leisure aset fasilitasphe.pertamina.com/upload/file/91408d18-907e-49d4... · hole facility seperti...
TRANSCRIPT
Energizing Asia
Edisi April - Juni 2019PERTAMINA HULU ENERGI
COVER STORYMenjaga Keandalan Fasilitas Produksih. 6
INOVASIXD World, Karya Anak Milenial PHE yang Bakal Mendunia h. 36
LEISUREBakar Tongkang; Tradisi Tionghoa di Negeri Seribu Kubah h. 54
MEMBENAHI ASET FASILITAS
phe.pertamina.com
VP Relations
Menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia.
Melaksanakan pengelolaan operasi dan portofolio usaha sektor minyak dan gas bumi secara profesional dan berdaya laba tinggi yang memberikan nilai tambah bagi stakeholders.
VISI
MISI
VISI & MISI PHE
BANGKITKANENERGI NEGERI
PENGARAH Ifki Sukarya PEMIMPIN REDAKSI Yudy Nugraha WAKIL PEMIMPIN REDAKSI Widya Gustiani REDAKTUR PELAKSANA Ardianti KOORDINATOR LIPUTAN Putri Sutriany, Novian Kusmana TIM REDAKSI Widya Gustiani, Ardianti, Aditya Julianto LAYOUTER & ILLUSTRATOR Syaiful A. FOTOGRAFER Novian Kusmana, Tatan Agus RST SIRKULASI Maya Dwi Kurniasari, Marsela Wajong KONTRIBUTOR Ekhsan Nulhakim, Hanna Prabandari, Kurniawan Adi Cahyono, Aditya Julianto, Asep Abiyoga, Iman Teguh, Agung Tri Mulyono, Annisa Ratri Utami, Mira Tyas Annisa, Asep Prasetya, Ika Sulviany Rachman
ALAMAT REDAKSI PT Pertamina Hulu Energi, PHE Tower Lantai 11Jl. TB Simatupang Kav.99, Jakarta Selatan 12520Telp. (+62) 21 2954 7056 / 7337Email: [email protected]
Target produksi moderat dicanangkan manajemen
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tahun ini. Dari
realisasi 206 BOEPD pada 2018, tahun ini PHE
mematok proyeksi produksi 218 BOEPD atau naik
6%. Estimasi pencapaian produksi 2019 berasal dari
15 anak usaha produksi sekaligus menjadi operator
blok migas dan enam anak usha non-operator.
Laporan utama Energia PHE kuartal II 2019 akan
mengulasi soal peran keandalan fasilitas produksi
yang akan memengaruhi pencapaian target produk-
si. Usia fasilitas yang sudah tua menjadi tantangan
mengejar target perusahaan.
Dari Redaksi
Artikel lain yang menarik pada terbitan kali ini adalah
perayaan ulang tahun ke-12 PHE. Puncak acara
ulang tahun dilaksanakan di ICE BSD, Tangerang,
pada Minggu (30 Juni) yang diisi beragam kegiatan.
Sebelum itu, pada Rabu (19 Juni) dilakukan
pembuka an event PHE Sports League di Lapangan
Tenis Komplek Brigade Infanteri Marinir I Cilandak
dalam rangka menyambut HUT ke-12 PHE. Event
ini mengompetisikan sejumlah kegiatan, terutama
olahraga di antara para pekerja PHE dan Anak
Perusahaan.
Di luar itu, Anda juga bisa membaca hobi unik
Bapak Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE.
Ada juga pencapaian prestasi menggembirakan
beberapa AP PHE dalam Global CSR Awards
2019 di Malaysia. Termasuk juga artikel mengenai
Bakar Tongkang, tradisi warga Tionghoa di Bagan
Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Perayaan bakar tongkang tahun ini bersamaan
dengan peresmian pembangunan Masjid Ceng-Ho.
Ini sekaligus menegaskan bahwa antara budaya dan
religuisitas bisa bersanding dengan baik.
Selamat membaca!
Yudy Nugraha, Pemimpin Redaksi
COVER STORY WAWANCARA
SOSOKINOVASI
Menjaga Keandalan Fasilitas Produksi
XD World, Karya Anak Milenial PHE yang Bakal Mendunia
Mengejar Target APBN dengan Fasilitas Uzur
Tetap Setia Bersama PHE
6 36
32
40Fasilitas Tua Tak Boleh Kendor Jalankan Standar HSE
Agar Hasil Gross Split Maksimal
DAFTAR ISI
CSR62
6
AlFi RUSiN, GM PHE OSES
HANiATi DAN DiMAS
PHE Raih Tiga Penghargaan di Ajang 11th Global CSR Award 2019
PERISTIWA
RAGAM
KOMUNITAS HOBI
Melalui Sinergi dengan Pelanggan, PHE Optimistis Kinerja 2019 lebih Baik
Menjaga Soliditas Tim, Andalan Korporat di Sektor Hulu44
50 58Buka Puasa Bersama PHE, Jalin Silaturahmi Pekerja dan Warga
Usia 12 Tahun, PHE Kukuhkan Eksistensi di Industri Migas
Sambut Ramadhan, PWP PHE Gelar Bakti Sosial
LEISURE
Bakar Tongkang; Tradisi Tionghoa di Negeri Seribu Kubah
54
66
7
Menjaga Kebugaran dan Jejaring lewat Ayunan Raket Jatuh Cinta pada Miniatur Pesawat
COVER STORY
MENjAGA KEANDALAN
FASILITAS PRODUKSI
Pencapaian target produksi tidak hanya soal aktivitas pengeboran, keandalan fasilitas produksi ikut berpengaruh. Usia fasilitas yang sudah tua menjadi tantangan mengejar target produksi.
8
9
Setelah berhasil menembus 206 ribu
barel setara minyak (BOEPD) pada
tahun lalu, atau naik 6% dibanding
2017, tahun ini PT Pertamina Hulu
Energi (PHE) mematok target produksi migas
sebesar 218 BOEPD. Produksi tersebut berasal
dari 15 anak usaha produksi yang sekaligus
menjadi operator blok migas dan enam anak
usaha non-operator.
Peningkatan produksi PHE tahun ini salah
satunya ditopang dari dua blok alihkelola yang
memiliki produksi besar, yakni Blok Southeast
Sumatra (SES) dan Blok Jambi Merang. Blok SES
diambilalih pengelolaannya oleh PHE OSES sejak
6 September 2018. Hak partisipasi yang dimiliki
PHE pun meningkat dari 20,55% menjadi 90%
di SES. Demikian pula Jambi Merang, setelah
dikelola sepenuhnya pada 10 Februari 2019, hak Foto
: Dok
. PH
E
partisipasi PHE pun meningkat dari 50% menjadi
90%.
Di sisi lain, SES dan sebagian besar blok-blok yang
dikelola PHE, seperti juga anak-anak usaha PT
Pertamina (Persero) lainnya, berusia tua. Rata-
rata telah berproduksi lebih dari 40 tahun, seperti
Blok SES yang telah mulai berproduksi sejak 1971
atau berusia 48 tahun. Offshore North West Java
(ONWJ) melalui Lapangan Bravo mulai berproduksi
pada 1972.
Demikian juga Blok West Madura Offshore (WMO)
yang kontrak bagi hasil (Production Sharing
Contract/PSC)-nya sama-sama ditandatangani
pada 1968. Dengan usia yang sudah uzur, selain
harus menghadapi tantangan penurunan produksi
alamiah atau decline yang makin tinggi, fasilitas
COVER STORY
Foto
: Dok
. PH
E
10
keselamatan kerja dan perlindungan lingkungan,
menyelesaikan masalah sosial, dan gangguan
keamanan, serta efektivitas dan efisiensi
pembiayaan.
Untuk meningkatkan produksi, menurut Eka, selain
dengan pengeboran, work over dan well service,
juga harus menjaga kehandalan fasilitas produksi.
“Kalau fasilitas tidak baik dalam memproses fluida
dan menyalurkan ke titik serah, target produksi bisa
tidak tercapai,” katanya.
Fasilitas produksi merupakan kumpulan alat yang
berfungsi pada proses produksi di sumur produksi
yang membantu kinerja performance sumur
produksi. Fasilitas produksi terbagi dua, yakni down
hole facility seperti tubular product (drill pipe,
casing dan tubing), packer dan sliding sleeve serta
surface facility yang mencakup wellhead, gathering
system, manifold system, separator, oil storage dan
pompa.
Berbeda dengan anak usaha Pertamina lainnya,
PHE merupakan perusahaan induk atau holding
yang memiliki anak-anak perusahaan yang
sekaligus Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Setiap anak perusahaan memiliki kontrak dan
komitmen masing-masing dengan Satuan Kerja
Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak
dan Gas (SKK Migas).
“Kalau melihat sekarang produksi minyak terbesar
itu PHE OSES dan PHE ONWJ, masing-masing
sekitar 29 ribu-30 ribu bph. Serta WMO sekitar
4.000 bph,” kata Ekariza.
Realisasi produksi PHE OSES yang saat ini
sekitar 30 ribu bph, sebenarnya masih dibawah
target APBN sebesar 32 ribu bph. Untuk itu, PHE
OSES harus mengejar selisih tersebut dengan
penambahan produksi melalui kegiatan pemboran,
work over dan well service.
produksi yang sudah tua pun bisa menjadi kendala
untuk mencapai target produksi.
Saat ditemui Energia PHE di ruang kerjanya di
Lantai 25 PHE Tower, Ekariza mengungkapkan
peningkatan produksi merupakan satu dari empat
pilar yang dicanangkannya dalam mengemban
tugas Direktur Operasi dan Produksi PHE
sejak Februari 2018. Tiga pilar lainnya adalah
11
COVER STORY
Tidak hanya itu, jika ingin meningkatkan produksi
minyak, fasilitas produksi pun juga harus dijaga
kehandalannya. Pasalnya, jika sering terjadi
kebocoran pipa, dampaknya sumur produksi harus
ditutup dan target tidak tercapai. Untuk itu, fasilitas
produksi harus dijaga agar produksi yang dihasilkan
bisa disalurkan hingga ke titik serah.
Dominannya fasilitas-fasilitas hulu migas nasional
yang sudah tua diakui SKK Migas. Kondisi ini
yang membuat dibutuhkan upaya ekstra untuk
melakukan pemeliharaan. Apalagi target yang dituju
adalah produksi.
Lucky Yusgiantoro, Kepala Divisi Manajemen
Proyek dan Pemeliharaan Fasilitas SKK Migas,
mengatakan untuk memelihara setiap fasilitas
merupakan kebijakan dari masing-masing
KKKS yang mengetahui detail dari fasilitas yang
dioperasikan.
“Sekitar 69% dari peralatan utama di hulu migas
berumur lebih dari 30 tahun, termasuk fasilitas
migas yang digunakan PHE,” kata Lucky.
Alfi Rusin, General Manager PHE OSES,
mengatakan berdasarkan hasil studi yang dilakukan
ada 80 titik fasilitas produksi yang berstatus merah
atau berbahaya. Setelah diseleksi tinggal 60 titik.
Perbaikan mau tidak mau harus dilakukan. Jika
tidak, dampaknya akan merugikan tidak hanya
PHE, Pertamina namun juga negara.
“Pertama, kami akan terbukti lalai. Itu ada UU-
nya, yang ditabrak UU. Kami sudah mengetahui
dan melabeli, ada 80 pipa yang statusnya merah,”
ungkapnya.
Indikasi 60 titik berstatus merah ditandai dengan
pipa-pipa yang telah keropos-keropos dan tercatat
telah beberapa kali mengalami kebocoran. “Ini
(SES) kan lebih tua dari ONWJ. Kalau kondisi red,
mau tidak mau harus diganti,” kata Alfi.
Status merah dipengaruhi intensitas kebocoran
yang terjadi. Pengelola SES sebelumnya, CNOOC
SES Ltd, saat mengetahui kontrak pengelolaannya
tidak diperpanjang, lebih berorietasi pada produksi
sehingga yang dilakukan adalah run to failure atau
breakdown maintenance, jika fasilitas rusak, baru
diperbaiki. Selama tidak bocor, produksi terus
digenjot. Begitu bocor baru diklem.
“Kami takut mau run to failure. Itu kecelakaan
dulu, baru diperbaiki. Itu fatal dan berbahaya dan
bertolak belakang dengan konsep Pertamina yang
preventif,” katanya.
Jika sampai hal itu terjadi, Pertamina bisa-bisa
dicap tidak memitigasi risiko. Selain itu, kalau
sumur itu sampai bocor lalu tiba-tiba dimatikan dan Foto
: Dok
. PH
E
12
mitigasi clear di kami. Kami tidak bisa menerima
yang namanya run to failure,” katanya.
Tidak hanya masalah pipa, kabel-kabel yang
ada di Blok SES juga berisiko. Seluruh sumur
diproduksi oleh Electric Submersible Pump (ESP)
yang menggunakan kabel. Karena faktor usia,
kabel-kabel tersebut ada yang memiliki banyak
sambungan. Seperti juga pipa, sambungan kabel di
SES banyak.
“Ini isu yang sangat kronis. Jadi kalau di hulu
(Direktorat Hulu Pertamina) ada WA grup, paling
sering posting itu ya OSES,” kata Alfi.
SKAlA PRiORiTAS
Untuk menjaga keandalan fasilitas produksi, tentu
ada penanganan yang berbeda antara fasilitas
produksi turun, bisa disebut sebagai unplanned
shutdown.
“Ini tidak boleh juga oleh Pertamina dan
perusahaan migas mana saja. Makanya kami agak
keras juga sama teman-teman operasi produksi,”
kata Alfi.
Kebocoran pipa sebenarnya telah terjadi pada 2017.
CNOOC sebagai operator pun sebenarnya telah
mendapat somasi dari Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan (KLHK) karena ditemukan
ada spil-spil di daerah konservasi.
Agar kebocoran tidak terjadi, PHE sudah
mengantisipasi hal itu sejak proses transisi
alihkelola. Usulan perbaikan sudah diajukan.
Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)
pun diusulkan pada saat alihkelola. “Antisipasi
13
COVER STORY
yang masih baru dan tua. PHE, selain mengelola
lapangan dan fasilitas tua, juga mengelola
lapangan dan fasilitas yang masih muda, seperti
di PHE Tomori Selatan dan PHE Jambi Merang.
Untuk memelihara fasilitas-fasilitas yang masih
baru ini, langkah yang dilakukan dengan preventive
maintenance atau calendar-based maintenance.
Perawatan dilakukan setiap periode tertentu atau
dilakukan sebelum fasilitas mengalami kerusakan.
Berbeda halnya dengan lapangan dan fasilitas
yang sudah tua, perawatan hingga penggantian
dilakukan berdasarkan kajian tertentu atau
disebut predictive maintenance. Bisa juga
dengan proactive maintenance, yakni dengan
mengindentifikasi permasalahan dan memperbaiki
untuk mengurangi kerusakan.
Menurut Ekariza, fasilitas dengan lost production
besar perlu mendapat prioritas untuk ditangani.
Jika tidak bisa dilakukan perbaikan, maka yang
dilakukan adalah penggantian. Namun tentu saja itu
harus dibuat skala prioritas, mengingat penggantian
dalam jumlah yang banyak tentu membutuhkan
biaya yang besar pula.
“Fasilitas yang tua itu harus dilihat juga, karena
kalau diperbaiki semua, biayanya besar. Jadi harus
dibuat skala prioritas dari sisi manajemen risiko.
Kita harus melihat kekerapannya berapa kali, dan
tingkat kerusakannya,” ungkap Ekariza.
Standar operasi yang diterapkan Eka adalah efektif
dan efisiensi pembiayaan. Jika ada kebutuhan
mengganti, maka harus diganti. Bahkan, ada juga
yang sebelum terjadi kerusakan, diganti. Hal itu
merupakan upaya agar terhindar dari breakdown
maintenance.
Walaupun tidak ada penggantian, perencanaan
penggantian peralatan perlu dilakukan. Apalagi
perencanaan penggantian membutuhkan waktu,
mulai dari proses perencanaan, persetujuan
internal maupun eksternal seperti dari SKK
Migas, hingga kemudian tahap lelang. Setelah
lelang, fasilitas yang dibutuhkan juga perlu waktu
pengiriman.
“Jadi teman-teman harus bisa melakukan
perencanaan dengan pas. Saya selalu katakan
ke teman-teman untuk jangan lupa tata waktu
perencanaan. Karena kami sudah punya data
material mana yang harus diganti, termasuk pipa.
Ini yang perlu dijaga,” kata Ekariza.
14
Selain alokasi dana untuk pengeboran, dana
pemeliharaan sebenarnya telah dialokasikan
setiap tahun. Besaran dana yang dialokasikan
berdasarkan besaran produksi yang dihasilkan.
Sepanjang 2019, PHE mengalokasikan dana
US$60 juta untuk perawatan fasilitas.
“Semua AP di PHE mempunyai komitmen, seperti
di Siak dan Kampar. Produksinya lebih kecil,
tapi mereka punya komitmen. Terbesar, kami
menganggarkan biaya perawatan untuk OSES dan
ONWJ, karena itu di offshore,” kata Ekariza.
Hadi Ismoyo, Wakil Ketua Umum Ikatan Ahli Teknik
Minyak Indonesia (IATMI), mengatakan fasilitas
produksi yang semakin tua akan mengakibatkan
biaya pemeliharaan semakin tinggi. Selain
disebabkan faktor korosif, scale problem, hingga
faktor aus. Di sisi lain, produksi juga terus
mengalami decline. Untuk itu tentu harus dilakukan
reassement terhadap kinerja fasilitas produksi
tersebut.
“Sebagian yang sudah parah harus dilakukan
penggantian, atau kalau itu pipa atau tangki bisa Foto
: Dok
. PH
E
15
COVER STORY
diganti dengan yang baru,” katanya.
Alfi mengakui harus ada skala prioritas untuk
memperbaiki fasilitas yang ada di PHE OSES.
Minimal dari 60 titik, tahun ini yang diusulkan untuk
diperbaiki ada delapan titik. Jadi sampai 2022-2025
selalu ada perbaikan.
Perbaikan 60 titik bergantung pada seberapa besar
risiko dan alokasi dana yang akan dikeluarkan. PHE
OSES telah mengajukan untuk memperbaiki 60 titik
berstatus merah selama lima tahun.
“Mostly untuk yang river itu diganti. Ada yang part
segmented replacement. Total biaya itu macam-
16
Hal utama yang harus menjadi fokus dalam
operasi produksi adalah agar jangan
melakukan breakdown maintanance, untuk
itu dilakukan preventif maintanance. Breakdown
maintanance pernah kejadian, tiba-tiba pipa bocor.
