lapsus & referat k.ima
DESCRIPTION
jiwaTRANSCRIPT
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN REFERAT & LAPORAN KASUS UNIVERSITAS HASANUDDIN APRIL 2013
REFERAT: GANGGUAN CEMAS
LAPORAN KASUS: GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)
DISUSUN OLEH:
NUR HALIMATUSSANIAH BTE ISHAK
C 111 09 849
SUPERVISOR:
dr. Wempy Thioritz, Sp.KJ
PEMBIMBING:
dr. Myra
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2013
LAPORAN KASUS NON PSIKOTIK
GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI (F41.2)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn FH
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Status perkahwinan : Sudah menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Suku bangsa : Makassar
Warga negara : Indonesia
Alamat : BTP
Pendidikan terakhir : S1
Datang ke Poli Jiwa : 19 April 2013
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan utama: cemas
B. Riwayat gangguan sekarang:
Keluhan cemas dialami sejak Februari 2009. Pasien menyatakan tubuhnya
sering pegal-pegal sehingga mengganggu kualitas pekerjaannya, setiap kali
sakitnya datang pasien akan merasa dadanya tertekan seperti membawa
beban yang berat, merasa kembung dan akan sendawa berkali-kali. Pasien
mengalami sakit seperti ini semenjak tahun 2009. Awalnya pasien bangun
dari tidur tiba-tiba merasa gementar, menggigil, pusing serta dirasakan
seperti kejang seluruh tubuh. Pasien langsung dibawa ke RS Grestelina oleh
anggota keluarganya. Pertamanya pasien di curigai ISK tapi setelah
dilakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi dokter mengesahkan
bahwa tidak didapatkan apa-apa kelainan pada hasil pemeriksaan pasien.
Dokter cuma memberikan pasien obat maag untuk perut kembungnya.
Namun pasien merasakan tidak membaik. Setelah dirawat di RS Grestelina
pasien tetap kontrol berobat di RS Wahidin, pasien sempat berhenti
merokok dan minum kopi karena ditakutkan rokok dan kopi penyebab
meningkatnya asam lambung. Setelah hampir setahun berobat dan pasien
merasakan tidak ada perubahan dan sering dinyatakan tidak ada kelainan
pasien putus asa dan berhenti berobat ke dokter selama kurang lebih dua
tahun. Di rumah, setiap kali sakitnya memberat isteri pasien akan memijat
pasien sehingga pasien rasa tenang dan bisa tidur. Pasien waktu sebelum
menikah pernah bekerja di kapal selama hampir 5 tahun dari 2001-2005,
pasien pulang dari berlayar lalu menikah sama isterinya, setelah menikah
isteri pasien meminta pasien ganti pekerjaan karena kurang senang
pekerjaan pasien yang sering berpergian padahal pasien suka menjadi pelaut
karena gajinya lumayan besar. Pasien mengikuti kehendak isterinya dan
bekerja sebagai PNS selama 4 tahun sebelum sakit. Pasien selalu tertekan
dengan pekerjaannya karena harus mencapai target kerja pasien sering
bergadang dan makan tidak teratur sehingga jatuh sakit pada tahun
2009.Pasien menyatakan sakitnya hilang hanya pabila pasien tidur. Pasien
sering datang pikiran jelek tiba-tiba seperti mau membunuh diri, mau
menabrak orang. Pikiran begitu muncul sejak tahun 2009. Sebelum sakit,
pasien orangnya cepat marah, emosional dan terkadang kalau lagi marah,
pasien suka melempar barang.Tapi sejak sakit, pasien lebih bisa
mengendalikan marahnya sering diam dan beristighfar setiap kali ada yang
tidak menyenangkan pasien.
Hendaya/ disfungsi
o Hendaya sosial (-)
o Hendaya pekerjaan (+)
o Hendaya penggunaan waktu senggang (+)
Faktor stressor psikososial
Sering memikirkan sakitnya
Riwayat gangguan sebelumnya
Tidak terdapat riwayat gangguan sebelumnya.
C. Riwayat gangguan sebelumnya (penyakit dahulu)
Trauma (-)
Infeksi (-)
NAPZA: - merokok (+) 1 hingga 2 bungkus sehari tapi mulai berhenti
sejak sering kembung.
- Alkohol (+) sewaktu kerja di kapal tapi sudah berhenti
sejak tahun 2009.
D. Riwayat kehidupan peribadi
i. Riwayat prenatal dan perinatal (0-1 tahun)
Pasien lahir tanggal 14 April 1977 di RS Fatimah. Lahir cukup bulan,
normal dan dibantu oleh dokter. Pasien merupakan anak yang diinginkan.
Ibu pasien tidak mengalami masalah selama mengandung pasien.
ii. Riwayat masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun)
Pasien mendapatkan ASI hingga usia 2 tahun. Pertumbuhan dan
perkembangan pasien sama dengan anak sebayanya.
iii. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien bersekolah Sekolah Dasar (SD) di Palopo, Sulawesi Selatan. Prestasi
pasien di sekolah cukup baik. Pasien dikenal sebagai anak yang ceria dan
rajin ke sekolah. Pasien mudah bergaul dan memiliki banyak teman.
iv. Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja (12-18 tahun)
Setelah tamat sekolah dasar, pasien melanjutkan pendidikannya ke SMP di
Palopo. Kemudian SMA di Palopor. Pasien dikenali sebagai orang yang
cukup baik, suka membantu orang lain, mempunyai banyak teman-teman di
sekolah, peramah dan orangnya terbuka.
v. Riwayat masa dewasa
Pasien menyelesaikan pendidikan di tahap S1 dan lanjut bekerja di kapal
sehingga pasien menikah dan menukar pekerjaannya sebagai PNS pada
tahun 2006 karena isteri pasien kurang senang dengan pekerjaan pasien
sebagai pelaut.Pasien beragama Islam dan taat beribadah.
vi. Riwayat pernikahan
Pasien menikah pada umur 28 tahun (tahun 2005) dan mempunyai 2 orang
anak (♂,♂). Hubungan pasien dan keluarga baik. Hubungan pasien dengan
isterinya juga baik.
vii. Riwayat pekerjaan
Pernah bekerja di kapal selama 6 tahun dari tahun 2001-2006 kemudian
bekerja sebagai PNS karena isterinya kurang menyenangi pekerjaannya
sebagai pelaut.
E. Riwayat kehidupan keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. (♂,♀,♂,♀). Pasien
memiliki hubungan yang baik dengan seluruh anggota keluarga. Tidak ada
ahli keluarga dengan riwayat penyakit yang sama.
F. Situasi sekarang
Saat ini, pasien tinggal bersama isteri dan anak-anaknya. Isteri pasien tidak
bekerja. Hubungan pasien dengan isteri dan anak-anaknya baik.
G. Persepsi pasien tentang dirinya dan kehidupannya
Pasien ingin kembali sehat seperti sebelumnya agar dapat melakukan
aktivitas sehariannya dengan semangat dan sembuh dari sakit-sakit badan.
AUTOANAMNESIS (19 April 2013)
DM : Selamat siang bapak.
P : Selamat siang dok.
DM : Perkenalkan nama saya Nur Halima, saya dokter muda yang bertugas di sini.
Kalau boleh tahu nama ibu siapa?
P : Nama saya FH.
DM : Bapak umurnya sekarang berapa?
P : 37 tahun umurku sekarang dok.
DM : Bapak tinggal di mana?
