laporan ujian jiwa _ asrarudin (revisi)
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUS UJIAN PSIKIATRI
Oleh:
Asrarudin
H1A005005
Penguji:
dr. Dian W. V., Sp.KJ.
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2013
LAPORAN KASUS UJIAN
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn AA.
Umur : 35 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Alamat : Dsn Sinar Rinjani, BPS, Suralaga, Lombok Timur.
Agama : Islam.
Suku : Sasak.
Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas.
Pekerjaan : -
Status : Menikah.
MRS : Jum’at, 26 Juli 2013.
Pemeriksaan : Senin, 29 Juli 2013.
Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJP NTB pada hari Jum’at, 26 Juli
2013, pukul 23.55 WITA. Sebelumnya pasien belum pernah di rawat inap ataupun
konsultasi dan rawat jalan ke Poli RSJP NTB. Ini adalah kunjungan pasien yang
pertama ke RSJP NTB.
II. Identitas Keluarga Pasien
Nama Keluarga : Tn. S
Umur : 33 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Hubungan : Ipar.
Alamat : Dsn Sinar Rinjani, BPS, Suralaga, Lombok Timur.
Agama : Islam.
Suku : Sasak
Pendidikan : Tamat Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Swasta
Status : Menikah.
1
III. Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 29 Juli 2013.
Alloanamnesis dengan ipar pasien pada tanggal 29 Juli 2013.
Rekam medis.
A. Keluhan Utama
Pasien suka mengamuk sejak ± 1,5 bulan sebelum datang ke IGD RSJP NTB.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dikeluhkan oleh keluarganya suka mengamuk, memukuli orang, serta
merusak barang disekitarnya sejak ± 1,5 bulan yang lalu. Saat mengamuk pasien
sempat memukul istrinya tanpa alasan yang jelas. Pasien juga pernah mengancam
membunuh anak dan istrinya. Selain itu, pasien juga dikeluhkan sering berteriak-
teriak, marah-marah dan cepat tersinggung. Pasien juga dikeluhkan sering
menghadang motor orang lain di jalanan tanpa alasan yang jelas. Keluarga juga
mengeluhkan bahwa pasien akhir-akhir sering bicara sendiri, malas makan dan
minum serta tidak bisa tidur di malam hari. Pasien juga terlihat sering murung dan
menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya. Pasien
juga di keluhkan suka keluyuran. Hal tersebut membuat keluarga pasien mengambil
tindakan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa.
Menurut keterangan ipar korban, sebelumnya pasien mendapatkan telepon dari
kakaknya yang berada di Kalimantan bahwa tanah kebun karet miliknya hendak di
ambil setengahnya. Sementara tanah tersebut adalah bagian warisan untuk dirinya
dan menjadi jaminan untuk uang bank yang di ambil oleh pasien beberapa waktu
yang lalu. Tidak ada keterangan yang jelas mengapa kakak pasien ingin menguasai
tanah tersebut. Semenjak saat itu pasien di keluhkan sering murung dan banyak
pikiran. Pasien juga di keluhkan mulai menjaga jarak dengan keluarganya.
Pada beberapa bulan terakhir pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan-
bisikan yang sangat mengganggu. Pasien juga menuturkan bahwa ia sering
mencium bau busuk di sekitarnya. Pasien menyatakan bahwa sangat membenci
segala hal yang kotor dan ingin membersihkannya. Pasien juga mengeluhkan sering
melihat penampakan-penampakan sosok berwarna putih. Pasien juga mengeluhkan
sering melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga kepada semua lubang
2
yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya menjelek-jelekkan
dirinya. Pasien juga merasa bahwa semenjak menonton film layar lebar ia merasa
televisi akan mempengaruhi dirinya. Merasa bahwa film “Harry Potter” akan
menjauhkan dirinya dari lingkungannya.