Kalau sudah breakdown mantainance seperti itu,
produksi tidak mengalir.
Kita harus fokus terhadap peralatan dengan
melakukan preventive maintenance. Misalnya,
kalau pipa dilakukan dengan chemical,
pengecatan, termasuk pemeriksaan di tangki. Ini
sangat memengaruhi fasilitas produksi.
Yang namanya preventive maintenance
ketersediaan material juga harus ada. Ini
hubungannya juga tata waktu.
Skala prioritas terkait dengan melihat lost production
yang terbesar. Ini dikaitkan dengan fasilitas, bukan
sumur. Kawan-kawan di OPP dan AP-AP melihat dari
situ. Masalahnya apa, misalnya ada korosi di peralatan.
Korosi ini bagaimanakita melakukan perawatan.
Kita melihat seminggu sekali tingkat korosinya.
Ini perawatan di atas tanah. Sekarang ini
yang paling utama di offshore adalah
di OSES, ONWJ, dan WMO. Untuk itu
bagaimana supaya teman-teman di
samping merawat fasilitas juga melakukan
pengecekan yang optimal.
PERLU PERENCANAAN YANG BAIK
EKARizA, Direktur Operasi dan Produksi
Foto
: Dok
. PH
E
17
macam. River itu ada sekitar US$500 ribu-US$800
ribu per item,” katanya.
Total biaya perbaikan atau penggantian untuk
pipa sebenarnya tidak terlalu besar. Pasalnya,
keandalan fasilitas produksi itu hanya sebagian
kecil, sebagian besar lainnya justru berasal dari
masalah power. Generator-generator turbin yang
dimiliki PHE OSES itu sudah masanya diperbaiki.
“Power-nya ada, tapi kabelnya putus, sama saja.
Pernah itu 20 platform mati. Produksinya turun lima
ribu barel per day. Lima ribu itu kan sama saja dua
kali produksi PHE Siak,” kata Alfi.
Yang namanya di laut harus optimal supaya ketika
ada kebocoran harus segera ditangani. Yang
paling utama adalah menjaga kehandalan fasilitas
tersebut dan menjaga pengecekan fasilitas tersebut.
Berbeda kalau dengan fasilitas yang di darat, ketika
ada kebocoran minyaknya tidak kemana-mana,
kalau di laut yang paling utama adalah pengecekan
pipa harus dijaga.
Skala prioritas itu kalau diganti, juga harus
diperhatikan mana yang harus diganti lebih dulu.
Pipa itu juga kalau mau diganti bukan hanya
masalah korosi, tetapi melihat ketika di dalam
pipa. Di dalamnya sudah berkurang misalnya yang
tadinya 20 inch menjadi 10 inch, itu yang saya lihat
di OSES.
Di OSES itu, khususnya pipa trangline ada
beberapa yang tidak pernah dilakukan piging. Jika
di ONWJ itu piging terkait kegiatan maintenance,
pipa dibersihkan dengan meluncurkan busa dengan
tekanan tertentu, sehingga pipa di dalam masih
bersih. OSES waktu zaman CNOOC itu tidak
melakukannya. Inilah yang menyebabkan terjadinya
depression, pengecilan pipa.
Piging tidak besar biayanya, tapi saya tidak tahu
kenapa tidak dilakukan CNOOC. Untuk itu, kita juga
melakukan skala perbaikan pipa-pipa yang korosif.
Tapi kalau kita lakukan seluruhnya, harus ada
perencanaan yang baik.
Teman-teman di PHE OSES sedang
melakukan perencanaan. Ada beberapa titik
yang perlu penggantian.
Kekuatan PHE OSES itu adalah produksi
menggunakan ESP. Operasional mesin
pompa tersebut didukung kabel bawah laut.
Sayangnya juga dari dulu tidak pernah diganti,
disambung-sambung. Katanya sudah hampir di
atas 15 sambungan. Ini menjadi skala prioritas
juga.
Kalau pompa sih masih oke. Kalaupun mati
kami melakukan kegiatan well service, angkat
ke atas untuk diperbaiki.
PHE OSES mempunyai sekitar 400 ESP yang
digerakkan oleh turbin. Turbin ini juga harus
dijaga. Di PHE OSES turbin menjadi andalan.
Kalau turbin fail, semua tidak hidup. Karena
listrik dari situ. Ini yang saya katakan preventive
maintenance. Untuk turbin kita sedang mencari
optimalisasi karena ini turbin lama.
Turbin sedang dikaji untuk diganti, tapi kan
perlu biaya besar. Jadi kami usahakan seefektif
mungkin mana yang harus diganti, mana yang
harus kita rawat. Bukan dalam artian karena
sudah nenek-nenek lalu dihilangkan, tapi
lakukan perbaikan yang intensif, namun juga
tetap memperhitungkan biaya.
COVER STORY
Setelah bergabung pada September
2018, Blok Southeast Sumatra langsung
menjadi kontributor utama produksi
minyak, tidak hanya bagi PHE, namun
juga bagi negara. Bahkan, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) 2019 mematok
produksi SES sebesar 32 ribu barel per hari
(bph), di atas Work Program and Budget (WP&B)
yang disepakati bersama Satuan Kerja Khusus
Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas
(SKK Migas) sebesar 28.600 bph.
Blok SES merupakan salah satu pionir dalam
kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/
PSC) lepas pantai di Indonesia. PSC SES diteken
18
FASILITAS TUA TAK BOLEH KENDOR jALANKAN STANDAR HSE
Foto
: Dok
. PH
E
19
pertama kali pada 6 September 1968 atau berusia
50 tahun saat pengelolaannya di ambil alih
Pertamina melalui PHE OSES sejak tahun lalu.
Dalam empat tahun terakhir produksi SES berada
di kisaran 30 ribu bph seiring penurunan alamiah
atau natural decline. Jika pada 2014 produksi
minyak SES sebesar 33.088 bph, pada tahun lalu
produksinya mencapai 31.100 bph.
Selain faktor natural decline, isu krusial yang
dihadapi PHE OSES sebagai operator adalah
masalah integritas fasilitas (facility integrity).
Apalagi dengan usia yang sudah mature, fasilitas
produksi PHE OSES tentu saja rentan terhadap
masalah. Jika masalahnya tidak diatasi, dampaknya
tidak hanya pada produksi, tapi juga lingkungan.
Integritas fasilitas adalah kondisi atau kemampuan
fasilitas atau peralatan yang laik operasi dan
sesuai dengan fungsi serta spesifikasi teknis.
Untuk menjaga produksi migas tetap optimal, perlu
dilakukan upaya menjaga agar fasilitas bekerja
sesuai yang dirancang, termasuk mencegah
kebocoran, penurunan efisiensi dan berubahnya
titik kerja tanpa disengaja.
Mencegah kebocoran tentu tidak hanya untuk
berhubungan dengan produksi, tapi juga terkait
dengan lingkungan. Apalagi wilayah kerja SES
COVER STORY
berada di daerah konservasi yang dilindungi
Undang-Undang.
Alfi Rusin, General Manager PHE OSES,
mengatakan sedikit saja ada kebocoran, tidak
hanya akan berpengaruh terhadap produksi,
namun juga bisa berujung pada sanksi pidana
terhadap pengelola.
“Nah, pidananya adalah kurungan badan buat
kepala tehnik tambangnya, which is itu dijabat oleh
GM dan bisnis unit manajer. Itu dari sisi kebocoran,”
kata Alfi.
Tidak hanya facility, isu integrity juga terkait valve
dan wheel integrity. Ketiga isu tersebut bisa
berdampak luas. Pertama, terkait dengan faktor
safety dan lingkungan.
Kedua, kalau ini terjadi apakah di valve, pipa,
bahkan sumurnya, river apalagi. Di PHE OSES,
sumur yang mati banyak. Misalnya di river, jika satu
platform bocor, 20 sumur dimatikan. Akibatnya,
produksi langsung terjun bebas. “Jadi kalau yang
saya rasa di OSES gara-gara itu semua produksi
kami seperti main rolling coster saja. Naik ke atas,
tiba-tiba ditarik ke bawah,” kata Alfi.
DAERAH KONSERvASiBlok Southeast Sumatra
merupakan satu dari tiga
wilayah kerja yang dikelola
PHE yang berada di wilayah
konservasi. Dua lainnya
adalah Blok ONWJ dan
Zamrud. Keberadaan di
wilayah konservasi tentu harus
mengikuti aturan yang berlaku,
seperti pemberitahuan dan izin
ke Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan jika akan
melakukan proyek besar.
Rio Dasmanto, Vice President QHSSE PHE,
mengatakan untuk proyek skala besar yang harus
dipastikan ke KLHK adalah butuh UKL-UPL baru
atau tidak, bukan hanya menambal.
“Kita tanya dulu ini perlu baru atau tidak. Kalau butuh
baru, nanti dilihat disitu akan menggunakan alat apa
saja dan menimbulkan limbah apa saja,” kata Rio.
UKL-UPL dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana
mengelola limbah dan memantaunya, termasuk jika
harus mendatangkan alat dan membawa meterial
batu atau bahan kimia. Padahal disitu ada biota
laut dan akan menganggu kalau tidak dikelola. Jadi
mengelola dan juga dipantau.
PHE OSES, kata Rio, belum sampai ke sana
karena terminasi baru September 2018 sehingga
baru tahap perencanaan. Jika sekarang ada,
sifatnya kuratif karena kadang-kadang ada juga
kebocoran yang harus di tangani.
Terminologi keselamatan kerja terbagi dua,
keselamatan orang dan keselamatan alat. HSSE
fokus pada keselamatan orang, yakni memastikan
orang kerja sesuai prosedur. Sedangkan kalau
keselamatan alat terkait dengan bagaimana
memastikan alat itu bisa men-
deliver fungsinya.
“Pipa sesuai fungsinya, misalnya
bisa mentransportasikan. Di
platform kan banyak generator
dan lain-lain. QHSSE secara
proses safety bukan departemen
yang mengidentifikasi kelayakan,
tapi kepentingan kami
memastikan itu sesuai regulasi,”
katanya.
Jadi yang namanya peralatan
ada SKPP dan SKPI, itu
20
“Apapun alasannya, fasilitas tua tetap harus dituntut HSE is No#1, tanpa terkecuali. Operations dengan fasilitas tua tidak boleh mengendorkan aplikasi HSE standard, at any cost.”
Hadi Ismoyo, Wakil Ketua Ikatan Ahli Teknik
Minyak Indonesia (IATMI).
Foto
: Dok
. PH
E
21
terkait dengan inspeksi surat itu akan keluar kalau
inspeksi sudah dilakukan. Sejauh SKPI ada dan
valid, sudah ada keyakinan sudah diinspeksi dan
peralatan layak digunakan.
“Untuk blok terminasi dengan lapangan dan alat
yang sudah tua, treatment-nya akan berbeda untuk
aspek perawatan, tapi kalau aspek peralatan sama
saja,” kata Rio.
Hadi Ismoyo, Wakil Ketua Ikatan Ahli Teknik Minyak
Indonesia (IATMI), mengatakan tidak ada alasan
fasilitas tua untuk menjalankan HSE. Apalagi HSE
berhubungan dengan kerugian yang lebih besar jika
tidak dijalankan, khususnya nyawa manusia.
“Apapun alasannya, fasilitas tua tetap harus dituntut
HSE is No#1. Tanpa terkecuali. Jadi operations
dengan fasilitas tua tidak boleh mengendorkan
aplikasi HSE standard, at any cost,” tegas Hadi.
Ekariza, Direktur Operasi dan Produksi PHE,
mengatakan fasilitas utama migas, khususnya yang
berada di offshore dan berkaitan langsung dengan
lingkungan dan keselamatan kerja adalah pipa.
Jika pipa bocor, makanya minyak yang bocor akan
cepat menyebar luas. Berbeda jika pipa yang bocor
berada di darat atau onshore, kebocorannya yang
terjadi tidak akan meluas atau hanya menyebar di
sekitar pipa tersebut.
“Oleh sebab itu yang namanya pipa harus terjaga
benar, jangan sampai cairan atau minyak yang
bocor tidak menyebar luas dan berdampak pada
lingkungan,” kata Eka.
Untuk gas, fokusnya adalah bagaimana agar impuritis
tidak keluar. Misalnya H2S, sulfur, bau itu belerang. Itu
yang harus dijaga. Jadi yang paling utama sekarang
ini bagaimana menjaga kebocoran pipa-pipa.
Selain faktor, menurut Ekariza, ada pula faktor
nonteknis yang harus diperhatikan untuk
menjaga keandalan fasilitas. Misalnya,
kejadian di daerah Sumatera Selatan, pipa itu
digesek. Ketika digesek limbah keluar. Modusnya,
minta perbaikan jalan. Kedua modusnya
kalau limbah keluar, perusahaan yang harus
membersihkan dan pastinya memerlukan bantuan
orang sekitar.
“Saat itu, mereka bisa kerja dan dapat uang. Pipa
di sana bukan karena korosi, tapi digesek,” kata
Ekariza.
Selain soal gangguan keamanan, khususnya
yang dialami di daerah onshore. Untuk offshore
harus ada baku mutu lingkungan untuk air, harus
dijaga dan dilindungi KLH. Pasalnya seperti di
OSES dan ONWJ, air bukan diinjeksi tapi dibuang
ke laut.
COVER STORY
Selain mendapat produksi minyak dan
gas yang terbilang besar, sekitar 30
ribu barel per hari untuk minyak, PHE
juga mendapat warisan lapangan
dan fasilitas yang tua. Kontrak bagi hasil SES
ditandatangani pada September 1968 dan mulai
berproduksi tiga tahun kemudian. Artinya, usia SES
sudah 50 tahun saat diambil alih pengelolaannya
oleh PT Pertamina (Persero) melalui PHE. Usia
yang sudah sepuh tentu saja membuat kinerja
sumur dan fasilitas produksi tidak lagi optimal.
AGAR HASIL GrOSS Split MAKSIMAL
22
Foto
: Dok
. PH
E
23
Di sisi lain, skema kontrak baru kini digunakan PHE
dalam mengelola SES. Skema yang digadang-
gadangkan Arcandra Tahar, Wakil Menteri Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lebih baik
dibanding skema kontrak sebelumnya, cost
recovery itu adalah gross split. Perbedaan dasar
dari kedua skema kontrak tersebut adalah pada
biaya operasi. Jika pada skema cost recovery,
biaya operasi akan dikembalikan negara, maka
pada gross split, biaya operasi seluruhnya
ditanggung Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Belum lagi operator sebelumnya, CNOOC SES Ltd,
saat mengetahui kontraknya tidak diperpanjang
tidak lagi melakukan perawatan fasilitas berkala,
melainkan run to failure atau melakukan perbaikan
saat perlengkapan atau peralatan rusak.
“Lima tahun terakhir kan CNOOC sudah
memastikan tidak akan bekerja lagi sehingga
mereka gunakan run to fail. Jadi selagi tak bocor ya
dihajar terus. Begitu bocor baru di klem,” kata Alfi
Rusin, General Manager PHE OSES.
COVER STORY
24
Namun seiring dengan itu, pada gross split, bagian
hasil produksi KKKS akan lebih besar dibanding
negara serta tambahan split pada kondisi tertentu.
Selain itu, skema gross split membuat perizinan
yang dilalui KKKS bisa dipangkas.
“Sebenarnya antara gross split dan cosrec sama
saja, harus efisien terhadap biaya. Gross split
bedanya ketika cosrec, biaya yang keluar itu
diganti berdasarkan hasil yang ada, kalau kita tidak
berhasil ya tidak kembali itu duit,” kata Ekariza,
Direktur Operasi dan Produksi PHE.
Sebenarnya, kata Ekariza, skema gross split
mempermudah KKKS melakukan proses karena
tidak perlu lagi izin atau pemberitahuan ke pihak
eksternal, yakni Satuan Kerja Khusus Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK
Migas). SKK Migas hanya tahu rencana kerja saja,
pembiayaan seluruhnya ada di KKKS.
“Itu yang harus dijaga sama, tetap ada pedoman
gross split. Pedoman pengadaan tetap dilakukan.
Sekarang kami berharap bagaimana sinergi
antara anak perusahaan PHE bisa dilakukan.
Aturan-aturan ada, tidak asal nabrak. Tapi proses
pengadaan bisa lebih dipercepat,” tegasnya.
SKK Migas menyatakan fasilitas migas yang
digunakan PHE, walaupun menggunakan kontrak
dengan skema gross split tetap berada di bawah
pengawasan mereka.
“Kami mengawasi kegiatan teknis, maka KKKS
dengan skema gross split pun tetap kami awasi,”
kata Lucky Yusgiantoro, Division Head for Project
Management and Facility Management SKK Migas.
Menurut dia, pemeliharaan fasilitas berujung ke
target produksi hulu migas. Penghentian operasi,
baik terencana ataupun tidak terencana akan
mempengaruhi produksi. Ini juga yang menjadi
salah satu pertimbangan saat ingin menggantikan
fasilitas tua. “Seperti masih berapa lama lagi
fasilitas-fasilitas tersebut digunakan untuk
memproduksi migas,” kata Luky.
DRilliNG RiGPenerapan gross split ternyata juga berdampak
pada kegiatan pengeboran (drilling), khususnya
terkait pengadaan rig. PHE OSES yang telah
menggunakan kontrak gross split tidak mendapat
fasilitas Master List atau rencana induk kebutuhan
barang operasi yang akan diimpor atau RKBI.
Barang operasi yang akan dipergunakan, baik
dengan cara membeli atau menyewa.
Penggunaan Master List atau RKBI merupakan
syarat untuk mendapatkan penanggungan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) oleh pemerintah atas
impor barang untuk kegiayan usaha eksplorasi
hulu minyak dan gas bumi, serta panas bumi serta
pembebasan pajak beas masuk atas barang operasi
yang digunakan dalam kegiatan usaha hulu migas.
Tanpa Master List, jika ada rig yang berasal dari
luar Indonesia, akan dikenakan pajak yang ujung-
ujungnya berimplikasi pada harga yang dibebankan
Foto
: Dok
. PH
E
25
ke pengguna. “PHE ONWJ kan sampai sekarang
tidak dapat. Sekarang kami coba sampai
mentoknya. Kami sudah empat bulan terkatung-
katung untuk masalah rig,” kata Alfi.
Isu krusial dari tidak diperolehnya Master List untuk
pengadaan rig adalah soal pajak. Vendor yang
akan menyediakan rig harus membayar pajak untuk
memasukkan rig yang akan dipergunakan PHE.
