lesi prekanker kulit

Upload: megan-williams

Post on 14-Oct-2015

68 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LESI PREKANKER KULITPutri Ayu Helni Lestari, SKedDepartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFK Unsri/ RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang2014

PENDAHULUANLesi prekanker kulit merupakan tumor dengan kecenderungan berkembang menjadi kanker. Diagnosis awal lesi prekanker kulit dapat membantu pecegahan terjadinya kanker kulit. Berdasarkan klasifikasi William Dubreuilh, lesi prekanker kulit terbagi atas cutaneous horn, keratosis solar, xeroderma pigmentosum, keratosis pada pekerja yang kontak dengan bitumen dan parafin, keratosis arsenik, leukokeratosis membran mukosa, penyakit Darier, penyakit Bowen, penyakit Paget, dan lentigo maligna. Namun, saat ini, lesi prekanker kulit yang berasal dari keratinosit terbagi atas keratosis aktinik, keratosis arsenik, keratosis termal, keratosis hidrokarbon, keratosis akibat radiasi kronik, keratosis reaktif, keratosis PUVA, keratosis virus (papulosis Bowenoid dan epidermodisplasia verusiformis), penyakit Bowen, eritroplasia Queyrat, leukoplakia, dan eritroplakia.1 Gambaran klinis lesi prekanker umumnya bervariasi antara lain ditemukan tanda-tanda keratosis, ulserasi, papul, dan nodul. Secara histopatologi ditemukan perubahan yang menyimpang dari polarisasi sel normal, nuklear pleomorfisme, peningkatan mitosis, gambaran mitosis abnormal, dan kelainan diferensiasi.1

LESI PREKANKER KULIT1. Keratosis AktinikKeratosis aktinik merupakan kelainan kulit yang ditandai lesi hiperkeratotik akibat perubahan sel epidermis. Neoplasma ini dapat berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Penyakit ini diduga berhubungan dengan efek kumulatif sinar matahari. Displasia kulit ini terjadi akibat terpajan sinar matahari kronis dan berkaitan dengan penimbunan keratin berlebihan.2,3Umumnya, keratosis aktinik terjadi pada usia di atas 50 tahun baik wanita maupun pria. Lesi prekanker kulit ini juga dipengaruhi faktor genetik. Lesi ini lebih banyak terjadi di daerah kepala, wajah, leher, punggung tangan, lengan, dan permukaan tubuh yang terpajan sinar matahari.2,4Pada penyakit ini akan timbul makula atau plak hitam kecoklatan berdiameter kurang dari 1 cm dan berbentuk bulat atau ireguler dengan permukaan kasar. Sebagian lesi juga menghasilkan banyak keratin.2,5

Gambar 1. Keratosis Aktinik6A. Keratosis aktinik dan SCC invasif. B. Cutaneous horn: keratosis aktinik

2. Keratosis TermalKeratosis termal merupakan lesi keratosis yang terdapat pada kulit akibat paparan radiasi inframerah. Lesi ini berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa. Paparan radiasi inframerah dalam waktu lama dapat menimbulkan gambaran klinis berupa lesi kemerahan sampai kecoklatan, terfiksasi, tebal, dan patch retikulasi. Gambaran lesi ini disebut juga erythema ab igne.7 Gambaran histopatologi lesi ini menyerupai keratosis aktinik. Biopsi pada keratosis termal dilakukan pada papul hiperkeratotik atau plak yang lama-kelamaan berkembang menjadi patch erythema ab igne. Hal ini berguna sebagai konfirmasi diagnosis dan progresivitas menjadi karsinoma sel skuamosa.7

3. Keratosis ArsenikKeratosis arsenik merupakan lesi prekanker kulit yang berhubungan dengan arsenism kronik. Lesi ini berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa invasif dan penyakit Bowen insitu. Pekerja di pertambangan, pertanian, kehutanan, dan industri berisiko tinggi terpapar arsenik dan menderita keratosis arsenik.5,7 Arsenik terdapat pada senyawa organik maupun anorganik seperti pada tiga potensial oksidatif yaitu metaloid, trivalent, dan tetravalent. Arsenik trivalent merupakan bentuk paling umum dan berbahaya. Toksisitas senyawa tersebut bergantung pada jaringan target, metabolisme, dan eliminasinya. 5,7 Lesi diawali dengan munculnya papul pinpoint yang lebih mudah diraba dan kemudian membesar dengan ukuran 2-10 mm dan berwarna kuning. Umumnya, papul tersebut berlokasi di telapak tangan dan kaki akibat tekanan dan trauma berulang. Keratosis arsenik juga dapat berupa papul eritem, berskuama, dan plak pigmentasi. Periode laten berkembangnya penyakit ini sekitar 9-30 tahun. 5,7

