 4) diperlukan waktu adaptasi yang cukup bagi siswa untuk
mengikuti pembelajaran berbasis kearifan lokal yang aktif, terutama jika sebelumnya
terbiasa dengan metode ceramah (pasif) dan kemampuan siswa yang rendah.
72
DAFTAR PUSTAKA
Adler, M, and Flihan, S, 1997, The interdisciplinary continuum: reconciling theory,
research, and practice. Albany, NY. Center on English Learning and
Achievement.
Agung, L., 2015, The development of local wisdom-based social science learning
model with Bengawan Solo as the learning source. American International
Journal of Social Science, 4 (4), 51-58.
Allen, D. and Tanner, K., 2003, Approaches to cell biology teaching: learning content
in context-problem-based learning. Cell Biology Education, 2, 73-81.
Anderson, C.W., 2007, Perspectives on science learning in S.K. Abell & N.G.
Lederman (Eds.). Handbook of Research in Science Education. Mahwah, MJ:
Erlbaum
Anderson, G.L. and Heck, M.L. 2005, Theme-based tests: teaching in context.
Biochemistry and moleculer biology education, 33(1), 1-10.
Asmani, J.M. 2012. Pendidikan berbasis keunggulan lokal. Jogjakarta: DIVA Press.
Barber, J. 2007, An integrated science and literacy units. Nash: Delta Edu
Belt, S.T. and Phipps, L.E., 1998, Using case studies to develop key skill in chemists:
A preliminary account. University chemistry education, 2, 16-20.
Birmingham, D. and Barton, A.C., 2014, Putting on green carnival: Youth taking
educated action on sosioscientific issues. Journal of Research in Science
Teaching, 51(3), 286-314.
Borich, G.D., 1994, Observation skills for effective teaching. United States of
America: Macmillan Publishing Company.
Bybee, R.W., 1997, Achieving scientific literacy: from purposes to practices.
Porstmouth: NH Heinmann Publishing.
Bybee, R.W, McCrae, B., and Laurie, R. 2009. PISA 2006: An Assesment of
Scientific Literacy. Journal of Research in Science Teaching, 46 (8), 865-883.
73
California Commission on Teaching Credential, 2008, Proposal to establish a single-
subject teaching credential in general science. Retrieved June 28, 2009 from
http://www.ctc.ca.gov/commission/agendas/2008-04.
Carlone, H., Huan-Frank, J., and Webb, A., 2011, Assessing equity beyond knowledge
and skils based outcomes: A comparative study ethnography of two fourth-grade
reform-based science classroom. Journal of Research in Science Teaching, 48(5),
459-485.
Creswel, J.W. and Clark, V.P., 2007, Designing and conducting mixed method
research, USA: SAGE Publication.
Csomai, A. & Mihalcea, R. 2007, Linking educational materials to encyclopedic
knowledge. In: R. Luckin, K.R. Koerdinger, & J. Geer (Eds.), Artificial
Intelegence in Education: Building Technology Rich Learning Contexts that
Work (pp. 557-559). Amsterdam: IOS Press.
DBRC, 2003. Design-based research collectictive, desain-based research: An emerging
paradigm for educational inquiry. Educational Researcher, 32 (1), 5-8.
De Boer, G.T. (2000). Scientific literacy: another look at its historical and
contemporary meanings and its relationship to science education reform. Journal
of Research in Science Teaching, 37 (6), 582-601.
Erman dan Liliasari, 2012, Latihan Menganalisis Kasus Olahraga untuk Meningkatkan
Penguasaan Konsep Biokimia Mahasiswa Ilmu Keolahragaant, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, 19 (1), 94 - 101.
Erman, 2012. Pembelajaran biokimia melalui analisis kasus-kasus olahraga untuk
meningkatkan literasi sport-biochemistry mahasiswa ilmu keolahragaan
(Disertasi tidak dipublikasikan), Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI
Feinstein, N, 2010, Salvaging science literacy. Science Education, 95, 168-185.
Fogarty, R., 1991, Ten ways to integrate curriculum. Educational Leadership. Journal
of Association for Supervision and Curriculum Development
Gardner, H., 2006, Multiple intelegences: New Horrizonz. New York: Basic books.
74
Gehrke, M. Explorations of teachers’ development of integrative curriculums. Journal
of Curriculum Supervision, 6(2), 107-112.
Gordon, M. 2009, Toward a pragmatic discourse of constructivisme: Reflection on
lesons from practice. Educational Studies, 45, 39-58.
Harrell, P.E., 2010. Teaching an integrated science curriculum: thinking theacher
knowledge and teaching assigment, Issue in teacher education, Spring, 19 (1).
Huntley, M.A. 1998, Design and implementation of a framework of defining
integrated mathematics and science education. School science and mathematics,
98 (6), 320-327.
Ingersol, R. 2000, Turnover among mathematics and science teachers in the U.S.
Retrieved June 28, 2009, from
http://74.125.113.104/search?g=cache:O9ylAro93moJ:www.ed.gov/inits/math/gl
enn/ingersollp.doc+turnover+among+mathematics+and+science+teachers+in+th
e+U.S>+ingersol&hl=en&ct=clnk&ed=1&9l=us
Ituma, M.G. & Twoli, N.W. 2015, Developing instructional model to support teaching
of investigative practical work in secondary school chemistry. International
Journal of Research and Innovative Technology, 2 (9): 31-45.
Jacobs, H. 1989, Interdisciplinary curriculum: design and implementation. Alexandra,
VA: Association for supervision and curriculum development.
Jeremy, E.C., 2005, Why Eucational Innovations Fail: An Individual Difference
Perspective, Cleveland State University, 33, 569 – 578.
Kalin, J. 2004, The role of media in modern lessons and the judgment of their
efficiency. Media in Education, 210-215.
Kroasbergen, E.H. & Luit, V.J.E. 2005. Constructivist mathematics education for
students with mental retardation. European Journal if Special Needs Education,
20 (), 107-116.
Laughsch, R.C., 2000, Sicentific literacy: A conceptual overview. Rondesbosch: John
Wiley& Sons, Inc.
75
Lave, J and Wanger, E. 1991, Situated learning: legitimate peripheral participation.
Cambridge UK: Cambridge University Press.
Lee, S. and Roth, W.M., 2003, Science and the good citizen: community-based
scientific literacy. Science, Technology & Human Values, 28(3), 403-424.
Liu, M.C. and Wang, J.Y. 2010, Investigating knowledge integration in wb-based
thematic learning using concepts mapping assessment. Educational Technology
& Society, 13(2), 25-39.
Lederman, J.S., Lederman, N.G., Bartos, S.A., Bartels, S.L., Maeyer, A.A, and
Schwartz, R.S., 2014. Meaningful assessment of leaners’ understanding about
scientific inquiry-the views about scientific inquiry questionary. Journal of
Research in Science Teaching, 51 (1), 65-83.
Leung, W.L.A., 2006, Teaching integrated curriculum: Teachers’ challenges. Pacific
Assian Education, 18 (1), 88-102.
Linn, M.C. & Elyon, B.S. in Hndbook of educational psychology, P.A. Alexander,
P.H. Winne, eds. (Elbaum, Mahwah, NJ, ed. 2, 2006), pp.511-544.
Lipson, M. 1993, Integration and thematic teaching: integration to improve teaching
and learning. Language Arts, 70(4), 252-264.
Maton, K. 2014, Knowledge and knowers: toward realist sociology of education.
London and New York: Roudledge
Mayer, R.E. 2009, Multimedia learning (2nd ed). Santa Barbara, CA: Oxford
University Press.
McComas, W. 2009, Thinking, teaching, and learning science ouside the boxes. The
Science Teacher, 76 (2), 24-28.
Min, K.C., Rashid, A.M. and Nazri, M.I. 2012, Teachers’ understanding and practice
towards thematic approach in teaching integrated living skill in Malaysia.
International journal of humanities and social science, 2 (23), 273-281.
National Research Council, 2011, A framework for K-12 science education: practices,
crosscutting concepts and core ideas. Washington DC: National Academic Press.
76
Novak, J.D. & Canas, A.J. 2008. The theory underlaying concept maps and how to
construct and use them, technical report IHMC Cmap Tools 2006-01 Rev 01-
2008, Florida Institute for Human and Machine Cognition, Available at:
http://cmap.ihmc.us/Publisher/ResearchPapers/TheoryUnderlayingConcept-
Maps.pdf
OECD, 2003, Assessing scientific, reading, and mathematical literacy: A framework
for PISA 2006. Paris: OECD.
Osborne, J. 2006, Towards a science education for all: The role of ideas, evidence,
and argument. Keynote paper in Research Conference 2006. Proceeding
Conference.
Osborne, J., Simon, S., and Tyler, R., 2009. Attitudes towards science: An update,
Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research
Association. San Diego April, 13-17, California.
Palmer, J.N., 1991. Planning wheels turn curriculum around. Education Leadership, 49
(20), 57-60.
Pangvong, C., 2007, The outcomes of science learning activities using local wisdom
based on science technology and society approach. Bangkok: Khon Kaen
University.
Parker, R.E., Bianchi, A., & Cheah, T.Y. 2008, Perceptions of instructional
technology: Factors of influence and anticipated consequences. Educational
Technology & Society, 11(2), 274-293.
Pasos, R.M., 2008, Pizza and Pasta help students learn metabolism, Adv. Physiol Educ,
30, 89-93.
Piaget, J., 1972, Intelectual Evolution from Adolescence to Adulthood, Human
Development, 5, 1 – 12.
Poter, N.M. and Overton, T.L., 2006, Chemistry in sport: context-based e-learning in
chemistry. Chemistry Education Research and Practice, 7(3), 195-202.
Ratumanan, G.T., & Laurens, T. 2011, Penilaian hasil belajar pada tingkat satuan
pendidikan. Surabaya: Unesa Unipress
77
Roberts, D., 2007, Scientific literacy /science literacy. Mahwah, NJ: Lawrence
Erlbaum Associate.
Rosenshine, B. 2012, Principles of Instruction: Research-based strategies that all
teachers should know. USA: American Educator /Spring
Russel, B., 1951, The impact of science and society. New York: Columbia University
Press.
Schwartz, R.S., 2004, Epistemological views in authentic science practice A-cross-
discipline comparison of scientists’ view of nature of science and scientific
inquiry. Oregon: Oregon State University.
Schwarts, Y., Ben-Zvi, R., and Hofstein, A. 2006. The Use of Scientific Literacy
Taxonomy for Assessing The Development of Chemical Literacy Among High-
school Students. Chemistry Education Research and Practice, 7 (4), 203-225.
Sedler, T, Burgin, S., McKinney, L., and Ponjuan, L., 2010, Learning science through
research apprenticeships: a critical review of the literature. Journal of Research
in Science Teaching, 47(3), 235-256.
Snow, C.P., 1962, The two cultures and the scientific revolution. New York:
Cambridge University Press.
Stott, A. & Hattingh, A. 2014, Conceptual tutoring software for promoting deep
learning: A case study. Educational Technology & Society, 18, 179-194.
Subali, B., Sopyan, A., and Ellianawati, E., 2015, Developing local wisdom based
science learning design to establish positive character in elementary school.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 11 (1), DOI:
htt://dx.doi.org/10.15294/jpfi.v11i1.3998.
Sudarmin and Pujiastuti, S.E., 2015. Scientific knowledge based culture and local
wisdom in Karimunjawa for growing soft skill conservation, International
Journal of Science and Research, 4 (9), 508-604.
Thomas, K.R., Horne, P.L., Donnelly, S.M., and Berube, C.T. 2013. Infusing problem-
based learning into science methods course across Virginia. The journal of
Mathematics and Science, 13, 93-110.
78
UNDP (2007), Thailand human development report 2007: Sufficiency economy and
human development. UNDP: Bangkok.
Warren, B, Ballenger, C, Ognowski, M, Rosobery, A, and Hudicourt-Barnes, J, 2001,
Rethinking diversity in learning science: the logic of everyday sensemaking.
Journal of research in science teaching, 38, 529-552.
Wirt, J., 2004, The condition of education, 2004. National Center for Education
Statistics Retrievel June 28, 2009 from
http://arces.ed.gov/pubs2004/2004076.pdf.
Wrenn, J. & Wrenn, B. 2009, Enhancing learning by integrating theory and practice.
International Journal in Teaching and Learning on Higher Education, 21(2), 258-
265.
Yarker, M.B and Park, S., 2011, Analysis of teaching resources for implementing an
interdisciplinary Approach in the K-12 classroom. Eurasian J. Math.Sci and
Tech. Ed., 8(4), 223-232
Yuenyong, C. and Narjaikaew, P., 2009, Scientific literacy and Thailand science
education. International Journal of Environtmental & Science Education, 4 (3),
335-349.
