laporan tbt 2010
TRANSCRIPT
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman ini disusun guna
melengkapi tugas mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman dan telah
diketahui serta disahkan oleh asisten dan dosen Teknologi Budidaya
Tanaman pada tanggal: Juni 2010.
Disusun Oleh:
Kelompok 11 (AGT B)
Ari Pianto
Ario Prasetya M
Aulia Prida A
H070807
8
H070808
0
H070808
2
Mengetahui,
Dosen Koordinator Praktikum Asisten
Ir. Wartoyo S.P., MSNIP. 19520915.197903.1.003
MarthaH01
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan
Tahhunan ini dengan baik.
Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Teknologi Budidaya Tanaman di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan
laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada
kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
2. Dosen pengampu mata kuliah Teknologi Budidaya Tanaman UNS
3. Tim co-assisten dosen Teknologi Budidaya Tanaman Semisim dan Tahunan
atas segala bimbingannya baik selama praktikum maupun dalam penyusunan
laporan ini
4. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan ini
serta semua pihak yang telah membantu laporan ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu penulis sekali lagi mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada laporan ini oleh
karena keterbatasan penulis dalam penguasaan materi khususnya. Segala
kebenaran datangnya dari Allah SWT semesta, semua kesalahan berasal dari
manusia Semoga laporan ini bermanfaat dan utamanya bagi penulis pribadi dalam
penulisan laporan-laporan yang akan datang.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................HALAMAN PENGESAHAN........................................................................KATA PENGANTAR...................................................................................DAFTAR ISI..................................................................................................DAFTAR TABEL...........................................................................................DAFTAR GAMBAR......................................................................................Laporan TBT Semusim1. PENGAMATAN BUDUDAYA TANAMAN SEMUSIM KE LAHAN
PETANIA. PENDAHULUANB. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Padi2. Komoditas Jagung3. Komoditas Kacang Tanah
C. METODE PRAKTIKUM1. Komoditas Padi
a. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengolahan Lahan3) Penanaman4) Pemeliharaan5) Pemanenan6) Pengolahan Pasca Panen
2. Komoditas Jagunga. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengolahan Lahan3) Penanaman4) Pemeliharaan5) Pemanenan
6) Pengolahan Pasca Panen3. Komoditas Kacang Tanah
a. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengolahan Lahan3) Penanaman4) Pemeliharaan5) Pemanenan6) Pengolahan Pasca Panen
D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Komoditas Padi
a. Bahan Tanamb. Pengolahan Tanahc. Penanamand. Pemeliharaane. Pemanenanf. Pengolahan Pasca Panen
2. Komoditas Jagunga. Bahan Tanamb. Pengolahan Tanahc. Penanamand. Pemeliharaane. Pemanenanf. Pengolahan Pasca Panen
3. Komoditas Kacang Tanaha. Bahan Tanamb. Pengolahan Tanahc. Penanamand. Pemeliharaane. Pemanenanf. Pengolahan Pasca Panen
E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Komoditas Padi
a) Kesimpulamb) Saran
2. Komoditas Jagunga) Kesimpulamb) Saran
3. Komoditas Kacang Tanaha) Kesimpulamb) Saran
DAFTAR PUSTAKA
Laporan TBT TahunanI. PRAKTIKUM BIDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
A. PENDAHULUANB. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Kelapa Sawit2. Kakao3. Karet
C. METODE PRAKTIKUM1. Komoditas Kelapa Sawit
a. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengelolaan Tanah3) Penanaman4) Pemeliharaan5) Pemanenan6) Pengolahan Pasca Panen
2. Komoditas Kakaoa. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengelolaan Tanah3) Penanaman4) Pemeliharaan5) Pemanenan6) Pengolahan Pasca Panen
3. Komoditas Kareta. Waktu dan Tempat Praktikumb. Alat dan Bahanc. Cara Kerja
1) Bahan Tanam2) Pengelolaan Tanah3) Penanaman
4) Pemeliharaan5) Pemanenan6) Pengolahan Pasca Panen
D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Komoditas Kelapa Sawit
a) Bahan Tanamb) Pengelolaan Tanahc) Penanamand) Pemeliharaane) Pemanenanf) Pengolahan Pasca Panen
2. Komoditas Kakaoa) Bahan Tanamb) Pengelolaan Tanahc) Penanamand) Pemeliharaane) Pemanenanf) Pengolahan Pasca Panen
3. Komoditas Kareta) Bahan Tanamb) Pengelolaan Tanahc) Penanamand) Pemeliharaane) Pemanenanf) Pengolahan Pasca Panen
E. KESIMPULAN DAN SARAN1. Komoditas Kelapa sawit
a) Kesimpulanb) Saran
2. Komoditas Kakaoa) Kesimpulanb) Saran
3. Komoditas Kareta) Kesimpulanb) Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Jumlah penduduk di dunia ini semakin meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia yang semakin meningkat tiap
harinya, maka diterapkanlah teknik budidaya tanaman dalam rangka
meningkatkan produktivitas baik kualitas maupun kuantitas. Salah satu
hal yang harus diperhatikan adalah pengolahan tanah. Secara umum
pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam
dengan meningkatkan kondisi fisik tanah agar siap untuk ditanami.
Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yan baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah yang akan digunakan sebagai media
tumbuh harus dapat menyediakan unsur hara yang penting untuk
tanaman.
Pemilihan benih atau bibit yang bermutu tinggi juga sangat
diperlukan untuk mendapatkan hasil panen yang tinggi. Bahan tanam
atau benih merupakan bahan awal keberhasilan suatu proses produksi.
Tidak ada gunanya kita memupuk, menyiangi, dan menyiram bila benih
yang digunakan jelek, sehingga tidak dapat diperoleh hasil panen yang
maksimum. Benih yang berkualitas mempunyai ciri mengkilap, tidak
keriput, tidak cacat dengan warna normal, viabilitas tinggi, sehat,
bersih, murni, dan asli. Pembentukan bibit dapat dilakukan dengan cara
seleksi atau dengan cara persilangan dari induk yang masing-masing
mempunyai sifat utama, unggul, dan baik. Dari ketentuannya, akan
diperoleh varietas yang mempunyai sifat baik atau tidak baik, dari
keturunan yang mempunyai sifat baik atau tidak baik, dari keturunan
yang mempunyai sifat baik yang dipunyai oleh kedua induknya yang
akan diambil dan ditentukan sebagai varietas unggul.