P : Di BTP dok.
DM : Pekerjaan bapak sehari-hari apa?
P : Saya PNS dok.
DM : Kalau boleh tahu apa yang membawa bapak datang kemari?
P : Saya sebenarnya tadi dari poli umum dok, dokter disana anjurkan saya ke sini
(Poli Jiwa RSWS) karena dia bilang kemungkinan saya terlalu banyak pikiran
sampai kambuh terus maag ku. Saya bilang apa hubungannya penyakit saya sama
jiwa, baru dokter itu bilang saya harus coba dulu siapa tau ada yang bisa dibantu
karena sudah berkali-kali periksa laboratorium normal terus hasilnya.
DM : Sejak kapan bapak rasakan begitu?
P : Saya sakit terus ini dok sejak tahun 2009, pertama itu saya bangun mau solat
subuh dok, langsung tiba- tiba saya rasa kayak kram seluruh badanku, kayak
gementaran dingin baru pucat ku lihat tangan kaki ku. Saya rasa lemah sekali
langsung saya di bawa ke RS Grestelina sama keluarga.
DM : Apa dibilang sama dokter di RS Grestelina bapak?
P : pertama dokter curiga saya ISK kerna ada darah di kencingku katanya, terus di
periksa laboratorium sama USG ternyata bukan ISK. Tidak tau apa diagnosanya
DM : Apa obat yang diberikan sama dokter waktu itu bapak ?
P : Cuman di kasi obat maag ji dok, karena kembung sekali perutku baru sendawa
terus. Tapi setelah makan obat maag juga tidak ada sembuh sakitku dok.
DM : Bagaimana pola tidur bapak? Bapak bisa tidur?
P : Kalau soal tidur dok, bagus sekali tidurku dok. Belum pernah terganggu tidurku.
Sakit saya juga dok cuman tidak kurasa waktu tidur ji, kalau bangun sakit lagi.
DM : Kalau saat ini bagaimana kita rasakan bapak? Masih sakit?
P : Sakit terus ini dok, tidak pernah berhenti. Dadaku kayak sempit, seperti membawa
beban yang berat, baru kembung perutku ini dok, sendawa terus. Tapi kalau bicara-
bicara begini toh kayak enak saya rasa kurang-kurang sakitku dok, ini tidak
sendawa lagi.
DM : Jadi bapak rasa tenang sekarang? Bagaimana selera makan bapak? Berkurang
tidak?
P : Iya dok, saya senang kalau bisa bicara-bicara begini. Selera makanku baik dok
seperti biasa. Tidak pernah berkurang dok.
DM :Oh, begitu. Bapak setelah berobat di RS Grestelina pernah tidak bapak coba ke
Rumah Sakit lain atau berobat di mana-mana?
P : Ada dok, di sini (RS Wahidin Sudirohusodo). Sering saya ke sini dulu dari tahun
2009 sampai 2010 saya berhenti berobat dok, putus asa saya kerna tidak pernah
sembuh baru dokter bilang saya tidak ada apa-apa sakit dok. Sedangkan tidak
pernah kurang-kurang sakitku ini dok, sakit-sakit semua ini (sambil pasien
menunjuk ke seluruh tubuhnya). Saya sempat putus asa berobat dok, 2 tahun mi
saya tidak ke dokter.
DM : Jadi selama 2 tahun itu apa yang bapak lakukan kalau datang sakitnya ?
P : Tidak ada apa-apa yang dilakukan dok, Cuma isteri saya pijat-pijat nanti kurang-
kurang sakitku langsung tidur. Aduh sakit semua ini dok badanku jadi saya kembali
lagi ke sini mau tau sakitku, tapi dokter tadi bilang saya harus ke sini siapa tau ada
solusinya karena ini dok (pasien tunjukkan hasil laboratoriumnya) semuanya bagus
dibilang sama dokter tadi. Tapi sakit terus saya ini. Tapi saya bingung apa
hubungannya sakitku sama jiwa? Bisakah sakit maag kerna ada masalah jiwa dok?
DM : Iya mungkin karena stress, bisa memicu peningkatan asam lambung juga bapak.
Bapak kalau dirumah bagaimana hubungan bapak sama keluarga, isteri dan anak-
anak?
P : Baik ji dok, seperti biasa. Malah pertama waktu saya drop tahun 2009 itu saya
masih tinggal sama keluargaku, mereka yang hantar saya ke RS Grestelina waktu itu.
Kan saya tidak bisa jalan dok waktu itu, saya dipapah ke rumah sakit kakakku yang
bawa.
DM : Bapak pernah tidak mendengar bisikan-bisikan atau terlihat sesuatu?
P : Tidak dok. Cuma sejak sakit saya sering datang pikiran-pikiran jelek seperti ‘eh
mau ka bunuh diri deh’, terkadang kalau lagi bawa mobil pernah saya terpikir
bagaimana ya kalau saya menabrak motor didepan ku. Bukan bisikan dok tapi pikiran
saya sendiri. Tapi pikiran ji dok (sambil tersenyum) tidak pernah saya
melakukan apa yang saya pikirkan.
DM : Bagaimana hubungan bapak sama teman-teman? Bapak sering tidak marah-
marah?
P : Itu dok satu kesyukuran saya sama sakitku, dulu sebelum saya sakit saya ini
orangnya cepat sekali marah. Kalau saya jengkel terkadang saya lempar-lempar
barang. Tapi setelah sakit saya lebih banyak diam dok, kalaupun ada sesuatu yang bikin
saya marah saya lebih memilih untuk diam dan istighfar saja karena tidak kuat mau
marah-marah dok.
DM : Kalau pekerjaan bapak bagaimana? Ada masalah?
P : Saya sebenarnya waktu bujang sempat kerja di kapal besar, waktu tahun 2001
sampai tahun 2005, enak sekali dok, gajinya juga agak besar ya, bepergian terus
aya 5 tahun itu, baru setelah pulang saya menikah sama isteriku, setelah setahun
menikah isteri saya minta saya ganti pekerjaan karena dia kurang senang
pekerjaanku yang bepergian. Jadi mulai tahun 2006 saya PNS sampai sekarang. Mulai
dari situ dok saya memikirkan terus pekerjaanku, terkadang begadang, kurang juga
makan karena mau sekali mencapai target kerjaku dok. Setelah 4 tahun bekerja saya
drop sekali itu pada tahun 2009. Kalau sekarang yah jelaslah saya sudah tidak bisa
bekerja terlalu kuat karena sakit-sakit badanku.
DM : Bapak sewaktu bekerja di kapal biasa minum-minum (alcohol)?
P : Iya kalau alkohol memang kehidupan kita yang kerja di kapal pagi-pagi juga
minum. Tapi sekarang sudah tidak minum dok, saya juga sudah tidak merokok
mulai sakit sampai sekarang.
DM : Bapak pernah ambil obat-obatan yang berlebihan?
P : Tidak ada dok, tidak pernah begitu dok.
DM : Tidak pernah bapak ada masalah sama isteri atau siapa-siapa sebelumnya yang
buat bapak tertekan?
P : Tidak dok, baik-baik saja Cuma itu waktu saya kerja di kapal isteriku tidak suka
padahal lumayan gajinya. Tapi baik-baik ji juga sekarang dok.
DM : Bagaimana pekerjaan bapak sekarang? Ada kendala?
P : Iya jelaslah dok, saya sering sakit- sakit sudah tidak terlalu kuat kerja.
