lapsus ayeee

Upload: kusageriyawan

Post on 12-Jul-2015

110 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA (F 19.5)

Oleh : Bagus Yudha Pratama I1A007031

Pembimbing dr. Yulizar Darwis, Sp.KJ, MM

UPF/Lab Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unlam-RSUD Ulin Banjarmasin November, 2011

LAPORAN PEMERIKSAAN PSIKIATRIK

I.

IDENTITAS PASIEN Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama Suku Bangsa Status Perkawinan MRS Tanggal : Tn. K : 16 tahun : Laki-laki : Jl. SDN Sembilan Rt.3 RW.1 No.31, Kotabaru : SMA : tidak bekerja : Islam : Banjar : Indonesia : Belum menikah : 23 November 2011

2.

RIWAYAT PSIKIATRIK-

Alloanamnesa pada tanggal 27 November 2011, pukul 15.30 WITA, diperoleh dari ayah penderita via telepon.

-

Autoanamnesa pada tanggal 26 November 2011, pukul 13.30 WITA A. KELUHAN UTAMA

Mengamuk B. KELUHAN TAMBAHAN

Sering berbicara sendiri, mudah marah.

C.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Alloanamnesis Pada tahun 2007, ketika penderita duduk di SMP kelas 1, penderita berpacaran dengan seorang perempuan, orang tuanya mengakui kalau hal itu sangat mengganggu sekolah penderita, sehingga orang tuanya sepakat untuk memindahkan sekolahnya. Saat itu orang tua penderita juga mengetahui bahwa anaknya mengkonsumsi obat-obatan dan rokok. Penderita berhenti karena dilarang orang tuanya. Sejak saat itu penderita tidak tinggal serumah lagi dengan orang tuanya. Pada tahun 2008, ketika duduk di SMP kelas 2, setelah dipindahkan ternyata penderita masih berhubungan dengan pacarnya tersebut. Penderita mengaku kembali menggunakan obat-obatan tersebut tanpa sepengetahuan orang tua. Karena ketahuan masih berhubungan dengan pacarnya, penderita dipindahkan lagi ke tempat kakaknya sampai sekarang. Pada pertengahan bulan Juli 2011, penderita dilaporkan kepada orang tuanya karena tiba-tiba muntah dan kemudian tidak sadarkan diri. Penderita kemudian dibawa ke orang pintar tanpa diobati ke puskesmas ataupun rumah sakit. Penderita mengaku 2 hari sebelumnya dia mengkonsumsi obat-obatan dextro dan zynet sebanyak sekitar 20 biji. Penderita masih saja mengkonsumsi obat-obatan tersebut karena selalu diajak temannya. Dan itu diakui penderita merupakan terakhir kalinya

minum obat tersebut sampai sekarang. Mulai saat itu penderita mulai menampakkan perubahan perilaku seperti bicara sendiri dan mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas. Penderita mengaku sadar ketika berbicara sendiri namun dia tidak bisa mengendalikannya. Pada pertengahan bulan Agustus 2011, penderita mulai

menampakkan perilaku yang agresif seperti mudah marah, bila ada orang ngebut di depan rumahnya atau bila ada sekumpulan orang yang sedang bicara. Ketika melihat itu penderita langsung mengejar orang-orang tersebut dengan pisau. Pada awal Oktober 2011, penderita kemudian dibawa ke Puskesmas, dan mendapat obat penenang, keluarga tidak tahu nama obat yang diberikan. Namun obat-obatan tersebut hanya sekali-kali saja di minum, karena penderita tidak mau, paling hanya 2 kali dalam seminggu kakaknya bisa memaksa penderita untuk minum obat. Pada tanggal 23 November 2011, penderita kembali mengamuk dengan memukul orang disekitarnya. Penderita kemudian dibawa ke rumah sakit. Autoanamnesis Penderita mengaku sering menjadi marah bila meliat orang-orang berkumpul karena menganggap orang tersebut sedang membicarakan dia. Penderita mengaku mengkonsumsi obat dextro dan zynet sejak berumur 13 tahun, selain itu os juga punya kebiasaan merokok. Penderita mengkonsumsi obat-obatan sekitar 20 biji sekali minum. Penderi mengaku jarang mengkonsumsinya, hanya sekitar 2 kali dalam satu bulan, itupun biasanya kalau temennya mengajak atau lagi ada masalah. Penderita