Pajaknya ini karena bayar di depan akan langsung
berimplikasi pada harga sewa rig yang telah
ditambah biaya pajak.
Di sisi lain, ada regulasi yang menyebutkan bahwa
pajak yang dibayarkan vendor itu bisa diambil
kembali. Artinya, jika suatu saat biaya pajak yang
telah dibayarkan kemudian diambil, vendor akan
mendapat keuntungan ganda. Pajak yang tadinya
dibayar bisa diambil lagi. Padahal harga sudah
dinaikan terlebih dulu. Akibatnya, pengguna rig
berpotensi dijerat Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) karena dianggap memberikan keuntungan
ganda bagi vendor.
“Makanya, dirapat BOD saya bilang tidak berani,
jadi kami closed. BOD juga tidak berani. Sekarang
kami dibantu sama SKK Migas, Dirjen Migas, Bea
Cukai untuk mencari jalan lain,” ungkap Alfi.
Tertundanya pengadaan drilling rig tentu saja
berpengaruh ke produksi. Apalagi dengan target
yang dibebankan APBN sebesar 32 ribu bph, lebih
tinggi dibanding WP&B sebesar 28.600 bph. Untuk
membantu akselerasi produksi itulah diperlukan
pengeboran. “Supaya 32 ribu tercapai kan
harus ngebor, tapi rig-nya enggak dapat sampai
sekarang,” tukasnya.
KKKS yang menerapkan skema gross split
seharusnya mendapat fasilitas masterlist, setidaknya
untuk jasa. Untuk barang, perusahaan tidak masalah
untuk membayar. Karena impactnya bisa ke yang lain.
Perusahaan bisa dituduh memberikan keuntungan
ganda. Padahal regulasinya membolehkan kalau
pajak tersebut diambil lagi karena sementara sifatnya.
Rig yang sebagian besar berasal dari impor, bukan
sebagai barang, tapi sebagai jasa. Nanti setelah
selesai digunakan akan dibawa lagi ke luar.
Alfi menuturkan peraturan pemerintah untuk tender rig
menyebutkan peserta pertama hanya perusahaan lokal
yang boleh dibuka. Jadi misalnya ada lima perusahaan,
dua yang lokal, yang boleh dibuka amplopnya itu yang
dua, tiga perusahaan asing enggak boleh dibuka.
Namun yang terjadi sekarang, itu ada empat
perusahaan yang ikut tender, tidak satupun yang
berasal dari lokal. “Tak ada lagi rignya, habis.
Pesertanya luar negeri semua. Kalaupun ada,
kadang dia ada di Indonesia, tapi benderanya luar
negeri,’ katanya.
Alfi berharap upaya OSES agar tetap mendapatkan
fasilitas masterlist untuk pengadaan rig, tidak hanya
bisa dinikmati sendiri, namun juga KKKS lain yang
menggunakan skema gross split, khususnya yang
beroperasi di offshore.
COVER STORY
26
Reassement Kinerja
Fasilitas Uzur
Era migas modern dimulai
sejak 1967. Jadi sudah
hampir setengah abad produksi
migas Indonesia sehingga
banyak fasilitas produksi yang
sudah uzur. Efesiensinya tentu
menurun karena itu perlu aktif
dilakukan tindakan misalnya
peremajaan dan perbaikan agar
bisa berfungsi dengan baik.
Tentu biaya O&M juga semakin
meningkat dan produksi sudah
banyak yang decline.
Fasilitas produksi yang semakin
tua akan mengakibatkan biaya
pemeliharaan semakin tinggi.
Hal ini disebabkan faktor korosif,
scale problem, faktor aus
dan sebagainya. Sementara
itu produksi terus mengalami
decline.
Tentu harus dilakukan
reassement terhadap kinerja
fasilitas produksi tersebut.
Sebagian yang sudah parah ya
harus di lakukan penggantian,
atau kalau itu pipa atau tangki
bisa diganti yang baru.
Kinerja fasilitas yang sudah tua
biasanya tidak efisien. Pressure
loss antartitik sangat tinggi
sehingga menurunkan kinerja
produksi. Sering dilakukan
debottlenect analysis untuk
mengindentifikasi fasilitas mana
yang stuck, mampet, pressure
loss tinggi. Titik nodle yang tidak
efesien harus di ganti.
Cara peningkatan efesiensi
lapangan dengan fasilitas tua
adalah dengan terus melakukan
O&M yang terintegrasi dan fokus
pada peningkatan produksi. Ada
dua hal yang bisa dilakukan,
yaitu integrated well work
program dan integrated de bottle
nect surcafe facilities. Keduanya
akan meningkatkan produksi
secara signifikan sehingga
mampu membayar biaya O&M
dengan standar tinggi
Produksi terkait dengan
cadangan. Dengan integrated
well work program akan bisa
di indentifikasi sumur sumur
yg bisa menambah cadangan
dan produksi dari unperforated
layer, Low Resistivity Zone,
Water Shut off, Gas Shut Off,
undrained area, step out infill
dsb. Semua itu bisa menambah
cadangan dan produksi. Jika
dilakukan secara masif dan
terintegrasi maka lapangan
mature itu akan semakin efisien.
Dengan dukungan debottlenect
surface facilities program, kinerja
produksi akan semakin baik,
lifting cost akan rendah dan
keekonomian semakin membaik.
Menurut saya SKK Migas
sebenarnya sudah memberikan
masukan kepada KKKS yang
beroperasi di Tanah Air. SKK
sudah banyak melakukan
kegiatan efesiensi dengan
menghimbau kepada KKKS
HADi iSMOYO, Wakil Ketua Umum IATMI
BIODATATempat/Tanggal lahir: Pati, 18 April 1968
Pendidikan: 1987-1992 : S1 Teknik Perminyakan ITB
Karir:• 2019 – sekarang: Chairman of Badan
Kerja Sama (BKS) Hak Partisipasi Blok
Cepu Cepu Block
• 2019 – sekarang: Direktur Utama
Petrogas Jatim Utama Cendana
• 2016 : Senior VP Strategic Planning &
Business Development Petrogas Jatim
Utama
• 2015 – 2019: Direktur Utama Petrogas
Pantai Madura (PPM)
• 2015 – 2019: Senior Advisor of PT.
Petrogas Jatim Utama Cendana
• (PJUC)
• 2014: Tim Akselerasi Konversi Gas
Kementerian ESDM
• 2009 –2014: Chairman of Badan Kerja
Sama (BKS) Hak Partisipasi Bliok Cepu
• 2007 – 2015: Direktur Utama Petrogas
Jatim Utama Cendana
• 2006 – 2007: Upstream Director
Petrogas Wira Jatim
• 2005 – 2006: VP Production and
Development, Petrogas Wira Jatim
• 2004 – 2005 : Technical Assurance
Manager of West Java, BP
• Organisasi :
• 2016 - 2019 : Wakil Ketua Umum Ikatan
Ahli Teknik
• Perminyakan Indonesia IATMI)
• 2012 – Now : Chairman Alumni Teknik
Perminyakan ITB
• 2011 – Now : Members of Indonesian
Petroleum Association (IPA)
• 2004 – 2008 : Sekretaris Jenderal IATMI
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
27
untuk sharing cost dalam
penggunaan fasilitas produksi.
Dalam jangkauan cluster dengan
tujuan agar opex semakin efisien.
Profesional di PHE umumnya
adalah rekan-rekan yang dulu
kerja di perusahaan asing. DNA
mereka adalah perusahaan asing
sehingga alihkelola ke PHE tentu
tidak ada masalah sebenarnya.
Pengelolaan lapangan mature oleh
Pertamina maupun KKKS sejauh
ini sudah bagus. Khusus WKP
Exstention yang dikelola Pertamina
dengan menggunakan gross
split rezim harus di bantu dari sisi
perpajakan. Karena status lex
specialist sudah dicabut sehingga
master list sudah tidak ada lagi.
Regulasi perpajakan ini harus
dilakukan simplikasi sehingga win-
win bagi semua pihak.
COVER STORY
28
Hampir 70% Fasilitas
Hulu Migas Berusia Uzur
Fasilitas-fasilitas hulu migas
banyak yang sudah tua-tua,
jadi membutuhkan upaya ekstra.
Apalagi SKK igas adalah target
produksi. Kalau fasilitas-fasilitas
kami kan banyak yang sudah
tua-tua. Dan untuk memelihara
setiap fasilitas merupakan
kebijakan dari masing-masing
KKKS yang tahu detail dari
fasilitas yang dioperasikan.
Ada dua hal yang menjadi fokus
perhatian kami, yakni planned
shutdown dan unplanned
shutdown. Planned shutdown
kami bahas akhir tahun untuk
tahun berikutnya. Pelaporan
diatur di PTK 041 Revisi 02 yang
ditetapkan 5 Juli 2018. Di PTK
tersebut diatur komunikasi SKK
Migas dan KKKS, khususnya
untuk pelaporan-pelaporan.
Sebagai informasi bahwa 69%
dari peralatan utama di hulu
migas berumur lebih dari 30 tahun,
termasuk fasilitas migas yang
digunakan PHE. Jadi walaupun
kontrak-kontrak migas yang
menggunakan skema gross split
juga dibawah pengawasan kami.
Kami mengawasi kegiatan
teknis, KKKS dengan skema
gross split pun tetap kami
awasi. Sebenarnya dari
pemeliharaan fasilitas ini
berujung ke target produksi
hulu migas. Penghentian
operasi terencana ataupun tidak
terencana akan mempengaruhi
produksi.
Biaya-biaya pemeliharaan
tentunya menjadi penting
dan seharusnya menjadi
pertimbangan ketika mendesain
sebuah fasilitas baru hulu
migas (green field). Oleh
karena itu, manajemen proyek
juga dibawah divisi kami agar
operating philosophy menjadi
pertimbangan dalam mendesain
proyek-proyek green field
tersebut.
Banyak juga pertimbangan ketika
ingin menggantikan fasilitas
tua (brown field), seperti masih
berapa lama lagi fasilitas-
fasilitas tersebut digunakan
untuk memproduksi migas atau
cadangan tersisa.
lUCKY YUSGiANTORO, Kepala Divisi Manajemen Proyek dan
Pemeliharaan Fasilitas SKK Migas
BIODATATempat/Tanggal lahir: Jakarta, 12 Mei 1973
Pendidikan: • Sarjana Teknik, Universitas
Colorado, 1994
• Magister Teknik, Universitas
Colorodo, 1998
• Doktor Ekonomi Energi dan Mineral,
Colorado School of Mines, 2010
Karir: • Juli 2018 – Sekarang : Kepala
Divisi Manajemen Proyek dan
Pemeliharaan Fasilitas
• Jul 2016 – Juli 2018 : Kepala Unit
Percepatan Proyek Abadi, (Blok
Masela).
• Feb 2014 – Jul 2016 : Vice President
Management Representative untuk
Pertamina JOB & BOB
Foto
: Dok
. Prib
adi
29
• Des 2013 – Feb 2014 :Kepala Dinas
Penyiapan Komersialisasi Minyak
dan Kondensat, Divisi
• Komersialisasi Minyak Bumi dan
Kondensat
• Feb 2013 – Des 2013 : Spesialis
Madya Deputi Pengendalian
Dukungan Bisnis, Bidang
Pengendalian
• Dukungan Bisnis
• Sept 2012 – Feb 2013 : Kepala
Dinas Monetisasi LPG dan LNG,
Divisi Monetisasi Minyak dan Gas
Bumi.
• Mei 2012 – Sept 2012 : Kepala
Dinas Monetisasi Gas Bumi, Divisi
Monetisasi Minyakdan Gas Bumi.
• Juli 2011 – Mei 2012 : Kepala Dinas
Analisis dan Evaluasi Pasar, Divisi
Pemanfaatan Minyak dan Gas Bumi.
• Juli 2010 – Juli 2011 : Kepala
SubDinas Penunjukan Penjual
Minyak dan Gas, Divisi Pemanfaatan
• Minyak dan Gas Bumi.
• Jan 2000 – Juni 2010 : PT
Perusahaan Gas Negara (Persero)
Tbk.
COVER STORY
30
Mengelola Sekaligus
Memantau
Kegiatan operasi minyak dan
gas di daerah konservasi
harus dibedakan antara yang
sudah berada sebelum kawasan
itu ditetapkan sebagai kawasan
konservasi atau baru melakukan
kegiatan dan setelah kawasan
konservasi ditetapkan terlebih
dulu. Contohnya di Zamrud
(Lapangan Zamrud yang dikelola
BOB Bumi Siak Pusako-PHE),
itu kawasan konservasi, tapi
penetapan sebagai kawasan
konservasi jauh setelah kami
melakukan kegiatan. Itu
bergantung pada pemerintah,
mau menutup sumur kami
atau tetap memberi izin tetap
beroperasi dan bikin kerja sama.
Hingga kini pemerintah
tidak pernah berpikir untuk
mengurangi produksi migasnya.
Jadi yang ada kami kerja
sama kolaborasi dengan
Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan (KLHK) dan
mengelola kegiatan operasi
di daerah konservasi. Contoh
yang ada di Zamrud itu, kami
kerja sama pengelolaannya.
Intinya kami disupervisi KLHK,
bagaimana melakukan kegiatan
tanpa menganggu lingkungan.
Kalau baru mau melakukan
kegiatan di konservasi atau
hutan lindung, kami berusaha
untuk menghindari. Kalau
harus dilakukan juga, ya kami
mengikuti regulasi. Untuk izin
lingkungan, kami bikin dokumen
UKUPL maupun Amdal. UKUPL
untuk skala kecil, kalau hanya
mengebor eksplorasi. Kalau
sudah produksi besar diatas
sekian ribu barel itu baru
menggunakan Amdal.
Kalau memang harus (beroperasi
di daerah konservasi), kami
mengikuti peraturan saja,
menghadap KLHK apa yang
harus dilakukan. Biasanya kalau
ada konsevasi, kami harus
minta rekomendasi Dirjen SDA,
nanti ada semacam asistensi
nanti. Mereka yang menilai
ada di zona apa, misalnya
inti, pengembangan atau
pemanfaatan, Jadi dari situ bisa
diizinkan dan tidak bisa diizinkan.
Kalau ada fasilitas eksisting, ada
penggantian ya tinggal diganti
saja. Berarti sebelumnya kan
sudah ada izin. Jadi menurut saya
no issue kalau kita melakukan
kegiatan di fasilitas eksisting.
Jika ada kegiatan rutin, misalnya
BOB Bumi Siak Pusako-PHE mau
mengebor atau penggantian pipa,
sebenarnya tidak perlu izin baru,
hanya kasih tahu saja. PHE OSES
Di Kawasan Zulu, Blok Southeast
Sumatra (SES) juga terdapat
taman laut. Klasternya sudah
masuk di amdal eksisting, jadi tidak
mengajukan dokumen amdal baru.
RiO DASMANTO, VP QHSSE PHE
BIODATA
Tempat/Tanggal lahir: Bandung, 28 Desember 1967
Pendidikan: S1 - Teknik Sipil ITB
Karir:• HSE Manager BOB BSP
Pertamina Hulu
• HSE Manager JOB PTJM
• HSE Manager Pertamina
Drilling Service Indonesia
(PDSI)
• Vice President QHSSE
PDSI 2015-2017
• Vice President QHSSE PHE
2018-sekarang
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
31
Kalau ini adalah proyek skala
besar, kami akan pastikan
ke KLHK butuh UKUPL baru
atau tidak. Bukan hanya
menambal, kami tanya dulu
ini perlu baru atau tidak, kalau
butuh baru nanti dilihat disitu
akan menggunakan alat apa
saja, menimbulkan limbah apa
saja? Makanya butuh UKLUPL,
bagaimana mengelola limbah
dan memantaunya, termasuk
jika harus mendatangkan alat
dan membawa meterial baru,
misalnya bahan kimia. Padahal
disitu ada biota laut, sehingga
akan menganggu kalau tidak
dikelola. Jadi mengelola dan juga
dipantau.
Cerita terminologi keselamatan,
ada keselamatan kerja, termasuk
orangnya dan ada keselatan alat.
Kalau HSSE, fokus di keselamatan
orang. Kami harus memastikan
orang kerja sesuai prosedur.
Kalau keselamatan alat, ini
terkait dengan bagaimana
kami memastikan alat itu
bisa men-deliver fungsinya.
Pipa sesuai fungsi, bisa
mentransportasikan. Di platform
juga banyak generator dan
lain-lain. Jadi QHSSE
secara proses keselamatan
bukan departemen yang
mengidentifikasi kelayakan
fasilitas, tapi kepentingan kami
memastikan itu sesuai regulasi.
Jadi yang namanya peralatan
ada SKPP dan SKPI, itu terkait
dengan inspeksi surat. Itu akan
keluar kalau inspeksi sudah
dilakukan. Sejauh SKPP SKPI
ada dan valid, kami sudah ada
keyakinan sudah diinspeksi dan
peralatan layak pakai, tapi kalau
day to day itu layak pakai.
Untuk blok terminasi dengan
lapangan dan alat-alat yang sudah
tua, tentu akan berbeda untuk
aspek peralatan, tapi kalau aspek
peralatan sama aja. Yang menjadi
isu ketika alihkelola kan kami
tidak tahu budaya perusahaan
sebelumnya. Contohnya PHE
OSES, kami enggak pernah ikut
operatorship. Itu masa kritikal
bagaimana mengelola dan
memastikan mereka inline dengan
kebijakan yang dipunya sehingga
budaya di sana sama dengan
budaya yang ada di kami dan
proses itu memakan waktu.
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
WAWANCARA
32 ribu barel per hari (bph)
yang ditetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) tercapai, Energia PHE
mewawancarai Alfi. Berikut
petikannya:
Berapa target produksi PHE
OSES tahun ini setelah mulai
WK SES sejak September
2018?
Sebetulnya kami dengan SKK
Migas itu dealing-nya WP&B
28.600 bph. Itu last minute
meeting antara OSES dengan
Padahal setelah diambilalih
PT Pertamina (Persero) melalui
PHE sejak tahun lalu, Blok SES
menjadi salah satu kontributor
terbesar produksi migas nasional.
Bagi Pertamina, khususnya PHE,
SES menjadi andalan produksi
minyak, selain Blok Offshore
North West Java (ONWJ).
Kontrak bagi hasil Blok SES
diteken pertama kali pada 6
September 1968 atau telah
lebih dari 50 tahun dan menjadi
pionir dari pengembangan migas
lepas pantai. Wilayah kerja SES
berada kurang lebih 90 kilometer
sebelah utara Teluk Jakarta dan
mulai berproduksi sejak 1971.