Penanaman adalah persiapan sebelum tanam, waktu menanam,
dan cara menanam. Sebelum melakukan penanaman, hendaknya
persiapannya dikontrol. Kalau ada rumput liar seperti rumput grinting
atau teki, segera dimusnahkan agar tidak mengganggu tanaman.
Rumput tersebut termasuk gulma yang dapat menjadi kompetitor bagi
tanaman induk. Pengaturan jarak tanam yang tepat bagi tanaman dapat
memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi tanaman untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik berupa
lingkungan tanah, air maupun iklim. Lingkungan tanah merupakan
sumber nutrisi dan air bagi tanaman. Sedangkan lingkungan iklim yang
penting antara lain : radiasi surya, suhu, dan kelembaban. Interaksi
antara tanaman dengan faktor lingkungan akan memberikan gambaran
terhadap perkembangan dan hasil tanaman.
Hasil tanaman tidak akan optimal bila tanaman itu tidak dipelihara
dengan baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pemupukan,
dan pengendalian pengganggu tanaman. Dalam pemupukan, harus
diperhatikan kapan waktu dan berapa dosis yang tepat untuk tanaman
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan tanaman dari
kelebihan pupuk yang hanya akan meracuni tanaman tersebut.
Sehingga, hasil tanaman lebih optimal.
Selain itu manajemen yang efektif selama periode pascapanen,
juga diperlukan. Hal ini jika dibandingkan dengan tingkat kecangihan
berbagai teknologi, adalah kunci dalam mencapai tujuan yang
diinginkan. Operasi skala besar dapat menguntungkan karena investasi
mesin penanganan yang biayanya tinggi serta perlakuan-perlakuan
pascapanen berteknologi tinggi, sering pilihan-pilihan tersebut tidak
praktis bagi penganan skala kecil. Teknologi sederhana biaya murah
sering lebih sesuai untuk volume panen yang kecil, terbatasnya sumber
daya untuk operasi komersial, petani terlibat langsung dalam
pemasaran, serta untuk suplier sampai eksporter di negara-negara
sedang berkembang.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Padi
Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25
spesies, tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia,
Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier
padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenig dan Oryza sativa L
berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza
stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika
barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara
Oryza officinalis dan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada
mulanya tanaman padi diusahakan didaerah tanah kering dengan
sistim ladang, akhirnya orang berusaha memantapkan basil
usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya kurang.
Tanaman padi yang dapat tumbuh dengan baik didaerah tropis ialah
Indica, sedangkan Japonica banyak diusakan didaerah sub tropika
(Djaenuddin, 2000).
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa pemupukan
berimbang mengacu pada keseimbanagn antara unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman padi berdasarkan sasaran tingkat hasil
yang iongin dicapai dengan ketersediaan hara dalam tanah.
Mengingat beragamnya kondisi kesuburan tanah antara lokasi satu
dengan lainnya, maka takaran dan jenis pupuk yang diperlukan
untuk lokasi-lokasi tersebut tentu akan berbeda pula. Oleh karena
itu, pemupukan berimbang sering pula disebut pemupukan spesifik
lokasi (Sudarmo, 1991).
Penentuan rekomendasi pemupukan didasarkan atas status
hara tanah dan kebutuhan tanaman. Filosopinya adalah pada tanah
dengan status hara yang rendah, respon pemupukan sangat tinggi,
status sedang sedikit respon dan pada status hara tinggi tanaman
tidak respon lagi. Artinya, pada tanah yang berstatus hara tinggi
pemberian pupuk tidak mempengaruhi produksi, status sedang
mempengaruhi produksi dan pada status rendah nyata
mempengaruhi produksi (Anonim, 2008).
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah sampai siap tanam (30
hari) mengkonsumsi air 20% dari total kebutuhan air untuk padi
sawah dan fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari)
mengonsumsi air sebanyak 35 %. Berdasar data tersebut sebetulnya
sejak tanam sampai memasuki fase bunting tidak membutuhkan air
banyak, demikian pula setelah pengisian bulir. Oleh karenanya 15
hari sebelum panen, padi tidak roboh dan ditinjau dari aspek
pemberian air memang tidak perlu lagi (Sumartono, 1994).
Pengelolaan tanah dan air ini merupakan kunci keberhasilan
usahatani. Dengan upaya yang sungguh-sungguh, lahan pasang
surut ini dapat bermanfaat bagi petani dan masyarakat luas.Tujuan
pengelolaan lahan antara lain untuk mengatur pemanfaatan sumber
daya lahan secara optimal, mendapatkan hasil maksimal,
mempertahankan kelestarian sumber daya lahan (Harjadi, 1999).
2. Komoditas Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan dunia
terpenting selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat
utama di Amerika Tengah dan Selatan menjadi alternatif sumber
pangan. Beberapa penduduk di Indonesia juga menggunakan
jagumg sebagai tanaman pangan (Anonim,2001)
Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di
dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan
tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman.
Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha,
menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang.
Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi
dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di
wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah
sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan
curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun
(Dowswell et al . 1996).
Salah satu kendala dalam budidaya jagung adalah rendahnya
bahan organik dan sifat fisik tanah yang kurang baik. Pemupukan N
dan P yang intensif dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan
pemberian pupuk organik yang memadai dalam jangka panjang
akan berakibat timbulnya kendala produksi tongkol jagung.