mengaku seperti ini karena diajak teman-temannya. Penderita melakukan ini tanpa sepengetahuan orang tua dan keluarga. Terakhir kali penderita mengkonsumsi obat-obatan adalah pada bulan Juli, 2 hari sebelum penderita muntah dan tidak sadar. Penderita mengaku sadar ketika berbicara sendiri namun penderita mengatakan bahwa dirinya tidak bisa dikontrol dan mulutnya bergumam sendiri tidak bisa distop. Penderita juga mengaku ada mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas, kadang juga melihat bayangan hitam. Penderita berkata kadang-kadang ada yang menjentik telinganya. Penderita mengaku tidak ada pikiran untuk bunuh diri dan tidak pernah mencoba bunuh diri sebelumnya. Penderita mengaku susah tidur, biasanya tidur larut malam dan bahkan sering tidak tidur. Penderita mengaku sekarang hubungan dengan orang tua sekarang baikbaik saja. C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU-

Pasien tidak pernah dirawat di RS sebelumnya. Tidak pernah mengalami kecelakaan yang menyebabkan trauma kepala.

-

Tidak pernah ada riwayat demam dengan penurunan kesadaran Tidak ada riwayat kejang atau sakit berat lainnya.

D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI 1. Riwayat Prenatal Lahir cukup bulan, spontan, tidak ada kesulitan saat dilahirkan dengan bantuan bidan di rumah. Lahir langsung menangis. Selama os dalam

kandungan, ibu penderita tidak pernah mengalami masalah kesehatan yang serius. Ibu mengatakan bahwa dia tidak ada menderita muntah yang terus menerus ketika usia kandungan lebih dari 3 bulan.2.

Fase Umur 0-1,5 Tahun (Basic trust vs Mistrust) Riwayat tumbuh kembang baik seperti anak seusianya, tidak pernah kejang dan tidak pernah panas tinggi. Penderita disusui dengan ASI, kadang pederita rewel, namun tidak sampai mengganggu semua pekerjaan orang tuanya.

3.

Fase Umur 1,5-3 tahun (Autonomy vs Shame and Doubt) Riwayat tumbuh kembang pada masa ini baik. Penderita sering berjalan kesana kemari. Penderita biasanya ditangkap kalo sudah berjalah kearah luar rumah. 4. Fase Umur 3-6 tahun (Initiative vs Guilt) Penderita mulai bisa meniru apa yang dilakukan oleh ibunya. Penderita tidak pernah dimarahi oleh orang tuanya bila dia salah atau gagal dalam kegiatannya. Penderita sudah bisa mandi sendiri pada umur ini.5.

Fase Umur 6-12 tahun (Industry vs Inferiority)

Penderita merupakan anak yang banyak temannya. Disekolah penderita merupakan siswa yang tidak terlalu pintar, biasanya mendapat ranking dipertengahan atau kebawah. Penderita jarang mendapat mainan dari orang tuanya karena keterbatasan biaya.6.

Fase Umur 12-16 tahun (Identity vs Role Diffusion)

Akibat masalah hubungannya dengan seorang perempuan, penderita dipindahkan sekolah dan tidak tinggal lagi dengan orang tuanya. Pergaulan penderita menjadi sulit untuk dikontrol, sehingga akhirnya penderita mulai mengkonsumsi obat-obatan yang dimulai dengan ajakan teman.7.

Riwayat Pendidikan Penderita bersekolah sejak SD sampai kelas 2 SMA, dan sekarang sudah tidak bersekolah selama 4 bulan sejak Juli 2011. Penderita Tidak pernah tinggal kelas dalam sekolahnya.8.

Riwayat Pekerjaan

Penderita tidak bekerja. 9. Riwayat Perkawinan Penderita belum pernah menikah.