DM : Isteri bapak bekerja?
P : Tidak dok, isteri saya ibu rumah tangga.
DM : Oh, begitu. Apa bapak tau artinya panjang tangan?
P : Iya dok, artinya suka mencuri.
DM : Baik, kalau 100 – 10 berapa pak?
P : 90 dok.
DM : Kalau 80-10?
P : 70 dok.
DM : Baik bapak, apakah masih ada yang mau bapak ceritakan?
P : Saya rasa sudah tidak ada dok
DM : Apa bapak masih ingat dengan nama saya tadi bu?
P : Iya dok, Nur Halima nama dok kan
DM : Baiklah bapak. Terima kasih atas waktunya. Jangan lupa minum obatnya nanti
bapak, supaya bisa lebih tenang perasaan bapak.
P : Iya dok. Sama-sama dok.
II. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan:
Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur, tinggi, kulit sawo matang,
penampilan cukup rapi, memakai baju kaos merah, celana jeans biru gelap
dan membawa tas ransil bewarna hitam, cara jalan biasa.
2. Kesadaran : Baik
3. Perilaku dan aktivitas motorik: Pasien duduk agak gelisah
4. Pembicaraan : Lancar dan spontan, intonasi biasa
5. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : Gelisah
2. Afek : cemas
3. Keserasian : Serasi
4. Empati : Dapat dirabarasakan
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf Pendidikan, pengetahuan umum & kecerdasan: Sesuai taraf
pendidikan
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi (waktu, tempat, orang) : Baik
4. Daya ingat
- Jangka panjang : Baik
- Jangka pendek : Baik
- Jangka segera : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
6. Bakat Kreatif : Bisa menulis cerpen.
7. Kemampuan menolong diri sendiri : Baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : Tidak ada
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikiran
a. Produktifitas : Cukup
b. Kontinuitas : Relevan dan koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak ada
2. Isi Pikiran
a. Preokupasi : Memikirkan terus-terus sakitnya
b. Gangguan isi pikir: Tidak ada
F. Pengendalian Impuls: Baik
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : Baik
2. Uji Daya Nilai : Baik
3. Penilaian Realitas : Baik
H. Tilikan (Insight) :
Derajat VI (pasien sadar bahwa dirinya sakit dan perlu pengobatan)
II. Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya
III. PEMERIKSAAN DIAGNOSIK LEBIH LANJUT
Pemeriksaan Fisik:
Status Internus
- Tekanan darah :130/80 mmHg
- Nadi :88x/menit
- Suhu tubuh :36.52ºC
- Pernapasan : 20x/menit
- Ektremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.
Status neurologis
- GCS 15 ( E4M6V5)
- Tanda rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), kernig sign (-)
- Pupil bulat, isokor, diameter kiri dan kanan 2.5 mm/ 2.5mm, RCL +/+, RCTL
+/+
- Fungsi motorik dan sensorik pasien dalam batas normal dan tidak ditemukan
reflex patologis.
IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang laki-laki berumur 37 tahun datang ke Poli Jiwa RS Wahidin
dengan keluhan sering cemas dengan penyakit yang dialami. Pasien sering
merasa dadanya tertekan, perut kembung dan sendawa berkali-kali. Pasien
mulai mengalami gejala sejak Februari 2009. Awalnya pasien bangun dari tidur
tiba-tiba merasa gementar, menggigil, pusing serta dirasakan seperti kejang
seluruh tubuh. Pasien langsung dibawa ke RS Grestelina oleh anggota
keluarganya. Tapi dikatakan tidak ada kelainan pada hasil pemeriksaan
laboratorium dan radiologi.pasien Cuma diberikan obat maag untuk kembung
perutnya, tapi pasien merasa tiada perubahan. Setelah berobat di RS Grestelina
pasien kontrol di RS Wahidin selama hampir setahun tapi tetap tidak berkurang
sakitnya. Pasien sempat putus asa dan berhenti berobat selama hampir dua
tahun karena sering dinyatakan tidak ada kelainan dari dokter. Pasien waktu
sebelum menikah pernah bekerja di kapal selama hampir 5 tahun dari 2001-
2005, pasien pulang dari berlayar lalu menikah sama isterinya, setelah menikah
isteri pasien meminta pasien ganti pekerjaan karena kurang senang pekerjaan
pasien yang sering berpergian padahal pasien suka menjadi pelaut karena
gajinya lumayan besar. Pasien mengikuti kehendak isterinya dan bekerja
sebagai PNS selama 4 tahun sebelum sakit. Pasien selalu tertekan dengan
pekerjaannya karena harus mencapai target kerja pasien sering bergadang dan
makan tidak teratur sehingga jatuh sakit pada tahun 2009.
Pada status mental didapatkan Tampak seorang laki-laki wajah
sesuai umur, tinggi, kulit sawo matang, penampilan cukup rapi, memakai baju
kaos merah, celana jeans biru gelap dan membawa tas ransil bewarna hitam,
cara jalan biasa, kesadaran baik, perilaku dan aktivitas psikomotor agak gelisah.
Pembicaraan spontan, lancar dan intonasi biasa. Pasien kooperatif, mood
gelisah, afek cemas , empati dapat dirasarabakan. Pengetahuan umum dan
kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya. Daya konsentrasi cukup, orientasi
dan daya ingat baik, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri sendiri
cukup. Tidak terdapat gangguan persepsi. Produktivitas cukup, kontinuitas
relevan dan koheren, tidak ada hendaya berbahasa. Preokupasi memikirkan
tentang penyakitnya., tidak ada gangguan isi pikir, pengendalian impuls baik,
daya nilai baik. Tilikan berupa Insight derajat VI, dan dapat dipercaya.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Berdasarkan hasil autoanamnesis dan pemeriksaan status mental
ditemukan adanya keluhan sering pegal-pegal, kembung, sering sendawa
dan kurang bersemangat saat beraktivitas, kurang konsentrasi, cepat capek,
mengeluh sakit pada dadanya dan berdebar-debar sehingga menimbulkan
penderitaan (distress) dan hendaya bagi pasien sehingga dapat
dikategorikan sebagai gangguan jiwa. Dari pemeriksaan status mental
tidak didapatkan adanya hendaya berat seperti halusinasi dan waham
sehingga dikategorikan sebagai gangguan jiwa non-psikotik. Dari status
internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan sehingga kelainan mental
organik dapat disingkirkan.
Pada pasien ini ditemukan gejala anxietas seperti rasa khawatir,
jantung berdebar-debar, berkeringat berlangsung tiap waktu kecuali tidur.
Pada pasien ini juga didapatkan gejala depresi seperti konsentrasi dan
perhatian yang berkurang. Akan tetapi masing-masing tidak menunjukkan
rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnosis tersendiri
sehingga berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis sebagai Gangguan
Campuran Anxietas dan Depresi (F41.2).
Aksis II : Pasien agak pendiam, tapi memiliki banyak teman dan
berhubungan baik dengan keluarga dan orang lain sehingga dimasukkan ke
dalam ciri kepribadian tidak khas.
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Faktor stressornya adalah sering memikirkan sakitnya.
Aksis V : GAF scale pasien saat ini adalah 70-61 berupa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik.
VI. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik: tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna,
tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien
memerlukan psikofarmakologi.
Psikologik: ditemukan adanya hendaya ringan sehingga pasien memerlukan
psikoterapi untuk menghilangkan gangguan anxietas dan depresi ringan.
