latihan tik (seting proposal)
TRANSCRIPT
PROPOSAL SKRIPSIPEMANFAATAN MEDIA WAYANG DALAM
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA KELAS V
SDN 5 LEMBUAK TAHUN AJARAN 2012/2013
PROPOSAL SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program SKGJ PGSD FKIP Unram
OlehNama: Tania oktaviani
NIM: E1E 212 236
PROGRAM SKGJ PGSD MELALUI PPKHBJURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MATARAM
2013
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kurikulum 2006, telah ditetapkan bahwa ruang lingkup mata pelajaran
Bahasa Indonesia mencakup komponen keterampilan berbahasa dan keterampilan
bersastra yang meliputi aspek-aspek mendengarkan; berbicara; membaca; dan
menulis.(BSNP, 2006: 1-2).Berdasarkan ruang lingkup mata pelajaran bahasa
Indonesia tersebut, terlihat jelas bahwa menyimak merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang sangat penting dan perlu dikembangkan oleh guru di
sekolah agar siswa memiliki keterampilan dalam menyimak.
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang
menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan dalam
menentukan maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan
dan memahami isi bahan simakan (Tarigan, 1993:4).
Dalam sebuah cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, dan gaya bahasa.
Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada pembentukan pribadi anak.Karena
itu dalam menyampaikan sebuah cerita yang baik, yang terpenting adalah
pengungkapan yang baik pula. Jika dilakukan dengan penuh kesabaran,
sebuah cerita akan dapat membangkitkan kehidupan yang baru, menambah
nilai seni, dan anak sebagai pendengar dapat menikmati. Namun, yang
tidak kalah pentingnya adalah dalam sebuah cerita anak dapat mengambil
nilai-nilai moral didalamnya (Moeslichatoen, 2004: 157)
Melalui bercerita siswa dilatih untuk belajar menyimak, melatih indera
pendengarannya agar mampu menangkap, memahami informasi, pesan-
pesan moral yang terkandung dalam sebuah cerita yang disampaikan oleh
guru pada pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Namun, dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar, guru seringkali mengalami persoalan
pembelajaran, baik itu yang berhubungan dengan pemahaman materi,
penggunaan metode, media, maupun alat evaluasi.
Hasil observasi pada tanggal di SDN 5 Lembuak Lombok Barat,
disimpulkan guru belum menguasai metode dan menemukan media
yang cocok untuk menyampaikan cerita secara maksimal kepada siswa
pada pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia. Pada umumnya guru
masih menerapkan metode bercerita dengan teknik membaca langsung
cerita dari buku cerita untuk disampaikan kepada siswa tentang pokok
bahasan “cerita rakyat” pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.Teknik
bercerita seperti ini adalah teknik yang sangat tradisional yang sering
digunakan oleh guru-guru SD sampai sekarang ini. Dengan membaca
cerita rakyat langsung dari buku cerita untuk dituturkan kepada siswa, cara
seperti ini hanya menuntut siswa untuk mengandalkan indera
pendengarnya tanpa melibatkan indra pengelihatannya.
Metode seperti ini tentu saja membosankan bagi siswa.Salah satu faktor
penyebabnya adalah guru tidak menghadirkan suatu media visual yang
dapat dilihat secara kongkrit oleh siswa, yang dapat membantu guru untuk
menarik perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa pada cerita yang
disampaikan. Sehingga keterampilan menyimak siswa tidak dapat
berkembang secara maksimal dan berpengaruh pada hasil belajarnya, hal
tersebut terlihat pada rata-rata siswa yang memperoleh nilai kurang dari
KKM yang telah ditentukanyakni 65. Dari 15 orang siswa hanya 46,7%
atau sebanyak 7 orang siswa yang memperoleh nilai ≥65, sedangkan
53,3% atau 8 orang siswa yang mendapat <65 khususnyapada mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Mengingat perkembangan usia anak SD, mereka tergolong anak yang
masih berfikir kongkrit. Kehadiran suatu media dalam proses kegiatan
belajar mengajar sangat bermanfaat, media sangat membantu mereka
dalam memahami konsep tertentu yang tidak atau kurang mampu
dijelaskan dengan bahasa. Melalui media anak bisa secara langsung
melihat ataupun belajar mengenai konsep yang dipelajari.
Wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia yang
paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya. Jadi ketika anak
ditampilkan sebuah media wayang tentunya mereka tidak akan asing
lagi.Terlebih lagi siswa yang berada di pedesaan dan masih memegang
adat istiadat dan budaya aslinya.
Oleh karena itu penggunaan media wayang dalam pembelajaran sangat
bermanfaat, hal ini disebabkan ketika siswa sekolah dasar terlibat dalam
proses pembelajaran yang menggunakan media wayang, maka mereka
akan belajar beberapa hal, yaitu: (1) Pertama, anak-anak atau para siswa
akan belajar dengan kreatif untuk belajar karakter-karakter orang dan
memvisualisasikannya dalam bentuk wayang. (2) Kedua, anak-anak dan
para siswa akan terlatih mentalnya untuk tampil di depan publik dan
menyatakan apa yang dipikirkannya. (3) Ketiga, keterampilan membangun
dialog sangat teruji melalui media ini. (4) Terakhir, membuat cerita dari
kehidupan sehari-hari merupakan proses refleksi yang sangat berharga
(Priadi selamet, 2010).
Sebenarnya, disinilah nilai praktek media terlihat yang bermanfaat bagi
siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Hamlik 1986 (dalam
Arsyad Azhar, 2003: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media
pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan
dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan
belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa. Sedangkan Levie & Lentz 1982 (dalam Supriadi, 2010 : 17)
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media
visual, yaitu: (1) fungsi kognitif, terlihat dari penggunaan media visual
dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesan yang terkandung dalam media tersebut. (2) fungsi
atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi pada isi pelajaran. (3) fungsi
konpenstoris, terlihat dari penggunaan media visual memberikan
konteksuntuk memahami teks dan mengingatnya kembali. (4) fungsi
afektif, terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar.
Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas mengenai nilai praktek media,
dapatlah dikatakan bahwa betapa pentingnya suatu media dalam proses
pembelajaran khususnya di kelas. Untuk itu perlu melakukan suatu
penelitian dengan judul “Pemanfaatan media wayang untuk meningkatkan
keterampilan menyimak cerita”. Untuk membuktikan bahwa dengan media
Wayang dapat membantu meningkatkan keterampilan siswa dalam
menyimak suatu cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V SDN
5 Lembuak kabupaten Lombok Barat untuk pokok bahasan cerita rakyat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut “bagaimanakah pemanfaatan media wayang
dalam meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas VSDN 5
Lembuak tahun ajaran 2012/2013?”.Untuk menyelesaikan permasalahan
tersebut maka diperlukan pemanfaatan media wayang dalam
meningkatkan keterampilan menyimak cerita siswa kelas V SDN 5
Lembuak tahun ajaran 2012/2013.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemanfaatan media wayang dalam meningkatkan
keterampilan menyimak cerita dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas V SDN 5 Lembuak”.
D. ManfaatPenelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini memiliki manfaat yaitu:
1. Guru dapatmemperbaiki pembelajaran yang di kelolanya.
2. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan.