E. RIWAYAT KELUARGA Genogram:

Keterangan Laki-laki Perempuan Penderita

: : : :

Pasien adalah anak ke-2 dari 3 orang bersaudara. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit serupa. F. RIWAYAT SITUASI SEKARANG Penderita tinggal dengan kakak laki-lakinya. Penderita masih bisa mandi seperti biasa dan melakukan kegiatan sehari-hari. Semenjak sakit penderita tidak pergi kesekolah lagi. G. PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYA Pasien sadar bahwa dirinya sakit akibat kebiasaan minum obatobatan. Bila ada orang yang berkumpul penderita sering menganggap kalo mereka membicarakan sehingga jadi marah. Penderita sadar sering berbicara sendiri, namun dia mengaku tidak bisa mengontrol hal itu.

III. STATUS MENTAL A. DESKRIPSI UMUM 1. Penampilan Penderita seorang laki-laki perawakan rendah, dengan bobot tubuh sedang, berambut pendek bewarna hitam, tidak berkumis dan berjenggot, berkulit sawo matang. Penderita memakai baju kaos

lengan pendek dan celana jeans pendek. Penderita terlihat terawat. Ketika penderita diajak berjabat tangan, penderita langsung

menyambutnya dan tersenyum. Penderita bersikap kooperatif, ketika ditanya penderita menjawabnya sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Saat ditanya namanya, penderita menjawabnya dengan benar. Penderita tidak gelisah ketika ditanya. Penderita bisa berinteraksi dengan penanya dengan baik. Ketika ditanya tentang kronologis permasalahan, penderita bisa menjelaskannya. Saat ditanya penderita tampak seperti bosan karena sendirian didalam kamar, dan bisa dirasakan oleh penanya. Penderita sadar sepenuhnya dimana dia berada sekarang, waktu sekarang, dan orang-orang disekelilingnya. Ketika ditanya mengenai urutan bulan dalam satu tahun dan

kemudian dibalik, penderita bisa menyebutkannya dengan benar walau kadang tersendat-sendat sebentar. Dan begitu pula ketika ditanya mengenai hitungan sederhana, 100-7 sampai 5 kali berlanjut, penderita pelan-pelan bisa menjawabnya. Ketika penderita disuruh mengingat angka 56743, kemudian perhatian penderita dialihkan dengan pertanyaan lain, dan ditanya kembali berapa angka yang disebutkan sebelumnya setelah 15 menit, penderita bisa menyebutkan dengan benar. Penderita juga bisa menjelaskan kejadian sehari sebelum penderita ke rumah sakit dan beberapa tahun sebelumnya ketika penderita diajak teman-temannya dengan berkata aku dibawai kakawanan tarus, jadi umpat ae jua.

2. Kesadaran Komposmentis 3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Normoaktif4.

Pembicaraan Koheren, relevan, menjawab bila ditanya

5. Sikap terhadap Pemeriksa Kooperatif 6. Kontak Psikis Kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan B. KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN EKSPRESI AFEKTIF

KESERASIAN SERTA EMPATI Afek : Eutyme : tenang : appropiate : Dapat dirabarasakan

1. Afek (mood) 2. Ekspresi afektif 3. Keserasian 4. Empati

Hidup Emosi

1. Stabilitas A. FUNGSI KOGNITIF 1. Kesadaran : Komposmentis 2. Orientasi - Waktu : baik

- Tempat : baik - Orang : baik

- Situasi : baik 3. Konsentrasi 4. Daya Ingat : Jangka pendek Jangka panjang Segera : baik : baik : baik : tidak terganggu

5. Intelegensi dan Pengetahuan Umum : Sesuai usia dan taraf pendidikan 6. Pikiran abstrak : baik B. GANGGUAN PERSEPSI 1. Halusinasi - Auditorik : : penderita merasa adanya bisikan-bisikan dan suara suara yang tidak jelas - Visual : Penderita merasa melihat bayangan hitam yang lewat. - Taktil : Penderita merasa seperti dijentik telinganya oleh seseorang. 2. Ilusi : (-) 3. Depersonalisasi / Derealisasi : tidak ada C. PROSES PIKIR 1. Arus pikir

a.

Produktivitas ditanya

: baik, spontan dan menjawab bila

b. Kontinuitas c. Hendaya berbahasa 2. Isi Pikira. b.