Untuk mengetahui upaya PHE
OSES agar target produksi
MENGEjAR TARGET APBN
DENGAN FASILITAS UzUR
32G
undah terlihat dari wajah Alfi Rusin, General Manager
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) OSES, operator Blok
Southeast Sumatra saat ditemui Energia PHE di ruang
kerja, lantai 11 Gedung Bursa Efek Indonesia, baru-
baru ini. Betapa tidak, proposal
perbaikan fasilitas di blok yang
baru diambil alih per September
2018 itu sudah tiga kali diajukan,
namun tak kunjung disetujui.
Padahal ada 60 titik yang
fasilitasnya berstatus merah atau
harus diganti. Jika tidak, tidak
hanya berpengaruh terhadap
produksi, namun juga lingkungan.
Berbahaya tentunya, apalagi
wilayah operasi OSES berada di
daerah konservasi.
Tidak hanya itu, tanpa perbaikan
fasilitas, target produksi PHE
OSES menjadi sulit tercapai.
Dengan usia yang uzur, kinerja
fasilitas yang ada juga makin
menurun dan rentan rusak.
Jangankan untuk mencapai
target, bisa-bisa produksi anjlok
akibat kerusakan fasilitas.
BIODATA
Tempat/Tanggal lahir: Padanng, Oktober 1965
Pendidikan: • S1 Teknik Perminyakan ITB -
1984
• S2 Magister Manajemen
Universitas Sriwijaya - 2003
Karir:• 1990-1998: Driling Engineer/
Drilling Supervisor Pertamina EP
• 1998-2002: Chief Drilling SOPA
Development Project Pertamina
EP
• 2002-2004: Senior Drilling
Engineer Proyek Gas Sumatera
Pertamina EP
• 2004-2008 : Drilling
Superintendent Proyek Gas
Jawa Pertamina EP
• 2008-2011: Deputi Engineering
Manager Mobil Cepu Ltd
• 2011-2012: General Manager
PT Elnusa Tbk
• 2012-2014: General Manager
PHE Metana Suban
• 2018-sekarang: General
Manager PHE OSES
AlFi RUSiN, GM PHE OSES
33
SKK Migas. Tapi kemudian
keluarnya (APBN) tiba-tiba 32
ribu bph. Kami harus berani jujur,
kalau terhadap APBN masih
jauh. Tapi kalau terhadap RKAP
30.300 bph, produksi kami
sudah di atas RKAP. Produksi
kami diatas 30.900 bph. Namun
kami sudah declare, pokoknya
kejar target APBN. Kalau
APBN tercapai, otomatis RKAP
terpenuhi.
Apa upaya yang dilakukan
untuk mengejar target
produksi tersebut?
Nah, yang membantu untuk
akselerasi produksi itu ya
drilling. Supaya 32 ribu bph
tercapai kan harus ngebor, tapi
rig-nya belum dapat sampai
sekarang. Dampaknya langsung
opportunity tidak tercapainya
produksi itu yang dari drilling
ini. Jadi kendala kami itu ya tadi
masalah rig. Kalau ada yang
bocor juga jadi kendala karena
sumur harus dimatikan. Ini
kejadian pipa-pipa bocor, falve
bocor, begitu dihidupkan maka
dia tidak langsung produksi
seperti di awal, butuh berminggu-
minggu lagi baru kembali ke
awal. Ini yang bikin stres. Ya mau
bagaimana lagi, memang barang
tua. Yang pasti mana yang bisa
dikerjakan, ya kami kerjakan,
Tantangan lain yang dihadapi
PHE OSES saat ini?
Isu lain ada 70-an pekerja
lapangan yang mau pensiun. Dari
70 itu, kami sudah mendapat
bantuan 13 dari PHKT, berarti
ada 50-an lagi. Itu isunya sudah
berapa kali disampaikan, perlu
respons cepat. Kami usulkan
usia pensiun diperpanjang dari
55 tahun menjadi 57 tahun-58
tahun.
Pertamina saat ini
menggencarkan sinergi
di antara anak-anak
perusahaanya, khususnya
di sektor hulu. Bagaimana
dengan sinergi yang dilakukan
PHE OSES?
Sinergi penting. Kami bekerja
disini dalam rangka pemenuhan
target PHE, Pertamina. Jangan
dipandang sebagai kayak lawan
tanding. Capek memang, ini
sudah keempat kami melakukan
perbaikan. Tapi ini kan terlalu
berbahaya bagi perusahaan.
Menurut saya sinergi AP
dengan operation masih perlu
ditingkatkan. Bahasanya harus
sama. Kalau saya bilang sinergi
yang digaungkan Pertamina
itu lebih kepada pemberian
kontrak-kontrak. Asosiasinya itu,
Pertamina dengan PDSI atau
dengan Elnusa. Nah, yang saya
maksudkan sinergi disini itu
antarfungsi.
lalu sinerginya seperti apa
yang dilakukan OSES?
Sinergi AP yang tadi itu saya
berani jamin kalau OSES adalah
perusahaan Pertamina yang
paling agresif untuk sinergi
AP. Untuk rig saja akan ada
tambahan dua dari PDSI yang
kami tunjuk langsung. Kapal
pakai PDC. Kami rencananya
mau bikin seremoni semua
kontrak AP. Saya berkeyakinan
OSES leader dalam hal sinergi
untuk memanfaatkan jasa-
jasa AP. PDC saja sekarang
kewalahan, banyak sekali kontrak
yang kami kasih.
Ke Elnusa, banyak. Lubrikasi,
cat, kapal, accomodation bar,
kontrak drilling, pokoknya
banyak. Saya yakin OSES
leader. Intinya begini, OSES
itu termasuk operasi tinggi.
Campaign-nya kami itu, kalau
tidak bisa lagi hemat dan
harus belanja, maka belanja di
Pertamina. Jadi sudah menjadi
trending topik.
Bagaimana dengan Komitmen
Kerja Pasti?
Pertamina itu sebenarnya
perusahaan bageur. Kami
itu untuk work over hanya
diwajibkan empat, namun
kami targetkan tahun ini 19.
Drilling pun tidak ada kewajiban
development tahun ini, kami
drilling delapan. Eksplorasi
baru tahun ketiga ada, tapi kami
targetkan tahun ini dua kalau
rignya dapat. Jadi kalau bicara
firm commitment Pertamina tidak
diragukan lagi. Firm commitment
itu kan kegiatan minimum,
Pertamina itu jauh di atas
minimum, berlapis-lapis.
Jika dilihat realisasi sampai
saat ini, PHE OSES berhasil
mempertahankan produksi.
Apa saja yang dilakukan saat
proses transisi alihkelola?
Produksi PHE OSES berhasil
dipertahankan. Kunci
keberhasilannya waktu alih kelola
kemarin, 60% waktu dan tenaga
kami lebih mempersiapkan untuk
setelah alih kelola. Jadi bukan
di proses alih kelolanya. Jadi
pipa-pipa bocor itu sudah kami
identifikasi lalu diajukan. Jadi
pikirannya itu lebih dipersiapkan,
apa sih yang mau dikerjakan
setelah alih kelola, bukan dalam
rangka proses administrasi
setelah alih kelolanya. Jadi itu
key success-nya. Jadi identifikasi
masalahnya sudah kebaca
semua, sudah disiapkan semua. Foto
: Dok
. PH
E
WAWANCARA
34
Makanya kami tidak kayak orang
gagap, langsung lari kencang.
Sekarang fokusnya lebih ke
fasilitas?
Memang terlihatnya fokus di
facility karena suka terekspos.
Tapi yang tadi saya katakan
65% itu justru di subsurface-
nya. Kalau tidak kan enggak
mungkin tahu sumur mana. Jadi
gerakannya masif, tapi tidak
heboh. Justru lebih intensif di
subsurface. Banyak yang kami
kerjakan sejak alih kelola.
Kami beruntung tim subsurface
punya komunikasi yang sangat
baik. Saking baiknya kapan
saja diundang langsung datang.
Sampai manajernya ditegur sama
CNOOC karena terlalu sering
berhubungan dengan Pertamina.
Anak-anak mudanya juga banyak
disini, pintar-pintar.
Untuk eksplorasi seperti apa?
Apa yang dilakukan pada
tahun ini?
Sebenarnya tahun ini enggak
ada target eksplorasi, tapi kami
rencanakan dua. Satu untuk cari
sumur gas, karena sumur-sumur
di OSES semua menggunakan
pompa dan pompa ini
menggunakan listrik. Listrik itu
powernya berasal dari gas. Jadi
gas kami mau habis. Jadi mau
engggak mau harus cari sumur
gas. Kedua, kami mau cari sumur
yang di bawah di basement.
Harapannya dari temen-temen
eksplorasi sumur-sumur yang
di basement ini adalah bigfish.
Tinggal berdoa saja. Manakala
ini berhasil bigfish-nya, akan
hidup banget itu PHE. Itu di
Krisna. Jadi ngebornya di lapisan
basement. Ada beberapa sumur
yang sudah terbukti, tinggal
dibuka saja. Kalau itu dapat,
bisa pesta pora. Sekarang saja
kontribusi OSES terhadap PHE
sangat signifikan.
35
INOVASI
Sebagian besar perusahaan,
apalagi entitas induk (holding
company) yang memiliki
ratusan anak usaha (AP),
data-data tersebut berserakan
sedemikian rupa. Apabila direksi
membutuhkan sebuah data,
informasi tersebut tidak dapat
didapatkan secara serta merta
(realtime) karena memerlukan
proses birokrasi yang berjenjang
dan terkadang rumit. Jika pun
ada informasi dikirimkan, belum
tentu pas dengan keinginan
direksi lantaran hal itu akan
dipengaruhi, antara lain,
kecakapan staf dalam mencari
dan menyajikan informasi, atau
kebijakan khusus di AP yang
membatasi informasi-informasi
ketersediaan data-data atau yang
komplit, terbaru, valid, dan dapat
dipercaya. Dalam era big data
seperti sekarang, perusahaan
harus pandai-pandai menggali
data dari semua aspek yang
terkait langsung maupun tidak
langsung dengan perusahaan,
memilah data-data tersebut,
menganalisis dan menyajikannya
bagi para pimpinan untuk
kepentingan pengambilan
keputusan.
Inovasi dalam sebuah
perusahaan bak oksigen
di tubuh manusia. Tanpa
kehadirannya, tubuh akan mati.
Begitu pun perusahaan. Kecepatan
inovasi menentukan sebuah
perusahaan akan terus tumbuh
atau mati secara pelan-pelan.
Namun, inovasi atau perubahan-
perubahan penting yang
dilakukan sebuah perusahaan
mustahil berhasil tanpa adanya
36
XD WORLD, KaRya anaK Milenial PHe yang BaKal MenDunia
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
eksplorasi dan IT tanpa ada
bantuan dari pihak ketiga. “Itu
juga yang menjadi tantangan
untuk kami,” katanya.
Yudhi Widhiyana, dari Fungsi ICT
& Data Management (DM) PHE,
menambahkan para insinyur
yang terlibat dalam proyek ini
“tidak pernah tidur”. Ada 12 orang
yang terlibat dalam proyek ini,
dimana Agus Dwi Suryanto,
Senior Geologist PHE, yang
memprakarsai proyek ini dari
awal menjadi project manager.
“Sekarang dia dipindah ke
OSES. Sebenarnya dia (Agus)
yang memprakasai dari awal,
dia yang kumpulin orang, dia
yang membangun sistemnya,”
tuturnya.
Dalam proyek ini, kata Widya,
berkumpul pekerja dari berbagai
latarbelakang seperti IT, geologi,
geofisika dan disiplin keilmuan
lainya.”Jadi, memang lebih
ke diskusi, mencoba mencari
tahu apa sih yang eksplorasi
butuhkan,” katanya.
Dia mengatakan gagasan
pembuatan XD World lantaran
PHE memiliki 55 AP dengan
gigantic data ternyata masing-
masing mempunyai koordinasi
sistem berbeda akibat entitas
bisnis itu datang dari culture
company yang berbeda.
Misalnya, ada yang dari
ExxonMobil, West Madura
Offshore, dan lain-lain. Data-
Perusahaan yang selamat di
era disruptif adalah yang gesit
merespons perubahan. Mantra
ampuh saat ini adalah “In the
new world, it is not the big fish
which eats the small fish, it’s the
fast fish which eats the slow fish”.
Sebagai sebuah bentuk jawaban
terhadap isu big data, Direktorat
Eksplorasi dan fungsi ICT-DM
PT Pertamina Hulu Energi (PHE)
berkolaborasi menciptakan
program terobosan melalui
database management system
berbasis GIS bernama XD World.
Mengusung jargon “Infinity
Access in Your Hand”, gagasan
ini diinisiasikan pada Kuartal IV-
2017 dan dipublikasikan pertama
kali pada Techno Energy Day,
Agustus 2018.
XD World murni merupakan
gagasan anak milenial di PHE.
Widyastuti Nur Farida, Junior
Exploration Geologist PHE yang
terlibat dalam proyek tersebut,
menuturkan terobosan ini
benar-benar inovasi antara tim
yang ”haram” diketahui pihak
lain, sekalipun oleh perusahaan
induk.
Dalam era sekarang Revolusi
Industri 4.0, penetrasi teknologi
yang serba disruptif mendorong
terjadinya perubahan semakin
cepat sebagai konsekuensi
dari menguatnya cengkraman
Internet of Things (IoT), big data,
otomasi, robotika, komputasi
awan, hingga inteligensi artifisial
(Artificial Intelligence). Saat ini,
seiring dengan akses Internet
yang semakin cepat dan murah,
miliaran orang telah terhubung
dengan perangkat mobile,
menjadikan akses terhadap
ilmu pengetahuan dan informasi
begitu terbuka secara nyata,
limitless dan borderless.
Kondisi seperti itu seketika
mengubah cara pandang
manusia atau perusahaan
terhadap proses bisnis.
Kini, perusahaan yang bisa
bertahan tak melulu ditentukan
ukuran besarnya perusahaan.
37
data dari tiap AP berisiko
muncul duplikasi karena belum
ada sistem yang terintegrasi
sebelumnya.
“Ternyata kesan dari Board of
Director (BOD) ini (XD World-red)
bagus sekali karena sebelumna
BOD setiap hari mendapat data
dari SMS setiap jam 7.00 pagi.
Kalau sekarang bisa by system
melihat kenaikan dan penuruan
produksi. Salah satu alasan XD
World diadakan karena kami
mau mencoba meng-capture
keseluruhan aset dimiliki PHE
dalam satu sistem yang sama
sehingga pihak manajemen
maupun user bisa melihat
performa PHE seperti i dari segi
produksi, asset, dan lain-lain,”
tuturnya, dalam perbincangan
dengan Energia PHE.
Perusahaan ingin memberikan
sebuah akses yang fleksibel
dan cepat terdapat enam
produk/servis yang sudah
dikembangkan di XD World yakni
asset maps, asset dashboard,
production performance, project
surveillance, exploration key
performance indicator(KPI) dan
field scouting.
Dengan tersedianya berbagai
layanan di XD World, pengguna
dapat mengakses informasi
dengan cepat dan mudah.
Program ini masih dalam proses
pengembangan. XD World akan
terus berinovasi dan me-laverage
operator. Nah, sekarang sudah
menginjak tahun kedua, sekarang
kami mencoba untuk fokus ke
nonoperator juga karena ada
beberapa data nonoperator yang
memang dimiliki oleh operatornya.
Kami ingin memperluas XD World
ke departemen yang lain. Kalau
disimpulkan kami sudah ada di
eksplorasi, production, facility, di
development sekarang sedang
proses,” tutur Widya.
Dyah Woelandari, project owner
XD World dari Fungsi ICT &
INOVASI
38
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
proyek secara masif pada
direktorat serta memperkuat
kolaborasi dengan sistem data
management di PHE. Beberapa
servis atau layanan baru seperti
pilot dashboard untuk Long Term
Coorporate Planning and Drilling
Activity serta isu-isu operasional
lainnya sedang dikembangkan
dan diharapkan tuntas awal
kuartal II 2019.
“Setahun ke belakang kami
fokusnya ke operator karena
PHE punya beberapa blok
Fitur Produk Fungsi
Asset Maps User dapat melakukan filter, query dan pembuatan chart terhadap area of interest yang dikehendaki.
Asset Dashboard User dapat melakukan evaluasi terhadap subsidiary PHE dalam single window dengan mempertimbangkan prospect and lead size distribution, undeveloped discovery, proven reserve dan prospective resources.
Production Performance
Tingkat produksi dari masing-masing subsidiary telah bisa diakses dengan mudah melalui production dashboard yang terangkum dalam beberapa periode tertentu dari satu bulan sampai dengan satu tahun terakhir yang terbagi dalam nilai field and platform value.
Project Surveillance
User dapat melakukan surveillance terhadap proses akuisisi seismik yang sedang berlangsung.
Exploration Key Performance Indicator (KPI)
Untuk menilai pencapaian suatu program, dashboard inimenampilkan progress terhadap target dan aktual dari program eksplorasi.
Feed Scounting Untuk mencari berita, informasi, atau data-data yang relevan.
Data Management (DM) PHE,
menjelaskan cakupan data yang
ditampilkan XD World sudah
mulai melebar, termasuk ke data
produksi. Misalnya, ONWJ hari ini
asetnya ada berapa, kondisinya
seperti apa, dan lain-lain. “Data
produksi sudah masuk, hampir
semua karena dari produksi
aplikasinya berbeda-beda. Input
datanya, dengan adanya XD
World kami bisa melihat langsung
data real time,” katanya.
Yudhi menambahkan data-data
seismik, eksplorasi, RKAP,
hampir semua sudah masuk.
“Kami baru mau masuk ke
development, sedang dirancang
untuk development. Keuangan
belum. Mungkin next time,”
katanya.
Data yang dikumpulkan tim XD
World tampaknya sangat lengkap.
Bisa jadi sebagian data tergolong
sebagai rahasia perusahaan,
yang tidak bisa diakses
39
sembarangan. Dyah menegaskan
saat ini baru level BoD saja
yang bisa mengakses XD World.
“Belum semua user. Tapi, kalau
user yang berhubungan dengan
data itu minta akses tinggal
email nanti kami kasih aksesnya,”
ungkapnya.