Pasien mengaku bahwa dirinya adalah penggagas E-KTP. Menurut pasien E-
KTP akan memudahkan masyarakat untuk memilih bupati di wilayah tempat
tinggalnya. Pasien menyatakan bahwa memiliki lahan perkebunan karet yang di
kelolanya di Kalimantan. Lahan tersebut ingin di ambil separuhnya oleh
saudaranya. Pasien juga curiga bahwa salah satu PT yang bergerak di bidang migas
ingin menguasai cadangan migas pada kebun karetnya.
Pasien mengaku bahwa dirinya adalah keturunan kelima dari raja
Mulawarman di daerah Kutai, Kertanegara, Kalimantan Timur. Menurut pasien
bahwa hal ini cuma dirinya saja yang tahu bahwa dia adalah turunan kerajaan. Dia
sengaja menyembunyikan identitas ini agar orang-orang tidak tahu dan tidak
menyakiti dirinya. Menurut pasien kelak suatu hari nanti ia akan menjadi orang
hebat dan akan memimpin kerajaan di Kutai, Kertanegara.
Pasien mengeluhkan pernah memiliki perasaan sangat sedih ketika istrinya
tidak mampu ia nafkahi kebutuhannya. Pasien mengaku pernah memukul istrinya
karena istrinya tidak patuh kepadanya. Pasien mengaku bahwa hubungan dengan
orang tua, mertua dan anggota-anggota keluarganya sangat baik. Tidak ada keluhan
pasien ingin melukai dirinya sendiri.
Keluarga pasien menyatakan bahwa ini adalah kali pertama pasien di bawa ke
RSJP Nusa Tenggara Barat. Pasien sebelumnya tinggal di tanah Kutai, Kalimantan
Timur. Pasien datang ke Nusa Tenggara Barat beberapa bulan terakhir karena
istrinya tidak betah tinggal di Kalimantan dan ingin menetap di Lombok.
Pasien masih bisa mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari di rumah
seperti makan, mandi, BAB, dan BAK.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Menurut ipar pasien, keterangan dari orang tua pasien bahwa pasien pertama
kali mengalami gangguan ± 6 tahun yang lalu. Pasien pernah di rawat inap di salah
satu Rumah Sakit Jiwa yang ada di Kalimantan selama 3 bulan. Pasien dikeluhkan
suka berteriak-teriak, mengamuk, marah-marah, malas makan dan minum serta
3
tidak bisa tidur di malam hari. Pasien juga di keluhkan sering murung, tampak
sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri dan terkadang keluyuran.
Pasien menceritakan bahwa ia sering merasa terganggu dengan adanya suara-
suara bisikan yang menyuruhnya untuk keluyuran. Suara-suara tersebut sudah
cukup lama didengarnya. Pertama kali pernah didengarnya ± 6 tahun yang lalu.
Suara yang didengarnya seperti bising dan kadang-kadang susah di mengerti
olehnya. Suara tersebut tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam.
Pasien menuturkan bahwa ketika dahulu waktu di pesantren, pasien di tuduh
oleh teman-temannya mengambil rokok milik gurunya. Hal ini tentu saja membuat
pasien kesal karena di tuduh sebagai pencuri. Pasien juga merasa sedih dan sakit
hati karena hal tersebut.
Pasien pernah di pasung selama ± 8 bulan pada tahun 2007 (6 tahun lalu)
setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa. Pasien tidak pernah kontrol dan jarang
meminum obatnya. Pasien tidak ingat obat apa saja yang diterimanya saat itu
dengan pasti, pasien hanya ingat bahwa obat yang diberikan saat itu berwarna merah
dan putih. Keterangan keluarga pasien lebih lanjut menyatakan bahwa pasien
setelah di pasung tersebut tampak seperti orang normal. Mulai bekerja dan
melakukan aktifitas seperti orang kebanyakan, dan membina kehidupan rumah
tangga.
Riwayat cedera kepala, kejang, sakit kepala yang lama, demam tinggi,
hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan penyakit jantung tidak ditemukan. Riwayat
penggunaan NAPZA (-), merokok (+), minum minuman keras (-). Pasien
menceritakan bahwa ia sudah merokok sejak ± 10 tahun yang lalu.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dan dikatakan lahir
secara normal di dukun. Untuk riwayat persalinan secara jelas tidak diketahui
keluarga pasien. Penyulit selama proses persalinan, riwayat biru atau tampak
kuning tidak diketahui.
2. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)
Pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Pasien tidak pernah
mengalami sakit berat, kejang, demam tinggi, ataupun penyakit kuning. Pasien
diberi ASI sampai usia ± 2 tahun, dan mulai diberi makanan/minuman selain
4
ASI sejak usia 1 bulan. Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan
perkembangan.
3. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien dikatakan mudah bergaul dan bersekolah seperti teman-teman
seusianya. Tidak ada perbedaan perlakuan dari orang tuanya kepada pasien atau
saudara-saudaranya. Pasien dikatakan sebagai anak yang cukup aktif.
4. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien hidup normal seperti anak-anak lainnya. Hubungan pasien dengan
anggota keluarga lainnya dan orang sekitar terjalin baik. Walaupun sangat
tertutup mengenai hal-hal yang di anggapnya sebagai urusan pribadi.
5. Dewasa
Saat ini pasien tinggal dengan mertuanya. Pasien bekerja dengan membantu-
bantu mengurus tanah pertanian milik mertuanya. Menurut keluarga pasien lebih
gampang emosi dan bersikap tertutup terhadap lingkungannya. Pasien
mengkhawatirkan bagaimana membiayai anak istrinya.
E. Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien.
Genogram keluarga pasien:
Gambar 1. Genogram keluarga pasien.
Laki-laki; Perempuan; Pasien;
Meninggal; ------- : serumah
5
F. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal bersama mertuanya. Pasien membantu mengurus tanah
pertanian milik mertuanya. Pasien mengkhawatirkan bagaimana membiayai anak
istrinya.
G. Persepsi pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien mengatakan ini pertama kalinya ia datang ke RSJP NTB. Dan ini
merupakan inap pertama kali. Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini 6 tahun
lalu tetapi tidak pernah kontrol dan meminum obatnya. Bila seandainya keluhan-
keluhan tersebut dapat diatasi, pasien mengatakan bahwa ia ingin berkerja dan
hidup normal bersama anak dan istrinya.
IV. Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 35 tahun, tampak sesuai dengan usia,
berpakaian cukup rapi.
2. Kesadaran
Composmentis.
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Tampak tenang, kontak mata (+).
4. Pembicaraan
Spontan, volume cukup, artikulasi cukup, relevan.
5. Sikap Terhadap Pemeriksa
Kooperatif.
B. Alam Perasaan dan Hidup Emosi
1. Mood
Disforik.
2. Afek
Terbatas.
3. Keserasian
Ekspresi emosional sesuai dengan isi pikir.
4. Empati
6
Tidak dapat dirabarasakan.
C. Fungsi Intelektual
1. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya.
2. Daya Konsentrasi
Cukup.
3. Orientasi
Waktu : baik.
Tempat : baik.
Orang : baik.
4. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : cukup.
Daya ingat masa lalu belum lama : cukup.
Daya ingat baru saja : cukup.
Daya ingat segera : cukup.
5. Pikiran Abstrak
Cukup.
6. Bakat kreatif:
Belum dapat dievaluasi.
7. Kemampuan menolong diri sendiri
Cukup, pasien mempu mengurus dirinya sendiri.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+).
Pasien mengeluhkan sering mendengar bisikan-bisikan. Hal tersebut
membuat pasien terganggu dan menyebabkan pasien sering marah, pusing
dan sedih. Suara tersebut juga menyuruh pasien untuk keluyuran.
Halusinasi visual (+).
Pasien juga mengeluhkan sering melihat penampakan-penampakan
sosok berwarna putih. Pasien juga mengeluhkan sering melihat beberapa
ekor ular kobra
Halusinasi penghidu (+).
7
Pasien juga menuturkan bahwa ia sering mencium bau busuk di
sekitarnya.
2. Depersonalisasi (-).
3. Derealisasi (-).
E. Proses Pikir
1. Bentuk Pikir
Nonrealistik.