: jawaban relevan, sesuai pertanyaan : tidak ada

Preocupasi : Waham curiga Gangguan isi pikir : halusinasi auditorik, visual dan taktil (+). Waham curiga (+)

D. PENGENDALIAN IMPULS Tidak dapat mengendalikan impuls E. DAYA NILAI1. 2. 3.

Daya nilai sosial Uji Daya nilai Penilaian Realita

: terganggu : baik :Terganggu, gangguan persepsi (halusinasi

auditorik, visual dan taktil dan adanya waham curiga) F. TILIKAN Tilikan derajat 3 = Pasien sadar bahwa dirinya sakit tetapi menyalahkan faktor luar sebagai penyebabnya. G. TARAF DAPAT DIPERCAYA Tidak dapat dipercaya

IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT 1. STATUS INTERNUS

Keadaan umum Kesadaran Gizi Tanda vital

: Tampak sakit ringan : Komposmentis : baik : TD = 120/80 N = 82 x/menit RR = 20 x/menit T = 36,8 C

Kepala: Mata : palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak Telinga Hidung ikterik, pupil isokor, refleks cahaya +/+

: bentuk normal, sekret tidak ada : bentuk normal, tidak ada epistaksis, tidak ada tumor,

sekret tidak ada Mulut : bentuk normal dan simetris, mukosa bibir tidak kering dan tidak pucat, pembengkakan gusi tidak ada dan tidak mudah berdarah, lidah tidak tremor. Leher : Pulsasi vena jugularis tidak tampak, tekanan tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Thoraks: Inspeksi : bentuk dan gerak simetris Palpasi : fremitus raba simetris

Perkusi : - pulmo : sonor

- cor Auskultasi:

: batas jantung normal

- pulmo : suara nafas vesikuler, wh (-), rh (-) - cor Abdomen : Inspeksi : Simetris, datar Palpasi Perkusi : Tidak nyeri tekan, hepar, massa, dan lien tidak teraba : timpani : S1& S2 tunggal, bising (-)

Auskultasi : bising usus (+) normal Ekstemitas : tidak ada edema dan atropi, tremor (-), akral hangat (+ ) 2. STATUS NEUROLOGIKUS N I XII : Tidak ada kelainan

Gejala rangsang meningeal : Tidak ada Gejala TIK meningkat Refleks Fisiologis Refleks patologis V. : Tidak ada : Normal : Tidak ada

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Alloanamnesa Pada tahun 2007, ketika penderita duduk di SMP kelas 1, penderita berpacaran dengan seorang perempuan, orang tuanya mengakui kalau hal itu sangat mengganggu sekolah penderita, sehingga orang tuanya sepakat untuk memindahkan sekolahnya. Saat itu orang tua penderita juga mengetahui bahwa anaknya mengkonsumsi obat-

obatan dan rokok. Penderita berhenti karena dilarang orang tuanya. Sejak saat itu penderita tidak tinggal serumah lagi dengan orang tuanya. Pada tahun 2008, ketika duduk di SMP kelas 2, setelah dipindahkan ternyata penderita masih berhubungan dengan pacarnya tersebut. Penderita mengaku kembali menggunakan obatobatan tersebut tanpa sepengetahuan orang tua. Karena ketahuan masih berhubungan dengan pacarnya, penderita dipindahkan lagi ke tempat kakaknya sampai sekarang.

Pada pertengahan bulan Juli 2011, penderita dilaporkan kepada orang tuanya karena tiba-tiba muntah dan kemudian tidak sadarkan diri. Penderita kemudian dibawa ke orang pintar tanpa diobati ke puskesmas ataupun rumah sakit. Penderita mengaku 2 hari sebelumnya dia mengkonsumsi obat-obatan dextro dan zynet sebanyak sekitar 20 biji. Penderita masih saja mengkonsumsi obatobatan tersebut karena selalu diajak temannya. Dan itu diakui penderita merupakan terakhir kalinya minum obat tersebut sampai sekarang. Mulai saat itu penderita mulai menampakkan perubahan perilaku seperti bicara sendiri dan mendengar halusinasi. Penderita mengaku sadar ketika berbicara sendiri namun dia tidak bisa mengendalikannya.