MENDAPATKAN APRESiASi
Sebagai inisiatif yang masih
bayi, XD World mendapatkan
apresiasi positif dari petinggi
PHE, PT Pertamina (Persero),
maupun SKK Migas, Widya
mengatakan yang membuat
tim senang adalah adanya
perubahan dalam pencarian
dana untuk pengambilan
keputusan. Sebelumnya, BoD
mencari data lewat paperbase,
namun sekarang dengan satu
klik sudah bisa melihat di XD
World. “Itu yang benar-benar
istilahnya mendrong dan
meyakinkan PHE bisa menjadi
world class company. Sekarang
yang menang bukan bigfish tapi
ikan yang tercepat. Jadi, kami
harapannya menjadi ikan yang
besar dan cepat,” katanya.
Pada Desember 2018. XD
World memenangi kompetisi
antar- KKKS pada ESRI Oil
and Gas Customer Experience
Competition. Tim diberikan
kesempatan untuk presentasi
pada Forum International Oil
and Gas Customer (ESRI User
Conference) di San Diego, USA.
Widya menegaskan tim sedang
melakukan persiapan terbaik
untuk mengikuti ajang kompetisi
yang akan digelar pada Juli 2019
tersebut, untuk memperlihatkan
kapasitas PHE kepada dunia.
“Ini forum terbesar di dunia saat
ini. Ini panggungnya yang tepat
sekali untuk show off bahwa PHE
ini punya XD World, sistem yang
sudah kami bangun,” katanya.
Dyah menambahkan
persiapannya ada dua. Pertama,
persiapan materi dimana PHE
juga dibantu sama pihak ESRI
yang memberikan petunjuk
tentang hal-hal yang harus
dimunculkan dalam presentasi.
Kedua, merupakan persiapan
nonmateri itu yang harus
urus sendiri seperi visa.”Kami
mendapatkan dukungan sangat
tinggi dari manajemen. Itu yang
membuat kami ingin lebih baik
lagi dalam membangun XD
World,” katanya.
XD World initiation
XD World launching in internet Event Techno Energy
Day of PHE
internalization to PHE
Subsidiaries
leverage XD World to other
Department
MilESTONE XD WORlD
Map & Dashboard Pilot Project
Establish GiS Service for
Operator and JOB
Establish GiS Service for
Non-Operator
integration with PHE Data Management
System
learning Phase
Producing 1st Phase
Producing 2nd Phase
2018 2019 2020
2017
DEC-Q4
Q3 Q4 Q1
SOSOK
40 TETAP SETIA BERSAMA PHE
Dari gedung Kwarnas
di bilangan Gambir,
Jakarta Pusat berpindah
ke PHE Tower di Jalan TB
Simatupang, Jakarta Selatan.
Dari hanya belasan karyawan
kini jumlahnya ribuan. Banyak
hal berubah, banyak hal baru
bermunculan tetapi masih ada
juga yang bertahan. Mereka
yang sejak awal bersama PHE,
menyaksikan bagaimana PHE
“berdialektika”dalam industri
migas di Indonesia.
Pada rapat umum pemegang
saham 29 Juni 2007, Pertahulu,
unit usaha Pertamina di bidang
eksplorasi, eksploitasi dan
produksi minyak dan gas bumi
diubah menjadi PT Pertamina
Hulu Energi (PHE). Sejak 1
Januari 2008, kegiatan usaha
hulu migas yang sebelumnya
dijalankan oleh Pertahulu,
sepenuhnya dijalankan
oleh PHE. PHE ditugaskan
sebagai Strategic Operating
Arm Pertamina (Persero),
melalui kerjasama dengan
pihak ketiga, baik di dalam
maupun luar negeri. Kehadiran
PHE merupakan bagian tak
terpisahkan dari sejarah
perjalanan Pertamina serta
konsekuensi kehadiran Nomor
41
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
direksi, dewan komisaris dan
pemegang saham. Dia berada
di bawah sekretaris perusahaan
yang langsung berkoordinasi
dengan direksi.
Selain tugas utama tersebut,
perempuan yang sebelumnya
bekerja di anak perusahaan
telekomunikasi itu juga menangani
urusan rumah tangga perusahaan.
Mulai dari minuman, makanan
dan juga keperluan lain direksi.
Jumlah karyawan terbatas, banyak
pekerjaan dilakukan oleh satu
orang. “Tugas utamanya soal
korespondensial, tetapi kalau
air minum habis, kita beli, sewa
dispenser ke perusahaan tetangga
(unit usaha Pertamina,red) yang
kebetulan berada di lantai yang
sama,” ceritanya mengenang
masa masa awal PHE.
Pengalaman senada juga
disampaikan Dimas, meski masuk
pada 2009 setelah perusahaan
setahun berdiri. Dimas termasuk
generasi awal PHE yang
berkantor di gedung Kwarnas
dan terus menjadi bagian dari
PHE sampai berusia 11 tahun.
Pria kelahiran 10 Oktober 1979
ini masuk di bagian Perencanaan.
Bagian Perencanaan berada
dibawah fungsi Bisnis Korporasi.
Tugasnya, menyiapkan berbagai
perencanaan terkait wilayah kerja
yang diberikan kepada PHE, mulai
dari anggaran dan juga pekerjaan
yang meliputi pengeboran dan
pembangunan fasilitas produksi.
Saat Dimas bekerja, jumlah
22 Tahun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi.
Ketika mulai menjalankan tugas
dan fungsi di sektor hulu migas,
PHE berkantor di lantai 6 gedung
Kwarnas, Gambir. Ketika masa-
masa awal, karyawan PHE tidak
banyak. Komposisi perusahaan
hanya diisi direktur utama,
vice president dan direktur.
Jabatan di bawah direktur, tidak
ada, langsung staf. Jumlah
keseluruhan karyawan tidak lebih
dari 20 orang. Jumlah karyawan
memang belum banyak, karena
masa masa awal merupakan
masa peralihan wilayah operasi
dari Pertamina (Persero) ke PHE.
Jajaran Direksi perusahaan sudah
berganti-ganti. Sudah ada enam
direktur utama yang memimpin
perusahaan. Silih berganti, datang
dan pergi. Namun sampai saat ini,
masih ada karyawan yang tetap
setia bersama PHE, menyaksikan
bagaimana perusahaan ini
bertumbuh dengan segala
dinamika yang terjadi. Dari
sedikit nama karyawan yang
menjadi generasi awal PHE, ada
Haniati (45) dan Dimas Widhi
Pratama (40) yang hingga kini
tetap bersama PHE dan berbagi
pengalaman mereka bersama
pembaca Energia PHE.
Hani, sapaan Haniati, mulai
berkarier di PHE sejak PHE
berdiri dan mendapatkan tugas
mengelola portofolio wilayah
kerja migas di Indonesia dan juga
luar negeri. Sementara Dimas,
memulai karier melalui rekrutmen
PHE pada 2009.
Perempuan kelahiran 26 Mei
1974 itu bercerita, meski jumlah
karyawan masih sedikit dan
dalam masa transisi, tidak berrati
pekerjaan yang dilakoninya juga
sedikit. Tugas utamanya adalah
menyiapkan korespondensi,
masalah legalitas, persetujuan
karyawan PHE sudah lebih banyak
dibandingkan tahun sebelumnya,
tetapi jumlahnya belum lebih dari
50 orang.
Dengan jumlah yang tidak
banyak, suasana guyub dan
akrab memang lebih terasa.
Pimpinan dan karyawan bisa
berbaur bersama, tanpa ada
sekat. Hubungan kerja antara
fungsi di dalam perusahaan pun
terjalin dengan baik. Mereka
menjadi panitia sekaligus peserta,
pada acara acara gathering dan
semacamnya. Suasana guyub
dan akrab tanpa sekat ini, menurut
keduanya terus terjaga hingga
hari ini di PHE. Suasana kerja ini
menurut keduanya, jarang ditemui
di perusahaan lain, bahkan di anak
perusahaan Pertamina sekalipun.
“Dari dulu sampai sekarang,
suasana kerja di PHE tetap saja
tidak banyak berubah, antara
pimpinan dan karyawan level
terendah tidak ada sekat. Kita bisa
ngobrol dengan direktur atau level
di atasnya tanpa ada perasaan
ini pimpinan dan sebagainya. Kita
bisa merokok bareng, makan di
warung berasama dan mengobrol
apa saja di luar urusan kantor,”
katanya.
Dimas bercerita, dulu ada
pimpinan tertinggi, masuk
ruangan karyawan, ngobrol
menanyakan pekerjaan atau
urusan di luar pekerjaan.
Terkadang banyak hal kecil yang
ditunjukan oleh pimpinan dan itu
semakin menguatkan kita dan
terus memperkokoh hubungan
antara pimpinan dengan
bawahan. “Ini yang membuat kita
(merasa) beruntung berada di
PHE,” demikian tambah Hani.
Suasana kerja ini sudah menjadi
semacam kebiasaan yang terus
dibawa dari masa awal PHE
berdiri. Suasana yang ngeblend,
egaliter, mengalir tanpa banyak
diganggu dengan urusan
birokratis. Banyak orang baru
yang datang dengan berbagai
pengalaman mereka, tetapi
mereka tidak membawa budaya
baru, tetapi justru menikmati
budaya dan suasana kerja
yang penuh kekraban dan tetap
mengedepankan profesionalitas.
Gedung Kwaranas lantai 6,
menyimpan banyak kenangan bagi
Hani dan Dimas dan beberapa
rekan lain yang menjadi karyawan
masa masa awal PHE. Dari
gedung yang usianya sudah tidak
muda lagi ini mereka menyaksikan
PHE terus bertumbuh, pimpinan
tertinggi sudah enam kali berganti,
mulai dari Bagus Setiardja,Dwi
Martono, Salis S. Aprilian, Ignatius
Tenny Wibowo, Gunung Sardjono
Hadi sampai kini pimpinan tertinggi
dijabat oleh Meidawati. “Masing
–masing pimpinan karakternya
berbeda, tetapi suasana kerja di
PHE tetap tak pernah berubah,
selalu menyenangkan,” ujar Hani.
Ketika ditanya lebih menikmati
suasana ketika masih berada
di gedung Kwarnas atau kini
yang sudah berpindah ke PHE
Tower di bilangan Simatupang,
keduanya tersenyum seolah
kompak bahwa keduanya
menikmati masa dulu dan saat
ini. Dulu jumlah orang terbatas,
banyak pekerjaan tetapi bantuan
untuk mengerjakan terbatas juga.
Sekarang jumlah banyak, PHE
lebih besar lagi. Banyak sumber
daya membantu menyelesaikan
suatu pekerjaan. Keduanya
bersyukur bahwa PHE terus
bertumbuh menjadi lebih besar
dan lebih baik dan mereka
menjadi saksi bagaimana
perusahaan ini bertumbuh.
“Betah, alhamdulillah betah.
Soalnya (di sini) bukan kayak
pabrik. Tiap waktu, tiap bulan
ada ilmu baru yang dipelajari.
Ada saja yang buat kita terus
mau belajar men-challenge diri
sendiri,” ungkap Dimas yang Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
SOSOK
42
Dari dulu sampai sekarang, suasana kerja di pHE tetap saja tidak banyak berubah, antara pimpinan dan karyawan level terendah tidak ada sekat
sebelum bergabung dengan PHE
sempat berkarya di Elnusa.
Ada yang terus bertahan, banyak
juga yang berubah. Dengan
PHE yang terus bertumbuh dan
berkembang, jumlah karyawan
yang semakin besar, wilayah
kerja juga tidak sedikit tentu saja
berpengaruh terhadap waktu
kerja. Ketika masa masa awal,
waktu kerja karyawan seperti
tidak dibatasi waktu. Tengah
malam bahkan masih berada di
kantor, menyiapkan bahan dan
presentasi untuk disampaikan
besok pagi. Saat ini, waktu kerja
sudah normal, waktu untuk
bersosialisasi juga lebih banyak.
Keluarga pun memahami kondisi
perusahaan saat itu. Pulang larut
malam bahkan harus menginap
di lokasi untuk memastikan acara
esok pagi berjalan dengan baik.
Dukungan keluarga ini menjadi
kekuatan bagi keduanya. Pun
begitu suasana kerja yang
hangat yang membuat mereka
tetap bertahan satu dasawarsa
bersama PHE.
Haniati sudah 11 tahun bersama
PHE sementara Dimas pada
Oktober 2019 ini akan masuk
tahun ke 10 bersama PHE.
Keduanya merupakan sedikit
dari karyawan awal PHE yang
masih setia bersama PHE.
Bahkan keduanya belum pernah
dipindahkan ke anak perusahaan
ataupun divisi lain di PHE.
43
HANiATiDari sisi ilmu, saya tak punya background urusan legalitas dan
sebagainya. Tetapi saya justru disuruh untuk mengurusi hal itu
sehingga saya merasakan ada pengetahuan baru yang saya
dapatkan. Saya jadi tahu bagaimana cara mendirikan perusahaan,
prosesnya seperti apa. Saya juga dapat pengetahuan bagaimana
melakukan korespondensi terutama terkait dengan hal hal yang
birokratis. Di sini, teman temannya seru, lebih persaudaraan dan
lebih guyub. Semoga PHE terus bertumbuh dan senang menjadi
bagian dari sejarah perjalanan dan pertumbuhan PHE.
DiMASKedekatan antara pekerja yang paling bawah sampai bos yang
paling atas tidak ada sekat. Di tempat lain, berjenjang dan
birokratis. Di sini sejak dulu sampai sekarang, habit dari gedung
Kwarnas tetap terbawa. Kalau melihat cara kerja atau budaya kerja
di perusahaan lain agak berbeda. Di sini, kita bisa diskusi sama
siapa saja baik level manager ataupun VP bahkan direktur, kalau
ada waktu dan tau apa yang dibahas, mereka welcome saja.
Keluarga sangat mendukung pekerjaan saya. Dulu memang waktu
untuk keleuarga sangat terbatas, tetapi masih bisa enjoy. Sekarang
dengan bertambah jumlah karyawan waktu kerja sudah normal
sebagaimana layaknya pekerja pada umumnya. Dan tetap saja
enjoy. Banyak hal baru yang dipelajari, wawasan pun bertambah.
RAGAM
44
MENjAGA SOLIDITAS TIM, anDalan KoRPoRat Di SeKtoR Hulu
Ratusan pasang kaki
mulai melangkah.
Mereka berlari tepat
setelah bendera start dikibarkan.
Rute larinya juga tidak terlalu
jauh, hanya 5 kilometer jarak
yang harus ditempuh oleh para
pekerja insan PHE dan keluarga
dan mitra yang mengikuti fun run
untuk memperingati HUT ke-12
PHE.
Namanya juga fun, tujuan
utama tentu bukan mengejar
kemenangan. Kebersamaan,
Foto
: Din
ul M
ubar
ok
45
mulai mengayuh sepeda saat
sesi lari belum dimulai.
Jika saat fun run jajaran
direksi PHE hanya melepas
peserta dengan mengibarkan
bendera start, sesi fun bike
mereka ikut ambil bagian
dengan berjejer rapih dibarisan
terdepan diikuti ratusan sepeda
dibelakangnya.
Fun run dan fun bike bukan dua
kegiatan di pagi yang cerah
itu. Selesai lari dan bersepeda,
Poundfit serta walkathlon sudah
menanti para peserta. Dua event
terakhir memang terdengar
asing, tapi jangan salah, karena
dua kegiatan anyar dan tenar di
kalangan milenial ternyata ramai
peminat.
Selain dari peserta lari dan
sepeda, ada juga peserta yang
memang sejak awal tidak ikut
lari atau bersepeda karena telah
memantapkan diri siapkan fisik
untuk mengikuti Poundfit. Event
ini diiringi dengan gerakan lincah
menggunakan tongkat khusus
semakin menambah semangat
pagi itu.
Usai memanaskan pagi, sekitar
2.000-an pekerja dan mitra kerja
PHE melakukan Walkathlon
dengan rute akhir arena acara
puncak perayaan 12 tahun PHE.
Dalam sesi acara puncak,
canda tawa terlihat lebih jelas
mengiringi kemeriahan HUT
PHE kali ini, ditambah lagi para
pekerja serta mitra juga tidak
sedikit yang mengajak anggota
keluarga. Ragam fasilitas
disiapkan untuk memanjakan
seluruh peserta acara. Ada
booth-booth foto yang didesain
menarik, ada juga zona games
berbasis teknologi. Tampak
kehangatan sangat terasa.
Insan PHE dan keluarganya
bisa berbaur bersama dalam
kemeriahan.
Meidawati, Direktur Utama PHE,
berpesan bahwa menginjak usia
12 tahun menandakan bahwa
PHE bukan lagi perusahaan
migas anak bawang yang baru
dibentuk. Jika dianalogikan
sebagai anak manusia, usia 12
berarti usia seorang manusia
mulai memasuki tantangan baru
dalam fase kehidupannya.
Dengan ruang lingkup
perusahaan yang besar terdiri
atas 58 Wilayah Kerja bisa dilihat
beratnya tantangan perusahaan
ke depan terutama dalam hal
menaikkan produksi migas.
Toh, itu bukan berarti tidak bisa.
Pasalnya, berbagai upaya yang
telah dilakukan terbukti bisa
membuat PHE bertahan bahkan
mampu meningkatkan kinerjanya
dalam beberapa tahun terakhir
ditengah ketidakpastian kondisi
industri migas secara global yang
ditandai dengan anjloknya harga
minyak dunia.
loyalitas, dan rasa memiliki
perusahaan jadi modal utama
para pekerja dan insan PHE rela
bangun pagi-pagi buta memadati
kawasan ICE Bumi Serpong
Damai, Kota Tangerang Selatan
pada Minggu (30/6) lalu.
Setelah para pelari berlalu,
giliran rombongan sepeda
bersiap digaris start. Dibagi
menjadi empat kloter, para
pesertanya juga tidak kalah
semangat. Mereka bahkan telah
melakukan pemanasan dan
Menurut Meidawati, jelang
usianya yang ke 12 tahun
ini, PHE telah diamanatkan
pekerjaan menantang yang
baru dengan mengelola blok-
blok terminasi beberapa waktu
lalu. Ada empat blok yang
diamanatkan sejak 2018, yakni
blok Ogan Komering, blok
Tuban, blok Offshore Southeast
Sumatera (OSES) serta Jambi
Merang. “Dalam waktu dekat
kita akan kelola lagi blok Raja
Tempirai,” kata Meidawati kepada
Energia PHE di sela perayaan
HUT PHE
Menurut Meidawati, setiap
tahun tantangan yang dihadapi
perusahaaan berbeda-beda
begitu juga bagi PHE. Setelah
masa transisi yang dilalui
dengan mulus di usia ke 12-
nya PHE dihadapkan dengan
pekerjaan tambahan untuk
menjaga produksi di blok-blok
yang menjadi prioritas termasuk
blok yang baru saja dialihkelola.
