lapsus bph

Upload: mumutdws

Post on 11-Oct-2015

58 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSBENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA (BPH)

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn. YUmur: 66 TahunJenis kelamin: Laki-lakiAlamat: PangkepPekerjaan: PensiunanAgama: IslamSt. pernikahan: MenikahMasuk RS: 16 April 2014RM: 27 53 25

II. ANAMNESISKeluhan utama Susah buang air kecil.

Anamnesis tambahan :Keluhan ini dialami sejak 1 tahun lalu dan semakin memberat. Pasien mengeluh dirinya sering berkali-kali ke kamar kecil karena merasa sangat ingin buang air kecil, namun sampai di kamar kecil pasien biasa menunggu sekitar beberapa menit sampai dapat berkemih dan saat akan berkemih terasa nyeri di daerah perut bagian bawah. Saat berkemih pasien merasa alirannya terputus-putus, setelah berkemih air kemih masih menetes dan pasien merasa masih ingin berkemih hingga merasa kurang puas berkemih. Selain itu pasien mengeluh terganggu tidurnya dikarenakan sering buang air kecil kira-kira 3 - 4 kali setiap malam dan semakin sering beberapa minggu terakhir. Pasien tidak terlalu memperhatikan adanya gangguan pancaran saat berkemih dan tidak merasa terganggu. Warna kemih kuning, tidak disertai darah maupun keruh. Tidak ada riwayat demam, pusing, mual, maupun muntah. BAB normal.Riwayat Penyakit dahuluSebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang. Hipertensi (+), diabetes melitus, alergi, dan batuk lama disangkal.

III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Present Sakit sedang, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.Tanda vitalTD: 130/90 mmHgP: 18 x/menitS: 36 CN: 76 x/ menitKepala Bentuk: NormocephaliRambut: warna hitam beruban, distribusi merata.MataPalpebra:Tidak terdapat ptosis dan oedemKonjunctiva:Tidak anemis Sklera:Tidak tampak ikterik Pupil:Isokor kiri kanan HidungBagian luar: normal, tidak terdapat deformitas Septum: terletak ditengah dan simetris Mukosa hidung : tidak hiperemis Cavum nasi: tidak ada tanda perdarahan Telinga Daun telinga: normal Liang telinga: lapang Membrana timpani : intake Nyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekan Serumen : tidak ada Sekret : tidak ada Mulut dan tenggorokan Bibir: tidak pucat dan tidak sianosis Tonsil: T1/T1 tenang Faring: tidak hiperemis LeherTidak ada pembesaran kelenjar getah beningParuInspeksi: simetris kiri kanan, tidak tampak tumor.Palpasi: simetris kiri kanan, Tidak teraba kelainanPerkusi: sonor kiri=kananAuskultasi: Vesikuler, bunyi tambahan tidak ditemukan.Jantung Inspeksi: ictus cordis terlihat Palpasi: ictus cordis teraba 1 jari linea midclavicularis sinistra, ICS 5 Perkusi:Batas atas : ICS 2 linea parasternalis sinistra Auskultasi : S1 S2 reguler, bunyi tambahan (-)AbdomenInspeks: cembung, Pergerakan ikut gerak napas.Auskultasi: Peristaltik dalam batas normalPalpasi: Hepar dan lien tidak teraba, Tidak teraba kelainanPerkusi: TympaniKemaluan Dalam batas normalEkstremitas Tidak terdapat kelainan, pergerakan dalam batas normalStatus lokalisRegio : urogenitalisInspeksi : tidak tampak kelainan Pemeriksaan rectal toucher atau colok duburTonus sfingter ani mencekik, mukosa rectum licin, ampula recti kosong, teraba prostat menonjol ke arah rectum, konsistensi kenyal, permukaan licin, simetris kanan dan kiri, pole atas tidak dapat teraba, tidak ada nyeri tekan. Pada sarung tangan tidak ditemukan feses, lendir, maupun darah.

Pemeriksaan penunjang1. LaboraturiumDarah rutin WBC: 14,21 x 103/mm3 Hb: 11,31 g/dl PLT: 265 x 103/mm3 CT/BT: 815 / 145

Kimia Klinik GDS: 94 mg/dl - Ureum: 22 mg/dl SGOT: 24 U/L - Kreatinin: 0,93 mg/dl SGPT: 23 U/L - Asam urat: 6,2 mg/dl