Pada

pertengahan

bulan

Agustus

2011,

penderita

mulai

menampakkan perilaku yang agresif seperti mudah marah, bila ada

orang ngebut di depan rumahnya atau bila ada sekumpulan orang yang sedang bicara. Ketika melihat itu penderita langsung mengejar orang-orang tersebut dengan pisau.

Pada awal Oktober 2011, penderita kemudian dibawa ke Puskesmas, dan mendapat obat penenang, keluarga tidak tahu nama obat yang diberikan.

Namun obat-obatan tersebut hanya sekali-kali saja di minum, karena penderita tidak mau, paling hanya 2 kali dalam seminggu kakaknya bisa memaksa penderita untuk minum obat.

Pada tanggal 23 November 2011, penderita kembali mengamuk dengan memukul orang disekitarnya. Penderita kemudian dibawa ke rumah sakit. Penderita mengaku akhir-akhir mengalami insomnia. Penderita mengaku sering berhalusinasi dengan

mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas, kadang juga melihat bayangan hitam. Penderita berkata kadang-kadang ada yang menjentik telinganya. Penderita mengaku tidak ada pikiran untuk bunuh diri dan tidak pernah mencoba bunuh diri sebelumnya. Penderita mengaku sekarang hubungan dengan orang tua sekarang baik-baik saja.

Stresor psikososial berasal dari keluarga dan sosial.

Autoanamnesa: Halusinasi : ada, halusinasi visual, auditorik dan taktil

Gangguan Isi pikir Preokupasi Penilaian realita Tilikan Taraf dapat dipercaya

: waham curiga : waham curiga : terganggu : Tilikan 3 : Tidak dapat dipercaya

VI.

EVALUASI MULTIAKSIAL1.

AKSIS I

: Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat

multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya dengan psikosis (F19.5) DD skizofrenia paranoid (F.20.0)2.

AKSIS II

: Mengarah kepada kepribadian anti sosial : Sindrom putus zat : Masalah sosial dan lingkungan : GAF scale 60-51 (beberapa gejala sedang, disabilitas sedang)

3. AKSIS III4.

AKSIS IV

5. AKSIS V

VII.

DAFTAR MASALAH 1. ORGANOBIOLOGIK Sindrom putus zat. 2. PSIKOLOGIK Perilaku dan aktivitas psikomotor normoaktif, ekspresi afektif biasa, kontak ada, wajar dan dapat dipertahankan, empati dapat

dirabarasakan, ada halusinasi visual, auditorik dan taktil , waham curiga, taraf tidak dapat dipercaya dan tilikan derajat 3.

3. SOSIAL/KELUARGA Stresor sosial, yaitu tidak diperbolehkan berhubungan dengan pacarnya. VIII. PROGNOSIS Diagnosa penyakit Perjalanan penyakit Ciri kepribadian Stressor psikososial Riwayat Herediter Usia saat menderita Pola keluarga Pendidikan Aktivitas pekerjaan Perkawinan Ekonomi Lingkungan sosial Organobiologik Pengobatan psikiatrik Ketaatan berobat Kesimpulan : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam : dubia ad bonam : dubia ad malam : dubia ad malam : Dubia ad malam

IX.

RENCANA TERAPI Medika mentosa :

Psikoterapi Rehabilitasi

Clozaril 2x25 mg/hari Haloperidol 2x5 mg/hari Detoksifikasi : Psikoterapi suportif terhadap penderita dan keluarga : sesuai bakat dan minat penderita

Usul pemeriksaan penunjang: Laboratorium darah

X.