2. Arus Pikir
Produktivitas: cukup.
Kontinuitas pikiran : asosiasi longgar
Hendaya berbahasa : (-).
3. Isi Pikiran
Preokupasi: (-).
Waham:
o Waham kejar (+).
Pasien merasa curiga bahwa orang-orang yang berbicara disekitarnya
sedang membicarakan dirinya dan mereka akan menyakiti dirinya.
F. Pengendalian Impuls
Cukup.
G. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : cukup.
2. Uji daya nilai : cukup.
H. Tilikan
Tilikan derajat II.
I. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA)
Terganggu.
J. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum dapat dipercaya.
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
8
A. Status Generalis
Tanda vital
a. Tensi : 120/80 mmHg.
b. Nadi : 80 x/menit.
c. Pernapasan : 18 x/menit.
d. Suhu : 36,5˚C.
Kepala-leher
a. Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
b. THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).
c. Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).
Thoraks
a. Cor: S1S2 tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).
b. Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).
Abdomen
Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.
Sistem urogenital: tidak dievaluasi.
Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).
B. Status Neurologis
Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).
Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.
Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.
Motorik: Normal.
Tonus: Normal.
Koordinasi: Baik.
Turgor: Normal.
Refleks: Tidak dievaluasi.
Sensibilitas: Baik.
Susunan saraf vegetatif: Baik.
Fungsi-fungsi luhur: Baik.
Gangguan khusus: Tidak ada.
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna
9
Pasien di bawa ke IGD RSJP NTB karena suka mengamuk, memukuli orang,
serta merusak barang disekitarnya sejak ± 1,5 bulan yang lalu. Saat mengamuk pasien
sempat memukul istrinya. Pasien juga pernah mengancam membunuh anak dan istrinya.
Selain itu, pasien sering berteriak-teriak, marah-marah dan cepat tersinggung, sering
menghadang motor orang lain di jalanan. Pasien juga terlihat sering murung dan
menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya serta suka
keluyuran. Pasien sering bicara sendiri (+) dan selalu berbicara tentang ular, kebun
karet serta anak istrinya
Terdapat perubahan sikap dari pasien sejak beberapa bulan yang lalu. Sejak
pasien mendapatkan telepon dari saudaranya di Kalimantan bahwa tanah kebun karet
miliknya hendak di ambil setengahnya. Semenjak saat itu pasien di keluhkan sering
murung dan banyak pikiran. Pasien juga di keluhkan mulai menjaga jarak dengan
keluarganya.
Pasien menceritakan bahwa ia sering merasa terganggu dengan adanya suara-
suara bisikan yang menyuruhnya untuk keluyuran. Suara-suara tersebut sudah cukup
lama didengarnya. Pertama kali pernah didengarnya ± 6 tahun yang lalu. Suara yang
didengarnya seperti bising dan kadang-kadang susah di mengerti olehnya. Suara
tersebut tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam. Pasien mengaku makan minum (+)
tetapi kurang, tidur (+) tetapi tidak bisa terlelap. Pasien sering mencium bau busuk di
sekitarnya. Pasien juga mengeluhkan sering melihat penampakan-penampakan sosok
berwarna putih, sering melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga kepada semua
lubang yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya menjelek-
jelekkan dirinya.
Pasien pernah di pasung oleh orang tuanya pada tahun 2007. Pemasungan
tersebut menurut pasien mungkin karena ia sering keluyuran. Pasien di pasung selama 8
bulan. Pasien mengaku pernah di bawa ke Rumah Sakit Jiwa di Kalimantan pada tahun
yang sama. Tetapi tidak pernah kontrol dan minum obat.
Status mental yaitu mood/afek: disforik/terbatas; halusinasi auditorik (+), visual
(+), olfactorius (+), bentuk pikir nonrealistik, waham curiga (+). Tilikan: II. Status
generalis dan status neurologis dalam batas normal.
VII. Diagnosis Multiaksial
10
Aksis I : Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.
Aksis II : Perlu dieksplorasi lebih lanjut.
Aksis III : Tidak ditemukan diagnosis.