Sosiologik :ditemukan hendaya sosial ringan dan tidak ditemukan dalam
pekerjaan maka pasien memerlukan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Dubia et bonam. Adapun faktor pendukung maupun faktor penghambat adalah
seperti berikut:
Faktor pendukung:
Mempunyai faktor stressor yang jelas
Sudah menikah
Riwayat pre morbid sosial yang baik
Tidak terdapat kelainan interna dan neurologi
Keinginan pasien untuk berobat dan sembuh
Faktor penghambat
Onset penyakitnya yang kronik
Perlangsungan masalah yang sudah lama yaitu ketika awal menikah
VIII. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan PPDGJ-III, adapun pedoman diagnosis untuk Gangguan Campuran
Anxietas dan Depresi adalah sebagai berikut:
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing
tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan
diagnosis tersendiri. Untuk anxietas beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau
kekhawatiran yang berlebihan.
Tidak ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka
harus dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan
anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk
menegakkan masing-masing diagnosis, maka kedua diagnosis tersebut
harus ditemukan, dan diagnosis gangguan campuran tidak dapat digunakan.
Jika karena sesuatu hal hanya dapat dikemukakan satu diagnosis maka
gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang
jelas, maka harus digunakan kategori F 43.2 gangguan penyesuaian.
Pada pasien ini terdapat gejala anxietas dan juga depresi, namun masing-
masing tidak menunjukkan gejala yang cukup berat atau tidak terlalu menonjol,
sehingga didiagnosis dengan sebagai Gangguan Campuran Anxietas dan
Depresi (F41.2). Pada pasien ini diberikan pengobatan anti-anxietas, golongan
Benzodiazepine: Clobazam karena clobazam efektif untuk anxietas karena dosis
anti-anxietas dan anti-insomnia berjauhan (dose-related). Merupakan
benzodiazepine yang paling kurang terpengaruh ‘psychomotor performance’,
sesuai untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang tetap aktif. Karena pasien ini tidak
mengalami masalah dengan tidurnya.
Pada pasien ini diberikan juga pengobatan anti depresi SSRI (Selective
Serotonin Reuptake Inhibitor), yaitu fluoxetine. Sindrom depresi disebabkan oleh
defisiensi relative salah satu atau beberapa aminergic neurotransmitter
(noradrenaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di SSP (khususnya pada
system limbic). Mekanisme kerja obat anti depresi ini yaitu menghambat reuptake
aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine
oxidase. Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada
sinaps neuron di SSP. Diberikan fluoxetine karena sedikit efek samping.
IX. RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
- Clobazam 10 mg 2x1
- Calxetin 10 mg 1-0-0
b. Psikoterapi: supportive
- Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien
sehingga dapat membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan
bagaimana cara menghadapinya dan menganjurkan untuk berobat
teratur.
- Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan
orang-orang disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan dukungan
moral dan menciptakan lingkungan yang kondusif agar dapat membantu
proses penyembuhan.
X. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit seperti
menilai efektifitas obat terapi yang diberikan dan kemungkinan efek samping obat
yang diberikan.
GANGGUAN CEMAS
BAB I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Anxietas sering dikenal dengan istilah perasaan cemas, perasaan bingung,
was- was, bimbang dan sebagainya, dimana istilah tersebut lebih mengacu pada keadaan
normal. Sedangkan gangguan anxietas merujuk pada kondisi patologis. Anxietas sendiri
mempunyai rentang yang luas dan normal sampai level yang berat. Anxietas sendiri dapat
sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada
neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal.1
Anxietas normal sebenarnya sesuatu hal yang sehat, karena merupakan
tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri
dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan
menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya kecemasannya
dapat berkurang.1
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk pada suatu respon
mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar
lebih berupa respon fisiologis ketimbang respon patologis terhadap ancaman. Sehingga
perilaku orang cemas tidaklah harus abnormal, bahkan kecemasan merupakan respons
yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan orang untuk menghadapi ancaman
(baik fisik maupun psikologik). Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat
adalah normal dan hampir semua orang pernah mengalaminya.1
Anxietas dapat akut atau kronik. Pada anxietas akut serangan datang
mendadak dan cepat hilang. Anxietas kronik berlalu untuk jangka waktu lama walaupun
tidak seintensif anxietas akut, pengalaman penderitaan dari gejala cemas ini oleh pasien
biasanya
dirasakan cukup gawat untuk mempenganuhi prestasi kerjanya. Bila dilihat dari segi
jumlah, orang yang menderita anxietas kronik jauh lebih banyak daripada anxietas akut.1
BAB II : PEMBAHASAN
2. DEFINISI
“Anxietas adalah perasaan yang difus, yang sangat tidak menyenangkan, agak
tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan
suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi
seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung
berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan.
Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah”. ( Harold I. LIEF).2
“Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh
dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman,
keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J
GROEN).2
3. ETIOLOGI
Penyebab gangguan cemas multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan
sosial. Faktor biologis kecemasan akibat dari reaksi syaraf otonom yang berlebihan dan
terjadi pelepasan katekholamine. Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi
akibat impuls-impuls bawah sadar yang masuk ke alam sadar. Mekanisme pertahanan jiwa
yang tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan yang mengambang,
displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, undoing, reaksi formasi, dan dapat
mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif. Sedangkan ketidak-berhasilan represi
mengakibatkan gangguan panik. Dari pendekatan sosial, anxietas dapat disebabkan karena
konflik, frustasi, krisis atau tekanan.1,7,8
4. GEJALA UMUM ANXIETAS
Gejala psikologik:
Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut ”gila”,
takut kehilangan kontrol dan sebagainya.3
Gejala fisik:
Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung
pada kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama.
Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa
individu, lainnya sangat mengganggu.3
1. Berdebar diiringi dengan detak jantung yang cepat.
Kecemasan memicu otak untuk memproduksi adrenalin secara berlebihan pada
pembuluh darah yang menyebabkan detak jantung semakin cepat dan
memunculkan rasa berdebar. Namun dalam beberapa kasus yang ditemukan
individu yang mengalami gangguan kecemasan kontinum detak jantung semakin
lambat dibandingkan pada orang normal.
2. Rasa sakit atau nyeri pada dada
Kecemasan meningkatkan tekanan otot pada rongga dada. Beberapa individu dapat
merasakan rasa sakit atau nyeri pada dada, kondisi ini sering diartikan sebagai
tanda serangan jantung yang sebenarnya adalah bukan. Hal ini kadang
menimbulkan rasa panik yang justru memperburuk kondisi sebelumnya.
3. Rasa sesak napas
Ketika rasa cemas muncul, syaraf-syaraf impuls bereaksi berlebihan yang
menimbulkan sensasi dan sesak pernafasan, tarikan nafas menjadi pendek seperti
kesulitan bernafas karena kehilangan udara.
4. Berkeringat secara berlebihan
Selama kecemasan muncul terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi. Keringat yang
muncul disebabkan otak mempersiapkan perencanaan fight or flight terhadap
stressor.
5. Kehilangan gairah seksual atau penurunan minat terhadap aktivitas seksual
6. Gangguan tidur
7. Tubuh gemetar
Gemetar adalah hal yang dapat dialami oleh orang-orang yang normal pada situasi
yang menakutkan atau membuatnya gugup, akan tetapi pada individu yang
mengalami gangguan kecemasan rasa takut dan gugup tersebut terekspresikan
secara berlebihan, rasa gemetar pada kaki, atau lengan maupun pada bagian
anggota tubuh yang lain.