79
Lampiran-1
Tabel 1. N-gain Literasi Sains Siswa pada materi pesawat sederhana
No Nama Nilai Pretest Nilai Posttest N-gain Kategori1 AA 2 10 1 Tinggi
2 AS 6 7 0.25 Rendah3 AR 2 5 0.38 Sedang4 BA 2 8 0.75 Tinggi5 DF 1 7 0.67 Sedang6 EDFS 4 7 0.5 Sedang7 EW 5 9 0.8 Tinggi
8 FS 2 10 1 Tinggi9 KT 4 8 0.67 Sedang
10 RT 2 6 0.5 Sedang11 TP 1 6 0.56 Sedang12 WAM 2 3 0.13 Rendah13 YDR 2 8 0.75 Tinggi
14 WI 2 3 0.13 Rendah15 LF 2 4 0.25 Rendah16 TO 3 6 0.43 Sedang
80
Tabel 4.12. N-gain Siswa pada materi Zat Aditif
No NIM Nama Pretest Posttest N-gain Tafsiran Efektivitas
1 16 PPH 8 8 0 Rendah
2 17 RK 9 8 -1 Rendah
3 18 AAP 9 9 0 Rendah
4 19 Lilis KF 8 9 0.5 Sedang
5 20 MWA 7 8 0.33333 Rendah
6 21 EN 7 9 0.66667 Sedang
7 22 DHS 7 8 0.33333 Rendah
8 23 DH 9 10 1 Tinggi
9 24 HINS 6 10 1 Tinggi
10 25 AiH 6 10 1 Tinggi
11 26 RTS 8 7 -0.5 Rendah
12 27 MH 6 8 0.5 Sedang
13 28 AAL 9 9 0 Rendah
14 40 DNS 8 9 0.5 Sedang
15 41 FHA 6 10 1 Tinggi
16 42 NM 9 10 1 Tinggi
17 43 SNK 8 10 1 Tinggi
18 44 RY 9 8 -1 Rendah
19 45 NA 7 10 1 Rendah
20 46 PWR 7 10 1 Rendah
81
Lanjutan Tabel 4.12.
No NIM Nama Pretest Posttest N-gain Tafsiran Efektivitas
21 47 FAKD 8 10 1 Tinggi
22 48 YUL 7 10 1 Tinggi
23 49 AA 7 10 1 Tinggi
24 56 BPW 7 7 0 Rendah
25 57 KPA 7 10 1 Tinggi
26 58 LFN 6 10 1 Tinggi
27 59 RANL 7 10 1 Tinggi
28 60 SIU 9 10 1 Tinggi
30 61 AFZ 2 9 0.875 Tinggi
31 71 MWR 8 8 0 Rendah
32 72 NRS 4 10 1 Tinggi
33 73 SZF 6 10 1 Tinggi
34 74 ANS 8 10 1 Tinggi
35 75 AKC 4 10 1 Tinggi
36 76 LA 6 9 0.75 Tinggi
37 77 CM 8 9 0.5 Sedang
38 78 AM 7 9 0.66667 Sedang
39 79 DH 9 10 1 Tinggi
82
Tabel 4.13. Nilai N-gain Bioteknologi
No Nama Pretest Postest N-gain Tafsiran Efektivitas1 AH 4 10 1 Tinggi2 AW 5 9 0.8 Tinggi3 AlH 5 9 0.8 Tinggi4 AA 5 9 0.8 Tinggi5 As 2 8 0.75 Tinggi6 FA 1 6 0.5556 Sedang7 IZ 3 7 0.5714 Sedang8 IR 2 6 0.5 Sedang9 LN 4 8 0.6667 Sedang
10 MA 4 8 0.6667 Sedang11 MB 3 9 0.8571 Tinggi12 MU 1 5 0.4444 Sedang13 SA 0 4 0.4 Sedang14 RE 1 4 0.3333 Sedang15 RA 7 8 0.3333 Sedang16 SR 2 9 0.875 Tinggi17 SA 6 8 0.5 Sedang18 SN 0 5 0.5 Sedang19 SR 5 7 0.4 Sedang20 SW 6 9 0.75 Tinggi21 SL 0 4 0.4 Sedang22 SW 1 7 0.6667 Sedang23 WT 6 8 0.5 Sedang24 Yu 2 8 0.75 Tinggi25 IC 1 3 0.2222 Rendah26 MJ 5 6 0.2 Rendah27 Ra 0 2 0.2 Rendah
81 186 0.5719 Sedang
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No NamaInstansi
AsalBidang
Ilmu
AlokasiWaktu(jam/
minggu)
Uraian Tugas
1. Dr. Erman,M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSainsFMIPA
PendidikanSains,
8 jam(12bulan)
Penyusunan Proposal, draf(model dan perangkat,buku), penyusunaninstrument penelitian,Penyusunan jadwalpenelitian
2. Prof. Dr.Rudiana, M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSains PPs
PendidikanSains,Kimia
6 jam(12bulan)
Penyusunan Proposal, draf(model dan buku)penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan
3. Prof. Dr.MusliminIbrahim, M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSains PPs
PendidikanSains,Pendidikanbiologi
6 jam(12bulan)
Penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan,penyusunan draf (model,perangkat, buku)
4 1 mahasiswa S3
2 mahasiswa S2
ProdiS2/S3PendidikanSains
Penelitian Disertasi dantesis dan publikasi kejurnal terakreditasi (S2)dan jurnal internasional(S3)
102
BIODATA PENGUSUL
a. Identitas Diri
1 Nama Lengkap Dr. Erman, M.Pd.(L)
2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
3 Jabatan Struktural --
4 NIP 1971060519990310025 NIDN 00050671056 Tempat dan Tanggal Lahir Wasindoli (Buton), 5 Juni 19717 Alamat Rumah Graha Permata Sidorejo Indah U-9 Krian
Sidoarjo8 Nomor Telepon --9 Alamat Kantor Kampus FMIPA Unesa Ketintang Surabaya10 Nomor HP 08135738921211 Alamat e-mail [email protected] Mata Kuliah yang diampu 1. Kimia
2. Biokimia3. Metodologi Penelitian4. Ilmu Alamiah Dasar5. Pembelajaran inovatif6. Pembelajaran sains7. Landasan pendidikan8. Filsafat sains9. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
b. Riwayat PendidikanS-1 S-2 S-3
Nama PerguruanTinggi
IKIP Ujung Pandang IKIP Malang UniversitasPendidikanIndonesia
Bidang Ilmu Pend. Kimia Pend. Kimia Pend. IPATahun Masuk-Lulus
1990-1994 1995-1998 2009-2012
JudulSkripsi/Tesis
Analisis MK TPBdikaitkan dengan MKbidang studi Mhs.Jurusan Pend. KimiaIKIP Ujung Pandang
Kajian kesalahankonsep dalam materiikatan kovalenmahasiswa S1 pend.Kimia FKIP Unhalu
Pembelajaranbiokimia melaluianalisis kasus-kasus olahragauntukmeningkatkan
103
sportbiochemistryliteracymahasiswa
NamaPembimbing
Drs. La Tang, M.Pd. Prof. Drs. Effendy,M.Pd., Ph.D
Prof. Dr.Liliasari, M.Pd.
c. Pengalaman PenelitianNo Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (jutaRp)
1 2013 Pengembangan paket intervensi dalam paketbelajar IPA terpadu SMP untuk meningkatkankemampuan berpikir abstrak siswa
Hibahbersaing
51,250
1 2009 Pengembangan Model Intervensi dan ProgramLatihan Berpikir Abstrak dalam PembelajaranIPA SD
Hibahbersaing
50
2 2009 Intervensi Konstruktivis dalam PembelajaranBiokimia untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Abstrak Mahasiswa
HibahStranas
50
3 2008 Pengembangan Model Intervensi dan ProgramLatihan Berpikir Abstrak dalam PembelajaranIPA SD
HibahBersains
45
4 2007 Pengembangan bahan belajar dan pedomanlatihanSiswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkanprestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajarsiswa
Hibahbersaing
45
5 2006 Pengembangan bahan belajar dan pedomanlatihanSiswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkanprestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajarsiswa
Hibahbersaing
35
d. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam JurnalNo. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal1 2012 Pembelajaran bokimia melalui
analisis kasus-kasus olahraga untukmeningkatkan sport biochemistryliteracy mahasiswa
18/5/2012 JIP(Jurnal IlmuPendidikan)
104
2 2012 Latihan menganalisis kasusolahraga untuk meningkatkanpenguasaan konsep biokimiamahasiswa ilmu keolahragaan
19/1/2012 JPP (JurnalPendidikan danPembelajaran)
3 2008 Intervensi kognitif dalampembelajaran IPA untuk memacuperkembangan kemampuan berpikirabstrak siswa SD(terakreditasi)
15 / 1 JPP (JurnalPendidikan danPembelajaran
4 2007 Latihan Mengorganisasi konsepuntuk meningkatkan hasil belajarkimia siswa berkemampuan pikirkonkrit (Terakreditasi)
14 / 2 JIP (JurnalIlmuPendidikan)
5 2006 Latihan mengorganisasi konsepuntuk meningkatkan kemampuansiswa berkemampuan pikir konkritmemahami konsep abstrak(terakreditasi)
13 / 1 JPP
e. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/SeminarNo Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan tempat1 Kuliah tamu di FKIP
Universitas WirarajaSumenep, 25Desember 2014
Problematika penerapankurikulum 2013
24 Desember 2014 diFKIP UniversitasWiraraja Sumenep
2 Seminar nasional 6Pendidikan IPA
Berdaya saing denganliterasi sains
20 Desember 2014,FMIPA Unesa
3 Indonesian konference Sport science in Indonesia 9 October 2014,Flinders University,Adelaide Australia
4 Semnas 5 Pendidikansains
Analisi kemampuanberpikir abstrak siswa SMP
Tahun 2013, FMIPAUnesa
5 Semnas 4 Pendidikansains: The 21stCentury Skills
Filsafat sains dan calonguru IPA
Tahun 2012, FMIPAUnesa
6 Semnas: SportScientific Literacy
Konsep dasar sportscientific literacy
Tahun 2011, FIK Unesa
7 Seminar internasional:KebijakanPengembanganOlahraga Bahari
Sport scientific literacydalam kontekspengembangan olahragabahari
Tahun 2011,Kemengpora Lombok
105
8 The 5 st InternationalSeminar on ScienceEducation
Using sport cases analysisin biochemical clases toimprove students’ sportscientific literacy
Tahun 2011, SPS UPIBandung
9 The 4 th InternasionalSeminar on ScienceEducation
Teaching of science forathletes students in sportsenior high school Sidoarjo
Tahun 2010, SPS UPIBandung
10 Semnas sains:Optimalisasi sainsuntuk pemberdayaanmanusia
Optimalisasi pembelajaransains di sekolah menengahkhusus olahragawan
Tahun 2010, Unesa
11 The 3rd InternationalSeminar on ScienceEducation”Challenging ScienceEducation in DigitalEra”
The intervention model inscience teaching process of4 th grade students ofelementary
Tahun 2009,SPS UPI Bandung
f. Pengalaman Penulisan BukuNo Tahun Judul Buku Jumlah
halamanPenerbit
1 2009 Metodologi Penelitian Olahraga 280 Unesa Press2 2008 Pengantar Biokimia Olahraga 135 Unesa Press
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapatdipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpaiketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satupersyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Payung Unggulan Fakultas.
Surabaya, 3 Januari 2017Pengusul
(Dr. Erman, M.Pd.)