Aksis IV : Masalah di lingkungan, ekonomi dan putus obat.
Aksis V : GAF Sekarang : 54.
GAF 1 tahun terakhir : 67.
VIII.Daftar Permasalahan
A. Organobiologik: Ketidakseimbangan neurotransmitter.
B. Psikologis/Perilaku: Sering murung, melamun, menyendiri, sering tidak tidur pada
malam hari, makan sedikit, tiba-tiba marah-marah dan mengamuk, mengancam
anggota keluarga.
C. Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Hubungan dengan keluarga dan
produktifitas pasien menjadi terganggu karena pasien jarang berkomunikasi dengan
keluarga, pasien cenderung pendiam dan menjaga jarak dalam bersosialisasi.
IX. Diagnosis
Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.
.
X. Rencana Terapi
A. Psikofarmasi
Risperidone 2 x 2 mg
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (bila perlu)
B. Psikoedukasi
Melalui psikoedukasi diberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga
mengenai gangguan yang dialami pasien, perjalanan penyakit, pengenalan gejala,
pengobatan, serta peran pasien dan keluarga dalam pengobatan tersebut. Hal ini
diharapkan dapat dipahami oleh pasien mengingat kemampuan kognitif pasien
adalah cukup baik. Selain itu perlu dijelaskan mengenai pentingnya mengkonsumsi
obat secara teratur untuk jangka waktu lama yang bertujuan untuk mengurangi
gejala, mencegah kekambuhan serta memberatnya gejala yang dialami pasien.
Selain itu perlu untuk menjelaskan mengenai efek samping obat yang mungkin
terjadi.
C. Psikoterapi
11
Melalui psikoterapi diberikan dukungan dan motivasi kepada pasien untuk
mempertahankan atau meningkatkan semangat juang (fighting spirit) dalam
menghadapi hidup. Memberikan pemahaman kepada pasien mengenai gejala
penyakit yang dialaminya dan mengajaknya untuk turut aktif untuk mengelolanya.
Melatih pasien untuk mengenali faktor-faktor yang dapat mencetuskan gejala,
mengelola gejala, dan melatih keterampilan meredakan ketegangan dengan
mengembangkan strategi penyelesaian masalah (problem solving strategy).
Memberikan edukasi kepada pasien bahwa gangguan yang dialami akan bisa
berkurang jika pasien mau rutin berobat, serta memberi motivasi kepada pasien agar
mau berusaha hidup dan berinteraksi seperti orag lain.
D. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien di masyarakat dan lingkungan sekitarnya
dengan memberi pengertian bahwa saat dirawat di rumah pasien dapat diterima
kembali sebagai individu yang memiliki hubungan dan kehidupan sosial yang baik.
Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan yang dialami pasien
sehingga dapat menciptakan lingkungan yang optimal bagi pemulihan pasien,
dengan menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi. Keluarga pasien diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan masalah, memperbaiki
komunikasi antar anggota keluarga, reduksi stress, dan membangun dukungan.
Selain itu juga memberi penjelasan kepada keluarga mengenai pentingnya
mengawasi terapi yang dijalani oleh pasien dan dapat menjadi pengawas minim obat
bagi pasien sehingga dapat mencegah kekambuhan dan memberatnya gejala pada
pasien. Keluarga juga perlu diberi pengertian bahwa penyakit pasien membutuhkan
terapi jangka panjang sehingga diperlukan kesabaran dan perhatian keluarga.
XI. Prognosis
Faktor pendukung:
a. Dukungan dari keluarga untuk pengobatan pasien.
b. Sikap pasien yang kooperatif, pasien masih bisa diarahkan dan mau minum obat.
Faktor penghambat:
a. Pasien belum memahami dengan benar gangguan yang sedang dihadapi.
b. Kurangnya motivasi pasien untuk rutin minum obat.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:
Ad Vitam : bonam
12
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam
XII. Pembahasan
Pada pasien ini dijumpai adanya perubahan karakteristik perilaku yang bermakna
secara klinis dan menimbulkan penderitaan serta gangguan dalam berbagai fungsi
psikososial dan pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu
gangguan jiwa.