DISKUSI Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat didefinisikan

sebagai gangguan yang bervariasi luas dan berbeda tingkat keparahannya akibat penggunaan satu/lebih zat psikoaktif (dengan atau tanpa resep dokter). Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan psikiatri, dengan

berdasarkan kriteria diagnostik dari PPDGJ III menunjukkan bahwa penderita mengalami gangguan psikotik akut akibat penggunaan zat multiple dan penggunaan zat psikoaktif lainnya (F19). Kriteria diagnostik secara umum telah terpenuhi yaitu adanya riwayat penderita dalam penggunaan zat psikoaktif yang bercampur baur, bukan akibat sindrom ketergantungan dan bukan keadaan putus zat, tetapi tampak adanya gangguan psikotik yang jelas yaitu adanya halusinasi auditorik, visual dan taktil dan gangguan psikomotor mengamuk. Psikosa didefinisikan sebagai suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality). Hal ini diketahui dengan terdapatnya gangguan pada dengan manifestasi

hidup perasaan (afek dan emosi), proses berfikir, psikomotorik dan kemauan sedemikian rupa sehingga semua ini tidak sesuai dengan kenyataan lagi. Pada penderita ini fase prodormal dimulai pada Juli 2011 yang ditandai dengan penderita mulai menarik diri dari pergaulan, mulai sering melamun dan menyendiri, dan sering berbicara sendiri. Fase aktif pada penderita ini dimulai pada bulan Agustus 2011 dimana penderita menjadi mudah marah dengan alasan yang tidak jelas, yaitu kecurigaan yang berlebihan. Kemudian penderita sering memukul orang disekitarnya bila ada yang tidak disukainya. Penderita juga mempunyai halusinasi auditorik, visual dan taktil. Perjalanan penyakit dari penderita ini dapat dilihat pada diagram Longitudinal History berikut :

Aktif

Prodromal

2007

2008 2009 2010

Juli 2011

Agustus 2011

Kasus ini dapat didiagnosa banding dengan gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan zat psikoaktif misal skizofrenia paranoid (F20.0).

Pada skizofrenia paranoid (F.20.0) onset gejala lebih dari 1 bulan lamanya dan timbul bukan karena diinduksi obat-obatan, pada kasus ini penderita juga mengalami halusinasi auditorik, visual, dan taktil yang mengarah kepada diagnosa skizofrenia, namun pada kasus ini ditemukan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif sehingga diagnosa skizofrenia paranoid tidak sesuai. Penderita ini dianjurkan untuk mendapat terapi psikofarmaka dengan Clozaril 2x25 mg/hari, dan Haloperidol 2x5 mg/hari. Clozaril merupakan jenis obat antipsikotik atipikal yang bekerja mengurangi gejala positif dan juga gejala negatif dari psikosis. Obat ini berefek samping sindrom parkinson yang minimal. Pada penderita ini diberikan dosis 2x25 mg sebagai dosis awal yang bisa dinaikkan kemudian bila respon yang timbul kurang memuaskan. Pada pasien ini diberikan juga haloperidol 2x5 mg yang juga sebagai obat anti psikotik yang mempunyai efek sedasi lemah dan membantu menghilangkan gangguan isi pikiran seperti waham dan halusinasi yang mengganggu penderita. Mekanisme kerja obat antipsikosis adalah memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal. Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan fisik.

Efek samping lain yang perlu pengawasan adalah terjadinya ekstra piramidal sindrome (EPS) atau sindrom parkinson yang ditandai dengan tremor pada ekstremitas dan lidah, kaku kuduk, hipersalivasi, rigiditas, jalan seperti robot, muka topeng dan bicara pelo. Jika terjadi EPS, maka pemberian obat distop atau diganti dengan obat lain misalnya antipsikosis atipikal. Jika obat pengganti tidak tersedia atau obat awal sangat diperlukan, dapat diberikan obat antiparkinson misalnya triheksifenidil 3x2 mg per hari. Prognosis untuk penderita ini adalah dubia ad malam, karena dilihat dari diagnosis penyakit, perjalanan penyakit, ciri kepribadian, stressor psikososial yang buruk, pendidikan, pola keluarga, perkawinan, ekonomi, pengobatan psikiatrik, ketaatan pengobatan penderita buruk. Pada pasien ini juga diperlukan psikoterapi dan rehabilitasi bertujuan untuk menguatkan daya tahan mental, mempertahankan kontrol diri dan mengembalikan keseimbangan adaptatif berupa terapi keluarga dan masyarakat agar bisa menerima keadaan penderita dengan tidak menimbulkan stressorstressor baru, dengan menciptakan suasana yang kondusif untuk kesembuhan penderita.