8. Tangan atau anggota tubuh menjadi dingin dan bekeringat
9. Kecemasan depresi memunculkan ide dan keinginan untuk bunuh diri
10. Gangguan kesehatan seperti sering merasakan sakit kepala (migrain).
5. TEORI GANGGUAN ANXIETAS
A. TEORI PSIKOLOGIS
Teori Psikoanalitik
Teori perilaku
Teori Eksistensi
B. TEORI BIOLOGIS
Susunan Saraf Otonom
Neurotransmiter
Penelitian genetika
Studi Pencitraan Otak
Teori Psikoanalitik:
Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal, kecemasan
menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam diri.
misal dengan menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi pemulihan
keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala anxietas. Jika represi tidak berhasil sebagai
suatu pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain misalnya konvensi,
regresi, ini menimbulkan gejala.1,2,4
Teori Perilaku:
Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang
dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik. Contoh : seorang dapat belajar untuk
memiliki respon kecemasan internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya.2,4
Teori eksistensi
Konsep dan teori ini adalah, bahwa seseorang menjadi menyadari adanya
kehampaan yang menonjol di dalam dirinya. Perasaan ini lebih mengganggu daripada
penerimaan tentang kenyataan kehilangan/ kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.
Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan eksistensi tersebut.2,4
Sistem saraf otonom
Stimuli sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu. Sistem
kardiovaskular takikardi, muskular nyeri kepala, gastrointestinal diare dan sebagainya.3,4
Neurotransmiter
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan
berdasarkan penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin,
serotonin dan gamma-aminobutyric acid. 3,4
Studi genetik
Penelitian ini mendapatkan, hampir separuh dan semua pasien dengan
gangguan panik memiliki sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan. 3,4
Studi pencitraan otak:
Contoh: pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis,
oksipital, temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para hipokampus. 3,4
6. BENTUK GANGGUAN CEMAS1,8,9
· Gangguan Fobik
· Gangguan Panik
· Gangguan Anxietas Menyeluruh
· Gangguan Stres Akut
· Gangguan Stres Pasca Trauma
· Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
· Gangguan Obsesif-kompulsif
6.1 GANGGUAN FOBIK
Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan
penghindaran yang Disadari terhadap obyek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. 1,8,9
Fobia adalah ketakutan yang berlebihan yang disebabkan oleh benda,
binatang ataupun peristiwa tertentu. sifatnya biasanya tidak rasional, dan timbul akibat
peristiwa traumatik yang pernah dialami individu. Fobia juga merupakan penolakan
berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak
berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Fobia simpel:
sumber binatang, ketinggian, tempat tertutup, darah. Yang menderita banyak wanita,
dimulai semenjak kecil.1,8,9
Agorafobia: kata yunani, agpra = tempat berkumpul, pasar. Sekelompok
ketakutan yang berpusat pada tempat-tempat publik: takut berbelanja, takut kerumunan,
takut bepergian, Banyak yang minta pertolongan. Banyak wanita yang menderita ini
dimulai pada masa remaja dan permulaan dewasa. Dengan gejala ketegangan, pusing,
kompulsi, merenung, depresi, ketakutan menjadi gila. 90% dari sampel: takut tempat
tinggi, tempat tertutup, elevator. 1,8,9
Fobia dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:
- Fobia Spesifik
Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu,
misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian
(acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap
kancing baju, dsb. 10
- Fobia Sosial
Ketakutan berlebih pada kerumunan atau tempat umum. ketakutan ini disebabkan
akibat adanya pengalaman yang traumatik bagi individu pada saat ada dalam
kerumunan atau tempat umum. misalnya dipermalukan didepan umum, ataupun
suatu kejadian yang mengancam dirinya pada saat diluar rumah.10
Penyebab:
Teori Psikoanalitik: pertahanan melawan kecemasan hasil dorongan id yang
direpres. Kecemasan: pindahan impuls id yang ditakuti ke objek/situasi, yang
mempunyai hubungan simbolik dengan hal tersebut, Menghindari konflik yang
direpres. Cara ego untuk mcnghadapi masalah yang sesungguhnya konflik pada
masa kanak-kanak yang direpres. Teori Behavioral: hasil belajar kondisioning
kfasik, kondisioning operan, modeling.1
6.2 GANGGUAN PANIK
Gangguan panik ditandai dengan terjadinya serangan panik spontan dan
tidak diprediksikan. Serangan panik adalah suatu periode kecemasan atau ketakutan yang
kuat dan relative singkat (biasanya < satu tahun), yang disertai oleh gejala somatic tertentu
seperti takipneu dan palpitasi. Frekuensi pasien dengan gangguan panic mengalami
serangan panik bervariasi dari beberapa serangan dalam satu hari sampai hanya beberapa
serangan selama setahun. Di Amerika Serikat, sebagian besar peneliti percaya bahwa
pasien yang memiliki gangguan panik hampir selalu berkembang dengan komplikasi
agoraphobia.2,10
Istilah “panik” berasal dari kata Pan, yaitu dewa Yunani setengah hantu,
tinggal dipegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit diduga. Pada 1895 deskripsi
gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud dalam kasus agorafobia.
Serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan serta yang diyakini akan
terjadi. Orang dengan serangan panik berusaha untuk menghindar dari keadaan yang tidak
pernah diperkirakan. 2,10
Serangan panik sering dimulai pada masa remaja akhir atau dewasa awal,
namun tidak semua orang yang mengalami serangan panik akan mengembangkan
gangguan panik. Banyak orang hanya memiliki satu serangan dan tidak pernah lagi.
Terjadi pada wanita lebih sering daripada laki-laki. Ada dua kriteria gangguan panik, yaitu
gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik ddisertai agorofobia kedua
gangguan panik ini harus ada episode serangan panik.2,10
Gambaran Klinis
Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan
panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan,
kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk
mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan
sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit.
Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan
kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin
merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik
adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk
mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit.2,10
6.3 GANGGUAN CEMAS MENYELURUH
Gangguan Kecemasan Menyeluruh merupakan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan akan sejumlah aktivitas atau peristiwa, yang berlangsung
hampir setiap hari, selama 6 bulan atau lebih. Gambaran esensial dan gangguan ini adalah
adanya anxietas yang menyeluruh dan menetap (bertahan lama), Gejala yang dominant
sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot,
berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastnik adalah
keluhan yang lazim dijumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota keluarganya akan
menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam waktu dekat, merupakan keluhan
yang seringkali diungkapkan. Kecemasan dan kekhawatiran ini sangat berlebihan
sehingga sulit dikendalikan. Mereka tidak dapat santai, mudah terkejut, dan mengalami
kesulitan berkonsentrasi. Seringkali mereka sulit tidur atau tidur. gejala fisik yang sering
menyertai kegelisahan meliputi kelelahan, sakit kepala, ketegangan otot, nyeri otot,
kesulitan menelan, gemetar, gugup, lekas marah, berkeringat, mual, ringan, harus pergi ke
kamar mandi sering, merasa kehabisan napas, dan hot flashes.1,3,10
Selain itu, penderita mengalami 3 atau lebih dari gejala-gejala berikut:9
· Mudah lelah
· Gelisah
· Sulit berkonsentrasi
· Ketegangan otot
· Mudah tersinggung
· Gangguan tidur
· 3-5% dari orang dewasa
Seringkali berawal pada masa kanak- kanak atau remaja. Keadaan ini
berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan menetap selama bertahun-
tahun.9
Tanda-tanda; kecemasan kronis terus menerus rnencakup situasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial). Ada keluhan somatik: berpeluh,
merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil,
dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas,
hiperaktivitas sistem saraf otonomik. Merasa ada gangguan otot: ketegangan atau rasa
sakit pada otot terutama pada leher dan bahu, pelupuk mata berkedip terus, bergetar,
mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh. Cemas
akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan serangan
jantung, cemas akan mati. Sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur,
tidak dapat konsentrasi.9
Penderita harus menujukkan anxietas sebagai gejala primer yang
berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak
terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja ( sifatnya “free
floating” atau “mengambang”).9
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:1,9
1. Kecemasan ( khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk, sulit
konsentrasi, dsb.);
2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai);
3. Overaktivitas otonomik ( kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebardebar, sesak
napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering, dsb.). Pada anak-anak sering terlihat
adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan
somatik berulang yang menonjol.