3. Membantu guru memilih media pembelajaran yang sesuai dan cocok
untuk siswa.
4. Membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dalam hal ini
keterampilan menyimak cerita pada pembelajaran mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
5. Siswa akan memiliki keterampilan dalam menyimak cerita.
6. Hasil belajar siswa akan tercapai secara maksimal sesuai KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan pada
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia.
7. Pembelajaran akan menjadi menyenangkan dan mengasyikkan karena
dukungan media wayang, sehingga siswa tidak lagi merasa bosan dan
mengantuk.
8. Siswa akan semakin tertarik dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada pokok bahasan cerita rakyat.
9. Minat, motivasi siswa untuk menyimak cerita akan meningkat karena
penampilan media wayang yang cukup menarik perhatian siswa.
10. Pelaksanaan penelitian tindakan ini akan dapat memberikan manfaat
Bagi sekolah yaitu, merupakan informasi tambahan
penggunaanmediadalam mengajar untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran disekolah.
E. Definisi Operasional
1. Media Wayang
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan.Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang
memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Akhirnya, dapat dipahami bahwa media adalah alat
bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran. Arsyad 2010 (dalam supardi, 2010 : 5).
Mengenai pengertian wayang ada beberapa akhli budaya mengartikan
wayang adalah “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat
adalah bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai
pentas pergelaran wayang. Ada pula yang mengartikan wayang
merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya
menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam
angan-angan.Selain itu juga ada yang mengartikan wayang adalah
wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu sendiri.Adapun
pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya
mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan
sikap hidup yang harus dijalani manusia.Selamet (2010). Jadi dapat
disimpulkan bahwa media wayang adalah alat bantu berupa wayang
untuk menyampaikan informasi pembelajaran berupa wejangan dan
nasehat-nasehat terkait dengan sikap hidup yang harus dijalani
manusia.
2. Kemampuan Menyimak Cerita
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi
atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan
pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan
situasi yang menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan
dalam menentukan maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah
mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Tarigan (1993 :4).
Cerita adalah salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan
kenikmatan sendiri, dan ia dapat menimbulkan perasaan sedih, marah,
bahagiaa, atau bahkan keheranan.Dadang (2006 :46). Cerita anak-anak
merupakan cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-anak..Cerita anak-
anak merupakan cerita sederhana yang kompleks.Artinya cerita anak-
anak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan cerita orang
dewasa.Sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus disusun
dengan memperhatikan unsur keindahan dan kemenarikan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa menyimak cerita merupakan kegiatan
mendengarkan satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan
kenikmatan sendiri kemudian mengidentifikasi, mengiterpretasi,
menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya
F. Kerangka Pemecahan Masalah
Sebagai solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di SDN 5
Lembuak yaitu berupa kesalahan yang dilakukan oleh guru dalam memilih
metode dan penggunaan media pembelajaran, yang mengakibatkan siswa
menjadi pasif dan kurang aktif dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
khususnya pada materi pokok cerita rakyat. Oleh karena itu perlu adanya
alternatif dalam menyelesaikan masalah tersebut adalah dengan
menggunakan media wayang.
Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah dengan
menggunakan media wayang ini adalahsebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Guru memberikan pengantar dan memberikan apersepsi berupa
pertanyaan tentang film yang disukai.
3. Mengaitkan apersepsi tersebut dengan materi pembelajaran yakni
cerita rakyat.
4. Siswa diperkenalkan dengan media wayang.
5. Guru menjelaskan tujuan penggunaan media wayang tersebut,
misalnya untuk bercerita tentang cerita yang dipilih.
6. Guru menceritakan cerita yang dipilih secara lisan tanpa teks dengan
media wayang.
7. Siswa diminta menyimak cerita yang diceritakan oleh guru.
8. Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan guru.
9. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran
tentang cerita rakyat.
10.Untuk mengetahui semua siswa sudah mampu atau belum menyimak
dan memahami cerita, guru memberikan tes tertulis berupa beberapa
pertanyaan yang akan diberikan kepada masing-masing siswa untuk
dijawab mengenai isi cerita rakyat sebagai alat evaluasi atau penilaian
untuk mengukur tingkat keterampilan siswa dalam menerima pelajaran
yang diajarkan oleh guru.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.Teori Yang Relevan
1. Variabel Harapan
a. Pengertian Menyimak
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas
makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran,
penglihatan, penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang
menyertai bunyi bahasa disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan
maknanya.Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami
isi bahan simakan. Tarigan (1993 : 4).
b.Pentingnya Kegiatan Menyimak
Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi
ini. Tanda-tanda kesempurnaan itu amat banyak, antara lain kelihatan bahwa
setiap manusia (normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Makna
dari kenyataan itu adalah mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak
sangat penting. Setidak tidaknya jalur untuk mendengar berbanding jalur untuk
berbicara adalah 2 : 1. Tarigan (1993 : 8).
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai
kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua,
antara orang tua, antara anak-anak sendiri aktivitas menyimak terjadi. Keluar
dari rumah, terjadi dialog/percakapan ataupun diskusi dengan teman
sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di
fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja.
Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi juga.Dalam
mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SLTP, SLTA, ataupun tingkat
Perguruan Tinggi.Tugas menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh
siswa atau mahasiswa.Uraian tersebut di atas menggunakan secara umum
betapa pentingnya/fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia.
c.Hakikat Cerita
Menurut Dadang (2006 :46) cerita adalah salah satu bentuk sastra yang
memiliki keindahan dan kenikmatan sendiri, dan ia dapat menimbulkan
perasaan sedih, marah, bahagiaa, atau bahkan keheranan.
Cerita anak-anak adalah cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-
anak.Titik (dalam Prakoso) menjelaskan bahwa cerita anak-anak adalah cerita
sederhana yang kompleks. Kesederhanaan itu ditandai oleh syarat wacananya
yang baku dan berkualitas tinggi, namun tidak ruwet sehingga komunikatif.
Cerita anak-anak harus berbicara tentang kehidupan anak-anak dengan sejalan
aspek yang berada dan mempengaruhi mereka.
Cerita anak-anak juga dikatakan sebagai sesuatu yang kompleks,
artinya cerita anak-anak dibangun oleh struktur yang tidak berbeda dengan
cerita orang dewasa.Sebab cerita anak-anak yang sederhana itu tetap harus
disusun dengan memperhatikan unsur keindahan dan kemenarikan.
d.Manfaat Cerita Anak
Cerita yang bagus dapat memberikan pandangan tentang rasa percaya
diri, rasa aman, tenteram, sebagai anggota sebuah keluarga, anggota
lingkungan sekolah atau masyarakat. Dengan kata lain, cerita anak dapat
menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang
baik dan yang buruk, dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan
keadilan, keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan.
Cerita anak-anak dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke depan untuk
melihat tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa
mendidik anak akan rasa cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan
rasa tanggung jawab yang tinggi.