(Kuntyastuti et al, 1989)
Persyaratan mengenai tanah yang cocok bagi tumbuhan
jagung tidaklah istimewa. Syarat yang terpenting adalah bahwa
keadaan tanah tidak terlalu kurus dan padat. Kondisi yang mutlak
diperlukan adalah tanah yang gembur. Tanah yang gembur ini tidak
hanya baik bagi tanaman jagung juga mudah dalam pencabutan
tanaman jagung pada saat panen. Tanah-tanah yang terlalu masam
atau alkalis tidak baik untuk tanaman jagung, sebaiknya jagung
ditanam pada pH yang netral.(Suprapto, 1986)
Jarak tanam yang semakin sempit memerlukan benih yang
seamkin besar. Apalagi jika jagung ditanam dengan sistem tanam
monokultur akan membutuhkan benih yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan sistem tumpang sari. Pengaturan jarak tanam
ini ditentukan oleh umur varietas jagung, dan populasi tanaman
yang optimum. (Aak, 2007)
Pada tanaman jagung, panen dilakukan dua hari setelah
rambut tongkol keluar (silking) pada pagi atau sore hari. Setelah
tongkol keluar, harus dilakukan pengontrolan agar panen tidak
terlambat. Sebab keterlambatan sehari saja bisa mengurangi kualitas
jagung. Sebaliknya panen tongkol yang lebih awal akan diperoleh
jagung yang masih terlalu lunak. Sehingga ujung tongkol lebih
mudah patah kualitasnya menurun (Anonim, 2008).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi,
dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis
tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman
jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan
beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran
terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk
pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah,
hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan
tanaman jagung rata-rata 26-300 C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi
et al. 1988).
3. Komoditas Kacang Tanah
Kacang tanah termasuk tanaman polong-polongan yang
berbunga sempurna, menyerbuk sendiri setelah pembuahan, bunga
langsung layu membentuk ginofor dan membentuk polong di dalam
tanah. Pembentukan polong terjadi sekitar 40 hari setelah masa
tanam dan pemasaran buah hingga siap panen berlangsung setelah
tanaman berumur 90 hari (Suparman, 2003)
Jenis kacang tanah yang berumur pendek 3-4 bulan, dengan
tope pertumbuhan tegak dapat menggunakan jarak tanam 15cm x
30cm, yakni jarak antar larikan 30cm dan jarak antar benih 15cm.
Dengan pengaturan jarak tanam semacam ini bisa diperoleh 210.000
tanaman/hektar, sedangkan benih yang diperlukan sebanyak 110 kg
polong kering per hektar. (Aak, 2002)
Penyiangan (rumput dicabut dan dibenamlkan ke dalam tanah)
dilakukan setelah tanaman kacang tanah berumur 3-4 minggu.
Setelah dicabut, rumpu-rumput itu kemudian dibenamkan kedalam
tanah. Rumput-rumput yang dibenamkan akan membusuk dan
sangat bermanfaat sebagai pupuk bagi tanaman. Disamping itu
pendangiran untuk menggemburkan tanah perlu dilakukan sehingga
kondisi tanah tetap subur, selalu terangini serta selalu terkena sinar
matahari langsung dan jasad renik yang merugikan akan mati.
(Anonim, 2008)
Panen kacang tanah dilakukan apabila 75% polong telah tua.
Ciri polong yang telah tua adalah (1) kulit polong agak keras, (2)
warna polong kecoklatan, (3) polong berisi penuh tetapi biji tidak
terlalu keras, (4) kulit ari biji tipis tetapi mudah dikelupas, (5)
kadar air biji menurun dibawah 25 % (Irwan, 2006)
Waktu panen untuk menghasilkan produksi dan mutu optimal
di lakukan pada tingkat kemasakan optimal ditandai dengan umur
panen dan kadar air biji. Keduanya di tandai dengan kondisi
lingkungan seperti musim, sehingga umur panen berbeda karena
perbedaan musim dan menyebabkan perbedaan mutu hasil
(BPPP,2004).
C. METODE PRAKTIKUM
1. Komoditas Padi
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengamatan budidaya tanaman padi ini
dilakukan pada tanggal 2010 di lahan milik bapak Sri Meiyadi
desa
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Log book
b) Pulpen
c) Kamera
d) Cangkul
e) Sabit
f) Cetok
g) Alat bajak
2) Bahan
a) Benih padi
b) Lahan sawah
c. Cara Kerja
a) Bahan Tanam
1) Menentukan tempat/lahan yang akan diamati
2) Melakukan wawancara dengan petani dan mencatat
penjelasan petani tentang infoemasi bahan tanam
3) medokumentasikannya
b) Pengolahan Tanah
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan pada
pagi hari, saat petani melakukan pengolahan lahan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar pengolahan lahan
c) Penanaman
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan penanaman
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar
d) Pemeliharaan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemeliharaan, pemupukan dan
pemberantasan hama
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
e) Pemanenan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemanenan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
f) Pengolahan Pasca Panen
1) Melakukan pengamatan di lahan saat petani
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
2. Komoditas Jagung
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengamatan budidaya tanaman jagung ini
dilakukan pada tanggal 12 April 2010 di lahan milik bapak Jimo
Desa Colomadu
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Log book
b) Pulpen
c) Kamera
d) Cangkul
e) Sabit
f) Cetok
g) Alat bajak
2) Bahan
a) Benih padi
b) Lahan sawah
c. Cara Kerja
a) Bahan Tanam
1) Menentukan tempat/lahan yang akan diamati
2) Melakukan wawancara dengan petani dan mencatat
penjelasan petani tentang infoemasi bahan tanam
3) Medokumentasikannya
b) Pengolahan Tanah
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan pada
pagi hari, saat petani melakukan pengolahan lahan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar pengolahan lahan
c) Penanaman
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan penanaman
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar
d) Pemeliharaan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemeliharaan, pemupukan dan
pemberantasan hama
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
e) Pemanenan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemanenan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
f) Pengolahan Pasca Panen
1) Melakukan pengamatan di lahan saat petani
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
3. Komoditas Kacang Tanah
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pengamatan budidaya tanaman kacang tanah
ini dilakukan pada tanggal 12 April 2010
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Log book
b) Pulpen
c) Kamera
d) Cangkul
e) Sabit
f) Cetok
g) Alat bajak
2) Bahan
a) Benih padi
b) Lahan sawah
c. Cara Kerja
a) Bahan Tanam
1) Menentukan tempat/lahan yang akan diamati
2) Melakukan wawancara dengan petani dan mencatat
penjelasan petani tentang infoemasi bahan tanam
3) Medokumentasikannya
b) Pengolahan Tanah
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan pada
pagi hari, saat petani melakukan pengolahan lahan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar pengolahan lahan
c) Penanaman
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan penanaman
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan gambar
d) Pemeliharaan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemeliharaan, pemupukan dan
pemberantasan hama
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
e) Pemanenan
1) Melakukan pengamatan secara langsung di lahan saat
petani melakukan pemanenan
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
f) Pengolahan Pasca Panen
1) Melakukan pengamatan di lahan saat petani
2) Melakukan wawancara dengan petani
3) Mendokumentasikan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komoditas Padi
a) Bahan Tanam
Sebelum menanam padi, harus ditentukan terlebih dahulu
bahan tanam yang akan digunakan. Bahan tanam yang
digunakan biasanya diperoleh dari toko pertanian yang
menyediakan berbagai bahan tanam, atau juga dari saprodi di
daerah setempat. Berdasarkan hasil pengamatan, kebanyakan
dari petani tidak melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap
bibit yang dibeli. Jadi, bibit tersebut langsung digunakan. Hal
ini disebabkan para petani sudah percaya dengan bibit yang
sudah dibeli tersebut.