6.4 GANGGUAN STRES PASCA-TRAUMA
Gangguan stres-pasca trauma terdiri dari pengalaman kembali trauma
melalui mimpi dan pikiran, penghindaran yang persisten oleh penderita terhadap trauma
dan penumpulan responsivitas pada penderita tersebut, kesadaran berlebihan dan persisten.
Gejala penyerta yang sering dan gangguan stres pasca-trauma adalah depresi, kecemasan
dan kesulitan kognitif.10
Prevalensi seumur hidup gangguan stres pasca-trauma diperkirakan 1
sampai 3 persen populasi umum, 5 sampai 15 persen mengalami bentuk gangguan yang
subklinis. Walaupun gangguan stres pasca-trauma dapat terjadi pada setiap usia, namun
gangguan paling menonjol pada usia dewasa muda. 10
PTSD merupakan kecemasan akibat peristiwa traumatik yang biasanya
dialami oleh veteran perang atau orang-orang yang mengalami bencana alam . PTSD
bisanya muncul beberapa tahun setelah kejadian dan biasanya diawali dengan ASD, jika
lebih dari 6 bulan maka orang tersebut dapat mengembangkan PTSD. 10
Akibat kejadian traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk:
perkosaan, peperangan, bencana alam, ancaman yang serius terhadap orang yang sangat
dicintai, melihat orang lain disakiti atau dibunuh. Akan berakibat tidak dapat konsentrasi,
mengingat, tidak dapat santai, impulsif, mudah terkejut, gangguan tidur, cemas, depresi,
mati rasa; hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi, ada perasaan asing terhadap
orang-lain dan yang lampau. Kalau trauma dialami bersama orang lain, dan yang lain mati:
ada rasa bersalah, sering terjadi mimpi buruk atau gangguan tidur. 10
Gangguan pasca trauma dapat akut, kronis atau lambat, trauma akibat
orang, perang, serangan fisik atau penganiayaan berlangsung lebih lama daripada trauma
setelah bencana alam. Simtom memburuk jika dihadapkan kepada situasi yang mirip.
Dapat terjadi pada anak dan orang dewasa. Gejala pada anak: mimpi tentang monster atau
perubahan tingkah laku ramai menjadi pendiam. Riwayat psikopatologi pada keluarga
memegang peranan. Psikoterapi dapat melalui terapi kelompok. Dengan cara ini penderita
mendapatkan support dari teman-temannya. 10
PEDOMAN DIAGNOSTIK STRES PASCATRAUMA1,8,10
A. Telah terpapar dengan peristiwa traumatik, didapati:
mengalami, menyaksikan, dihadapkan dengan peristiwa yang berupa ancaman
kematian, atau kematian yang sesungguhanya atau cedera yang serius,atau
ancaman integritas fisik diri sendiri atau orang lain
respon berupa rasa takut yang kuat, rasa tidak berdaya
B. Keadan traumatik secara menetap dialami kembali dalam satu atau lebih cara berikut:
Rekoleksi yang menderitakan, rekuren dan mengganggu tentang kejadian
Mimpi menakutkan yang berulang tentang kejadian
Berkelakuan atau merasa seakan-akan kejadian traumatik terjadi kembali
Penderitaan psikologis yang kuat saat terpapar dengan tanda internal atau
eksternal yang menyimbolkan atau menyerupai suatu aspek kejadian traumatik
Reaktivitas psikologis saat terpapar dengan tanda internal atau eksternal yang
menyimbolkan atau menyerupai aspek kejadian traumatik
C. Penghindaran stimulus yang persisten yang berhubungan dengan trauma
D. Gejala menetap, adanya peningkatan kesadaran , seperti dua atau lebih berikut:
kesulitan tidur, irritabilitas, sulit konsentrasi, kewaspadaan berlebihan, respon kejut yang
berlebihan.
E. Lama gangguan gejala B,C,D adalah lebih dari satu bulan.
F. Gangguan menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
6.5 REAKSI STRES AKUT
Suatu gangguan sementara yang cukup parah yang terjadi pada seseorang
tanpa adanya gangguan jiwa lain yang nyata, sebagai respons terhadap stres fisik maupun
mental yang luar biasa dan biasanya menghilang dalam beberapa jam atau hari.
Stresornya dapat berupa pengalaman traumatik yang luar biasa . Kerentanan individu dan
kemampuan menyesuaikan diri memegang peranan dalam terjadinya dan keparahannya
suatu reaksi stres akut. Harus ada kaitan waktu yang langsung dan jelas antara terjadinya
pengalaman stresor luar biasa dengan onset dan gejala. 7,8,10
Onset biasanya setelah beberapa menit atau bahkan segera setelah kejadian.
Selain itu ditemukan (a) terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah;
selain gejala permulaan berupa keadaan “ terpaku” , semua gejala berikut mungkin
tampak: depresif, anxietas, kemarahan, kekecewaan, overaktif dan penarikan diri, akan
tetapi tidak satupun dan jenis gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk
waktu lama. (b) pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dan stresomya, gejala- gejalanya
dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres tidak dapat
dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mulai mereda setelah 24 – 48 jam dan biasanya
menghilang setelah 3 hari. 7,8,10
6.6 GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif-kompulsif pada populasi umum
diperkirakan adalah 2-3 persen. Waktu tidak diobati, OCD dapat mengganggu semua
aspek kehidupan. Anak-anak bisa menderita OCD juga . 7,8,10
OBSESIF adalah pikiran, perasaan, ide yang berulang, tidak bisa
dihilangkan dan tidak dikehendaki. 1
Ada 5 bentuk obsesi: 7,8,10
1. Kebimbangan yang obsesif: pikiran bahwa suatu tugas yang telah selesai tidak secara
baik (75% dari pasien).
2. Pikiran yang obsesif: pikiran berantai yang tidak ada akhirnya. Biasanya focus pada
kejadian yang akan datang (34% dari pasien).