Ditinjau dari segi bahasa, cerita anak-anak dapat memperkaya
perbendaharaan kata anak-anak.Menjadikan anak terampil berbahasa secara
lisan dan tulis.Anak-anak yang pandai berbicara atau menulis pada umumnya
adalah anak-anak yang banyak membaca.Buku-buku cerita yang baik, dapat
membangkitkan semangat dan hasrat anak-anak untuk belajar.Melalui cerita,
daya khayal yang ada pada diri anak dapat dibina dan diarahkan kepada tujuan-
tujuan yang sehat.Teguh Prakoso dalam buku modul 5 yang berjudul Bahasa
dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar halaman 6.6 – 6.7.
e.Jenis Cerita Anak
Menurut Prakoso dalam buku modul 5 yang berjudul Bahasa dan Sastra
Indonesia di Sekolah Dasar halaman 6.7 – 6.9, jenis cerita anak ada 5 antara
lain :
a). Cerita Jenaka
Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau
tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat
berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya.
Misalnya, cerita “Pak Kodok”, “Pak Belalang”, “Abu Nawas”, dan cerita
“Kabayan”.
b). Cerita rakyat
Cerita rakyat adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau
khayalan.Di dalam cerita rakyat terkandung cerita yang menggambarkan
sesuatu di luar dunia nyata, seperti cerita “Ketimun Emas”, “Tongkat
Ajaib”, dan cerita “Cinderella”.
c). Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-
tokohnya.Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan
sebagaimana layaknya manusia yang dapat berfikir, bereaksi, dan
berbicara.Fabel mengandung unsur mendidik karena diakhiri dengan sebuah
kesimpulan yang mengandung ajaran moral. Contoh fabel antara lain cerita
“Kancil dan Kera”, “Kancil dan Buaya”.
d). Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu.Cerita
legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada
pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu negeri, danau atau
gunung.Contoh cerita “Malin Kundang”, “Batu Menangis”, “Asal Usul Kota
Surabaya”.
e). Mite atau Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan
kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan
makhluk halus.Mitos adalah cerita yang mengandung unsur-unsur misteri,
dunia gaib, dan alam dewa.Seperti cerita “Nyi Roro Kidul”.
(a).Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Untuk Pemilihan Cerita Yang Baik.
MenurutMoeslichatoen (2004 : 166-167), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk pemilihan cerita yang baik antara lain :
a. Cerita itu harus menarik dan memikat perhatian guru itu sendiri. Kalau
cerita itu menarik dan memikat perhatian, maka guru akan bersungguh-
sungguh dalam menceritakan kepada anak secara mengasyikkan.
b. Cerita itu harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak
supaya memilih daya tarik terhadap perhatian anak dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan bercerita.
c. Cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan keterampilan mencerna isi
cerita anak usia SD, khususnya siswa kelas rendah. Cerita itu harus
cukup pendek dalam rentangan jangkauan waktu perhatian anak. Kepada
anak usia muda guru tidak dapat menuntut anak untuk aktif
mendengarkan cerita guru dalam waktu yang lama di luar batas waktu
ketahanan untuk mendengar.
(b).Hakikat Metode Bercerita
Metode bercerita adalah suatu cara mengajar dengan bercerita. Pada
hakikatnya metode bercerita sama dengan metode ceramah karena, informasi
disampaikan melalui penuturan/penjelasan lisan dari seseorang kepada orang
lain. Misalnya dari guru ke siswa.Metode bercerita juga merupakan salah satu
pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dan SD dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan. (Moeslichatoen, 2004 : 157).
Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Menurut Djamarah (2002: 110) metode bercerita mempunyai kelebihan
dan kekurangan.
a. KelebihanMetode Bercerita :
1) Guru mudah menguasai kelas.
2) Guru dapat meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang
relatif lama.
3) Mudah menyiapkan dan melaksanakannya.
4) Dapat diikuti oleh anak didik dalam jumlah banyak.
5) Mudah mengorganisasikan tempat duduk/kelas.
6) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik.
b. Kelemahan/kekurangan :
1) Anak didik kadang terbuai dengan jalannya cerita, sehingga tidak dapat
mengambil inti sarinya. Apabila tidak disimpulkan di akhir cerita.
2) Hanya guru yang pandai bermain kata-kata/kalimat.
3) Menyebabkan anak didik pasif karena guru yang aktif.
4) Anak didik lebih cenderung hafal isi cerita daripada sari cerita yang
ditutur.
5) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
6) Yang visual menjadi rugi, yang auditif (mendengar) lebih besar
menerimanya.
7) Bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan.
8) Guru menyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada
ceramahnya, ini sukar sekali.
9) Menyebabkan siswa menjadi pasif.
(c).Manfaat Metode Bercerita
Bagi anak usia TK dan SD, mendengarkan cerita yang menarik yang
dekat dengan lingkungannya merupakan kegiatan yang mengasyikkan, dapat
menggetarkan perasaan anak. Kegiatan bercerita juga memberikan sejumlah
pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan.Kegiatan bercerita
memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan.Melalui
mendengarkan anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan,
nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Memberikan pengalaman belajar dengan menggunakan metode
bercerita memungkinkan anak mengembangkan keterampilan kognitif, afektif,
maupun psikomotor masing-masing anak. Bila anak terlatih untuk
mendengarkan dengan baik, maka ia akan terlatih untuk menjadi pendengar
yang kreatif dan kritis. Pendengar yang kreatif mampu melakukan pemikiran-
pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarnya. Pendengar yang kritis
mampu menemukan ketidaksesuaian antara apa yang didengar dengan apa
yang dipahami. Moeslichatoen (2004:168–170).
(d).Tujuan Metode Bercerita
Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan
keterampilan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan
keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.(Moeslichatoen, 2004:170- 172).
(e).Macam-Macam Teknik Bercerita
Menurut Moeslichatoen (2004 : 158) ada tujuh teknik bercerita sebagai
berikut :
a. Metode langsung dari buku cerita.
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku cerita.
c. Menceritakan cerita rakyat.
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel.
e. Bercerita dengan menggunakan media Wayang.
f. Dramatisasi suatu cerita.
g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.
(f).Hakikat Media Wayang
Menurut R.T. Josowidagdo (dalam selamet 2010),wayang berarti
“ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah bayangannya pada
kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas pergelaran wayang.
Bayang-bayang wayang muncul karena adanya sinar “belencong” yang
bergantung di atas kepala sang dalang. Ada pula yang mengartikan wayang
merupakan “bayangan angan-angan” oleh karena dalam ceritanya
menggambarkan nenek moyang atau orang-orang terdahulu dalam angan-
angan.
Dalam hal ini penciptaan semua bentuk wayang selalu disesuaikan
dengan watak, sifat, dan perilaku tokoh-tokoh yang dibayangkan.Seperti tokoh
yang memiliki karakter baik digambarkan dengan berbadan lurus, bermuka
tampan, gagah dan berpandangan tajam.Tokoh jahat digambarkan bentuk tubuh
yang besar, kasar, bermuka lebar, berhidung besar, bermata merah dengan
wajah pun berwarna merah dengan rambut gimbal.
Menurut Doktor Th. Piqeud (dalam selamet 2010), wayang adalah
Wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu sendiri.Adapun
pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan biasanya mengandung
berbagai wejangan dan nasehat-nasehat berkait dengan sikap hidup yang harus
dijalani manusia di alam mayapada ini.
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian wayang adalah salah satu puncak seni budaya bangsa Indonesia
yang paling menonjol di antara banyak karya budaya lainnya.Budaya wayang
meliputi seni peran, seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis,
seni pahat, dan juga seni perlambang. Budaya wayang yang terus berkembang
dari zaman ke zaman, juga merupakan media penerangan, dakwah, pendidikan,
hiburan, pemahamanfilsafat,sertahiburan.