Hasil dari wawancara di tiga petani menyatakan bahwa
kebanyakan dari petani melakukan beberapa perlakuan sebelum
bibit tersebut ditanam, yaitu dengan melakukan dperendaman
dalam air selama ± 1 hari. Kemudian didiamkan 2-3 hari. Hal ini
bertujuan untuk mematahkan dormansi pada benih padi. Baru
bibit tersebut ditanam di lahan sawah.
Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam
padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang
sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan
pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus
benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk
mendapatkan bibit padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
Penggunaan benih yaitu benih unggul, bersertifikat, kebutuhan
benih 25-30 kg/ha. Selain itu ada juga persiapan lahan untuk
persemaian dengan syarat tanah harus subur, cahaya matahari,
pengairan, pengawasan (Djaenuddin, 2000). Kebanyakan dari
petani tersebut melakukan penyemaian pada saat benih sudah
berkecambah. Saat pindah tanamnya, petani menggunakan
acuan/patokan saat benih berumur 23 hari.
Ada beberapa perlakuan sebagai upaya persiapan
persemaian, yaitu Seleksi terhadap benih yang kurang baik,
terapung, melayang harus dibuang agar terjadi proses tisiologis.
Proses tisiologis berarti terjadinya perubahan didalam benih
yang akhimya benih cepat berkecambah. Terserap atau
masuknya air kedalam benih akan mempercepat proses
tisiologis (Amirullah, 2008). Kemudian dilakukan perendaman
dalam air selama 24 jam, kemudian diperam (sebelumnya
ditiriskan atau dietus) selama 48 jam, agar didalam pemeraman
tersebut benih berkecambah. Setelah itu baru dilakukan tebar
benih. Untuk pelaksanaan menebar benih sendiri, ada hal-hal
yang harus diperhatikan yaitu benih harus telah berkecambah
dengan panjang kurang lebih 1 mm, benih tharus ersebar rata
serta kerapatan benih harus sama. Perlakuan persemaian yang
lain adalah pemupukan. Biasanya unsur hara yang diperlukan
tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara makro. Sedangkan
pupuk buatan/anorganik seperti Urea, TSP dll diberikan
menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila perlu diberi zat
pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur tumbuh pada benih
dilakukan menjelang benih disebar.
Bibit dipesemaian yang telah berumur 17-25 hari dapat
segera dipindahkan kelahan. Syarat -syarat bibit yang siap
dipindahkan ke sawah : Bibit telah berumur 17-25 hari, Bibit
berdaun 5-7 helai, Batang bagian bawah besar, dan kuat,
Pertumbuhan bibit seragam (pada jenis padi yang sama), Bibit
tidak terserang hama dan penyakit, Bibit yang berumur lebih
dari 25 hari kurang baik, bahkan mungkin telah ada yang
mempunyai anakan.Cara pindah tanamnya yaitu dengan
mencabut (daun) benih-benih di persemaian dahulu, kemudian
baru ditanam di lahan. Sebelumnya, benih harus didiamkan ± 1
malam. Sedangkan cara transportasi dari tempat pembibitan
sampai ke lapang dengan cara benih yang dari persemaian yang
sudah dicabut, diikat menjadi satu untuk lebih mudah
membawa. Baru kemudian mulai disebar ke lahan jika semua
ikatan benih telah diangkut seluruhnya sampai ke lahan.
b) Pengolahan Tanah
Menurut Harjadi (1999) pengolahan tanah didefinisikan
sebagai setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi
pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk
menyiapkan tempat persemaian, tempat bertanam, menciptakan
daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, dan
memberantas gulma. Cara pengolaha tanah sangat
mempengaruhi struktur alami tanah yang baik yang terbentuk
karena penetrasi akar atau fauna, apabila pengolahan tanah
terlalu insentif maka struktur tanah akan rusak.
Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani-petani
tradisional di Indonesia biasanya menggunakan cangkul, Traktor
Pembajak, Pembajak dg ditarik Kerbau/sapi. pertama, tanah
sawah yang akan dibajak di rendam air. Hal ini dilakukan
supaya tanahnya lunak dan mudah untuk dicangkul. Pengolahan
tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat
tertentu hingga memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang
dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan tanah sawah terdiri dari
beberapa tahap, (1) Pembersihan, (2) Pencangkulan, (3)
Pembajakan dan (4) Penggaruan.