2. USG urologiTampak pembesaran prostat (dengan volume = 83,9 gr)

IV. RESUMEPasien Tuan Y usia 66 tahun datang ke poliklinik bedah dengan keluhan susah buang air kecil. Keluhan ini dialami sejak 1 tahun lalu dan semakin memberat. Pasien mengeluh dirinya sering berkali-kali ke kamar kecil karena merasa sangat ingin buang air kecil, namun sampai di kamar kecil pasien biasa menunggu sekitar beberapa menit sampai dapat berkemih dan saat akan berkemih terasa nyeri di daerah perut bagian bawah. Saat berkemih pasien merasa alirannya terputus-putus, setelah berkemih air kemih masih menetes dan pasien merasa masih ingin berkemih hingga merasa kurang puas berkemih. Selain itu pasien mengeluh terganggu tidurnya dikarenakan sering buang air kecil kira-kira 3 - 4 kali setiap malam dan semakin sering beberapa minggu terakhir. Pasien tidak terlalu memperhatikan adanya gangguan pancaran saat berkemih dan tidak merasa terganggu. Warna kemih kuning, tidak disertai darah maupun keruh. Tidak ada riwayat demam, pusing, mual, maupun muntah. BAB normal.Dari pemeriksaan rectal toucher didapatkan tonus sfingter ani mencekik, mukosa rectum licin, ampula recti kosong, teraba prostat menonjol ke arah rectum, konsistensi kenyal, permukaan licin, simetris kanan dan kiri, pole atas tidak dapat teraba, tidak ada nyeri tekan. Pada sarung tangan tidak ditemukan feses, lendir, maupun darah.

V. DIAGNOSISBPH grade IIIDiagnosa bandingKarsinoma prostat, tumor buli-buli, dan prostatitis akut

VI. PENATALAKSANAANTUR-P Instruksi post operasi Ceftriaxone 1 gr/iv/12 jam Ranitidine 1 amp/12 jam/iv Ketorolac 8 jam/iv Spooling NaCl 0,9 grVII. DISKUSIBenign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Kelainan ini cukup banyak ditemukan pada laki-laki berusia 50 tahun, dan frekuensinya meningkat secara progresif seiring usia, mencapai 80% pada dekade kedelapan. Hal ini sesuai dengan kasus, dimana usia pasien ini adalah 64 tahun..1,2,3,4BPH sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah.1

Gambar 1. BPHA. prostat normal; (1) uretra, (2) daerah kelenjar periuretra, (3) kelenjar prostat.B. hiperplasia prostat; (1) uretra yang terjepit, (2) hiperplasia kelenjar periuretra menjadi hipertrofia prostat, (3) kelenjar asli prostat yang tertekan menjadi seperti simpai dan disebut simpai bedah.

Hingga sekarang masih belum diketahui pasti penyebab terjadinya BPH; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging.5Proses miksi bergantung pada kekuatan kontraksi detrusor, elastisitas leher kandung kemih dengan tonus ototnya, dan resistensi uretra. Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urine sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan anatomik buli-buli, yakni: hipertrofi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptoms (LUTS).1,5Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif. Gejala obstruksi antara lain : Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency), pancaran miksi yang lemah (Poor stream), miksi terputus (Intermittency), menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling), rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying. Sedangkan gejala iritatif terdiri dari: bertambahnya frekuensi miksi (Frequency), sering terbangun di malam hari untuk miksi (nokturia), miksi sulit ditahan (Urgency), nyeri pada waktu miksi (disuria). Gejala obstruktif terjadi karena detrusor gagal berkontraksi dengan cukup kuat atau gagal berkontraksi cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejala iritasi terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna pada saat miksi atau pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada kandung kemih sehingga vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh.1,5,6,7Berdasarkan data anamnesis pasien ini sesuai dengan gejala klinis untuk diagnosis benign prostat hyperplasia (BPH). Dimana pasien mengeluh dirinya sering berkali-kali ke kamar kecil, merasa sangat ingin buang air kecil, namun sampai di kamar kecil pasien biasa menunggu sekitar beberapa menit sampai dapat berkemih dan saat akan berkemih terasa nyeri di daerah perut bagian bawah. Saat berkemih pasien merasa alirannya terputus-putus, setelah berkemih air kemih masih menetes dan pasien merasa masih ingin berkemih hingga merasa kurang puas berkemih. Selain itu pasien mengeluh terganggu tidurnya dikarenakan sering buang air kecil kira-kira 3 - 4 kali setiap malam dan semakin sering beberapa minggu terakhir. Pasien tidak terlalu memperhatikan adanya gangguan pancaran saat berkemih dan tidak merasa terganggu. Karena selalu terdapat sisa urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuri.1 Pada pasien warna kemih kuning, tidak disertai darah maupun keruh. Hal ini menunjukkan bahwa pada pasien keluhan gangguan BAK hanya ditimbulkan oleh BPH dan tidak terdapat infeksi atau sumbatan batu di saluran kemih.Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan LUTS, sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem yang dianjurkan oleh WHO ialah IPSS (International Prostatic Symptom Score) yang terdiri dari 7 pertanyaan berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan tentang kualitas hidup pasien. Dari hasil IPSS gejala LUTS terbagi dalam 3 derajat yakni skor 0-7 ringan, 8-19 sedang, dan 20-35 berat.5Sedangkan pemeriksaan dalam didapatkan tonus sfingter ani mencekik, mukosa rectum licin, ampula recti kosong, teraba prostat menonjol ke arah rectum, konsistensi kenyal, permukaan licin, simetris kanan dan kiri, pole atas tidak dapat teraba, tidak nyeri tekan. Pada sarung tangan tidak ditemukan feses, lender, maupun darah. Hal ini perlu dilakukan untuk menentuan derajat dari BPH secara sederhana. Dimana pada hasil pemeriksaan diperoleh pole atau batas atas tidak dapat teraba, sehingga dapat dikategorikan BPH grade III.1Tabel 1. Derajat berat hiperplasia prostat berdasarkan gambaran klinis1DerajatColok duburSisa volume urin