(g).Macam-Macam Wayang
Menurut Selamet (2010) berdasarkan isi cerita wayang dapat
dibedakan menjadi:
1. Wayang Purwa
Purwa berarti terdahulu atau yang pertama, oleh karena itu lakon
wayang purwa menggambarkan kisah tentang kitab Mahabarata dengan inti
cerita perang “Barata Yuda” Yaitu perang saudara keturunan Barata, yaitu
antara keluarga Pandawa dan Astina yang memperebutkan kerajaan
Amartapura yang akhirnya dimenangkan oleh keluarga Pandawa.Cerita
wayang Purwa ini pada awalnya berwujud lukisan yang dibuat pada daun
lontar oleh Prabu Jayabaya raja Kediri.
Kemudian di masa kerajaan Majapahit sampai Demak terjadi
perubahan bentuk wayang baik teknik maupun bahan baku pembuatan
wayang seperti apa yang kita lihat sampai sekarang. Yaitu melalui proses
pahatan, lukisan dengan bentuk pandang samping terbuat dari kulit hewan
2. Wayang Madya
Wayang zaman tengah ini hasil kreatifitas Raja Mangkunegara IV,
Surakarta.Isi Ceritanya merupakan kelanjutan dari cerita wayang purwa,
yaitu sesudah pemerintahan Prabu Parikesit sampai zaman pemerintahan
kerajaanJenggala Kediri. Menurut Raden Samsudjin, cerita Wayang Madya
merupakan saduran dari karangan Pujangga terkenal Raden Ngabehi
Ronggowarsito.
3. Wayang Gedog
Gedog berarti kedok atau topeng.Wayang Gedog diciptakan oleh
salah seorang Wali Songo, yaitu Sunan Giri.Cerita Wayang Gedog juga
merupakan lanjutan dari cerita Wayang Madya, yakni menggambarkan
kerajaan Jenggala sampai kerajaan Pajajaran.Wayang Gedog ini juga
menceritakan zaman Kediri (Daha).
4. Wayang Beber
Diciptakan pada zaman Majapahit sebagai hasil perkembangan dari
relief-relief yang Terdapat pada Candi Panataran.Isi cerita tak berbeda
dengan Wayang Purwa.Wayang beber terdiri dari adegan-adegan yang
dilukis pada kain halus.Sebelumnya dilukis pada kulit kayu waru.Satu cerita
berisi 16 adegan terdiri dari 4 gulung, jadi setiap gulungan terdiri dari 4
adegan.
5. Wayang Perjuangan / Wayang Suluh
Wayang Perjuangan dinamakan juga Wayang Sandiwara. Cerita
wayang ini berupa kebaikan dan keburukan yang menggambarkan betapa
kekejaman kolonialis Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia,
penjajahan Jepang tiga setengah tahun, sampai zaman kemerdekaan. R.M.
Sayid Sala tahun 1944 turut mencipta wayang ini. Ada juga yang memberi
nama wayang Perjuangan atau wayang sandiwara ini dengan nama Wayang
Suluh karena digunakan sebagai media penerangan atau penyuluhan, seperti
yang dilakukan Jawatan Penerangan R.I. / RRI.
Menurut R. Samsoedjin, Wayang Perjuangan atau Wayang Suluh
diciptakan oleh Badan Kongres Pemuda R.I. Tahun 1946/1947 di
Yogyakarta. Adapun bentuk wayangnya Realistis tidak mengalami
perubahan bentuk sebagai mana wayang kulit atau wayang golek bentuknya
seperti manusia biasa.Menceritakan tentang tokoh-tokoh perjuangan tanah
air seperti Bung Karno, Drs. Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Jendral
Sudirman, H. Agus Salim, dkk.
Menurut Selamet (2010) berdasarkan bahan untuk membuatnya
dapat dibedakan, antara lain:
1. Wayang Krucil / Wayang Klitik
Krucil berarti kecil-kecil sedangkan klitik mengandung pengertian
keras.Wayang Krucil bentuknya kecil-kecil dibuat dari bahan kayu,
berjumlah hanya 70 buah.Ceritanya Menggambarkan sejarah Kerajaan
Pajajaran sampai Kerajaan Majapahit.
2. Wayang Golek
Wayang Golek banyak terdapat di Cepu dan Bojonegoro.Terbuat
dari bahan kayu berjumlah sekitar 70 buah.Ceritanya menggambarkan
riwayat Menak yang berhubungan dengan negeri Arab dan Persia pada
zaman awal Islam.Wayang Golek juga terdapat di Jawa Barat.Bedanya
hanya pada penampilan tokoh Bagong yang diganti denga Cepot.Jawa Barat
merupakan daerah khusus wayang golek, terbanyak di daerah Priangan.
3. Wayang Topeng
Para pemeran tokoh wayang ini masing-masing memakai topeng di
wajahnya.Sandiwara semacam ini hampir terdapat di setiap negara.Di
Indonesia sandiwara topeng semacam itu terdapat pada suku-Suku yang
tidak terpengaruh oleh kebudayaan Hindu.Seperti pada suku Dayak di
Kalimantan.
4. Wayang Wong / Wayang Orang
Wayang ini sudah dikenal sejak pemerintahan Mangkunegoro IV
Surakarta.Isi cerita seperti pada wayang Purwa.Tokoh-tokoh pelakunya
dimainkan oleh orang.Dimainkan di atas panggung dengan dekorasi seperti
sandiwara.Dalang masih berperan aktif dalam wayang ini. Menurut
Mulyadi, dokumen-dokumen resmi tentang asal-usul “wayang orang” tidak
ada.
5. Wayang Damen
Wayang damen merupakan wayang yang berasal dari ‘damen’
(Jerami), tidak seperti wayang biasanya yang dibuat oleh kulit hewan.
Wayang Damen yang dibuat ini hampir berkebalikan total dengan Wayang-
Purwa, wayang yang dari dulu sudah kita kenal (Selamet : 2010).
Dari berberapa jenis wayang tersebut dalam penelitian ini wayang
yang akan digunaka adalah wayang Damen. Penggunaan wayang damen
didasarkan pada alasan selain mudah dalam peroses pembuatan juga bahan
yang digunakan mudah didapatkan dan ramah lingkungan.Di daerah
pedesaan biasanya damen (jerami) sering dianggap limbah yang fungsinya
untuk makanan sapi di musim kemarau.Selain itu juga siswa diharapkan
ingat terus dengan alam di sekitarnya.