Tahap pembersihan umumnya dilakukan dengan
membersihkan selokan-selokan dan pembabatan jerami untuk
dibuat pupuk kompos. Pembersihan selokan dilakukan untuk
memperlancar aliran air. Selanjutnya adalah tahap
pencangkulan. Tahap pencangkulan biasanya dilakukan dengan
cara memperbaiki pematang dan petak sawah yang sukar
dibajak. Setelah itu, pada tahap pembajak dilakukan dengan
memecah tanah menjadi bongkahan-bongkahan tanah dan
membalikbalik tanah dengan cangkul dan traktor. Pembajakan
biasanya dilakukan dua kali. Dengan pembajakan ini diharapkan
gumpalan-gumpalan tanah terpecah menjadi kecil-kecil.
Gumpalan tanah tersebut kemudian dihancurkan dengan garu
sehingga menjadi lumpur halus yang rata. Keuntungan tanah
yang telah diolah tersebut yaitu air irigasi dapat merata. Pada
petakan sawah yang lebar, perlu dibuatkan bedengan–bedengan.
Antara bedengan satu dengan bedeng lainnya berupa saluran
kecil. Ujung saluran bertemu dengan parit kecil di tepi galengan
yang berguna untuk memperlancar air irigasi.Tahap selanjutnya
adalah penggaruan. Penggaruan dilakukan untuk meratakan dan
menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah. Pada saat menggaru
sebaiknya sawah dalam keaadan basah. Selama digaru saluran
pemasukan dan pengeluaran air ditutup agar lumpur tidak
hanyut terbawa air keluar. Penggaruan sebaiknya dilakukan
berulang kali, denagn tujuan agar permukaan tanah menjadi rata
dan air yang merembes kebawah menjadi berkurang. Selain itu,
sisa tanaman atau rumput akan terbenam dan penanaman serta
pemupukan akan menjadi lebih mudah. Jarak waktu antara
pembajakan dengan penggaruan sebaiknya tidak kurang dari 1
minggu untuk menghasilkan kondisi mikro tanah yang lebih
baik dan berhubungan juga dengan pengendalian gulma pada
saat awal tanam. Saat sebelum dilakukan pindah tanam dibuat
garis tanam dengan menggunakan garit berjarak 30 – 35 cm atau
lebih lebar lagi sampai 50 cm (tergantung tingkat kesuburan
tanah (anonim, 2008).
c) Penanaman
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui kebanyakan dari
petani memperoleh bahan tanam dari saprodi. Varietas yang
digunakan petani adalah padi IR 64 dan Situ Bagendit.
Kebanyakan petani memilih varitas IR 64 dan situ bagendit
karena varietas jenis ini merupakan varietas yang baik dan cepat
panen. Kelebihan lain dari Padi IR 64 adalah menthik yang
dihasilkan baunya wangi, berasnya harum, besar-besar dan
warnanya putih. Untuk setiap areal/lahan dibutuhkan ± 15 kg
atau setara dengan 3 bungkus bahan tanam. Varietas ini juga
memiliki produktivitas dan ketahanan terhadap penyakit yang
tinggi serta tahan hama khususnya hama wereng. Namun padi
varietas ini juga memiliki kekurangan yaitu ukuran bulir lebih
kecil dibandingkan varietas lain.
Disini, petani tidak melakukan uji kualitas terhadap bahan
tanam yang dipakai, karena biaya yang mahal. Pola tanam untuk
sawah dari ketiga petani yang diwawancarai kebanyakan
menggunakan pola tanam monokultur, karena panen padi yang
diperoleh akan lebih banyak. Proses penanaman bahan tanam
dilakukan bersama-sam. Untuk satu musim tanam dengan pola
padi-padi-padi. Saat benih sudah berumur 24 hari, baru
dipindahkan ke lahan. Cara tanam yang dipakai adalah
transplanting. Berdasarkan penjelasan dari petani, petani mulai
tanam padi pada bulan Maret, dengan 1 varietas, yaitu IR 64,
dengan jarak tanam 20 x 20 cm.
d) Pemeliharaan
Pada pengamatan tentang pemeliharaan tanaman padi
dijelaskan bahwa selama pemeliharaan ini petani melakukan
antara lain dengan penyulaman, penyiangan atau matun,
pemupukan dan pengendalian hama penyakit serta pembuatan
ajir.
Penyulaman dilakukan saat padi berumur 2 hari. Jika ada
batang padi yang mati maka harus segera dilakukan
penyulaman. Bibit yang digunakan adalah bibit dari varietas
yang sama dengan yang sudah ditanam. Bibit ini merupakan
bibit sisa tanam sebelumnya. Sehingga disaraankan untuk tidak
menanam semua bibit saat penanaman awal.
Penyiangan atau matun dilakukan setelah padi berumur 10
hari. Cara melakukan penyiangan adalah dengan mencabuti
gulma yang ada dilahan. Penyiangan dilakukan 2 tahap, tahap
pertama penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman kurang
lebih 15 hari dan tahap kedua pada saat umur tanaman berumur
30-35 hari atau saat 1/3 umur pertama padi harus dilakukan
pengendalian gulma secara intensif. Karena pada umur tersebut,
tanaman padi akan berkompetisi dengan gulma untuk
mendapatkan nutrisi dan cahaya matahari. Jika tidak dilakukan
penyiangan terhadap gulma, tanaman padi akan terhambat
dalam memperoleh nitrisi yang cukup untuk pertumbuhannya.
Pada lahan padi yang umumnya tergenang, hama yang
paling banyak menyerang adalah hama keong. Pengendalian
hama keong dilakukan dengan cara mekanik ± saat tanaman
berumur 7 hari, sehingga telur-telur keong belum menetas.
Pengendalian telur-telur keong ini lebih efektif dan lebih mudah
karena jika telur telah menetas dapat menghasilkan ribuan
anakan keong, dan akan sangat sulit untuk dikendalikan.
Ada 2 tahap yang dilakukan untuk pemupukan.
Pemupukan yang pertama dilakukan saat padi berumur 1
minggu. Pemupukan selanjutnya dilakukan saat padi berumur 2
minggu. Untuk aplikasi pemupukan dengan cara disebarkan.