Poin utama yang perlu diperlu
diperhatikan adalah fasilitas dan
kondisi reservoar di berbagai
blok migas yang dikelola PHE
sudah terlanjur berumur tua.Foto
: Din
ul M
ubar
ok
RAGAM
46
“Kendala itu setiap tahun beda-
beda. Sekarang dikasih yang
besar (blok migas) OSES, itu
kendala fasilitas, lalu pompanya.
Itu sekarang kita siapkan kontrak-
kontrak ke depan lebih baik lagi,
cepat perbaikian fasilitas,” jelas
Meidawati.
Pemboran sumur-sumur
pengembangan serta melakukan
reaktivasi sumur juga akan jadi
fokus perusahaan ke depannya.
Menurut Meidawati, PHE harus
lebih siap lagi menghadapi
tantangan yang ada di depan
mata. Umur 12 tahun bukan lagi
saatnya bersantai-santai atau
belajar.
PHE harus terus berupaya
temukan formula yang tepat
untuk mengurangi decline atau
penurunan produksi. Bukan
hanya menahan tapi juga
mengurangi laju penurunan. Ini
dinilai penting karena jika hanya
menahan decline dampaknya
tidak terlalu signifikan. “Tidak
akan bertambah (produksi) kalau
kita tidak bisa kurangi decline,
bukan menahan kalau tahan kan
dia akan stuck aja,” ujarnya.
Jika pengerjaan sumur
pengembangan dan reaktivasi
sumur serta perbaikan fasilitas
sudah dilakukan maka poin
penting lainnya yang harus
juga diperhatikan adalah terkait
monetisasi gas. Bagaimana
membuat sumber daya yang
telah ditemukan menjadi bernilai
serta bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat.
Di sisi lain, lanjut Meidawati,
koordinasi dengan PT Pertamina
(Persero) serta SKK Migas
harus terus ditingkatkan
sekaligus berinovasi dalam
strategi monetisasi gas.
Pengembangan, pemeliharaan
fasilitas serta strategi monetisasi
gas merupakan beberapa
tindakan untuk mendapatkan
hasil dalam jangka pendek dan
akan berdampak langsung ke
kinerja perusahaan sekarang
ini. Sementara untuk jangka
panjang, perusahaan tidak
akan berhenti untuk melakukan
eksplorasi. Penemuan cadangan
menurut Meidawati harus
tetap jadi agenda khusus dan
harus terus digaungkan dan
dieksekusi.
Untuk itu Meidawati mewanti-
wanti agar kebersamaan dan
persatuan antarlini perusahaan
harus terjaga. Budaya kerja sama
tim ini yang membuat PHE tetap
solid dan menjadi salah satu
andalan korporat di sektor hulu.
PHE bisa dilihat sebagai sebuah
kapal yang siap berlayar.
Lumrahnya sebuah kapal kemudi
dikuasai oleh sang kapten, tapi
untuk kapal PHE ini sang kapten
yang merupakan direktur utama
tidak bisa sendiri mengendalikan
laju kapal. Kerja sama tim
antaranggota direksi sebagai
tim bersama kapten sangat
diperlukan.
“Kelima BoD memutar kemudi
kita bersama jalankan tugas, kita
satukan kemampuan menjawab
tantangan untuk kemajuan PHE,”
kata Meidawati.
47
Laporan Tahunan Terintegrasi 2018Integrated Annual Report 201873
Perjalanan dari Waktu ke WaktuMilestone
1989Pendirian PT Aroma Operations Services (AOS).Bergerak di bidang pengadaan jasa untuk mendukung operasi kilang petrokimia di Cilacap.
Establishment of PT Aroma Operations Service (AOS).Operated in services procurement to support petrochemical refinery operations in Cilacap.
Pemberlakuan Undang-Undang No.22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.
Enforcement of Law Number 22 of 2001 on Oil and Gas.
PT AOS berubah nama menjadi PT Pertahulu Energy.
PT AOS changed its name to PT Pertahulu Energy.
20022001
PT Pertahulu Energy beganti nama menjadi PT Pertamina Hulu Energi.
PT Pertahulu Energy changed its name to PT Pertamina Hulu Energi.
2007
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) efektif beroperasi di bidang usaha hulu minyak dan gas di dalam dan luar negeri.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) effectively operated in upstream oil and gas sector, domestic and overseas.
2008 PHE melakukan akuisisi wilayah kerja di Ambalat Timur dan ONWJ.PHE melakukan akuisisi kepemilikan saham PT Pertamina Geothermal Energy Lawu dan PT Patra Drilling Contractor.
PHE acquired the working area in East Ambalat and ONWJ.PHE acquired ownership in PT Pertamina Geothermal Energy Lawu and PT Patra Drilling Contractor.
2016
PHE menjadi operator Wilayah Kerja Blok Tuban dan Blok Ogan Komering, pada 20 Mei 2018.PHE menjadi operator Blok Southeast Sumatera (SES), setelah alih kelola Blok SES dari operator lama CNOOC SES Ltd., pada 06 September 2018.PHE ditunjuk mengelola Blok North Sumatera Offshore (NSO) di Aceh hingga 2038 oleh Pemerintah, dan berlaku sejak 16 Oktober 2018
PHE became the Operational Area operator (WK) Tuban and WK Ogan Komering, on 20 May 2018.PHE became the Southeast WK operator Sumatera (SES), after the management of Blok SES from the old operator CNOOC SES Ltd., on 6 September 2018.PHE was appointed to manage Blok North Sumatra Offshore (NSO) in Aceh up to 2038 by the Government, and is valid since 16 October , 2018
2018
Menerapkan kontrak bagi hasil Gross Split pertama di Indonesia pada wilayah kerja ONWJ
Implemented the first Gross Split production sharing contract in Indonesia within ONWJ working area
2017
Laporan Tahunan Terintegrasi 2018Integrated Annual Report 2018
MILESTONE
48
Laporan Tahunan Terintegrasi 2018Integrated Annual Report 201873
Perjalanan dari Waktu ke WaktuMilestone
1989Pendirian PT Aroma Operations Services (AOS).Bergerak di bidang pengadaan jasa untuk mendukung operasi kilang petrokimia di Cilacap.
Establishment of PT Aroma Operations Service (AOS).Operated in services procurement to support petrochemical refinery operations in Cilacap.
Pemberlakuan Undang-Undang No.22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.
Enforcement of Law Number 22 of 2001 on Oil and Gas.
PT AOS berubah nama menjadi PT Pertahulu Energy.
PT AOS changed its name to PT Pertahulu Energy.
20022001
PT Pertahulu Energy beganti nama menjadi PT Pertamina Hulu Energi.
PT Pertahulu Energy changed its name to PT Pertamina Hulu Energi.
2007
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) efektif beroperasi di bidang usaha hulu minyak dan gas di dalam dan luar negeri.
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) effectively operated in upstream oil and gas sector, domestic and overseas.
2008 PHE melakukan akuisisi wilayah kerja di Ambalat Timur dan ONWJ.PHE melakukan akuisisi kepemilikan saham PT Pertamina Geothermal Energy Lawu dan PT Patra Drilling Contractor.
PHE acquired the working area in East Ambalat and ONWJ.PHE acquired ownership in PT Pertamina Geothermal Energy Lawu and PT Patra Drilling Contractor.
2016
PHE menjadi operator Wilayah Kerja Blok Tuban dan Blok Ogan Komering, pada 20 Mei 2018.PHE menjadi operator Blok Southeast Sumatera (SES), setelah alih kelola Blok SES dari operator lama CNOOC SES Ltd., pada 06 September 2018.PHE ditunjuk mengelola Blok North Sumatera Offshore (NSO) di Aceh hingga 2038 oleh Pemerintah, dan berlaku sejak 16 Oktober 2018
PHE became the Operational Area operator (WK) Tuban and WK Ogan Komering, on 20 May 2018.PHE became the Southeast WK operator Sumatera (SES), after the management of Blok SES from the old operator CNOOC SES Ltd., on 6 September 2018.PHE was appointed to manage Blok North Sumatra Offshore (NSO) in Aceh up to 2038 by the Government, and is valid since 16 October , 2018
2018
Menerapkan kontrak bagi hasil Gross Split pertama di Indonesia pada wilayah kerja ONWJ
Implemented the first Gross Split production sharing contract in Indonesia within ONWJ working area
2017
Laporan Tahunan Terintegrasi 2018Integrated Annual Report 2018
49
KOMUNITAS
50
MENjAGA KeBugaRan Dan JeJaRing LEWAT AYUNAN RAKET
Lapangan Tenis Komplek
Brigade Infanteri Marinir I
Korps Marinir di Kawasan
Cilandak, Jakarta Selatan,
tampak meriah pada Rabu
(19 Juni) sore. Puluhan orang
berkumpul di salah satu lapangan
tenis tertutup dari empat lapangan
yang ada di tempat itu. Mereka
menyaksikan pemukulan bola
tenis oleh Direktur Keuangan
dan Layanan Bisnis PHE
Huddie Dewanto dan Direktur
Pengembangan PHE Afif Saifudin
tanda dimulainya rangkaian
kegiatan HUT ke-12 PHE dalam
event PHE Sports League.
Bukannya tanpa alasan
pembukaan PHE Sports League
Foto
: Din
ul M
ubar
ok
51
“Frekuensi latihan hanya sekali
dalam seminggu. Harinya tak
tentu, terkadang Selasa, Rabu,
atau Kamis Sore. Latihan selama
dua jam, tapi kalau lapangan
kosong bisa main (tenis) sampai
jam sembilan malam” ujar Aji
yang menjabat Head of Facility
Engineering PHE WMO.
Kendati hanya hobi, Bapor
Tenis PHE menyediakan pelatih
khusus. Dini Husnil, satu-satunya
wanita petenis PHE yang bekerja
di Subsurface Department PHE
ONWJ, mengatakan pelatih akan
membimbing pemain secara
individu, bahkan terkadang
ikut bermain. Bunge Nahor,
pelatih kawakan nasional,
2019 dilakukan di lapangan tenis
Brigif I Marinir. Pasalnya, banyak
pekerja PHE yang hobi olahraga
tenis dan kebetulan berlatih
seminggu sekali di lapangan
tersebut. Huddie dan Afif adalah
salah satu dari penggemar
tenis kendati tidak rutin berlatih
bersama Bapor Tenis PHE,
organisasi yang menaungi
para pekerja PHE dan Anak
Perusahaan (AP) yang hobi tenis.
Aji Wahyono, Ketua Bapor Tenis
PHE, mengatakan Bapor Tenis
PHE terbentuk sekitar lima
tahun lalu. Pendirian Bapor ini
untuk mengakomodasi pekerja
PHE dan AP yang hobi tenis.
“Sebelumnya, teman-teman
yang hobi tenis biasanya latihan
bersama AP masing-masing.
Ada yang di WMO, ONWJ, dan
lain-lain,” ujar Aji kepada Energia
PHE.
Aji menyebutkan, latihan tenis
pekerja PHE awalnya di lapangan
tenis Arkadia di bilangan
Simatupang, Jakarta Selatan.
Pernah pula latihan di lapangan
tenis Pusdiklat PLN di Ragunan.
Jadwal latihan biasanya pada
Rabu sore pulang kantor.
Pekerja PHE dan AP yang latihan
rata-rata 25 orang kendati jumlah
pehobi tenis PHE mencapai 40-
an orang.
Foto
: Din
ul M
ubar
ok
52
pernah menjadi pelatih PHE.
Bunge adalah pelatih yang
pernah menangani petenis
terkemuka pada masanya,
seperti Sri Utami Ningsih,
Conny Maramis, Yayuk Basuki,
Suharyadi, Sulistiyono, Hawin
Sutopo, Januar Mangitung,
Wailan Walalangi, Tintus
Arianto Wibowo, Aga Sumarno,
Lucky Tedjamukti, Vivi Rogi,
Abdul Kahar MIM, dan Elfira
Nizarwan Rungkat (ibu dari
Christopher Rungkat, salah
satu jawara tunggal putra
nasional di era milenium).
Belakangan, menurut Dini kursi
pelatih berganti. “Pak Bunge
kebetulan sudah pindah dari
sini. Sebelumnya beliau kan
punya sekolah tenis di sini
(Cilandak). Sejak awal 2019
yang melatih Pak Wasidi dari
internal Brigif Marinir,” ujarnya.
Dini mulai bermain tenis sejak
10 tahun lalu. Bergabung di tim
tenis PHE pada 2011 seiring
dengan dimulainya masa
bekerja di PHE. Dini berupaya
latihan minimal seminggu
sekali. “Saya terbiasa tenis dari
kecil. Mungkin turunan dari
keluarga yang suka main tenis,”
katanya.
Perempuan berhijab ini lebih
suka main berpasangan (double)
karena bermain perorangan
cukup berat. Selain menguras
stamina, juga perlu kematangan
dari sisi teknis bermain.
Belum lagi dari sisi lapangan.
Dibandingkan lapangan rumput
atau tanah liat (gravel), Dini
lebih menyukai lapangan
keras. “Lebih enak main seperti
lapangan (Brigif Marinir Cilandak,
red) ini, hardcourt, bolanya
lebih predictable arah jatuh
bolanya lebih bisa di prediksi,”
KOMUNITAS
ujar Dini yang memakai raket
merek Babolat seperti petenis
favoritnya, Rafael Nadal, mantan
juara dunia tenis asal Spanyol.
Adapun Agung Nugroho, Manajer
HSSE PHE yang belum lama
berselang mutasi ke PHE
Simenggaris, mengaku baru dua
53
Aji menjelaskan, PHE
memberikan bantuan bagi para
pekerja yang mengikuti kegiatan
olahraga maupun kesenian
di perusahaan. Setiap Bapor
mendapatkan anggaran tahunan
dari perusahaan. Untuk Bapor
Tenis anggaran sekitar Rp 35
juta-Rp45 juta per tahun. Bila
digabungkan dengan HUT
PHE, mendapatkan anggaran
sekitar Rp80 juta untuk pehobi
tenis yang berasal dari pekerja
berbagai level mulai dari yunior,
senior, vice president, manajer,
dan juga general manager. “Total
di sekitar Rp120 jutaan setahun.
Itu termasuk sewa lapangan dan
juga untuk coach,” ujar Aji.
Bobby Cahyo Widiantoro,
mantan pengurus Bapor
Tenis PHE, menambahkan
dukungan manajemen PHE
dari sisi finansial terhadap
Bapor, terutama Bapor Tenis,
juga dibalas dengan prestasi
yang diraih para petenis PHE.
Pada event 4th Petro Tennis
2018 berlangsung di Elite
Club Epicentrum Jakarta, 3-4
November 2018, PHE yang
mengirimkan dua tim, berhasil
meraih juara ketiga melalui
tim PHE-A. Juara I diraih oleh
SKK Migas dan juara II oleh PT
Pertamina Hulu Indonesia.
Menurut Bobby, PHE saat itu
mengirimkan 35 atlet dan ofisial
yang terdiri atas dua tim, yaitu
PHE-A yang dipimpin oleh Riry
tahun terakhir bergabung
di Bapor Tenis PHE.
Dia penyuka olahraga.
Selain menguasai
futsal, sepakbola, dan
bulutangkis. “Karena
ingin tantangan baru,
saya mencoba tenis.
Kalau di badminton
kan high impact, kalau
tenis kan lebih rekreatif,”
ujarnya.
Menurut Agung tenis
adalah olahraga yang
menarik. Apalagi
gerakannya tidak terlalu
cepat dibandingkan
badminton, dan
bisa teriak-teriak
serta lebih rekreatif.
“Dari komunitasnya
bagus. Bila akan ada
pertandingan, kami
kumpul semua dari AP-
AP, ajang reuni,”
kata penggemar
Roger Federer (petenis
Swiss) yang memakai
empat raket seperti
merek Wilson dan
Prince ini.
Agung mengaku latihan tenis
tidak hanya di PHE. Bisa
di mana saja, termasuk di
lingkungan tempat tinggalnya.
“Karena sudah difasilitasi PHE
untuk tenis, saya manfaatkan
maksimal. Saat Ramadhan lalu
juga kami tetap latihan tenis,”
ujarnya.
Wurestya Hady dan PHE-B
yang dipimpin oleh Theodorus
Duma dengan Manajer Tim
Indra Shahab (GM PHE Jambi
Merang). Para petenis di tim
PHE-A dan PHE-B merupakan
pekerja yang berasal dari AP-AP
dan mitra PHE seperti PHE
ONWJ, PHE WMO, BOB BSP,
Tomori, dan Jambi Merang. Pada
2015, PHE menjadi juara I Petro
Tenis dan pada 2017 menjadi
juara kedua.
“Formasinya ada lima ganda.
Satu ganda prestasi, satu ganda
usia 40, usia 50, usia bebas, dan
ganda campuran,” ujar pekerja
PHE bidang P&D Onshore
Services Procurement Senior
Analyst, Services Procurement
PHE tersebut.
Menurut Bobby, para petenis
PHE tidak sejatinya tidak
mengejar prestasi tapi
kebugaran. Apalagi tenis
merupakan salah satu olahraga
dapat membantu meningkatkan
kesehatan kordiovaskular serta
mempertahankan tingkat energi
yang lebih tinggi serta membantu
membakar lemak tubuh lebih
cepat. Di luar itu, tenis juga
membantu meningkatkan
kedisiplinan dan melatih fokus
untuk berpikir ke depan.
“Komunitas tenis PHE ini sebagai
ajang silaturahim dan menjalin
jejaring. Saya kenal orang-orang
ini gara-gara tenis,” ujarnya.
baru berdiri 20 tahun lalu dari
Kabupaten Bengkalis 20 tahun
silam. PT Pertamina Hulu Energi
(PHE) memiliki wilayah kerja
di kabupaten ini melalui anak
usahanya PHE Siak. Bakar
Tongkang adalah ritual tahunan
masyarakat di Bagansiapiapi
yang telah terkenal di
mancanegara dan masuk
dalam kalender visit Indonesia.
Setiap tahun, festival ini mampu
Bagansiapiapi, Kabupaten
Rokan Hilir, Provinsi
Riau merupakan kota
bersejarah di Indonesia. Dulu,
daerah ini dikenal sebagai kota
pelabuhan dan penghasil ikan
terbesar di Indonesia. Selain
itu, Bagansiapiapi juga terkenal
dengan wisata sejarah Etnis
Tionghoa, bakar tongkang atau
yang biasa disebut Go Cap Lak.