(h).Keuntungan Penggunaan Wayang
Menurut Selamet (2010) beberapa keuntungan penggunaan Wayang
untuk sandiwara adalah :
a. Tidak memerlukan waktu yang banyak, biaya dan persiapan yang
terlalu rumit.
b. Tidak banyak memakan tempat, panggung sandiwara wayang, dapat
dibuat cukup kecil dan sederhana.
c. Dapat mengembangkan imajinasi anak, mempertinggi keaktifan dan
menambah suasana gembira.
d. Anak dapat membuat wayang dengan bahan-bahan yang ada di
sekitarnya
2. Variabel Tindakan
a. Pengertian Media
Media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur
pesan.Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat
diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak
didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Akhirnya, dapat dipahami
bahwa media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
pesan guna mencapai tujuan pengajaran. Arsyad 2010 (dalam supardi, 2010 :
5).
b. Pengertian Wayang
Pengertian wayang ada beberapa akhli budaya mengartikan wayang
adalah “ayang-ayang” atau bayangan sebab yang kita lihat adalah
bayangannya pada kelir yaitu kain putih yang dibentang sebagai pentas
pergelaran wayang. Ada pula yang mengartikan wayang merupakan “bayangan
angan-angan” oleh karena dalam ceritanya menggambarkan nenek moyang
atau orang-orang terdahulu dalam angan-angan.Selain itu juga ada yang
mengartikan wayang adalah wayang yang dipertunjukkan yaitu wayangnya itu
sendiri.Adapun pertunjukannya ditampilkan dalam berbagai bentuk, dan
biasanya mengandung berbagai wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan
sikap hidup yang harus dijalani manusia.Selamet (2010).
Jadi pengertian media wayang adalah alat bantu pembelajaran berupa
wayang untuk menyampaikan informasi atau materi pembelajaran berupa
wejangan dan nasehat-nasehat yang nantinya akan membantu guru membentuk
sikap dan sifat yang baik dalam kehidupan sehari-hari kepada siswa, sehingga
penggunaan media wayang dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia
dalam keterampilan menyimak sangatlah baik digunakan oleh seorang guru.
Menurut Selamet (2010) langkah-langkah yang dilakukan dalam proses
pembelajran menggunakan media wayang adalah:
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Guru memberikan pengantar dan memberikan apersepsi.
c. Mengaitkan apersepsi tersebut dengan materi pembelajaran yakni cerita
rakyat.
d. Siswa diperkenalkan dengan media wayang.
e. Guru menjelaskan tujuan penggunaan media wayang tersebut, misalnya
untuk bercerita tentang cerita yang dipilih.
f. Guru menceritakan cerita yang dipilih secara lisan tanpa teks dengan
media wayang.
g. Siswa diminta menyimak cerita yang diceritakan oleh guru.
h. Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan guru.
i. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pembelajaran tentang
cerita rakyat.
j. Evaluasi.
C. Kerangka Berfikir
Pada hakikatnya menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi
bahan simakan.Melalui menyimak, siswa bisa memperoleh banyak informasi baik
itu tentang pengetahuan agama, sosial, ekonomi maupun tentang
pendidikan.Misalnya saja melalui cerita rakyat, melalui media ini guru bisa
menanamkan banyak hal-hal positif untuk siswa. Guru bisa mengajarkan
bagaimana menjadi anak yang baik, mengenalkan akibat buruk apabila berbuat
jahat pada orang lain, dan sebagainya, sebagaimana cerita dari cerita rakyat
tersebut.
Jadi, dapat dikatakan bahwa betapa fungsionalnya kegiatan menyimak
khususnya bagi siswa.Namun, untuk merangsang agar siswa tertarik pada cerita
dan termotivasi untuk mendengarkannya, sehingga mampu memahami isi cerita,
merupakan salah satu tugas guru di kelas. Oleh karenanya dibutuhkan suatu media
dan metode yang menarik perhatian siswa dalam proses pembelajaran.
Salah satunya adalah dengan media wayang yang dapat digunakan untuk
bercerita, pada pokok bahasan cerita rakyat untuk mata pelajaran bahasa
Indonesia. Wayang merupakan salah satu bentuk budaya asli di Indonesia yang
memiliki daya tarik tersendiri, karena didalam praktiknya siswa tidak hanya
membayangkan namun bisa melihat langsung cerita atau materi yang disampaikan
secara menyenangkan, sehingga cocok digunakan sebagai media pembelajaran
yang dapat memancing perhatian, pikiran serta motivasi siswa dalam memahami
cerita rakyat yang dituturkan oleh guru, sehingga dengan media ini pula, dapat
membantu guru untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk menyimak cerita-
cerita rakyat.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil kajian teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “ jika menggunakan media wayang
dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia akan dapat meningkatkan
keterampilan menyimak cerita pada siswa kelas V SDN 5 Lembuak tahun
pelajaran 2012/2013”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Seting Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 5 Lembuak
Lombok Barat, Dengan setting penelitian adalah kelas V.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini akan dilaksanakan antara bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2013. Penentuan waktu pelaksanaan
penelitian mengacu pada kelender akademik sekolah.
B. Subyek dan ObserverPenelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V sejumlah 15 siswa, dengan
rincian 10 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Dari 15 jumlah siswa rata-
rata keadaan ekonominya menengah ke bawah, semua itu dapat diketahui dari
pekerjaan orang tua siswa yang sebagian besar bekerja sebagai petani dan
buruh tani, yang tidak mempunyai pekerjaan pun ada ditemukan.Selain itu
pendidikan orang tua siswa rata-rata SMP, dan SD.
2. Observer Penelitian
Yang menjadi observer dalam penelitian ini adalah guru kelas V SDN
5 Lembuak, dengan tujuan melihat secara keseluruhan implementasi
penelitian, baik dari sisi siswa maupun peneliti yang berperan sebagai guru
untuk mengajar pada proses belajar mengajar.
C.Faktor Yang Diteliti
a. Faktor Guru
Yang diteliti pada observasi ini adalah kreatifitas dan keaktifannya dalam
pengajaran di kelas, karena selama ini guru hanya memberi pengajaran secara
lisan kepada siswa sehingga siswa kurang maksimal memahami materi yang
disampaikan.
b. Faktor Siswa
Yang diteliti pada observasi ini adalah pengaruh ABP wayang terhadap
peningkatan prestasi belajarnya.Karena ABP wayang dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Harapan
Variabel harapan dalam penelitian ini adalah meningkatkan
keterampilan menyimak cerita siswa kelas V.
a. Definisi Variabel Harapan
Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, mengiterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang
terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan,
penghayatan, ingatan dan pengertian.Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa
disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Pada hakikatnya
menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan .
2. Variabel Tindakan
Variabel tindakan dalam penelitian ini adalah pemanfaatan media wayang.
b. Definisi Operasional Variabel Tindakan
Media wayang adalah alat bantu berupa wayang untuk menyampaikan
informasi pembelajaran berupa wejangan dan nasehat-nasehat terkait dengan
sikap hidup yang harus dijalani manusia.
E. Rancangan dan Langkah-langkah Penelitian
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penilitian ini adalah:
melakukan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, merefleksi
serta menentukan indicator ketercapaian.
1.Rancangan Penelitian
Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah
penyusunan perangkat pembelajaran, yaitu :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah serta mencari alternatif
pemecahan masalahnya. Dalam PTK ini yang menjadi masalahnya adalah
belum meningkatnya keterampilan siswa dalam menyimak cerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia secara maksimal, untuk itu digunakan media
Wayang dengan harapan dapat membantu meningkatkan keterampilan
menyimak cerita.