Gejala gangguan kejiwaan pada pasien ini di tunjukkan dengan adanya keinginan
untuk mengamuk, memukuli orang, merusak barang, memukul istrinya dan mengancam
membunuh anak dan istrinya tersebut. Ia juga sering berteriak-teriak, marah-marah,
cepat tersinggung, susah makan dan minum, jarang tidur, suka keluyuran dan sering
menghadang motor orang lain di jalanan. Pasien juga terlihat sering murung dan
menyendiri serta suka curiga yang berlebihan terhadap orang di sekitarnya. Pasien juga
suka mendengar suara-suara bisikan yang tidak tentu datangnya, pagi ataupun malam.
Pasien juga sering mencium bau busuk di sekitarnya, sering melihat penampakan-
penampakan sosok berwarna putih, melihat beberapa ekor ular kobra dan selalu curiga
kepada semua lubang yang di lihatnya. Pasien juga merasa orang-orang di sekitarnya
menjelek-jelekkan dirinya. Gejala – gejala tersebut sebenarnya sudah terjadi kurang
lebih 6 tahun yag lalu, pernah dirawat dan menurut keluarganya sembuh, kemudian ±
1,5 bulan terakhir timbul kembali.
Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis tidak terdapat riwayat kejang,
trauma kepala, ataupun penyakit berat lainnya yang dapat menyebabkan gangguan
fisiologi otak sebelum timbul gejala gangguan jiwa, sehingga gangguan yang dialami
oleh pasien tidak termasuk gangguan mental organik. Riwayat penggunaan zat
psikoaktif yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis otak sebelum timbul gejala
gangguan jiwa tidak dijumpai pada pasien, sehingga gangguan yang dialami oleh pasien
juga tidak termasuk gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif.
Berdasarkan PPDGJ III/ICD X, terdapat cirri afek yang meningkat secara menonjol
atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol dikombinasikan dengan iritabilitas
atau kegelisahan yang memuncak. Dimana dalam episode yang sama harus jelas ada
sedikitnya satu atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia yang khas, maka pasien ini
sesuai dengan kriteria Gangguan Skizoafektif Tipe Manik.
13
Pada pasien ini tidak ditemukannya ciri kepribadian yang spesifik. Disamping itu,
tidak ditemukan adanya gangguan kondisi medis umum yang bermakna pada pasien.
Permasalahan yang ditemukan pada pasien ini adalah adanya permasalahan di
lingkungan sosial dan keluarga, dimana sebelumnya pasien menyatakan pernah di tuduh
oleh teman-temannya mengambil rokok milik gurunya. Hal ini menyebabkan pasien
merasa minder dan cenderung menutup diri. Sedangkan permasalahan keluarga yaitu
adanya keinginan saudaranya mengambil lahan karet miliknya. Selain itu, pasien juga
memiliki masalah putus pengobatan dan tidak pernah kontrol semenjak keluhan
pertamanya 6 tahun yang lalu.
Penilaian kemampuan penyesuaian diri dari pasien menggunakan skala GAF
menurut DSM-IV-TR untuk kondisi pada saat dilakukan pemeriksaan adalah 54, yaitu
gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Sedangkan GAF tertinggi satu tahun
terakhir kisaran 67, yaitu adanya beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
Pilihan terapi yang diberikan pada pasien ini adalah antipsikotik, dan dapat
diberikan antikolinergik bila diperlukan. Antipsikotik yang diberikan adalah risperidon.
Risperidon merupakan obat antipsikosis golongan atipikal yang bekerja secara selektif
sebagai antagonis reseptor serotonin dan dopamin, tidak hanya menekan gejala positif
skizofrenia tapi juga memperbaiki gejala negatif. Hal ini terkait dengan adanya
keinginan pasien untuk berkerja kembali saat sudah pulang. Antipsikotik atipikal
merupakan pengobatan lini pertama pada pasien ini.