Pada 2019, merupakan tahun
LEISURE
dengan kunjungan wisatawan
tertinggi. Menariknya, tahun
ini perayaan bakar tongkang
bersamaan dengan peresmian
pembangunan masjid Cengho.
Ini sekaligus menegaskan
bahwa antara budaya dan
religuisitas bisa bersanding
dengan baik.
Kabupaten Rokan Hilir
merupakan kabupaten yang
BAKAR TONGKANG; TRADISI TIONGHOA DI NEGERI SERIBU KUBAH
54
Foto
: Dok
. PH
E
Negeri Tirai Bambu sehingga
pendatang Tionghoa semakin
banyak. Keahlian menangkap
ikan yang dimiliki oleh
nelayan tersebut mendorong
penangkapan hasil laut yang
terus berlimpah. Hasil laut
berlimpah tersebut diekspor
ke berbagai benua lain hingga
Bagansiapiapi menjadi penghasil
ikan laut terbesar kedua di dunia
setelah Norwegia.
Perdagangan di selat Melaka
semakin ramai hingga membuat
Belanda melirik Bagansiapiapi
sebagai salah satu basis
kekuatan laut Belanda. Belanda
kemudian membangun
pelabuhan di Bagansiapiapi.
Konon katanya, pelabuhan
tersebut adalah pelabuhan paling
canggih saat itu di selat Melaka.
Tidak hanya hasil laut yang saat
itu menjadi tumpuan kehidupan
masyarakat Bagansiapiapi, tetapi
ada juga hasil karet alam yang
juga sangat terkenal. Pada masa
perang dunia I dan perang dunia
II, Bagansiapiapi disebut sebagai
salah satu daerah penghasil
karet berkualitas tinggi yang saat
itu banyak sekali dipakai untuk
kebutuhan peralatan perang
seperti ban dari bahan karet.
Pengolahan karet alam
tersebut dilakukan sendiri oleh
masyarakat Bagansiapiapi
di beberapa pabrik karet di
Bagansiapiapi. Namun setelah
Perang Dunia II, permintaan
menyedot wisatawan dari negara
Malaysia, Singapura, Thailand,
Taiwan hingga Tiongkok Daratan.
Sejarah panjang kota
Bagansiapiapi tidak bisa lepas
dari sejarah asal mula etnis
Tionghoa yang terus melestarikan
budaya dan adat istiadatnya
hingga kini. Go Cap Lak
merupakan perayaan budaya
etnis Tionghoa Bagansiapiapi,
setiap tanggal 16 bulan Kelima
tahun Imlek atau bulan Juni saban
tahunnya. Perayaan Go Cap
Lak lebih dikenal sebagai tradisi
Bakar Tongkang yang merupakan
perayaan mengenang leluhur
etnis Tionghoa yang menemukan
kota Bagansiapiapi dan sebagai
wujud rasa syukur kepada Dewa
55
Kie Ong Ya dan Dewa Tai Su Ong.
Sejarah berawal dari
pengembaraan 18 etnis
Tionghoa dari daratan Tiongkok
menuju Tanah Melayu untuk
berjuang menemukan tempat
kehidupan yang layak. Dewa
Kie Ong Ya (Dewa Laut)
dipercaya sebagai dewa
penyelamat selama perjalanan
mengarungi lautan dan Dewa
Tai Su Ong Ya (Dewa Tuan Raja)
merupakan dewa pengembara.
Keduanya dipercaya memandu
pengarungan hingga
mengantarkan mereka pada
daratan yang diimpikan.
Kerlap-kerlip cahaya merupakan
petunjuk bagi pengembara
telah menemukan daratan
yang diimpikan, kerlap-kerlip
cahaya berasal dari kunang-
kunang (Si Api-api) yang banyak
ditemukan di pohon bakau
tepian pesisir. Pengembara
meyakini bahwa tempat inilah
daratan yang mereka impikan
sehingga mereka bertekad untuk
menempati selamanya dan tidak
akan kembali ke negeri asalnya.
Tekad menetap di daratan yang
diimpikan, diwujudkan dengan
membakar perahu/tongkang
yang telah membawa mereka
ke negeri yang kemudian diberi
nama Bagansiapiapi.
Mereka yang merasa
menemukan daerah tempat
tinggal yang lebih baik segera
mengajak sanak-keluarga dari
karet terus menurun, sampai
kemudian beberapa pengusaha
menutup pabrik karet tersebut.
TRADiSi lElUHUR
Dari ratusan tahun yang lalu,
keturunan etnis Tionghoa masih
menjaga dan melestarikan
tradisi leluhur mereka dengan
melaksanakan ritual-ritual yang
diajarkan nenek moyang. Tradisi
Bakar Tongkang merupakan
tradisi ritual yang masih
dilaksanakan setiap tahunnya,
ritual ini untuk mengenang
ditemukannya tanah yang
diimpikan oleh nenek moyangnya
terdahulu, Bagansiapiapi. Replika
tongkang dengan ukuran yang
selalu berbeda setiap tahunnya
dibuat di klenteng In Hok King,
yang merupakan klenteng tertua
dan diyakini oleh masyarakat
Tionghoa sebagai tempat
bersemayamnya Dewa Tuan Raja
Kie Ong Ya.
Replika Tongkang diarak dari
pelataran klenteng In Hok King
menuju tempat bakar tongkang
yang diyakini sebagai tempat
pertama pendaratan tongkang
yang mengantarkan 18 orang
nenek moyang mereka. Rute
arak-arakan selalu tetap tiap
tahunnya yaitu dimulai dari jalan
Perniagaan menuju tempat bakar
tongkang. Masyarakat etnis
Tionghoa dari seluruh penjuru
tanah air menyambut arak-
arakan dengan harapan dan doa
kepada Dewa Kie Ong Ya.
Sesampainya di tanah lapang
tempat yang diyakini sebagai
tempat pendaratan pertama
tongkang nenek moyang mereka,
replika tongkang dibakar sebagai
simbol dan tekad untuk tidak
akan kembali ke tanah asal usul
mereka. Hal yang unik dalam
tradisi bakar tongkang ini adalah
masyarakat etnis Tionghoa
meyakini, puncak bakar tongkang
adalah jatuhnya tiang tongkang
kearah darat atau laut. Arah
jatuhnya tiang tongkang adalah
pertanda rezeki dan peruntungan
tahun ini akan banyak didapat
dari darat atau laut.
Meriahnya tradisi bakar tongkang
ini, meyakinkan pemerintah
melalui Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif menetapkan
bahwa event bakar tongkang
merupakan event wisata religi
nasional maupun internasional.
Sesuai data dari Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
bahwa pengunjung event bakar
tongkang 2019 menembus
angka 76.000 pengunjung dan
merupakan angka tertinggi
sepanjang event bakar tongkang
ini dilaksanakan.
“Dengan meningkatnya
jumlah kunjungan pada event
bakar tongkang tahun ini, kita
yakin bahwa tradisi ini bisa
terus dilestarikan dan dapat
meningkatkan perekonomian
masyarakat Bagansiapiapi Rokan
Hilir,” demikian diungkapkan
Suyatno, Bupati Rokan Hilir,
dalam sambutannya.
Menurut Suyatno, terus
meningkatnya jumlah kunjungan
semakin menguatkan semangat
pemerintah untuk terus
meningkatkan infrastruktur mulai
dari jalan hingga fasilitas wisata
lainnya.
CONTOH SUKSESKetua Pelaksana Top 100
Calender of Event (CoE)
Wonderful Indonesia Kementerian
Pariwisata (Kemenpar) Esthy
Reko Astuti yang hadir dalam
acara festival yang digelar di Kota
Bangan Siapiapi, mengatakan
Bakar Tongkang merupakan salah
satu contoh suksesnya ritual
budaya yang dimiliki Indonesia.
Kegiatan ini juga lanjutnya,
mampu mendatangkan manfaat
ekonomi secara langsung bagi
LEISURE
56
masyarakat setempat.
“Festival ini selalu mampu
menarik wisatawan untuk
datang. Semakin banyak
wisatawan datang, dampak
ekonominya dirasakan langsung
oleh masyarakat. Begitu juga
beragam atraksi pendukung
yang disiapkan pemerintah Rohil
dengan matang,” kata Esthy.
Menurut Esthy, peran sektor
pariwisata terbukti mampu
membantu menyejahterakan
masyarakat di Rokan Hilir
dan Riau secara umum serta
selain sektor minyak dan gas
yang menjadi penopang utama
ekonomi Riau. Bahkan saat ini,
sektor pariwisata menjadi tulang
punggung perekonomian.
“Di sinilah fungsi pariwisata.
Pariwisata hadir untuk terus
menyejahterakan masyarakat.
Dari mulai penginapan,
kuliner, jasa, hingga oleh-oleh.
Bayangkan jika satu wisatawan
menghabiskan uang Rp500.000
perhari. Jika 75.000 wisatawan
sudah berapa miliar uang beredar
di Bagansiapiapi,” katanya.
Suyatno mengakui bahwa
perputaran uang selama acara
Bakar Tongkang sangat besar.
Hotel-hotel penuh. Pedagang
kuliner, pedagang perlengkapan
berdoa, hingga para penarik
becak semua kebanjiran rezeki.
Pada kegiatan festival bakar
tongkang 2019, juga dilakukan
pencanangan pembangunan
Masjid Muhammad Cheng
Ho di Kota Bagansiapiapi .
Kegiatan ini diresmikan oleh
Gubernur Riau, Syamsuar.
Rencana pembangunan Foto
: Dok
. PH
E
57
masjid Cengho ini semakin
menambah keistimewaan event
bakar tongkang 2019. Masjid
yang rencana dibangun pada
due hektare lahan hibah dari
Pemerintah Kabupaten Rokan
Hilir ini merupakan sumbangan
dari Masyarakat Mualaf Muslim
Tionghoa Bagansiapiapi yang
tersebar di seluruh Indonesia.
Masjid yang dilengkapi dengan
Islamic Centre, Pusat Kajian
Islam, Mualaf Centre diyakini
akan menambah rentetan
panjang dari sejarah akulturasi
budaya Melayu – Tionghoa di
Kabupaten Rokan Hilir.
“Tugas kita semua yaitu
memikirkan kegiatan-kegiatan
keagamaan demi kemakmuran
Masjid Muhammad Cheng
Ho ini,” demikian pesan
Syamsuar, Gubernur Riau dalam
sambutannya.
HOBI
58
melihat macam-macam tipe
pesawat. Saya lebih suka tipe
pesawat komersial bukan tipe
pesawat tempur,” tuturnya, saat
berbincang dengan Energia PHE,
beberapa waktu lalu.
Pesawat die-cast merupakan
mainan atau model yang
jATUH CINTA PADA MINIATUR PESAWAT
Mengoleksi mainan
ternyata tak hanya
disukai anak-anak.
Orang dewasa pun banyak yang
mengoleksi mainan seperti
action figure, miniatur mobil,
motor, pesawat, kapal laut dan
lain-lain. Bagi sebagian kolektor,
mereka mengumpulkan mainan
justru untuk investasi, terutama
mainan-mainan yang tergolong
langka karena diproduksi terbatas.
Salah satu kolektor mainan
adalah Ekariza. Pria kelahiran
Jakarta ini mengoleksi die-cast
berbagai tipe pesawat terbang.
“Saya hanya hobi saja. Senang
EKARizA, Direktur Operasi dan Produksi
Apollo, Dragon Wings, dan lain-
lain. Untuk harganya bervariasi
bergantung pada jenis pesawat,
maskapai atau livery-nya. Harga
untuk miniature pesawat jenis
B373, Airbus A320 atau A321
sekitar Rp500-600 ribu. Kalau tipe
A380, B777, dan special livery
atau airlines biasanya lebih mahal.
Di salah satu marketplace yang
populer di Indonesia, model MD-11
Garuda Indonesia yang diproduksi
Gemini Jets, dibanderol Rp4,030
juta. Biasanya, apabila harganya
sangat mahal itu akibat miniatur
pesawat tersebut berkategori
limited edition.
“Kisaran harga miniatur pesawat
yang saya beli paling murah
Rp150 ribu dan yang paling
mahal sekitar Rp800 ribu,” ujar
Direktur Operasi dan Produksi
PT Pertamina Hulu Energi (PHE)
tersebut, sambil memamerkan
sebagian koleksi pesawat yang
diangkut ke ruang kerjanya.
Ekariza jatuh cinta pada die-
cast pesawat bukan tanpa
alasan. Awalnya, saat di bangsu
Sekolah Menengah Pertama
(SMP), dia bercita-cita menjadi
seorang pilot. Cita-cita tersebut
tidak kesampaian. Selepas dari
Sekolah Menengah Atas (SMA),
dia malah melanjutkan kuliah di
Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas
Sriwijaya, Palembang.
Gagal menjadi pilot tak
membuatnya memupus
dengan aslinya biasanya 1:200
atau 1:400. Di beberapa inflight
store ada juga dijual yang
perbandingannya 1:500.
Merk-merk yang tenar dan
populer di kalangan kolektor di
Indonesia adalah Gemini Jets,
Aeroclassic, Witty Wings, Phoenix,
59
diproduksi menggunakan
metode die-casting yakni proses
pelelehan logam atau metal
untuk kemudian dituang dan
dicetak sesuai dengan bentuk
yang diinginkan. Namun, saat
ini die-cast bisa terbuat dari
metal atau plastik. Perbandingan
ukuran pesawat yang diproduksi Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
kesukaannya terhadap
pesawat. Bahkan, dia ingin
memiliki pesawat tersebut
walau ukurannya lebih kecil.
Mulailah Ekariza mengoleksi
miniatur pesawat, setelah dia
bekerja di salah satu anak
usaha PT Pertamina (Persero)
dan ditempatkan di Rantau,
Kabupaten Aceh Tamiang,
Nanggroe Aceh Darussalam
pada 2001.
“Awalnya mulai koleksi waktu
penempatan kerja di Rantau. Saat
perjalanan dinas ke Jakarta naik
pesawat Garuda Indonesia. Di
udara ada dijual miniatur pesawat
terus saya beli. Waktu itu saya
ingat ada pesawat Garuda, Star
Air, Merpati, Sriwijaya, dan lain-
lain. Itu saya beli,” kenang Ekariza.
Sejak saat itu, mantan General
Manager Asset 2 Pertamina
EP tersebut kian keranjingan
berburu die-cast pesawat
berbeda. Dia kerap bercerita
tentang hobinya ini kepada
sejawatnya di Pertamina.
Bahkan, untuk menambah
koleksinya, Ekariza tak segan
meminta teman-temannya untuk
membelikan model pesawat saat
mereka berdinas ke luar negeri.
“Akhirnya sampai saat ini saya
bisa mengumpulkan sekitar 200-
an tipe model pesawat,” ujarnya.
Ekariza mengaku lebih suka
mengoleksi tipe pesawat
komersial dibadingkan pesawat
tempur. Pasalnya, model pesawat
komersial sangat beragam, dilihat
dari nama maskapainya, merk,
jenis pesawat, dan lain-lain.
Sementara model pesawat tempur
lebih terbatas. “Kalau pesawat
temput gitu-itu saja,” katanya.
Dari ratusan koleksinya, Ekariza
mengaku paling senang dengan
pesawat Garuda. Dia mempunyai
beberapa jenis pesawat
yang dioperasikan maskapai
kebanggaan Indonesia tersebut.
“Saya ada pesawat (Garuda)
yang warna kuning, merah, tapi
saya simpan di rumah,” katanya.
Laiknya seorang pemburu,
kesenangan mengoleksi model
pesawat juga terletak pada
saat berburu sasaran. Ekariza
mengaku banyak mendapatkan
mainannya saat terbang dengan
maskapai tersebut. Dia juga
HOBI
60
kerap mendatangi toko mainan
atau hunting di website khusus
penjual mainan.
“Ada teman memberitahukan
website-nya dan bisa pesan. Tapi,
saya lebih banyak pergi ke toko-
toko mainan. Saya catat koleksi
yang sudah punya. Pesawat
yang belum punya saya beli.
Ada juga toko di Madiun yang
khusus menjual kerajinan seperti
ini,” tutur Ekariza. “Paling banyak
saya cari sendiri, beberapa ada
yang saya titip teman yang keluar
negeri.Model terakhir saya beli
di Myanmar. Masih banyak yang
belum saya dapatkan.”
Bagaimana tanggapan anak
dan istrinya terhadap hobinya
61
Foto
: Tat
an A
gus
Rust
andi
ini? “Kalau anak-anal saya
kelihatannya senang-senang
saja. Tapi istri saya bilang ‘Kok
beli terus nih siapa yang beresin’.
Saya bilang tenang saja nanti
saya beli tempat khusus lemari
kaca,” kilahnya.
Koleksi pesawat mainan itu
disimpan di rumah dan kantor.
Ekariza memang memperlakukan
koleksinya secara khusus.
Mereka disimpan di lemari
kaca. Beruntung perawatannya
sangat mudah. Pesawat-pesawat
tersebut cukup di lap dengan kain
basah agar tidak berdebu. “Yang
membersihkan akhirnya istri saya.”
Sampai saat ini, Ekariza
menjadikan pesawat itu sebagai
koleksi pribadi. Belum ada
satu pun yang ditukar dengan
koleksi lain milik sesama
kolektor. Namun, saat bertugas
di Sumatera Selatan, kadang-
kadang dia menjadi pembicara
di kuliah umum. “Saya kasih
cinderamatanya pesawat koleksi
saya,” katanya.
Beberapa koleksi model pesawat
dia tinggalkan di kantor apabila
masa tugas di suatu wilayah
telah selesai. “Saya mulainya
kan dari Rantau, lalu pindah ke
Prabumulih, dan Jakarta. Ketika
saya pindah ada beberapa
pesawat yang saya tinggal
dikantor lama untuk kenang-
kenangan. Saat saya balik lagi
ke kantor itu, masih ada koleksi
saya di situ,” katanya.
CSR
62
penilaian yang sangat selektif.
Pada ajang Global CSR 2019,
terdapat delapan kategori
bergengsi yang diperebutkan
lebih dari 200 perusahaan dari
12 negara, antara lain Indonesia,
Malaysia, Singapura, Philipina,
Thailand, China, Qatar, Dubai,
Turki, dll.
Penghargaan yang diraih PHE
pada Global CSR Award 2019
diserahkan langsung oleh
Menteri/Minister for Welfare,
Community Well Being,
Women, Family & Childhood
Development Malaysia YB Dato
Komitmen PHE dalam
melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility/
CSR), khususnya pada aspek
Community Involvement &
Development (CID), kembali
mendapatkan penghargaan
di skala internasional. PHE
meraih tiga penghargaan pada
pada ajang The 11th Global
CSR Summit and Awards and
The Global Good Governance
Awards 2019 yang tahun ini
mengangkat tema A New Era
of Corporate Responsibility &
Activism di Pullman Kuching,
Sarawak, Malaysia, 4 – 5 April
2019.