106
BIODATA RUDIANA
1 Nama Lengkap Prof. Dr. Rudiana Agustini2 Jabatan Fungsional Guru Besar3 Jabatan Struktural -4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 1960100819900220015 NIDN 00100860086 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 10 Agustus 19607 Alamat Rumah Wisma Pagesangan I/18 Surabaya8 Nomor Telepon/Faks/HP 0813320344409 Alamat Kantor Kimia- FMIPA Universitas Negeri
Surabaya10 Nomor Telepon/Faks11 Alamat E-mail [email protected] Lulusan yang Telah
DihasilkanS-1= 20
13 Mata Kuliah yang Diampu 1. Biokimia I dan II (S1)2. Mikrobiologi (S1)3. Kimia Lingkungan (S1)4. Assesment (S1 dan S2 )5. Biologi Dasar (S1 dan S2)6. Pengetahuan Lingkungan (S1)7. Metodologi Penelitian (S2)8. Pengembangan Kurikulum (S2)
A. Riwayat PendidikanS-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tinggi IKIP Surabaya IKIP Surabaya UNAIRBidang Ilmu Biologi Biologi MIPA
(Biokimia)Tahun Masuk-Lulus 1984 1988 2003JudulSkripsi/Thesis/Disertasi
Karakterisasidan imobilisasiprotease isolateCG-10 darisumber airpanas CangarJawa Timurdengan matrikspendukungbentonit
NamaPembimbing/Promotor
Dra.Rukmawati Prof.dr.PurnomoSuryo Hudoyo
107
B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun TerakhirNo Tahun Judul Penelitian Pendanaan
1 2010
Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik
PenelitianFundamental tahun I,DP2M
Rp. 30.500.000
2 2011
Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik
PenelitianFundamental tahunII, DP2M
Rp. 40.000.000
3 2012 Penerapan Model PembelajaranSTAD Termodifikasi UntukMelatihkan KemampuanBerfikir Kritis Dan Self EfficacyMahasiswa Kimia KelasInternasional 2010 Pada MateriBiokimia I
PenelitianKelasInternasional
Rp. 5.000.000
4 2012 Rancang Bangun Penelitian:Design Hidrolisat Tempe AfkirSkala UMKM
PenelitianKerjasamadenganBalitbang,Ketua
Rp. 212.000.000
5 2012 Pemetaan Manajemen Resiko diUniversitas Negeri Surabayadalam Rangka mewujudkanGood University Governance
PenelitianKerjasamaDP3M
Rp. 75.000.000
2013 Pengembangan TeknologiProses produksi bioetanol dariLimbah Tanaman Jagungdengan tambahan prosessakarifikasi
PenelitianUnggulanPerguruantinggi
6 2013
Produksi biohidrogen melaluirekayasa biomassa limbahindustri tapioka secaraterintegrasi dan aplikasinya
Hibahbersaing,DP2M
Rp. 60.000.000
7 2014 Development and Upgrading of Penelitian
108
C. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun TopikPendanaan
Sumber Jml (JutaRp)
1 2009
Narasumber pada kegiatansosialisasi: arti kode plastikdan dampakpenyalahgunaannya
Mandiri
2 2009
Narasumber pada kegiatansosialisasi dampak negatipdan daur ulang minyak gorengbekas
Mandiri
3 2011
Narasumber pada kegiatanpelatihan Industri kecilmenengah tentang makananolahan yang diselenggarakanoleh Koperasi disperindagTrenggalek
KoperasidisperindagTrenggalek
9.000.000
4 2011Narasumber Bimbingan lanjut(binjut) bagi wanita tunasusiladi Jawa Timur
5 2013
Pelatihan Penulisan Karyailmiah berbasis penelitiantindakan kelas (PTK) bagiguru-guru anggota MGMPKimia Kabupaten Gresik
MGMPKimiaKabupatenGresik
6 2014
Narasumber pada PelatihanKepala Laboratorium IPAGuru-guru di kota Mojokerto(pola 100 JP)
Kerja samaMGMP guruIPAMojokertokota
80.000.000
Seven Univerties in Improvingthe Quality and Relevance ofHigher Education in Indonesia
UnggulanPerguruanTinggi
8 2014
Implementasi Lesson Studyuntuk meningkatkan penguasaankonsep dan Motivasi belajarMahasiswa pd mata kuliahBiokimia I
SK Rektorno:311/UN.38/HK/LT/2014 tgl19September2014
Rp. 5.000.000
109
7 2014
Narasumber pada KegiAtanPelatihan Penilaian Autentikkurikulum 2013 sebagaiupaya penyempurnaan prosespembelajaran di SMP LabSchool
Unesa 5.000.000
D. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 TahunTerakhir
No Judul Artikel IlmiahVolume/Nomor/
TahunNama Jurnal
1 Penerapan modelpembelajaran diskusi kelasdengan strategi Beach ballpada materi pokok larutanelektrolit dan non elektrolit diSMAN 22 Surabaya
Vol 1 no 1 Mey2012
Unesa Journal ofchemistry
2 Pengaruh suhu polimerisasi L-asam laktat melalui metodering opening polimerization(ROP) terhadap karakteristikPLA
Vol 1 no 1 Mey2012
Unesa Journal ofchemistry
3 Peningkatan Self Efficacy DanBerpikir Kritis MelaluiPenerapan ModelPembelajaran Inkuiri MateriPokok Asam Basa Kelas XiSman 9 Surabaya
Vol. 1 No. 2Mey 2012
Unesa Journal ofEducationalChemistry
4 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain
Vol 2 No 2,May 2013
Unesa Journal ofChemistry
5 Pengembangan mediapermainan 7 icon chemistrypada materi pokok ikatan kimiauntuk meningkatkan hasilbelajar siswa kelas x sma(development of media 7 iconchemistry games for chemicalbonding to improve studentlearning outcomes x seniorhigh school)
Volume 2 No. 32013
Unesa Journal ofEducationalChemistry
6 Pengaruh massa gliserol Vol 2 No 2, Unesa Journal of
110
terhadap titik leleh plastikbiodegradable dari pati ubikayu
Januari 2013 EducationalChemistry
7 Preparation and properties afpapain immobilized onto metalion cross-linked chitosan beads
October-Decembervolume 4 issue 4page no.121)2014
Research JournalofPharmaceutical,Biological andchemicalsciences,
8 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain
Vol 2 No 2,May 2013
Unesa Journal ofChemistry
9 The Effect of temperature angpH on sweet potato starchresidue fermentation toproduce Biohydrogen throughDark Fermentation using yeast
2013 Unesa Journal ofChemistry
10 Pengaruh konsentrasi onggokindustri tapioka dan urea padaproduksi biohidrogen melaluifermentasi gelap
2013 Unesa Journal ofChemistry
11 Pengaruh waktu fermentasi dankonsentrasi bibit kefir terhadapmutu kefir susu sapi
2013 Unesa Journal ofChemistry
12 Pengembangan instrumentpenilaian kinerja siswa untukmengases ketrampilan prosesdalam praktikum senyawa polardan non polar kelas X SMA
Volume 3 no 3tahun 2014
Unesa Journal ofEducationalChemistry
13 Pengembangan E-Bookberorientasi Mind Mappingpada materi pokokHidrokarbon untuk SMA kelasXI
Volume 3 no 3tahun 2014
Unesa Journal ofEducationalChemistry
Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif TipeMake A Match dan The powerof two Pada Konsep SistemEkskresi Siswa Kelas XI IPASMAN I SunnguminasaMakasar
Vol. 4, No. 1Nov 2014
Jurnal PenelitianPendidikan Sains
Pengembangan PerangkatPembelajaran Sains
Vol. 4, No. 1Nov 2014
Jurnal PenelitianPendidikan Sains
111
Berorientasi Guided DiscoveryUntuk MengajarkanKemampuan Berpikir Kreatifdan Penguasaan Konsep
E. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ SeminarIlmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
NoNama PertemuanIlmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu danTempat
1 Internationalworkshop on“EnvironmentalPollution,Standards AndCountermeasure InAsian Countries”
Waste Management And It’sProblems In Indonesia: TheFacts And Strategies.
EcotopiaScienceInstitute,NagoyaUniversity,Japan, 2010
2 Seminar NasionalKimia 2014
Pengembangan PerangkatPembelajaran BerkarakterBerbasis inkuiri untukmeningkatkan Hasil Belajarsiswa SMP
20 September2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dandapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyatadijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satupersyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian Kebijakan.
Surabaya, Mei 2016Pengusul
(Prof.Dr.Rudiana Agustini. MPd.)
112
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd.2. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVE/1951040119741210023. Jabatan Fungsional : Guru Besar4. Jabatan : a. Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan Dasar danMenengah – LPPM Universitas Negeri Surabayab. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa Surabayac. Tim Pendukung Pengembangan Kurikulum Unesa(IDB Prohject)5. Alamat :a. Rumah : Jl. Tenggilis Utara 7/11 Surabaya, 60292E-mail : [email protected]@unesa.ac.idNomor Telpon Rumah: 031-8418571, 031-8411448,Mobile: 0818334811b. Kantor : Kampus Unesa Ketintang SurabayaNomor Telpon/Fax : 031-82934846. Riwayat Pendidikan dan Pelatihan:No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/Jurusan1. Sekolah Dasar Negeri KeratoSumbawabesar,NTB 1964 -
2. Sekolah MenengahPertama Negeri Sumbawabesar,NTB 19673. Sekolah Menengah AtasNegeri Sumbawabesar,NTB 1970 IPA4. Sarjana Muda IKIP Malang 1973 PendidikanIlmu Hayat5. Sarjana IKIP Surabaya 1978 PendidikanBiologi6. Pascasarjana IKIP Malang 1985 KependidikanBiologi7. Doktor UniversitasAirlangga Surabaya 1994 Mikrobiologi/MIPA8. Short Course onAssessment andEducational System
Curtin University ofTechnologyAustralia, PerthWestern AutraliaPebruari –March 2010dan 20129. Immersion Program for NIAD-UE Tokyo- Sept –
113
No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanBAN-PT Assessor onEvaluation andAccreditation for HigherEducation
Japan October201010. Sit in on Curriculum
DevelopmentPrince SongklahUniversity (PSU)Pattani, Thailand 2012 Pattani,Thailand11. Pelatihan ISO 9001:2008 pendampinganISO PPs Unesa PPs Unesa 2014 Surabaya,Indonesia12 Pelatihan ReviewInternal Penelitian MultiTahun ProgramDesentralisasi danSentralisasi Tahun 2012Lembaga PenelitianUnesa 12 April2012 Surabaya,Indonesia
13 Pelatihan AMI (AuditorMutu Internal) ISO9001:2008 dan 2011; diPPs Unesa
PT. First ConsultingIndonesia – PPsUnesa 3 Maret2015 SurabayaIndonesia7. Pengalaman MengajarNo. Mata Kuliah Tempat
1. Mikrobiologi Dasar S-1 Pend.Biologi Unesa2. Mikrobiologi Terapan S-1 Pend.Biologi UnesaS-1 Pendidikan Sains Unesa3. Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar I, II,dan III S-1 Pend.Biologi Unesa4. Metode Penelitian Pendidikan Biologi S-2 Pendidikan Sains UnesaS-1 Pendidikan Biologi UnesaS-1 Pendidikan Biologi UNMUHS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar UnesaS-3 Pendidikan Sains Unesa5. Biologi Umum S-2 Pendidikan Sains UNESA6. Biologi II (Mikrobiologi Lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA7. Biologi IV (Genetika lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA8. Pengembangan Instrumen Hasil Belajar S-2 Ilmu Agama Islam UniversitasMuhammadiyah SurabayaS2-Pendidikan Sains Unesa
114
No. Mata Kuliah Tempat9. Pengembangan Instrumen S3 Pendidikan Sains UNESA10. Teori Belajar lanjut S3 Pendidikan Sains UNESA11. Asesmen hasil Belajar S2 Pendidikan Sains UNESA12. Biometri S1 Pendidikan Biologi UniversitasMuhammadiyah Surabaya13. Mikrobiologi dan Parasitologi S-1 STIKES Mojopahit Mojokerto(Kerjasama dengan FMIPA Unesa)14. Problematika dan Inovasi Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi UnesaS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar Unesa15 Pembelajaran Inovatif I dan II S-1 Pendidikan Biologi Unesa16. Seminar Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi Unesa17. Keanekaragaman Makhluk Hidup S-1 Pendidikan Sains Unesa18. Isu dan Trend Pendidikan Sains S-2 Pendidikan Sains Unesa
8. Pengalaman Penelitian dan Pengembangan (5 tahun terakhir)No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/1. Pengembangan Model PembelajaranInovatif untuk Pemberdayaan Siswa(Model Pemaknaan Fenomena IPA) Balitbang Diknas,Pusat PenelitianKebijakan danInovasiRp 2.5 MKoordinator2007-2008Ketua IPA
2. Penelitian Strategis nasionalPengembangan Perangkatpembelajaran Inovatif melaluiPemaknaan dalam Mapel IPA danBahasaDIKTIRp 75.000.000 2009 Melibatkanmahasiswapascasarjana
3. Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbahasa InggrisUntuk Kelas Internasional BiologiFMIPADIKTIRp 10.000.000 Mandiri (Ketua)2010
4. Pemetaan Dan Pengembangan MutuPendidikan Sekolah Menengah AtasDi Kota Surabaya, Kabupaten GresikDan Kabupaten LamonganKEMENDIKBUDRp 100.000.000 Anggota2011
5. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiDIKTIRp 65.000.000 Ketua2012Melibatkanmahasiswa
115
No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Pengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan Pascasarjana(Tahun pertama)6. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan
DIKTIRp 66.000.000 Ketua2013MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun kedua)7. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan
DIKTIRp 75.000.000 Ketua2014MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun ketiga)8. Penelitian Pengembangan GrandDesign Pengembangan PendidikanKota Madiun 2014-2025 Tahun 2013 Pemerintah KotaMadiun dalam Halini DinasPendidikan,Pemuda, danOlahragaRp 235.000.000
Ketua(2014)
9. Penelitian Pengembangan SMA JarakJauh PemerintahProvinsi JawaTimur, 2013Rp 200.000.000Anggota(2014)
10. Penelitian mengenai ImplementasiKurikulum 2013 di 11 Propinsi diJawa Timur PenelitianKebijakanDirektoratJenderalPendidikan Tinggi,DirektoratPembelajaran danKemahasiswaanRp 398.000.000
Koordinator,2014
11. Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar BerbasisPaedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa
PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading of
Ketua (2015)
116
No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Seven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 150.000.00012 Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar Berbasis
Paedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa (Tahun ke 2)
PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 130.000.000
Ketua (2016)
10. Publikasi Ilmiah yang diterbitkan tahun 2009 Sampai dengan 2015:Artikel di Jurnal Internasionala. “An Evaluation of the Effectiveness of the Authentics Task on Students’
Learning Achievement of Plant Anatomy Concept in Surabaya StateUniversity”. Turkish Science Education Journal, Volume 12 Issue 3, pp 21-303 September 2015. ISSN 1304-6020b. “Supporting student in Learning with Multiple Representation to ImproveStudent’s Mental Model on Atomic Structure Concept”. Science EducationInternational. Archive 2015-2017 Volume 26 Issue 2 Juni 2015.www.icaseonline.net/seiweb/.a. “Mental model if Students on Stoichiometry Concept in Learning by MethodBased on Multiple Representation”. The on line Journal of New Horizon inEducation. Volume 5 Issue 2 April 2015. http://www.tojned.net/volume/php?Volume=5&issue=2