Observasi dan evaluasiMengamati aktifitas guru dan siswa selama proses
pelaksanaan KBMSituasi belajar mengajar
Berhasil≥ 85 % dari jumlah siswa mendapat nilai ≥ 65
berdasarkan KKM di sekolah
Kesimpulan akhirLaporan
RefleksiMenganalisis, Menginterpretasi dan eksplanasi
hasil pembelajaranMenentukan tindak lanjut ke siklus berikutnya
RevisiRevisi rencana dan pelaksanaan
pembelajaran sebagai tindak lanjut ke siklus berikutnya
Gambar 1
Bagan Siklus/Daur Ulang PTK Upaya Meningkatkan
KeterampilanMenyimak Cerita Dengan Menggunakan Media WayangDari
Model Kemmis Dan Mc Taggart Dalam Wiriatmaja : 2007
b. Menetapkan pokok bahasan yang akan diajarkan dalam PBM, yaitu “cerita
rakyat” pada mata pelajaran Bahasa Indonesis kelas V semester II.
Perencanaan Menetapkan masalah dan
alternatif pemecah masalahnya. Menyiapkan RPP. Menetapkan pokok bahasan Menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan dalam proses KBM Kolaborasi dengan guru tentang
pembagian tugas
Pelaksanaan tindakan Kegiatan awal
- Apersepsi Kegiatan inti
- Menceritakan cerita rakyat dengan media Wayang di depan kelas
- Secara berkelompok siswa menjawap LKS
Kegiatan akhir- Mengadakan evaluasi dengan
memberikan soal tertulis
Belum berhasil ≥ 85 % dari jumlah siswa
mendapat nilai ≤ 65 berdasarkan KKM sekolah
c. Menetapkan SK dan KD serta indikator yang cocok dengan pokok bahasan
yang akan diajarkan.
d. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
e. Menyiapkan lembar observasi, media, sumber belajar, teks soal sebagai alat
evaluasi untuk mengukur tingkat keterampilan menyimak siswa pada setiap
siklus, serta perlengkapan lain yang dibutuhkan dalam KBM yang akan
digunakan dalam penelitian.
f. Berkerjasama dan berdiskusi dengan guru kelas mengenai pembagian tugas.
Peneliti sebagai pengajar, sedangkan guru kelas bertugas sebagai observer.
2. Langkah-langkah Penelitian
a. Kegiatan Awal (15 menit)
1) Berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing.
2) Absensi
3) Menyiapkan alat bantu pembelajaran
4) Apersepsi
5) Menyampaikan tujuan pembelajaran
b. Kegiatan Inti (75 menit)
1) Memberikan gambaran materi yang akan dipelajari.
2) Menjelaskan materi pelajaran.
3) Menceritakan salah satu cerita dengan bantuan media Wayang sebagai
alat peraga.
4) Meminta siswa mendengarkan cerita yang diceritakan.
5) Siswa mengisi lembar kerja yang telah disiapkan.
6) Memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
c. Penutup (15 menit)
1) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan isi cerita.
2) Mengadakan evaluasi dengan memberikan tes tertulis untuk dijawab
oleh masing-masing siswa berkaitan dengan isi cerita rakyat.
3) Berdoa bersama untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.
F. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara kerja untuk mendapatkan data
dari obyek tertentu. Data adalah hasil pencatatan peneliti baik yang berupa fakta
maupun angka (Arikunto Suharsimi: 1993).
Teknik-teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah :
1. Data hasil belajar
Data hasil belajar bersumber dari siswa yang diambil dengan
menggunakan tes tertulis dalam bentuk lembar kerja siswa (LKS) dan esai
yang telah dibuat oleh peneliti. Tes ini bertujuan untuk mengukur tingkat
hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran berlangsung.
2. Data aktivitas guru
Data aktivitas guru diambil dengan menggunakan lembar observasi
guru. Lembar observasi ini dibuat untuk mengetahui apakah pemanfaatan
media wayang sudah tepat, selain itu juga lembar ini dibuat untuk mengetahui
kesalahan-kesalahan yang dilakukan guru dalam memanfaatkan media
wayang sebagai bahan refleksi bagi peneliti untuk memperbaiki proses
pembelajaran pada siklus berikutnya. Adapun indikator penilaian
pembelajaran kegiatan guru yang berorientasi pada pemanfaatan media
wayang antara lain:
1) Persiapan sebelum kegiatan pembelajaran
a. Mengabsen siswa
b. Mengecek kesiapan belajar siswa
c. Menyiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan untuk pembelajaran
2) Pemberian apersepsi dan motivasi kepada siswa
a. Melakukan tanya jawab untuk menggali pengetahuan awal siswa
b. Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan materi sebelumnya
c. Menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Menciptakan suasana kelas yang kondusif
a. Menjelaskan materi pembelajaran
b. Mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa
c. Guru dapat meminimalisasikan kondisi yang dapat mengganggu
kegiatan pembelajaran
2.
4) Aktivitas dalam membimbing siswa
c. Membimbing siswa dalam melakukan kegiatan menyimak
d. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan dari kegiatan bercerita
yang ditunjukkan
e. Membimbing siswa untuk mengisi soal evaluasi
5) Pemberian umpan balik terhadap hasil kegiatan selama proses
pembelajaran
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
b. Meminta siswa mencatat materi yang dianggap penting
c. Memberikan penguatan terhadap hasil kerja siswa secara verbal
ataupun non verbal
6) Menutup pembelajaran
a. Melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menarik kesimpulan
terhadap materi yang dipelajari
b. Meminta siswa membuat kesimpulan dengan bahasa sendiri
c. Menginformasikan kepada siswa hal yang terkait kegiatan belajar pada
pertemuan selanjutnya
3. Data aktivitas siswa
Data aktivitas siswa diambil dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disediakan guru. Lembar observasi ini dibuat untuk mengetahui
apakah pemanfaatan media wayang sudah berjalan dengan tepat, dan untuk
mengetahui tingkat aktivitas siswa setiap pelaksanaan pembelajaran dan
sebagai bahan refleksi peneliti untuk memperbaiki proses pembelajaran pada
pertemuan berikutnya. Adapun indikator penilaian pembelajaran yang
berorientasi pada pemanfaatan media wayang antara lain:
1) Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran
a. Berdoa
b. Siswa masuk kelas tepat waktu
c. Siswa menyiapkan alat kelengkapan belajar
2) Antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
a. Siswa memperhatikan pembelajaran dengan seksama selama proses
KBM
b. Siswa tidak melakukan pekerjaan lain selama proses KBM
berlangsung
c. Siswa tidak terpengaruh dengan situasi di luar KBM
3) Interaksi siswa dengan guru
a. Siswa berusaha menjawab dengan benar pertanyaan guru
b. Siswa mengajukan pertanyaan yang dianggap belum jelas
c. Siswa meminta bimbingan kepada guru selama proses belajar
mengajar
4) Interaksi siswa dengan siswa
a. Siswa bertanya pada temannya yang lebih mampu
b. Siswa menjawab pertanyaan temannya
c. Siswa memperhatikan penjelasan temannya
5) Aktivitas siswa dalam melaksanakan pembelajaran
a. Siswa memperhatikan penjelasan guru
b. Siswa mencatat penjelasan yang dianggap penting dari guru
c. Siswa merespon atas stimulus yang diberikan guru
6) Partisipasi siswa dalam menutup kegiatan pembelajaran
a. Siswa membuat kesimpulan dengan bahasanya sendiri
b. Memperbaiki kesimpulan yang kurang sempurna
c. Melakukan tanya jawab dengan guru untuk menarik kesimpulan
terhadap materi yang dipelajari.
G. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang harus betul-betul
dirancang dan dibuat sedemikian rupa oleh peneliti untuk menghasilkan data yang
empiris sebagaimana adanya.
Data-data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan beberapa
instrumen penelitian yaitu :
1. Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh data tentang aktivitas belajar siswa dan kegiatan guru pada saat
proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini berisikan beberapa
indikator berserta deskriptor yang perlu diobservasi tentang kegiatan guru dan
aktivitas siswa selama proses KBM di kelas.
Lembar observasi dalam penelitian ini diisi oleh guru kelas V SDN 5
Lembuak yang bertugas sebagai observer berdasarkan situasi dan kondisi yang
terjadi selama proses KBM di kelas berlangsung, yang berkaitan dengan kegiatan
guru dan aktivitas siswa. Adapun dalam mengisi lembar observasi tersebut,
observer memiliki pedoman penskoran yang telah ditetapkan oleh peneliti yang
bertugas sebagai guru atau pengajar.
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Lembar observasi kegiatan guru dalam mengajar
2. Lembar observasi kegiatan siswa selama proses KBM berlangsung
2. Tes
Tes ialah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada
seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar
bagi penetapan skor angka.Dalam penelitian ini, tes yang digunakan adalah tes
tertulis.Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawabannya dalam bentuk
tulisan yang digunakan sebagai tolak ukur bahwa siswa sudah memiliki
keterampilan menyimak.Tes terdiri dari dua macam tes yang pertama merupakan
tes yang dikerjakan secara individu berupa melengkapi Lembar Kerja
Siswa.Bentuk LKS yang digunakan adalah melengkapi cerita, apabila siswa
mampu melengkapi LKS dengan benar maka dinyatakan telah memiliki
keterampilan menyimak.Berikut LKS yang digunakan.
CUPAK GURANTANG
Alkisah padazaman dahulu hiduplah sepasang suami istri yang bernama
……………………. Suami istri ini memiliki dua orang anak angkat yang
bernama Raden Cupak dan Raden Gerantang. Raden Cupak dan Raden Gurantan
tumbuh dan besar bersama-sama.
Suatu ketika putri Raja diculik oleh Raksasa , kemudian sang Raja
mengadakan………………………. Raja berjanji, barang siapa yang berhasil
merebut putri kalau dia laki-laki maka akan dinikahkan dengan anaknya tapi kalau
dia perempuan maka akan dijadikan sebagai anak angkatnya.
Kabar saimbara itupun terdengar sampai di ………………………….
Merekapun sepakat untuk mengikuti saimbara tersebut. Dengan berbekal do’a dan
restu dari kedua orang tua, merekapun bergegas untuk mencari dan merebut sang
putri dari ………………….. Di tengah perjalanan banyak hal yang mereka lalui
bersama. Raden Cupak selama perjalanan hanya……………………………….
Sedangkan Raden Gurantang selalu berbuat segalanya untuk kebaikan kakaknya.
Setelah beberapa hari melakukan perjalanan merekapun tiba di
…………….. yang dianggap sebagai tempat persmbunyian Raksasa. Tanpa
berpiker panjang merekapun berteriak menentang Raksasa tersebut. Tetapi ketika
sang Raksasa muncul Raden Cupak ………………………….. Raden Gurantang
dengan kesaktian dan keberaniaannya berhasil mengalahkan Raksasa tersebut dan
merebut putri dari tangan Raksasa.
Ketika perjalanan kembali ke istana Raden Cupak mengatur siasat untuk
mengelabui adiknya dengan tujuan untuk…………………………..Raden
Gurantang diminta untuk mengambil air minum di tengah hutan, Raden
Gurantangpun menyetujui permintaan kakaknya. Sekembali dari mengambil air
Raden Gurantang tersesat di tengah hutan karna kakaknya telah mengubah tanda
jejak yang telah di buatnya.
Singkat cerita Raden Cupakpun membawa sang putri ke istana dan
mengaku…………………………………….. Raja pun memenuhi janjinya untuk
menikahi sang putri dengan Raden Cupak. Tetapi tidak disangka sangka pada saat
itu muncullah Raden Gurantang dan menjelaskan kejadian yang
ditimpanya.Akhirnya Raden Cupak ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara
sementara itu Raden Gurantang dinikahkan dengan putri Raja. Sebelum terjadi
pernikahan Raden Gurantang memiliki satu permintaan pada Raja
yaitu………………….. Rajapun menyetujuinya dan terjadilah pernikahan
tersebut.
.Sedangkan tes yang kedua berupa tes evaluasi berbentuk soal Esai yang
terdiri dari sepuluh butir soal.Tes ini diberikan kepada siswa untuk dikerjakan
secara individu setiap akhir pertemuan untuk setiap siklus. Bentuk soal tersebut
antara lain: 1. Judul yang tepat untuk cerita tersebut adalah………… 2. Sebutkan
tokoh-tokoh dalam cerita tersebut? 3. Bagaimanakah watak raden cupak dalam
cerita tersebut? 4. Siapakah tokoh utama dalam cerita tersebut? 5. Apakah janji
Raja pada peserta saimbara? 6. Bagaimana cara Raden Cupak untuk mengelabui
adiknya? 7. Siapakah nama orang tua angkat dari Raden Cupak dan Gurantang? 8.
Apakah permintaan Raden Gurantang sebelum menikah dengan Putri Raja? 9.
Sebutkan latar tempat pada cerita tersebut! 10. Amanat yang bisa diambil dari
cerita tersebut adalah……………
Pedoman penskoran untuk tes Esai
No. Soal Bobot
1 2
2 3
3 2
4 1
5 2
6 2
7 1
8 2
9 2
10 3
Jumlah skor maksimal 20
Skor prolehan =
skor tampakskor maksimal
x 100
H. Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, data yang ingin dikumpulkan
ada dua jenis yaitu :
1. Data kuantitatif berupa skor yang dihasilkan dari tes atau evaluasi yang
diberikan setiap akhir pembelajaran.
2. Data kualitatif berupa hasil observasi kegiatan guru dan aktivitas belajar
siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung
a. Ketuntasan Individu
Setiap siswa dalam proses belajar mengajar dikatakan tuntas apabila
memperoleh nilai ≥ 65 ( KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN 2
Selat Lombok Barat ). Untuk menganalisis data ketuntasan belajar individu
digunakan rumus :
NA =
SASMi x 100%
Keterangan :
NA : Nilai Akhir
SA : Skor Aktual
SMi : Skor Maksimal Ideal
b. Ketuntasan Klasikal
Ketuntasan hasil belajar secara klasikal minimal 85% dari jumlah
siswa memperoleh nilai ≥ 65.
Rumus ketuntasan belajar klasikal
KB =
PN x 100%
Keterangan :
KB = Ketuntasan Belajar
P = Banyaknya siswa yang memperoleh nilai ≥ 65
N = Banyaknya siswa yang mengikuti tes
(Nurkencana, 1986)
Dalam satu kelas dinyatakan tuntas belajarnya jika ≥ 85% siswa
memperoleh nilai ≥ 65 yang terlihat pada hasil evaluasi pada setiap siklus.