The 11th Global CSR Summit
and Awards 2019 merupakan
konferensi internasional tahunan
di tingkat Asia Pasifik mengenai
CSR. Salah satu agenda utama
dalam event ini adalah Global
CSR Award 2019.
Global CSR Award merupakan
ajang penghargaan CSR yang
diberikan bagi perusahaan
dengan kinerja pengelolaan
CSR yang terukur, terarah dan
berkelanjutan, melalui sistem
PHe RaiH tiga PengHaRgaan DI AjANG 11TH GLOBAL CSR AWARD 2019
63
Foto
: Dok
. PH
E
manfaat ekonomi (resale).
Selanjutnya, keterampilan daur
ulang disebarluaskan oleh
para mantan anak jalanan agar
semakin banyak masyarakat
yang dapat mengolah sampah
(reshare). Hasil produk daur
ulang ini kemudian digunakan
sebagai suvenir Perusahaan
di lingkungan PHE, sebagai
bentuk CSV. Produk daur ulang
juga dipasarkan secara luas di
masyarakat.
Perkembangan aktivitas program
juga telah menghasilkan inovasi
baru bernama Mobil Perubahan.
Melalui Mobil Perubahan ini,
program telah menjangkau
penerima manfaat dengan
cakupan jumlah komunitas rentan
maupun wilayah yang lebih luas,
yaitu menyasar kelompok difabel,
pemulung dan pengamen, serta
kelompok rehabilitasi narkoba di
DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat,
hingga Sulawesi Selatan.
Inovasi lain yang dihasilkan ialah
mesin pembuat bubur kertas
yang telah mendapatkan hak
paten dengan No. IDS000001561
dari Kementerian Hukum dan
HAM Republik Indonesia.
Dengan inovasi ini terjadi
efisiensi penggunaan listrik
4,8 kWh yang menurunkan
biaya operasional sekaligus
menurunkan emisi hingga 1,7 ton
CO2 Eq/MWH per tahun.
Pada aspek keberlanjutannya,
sesuai peta jalan/road map,
kemiskinan, pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan
community engagement, (ii)
memiliki aspek keberlanjutan, (iii)
memiliki inovasi program yang
pertama kali diterapkan baik di
skala nasional atau global, serta
(iv) program terbukti secara
signifikan telah berkontribusi
terhadap aspek bottom lines
perusahaan.
Penghargaan Gold pada kategori
ini diraih PHE melalui Program
Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Ekonomi Kreatif 5R++
yang dijalankan oleh Anak
Perusahaan PHE yakni PHE
ONWJ. Bekerja sama dengan
Yayasan Kumala, PHE ONWJ
membina dan meningkatkan
kapasitas dan keterampilan
anak jalanan di Tanjung Priok,
Jakarta Utara hingga saat ini
mampu mengolah 1.500 kg
limbah kertas dari kegiatan
operasional perusahaan/bulan
menjadi produk bernilai jual,
dengan konsep baru, yaitu 5R++:
Reduce, Reuse, Recycle, Resale,
dan Reshare.
Dalam program creating share
value/CSV ini, sampah kertas
diolah dan didaur ulang menjadi
bahan baku produk ekonomi
kreatif sesuai dengan konsep
reduce, reuse, dan recyle.
Setelah menjadi produk kerajinan
kreatif seperti kertas daur
ulang, kotak tisu, buku agenda,
dll hasil karya ini kemudian
dijual sehingga memberikan
Sri Hajjah Fatimah Abdullah
didampingi Director of Blake
Advisory Pte Ltd Dr Martin Blake
selaku Conference Chairman
kepada Afif Saifudin, Direktur
Pengembangan PHE.
Penghargaan yang diraih PHE
sebagai berikut. Pertama,
kategori Best Community
Program, dengan capaian
penghargaan Gold. Penghargaan
pada kategori ini diberikan
kepada perusahaan yang
program CID-CSR-nya terbukti
(i) memberikan dampak terhadap
komunitas dalam pengurangan
CSR
64
perusahaan, serta kesetaraan
gender di lingkungan kerja
di PHE dalam mendukung
pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan/Sustainable
Development Goals (SDGs) 5,
yaitu gender equality.
PHE menjamin persamaan
hak dan kesempatan kepada
seluruh pekerja, baik pria
maupun wanita, dalam hal
pengembangan kompetensi dan
peningkatan jalur karir.
Pada lingkup eksternal, perhatian
terhadap pemberdayaan kaum
perempuan diwujudkan melalui
pelaksanaan program-program
CID-CSR PHE yang dijalankan
anak perusahaaan.
Bersama masyarakat, PHE
dan anak perusahaan telah
mengembangkan beragam
UKM perempuan agar berdaya
dan mandiri, dengan tetap
program Pemberdayaan Anak
Jalanan yang juga menjadi
program unggulan dalam
meraih PROPER Emas PHE
ONWJ 2018 menjalin kerja
sama multistakeholder dengan
pemerintah maupun perusahaan
swasta lainnya di tingkat
nasional.
Pengukuran dampak sosial
atas nilai investasi program
yang bermanfaat bagi bisnis
perusahaan dilakukan melalui
analisis Social Return on
Invesment (SROI), dengan hasil
sebesar 1;7,94. Hal ini berarti
bahwa untuk setiap Rp1 yang
diinvestasikan perusahaan dalam
program telah memberikan
manfaat sosial bernilai Rp7,94
bagi perusahaan dan pemangku
kepentingan lainnya.
Pengukuran SROI dilakukan
tidak sekadar dengan
perhitungan (accounting) nilai,
tetapi juga berusaha untuk
mengurangi ketimpangan dan
degradasi lingkungan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan
dengan memasukkan biaya
sosial, biaya lingkungan, serta
biaya dan manfaat ekonomi
(CabinetOffice, 2009).
Penggunaan analisis SROI
mengindikasikan cara pandang
PHE dan anak perusahaan
bahwa program CSR bukanlah
cost center, melainkan investasi
sosial yang berkelanjutan bagi
para pihak termasuk perusahaan.
Kedua, kategori Empowerment
of Women Award, dengan
capaian penghargaan Gold.
Pada kategori ini, penghargaan
diberikan atas pelaksanaan
program CSR Perusahaan yang
telah terbukti (i) memberikan
dampak terhadap pemberdayaan
dan kesejahteraan perempuan
dalam bentuk kesetaraan gender
dan peningkatan ekonomi, (ii)
memiliki aspek keberlanjutan
termasuk pada penerapan
praktik gender equality dalam
lingkungan kerja/workplace, (iii)
adanya inovasi program dalam
pemberdayaan perempuan
yang pertama di skala nasional
atau global, serta (iv) program
terbukti secara signifikan telah
berkontribusi terhadap aspek
bottom lines perusahaan.
Kategori ini diraih PHE melalui
program-program CID-CSR
pemberdayaan perempuan
unggulan PHE dan anak
Foto
: Dok
. PH
E
Perusahaan JOB Pertamina-
Medco E&P Tomori Sulawesi
(JOB Tomori). Saat ini, terdapat
3 RPIA aktif yang dijalankan
di Desa Sinorang dan Desa
Paisuboli, Kecamatan Batui
Selatan, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah.
Program ini dikembangkan karena
adanya kondisi masyarakat
di sekitar perusahaan yang
dihadapkan pada kondisi
keterbatasan ekonomi dan
tingginya angka anak putus
sekolah. Menimbang kondisi ini,
program dilakukan sebagai upaya
penguatan terhadap kaum ibu
dan anak yang seringkali menjadi
korban diskriminasi, kekerasan
dan eksploitasi.
Penyelenggaraan Program
RPIA pada 2018 juga mendapat
apresiasi dari Kementerian Sosial
RI berupa Padmamitra Award,
untuk kategori Bidang Korban
Tindak Kekerasan, Eksploitasi,
dan Diskriminasi.
Wulandari, seorang penggerak
literasi untuk memberantas
buta aksara pada Program
Pemberdayaan Suku Anak
Dalam di Muara Medak, Musi
Banyuasin, Sumatera Selatan.
Ketiga, Excellence in Provision
of Literacy & Education,
dengan capaian penghargaan
Silver. Kategori ini merupakan
penghargaan atas pelaksanaan
program CID-CSR Perusahaan
yang telah terbukti: (i)
memberikan dampak terhadap
masyarakat dalam peningkatan
kualitas pendidikan dan literasi,
(ii) memiliki aspek keberlanjutan,
(iii) adanya inovasi program
dalam bidang pendidikan dan
literasi yang pertama di skala
nasional atau global, serta (iv)
program berkontribusi terhadap
bottom lines perusahaan.
Kategori ini diraih PHE melalui
Program Rumah Pemberdayaan
Ibu dan Anak (RPIA) yang
dijalankan melalui Anak
memperhatikan budaya
dan potensi lokal yang ada
di masyarakat. Program
pemberdayaan UKM Perempuan
diantaranya mencakup UKM
Batik, UKM Tenun dan Sulam,
UKM Herbal, UKM Pengolah
Hasil Laut, dsb.
Tak hanya itu, sebanyak
empat local hero perempuan
mitra perusahaan juga telah
mendapatkan penghargaan di
tingkat nasional, yaitu Nurain
Alwi Dania melalui Program
Pengembangan UKM Tanaman
Obat Keluarga dan Olahan
Pangan di Kabupaten Morowali
Utara, Sulawesi Tengah, dan
Firnawati Labihi fasilitator
program Rumah Pemberdayaan
Ibu dan Anak di Banggai,
Sulawesi Tengah. Local hero
perempuan lainnya adalah
Watni, tokoh penggerak UKM
Eretan Kulon dalam Program
Pengolahan Hasil Perikanan
Berbasis GMP di Indramayu,
Jawa Barat, serta Reny Ayu
65
PHE, sebagai salah satu anak
perusahaan PT Pertamina
(Persero), mengutamakan
tata nilai 6C Pertamina, yakni
Customer Focus, dengan
berorientasi pada kepentingan
pelanggan dan berkomitmen
memberikan pelayanan
terbaik. Sebagai apresiasi
pada perusahaan yang telah
menjalin kerja sama bisnis, PHE
PERISTIWA
menyelenggarakan Customer
Day 2019 di PHE Tower, Rabu
(24 April).
Beberapa perusahaan yang
hadir seperti PT PLN (Persero),
PT Pupuk Indonesia (Persero),
dan PT Petrokimia Gresik. Selain
itu hadir juga beberapa anak
perusahaan dan fungsi di bawah
naungan Pertamina yang turut
mengambil peran besar dalam
pengembangan bisnis PHE,
serta perwakilan SKK Migas.
Meidawati, Direktur Utama PHE,
mengatakan dukungan penuh
dari para pelanggan menjadi
kunci keberhasilan yang dicapai
PHE. Kerja sama yang selama
ini sudah berjalan dengan baik
akan senantiasa ditingkatkan,
sehingga mencapai target 2019
yang lebih baik. “Target kami
tahun ini, untuk minyak yaitu 79
ribu BOPD dan gas sebesar 804
MMSCFD,” katanya.
Menurut dia, pada
tahun sebelumnya
melalui dukungan
dan kerja sama yang
sangat baik dari
berbagai pihak, PHE
dapat membukukan
laba yang cukup
tinggi, yaitu sebesar
US$477 juta. Secara
target persentase
sebesar 146%
dengan pencapaian
produksi untuk
minyak 69 ribu
BOPD, dan untuk gas sebesar
794 MMSCFD.
Dalam acara Customer Day
bertema “Bersama Membangun
Bangsa”, PHE memberikan
penghargaan bagi tiga pelanggan
PHE dengan kategori yaitu;
The Most Valuable Customer”
yang diraih ISC Pertamina. The
BesT Performance cusTomer”
yang diraih PT Perusahaan Gas
Negara Tbk dan penghargaan
kategori “Lifetime Achievement”
yang diraih Pupuk Indonesia.
Acara yang pertama kali
diselenggarakan kegiatan
mendapat apresiasi dari
undangan yang hadir terkait
produk dan layanan PHE. Seperti
yang disampaikan perwakilan
dari PGN dan Petrokimia Gresik,
kualitas gas yang disalurkan
oleh PHE semakin baik sehingga
lebih memudahkan untuk
diproses.
66
Melalui Sinergi dengan Pelanggan, PHE Optimistis Kinerja 2019 lebih Baik
Foto
: Dok
. PH
E
67
Buka Puasa Bersama PHE, Jalin Silaturahmi Pekerja dan Warga
Sebagai salah satu
sarana berkumpul dan
bersilaturahmi bagi seluruh
pekerja serta jajaran manajemen
dan direksi, PHE melalui Badan
Dakwah Islam (BDI) menggelar
kegiatan Buka Puasa Bersama
Ramadhan 1440 Hijriah di Kantor
Pusat PHE, Kamis (14 Mei).
Kegiatan buka puasa bersama
merupakan salah satu kegiatan
rutin saat Ramadhan. Selain
dihadiri direksi, komisaris,
jajaran manajemen, dan pekerja,
penyelenggara juga mengundang
para mantan direksi PHE
sekaligus memberikan bingkisan
Ramadhan kepada para anak
yatim dan warga sekitar kantor
pusat PHE.
Meidawati, Direktur Utama
PHE, memberikan apresiasi
kepada semua pihak yang
telah mencurahkan tenaga dan
pemikirannya bagi kemajuan
perusahaan. Hal ini dibuktikan
dengan keberhasilan PHE
meraih laba bersih US$477 juta
pada 2018.
“Terus jaga semangat dan
etos kerja seiring dengan terus
meningkatnya ekspektasi para
stakeholders kepada PHE,” kata
Meidawati.
Dalam kesempatan tersebut
juga dilaksanakan pemberian
santunan dan bingkisan
Ramadhan secara simbolis
kepada anak-anak yatim dan
warga sekitar kantor pusat PHE
oleh jajaran direksi dan komisaris
PHE.
Kegiatan Buka Puasa Bersama
Keluarga Besar PHE juga diisi
ceramah Ustadz Erick Yusuf
yang mengangkat tema
“Menyambut Ramadhan Bulan
Berkah.”
PERISTIWA
68
Sambut Ramadhan, PWP PHE Gelar Bakti Sosial
Organisasi para istri pekerja
Pertamina yang tergabung
dalam Persatuan Wanita Patra
(PWP) menggelar kegiatan bakti
sosial dengan membagikan
bingkisan berisikan paket
sembako bagi para pekerja alih
daya yang bertugas di area kerja
PHE, anak perusahaan, dan unit
operasi PHE.
Dengan total bingkisan
sebanyak 796 buah, pemberian
secara simbolis dilakukan Ketua
PWP PHE Amirun Nisa Saifudin
didampingi Manajer CSR PHE
Erna Jusar dan disaksikan HR
Service Manager PHE Adrianus
Darmawan Utomo sebagai
perwakilan dari manajemen
PHE, kepada perwakilan
karyawan alih daya di Kantor
Pusat PHE.
Darmawan Utomo dalam
sambutannya mengucapkan
terima kasih atas keterlibatan
para istri pekerja yang turut ambil
bagian dalam beragam program
sosial yang diselenggarakan
PWP selama ini. Dia juga
berpesan agar terus mendukung
para suami mereka agar tetap
fokus bekerja dengan giat.
Pada kegiatan yang dilaksanakan
Jumat (3/5) ini, para anggota
PWP turut terlibat aktif dalam
proses pembagian bingkisan
bagi karyawan yang sebelumnya
telah membawa voucher dan
selanjutnya ditukarkan dengan
bingkisan paket sembako.
Para pekerja alih daya di
lingkungan kerja PHE sangat
antusias dengan kegiatan ini
karena melalui pemberian
bingkisan dari PWP tersebut
dapat meringankan beban biaya
menjelang Ramadhan.
Foto
: Dok
: PH
E
69
Usia 12 Tahun, PHE Kukuhkan Eksistensi di industri Migas
PHE genap berusia 12
tahun pada 2019. Syukuran
bersama pun digelar di kawasan
BSD Tangerang, Minggu (30 Juni).
Meidawati, Direktur Utama PHE,
mengatakan 12 tahun adalah usia
yang cukup muda bagi sebuah
perusahaan, namun PHE berhasil
mencapai titik dimana capaian
kinerja lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. “Ini adalah kontribusi,
kerja keras, cerdas dan ikhlas dari
semua pihak,” katanya.
Menurut Meidawati, tantangan
besar telah dilalui bersama.
Sebagai perusahaan besar
yang mengelola 58 anak
perusahaan dengan 51 blok
migas tentu tidak mudah.
Apalagi ditambah lagi lapangan
yang dikelola sebagaian besar
adalah mature asset. “Namun
kita telah membuktikan dengan
inovasi dan kemauan keras, kita
mampu mempertahankan kinerja
perusahaan,” ujar Meidawati.
Puncak acara dengan tema
“Together & Unite” ditandai
dengan pemutaran kemudi kapal
oleh jajaran direksi PHE, sebagai
simbol akan terus berjalan maju,
menuju masa depan. Pemutaran
kemudi disaksikan manajemen,
tamu undangan, serta ribuan
pekerja PHE.
Kemeriahan Ulang Tahun
ke-12 PHE sudah terasa,
bahkan dari satu bulan
sebelumnya. Berbagai lomba
diselenggarakan, baik seni
maupun olah raga. Pada
rangkaian acara puncak kegiatan
ulang tahun, pekerja juga
antusias mengikuti beragam
aktivitas di antaranya, fun run,
fun bike, walkathon dan acara
hiburan lainnya.
Dalam kesempatan tersebut,
jajaran direksi juga memberikan
penghargaan kepada beberapa
fungsi dan anak perusahaan
PHE yang mencapai target dan
berprestasi dalam mengelola
tata nilai 6C perusahaan, melalui
Company Recognition Awards
dan Special Achievement
Awards.
Tata nilai PHE
BangkitkanENERGI NEGERI
PT Pertamina Hulu EnergiJl. Letjen TB. Simatupang Kav. 99 Jakarta 12520T: +62 21 2954 7000 phe.pertamina.com
6C CLEAN (BERSIH)Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik.
COMPETITIVE (KOMPETITIF)Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
CONFIDENT (PERCAYA DIRI)Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.
CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)Berorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
COMMERCIAL (KOMERSIL)Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
CAPABLE (BERKEMAMPUAN)Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang professional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun riset dan pengembangan.