b. “Students mental model of stoichiometry Concept after Learning by Multiplerepresentation Methods”. Turkish Science Education Journal. ISSN 1304-6020. Accepted, 2014
Artikel di dalam Jurnal Nasionalc. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Teoritis Multi Siklus-Deal Untuk melatih
Keterampilan Pengambilan Keputusan dan Penguasaan Konsep IPA Pebelajar
117
SD. Jurnal Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 09, Nomor 01,April 2012, halaman 1-81, ISSN 1289-6785d. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berorientasi Model Pemaknaanuntuk Melatih Keterampilan Berpikir pada Siswa SD”. Pendidikan Dasar, JurnalKajian Teori dan Hasil Penelitian Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN 2301-9158e. “Membangun Sensitivitas Moral, Penguasaan Konsep, dan Kemampuan BerpikirSiswa SD melalui Pembelajaran IPA berorientasi Model Pemaknaan” PendidikanDasar, Jurnal Kajian Teori dan Hasil Penelitian. Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN2301-9158
Publikasi dalam Bentuk Buku dan Proceeding Seminara. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Pembudayaan Nilai (Value) Melalui Pembelajaran IlmuKealaman”. Book Chapter: Asa Untuk Unesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 43-53.b. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Berpikir Tingkat Tinggi”. Book Chapter: Asa UntukUnesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 32-42.c. Ibrahim, Muslimin. (2014). Peran Pendidikan Sains dalam Implementasi Kurikulum2013. Proceeding Seminar Nasional Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, ISBN978-602-719999-0-3d. Ibrahim, Muslimin (2014) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi.Surabaya: University Press. ISNB 978-979-028-344-2e. Ibrahim, Muslimin dan Sukartiningsih, Wahyu. (2014). Model Pembelajaran Inovatifmelalui Pemaknaan: Belajar Perilaku Positif dari Alam). Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN 978-979028-661-0f. Ibrahim, Muslimin. (2012). Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Edisi Kedua.Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-497-5g. Ibrahim, Muslimin. (2012). Seri Pembelajaran Inovatif: Konsep, Miskonsepsi, danCara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-557-6h. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Integrasi Fenomena IPA dalam Pembelajaran: SebuahAlternatif Pendidikan Komprehensif”. Bunga Rampai Pendidikan Karakter StrategiMendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: University Press, ISBN 978-979-028-425-8i. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti dalam Model-model Biologi”. Sang Profesor: Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya:Unesa University Press. ISBN 978-979-028-459-3j. Ibrahim, Muslimin (2011). Buku Kurikulum dan Pembelajaran Biologi, Jakarta:Universitas Terbuka.k. Ibrahim, Muslimin (2009). Mikrobiologi, Konsep dasar dan Aplikasi. Surabaya:Unesa University Press. ISBN: 979-445-150-9l. Ibrahim, Muslimin. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN: 979-445-020-0m. Ibrahim, Muslimin, Ismono, Fida Rachmadiarti. (2002). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa University Press
118
11. Sebagai nara Sumber/ Makalah yang disampaikan pada berbagai kesempatanselama 2010 – 2015 (Pemakalah Utama dan Narasumber atas permintaan)
Tahun 20161. Narasumber pada Pelatihan Pekerti bagi Dosen Universitas Hasyim Asjhari,Jombang, 17 Pebruari 20162. Narasumber pada Pembekalan Mahasiswa Unesa Peserta PPL dengan Topik:Penumbuhan Budi Pekerti, Surabaya, 18 April 20163. Narasumber pada Pembekalan Guru-Guru SMA Kota Kendari: TentangPembelajaran Berbasis Masalah, Kendari 22-23 Mei 2016Tahun 20151. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Kurikulum Politeknik PerkapalanNegeri Surabaya, 15 Januari 20152. Pembicara Utama pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas pada Guru-guruyayasan Pendidikan Alhikmah Surabaya, tanggal 7 Pebruari 20153. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema Peran Biologi danPendidikan Biologi dalam menjawab Tantangan Pendidikan Global, UniversitasMuhammadiyah Malang, 21 Maret 2015.4. Pembicara utama pada Seminar dalam rangka Ulang Tahun ke 25 ProdiPendidikan Fisika Universitas Palangkaraya tanggal 26 Maret 20155. Pembicara Utama pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh UniversitasNegeri Jakarta, dengan Tema High Order Thinking, Jakarta, 11 April 2015.6. Nara sumber pada Workshop: Pemberdayaan Tim Penilaian Program InduksiGuru Pemula, diselenggarakan oleh Direktorat P2TK di Hotel Pangeran Padang,11 Mei 20157. Nara Sumber pada pelatihan Pekerti: Unesa Inovasi Pembelajaran. Surabaya 25-26 Mei 20158. Nara Sumber pada Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berkualitas, yangdiselenggarakan oleh Prodi PGSD Universitas Negeri Makassar, Makassar 13 Juni20159. Narasumber dalam Sosialisasi Sertifikasi Dosen di Akademi teknik KeselamatanPenerbangan, Surabaya, tanggal 17 Juni 2015.10. Pembicara Utama Seminar dilaksanakan oleh Konsorsium Pendidikan Indonesiadengan Tema: Pembelajaran Melalui Pemaknaan. Surabaya, 24 Juni 2015.11. Nara sumber pada Workshop Pembelajaran Inovatif di SMP Petra 5 dan 9Surabaya, 13 Juli 201512. Nara sumber pada Penyusunan Borang Akreditasi Program Studi 6 program studidi Universitas Negeri Gorontalo, 13 Agustus 201513. Pembicara Utama pada Seminar Nasional di Universitas Mulawarman Samarinda,Kaltim, dengan tema: Peran Pembelajaran Biologi dalam mempersiapkanGenerasi Cerdas Abad 21., Samarinda, 22 Agustus 201514. Nara sumber pada Workshop Pengembangan LKS terintegrasi Sikap Positipuntuk Kota Bontang dan Padang, dilaksanakan oleh Konsorsium PendidikanIndonesia, Surabaya, 26 Agustus 2015
119
15. Pemakalah pada Pertemuan Pimpinan Program Pascasarjana LPTK se Indonesiadi dengan Judul: Modeling Sikap Positip Melalui Pemaknaan Fenomena Ipa SuatuAlternatif Pemberdayaan Siswa, Bandung 2-4 September 201516. Narasumber pada Workshop Pengembangan Instrumen Asesmen Proses danhasil belajar Mahasiswa pada Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,Surabaya, 10 September 201517. Pemakalah Pada Reviu Kurikulum PT dilaksanakan oleh Belmawa:Pengembangan Kurikulum S1 Pendidikan di Unesa, diselenggarakan olehDirektoral Belmawa, Jakarta 15-17 Oktober 201518. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Rencana pembelajaran Semester,Universitas Wachid Hasyim Jombanr, 26 Septewmber 201519. Narasumber pada pelatihan Pekerti Unesa: Kurikulum Berbasis KKNI, Surabaya,2-4 November 201520. Nara sumber pada pelatihan pekerti Unesa: Teori Belajar dan PembelajaranInovatif , Surabaya, 2-4 November 2015.21. Nara sumber pada pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik Isu-Isu Pendidikan tinggi, dan Kurikulum KKNI dan PembelajaranKarakter. Surabaya, 9 November 2015.22. Narasumber pada Pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik: Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif. Surabaya, 10 November201523. Narasumber pada Pelatihan penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, di LPPM Unesa, 17November 2015.24. Pembicara pada Pertemuan Guru-guru dan Yayasan Lab School Unesa: Rahasiamenjadi Guru Berhasil, Surabaya, 18 Desember 201525. Narasumber pada pelatikan Pekerti Dosen Stikes Lamongan: Isu PendidikanTinggi dan Kurikulum KKNI, Lamongan, 21 Desember 2015.
Tahun 20141. Pemakalah Utama pada Seminar dan Workshop Pendidikan Sains PPs Unesadengan tema: “Inovasi Pendidikan Sains dalam menyongsong Kurikulum 2013”,Tanggal 18 Januari 20142. Pemakalah Utama pada Simposium Regional Sumatera dengan Tema Kurikulum2013 menuju Indonesia Cerdas dan Berkarakter Kuat, tanggal 27 Januari 2014.3. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Implementasi Kurikulum2013” yang diselenggaranakn oleh STKIP PGRI Banjarmasin, Tanggal 10 Mei20144. Pemakalah Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dengan tema:“Pendidikan dan Sains dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, yangdiselenggarakan oleh Universitas Ronggolawe Tuban, tanggal 19 April 2014.Prosiding ISBN: 978-602-71999-0-35. Pembicara Utama pada Workshop dengan Tema: Standar Minimal KurikulumPendidikan Biologi dan Kompetensi Lulusan Berdasarkan KKNI, 17 Mei 20146. Narasumber pada workshop Akreditasi Prodi dalam Meningkatan MutuPerguruan Tinggi Melalui Proses Akreditasi yang Terencana dan berkelanjutan,Pusat Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surabaya, 7 Juni 2014
120
7. Narasumber pada Workshop Penyusunan Perangkat Perkuliahan PendidikanGuru MIPA Unggulan Berbasis KKNI FKIP Unmul Samarinda , 13-14 Oktober20148. Narasumber pada Workshop Pengembangan Bahan Pembelajaran danInstrumen Penilaiannya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 11 Oktober20149. Tenaga Ahli pada Workshop Telaah Kurikulum Pendidikan Guru MIPA UnggulanUnlam Banjarmasin 24 – 26 Nopember 201410. Pembicara Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains ProgramPascasarjana Universitas Negeri Yogya: Asesmen Autentik pada PembelajaranSains Abad 21. Yogyakarta 1 Nopember 2014.11. Pembicara Utama pada Seminar Pengembangan Kerangka berpikir penelitian diUniversitas trunojoyo Madura, tanggal 12 Nopember 201412. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Sains dan InovasiPembelajaran Berbasis Kearifan Lokal, 22 Nopember 201413. Pembicara Utama pada Forum Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan SeluruhIndonesia dengan Judul Pendekatan Saintifik yang diselenggarakan olehDirektorat P2 Tk di Batam tanggal 27 Nopember 2014Tahun 20131. Pemakalh Utama Pada Seminar Nasional “ Pembelajaran Kimia Berbasis karakter”Menyognsong Kurikulum 2013” Jurusan Kimia FMIPA Unesa, tanggal 27 April 2013.2. Pemakalah Utama Pada Seminar Nasional “Peningkatan Kreativitas bangsa MelaluiMIPA dan Pembelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh FKIP Univeristas NegeriJember tanggal 31 Maret 2013.3. Narasumber pada Workshop Nasional Pendidikan Kimia Unesa, tanggal 22 April20134. Pemakalah Utama pada Seminar Nasipnal Pendidikan Biologi dengan tema The 21stskill pada Pendidikan Biologi dalam Persepektif Kurikulum 2013, diselenggarakanoleh Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah, tanggal 30 Juni20135. Sebagai Tanaga Ahli pada kegiatan Workshop KKNI pada Program Pendidikan GuruMIPA Unggulan Universitas Lambung Mangkurat, 24-26 Nopember 2013Tahun 20121. Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar, Pembicara pada workshop pembelajaranInovatif Surabaya Gedung Millenium 7 Januari 20122. Pemateri pada Pelatihan Asesor Akreditasi Internal yang diselenggarakan oleh PusatPenjaminan Mutu Unesa, tanggal 22- 23 Mei 2012.3. Pembicara pada Seminar Internasional Sangguru tanggal 8 September 2012 di Unesa4. Pembica Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains di Program PascasarjanaUNS Surakarta tanggal 3 Nopember 2012.5. Nara sumber pada Seminar Pengembangan Kurikulum Jurusan Pendidikan MIPAyang Mengacu pada KKNI, FKIP Ummul Samarinda, 17 dan 18 Desember 2012
121
Tahun 20111. Media pembelajaran Phet, untuk Guru-Guru di Surabaya, Pelaksana Yayasan Tunasbangsa2. Pengembangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, Untuk Guru-guru di Surabaya,Pelaksana Yayasan Tunas bangsa3. Pendidikan Karakter untuk Guru-guru dan dosen dalam seminar di IAIN SUnanAmpel Surabaya, 18 Mei 2011.4. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Unsuri Ponorogo tanggal 19 Maret, 17April, dan 8 Mei 2011.5. Pemakalah pada Review Pengembangan Kewirausahaan dan Teaching Factory, 19-20 Pebruari 2011. Di Cerme Gresik6. Pendidikan Karakter, IAIN Sunan Ampel Surabaya Juli 2011.7. Pendidikan Karakter, Pembicara Utama Pada seminar Nasional Biologi danWorkshop 2011, 23 Juli 20118. Pemakalah Utama pada seminar Nasional Integrasi Pendidikan Karakter dalampembelajaran sains untuk meningkatkan profesionalisme guru., Surabaya, 10Desember 20119. Narasumber pada Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar teknik Intruksional(Pekerti) dan Applied Approach (AA) yang diselenggarakan oleh UPT-P4 Unesatanggal 2 Nopember sd. 29 Desember 2011Tahun 20101. Sebagai pemakalah Pada Seminar Nasional Tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Diselenggarakan oleh Majalah Ilmiah Guru Dwijakarya JawaTimur, Jombang 31 Januari 2010.2. Sebagai pemakalah tentang Pembelajaran Inovatif dan Asesmennya,diselenggarakan dalam rangka pembentukkan sekolah kawasan, Surabaya, 4Pebruari 2010.3. Sebagai pemakalah pada Diklat: Pengembangan Softskill, dilaksanakan oleh IKAUnesa, lamongan, 7 Pebruari 20104. Sebagai Pemakalah pada Diklat nasional tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Dilaksanakan oleh Yayasan Beasiswa Tunas bangsa, Mojokerto, 8pebruari 2010.5. Pemakalah pada Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh PGRI Wilayah JawaTimur tentang: Pendidikan Karakter, Surabaya, 14 Pebruari 2010.6. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Mojokerto, 21 Pebruari 2010.7. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Probolinggo, 21 Maret 2010.A. Memberi Kuliah Semester Genap 2014-20151. Landasan Kependidikan (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan2. Pembelajaran Inovatif II (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi Angkatan 2013:Kelas A, Kelas B, dan Kelas Unggulan3. Mikrobiologi Dasar (3/1 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2013: Kelas A, KelasB, dan Kelas Unggulan.