3. Impuls yang obsesif; dorongan untuk melakukan suatu perbuatan (17%).
4. Ketakutan yang obsesi kecemasan untuk kehilangan kontrol dan melakukan sesuatu
yang memalukan (26%)
5. Bayangan obsesif: bayangan terus menerus mengenai sesuatu yang dilihat (7%).
KOMPULSIF adalah tingkah-laku yang berulang, tidak bisa dihilangkan
dan tidak dikehendaki. 1
Kompulsi (2 macam). 7,8,10
1. Dorongan kompulsif yang memaksa suatu perbuatan: melihat pintu berkali-kali (61%).
2. Kompulsi mengontrol: mengontrol dorongan kompulsi (tidak menuruti dorongan
tersebut): mengontrol dorongan inses dengan berkali-kali menghitung sampai 10.
Perilaku ini merupakan ritual pembebasan dari dosa pada orang tersebut.
Dengan mencuci tangan ia berharap bisa membersihkan dari dosa yang telah ia perbuat.
obsesif kompulsif ini biasanya cenderung pada perilaku bersih-bersih. Perilaku seperti ini
sebenarnya banyak terjadi pada lingkungan kita tetapi, kita kadang malah menganggap
perilaku ini wajar. Dewasa muda, mengikuti kejadian yang penuh stres: kehamilan,
kelahiran, konflik keluarga, kesulitan dalam pekerjaan, keadaan depresi. Penderita obsesif-
kompulsif sering menderita depresi. 7,8,10
6.7 GANGGUAN CAMPURAN ANXIETAS DAN DEPRESI
Kategori campuran ini harus digunakan bilamana terdapat gejala anxietas
maupun depresi, di mana masing-masing tidak menunjukkan rangkaian gejala yang cukup
berat untuk menegakkan diaognosis tersendiri. 1,3,10
7. PENATALAKSANAAN
7.1 PSIKOFARMAKA
Obat tidak akan menyembuhkan gangguan kecemasan, tetapi bisa tetap di
bawah kontrol sedangkan orang yang menerima psikoterapi. Obat utama yang digunakan
untuk gangguan kecemasan adalah antidepresan, obat anti-kecemasan, dan-beta blockers
untuk mengendalikan beberapa gejala fisik. Dengan perawatan yang tepat, banyak orang
dengan gangguan kecemasan dapat memimpin normal, memenuhi hidup.7
Antidepressants Antidepresan
Antidepresan dikembangkan untuk mengobati depresi tetapi juga efektif
untuk gangguan kecemasan. Meskipun pengobatan ini mulai mengubah kimia otak setelah
dosis pertama, efek penuh mereka memerlukan serangkaian perubahan terjadi, biasanya
sekitar 4 sampai 6 minggu sebelum gejala mulai pudar. Hal ini penting untuk melanjutkan
pengambilan obat ini cukup lama untuk membiarkan mereka bekerja. 7
SSRI
Beberapa antidepresan terbaru Reuptake disebut inhibitor serotonin selektif,
atau SSRI. SSRI mengubah tingkat serotonin neurotransmitter di otak, yang, seperti
neurotransmiter lain, membantu sel-sel otak berkomunikasi dengan satu sama lain. 7
Fluoxetine (Prozac ®), sertraline (Zoloft ®), escitalopram (® Lexapro),
paroxetine (Paxil ®), dan citalopram (Celexa ®) adalah beberapa dari SSRIs umumnya
diresepkan untuk gangguan panik, OCD, PTSD, dan fobia sosial. SSRI juga digunakan
untuk mengobati gangguan panik ketika itu terjadi dalam kombinasi dengan OCD, fobia
sosial, atau depresi. Venlafaxine (Effexor ®), obat yang berhubungan erat dengan SSRI,
digunakan untuk mengobati GAD. Obat-obat ini dimulai dengan dosis rendah dan secara
bertahap meningkat sampai mereka memiliki efek yang menguntungkan. 7
SSRI memiliki efek samping lebih sedikit dibandingkan antidepresan lebih
tua, tetapi mereka kadang-kadang menghasilkan sedikit mual atau kegugupan ketika orang
pertama mulai membawa mereka. Beberapa orang juga mengalami disfungsi seksual
dengan SSRI, yang mungkin dibantu oleh menyesuaikan dosis atau beralih ke SSRI yang
lain. 7
\Tricyclics
Tricyclics lebih tua dari SSRIs dan kerja serta SSRI untuk gangguan
kecemasan selain OCD. Mereka juga dimulai dengan dosis rendah yang berangsur-angsur
meningkat. Mereka kadang-kadang menyebabkan pusing, mengantuk, mulut kering, dan
berat badan, yang biasanya dapat diperbaiki dengan mengubah dosis atau beralih ke obat
trisiklik lain. 7
Tricyclics termasuk imipramine (Tofranil ®), yang diresepkan untuk
gangguan panik dan GAD, dan clomipramine (Anafranil ®), yang merupakan antidepresan
trisiklik hanya berguna untuk mengobati OCD. 7
MAOIs
Oksidase inhibitor monoamina (MAOIs) adalah kelas tertua obat
antidepresan. The MAOIs paling sering diresepkan untuk gangguan kecemasan adalah
phenelzine (Nardil ®), diikuti oleh tranylcypromine (Parnate ®), dan isocarboxazid
(Marplan ®), yang berguna untuk mengobati gangguan panik dan fobia sosial. Orang-
orang yang mengambil MAOIs tidak bisa makan berbagai makanan dan minuman
(termasuk keju dan anggur merah) yang mengandung tyramine atau mengambil obat
tertentu, termasuk beberapa jenis pil KB, penghilang rasa sakit (seperti Advil ®, Motrin ®,
atau Tylenol ®) , suplemen dingin dan obat alergi, dan herbal; zat-zat yang dapat
berinteraksi dengan MAOIs menyebabkan peningkatan tekanan darah yang berbahaya.