IPenonjolan prostat, batas atas mudah diraba< 50 ml

IIPenonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai50-100 ml

IIIBatas atas prostat tidak dapat diraba> 100 ml

IVRetensi urin total

Diagnosis banding pada kasus ini adalah Karsinoma prostat, karsinoma buli-buli, dan prostatitis akut. Karsinoma prostat merupakan keganasan yang terjadi pada laki-laki berusia diatas 55 tahun. Gejala awal tidak muncul atau tidak spesifik. Gejala yang paling sering adalah dysuria, kesulitan dalam menahan kemih, sering berkemih, retensio urine, nyeri pinggang, dan hematuria.2 Karena pada stadium permulaan tidak memberi gejala atau tanda klinis, kebanyakan penderita baru datang pada stadium lanjut dengna keluhan obstruksi atau tanda metastasis ke tulang atau organ lain. Kecurigaan biasanya timbul bila ditemukan kelainan konsistensi, yaitu bagian prostat lebih keras, nodul, ketidakrataan, atau asimetris pada pemeriksaan colok dubur. Diagnosis pasti hanya dengan pemeriksaan patologik.1,5 Prostatitis atau peradangan pada prostat secara klinis dapat bersifat akut maupun kronis. Gejala dan tanda prostatitis akut terdiri atas demam tinggi, kadang hingga menggigil, nyeri perineal atau pinggang rendah, adanya gangguan miksi, dan sakit sedang atau berat. Karena pembengkakan prostat biasanya ada disuria, kadang sampai retensio urin. Pada colok dubur prostat teraba membengkak, hangat, dan nyeri. Kadang ditemukan pengeluaran nanah pada colok dubur setelah massase prostat. Walaupun pada keadaan ini tidak diperbolehkan melakukan masase prostat karena dapat menimbulkan rasa sakit dan akan memacu terjadinya bakteriemia.1,3,5Sedangkan pada tumor buli-buli memiliki gejala utama berupa hematuria makroskopik maupun makroskopik, biasanya intermitten, dan sering tanpa nyeri. Terdapat gejala iritasi, yakni disuria, urgensi, dan polakisuria. Untuk diagnosis dan membedakan dengan penyakit lain maka diperlukan pemeriksaan endoskopi dan biopsi.1,2,5Pada kasus ini penatalaksaan untuk BPH adalah Transuretrhral Resection of The Prostat (TUR-P). Hal ini dilakukan sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa untuk BPH derajat III dapat dilakukan TUR-P. Saat ini tindakan TURP merupakan operasi paling banyak dikerjakan diseluruh dunia. Operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi pada kulit perut, masa mondok lebih cepat, dan memberikan hasil yang tidak banyak berbeda dengan tindakan operasi terbuka.1,5,7Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam, sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka. Hal ini dilakukan untuk menghindari munculnya sindroma TURP. Sindroma ini ialah efek dari penggunaan aquades (H2O steril) yang bersifat hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan H2O dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah meningkat, dan bradikardi. Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam koma dan meninggal.1,5

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamjuhidayat, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC; 2005.

2. Price SA,Wilson LM. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC; 2005.

3. Cotran RS, Kumar V, Collins T. Robbins Pathologic Basis Of Disease : The Male Genital Tract. Pennsylvania: W.B. Saunders Company; 2007.

4. Lepor H. Pathophysiology, Epidemiology, and Natural History of Benign Prostatic Hyperplasia. USA: National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine; 2004. Diakses dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1472917/

5. Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi Edisi kedua. Jakarta: CV. Sagung seto; 2009.

6. The James Buchanan Brady Urological Institute. Benign Prostatic Hyperplasia. Johns Hopkins School of Medicine. Diakses dari http://urology.jhu.edu/prostate/BPH_symptoms.php

7. University of Maryland Medical Center (UMMC). Benign prostatic hyperplasia. 2014. Diakses dari http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/benign-prostatic-hyperplasia

7