Dosis pemupukan yatitu, untuk upuk kandang 5 ton/ha diberikan
ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam pada waktu
pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea adalah 300 kg/ha, TSP adalah 75-175 kg/ha dan KCl
sebanyak 50 kg/ha. Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4
minggu, 6-8 minggu setelah tanam. Urea disebarkan dan diinjak
agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu hari sebelum tanam
dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl diberikan
2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
Untuk aplikasi pemupukan dilakukan dengan cara disebar
(Anonim, 2008).
Jenis hama selain keong adalah hama tikus. Tikus ini dapat
merusak tanaman padi pada semua tingkat pertumbuhan, dari
mulai pesemaian hingga panen dan penyimpanan. Kerusakan
parah terjadi jika tikus menyerang padi pada fase generatif,
karena tanaman sudah tidak mampu membentuk anakan baru.
Tikus merusak tanaman padi mulai dari tengah petak, kemudian
meluas ke arah pinggir. Tikus menyerang padi pada malam hari.
Pada siang hari, tikus bersembunyi di dalam lubang pada
tanggul-tanggul irigasi, jalan sawah, pematang, dan daerah
perkampungan dekat sawah.
Pada periode bera, sebagian besar tikus bermigrasi ke
daerah perkampungan dekat sawah dan kembali lagi ke sawah
setelah pertanaman padi menjelang fase generatif.
Mengendalikan tikus pada awal musim tanam sebelum
memasuki masa reproduksi. Kegiatan tersebut meliputi gropyok
masal, sanitasi habitat, pemasangan TBS (Trap Barrier
System) / Sistem Bubu Perangkap) dan LTBS (Linear Trap
Barier Sistem). Gropyok dan sanitasi dilakukan pada habitat-
habitat tikus seperti sepanjang tanggul irigasi, pematang besar,
tanggul jalan, dan batas sawah dengan perkampungan.
Pemasangan bubu perangkap pada pesemaian dan pembuatan
TBS dilakukan pada daerah endemik tikus untuk menekan
populasi tikus pada awal musim tanam (Anonim, 2008).
Pengendalian hama penyakit dilakuakan dengan cara
penyemrotan. Hal ini dilakukan untuk menghindari serangan
dari hama lain misalnya wereng dan hama penggerek batang
yang bisa merugikan. Penyemprotan dilakukan ketika ada
indikasi serangan dari hama/penyakit. Alat yang digunakan
adalah penyemprot atau sprayer. Penyemprotan dilakukan saat
padi beurmur 1/3 pertama. Dosis penyemprotan adalah 1
bungkus atau sesuai dosis yang dianjurkan. Penyemprotan
pestisida biasanya dilakukan setelah padi kira-kira berumur 1
bulan. Penyemprotan dilakukan menggunakan alat penyemprot
handsprayer saat ada indikasi serangan hama/penyakit.
e) Pemanenan
Panen adalah ketika tanaman sudah sampai pada batas
yang ditentukan dalam kemasan benih, terlihat berwarna kuning
matang, dan kadar air pada biji padi kira-kira adalah 20-26 %.
Kebutuhan air untuk pengolahan tanah sampai siap tanam (30
hari) mengkonsumsi air 20% dari total kebutuhan air untuk padi
sawah dan fase bunting sampai pengisian bulir (15 hari)
mengonsumsi air sebanyak 35 %. Berdasar data tersebut
sebetulnya sejak tanam sampai memasuki fase bunting tidak
membutuhkan air banyak, demikian pula setelah pengisian bulir.
Oleh karenanya 15 hari sebelum panen, padi tidak roboh dan
ditinjau dari aspek pemberian air memang tidak perlu lagi
(Juliardi, 2006).
Proses pemanenan tanaman padi meliputi beberapa tahap
kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, pemupukan
sementara di lahan sawah. Pengumpulan padi di tempat
perontokan, perontokan, dan pengangkutan gabah di rumah
petani.
1. Penentuan saat panen
Penentuan saat panen ini merupakan kegiatan awal
proses panen. Penentuan waktu yang tidak tepat dapat
mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan mutu
gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen dilakukan
dengan mengamati atau melihat kenampakan padi di lahan
sawah. Umur panen optimal dicapai bila 90-95 % butir
gabah pada malai sudah berwarna kuning atau kuning
keemasan, malai berumur 30-35 hari setelah berbunga
merata.
2. Pemanenan
Pemanenan dilakukan pada umur panen yang tepat,
menggunakan alat mesin panen yang memenuhi syarat
teknis, kesehatan, ekonomis, serta menerapkan sistem panen
yang tepat. Ketidaktepatan dalam melakukan pemanenan
padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang tinggi dan
mutu hasil yang rendah. Pada tahap ini, kehilangan dapat
mencapai 9,52% bila panen tidak dilakukan dengan tepat,
kadar air saat pemanenan antara 22-26%.
3. Alat pemanenan
Alat pemanen yang digunakan harus sesuai dengan
jenis varietas pasi yang akan dipanen. Pada saat ini, alat
mesin untuk panen telah berkembang mengikuti
berkembangnya varietas baru yang dihasilkan. Alat pemanen
padi telah berkembang dari ani-ani menjadi sabit biasa
kemudian sabit bergerigi dengan bahan baja.
a) Ani-ani merupakan alat panen padi dari bambu diameter
20-22 mm, panjang ± 10 cm dan pisau baja tebal 1,5-3
mm/ ani-ani digunakan untuk memotong padi varietas
local yang memiliki potir tinggi.
b) Sabit merupakan alat panen manual untuk memotong
padi secara cepat. Sabit dapat dibedakan menjadi 2
macam:
1) Sabit biasa
Pemotongan dengan sabit biasa dapat dilakukan
dengan cara potong atas/tengah dan potong bawah
tergantung cara perontokan. Potong atas/tengah
dilakukan bila perontokan dengan poewer thresher
sabit biasa digunakan untuk memotong padi varietas
baru yang pendek seperti IR-64 dan Cisadane.