Risperidon menghambat dopamin di jalur mesolimbik tetapi tidak di mesokortikal
sehingga fungsi kognitif pada pasien tidak terganggu. Pada jalur mesolimbik, antagonis
serotonin 5-HT2A gagal melawan antagonis D2, sehingga terjadi blokade reseptor D2.
Apabila reseptor dopamin banyak dihambat maka akan terjadi up regulation dari
reseptor serotonin di post sinaps. Afinitas risperidon terhadap 5-HT2A 10-20 kali lebih
kuat dibandingkan dengan reseptor D2.
Risperidon memiliki efek samping sindrom ekstrapiramidal yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan golongan obat antipsikosis tipikal seperti haloperidol. Dosis yang
digunakan pada terapi inisial 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan menjadi 4
mg/hari. Namun, sebagian besar pasien membutuhkan 4-6 mg/hari. Pada pasien ini
dosis diberikan 2 x 2 mg per hari terkait dengan waktu paruh risperidon 12-24 jam.
Dosis risperidon kemudian akan dinaikkan perlahan-lahan setiap 2-3 hari hingga
mencapai dosis efektif (gejala psikosis mulai mereda) dan dievaluasi setiap 2 minggu
14
dan bila perlu dinaikkan hingga mencapai dosis optimal. Setelah mencapai dosis
optimal, dosis tersebut dipertahankan selama lebih kurang 8-10 minggu sebelum masuk
ke tahap pemeliharaan. Dalam tahap pemeliharaan, dosis dapat dipertimbangkan untuk
mulai diturunkan setiap 2 minggu sampai diperoleh dosis minimal yang dapat
dipertahankan tanpa menimbulkan kekambuhan. Follow up mengenai efek samping
risperidon selama periode pengobatan pada pasien ini mutlak dilakukan.
Efek sekunder atau efek samping dari pengobatan dengan antipsikosis generasi
kedua misalnya risperidon memang relatif minimal namun hal tersebut berbeda-beda
pada setiap orang. Sehingga bila terdapat efek samping berupa gejala ekstrapiramidal
maka dosis risperidon diturunkan terlebih dahulu. Bila efek samping tidak dapat
ditanggulangi dengan penurunan dosis maka diberikan obat-obat antikolinergik
misalnya trihexyphenidyl dengan dosis 2 x 2 mg per hari.
15
XIII. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien
Gambar 2. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.
Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien.
MRS RSJ di Kalimantan (2007)
Antara Rawat Inap – Pasung
Post Pasung - 2013
MRS Pertama (Juli 2013)
Pencetus : Pasien di tuduh mengambil rokok milik gurunya
Pasien di keluhkan suka berteriak-teriak, mengamuk, malas makan dan minum, serta tidak bisa keluar tidur di malam hari. Pasien juga sering melamun, berbicara sendiri dan keluyuran.
Halusinasi auditorik (+), waham kejar (+).
MRS di RSJ di Kalimantan
Diberi obat berwarna merah dan putih, namun pasien tidak
Saat di pulangkan pasien masih sering murung, tampak sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri’
Jarang mau bersosialisasi
Halusinasi auditorik (+),waham kejar (+).
Pasien sering keluyuran oleh karena itu di pasung oleh keluarganya
Tidak pernah kontrol ke fasilitas pelayanan
Pasien kelihatan normal setelah di pasung
Pasien tidak keluhkan gejala-gejala apapun, tampak normal seperti orang pada umumnya
Pasien menikah dan bisa bekerja
Mengamuk, memukuli istrinya dan merusak barang-barang disekitarnya.
Pasien sering murung, tampak sedih, sering menyendiri dan melamun, berbicara sendiri, dan sering tidak tidur , makan minum malas.
Halusinasi auditorik (+), visual (+) melihat ular, olfaktorius (+) berupa bau-bauan,waham kejar (+)
MRS pertama di RSJP NTB.
16
Kasus Rokok MRS 2007 MRS Juli 2013Post Pasung. Normal. sembuh, tidak ada keluhan, namun tidak pernah berobat.
menunjukkan perbaikan yang mencolok.
kesehatan lagi, obat tidak diminum
17