Gambar 2. Keratosis Arsenik6A. Keratosis arsenik di telapak tangan. B. Keratosis arsenik di punggung

4. Keratosis HidrokarbonKeratosis hidrokarbon merupakan lesi prekanker yang terjadi pada individu dengan jenis pekerjaan yang berisiko terpapar hidrokarbon aromatik polisiklik (PAHs). Zat PAHs tersebut dihasilkan dari pembakaran dan penyulingan yang tidak sempurna dari batubara dan gas alam. Zat ini dapat pula ditemukan pada tar, bahan bakar minyak, minyak pelumas, dan aspal.7Manifestasi klinis lesi ini dapat berupa papul, bulat sampai oval, berwarna keabuan, dan mudah dihilangkan tanpa sisa perdarahan. Papul tersebut dapat membesar membentuk verukosa hingga pada akhirnya berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa invasif. Lesi ini paling banyak ditemukan di daerah wajah, bibir atas, lengan bawah, punggung kaki, tungkai bawah, dan genitalia seperti vulva dan skrotum.7Secara histopatologi, gambaran keratosis hidrokarbon serupa dengan keratosis aktinik dan arsenik. Pada keadaan awal, sulit membedakan perubahan epidermis antara yang jinak dan ganas.7 5. Keratosis Akibat Radiasi KronikKeratosis akibat radiasi kronik merupakan lesi prekanker yang disebabkan oleh paparan radiasi ion selama bertahun-tahun. Periode laten dari waktu paparan hingga berkembang menjadi keratosis akibat radiasi kronik tergolong lama. Beberapa penelitian melaporkan bahwa periode tersebut dapat mencapai 56 tahun.7Kelompok individu yang berisiko menderita penyakit ini yaitu individu yang terpapar sinar-X dan bekerja pada lingkungan radiasi. Bagian tubuh yang terpapar sangat rentan mengalami keratosis, misalnya telapak tangan, telapak kaki, dan permukaan mukosa.7Keratosis akibat radiasi kronik memiliki gambaran berupa papul hiperkeratotik atau plak. Lesi prekanker ini dapat berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa invasif. Keganasan tersebut dapat berkembang menjadi multipel dan rekuren dengan penyembuhan buruk.7 Pada gambaran histopatologi akan tampak diskeratosis keratinosit dengan inti hiperkromatik dan mitosis abnormal. Selain itu, terdapat pula hialinisasi kolagen, penebalan dan oklusi pembuluh darah, atipia sel endotelial, dan destruksi unit pilosebasea.7

Gambar 3. Keratosis Akibat Radiasi Kronik6

6. Keratosis VirusKeratosis virus dikenal juga dengan kutil, dan disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV). Umumnya, ada dua jenis keratosis viral yang berpotensi menjadi keganasan yaitu papulosis Bowenoid dan epidermodisplasi verusiformis.7

a. Papulosis BowenoidPapulosis Bowenoid merupakan lesi prekanker kulit berupa papul dan plak verukosa pigmentasi dengan gambaran histopatologi serupa dengan karsinoma sel skuamosa insitu. Penyakit ini disebabkan oleh HPV subtipe 16, 18, 31, 35, 39, 42, 48, 51, dan 54.7Lesi ini berwarna pink, coklat kemerahan, atau ungu. Secara histopatologi tampak hiperplasia epidermis dengan atipia, kelainan maturasi, dan keratinosit diskeratotik.7

Gambar 4. Papulosis Bowenoid6

b. Epidermodisplasia VerusiformisPenyakit ini merupakan kelainan genetik autosomal resesif yang bermanifestasi pada anak dengan kutil menyerupai papul dan plak, datar, dan konfluen. Lesi prekanker ini dapat disebabkan oleh infeksi HPV subtipe 5 dan 8. Lokus yang berperan terhadap epidermodisplasia verusiformis terletak pada kromosom 17q25 dan mutasi pada dua gen dari regio yang sama (EVER 1 dan 2) telah diidenifikasi berhubungan dengan epidermodisplasi verusiformis.7 Gambaran lesi pada epidermodisplasia verusiformis yaitu sejumlah papul dan plak tipis, berwarna merah muda, dan datar menyerupai veruka plana, serta konfluen, bersisik, dan berupa makula eritematosa atau hipopigmentasi mirip tinea versikolor.7