Pengembangan patch kulit MAOI baru dapat membantu mengurangi risiko ini. MAOIs
juga dapat bereaksi dengan SSRI untuk menghasilkan suatu kondisi serius yang disebut
"sindrom serotonin," yang dapat menyebabkan kebingungan, halusinasi, berkeringat
meningkat, kekakuan otot, kejang, perubahan tekanan darah atau irama jantung, dan
kondisi berpotensi mengancam kehidupan lainnya. 7
Obat Anti-Anxiety
High-potensi benzodiazepine memerangi kecemasan dan memiliki beberapa
efek samping selain ngantuk. Karena orang-orang bisa terbiasa dengan mereka dan
mungkin memerlukan dosis yang lebih tinggi dan lebih tinggi untuk mendapatkan efek
yang sama, benzodiazepine umumnya diresepkan untuk jangka waktu yang singkat,
terutama bagi orang-orang yang telah menyalahgunakan obat atau alkohol, dan yang
menjadi tergantung pada obat-obatan dengan mudah. Satu pengecualian terhadap peraturan
ini adalah orang dengan gangguan panik, yang dapat mengambil benzodiazepine sampai
setahun tanpa membahayakan. 7
Clonazepam (Klonopin ®) digunakan untuk fobia sosial dan GAD,
lorazepam (Ativan ®) sangat membantu untuk gangguan panik, dan alprazolam (Xanax ®)
berguna untuk kedua gangguan panik dan GAD. 7
Beberapa orang mengalami gejala-gejala penarikan diri jika mereka
berhenti mengambil benzodiazepine tiba-tiba bukan lentik off, dan kecemasan dapat
kembali setelah pengobatan dihentikan. Masalah-masalah ini potensial menyebabkan
beberapa dokter untuk menghindar dari menggunakan obat atau menggunakannya dalam
dosis yang tidak memadai. Buspirone (BuSpar ®), sebuah azapirone, adalah obat anti-
kecemasan baru digunakan untuk mengobati GAD. Kemungkinan efek samping termasuk
pusing, sakit kepala, dan mual. Tidak seperti benzodiazepine, buspirone harus diambil
secara konsisten selama minimal 2 minggu untuk mencapai efek anti-kecemasan. 7
Beta-Blockers Beta-bloker
Beta-blocker, seperti propranolol (Inderal ®), yang digunakan untuk
merawat kondisi jantung, dapat mencegah gejala-gejala fisik yang menyertai gangguan
kecemasan tertentu, terutama fobia sosial. Ketika situasi takut dapat diprediksi (seperti
memberikan pidato), dokter mungkin meresepkan beta-blocker untuk menjaga gejala fisik
kecemasan di bawah kontrol. 7
7.2 PSIKOTERAPI
Psikoterapi melibatkan berbicara dengan kesehatan mental yang terlatih
profesional, seperti psikiater, psikolog, pekerja sosial, atau konselor, untuk menemukan
apa yang menyebabkan gangguan kecemasan dan bagaimana menangani gejala. 7
Cognitive-Behavioral Therapy Cognitive-Behavioral Therapy
Terapi kognitif-perilaku (CBT) sangat berguna dalam pengobatan gangguan
kecemasan. Bagian kognitif membantu orang mengubah pola pikir yang mendukung
ketakutan mereka, dan bagian perilaku membantu orang mengubah cara mereka bereaksi
terhadap situasi kecemasan-merangsang.6,7,8
Misalnya, CBT dapat membantu orang dengan gangguan panik belajar
bahwa serangan panik mereka tidak benar-benar serangan jantung dan membantu orang
dengan fobia sosial belajar bagaimana untuk mengatasi keyakinan bahwa orang lain selalu
mengawasi dan menilai mereka. Ketika orang siap untuk menghadapi ketakutan mereka,
mereka menunjukkan cara menggunakan teknik eksposur untuk menurunkan rasa mudah
terpengaruh diri untuk situasi-situasi yang memicu kecemasan mereka. 6,7,8
Orang dengan OCD yang takut kotoran dan kuman yang didorong untuk
mendapatkan tangan mereka kotor dan menunggu meningkatnya jumlah waktu sebelum
mencuci mereka. Orang dengan fobia sosial dapat didorong untuk menghabiskan waktu
dalam situasi sosial takut tanpa menyerah pada godaan untuk melarikan diri dan membuat
kesalahan sosial kecil dan amati bagaimana orang menanggapi mereka. Karena respon
biasanya jauh lebih keras daripada orang ketakutan, kecemasan tersebut berkurang. Orang
dengan PTSD dapat didukung melalui mengingat peristiwa traumatik mereka dalam situasi
yang aman, yang membantu mengurangi rasa takut itu menghasilkan. CBT terapis juga
mengajarkan napas dalam-dalam dan jenis-jenis latihan untuk mengurangi kecemasan dan
mendorong relaksasi. 6,7,8
Terapi perilaku Eksposur berbasis telah digunakan selama bertahun-tahun
untuk mengobati fobia spesifik. Orang yang secara bertahap menemukan objek atau situasi
yang ditakuti, mungkin pada awalnya hanya melalui gambar atau kaset, kemudian tatap
muka. Seringkali terapis akan menemani seseorang ke situasi takut untuk memberikan
dukungan dan bimbingan. 6,7,8
CBT dilakukan ketika orang memutuskan mereka siap untuk itu dan dengan
izin mereka dan kerja sama. Agar efektif, terapi harus diarahkan pada kecemasan tertentu
orang tersebut dan harus sesuai dengan kebutuhan nya. Ada efek samping tidak lain
ketidaknyamanan sementara kecemasan meningkat. 6,7,8
CBT atau terapi perilaku sering berlangsung sekitar 12 minggu. Ini dapat
dilakukan secara individual atau dengan sekelompok orang yang memiliki masalah yang
sama.Kelompok terapi sangat efektif untuk fobia sosial. Sering kali "PR" diberikan bagi
peserta untuk menyelesaikan antara sesi. Ada beberapa bukti bahwa manfaat dari CBT
bertahan lebih lama dibandingkan dengan pengobatan untuk orang dengan gangguan
panik, dan yang sama mungkin benar untuk OCD, PTSD, dan fobia sosial. Jika gangguan
yang berulang di kemudian hari, terapi yang sama dapat digunakan untuk mengobati
dengan sukses untuk kedua kalinya. Obat dapat dikombinasikan dengan psikoterapi untuk
gangguan kecemasan yang spesifik, dan ini adalah pendekatan pengobatan terbaik untuk
orang banyak. 6,7,8
BAB III: PENUTUP
8. KESIMPULAN1,9,10
Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan
akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa
aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok
biososialnya.”
Penyebab gangguan cemas multifaktorial, faktor biologis, psikologis, dan social
Survei terkini di Amerika (1996) melaporkan bahwa 15 - 33% pasien yang
datang berobat ke dokter non psikiater merupakan pasien dengan gangguan
mental.
Gejala psikologik Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut
mati, takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya.
Gejala fisik Berkeringat, Gemetar, jantung berdebar-debar, pusing, kepala
terasa ringan, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, kebas, diare, gelisah, gatal,
nyeri ulu hati dll.
Beberapa teori mengenai gangguan cemas :
TEORI BIOLOGIS
A. Susunan Saraf Otonom
B. Neurotransmiter
C. Penelitian genetika
D. Studi Pencitraan Otak
TEORI PSIKOLOGIS
A. Teori Psikoanalitik
B. Teori perilaku
C. Teori Eksistensi
Tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan
penelitian pada binatang dan respon terhadap terapi obat yaitu : norepinefrin,
serotonin dan gamma-aminobutyric acid.
Hampir separuh dan semua pasien dengan gangguan panik memiliki
sekurangnya satu sanak saudara yang juga menderita gangguan.
Pada gangguan anxietas didapati kelainan di korteks frontalis, oksipital,
temporalis. Pada gangguan panik didapati kelainan pada girus para
hipokampus.
Bentuk gangguan cemas
o Gangguan Fobik
o Gangguan Panik
o Gangguan Anxietas Menyeluruh
o Gangguan Stres Akut
o Gangguan Stres Pasca Trauma
o Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi
o Gangguan Obsesif-kompulsif
Obat tidak akan menyembuhkan gangguan kecemasan, tetapi bisa tetap di bawah
kontrol sedangkan orang yang menerima psikoterapi. Obat utama yang digunakan
untuk gangguan kecemasan adalah antidepresan, obat antikecemasan, dan-beta
blockers untuk mengendalikan beberapa gejala fisik. Dengan perawatan yang tepat,
banyak orang dengan gangguan kecemasan dapat memimpin normal, memenuhi
hidup. Psikofarmaka yang biasa digunakan pada pasien gangguan cemas,
diantaranya
o Antidepressants Antidepresan
o SSRI
o Tricyclics
o MAOIs
o Obat Anti-Anxiety
o Beta-Blockers Beta-bloker
Terapi kognitif-perilaku (CBT) sangat berguna dalam pengobatan gangguan
kecemasan. Bagian kognitif membantu orang mengubah pola pikir yang
mendukung ketakutan mereka, dan bagian perilaku membantu orang mengubah
cara mereka bereaksi terhadap situasi yang merangsang kecemasan.