122
4. Seminar Pendidikan Biologi (2 sks) 3 kelas S1 Pendidikan Biologi 2012: Kelas A,Kelas B, dan kelas Inter5. Teori Belajar (2 sks) 6 kelas S1 Pendidikan Biologi 2013 dan 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan.6. Keanekaragaman Makhluk Hidup (3 sks) 2 kelas S1 Pendidikan Sains: Kelas Adan Kelas B.7. Isu dan Trend Pendidikan Sains (2 sks) 3 kelas S2 Pendidikan Sains8. Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar (2 kelas) S2 Pendidikan Sains9. Pengembangan Pembelajaran IPA SD (2 sks) S2 Pendidikan Dasar10. Pengembangan Instrumen (2 sks) 1 kelas S3 Pendidikan SainsB. Pengabdian kepada masyarakat:1. Desk Evaluation BAN-PT, di Jakarta 29 April sd. 1 Mei di Jakarta.2. Visitasi ke STKIP Singkawang 20103. Visitasi BAN PT ke STKIP Sera lahat 13 sd 15 Mei 20114. Visitasi BAN PT ke UNJ Jakarta 19 sd 21 Mei 20115. Verifikasi kemiripan Isian Deskripsi Diri DYS, 10-11 Nopember 2011 HotelBintang Griya Wisata Jakarta.6. Visitasi BAN PT Keprogram Studi Pendidikan Biologi Universitas NegeriMakassar, 28-30 Juli 2011.7. Visitasi BAN PT ke STKIP Primagalatung Sengkang Sulawesi Selatan, 6 sd. 9Oktober 20118. Visitasi BAN PT ke IAIN Ambon, Maluku 13 sd. 16 Oktober 20119. Visitasi BAN PT keSTKIP Nias Selatan di Kepulauan Nias 18-20 Nopember 201110. Visitasi BAN PT ke STKIP Muhammadiyah Manokwari Papua Barat, 6 – 8 Oktober201111. Visitasi BAN PT ke Program PPG Universitas Negeri Makassar, 15-17 Desember201112. Visitasi BAN PT k eke program PPG UNP Padang, 22 -24 Desember 201113. Pelatihan Penyusunan LKS Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru-guru SMAKemala Bhayangkari 1 Surabaya, tanggal 13 September 2014C. Pengalaman sebagai Reviewer Mitra bestari, beberapa jurnal penelitian a.l. Jurnal Pendidikan Biologi UMMalang, Penulis dan Reviewer Buku Pelajaran Untuk Kelas Internasional SMP atas biayaDepdiknas Pendamping Penulisan Buku Oleh Dr. Hadi Suwono, MS., dibiayai Dikti. Reviewer untuk Materi pelatihan Guru Profesional yang dikembangkan OlehLembaga Kualita Pendidikan Indonesia Reviewer dan konsultan penulisan LKS oleh Kualita Pendidikan Indonesiabernuansa karakter kerjasama dengan Pemkot Padang Sumatera Barat Mereview buku yang ditulis oleh beberapa penulis seperti: Hansan Subekti, DR.Mohammad Thamrin Hidayat, Prof. Endang Sunsanti
123
D. Pembimbing14. Membimbing Tesis Mahasiswa S2 Pendidikan Sains dan Pendidikan Dasar UniversitasNegeri Surabaya (15 orang) sedang berjalan.15. Membimbing Skripsi Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Unesa (3 orang) sedangberjalan.16. Membimbing Disertasi 15 Mahasiswa S3 Pendidikan Sains Unesa sebagai promotordan 13 orang mahasiswa sebagai ko-promotor, sedang berjalanD. Jabatan Sekaranga. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa dan Master of Refresentative ISO9001: 2008 di PPs Unesab. Ketua Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sumber Belajar LP3M Unesac. Anggota Tim Pengembangan Kurikulum pada Proyek 7 in 1 Universitas NegeriSurabaya, 2014 sd. sekarangd. Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2003/2004 sd.Sekarang.e. Sekretaris Panitia Pelaksana Sertifikasi Dosen PTP 1039 Unesaf. Anggota Tim Ahli Sertifikasi Guru Rayon 114 Unesah. Anggota Tim Penilaian Angka Kredit Dosen FMIPA Unesai. Anggota Tim Penilai Angka Kredit Dosen FMIPA- Unesaj. Anggota Senat Unesak. Anggota Komisi Guru Besar Senat Unesal. Anggota Senat FMIPSA UnesaE. Tanda Penghargaana. Penghargaan sebagai Peneliti Berprestasi Tahun 2014, tanggal 19 Desember 2015b. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 40 Tahun sebagai Pendidik Tahun 2014c. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 35 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2009d. Piagam Penghargaan Dharma pengabdian 30 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2004Surabaya, 12 Januari 2016
Prof. DR. Muslimin Ibrahim, M.Pd.NIP 195104011974121002
124
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran
1. Honor
Honor Honor/Jam(Rp)
Waktu(jam/minggu)
Minggu Honor per Tahun(Rp)Th 1 Th 2
Ketua 12.500 20 40 10.000.000 10.000.000Anggota 1 8.500 15 40 5.100.000 5.100.000Anggota 2 8.500 15 40 5.100.000 5.100.000SUB TOTAL (Rp) 20.100.000 20.100.000
2. Peralatan PenunjangMaterial Justifikasi
PemakaianKuantitas Harga
Satuan(Rp)
Harga PeralatanPenunjang (Rp)Th 1 Th 2
Videomodel danbuku
Merekam videomodel sinergipembelajaran
2 24.000.000 14.000.000 14.000.000
125
panduan IPA TKICD blank Back up data 20 keping 3000 30.000 30.000
Flash disk Back up data 4 100.000 200.000 200.000Pemeliharaan
Komputer,scanner, printer
2 tahun 1.600.000 1.300.000 1.300.000
SUB TOTAL(Rp) 15.530.000 15.530.000
3. Bahan Habis PakaiMaterial Justifikasi
PemakaianKuantitas Harga
Satuan(Rp)
Biaya per Tahun (Rp)Th 1 Th 2
Kertas A4 70 gr 5 rim pertahun
10 rim 40.000 200.000 200.000
Tinta toner laserjet
Untukprintout
2 tube/thn 800.000 800.000 800.000
Modem dan(pulsa)
Pelacakanpustaka,
3 200.000 400.000 400.000
Fotokopiinstrumen untukujicoba
100 hlm x2 eksp. x12 tes
1200 hlm 200 240.000 240.000
Fotokopidokumen studilapangan/pustaka / ujicoba
200 hlm x20 eksp
4000 hlm 200 800.000 800.000
Fotokopidokumen FGDgroup
50 eks x 75hlm
7500 hlm 2000 3.750.000 3.750.000
SUB TOTAL (Rp) 6.190.000 6.190.0004. PerjalananMaterial Justifikasi
PerjalananKuantitas Harga
Satuan(Rp)Biaya per Tahun (Rp)
Th 1 Th 2
Perjalanandalam kotaSurabaya
Survei danujicoba terbatas,4 x PP
2 org 450.000/org
900.000 900.000
Perjalanan keBanyuwangi
Ujicoba skalaluas, 4 x PP
4 org 800.000/org
4.800.000 4.800.000
Perjalanan keKediri
Survei danUjicoba skalaluas, 4 x PP
4 org 800.000/org
4.800.000 4.800.000
Perjalanan keLumajang
Survei danUjicoba skala
4 org 800.000/org
4.800.000 4.800.000
126
luas, 4 x PPSUB TOTAL (Rp) 15.300.000 15.300.000
5. Lain-lain
Material JustifikasiPemakaian
Kuantitas
Harga Satuan(Rp)
Biaya per Tahun (Rp)Th 1 Th 2
1. Pertemuan
Validasi (2x 3org),
Seminar: 2 x 40org
Uang sidang dantransport focusgroup: 10 org x250.000
2 kali
2 kali
4 kali
500.000/org
50.000/org
250.000/org
1.500.000
2.000.000
5.000.000
1.500.000
2.000.000
5.000.000
2. Laporan Penggandaan 15x 200 hlm x 200dan kirim 10eksp,
15 eksp
10 eksp
40.000
10.000
600.000
100.000
600.000
100.0003. Publikas
i jurnalJurnalterakreditasiJurnalinternational
1
1
2.000.000
5.000.000
1.000.000
5.000.000
SUB TOTAL (Rp) 10.200.000 10.200.000
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian yang Tersedia
Nama Jumlah Kondisi
Komputer (Laptop)
Printer
Handycam
Lab. Pendidikan Sains
3
3
1
1
Baik
Baik
Baik
Memadai
127
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas
SUSUNAN ORGANISASI TIM PENELITI DAN PEMBAGIAN TUGAS
No NamaInstansi
AsalBidang
Ilmu
AlokasiWaktu(jam/
minggu)
Uraian Tugas
128
1. Dr. Erman,M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSainsFMIPA
PendidikanSains,
8 jam(12bulan)
Penyusunan Proposal, draf(model dan perangkat,buku), penyusunaninstrument penelitian,Penyusunan jadwalpenelitian
2. Prof. Dr.Rudiana, M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSains PPs
PendidikanSains,Kimia
6 jam(12bulan)
Penyusunan Proposal, draf(model dan buku)penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan
3. Prof. Dr.MusliminIbrahim, M.Pd.
ProdiS2/S3PendidikanSains PPs
PendidikanSains,Pendidikanbiologi
6 jam(12bulan)
Penyusunan instrumentpenelitian, analisis data,petugas lapangan,penyusunan draf (model,perangkat, buku)
4 1 mahasiswa S3
2 mahasiswa S2
ProdiS2/S3PendidikanSains
Penelitian Disertasi dantesis dan publikasi kejurnal terakreditasi (S2)dan jurnal internasional(S3)
BIODATA PENGUSUL
a. Identitas Diri
129
1 Nama Lengkap Dr. Erman, M.Pd.
(L)
2 Jabatan Fungsional Lektor Kepala
3 Jabatan Struktural --
4 NIP 197106051999031002
5 NIDN 0005067105
6 Tempat dan Tanggal Lahir Wasindoli (Buton), 5 Juni 1971
7 Alamat Rumah Graha Permata Sidorejo Indah U-9 Krian
Sidoarjo
8 Nomor Telepon --
9 Alamat Kantor Kampus FMIPA Unesa Ketintang Surabaya
10 Nomor HP 081357389212
11 Alamat e-mail [email protected]
12 Mata Kuliah yang diampu 10. Kimia
11. Biokimia
12. Metodologi Penelitian
13. Ilmu Alamiah Dasar
14. Pembelajaran inovatif
15. Pembelajaran sains
16. Landasan pendidikan
17. Filsafat sains
18. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
130
b. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
IKIP Ujung Pandang IKIP Malang Universitas
Pendidikan
Indonesia
Bidang Ilmu Pend. Kimia Pend. Kimia Pend. IPA
Tahun Masuk-
Lulus
1990-1994 1995-1998 2009-2012
Judul
Skripsi/Tesis
Analisis MK TPB
dikaitkan dengan MK
bidang studi Mhs.
Jurusan Pend. Kimia
IKIP Ujung Pandang
Kajian kesalahan
konsep dalam materi
ikatan kovalen
mahasiswa S1 pend.
Kimia FKIP Unhalu
Pembelajaran
biokimia melalui
analisis kasus-
kasus olahraga
untuk
meningkatkan
sport
biochemistry
literacy
mahasiswa
Nama
Pembimbing
Drs. La Tang, M.Pd. Prof. Drs. Effendy,
M.Pd., Ph.D
Prof. Dr.
Liliasari, M.Pd.
c. Pengalaman Penelitian
131
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (juta
Rp)
1 2013 Pengembangan paket intervensi dalam paket
belajar IPA terpadu SMP untuk meningkatkan
kemampuan berpikir abstrak siswa
Hibah
bersaing
51,250
1 2009 Pengembangan Model Intervensi dan Program
Latihan Berpikir Abstrak dalam Pembelajaran
IPA SD
Hibah
bersaing
50
2 2009 Intervensi Konstruktivis dalam Pembelajaran
Biokimia untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Abstrak Mahasiswa
Hibah
Stranas
50
3 2008 Pengembangan Model Intervensi dan Program
Latihan Berpikir Abstrak dalam Pembelajaran
IPA SD
Hibah
Bersains
45
4 2007 Pengembangan bahan belajar dan pedoman
latihan
Siswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkan
prestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajar
siswa
Hibah
bersaing
45
5 2006 Pengembangan bahan belajar dan pedoman
latihan
Siswa SMANOR Sidoarjo untuk meningkatkan
prestasi olahraga dan mengatasi kesulitan belajar
Hibah
bersaing
35
132
siswa
d. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal
No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1 2012 Pembelajaran bokimia melalui
analisis kasus-kasus olahraga untuk
meningkatkan sport biochemistry
literacy mahasiswa
18/5/2012 JIP
(Jurnal Ilmu
Pendidikan)
2 2012 Latihan menganalisis kasus
olahraga untuk meningkatkan
penguasaan konsep biokimia
mahasiswa ilmu keolahragaan
19/1/2012 JPP (Jurnal
Pendidikan dan
Pembelajaran)
3 2008 Intervensi kognitif dalam
pembelajaran IPA untuk memacu
perkembangan kemampuan berpikir
abstrak siswa SD
(terakreditasi)
15 / 1 JPP (Jurnal
Pendidikan dan
Pembelajaran
4 2007 Latihan Mengorganisasi konsep
untuk meningkatkan hasil belajar
kimia siswa berkemampuan pikir
konkrit (Terakreditasi)
14 / 2 JIP (Jurnal
Ilmu
Pendidikan)
5 2006 Latihan mengorganisasi konsep
untuk meningkatkan kemampuan
siswa berkemampuan pikir konkrit
13 / 1 JPP
133
memahami konsep abstrak
(terakreditasi)
e. Pengalaman Penyampaian Makalah secara Oral pada Pertemuan/Seminar
No Nama Pertemuan Judul Artikel Waktu dan tempat
1 Kuliah tamu di FKIP
Universitas Wiraraja
Sumenep, 25
Desember 2014
Problematika penerapan
kurikulum 2013
24 Desember 2014 di
FKIP Universitas
Wiraraja Sumenep
2 Seminar nasional 6
Pendidikan IPA
Berdaya saing dengan
literasi sains
20 Desember 2014,
FMIPA Unesa
3 Indonesian konference Sport science in Indonesia 9 October 2014,
Flinders University,
Adelaide Australia
4 Semnas 5 Pendidikan
sains
Analisi kemampuan
berpikir abstrak siswa SMP
Tahun 2013, FMIPA
Unesa
5 Semnas 4 Pendidikan
sains: The 21st
Century Skills
Filsafat sains dan calon
guru IPA
Tahun 2012, FMIPA
Unesa
6 Semnas: Sport
Scientific Literacy
Konsep dasar sport
scientific literacy
Tahun 2011, FIK Unesa
7 Seminar internasional:
Kebijakan
Pengembangan
Sport scientific literacy
dalam konteks
pengembangan olahraga
Tahun 2011,
Kemengpora Lombok
134
Olahraga Bahari bahari
8 The 5 st International
Seminar on Science
Education
Using sport cases analysis
in biochemical clases to
improve students’ sport
scientific literacy
Tahun 2011, SPS UPI
Bandung
9 The 4 th Internasional
Seminar on Science
Education
Teaching of science for
athletes students in sport
senior high school Sidoarjo
Tahun 2010, SPS UPI
Bandung
10 Semnas sains:
Optimalisasi sains
untuk pemberdayaan
manusia
Optimalisasi pembelajaran
sains di sekolah menengah
khusus olahragawan
Tahun 2010, Unesa
11 The 3rd International
Seminar on Science
Education”
Challenging Science
Education in Digital
Era”
The intervention model in
science teaching process of
4 th grade students of
elementary
Tahun 2009,
SPS UPI Bandung
f. Pengalaman Penulisan Buku
No Tahun Judul Buku Jumlah
halaman
Penerbit
1 2009 Metodologi Penelitian Olahraga 280 Unesa Press
135
2 2008 Pengantar Biokimia Olahraga 135 Unesa Press
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Hibah Penelitian Payung Unggulan Fakultas.