Tabel 3.1
Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ) dapat dilihat pada tabel berikut :
No
.
KRITERIA KETUNTASAN
1 80 – 100 % Baik sekali
2 65 – 79 % Baik
3 50 – 64 % Cukup
4 0 – 49 % Kurang
c. Data Aktivitas Guru dan Siswa
Data hasil observasi aktivitas belajar siswa dan guru berupa sekor,
selanjutnya akan dikonversi menurut Nurkencana (1990) dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menentukan skor aktivitas belajar yang diperoleh siswa dan guru.
Menentukan skor aktivitasbelajar siswa dan guru dilakukan secara
kelasikal tergantung banyaknya perilaku atau aktivitas yang dilakukan
siswa dan guru dari sejumlah deskriptor yang di amati.
Penskorannya mengikuti aturan sebagai berikut:
a) Skor 4 diberikan jika semua deskriptor tampak.
b) Skor 3 diberikan jika 2 deskriptor tampak.
c) Skor 2 diberikan jika 1 deskriptor tampak.
d) Skor 1 diberikan jika tidak ada deskriptor tampak.
b. Menentukan Skor Maksimal Ideal ( SMI )
Banyaknya indicator = 6
Skor maksimal setiap indicator = 4
Skor setiap indicator = banyaknya descriptor yang tampak
Jadi skor maksimal ideal ( SMI ) = 6 x 4 = 24
Skor minimal seluruh indicator = 6 x 1 = 6
c. Menentukan Mi (Mean Ideal) dan SDi (Standar deviasi ideal) dengan
rumus sebagai berikut :
Mi =
12
x (skor tertinggi + skor terrendah)SDi =
13
x Mi
=
12
x (24+6 )=
13
x 15
= 15 = 5
d. Menentukan kriteria aktivitas siswa dan guru digunakan skor standar seperti
pada table berikut ini :
Tabel3.2
Pedoman Skor Standar Aktivitas Siswa
Interval Skor Kategori
X ≥ Mi + 1,5 Sdi X ≥ 22,5 Sangat aktif
Mi + 0,5 SDi ≤ X < Mi 1,5 SDi 17,5 ≤ X < 22,5 Aktif
Mi – 0,5 SDi ≤ X < + 0,5 SDi 12,5 ≤ X < 17,5 Cukup aktif
Mi – 1,5 SDi ≤ X <Mi – 0,5 SDi 7,5 ≤ X < 12,5 Kurang aktif
X < SMi – 1,5 Sdi X ≤ 7,5 Sangat kurang aktif
X = Aktifitas siswa dan guru
Mi = Mean Ideal
SDi = Standar deviasi ideal
SMi= Skor maksimum ideal
I. Indikator Ketercapaian
Untuk mengetahui tingkat keoptimalan pembelajaran, maka ditentukan criteria
keberhasilan sebagai berikut :
1. Aktifitas guru dan siswa dikatakan berhasil apabila memperoleh skor minimal
17,5 ≤ X < 22,5 yang termasuk dalam kategori aktif.
2. Kelas dinyatakan tuntas apabila 85% siswa memperoleh hasil belajar ≥ 65
atau mencapi KKM.
J. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
JURNAL LAPANGANPENELITIAN TINDAKAN KELAS
SIKLUS I
No Tanggal Waktu Kegiatan Komentar Observer
1. 07.30-09.15 Proses KBM Siwa gemar menonton filem
sinetron remaja yang belum sesuai
dengan tingkat perkembangan
emosionalnya.
Banyak siswa yang merasa tertarik
melihat penggunaan media
wayang.
Guru terlalu asik bercerita tanpa
memperhatikan siswa.
Siswa merasa suka diceritakan
menggunakan media wayang,
terlihat dengan banyaknya siswa
yang tertawa pada adegan-adegan
2. 07.30-08.40 Proses KBM
tertentu.
Intonasi guru dalam bercerita
dirasakan masih kurang sehingga
siswa kurang bisa membedakan
masing-masing tokoh.
Siswa kurang aktif terlihat pada
kurang antusianya siswa dalam
menjawab dan mengajukan
pertanyaan.
Siwa yang bertanya maupun
menjawab hanya siswa yang
dominan saja.
Pemberian penghargaan atau
riwot dapat memberikan motipasi
pada siswa yang kurang aktif.
JURNAL LAPANGAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
SIKLUS II
No Tanggal Waktu Kegiatan Komentar Observer
1. 07.30-09.15 Proses KBM Siswa mulai terlihat aktif dengan
meningkatnya jumlah siswa untuk
menjawab dan melengkapi
jawaban temannya.
Guru mampu menguasai kelas
terlihat dengan hanya 1 siswa yang
masih melakukan kegiatan yang
tidak ada hubungannya dengan
2. 07.30-08.40 Proses KBM
proses KBM.
Dengan menambahkan alat seperti
kaleng bekas, sendok makan dan
mangkuk makanan untuk
bercerita menggunakn media
wayang membuat siswa semakin
antusias.
Siswa terlihat aktif dalam
membuat kesimpulan.
Siklus II dikatakan berhasil, jika
dilihat dari kegiatan guru dalam
menyampaikan materi ataupun
partisipasi siwa dalam mengikuti
proses KBM.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. PT Raja Grapindo Persada: Jakarta
Aqib, Zaenal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas . CV Yrama Widia: Bandung
Depdiknas. 2006. Standar Kopetensi Dan Kopetensi Dasar SD/MI. BSNP
Depdiknas: Jakarta
Djamarah, Syaiful Bahri. 1996. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta :
Jakarta
Herawati, Lili. 2010. Peningkatan keterampilan menyimakcerita rakyat malalui
penggunaan tayangan kaset VCD pada kelas 3 SDN 1 Sesela tahun
ajaran 2009/2010. Universitas Mataram
Muliati. 2010. Upaya meningkatan keterampilan menyimak cerita dengan media
boneka pada siswa kelas II SDN 4 Selong Lombok Timur tahun ajaran
2010/2011. Universitas Mataram
Moeslichatoen R. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak. PT Rineka
Cipta: Jakarta.
Nurkancana, Wayan. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Usaha Nasional : Surabaya.
Nurlaili. 2006. Peningkatan keterampilan menyimak teks berita pada siswa kelas 2
SMP Muhammadiyah Mataram dengan media kaset tahun ajaran
2006/2007. Umiversitas Mataram
Priyadi, Slamet. http://organisasi.org/mengenal-wayang-pengertian-definisi-jenis-
macam-wayang/ 09/11/2011
Rohaeti, Siti dkk. 2006. Penanaman Akhlak Dengan Cerita. Globalindo.
Bandung.
Supardi. 2001. Media Pembelajaran. Kurnia Alam Semesta: Jakarta
Supriyadi.1994. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 4. Universitas
Terbuka, Depdikbud: Jakarta.
S, Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan . Rineka Cipta : Jakarta.
Tarigan, Djago. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia I. Universitas
Terbuka, Depdikbud : Jakarta.
Wiraguna, Agus. 2010. Penerapan Strategi Ekspositori (SE) Untuk Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Mata Pelajaran Bahasa Indonesisa Pada Siswa
Kelas V (Lima) SDN 16 Mataram Tahun Pelajaran 2009/2010.
Universitas Mataram