Gambar 5. Epidermodisplasia Verusiformis6

7. Penyakit BowenPenyakit Bowen merupakan karsinoma sel gepeng intraepidermal yang mengenai kulit dan mukosa mulut. Penyakit Bowen berpotensi berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa. Penyebab pasti penyakit Bowen belum diketahui secara jelas. Akan tetapi, pajanan radiasi ultraviolet, arsenism kronik, imunosupresif, pajanan radiasi ion, dan infeksi Human Papiloma Virus diduga berperan sebagai penyebab penyakit ini.7Umumnya, penyakit Bowen terjadi pada usia 30-60 tahun. Tidak ada perbedaan insidensi baik pada pria maupun wanita meskipun pada beberapa literatur melaporkan bahwa kejadian pada wanita lebih tinggi.7Predileksi lesi prekanker ini banyak terjadi pada jari-jari, badan, tungkai, dan mukosa seperti mukosa vulva, vagina, cavum nasi, laring, dan anogenital. Gambaran klinis penyakit ini dapat berupa eritem dengan batas tegas, iregulerm lentikuler sampai plakat, nodul lentikuler dengan skuama atau krusta, menyerupai plak psoriasis. Terkadang dapat pula terlihat permukaan hiperkeratotik dan verukosa.7

Gambar 6. Penyakit Bowen6A. Lesi psoriasiform dengan skuama, hiperkeratotik, dan krusta hemoragik pada permukaan. B. Lesi penyakit Bowen berupa plak lebar pada kaki.

8. Eritroplasia (Queyrat)Eritroplasia merupakan squamous cell carcinoma in situ yang mengenai permukaan mukosa dari penis pria yang tidak disirkumsisi. Sekitar 10% kasus berkembang menjadi karsinoma sel skuamosa invasif. 7Faktor risiko terjadinya lesi prekanker ini berupa higienitas buruk, penumpukan smegma, suhu panas, gesekan, trauma, dan infeksi Human Papiloma Virus khususnya subtipe 8 dan 16. Pria yang tidak melakukan sirkumsisi dengan rentang usia 20-80 tahun juga berisiko mengalami eritroplasia Queyrat dengan insidensi tertinggi terjadi pada dekade ketiga dan keenam. 7

Gambar 7. Eritroplasia (Queyrat)6

9. LeukoplakiaLeukoplakia merupakan terminologi klinis yang menunjukkan predominan lesi putih pada mukosa mulut yang tidak diangkat dari mukosa mulut saat dilakukan pengusapan. Lesi prekanker ini paling sering terjadi di mukosa oral dan berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa.7 Ada dua faktor utama yang berhubungan dengan leukoplakia yaitu penggunaan tembakau dan kandidiasis. Oleh sebab itu, penegakan diagnosis awal leukoplakia yakni dengan mengobati terlebih dahulu kemungkinan infeksi candida dan menganjurkan untuk menghindari penggunaan produk yang berasal dari tembakau. Apabila lesi tersebut hilang, maka dapat disimpulkan bahwa lesi tersebut bukan leukoplakia sebenarnya. Adapun faktor risiko lainnya yaitu konsumsi alkohol, riwayat infeksi Human Papiloma Virus, dan riwayat karsinoma sel skuamosa oral.7