Surabaya, 18 Mei 2016
Pengusul
(Dr. Erman, M.Pd.)
BIODATA RUDIANA
1 Nama Lengkap Prof. Dr. Rudiana Agustini
2 Jabatan Fungsional Guru Besar
3 Jabatan Struktural -
4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 196010081990022001
5 NIDN 0010086008
6 Tempat dan Tanggal Lahir Kediri, 10 Agustus 1960
7 Alamat Rumah Wisma Pagesangan I/18 Surabaya
8 Nomor Telepon/Faks/HP 081332034440
9 Alamat Kantor Kimia- FMIPA Universitas Negeri
Surabaya
10 Nomor Telepon/Faks
11 Alamat E-mail [email protected]
136
12 Lulusan yang Telah
Dihasilkan
S-1= 20
13 Mata Kuliah yang Diampu 9. Biokimia I dan II (S1)
10. Mikrobiologi (S1)
11. Kimia Lingkungan (S1)
12. Assesment (S1 dan S2 )
13. Biologi Dasar (S1 dan S2)
14. Pengetahuan Lingkungan (S1)
15. Metodologi Penelitian (S2)
16. Pengembangan Kurikulum (S2)
F. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3Nama Perguruan Tinggi IKIP Surabaya IKIP Surabaya UNAIRBidang Ilmu Biologi Biologi MIPA
(Biokimia)Tahun Masuk-Lulus 1984 1988 2003JudulSkripsi/Thesis/Disertasi
Karakterisasidan imobilisasiprotease isolateCG-10 darisumber airpanas CangarJawa Timurdengan matrikspendukungbentonit
NamaPembimbing/Promotor
Dra.Rukmawati Prof.dr.PurnomoSuryo Hudoyo
G. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan1 2010 Sintesis dan Karakterisasi Penelitian Rp. 30.500.000
137
Biopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik
Fundamental tahun I,DP2M
2 2011
Sintesis dan KarakterisasiBiopolimer Polylactic Acid(PLA) dari Asam Laktat HasilFermentasi Umbi KetelaGendruwo (Manihot glaziovii)Sebagai Bahan baku Bioplastik
PenelitianFundamental tahunII, DP2M
Rp. 40.000.000
3 2012 Penerapan Model PembelajaranSTAD Termodifikasi UntukMelatihkan KemampuanBerfikir Kritis Dan Self EfficacyMahasiswa Kimia KelasInternasional 2010 Pada MateriBiokimia I
PenelitianKelasInternasional
Rp. 5.000.000
4 2012 Rancang Bangun Penelitian:Design Hidrolisat Tempe AfkirSkala UMKM
PenelitianKerjasamadenganBalitbang,Ketua
Rp. 212.000.000
5 2012 Pemetaan Manajemen Resiko diUniversitas Negeri Surabayadalam Rangka mewujudkanGood University Governance
PenelitianKerjasamaDP3M
Rp. 75.000.000
2013 Pengembangan TeknologiProses produksi bioetanol dariLimbah Tanaman Jagungdengan tambahan prosessakarifikasi
PenelitianUnggulanPerguruantinggi
6 2013
Produksi biohidrogen melaluirekayasa biomassa limbahindustri tapioka secaraterintegrasi dan aplikasinya
Hibahbersaing,DP2M
Rp. 60.000.000
7 2014
Development and Upgrading ofSeven Univerties in Improvingthe Quality and Relevance ofHigher Education in Indonesia
PenelitianUnggulanPerguruanTinggi
8 2014 Implementasi Lesson Study SK Rektor Rp. 5.000.000
138
H. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun TopikPendanaan
Sumber Jml (JutaRp)
1 2009
Narasumber pada kegiatansosialisasi: arti kode plastikdan dampakpenyalahgunaannya
Mandiri
2 2009
Narasumber pada kegiatansosialisasi dampak negatipdan daur ulang minyak gorengbekas
Mandiri
3 2011
Narasumber pada kegiatanpelatihan Industri kecilmenengah tentang makananolahan yang diselenggarakanoleh Koperasi disperindagTrenggalek
KoperasidisperindagTrenggalek
9.000.000
4 2011Narasumber Bimbingan lanjut(binjut) bagi wanita tunasusiladi Jawa Timur
5 2013
Pelatihan Penulisan Karyailmiah berbasis penelitiantindakan kelas (PTK) bagiguru-guru anggota MGMPKimia Kabupaten Gresik
MGMPKimiaKabupatenGresik
6 2014
Narasumber pada PelatihanKepala Laboratorium IPAGuru-guru di kota Mojokerto(pola 100 JP)
Kerja samaMGMP guruIPAMojokertokota
80.000.000
7 2014Narasumber pada KegiAtanPelatihan Penilaian Autentikkurikulum 2013 sebagai
Unesa 5.000.000
untuk meningkatkan penguasaankonsep dan Motivasi belajarMahasiswa pd mata kuliahBiokimia I
no:311/UN.38/HK/LT/2014 tgl19September2014
139
upaya penyempurnaan prosespembelajaran di SMP LabSchool
I. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun
Terakhir
No Judul Artikel IlmiahVolume/Nomor/
TahunNama Jurnal
1 Penerapan modelpembelajaran diskusi kelasdengan strategi Beach ballpada materi pokok larutanelektrolit dan non elektrolit diSMAN 22 Surabaya
Vol 1 no 1 Mey2012
Unesa Journal ofchemistry
2 Pengaruh suhu polimerisasi L-asam laktat melalui metodering opening polimerization(ROP) terhadap karakteristikPLA
Vol 1 no 1 Mey2012
Unesa Journal ofchemistry
3 Peningkatan Self Efficacy DanBerpikir Kritis MelaluiPenerapan ModelPembelajaran Inkuiri MateriPokok Asam Basa Kelas XiSman 9 Surabaya
Vol. 1 No. 2Mey 2012
Unesa Journal ofEducationalChemistry
4 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain
Vol 2 No 2,May 2013
Unesa Journal ofChemistry
5 Pengembangan mediapermainan 7 icon chemistrypada materi pokok ikatan kimiauntuk meningkatkan hasilbelajar siswa kelas x sma(development of media 7 iconchemistry games for chemicalbonding to improve studentlearning outcomes x seniorhigh school)
Volume 2 No. 32013
Unesa Journal ofEducationalChemistry
6 Pengaruh massa gliserolterhadap titik leleh plastikbiodegradable dari pati ubikayu
Vol 2 No 2,Januari 2013
Unesa Journal ofEducationalChemistry
140
7 Preparation and properties afpapain immobilized onto metalion cross-linked chitosan beads
October-Decembervolume 4 issue 4page no.121)2014
Research JournalofPharmaceutical,Biological andchemicalsciences,
8 Pengaruh penambahan ionlogam K+ terhadap aktivitasenzim papain
Vol 2 No 2,May 2013
Unesa Journal ofChemistry
9 The Effect of temperature angpH on sweet potato starchresidue fermentation toproduce Biohydrogen throughDark Fermentation using yeast
2013 Unesa Journal ofChemistry
10 Pengaruh konsentrasi onggokindustri tapioka dan urea padaproduksi biohidrogen melaluifermentasi gelap
2013 Unesa Journal ofChemistry
11 Pengaruh waktu fermentasi dankonsentrasi bibit kefir terhadapmutu kefir susu sapi
2013 Unesa Journal ofChemistry
12 Pengembangan instrumentpenilaian kinerja siswa untukmengases ketrampilan prosesdalam praktikum senyawa polardan non polar kelas X SMA
Volume 3 no 3tahun 2014
Unesa Journal ofEducationalChemistry
13 Pengembangan E-Bookberorientasi Mind Mappingpada materi pokokHidrokarbon untuk SMA kelasXI
Volume 3 no 3tahun 2014
Unesa Journal ofEducationalChemistry
Belajar Biologi Melalui ModelPembelajaran Kooperatif TipeMake A Match dan The powerof two Pada Konsep SistemEkskresi Siswa Kelas XI IPASMAN I SunnguminasaMakasar
Vol. 4, No. 1Nov 2014
Jurnal PenelitianPendidikan Sains
Pengembangan PerangkatPembelajaran SainsBerorientasi Guided DiscoveryUntuk MengajarkanKemampuan Berpikir Kreatif
Vol. 4, No. 1Nov 2014
Jurnal PenelitianPendidikan Sains
141
dan Penguasaan Konsep
J. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral Pada Pertemuan/ Seminar
Ilmiah Dalam 5 Tahun Terakhir
NoNama PertemuanIlmiah/Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu danTempat
1 Internationalworkshop on“EnvironmentalPollution,Standards AndCountermeasure InAsian Countries”
Waste Management And It’sProblems In Indonesia: TheFacts And Strategies.
EcotopiaScienceInstitute,NagoyaUniversity,Japan, 2010
2 Seminar NasionalKimia 2014
Pengembangan PerangkatPembelajaran BerkarakterBerbasis inkuiri untukmeningkatkan Hasil Belajarsiswa SMP
20 September2014
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan Proposal Penelitian Kebijakan.