Potong bawah dilakukan bila perontokan dengan
cara dibanting/dengan pedal thresher.
2) Sabit bergerigi
Sabit yang bergerigi ini dapat menekan kehilangan
sebesar 3%.
4. Sistem panen
Pada saat pemanenan ini umumnya dilakukan dengan
sistem beregu/kelompok. Jumlah pemanen antara 5-7 orang
dengan pedal thresher atau 15-20 orang dengan power
thresher.
f) Pengolahan Pasca Panen
Penanganan pasca panen meliputi pengeringan gabah,
pengemasan dan penyimpanan gabah/beras.
1. Pengeringan Gabah
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air
gabah sampai nilai tertentu sehingga siap diolah/digiling dan
aman disimpan dalam waktu yang lama. Kehilangan hasil
akibat ketidak tepatan dalam proses pengeringan dapat
mencapai 2,13%. Cara pengeringan dapat dilakukan dengan
cara penjemuran gabah basah. Penjemuran ini
memanfaatkan panas matahari. Alat yang digunakan berupa
anyaman bambu, plastik/terpal, langsung di atas lantai dari
semen/beton. Ada beberapa cara yang biasa digunakan
petani untuk penjemuran, antara lain dengan cara menjemur
diatas alas jemur dari lantai semen yang rata. Cara
penjemuran ini lebih mudah dan murah tetapi tidak dapat
mengalirkan air hujan. Cara pejemuran lain adalah pada
permukaan lantai dibuat bergelombang. Keuntungan
penjemuran pada permukaan lantai dibuat bergelombang
adalah dapat mengalirkan sisa air hujan dengan cepat. Selain
itu, ada cara penjemuran dengan menggunakan alas terpal.
Keuntungannya antara lain dapat memudahkan
pengumpulan untuk pengarungan gabah pada akhir
penjemuran, memudahkan penyelamatan gabah apabila
hujan turun tiba-tiba, serta mengurangi tenaga kerja.
2. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan tindakan untuk mempertahankan
gabah atau beras agar tetap dalam keadaan baik dalam
jangka waktu tertentu. Kesalahan dalam penyimpanan
gabah/beras mengakibatkan terjadinya respirasi, tumbuhnya
jamur, serangan serangga, binatang pengerat dan kutu beras
yang dapat menurunkan mutu. Cara penyimpanan
gabah/beras dapat menggunakan kemasan atau wadah
seperti karung plastik, karung goni, dan lain-lain. Beberapa
aspek penting dalam penggunaan karung :
a. Karung harus dapat melindungi produk dari kerusakan
dalam pengangkutan dan atau penyimpanan.
b. Karung harus kuat, dapat menahan beban tumpukan.
2. Komoditas Jagung
a. Bahan Tanam
Persiapan bahan tanam dilakukan sebelum hingga saat
pengolahan tanah. Berdasarkan survey yang dilakukan dapat
diketahui bahwa bahan tanam menggunakan biji sehingga tidak
dilakukan persemaian layaknya bibit. Merk dagang dari bahan
tanam yang digunakan oleh petani yaitu jagung hibrida bisi 2.
Benih jagung untuk bahan tanam diperoleh dari dinas pertanian.
Alasan petani menggunakan benih jagung hibrida bisi 2 yaitu
bahwa berdasarkan informasi yang diketahui, benih tersebut telah
diuji di laboratorium dan berkualitas sangat bagus, sehingga
diharapkan produksi panennya tidak mengecewakan. Benih
tersebut juga sudah dicampur pestisida tertentu, sehingga petani
berasumsi dengan campuran itu benih bisa cepat tumbuh.
b. Pengolahan Tanah
Maksud dan Tujuan :
a. Mengenal dan mempelajari beberapa kondisi pengelolaan
lahan oleh petani
b. Mampu memberikan alternatif perbaikan pengelolaan lahan
yang lebih baik
Pelaksanaan
Pengolahan lahan dilakukan sejak pukul 06.00 sampai
selesai. Sebelum dilakukan pengolahan tanah, lahan yang akan
diolah dibersihkan terlebih dahulu karena lahan yang akan
ditanami jagung ini merupakan hasil rombakan dari lahan padi
yang gagal dalam pemeliharaannya akibat ledakan hama
wereng yang dipicu pula oleh faktor cuaca yang tidak
menentu.
Luas lahan yang akan ditanami jagung yaitu 1 patok =
1/5 ha= 2000 m2. Pengolahan tanah diawali dengan proses
pembajakan menggunakan traktor selama 1x. Awalnya
dilakukan pembajakan dengan bajak singkal yang bertujuan
untuk membalikkan tanah kira-kira 20-25 cm dan memecah
bongkahan tanah. Kemudian dilakukan penggaruan untuk
meratakan tanah. Pada lahan ini dibuat 5 guludan dengan lebar
masing-masing guludan ± 4 m. Pembuatan guludan ini
berfungsi untuk mempermudah dan memperbaiki sistem aerasi
dan drainase, terutama setelah tanaman jagung mulai tumbuh.
Lahan ini merupakan hasil rombakan, sehingga
pengolahan tanah dimulai setelah dilakukan pembersihan
tanaman padi yang gagal akibat serangan hama wereng.
Karena kegagalan tersebut, petani mengalihfungsikan dari
pertanaman padi ke jagung.
Pada musim kemarau, petani tidak mengalami kesulitan
untuk mengaliri sawahnya karena telah menyiapkan sumur
untuk cadangan air supaya tetap tersedia untuk irigasi.
Pembajakan dalam pengolahan tanah rutin dilakukan. Lahan
yang sudah dibajak lalu dilanjutkan dengan pembersihan
bagian tepi lahan menggunakan cangkul, dan pembuatan got
atau saluran air diantara guludan.