Gambar 7. Leukoplakia oral8

KESIMPULANLesi prekanker kulit merupakan tumor dengan kecenderungan berkembang menjadi kanker (ganas). Lesi prekanker kulit yang berasal dari keratinosit terbagi atas keratosis aktinik, keratosis termal, keratosis arsenik, keratosis hidrokarbon, keratosis akibat radiasi kronik, keratosis virus (papulosis Bowenoid dan epidermodisplasia verusiformis), penyakit Bowen, eritroplasia Queyrat, dan leukoplakia. Lesi prekanker tersebut memiliki etiologi dan gambran klinis yang berbeda. Keratosis aktinik disebabkan oleh pajanan kumulatif sinar matahari, keratosis arsenik akibat pajanan arsenik kronik, keratosis termal akibat paparan radiasi inframerah, keratosis hidrokarbon akibat paparan hidrokarbon aromatik polisiklik, keratosis radiasi kronik akibat paparan radiasi ion bertahun, keratosis viral disebabkan oleh Human Papilloma Virus, dan penyakit Bowen, eritroplasia Queyrat, dan leukoplakia belum diketahui penyebab pastinya. Leukoplakia dan eritroplakia merupakan lesi prakanker pada mukosa mulut yang paling umum terjadi. Lesi prekanker tersebut sama-sama berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Meibodi NT, Nahidi Y, Javidi Z, Taheri AR, Afzalaghaee M, Jahanfakhr S. A clinicopathologic study of precancerous skin lesions. Iranian Journal of Dermatology. 2012; 15(3):89-94.2. Siregar RS. Penyakit prakeganasan dan keganasan kulit. Dalam: Hartanto H (editor). Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed 2. Jakarta: EGC; 2004. hal. 281-98.3. Stawiski MA, Price SA. Tumor kulit. Dalam: Price, Wilson (editor). Patofisiologi: konsep klinis dan perjalanan penyakit. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2005. hal. 1459-1463.4. Murphy GF. Kulit. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbin SL. Buku ajar patologi Robbin. Ed 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2007. hal. 892-894.5. James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews disease of the skin, clinical dermatology. 10th ed. Philadelphia: WB Saunders Co; 2006. p. 640-645.6. Duncan KO, Geisse JK, Leffell DJ. Epidermal and appendageal tumors. Dalam: Freedeberg IM, et al (editor). Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. Vol 2. New York: McGraw Hill Book Co; 2008. p. 1007-1027.7. Fitzpatrick TB, Johnson RA, Klaus W, Suurmond D. Colour atlas and synopsis of clinical dermatology. 6th ed. New York: McGraw-Companies; 2009. p. 274-299.8. American Academy of Oral and Maxillofacial Pathology. Oral Leukoplakia. 9. Duncan KO, Geisse JK, Leffell DJ. Epidermal and appendageal tumors. Dalam: Freedeberg IM, et al (editor). Fitzpatricks dermatology in general medicine. 8th ed. Vol 2. New York: McGraw Hill Book Co; 2012. p.1261-1283.

DISKUSI

Bagaimana prognosis lesi prekanker kulit? Apakah lesi tersebut dapat menjadi kanker?Berdasarkan terminologi, lesi prekanker kulit merupakan tumor dengan kecenderungan berkembang menjadi kanker. Pada umumnya, lesi prekanker ini berpotensi menjadi karsinoma sel skuamosa. Akan tetapi, periode untuk terjadi kanker tergantung pada lama paparan etiologi masing-masing lesi prekanker kulit tersebut. Semakin sering seorang individu terpapar zat yang dapat menyebabkan lesi prekanker kulit, maka periode berkembangnya penyakit menjadi karsinoma sel skuamosa akan meningkat. Pada keratosis aktinik, progresi menjadi karsinoma sel skuamosa tergantung pada lama individu mengalami keratosis aktinik dan luas membran basal yang mengalami keratosis aktinik.9 Keratosis arsenik cenderung menetap sampai beberapa tahun dan progresivitasnya menjadi karsinoma sel skuamosa masih relatif jarang. Namun, jika terjadi karsinoma sel skuamosa invasif yang berasal dari keratosis arsenik akan mejadi lebih agresif dan mengalami metastasis.9 Progresivitas keratosis hidrokarbon menjadi karsinoma sel skuamosa masih belum diketahui. Namun, periode laten antara paparan hidrokarbon aromatik polisiklik menjadi keratosis hidrokarbon atau karsinoma sel skuamosa sekitar 2,5 sampai 45 tahun.9 Risiko keganasan yang berasal dari papulosis Bowenoid berkisar antara 1-2,6%.9 Sekitar 90% epidermodisplasia verusiformis dapat menjadi karsinoma sel skuamosa dihubungkan dengan infeksi HPV subtipe 5 dan 8.9 Penyakit Bowen dapat menjadi karsinoma sel skuamosa hanya pada 3-5%.9 Leukoplakia oral dapat menjadi karsinoma sel skuamosa oral pada 0-20% kasus. Adapun faktor risiko signifikan yang dapat mempercepat terjadinya karsinoma yaitu adanya displasia epitel sedangkan faktor risiko lain meliputi jenis kelamin perempuan, lama individu mengalami leukoplakia oral, tidak merokok, lokasi leukoplakia di dasar mulut atau lidah, ukuran >200 mm3, dan tipe nonhomogen.9 Progresivitas keratosis termal, keratosis akibat radiasi kronik, dan eritroplasia menjadi karsinoma sel skuamosa masih belum diketahui.9

1

10