Surabaya, Mei 2016
Pengusul
(Prof.Dr.Rudiana Agustini. MPd.)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
142
1. Nama : Prof. Dr. H. Muslimin Ibrahim, M.Pd.2. Pangkat/Gol/NIP : Pembina Utama/IVE/1951040119741210023. Jabatan Fungsional : Guru Besar4. Jabatan : a. Ketua Pusat Pengembangan Pendidikan Dasar danMenengah – LPPM Universitas Negeri Surabayab. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa Surabayac. Tim Pendukung Pengembangan Kurikulum Unesa(IDB Prohject)5. Alamat :a. Rumah : Jl. Tenggilis Utara 7/11 Surabaya, 60292E-mail : [email protected]@unesa.ac.idNomor Telpon Rumah: 031-8418571, 031-8411448,Mobile: 0818334811b. Kantor : Kampus Unesa Ketintang SurabayaNomor Telpon/Fax : 031-82934846. Riwayat Pendidikan dan Pelatihan:
No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/Jurusan1. Sekolah Dasar Negeri KeratoSumbawabesar, 1964 -
143
No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanNTB2. Sekolah MenengahPertama Negeri Sumbawabesar,NTB 19673. Sekolah Menengah AtasNegeri Sumbawabesar,NTB 1970 IPA4. Sarjana Muda IKIP Malang 1973 PendidikanIlmu Hayat5. Sarjana IKIP Surabaya 1978 PendidikanBiologi6. Pascasarjana IKIP Malang 1985 KependidikanBiologi7. Doktor UniversitasAirlangga Surabaya 1994 Mikrobiologi/MIPA8. Short Course on
Assessment andEducational System
Curtin University ofTechnologyAustralia, PerthWestern AutraliaPebruari –March 2010dan 2012
9. Immersion Program forBAN-PT Assessor onEvaluation andAccreditation for HigherEducation
NIAD-UE Tokyo-Japan Sept –October201010. Sit in on Curriculum
DevelopmentPrince SongklahUniversity (PSU)Pattani, Thailand 2012 Pattani,Thailand
11. Pelatihan ISO 9001:2008 pendampinganISO PPs Unesa PPs Unesa 2014 Surabaya,Indonesia12 Pelatihan ReviewInternal Penelitian Multi Lembaga Penelitian 12 April Surabaya,
144
No Jenis Pendidikan Tempat TamatTahun Program/JurusanTahun ProgramDesentralisasi danSentralisasi Tahun 2012 Unesa 2012 Indonesia13 Pelatihan AMI (Auditor
Mutu Internal) ISO9001:2008 dan 2011; diPPs UnesaPT. First ConsultingIndonesia – PPsUnesa 3 Maret2015 SurabayaIndonesia
7. Pengalaman Mengajar
No. Mata Kuliah Tempat1. Mikrobiologi Dasar S-1 Pend.Biologi Unesa2. Mikrobiologi Terapan S-1 Pend.Biologi UnesaS-1 Pendidikan Sains Unesa3. Mata Kuliah Proses Belajar Mengajar I, II,dan III S-1 Pend.Biologi Unesa4. Metode Penelitian Pendidikan Biologi S-2 Pendidikan Sains UnesaS-1 Pendidikan Biologi UnesaS-1 Pendidikan Biologi UNMUHS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar UnesaS-3 Pendidikan Sains Unesa5. Biologi Umum S-2 Pendidikan Sains UNESA6. Biologi II (Mikrobiologi Lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA
145
No. Mata Kuliah Tempat7. Biologi IV (Genetika lanjut) S-2 Pendidikan Sains UNESA8. Pengembangan Instrumen Hasil Belajar S-2 Ilmu Agama Islam UniversitasMuhammadiyah SurabayaS2-Pendidikan Sains Unesa9. Pengembangan Instrumen S3 Pendidikan Sains UNESA10. Teori Belajar lanjut S3 Pendidikan Sains UNESA11. Asesmen hasil Belajar S2 Pendidikan Sains UNESA12. Biometri S1 Pendidikan Biologi UniversitasMuhammadiyah Surabaya13. Mikrobiologi dan Parasitologi S-1 STIKES Mojopahit Mojokerto(Kerjasama dengan FMIPA Unesa)14. Problematika dan Inovasi Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi UnesaS-2 Pendidikan Sains UnesaS-2 Pendidikan Dasar Unesa15 Pembelajaran Inovatif I dan II S-1 Pendidikan Biologi Unesa16. Seminar Pendidikan S-1 Pendidikan Biologi Unesa17. Keanekaragaman Makhluk Hidup S-1 Pendidikan Sains Unesa18. Isu dan Trend Pendidikan Sains S-2 Pendidikan Sains Unesa
146
8. Pengalaman Penelitian dan Pengembangan (5 tahun terakhir)
No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/1. Pengembangan Model PembelajaranInovatif untuk Pemberdayaan Siswa(Model Pemaknaan Fenomena IPA) Balitbang Diknas,Pusat PenelitianKebijakan danInovasiRp 2.5 M
Koordinator2007-2008Ketua IPA2. Penelitian Strategis nasionalPengembangan Perangkatpembelajaran Inovatif melaluiPemaknaan dalam Mapel IPA danBahasa
DIKTIRp 75.000.000 2009 Melibatkanmahasiswapascasarjana3. Pengembangan PerangkatPembelajaran Berbahasa InggrisUntuk Kelas Internasional BiologiFMIPA
DIKTIRp 10.000.000 Mandiri (Ketua)20104. Pemetaan Dan Pengembangan MutuPendidikan Sekolah Menengah AtasDi Kota Surabaya, Kabupaten GresikDan Kabupaten Lamongan
KEMENDIKBUDRp 100.000.000 Anggota20115. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan
DIKTIRp 65.000.000 Ketua2012MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun pertama)6. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar Untuk DIKTI Ketua
147
No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Berperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan
Rp 66.000.000 2013MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun kedua)7. Hibah Pascasarjana PemberdayaanSiswa Sekolah Dasar UntukBerperilaku Positif DanBerkemampuan Berpikir MelaluiPengembangan Perangkat DanDiseminasi PembelajaranBerorientasi Pemaknaan
DIKTIRp 75.000.000 Ketua2014MelibatkanmahasiswaPascasarjana(Tahun ketiga)8. Penelitian Pengembangan GrandDesign Pengembangan PendidikanKota Madiun 2014-2025 Tahun 2013 Pemerintah KotaMadiun dalam Halini DinasPendidikan,Pemuda, danOlahragaRp 235.000.000
Ketua(2014)
9. Penelitian Pengembangan SMA JarakJauh PemerintahProvinsi JawaTimur, 2013Rp 200.000.000Anggota(2014)
10. Penelitian mengenai ImplementasiKurikulum 2013 di 11 Propinsi diJawa Timur PenelitianKebijakanDirektoratJenderalPendidikan Tinggi,DirektoratPembelajaran danKemahasiswaan
Koordinator,2014
148
No. Judul Tahun/SumberDana Sebagai/Rp 398.000.00011. Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar Berbasis
Paedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa
PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 150.000.000
Ketua (2015)
12 Pengembangan Prototipe PaketPengalaman Belajar BerbasisPaedagogical Contextual & AuthenticsTask di FMIPA Unesa (Tahun ke 2)
PenelitianUnggulanPerguruan Tinggi,Research Grantpada projekDevelopment andUpgrading ofSeven Universitiesin Improving theQuality andRelevance ofHigher Educationin IndonesiaRp 130.000.000
Ketua (2016)
10. Publikasi Ilmiah yang diterbitkan tahun 2009 Sampai dengan 2015:Artikel di Jurnal Internasional
149
c. “An Evaluation of the Effectiveness of the Authentics Task on Students’Learning Achievement of Plant Anatomy Concept in Surabaya StateUniversity”. Turkish Science Education Journal, Volume 12 Issue 3, pp 21-303 September 2015. ISSN 1304-6020d. “Supporting student in Learning with Multiple Representation to ImproveStudent’s Mental Model on Atomic Structure Concept”. Science EducationInternational. Archive 2015-2017 Volume 26 Issue 2 Juni 2015.www.icaseonline.net/seiweb/.f. “Mental model if Students on Stoichiometry Concept in Learning by MethodBased on Multiple Representation”. The on line Journal of New Horizon inEducation. Volume 5 Issue 2 April 2015. http://www.tojned.net/volume/php?Volume=5&issue=2
g. “Students mental model of stoichiometry Concept after Learning by Multiplerepresentation Methods”. Turkish Science Education Journal. ISSN 1304-6020. Accepted, 2014
Artikel di dalam Jurnal Nasional
h. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Teoritis Multi Siklus-Deal Untuk melatihKeterampilan Pengambilan Keputusan dan Penguasaan Konsep IPA PebelajarSD. Jurnal Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan. Vol. 09, Nomor 01,April 2012, halaman 1-81, ISSN 1289-6785i. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Berorientasi Model Pemaknaanuntuk Melatih Keterampilan Berpikir pada Siswa SD”. Pendidikan Dasar, JurnalKajian Teori dan Hasil Penelitian Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN 2301-9158
j. “Membangun Sensitivitas Moral, Penguasaan Konsep, dan Kemampuan BerpikirSiswa SD melalui Pembelajaran IPA berorientasi Model Pemaknaan” PendidikanDasar, Jurnal Kajian Teori dan Hasil Penelitian. Volume 1 nomor 1 Juli 2013, ISSN2301-9158
Publikasi dalam Bentuk Buku dan Proceeding Seminarn. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Pembudayaan Nilai (Value) Melalui Pembelajaran IlmuKealaman”. Book Chapter: Asa Untuk Unesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 43-53.o. Ibrahim, Muslimin. (2016). “Berpikir Tingkat Tinggi”. Book Chapter: Asa UntukUnesa, ISBN: 978-979-028-841-6 halaman 32-42.p. Ibrahim, Muslimin. (2014). Peran Pendidikan Sains dalam Implementasi Kurikulum2013. Proceeding Seminar Nasional Universitas PGRI Ronggolawe Tuban, ISBN978-602-719999-0-3
150
q. Ibrahim, Muslimin (2014) Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Edisi Revisi.Surabaya: University Press. ISNB 978-979-028-344-2r. Ibrahim, Muslimin dan Sukartiningsih, Wahyu. (2014). Model Pembelajaran Inovatifmelalui Pemaknaan: Belajar Perilaku Positif dari Alam). Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN 978-979028-661-0s. Ibrahim, Muslimin. (2012). Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Edisi Kedua.Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-497-5t. Ibrahim, Muslimin. (2012). Seri Pembelajaran Inovatif: Konsep, Miskonsepsi, danCara Pembelajarannya. Surabaya: Unesa University Press. ISBN 978-979-028-557-6u. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Integrasi Fenomena IPA dalam Pembelajaran: SebuahAlternatif Pendidikan Komprehensif”. Bunga Rampai Pendidikan Karakter StrategiMendidik Generasi Masa Depan. Surabaya: University Press, ISBN 978-979-028-425-8v. Ibrahim, Muslimin. (2011). “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti dalam Model-model Biologi”. Sang Profesor: Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya:Unesa University Press. ISBN 978-979-028-459-3w. Ibrahim, Muslimin (2011). Buku Kurikulum dan Pembelajaran Biologi, Jakarta:Universitas Terbuka.x. Ibrahim, Muslimin (2009). Mikrobiologi, Konsep dasar dan Aplikasi. Surabaya:Unesa University Press. ISBN: 979-445-150-9y. Ibrahim, Muslimin. (2005). Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa UniversityPress. ISBN: 979-445-020-0z. Ibrahim, Muslimin, Ismono, Fida Rachmadiarti. (2002). Pembelajaran Kooperatif.Surabaya: Unesa University Press
11. Sebagai nara Sumber/ Makalah yang disampaikan pada berbagai kesempatanselama 2010 – 2015 (Pemakalah Utama dan Narasumber atas permintaan)
Tahun 20164. Narasumber pada Pelatihan Pekerti bagi Dosen Universitas Hasyim Asjhari,Jombang, 17 Pebruari 20165. Narasumber pada Pembekalan Mahasiswa Unesa Peserta PPL dengan Topik:Penumbuhan Budi Pekerti, Surabaya, 18 April 20166. Narasumber pada Pembekalan Guru-Guru SMA Kota Kendari: TentangPembelajaran Berbasis Masalah, Kendari 22-23 Mei 2016Tahun 201526. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Kurikulum Politeknik PerkapalanNegeri Surabaya, 15 Januari 201527. Pembicara Utama pada Workshop Penelitian Tindakan Kelas pada Guru-guruyayasan Pendidikan Alhikmah Surabaya, tanggal 7 Pebruari 2015
151
28. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema Peran Biologi danPendidikan Biologi dalam menjawab Tantangan Pendidikan Global, UniversitasMuhammadiyah Malang, 21 Maret 2015.29. Pembicara utama pada Seminar dalam rangka Ulang Tahun ke 25 ProdiPendidikan Fisika Universitas Palangkaraya tanggal 26 Maret 201530. Pembicara Utama pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh UniversitasNegeri Jakarta, dengan Tema High Order Thinking, Jakarta, 11 April 2015.31. Nara sumber pada Workshop: Pemberdayaan Tim Penilaian Program InduksiGuru Pemula, diselenggarakan oleh Direktorat P2TK di Hotel Pangeran Padang,11 Mei 201532. Nara Sumber pada pelatihan Pekerti: Unesa Inovasi Pembelajaran. Surabaya 25-26 Mei 201533. Nara Sumber pada Workshop Pengembangan Bahan Ajar Berkualitas, yangdiselenggarakan oleh Prodi PGSD Universitas Negeri Makassar, Makassar 13 Juni201534. Narasumber dalam Sosialisasi Sertifikasi Dosen di Akademi teknik KeselamatanPenerbangan, Surabaya, tanggal 17 Juni 2015.35. Pembicara Utama Seminar dilaksanakan oleh Konsorsium Pendidikan Indonesiadengan Tema: Pembelajaran Melalui Pemaknaan. Surabaya, 24 Juni 2015.36. Nara sumber pada Workshop Pembelajaran Inovatif di SMP Petra 5 dan 9Surabaya, 13 Juli 201537. Nara sumber pada Penyusunan Borang Akreditasi Program Studi 6 program studidi Universitas Negeri Gorontalo, 13 Agustus 201538. Pembicara Utama pada Seminar Nasional di Universitas Mulawarman Samarinda,Kaltim, dengan tema: Peran Pembelajaran Biologi dalam mempersiapkanGenerasi Cerdas Abad 21., Samarinda, 22 Agustus 201539. Nara sumber pada Workshop Pengembangan LKS terintegrasi Sikap Positipuntuk Kota Bontang dan Padang, dilaksanakan oleh Konsorsium PendidikanIndonesia, Surabaya, 26 Agustus 201540. Pemakalah pada Pertemuan Pimpinan Program Pascasarjana LPTK se Indonesiadi dengan Judul: Modeling Sikap Positip Melalui Pemaknaan Fenomena Ipa SuatuAlternatif Pemberdayaan Siswa, Bandung 2-4 September 201541. Narasumber pada Workshop Pengembangan Instrumen Asesmen Proses danhasil belajar Mahasiswa pada Dosen Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,Surabaya, 10 September 201542. Pemakalah Pada Reviu Kurikulum PT dilaksanakan oleh Belmawa:Pengembangan Kurikulum S1 Pendidikan di Unesa, diselenggarakan olehDirektoral Belmawa, Jakarta 15-17 Oktober 201543. Nara sumber pada Workshop Pengembangan Rencana pembelajaran Semester,Universitas Wachid Hasyim Jombanr, 26 Septewmber 201544. Narasumber pada pelatihan Pekerti Unesa: Kurikulum Berbasis KKNI, Surabaya,2-4 November 201545. Nara sumber pada pelatihan pekerti Unesa: Teori Belajar dan PembelajaranInovatif , Surabaya, 2-4 November 2015.46. Nara sumber pada pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik Isu-Isu Pendidikan tinggi, dan Kurikulum KKNI dan PembelajaranKarakter. Surabaya, 9 November 2015.
152
47. Narasumber pada Pelatihan Pekerti Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,dengan topik: Teori Belajar dan Pembelajaran Inovatif. Surabaya, 10 November201548. Narasumber pada Pelatihan penulisan Artikel Jurnal Ilmiah, di LPPM Unesa, 17November 2015.49. Pembicara pada Pertemuan Guru-guru dan Yayasan Lab School Unesa: Rahasiamenjadi Guru Berhasil, Surabaya, 18 Desember 201550. Narasumber pada pelatikan Pekerti Dosen Stikes Lamongan: Isu PendidikanTinggi dan Kurikulum KKNI, Lamongan, 21 Desember 2015.Tahun 201414. Pemakalah Utama pada Seminar dan Workshop Pendidikan Sains PPs Unesadengan tema: “Inovasi Pendidikan Sains dalam menyongsong Kurikulum 2013”,Tanggal 18 Januari 201415. Pemakalah Utama pada Simposium Regional Sumatera dengan Tema Kurikulum2013 menuju Indonesia Cerdas dan Berkarakter Kuat, tanggal 27 Januari 2014.16. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Implementasi Kurikulum2013” yang diselenggaranakn oleh STKIP PGRI Banjarmasin, Tanggal 10 Mei201417. Pemakalah Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Biologi dengan tema:“Pendidikan dan Sains dalam Mengimplementasikan Kurikulum 2013”, yangdiselenggarakan oleh Universitas Ronggolawe Tuban, tanggal 19 April 2014.Prosiding ISBN: 978-602-71999-0-318. Pembicara Utama pada Workshop dengan Tema: Standar Minimal KurikulumPendidikan Biologi dan Kompetensi Lulusan Berdasarkan KKNI, 17 Mei 201419. Narasumber pada workshop Akreditasi Prodi dalam Meningkatan MutuPerguruan Tinggi Melalui Proses Akreditasi yang Terencana dan berkelanjutan,Pusat Penjaminan Mutu Universitas Muhammadiyah Surabaya, 7 Juni 201420. Narasumber pada Workshop Penyusunan Perangkat Perkuliahan PendidikanGuru MIPA Unggulan Berbasis KKNI FKIP Unmul Samarinda , 13-14 Oktober201421. Narasumber pada Workshop Pengembangan Bahan Pembelajaran danInstrumen Penilaiannya di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, 11 Oktober201422. Tenaga Ahli pada Workshop Telaah Kurikulum Pendidikan Guru MIPA UnggulanUnlam Banjarmasin 24 – 26 Nopember 201423. Pembicara Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains ProgramPascasarjana Universitas Negeri Yogya: Asesmen Autentik pada PembelajaranSains Abad 21. Yogyakarta 1 Nopember 2014.24. Pembicara Utama pada Seminar Pengembangan Kerangka berpikir penelitian diUniversitas trunojoyo Madura, tanggal 12 Nopember 201425. Pembicara Utama pada Seminar Nasional dengan Tema: Sains dan InovasiPembelajaran Berbasis Kearifan Lokal, 22 Nopember 201426. Pembicara Utama pada Forum Lomba Guru dan Tenaga Kependidikan SeluruhIndonesia dengan Judul Pendekatan Saintifik yang diselenggarakan olehDirektorat P2 Tk di Batam tanggal 27 Nopember 2014
153
Tahun 20136. Pemakalh Utama Pada Seminar Nasional “ Pembelajaran Kimia Berbasis karakter”Menyognsong Kurikulum 2013” Jurusan Kimia FMIPA Unesa, tanggal 27 April 2013.7. Pemakalah Utama Pada Seminar Nasional “Peningkatan Kreativitas bangsa MelaluiMIPA dan Pembelajaran MIPA yang diselenggarakan oleh FKIP Univeristas NegeriJember tanggal 31 Maret 2013.8. Narasumber pada Workshop Nasional Pendidikan Kimia Unesa, tanggal 22 April20139. Pemakalah Utama pada Seminar Nasipnal Pendidikan Biologi dengan tema The 21stskill pada Pendidikan Biologi dalam Persepektif Kurikulum 2013, diselenggarakanoleh Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah, tanggal 30 Juni201310. Sebagai Tanaga Ahli pada kegiatan Workshop KKNI pada Program Pendidikan GuruMIPA Unggulan Universitas Lambung Mangkurat, 24-26 Nopember 2013Tahun 20121. Pembelajaran Inovatif di Sekolah Dasar, Pembicara pada workshop pembelajaranInovatif Surabaya Gedung Millenium 7 Januari 20122. Pemateri pada Pelatihan Asesor Akreditasi Internal yang diselenggarakan oleh PusatPenjaminan Mutu Unesa, tanggal 22- 23 Mei 2012.3. Pembicara pada Seminar Internasional Sangguru tanggal 8 September 2012 di Unesa4. Pembica Utama pada Seminar Nasional Pendidikan Sains di Program PascasarjanaUNS Surakarta tanggal 3 Nopember 2012.5. Nara sumber pada Seminar Pengembangan Kurikulum Jurusan Pendidikan MIPAyang Mengacu pada KKNI, FKIP Ummul Samarinda, 17 dan 18 Desember 2012Tahun 201110. Media pembelajaran Phet, untuk Guru-Guru di Surabaya, Pelaksana Yayasan Tunasbangsa11. Pengembangan Rencana pelaksanaan Pembelajaran, Untuk Guru-guru di Surabaya,Pelaksana Yayasan Tunas bangsa12. Pendidikan Karakter untuk Guru-guru dan dosen dalam seminar di IAIN SUnanAmpel Surabaya, 18 Mei 2011.13. Pengembangan Perangkat Pembelajaran, Unsuri Ponorogo tanggal 19 Maret, 17April, dan 8 Mei 2011.14. Pemakalah pada Review Pengembangan Kewirausahaan dan Teaching Factory, 19-20 Pebruari 2011. Di Cerme Gresik15. Pendidikan Karakter, IAIN Sunan Ampel Surabaya Juli 2011.16. Pendidikan Karakter, Pembicara Utama Pada seminar Nasional Biologi danWorkshop 2011, 23 Juli 2011
154
17. Pemakalah Utama pada seminar Nasional Integrasi Pendidikan Karakter dalampembelajaran sains untuk meningkatkan profesionalisme guru., Surabaya, 10Desember 201118. Narasumber pada Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar teknik Intruksional(Pekerti) dan Applied Approach (AA) yang diselenggarakan oleh UPT-P4 Unesatanggal 2 Nopember sd. 29 Desember 2011Tahun 20108. Sebagai pemakalah Pada Seminar Nasional Tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Diselenggarakan oleh Majalah Ilmiah Guru Dwijakarya JawaTimur, Jombang 31 Januari 2010.9. Sebagai pemakalah tentang Pembelajaran Inovatif dan Asesmennya,diselenggarakan dalam rangka pembentukkan sekolah kawasan, Surabaya, 4Pebruari 2010.10. Sebagai pemakalah pada Diklat: Pengembangan Softskill, dilaksanakan oleh IKAUnesa, lamongan, 7 Pebruari 201011. Sebagai Pemakalah pada Diklat nasional tentang Pengembangan MediaPembelajaran, Dilaksanakan oleh Yayasan Beasiswa Tunas bangsa, Mojokerto, 8pebruari 2010.12. Pemakalah pada Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh PGRI Wilayah JawaTimur tentang: Pendidikan Karakter, Surabaya, 14 Pebruari 2010.13. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Mojokerto, 21 Pebruari 2010.14. Pemakalah pada Diklat Nasional Pembelajaran Berbasis Inkuiri, dilaksanakanoleh Yayasan Beasiswa Tunas Bangsa, Probolinggo, 21 Maret 2010.C. Memberi Kuliah Semester Genap 2014-201511. Landasan Kependidikan (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan12. Pembelajaran Inovatif II (3 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi Angkatan 2013:Kelas A, Kelas B, dan Kelas Unggulan13. Mikrobiologi Dasar (3/1 sks) 3 kelas, S1 Pendidikan Biologi 2013: Kelas A, KelasB, dan Kelas Unggulan.14. Seminar Pendidikan Biologi (2 sks) 3 kelas S1 Pendidikan Biologi 2012: Kelas A,Kelas B, dan kelas Inter15. Teori Belajar (2 sks) 6 kelas S1 Pendidikan Biologi 2013 dan 2014: Kelas A,Kelas B, dan Kelas Unggulan.16. Keanekaragaman Makhluk Hidup (3 sks) 2 kelas S1 Pendidikan Sains: Kelas Adan Kelas B.17. Isu dan Trend Pendidikan Sains (2 sks) 3 kelas S2 Pendidikan Sains18. Asesmen dan Evaluasi Hasil Belajar (2 kelas) S2 Pendidikan Sains19. Pengembangan Pembelajaran IPA SD (2 sks) S2 Pendidikan Dasar20. Pengembangan Instrumen (2 sks) 1 kelas S3 Pendidikan SainsD. Pengabdian kepada masyarakat:14. Desk Evaluation BAN-PT, di Jakarta 29 April sd. 1 Mei di Jakarta.
155
15. Visitasi ke STKIP Singkawang 201016. Visitasi BAN PT ke STKIP Sera lahat 13 sd 15 Mei 201117. Visitasi BAN PT ke UNJ Jakarta 19 sd 21 Mei 201118. Verifikasi kemiripan Isian Deskripsi Diri DYS, 10-11 Nopember 2011 HotelBintang Griya Wisata Jakarta.19. Visitasi BAN PT Keprogram Studi Pendidikan Biologi Universitas NegeriMakassar, 28-30 Juli 2011.20. Visitasi BAN PT ke STKIP Primagalatung Sengkang Sulawesi Selatan, 6 sd. 9Oktober 201121. Visitasi BAN PT ke IAIN Ambon, Maluku 13 sd. 16 Oktober 201122. Visitasi BAN PT keSTKIP Nias Selatan di Kepulauan Nias 18-20 Nopember 201123. Visitasi BAN PT ke STKIP Muhammadiyah Manokwari Papua Barat, 6 – 8 Oktober201124. Visitasi BAN PT ke Program PPG Universitas Negeri Makassar, 15-17 Desember201125. Visitasi BAN PT k eke program PPG UNP Padang, 22 -24 Desember 201126. Pelatihan Penyusunan LKS Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru-guru SMAKemala Bhayangkari 1 Surabaya, tanggal 13 September 2014C. Pengalaman sebagai Reviewer
Mitra bestari, beberapa jurnal penelitian a.l. Jurnal Pendidikan Biologi UMMalang, Penulis dan Reviewer Buku Pelajaran Untuk Kelas Internasional SMP atas biayaDepdiknas Pendamping Penulisan Buku Oleh Dr. Hadi Suwono, MS., dibiayai Dikti. Reviewer untuk Materi pelatihan Guru Profesional yang dikembangkan OlehLembaga Kualita Pendidikan Indonesia Reviewer dan konsultan penulisan LKS oleh Kualita Pendidikan Indonesiabernuansa karakter kerjasama dengan Pemkot Padang Sumatera Barat Mereview buku yang ditulis oleh beberapa penulis seperti: Hansan Subekti, DR.Mohammad Thamrin Hidayat, Prof. Endang Sunsanti
D. Pembimbing
14. Membimbing Tesis Mahasiswa S2 Pendidikan Sains dan Pendidikan Dasar UniversitasNegeri Surabaya (15 orang) sedang berjalan.15. Membimbing Skripsi Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Unesa (3 orang) sedangberjalan.
156
16. Membimbing Disertasi 15 Mahasiswa S3 Pendidikan Sains Unesa sebagai promotordan 13 orang mahasiswa sebagai ko-promotor, sedang berjalanD. Jabatan Sekaranga. Ketua Gugus Penjaminan Mutu PPs Unesa dan Master of Refresentative ISO9001: 2008 di PPs Unesab. Ketua Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sumber Belajar LP3M Unesac. Anggota Tim Pengembangan Kurikulum pada Proyek 7 in 1 Universitas NegeriSurabaya, 2014 sd. sekarangd. Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) 2003/2004 sd.Sekarang.e. Sekretaris Panitia Pelaksana Sertifikasi Dosen PTP 1039 Unesaf. Anggota Tim Ahli Sertifikasi Guru Rayon 114 Unesah. Anggota Tim Penilaian Angka Kredit Dosen FMIPA Unesai. Anggota Tim Penilai Angka Kredit Dosen FMIPA- Unesaj. Anggota Senat Unesak. Anggota Komisi Guru Besar Senat Unesal. Anggota Senat FMIPSA UnesaE. Tanda Penghargaana. Penghargaan sebagai Peneliti Berprestasi Tahun 2014, tanggal 19 Desember 2015b. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 40 Tahun sebagai Pendidik Tahun 2014c. Piagam Penghargaan Dharma Pengabdian 35 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2009d. Piagam Penghargaan Dharma pengabdian 30 Tahun sebagai Pendidikan Tahun 2004
Surabaya, 12 Januari 2016
157
Prof. DR. Muslimin Ibrahim, M.Pd.NIP 195104011974121002
SURAT PERNYATAAN KETUA PENELITI/PELAKSANA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dr. Erman, M.Pd.
NIDN : 0005067105
Pangkat/Golongan : Pembina utama muda/IVc
Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
Dengan ini menyatakan bahwa proposal penelitian saya dengan judul:
”Sinergi pembelajaran IPA terpadu, konteks sosial, dan inkuiri dalam pembelajaranIPA untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP”
Yang diusulkan dalam skim penelitian Hibah Bersaing untuk tahun anggaran 2016bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga/sumber dana lain.
Bilaman di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, makasaya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku danmengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.
158
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.
Surabaya, 18 Mei 2016
Mengetahui, Yang menyatakan,
Ketua LPPM,
Prof. Dr. I Wayan Susila, M.T. Dr. Erman, M.Pd.
NIP. 195312151980021001 NIP.
197106051999031002
159
160
161
162
163
164
165