Pengolahan lahan seperti ini dilakukan untuk
menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang dikeluarkan. Jika
lahan tersebut hanya diolah dengan cangkul maka akan
membutuhkan waktu yang lebih lama, tenaga, dan biaya yang
lebih banyak. Pengolahan tanah dengan pembajakan dan
penggaruan pada lahan seluas 2000 m2 tersebut membutuhkan
waktu 4-5 jam sehingga penanaman bisa dimulai hari
berikutnya.
c. Penanaman
Maksud dan Tujuan :
a. Mengetahui cara-cara petani mendapatkan bahan tanaman
atau bibit tanaman
b. Untuk mengetahui macam-macam cara penanaman
tanaman pertanian
c. Membandingkan masing-masing cara penanaman yang
dilakukan petani dan mampu memberikan kesimpulan dan
kemungkinan perbaikan cara yang telah dilakukan petani
d. Mengevaluasi cara yang telah dilakukan petani tersebut dan
dapat memberikan kesimpulan serta cara perbaikannya
Pelaksanaan
Penanaman jagung dilakukan sehari setelah pengolahan
tanah. Penanaman ini dilakukan dengan cara sebar benih
langsung, dengan alat bantu berupa sabit sebagai pengganti
tugal untuk melubangi tanah dengan kedalaman ± 3-5 cm
karena jika benih dipendam terlalu dalam akan sulit tumbuh.
Selain sabit juga digunakan tali untuk membantu pengaturan
jarak tanam. Pada penanaman ini jarak tanam yang digunakan
40 cm x 80 cm. Fungsi dari pengaturan jarak tanam ini untuk
meminimalisir kompetisi, baik kompetisi hara, air antar
tanaman maupun kompetisi cahaya matahari antar tajuk
tanaman. Sistem yang digunakan dalam penanaman jagung
yaitu monokultur tapi di bagian tepi dari pembatas petak lahan
terdapat tanaman kacang panjang bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas. Dengan jarak tanam 40 cm x 80
cm, setiap lubang diisi 2 biji, hal tersebut dilakukan untuk
mengantisipasi apabila salah satu dari benih tersebut tidak
dapat tumbuh.
d. Pemeliharaan
Maksud dan Tujuan :
a. Mengenal serta mempelajari cara-cara monitoring budidaya
tanaman
b. Melakukan tindakan memelihara, menjaga, dan
memanipulasi lingkungan dan tanaman sesuai dengan
kebutuhannya
Pengamatan
a. 10 hari setelah tanam
Tidak dilakukan perlakuan, tanaman dibiarkan tumbuh.
Tinggi tanaman setelah 10 HST sekitar 7-13 cm. Ada
beberapa gulma rumput di sekitar areal pertanaman.
b. 31 hari setelah tanam
Petani melakukan pemeliharaan pada tanaman jagung
dengan pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
urea, pupuk ini diaplikasikan dengan meletakkan pupuk
disamping tanaman jagung. Pada lahan jagung seluas 2000 m2
ini diperlukan 1 sak pupuk urea. Alat yang digunakan sangat
sederhana atau manual saja. Dalam proses pemupukan ini
petani juga tidak menambah tenaga kerja.
Pemupukan dilakukan pukul 14.00 WIB, dengan alasan
petani sudah menyelesaikan pekerjaannya pada lahan
sebelumnya. Padahal pada jam tersebut kurang tepat dilakukan
pemupukan, karena pupuk urea mudah menguap, apalagi saat
matahari masih bersinar sangat terik. Sebaiknya waktu yang
tepat pada pagi atau sore hari.
Petani menggunakan urea dan alat sederhana karena
sudah menjadi kebiasaan, selain itu biaya yang dikeluarkan
juga bisa diminimalisir. Pemupukan ini dilakukan setelah
tinggi tanaman ±45 cm. Pada pengamatan di lapangan,
tanaman jagung berwarna hijau kekuningan. Hal tersebut
mungkin karena keterlambatan dalam pemupukan. Petani
melakukan pemupukan tidak diimbangi dengan penyiangan
gulma padahal gulma sudah nampak banyak pada lahan ini.
e. Panen dan Pasca Panen
Maksud dan Tujuan :
a. Mengenal serta mempelajari cara-cara panen dan
pemasaran produknya
b. Mampu memberikan perbaikan yang mungkin diperlukan
dalam panen dan pemasaran produk petani pada beberapa
komoditas yang ada
Pelaksanaan
a. Panen
Tanda-tanda jagung yang telah siap panen, yaitu:
Umur tanaman jagung telah mencapai maksimal
Kadar air di dalam biji antara 30-35%
Daun telah menguning dan sebagian besar mulai kering
Klobot atau pembungkus biji sudah kering atau kuning
Jika klobot dibuka terlihat biji mengkilat dan keras
Cara memetik jagung
Pemetikan jagung dilakukan dengan cara manual
yaitu dengan mematahkan tangkai buah jagung.
b. Pasca Panen
Hal-hal yang umumnya dilakukan petani setelah
pemetikan yaitu:
Pengupasan
Pengupasan dapat dilakukan saat jagung masih
berada pada batang atau setelah dipetik. Pengupasan
langsung ketika masih dibatang dilakukan jika
cuacanya mendukung. Pengupasan dilakukan untuk
menjaga kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan
dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan
kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya jamur
Pengeringan
Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan
kadar air serendah mungkin, agar dalam penyimpanan
jagung tidak mudah rusak. Pengeringan dilakukan
secara alami yaitu dengan memanfaatkan sumber panas
matahari
Pemipilan
Tujuan dari pemipilan ini yaitu untuk
memisahkan antara biji jagung dengan tongkolnya.
Pemipilan dapat dilakukan setelah jagung benar-benar
kering, dapat dilakukan secara manual (dengan dipipil
tangan langsung atau dengan alat pemipilan)
3. Komoditas Kacang Tanah
a. Bahan Tanam
Benih Benih berasal dari tanaman sehat, bebas hama dan penyakit,
kualitas bijinya baik dan mempunyai kemurnian tinggi sehingga dapat
berkecambah cepat dan merata. Dipanen tepat pada waktunya ( sudah
cukup tua ) , polong tidak pecah pengolahan basil dan pengupasan benih
dilakukan dengan baik.
Mempunyai hasil tinggi dan berumur genjah.
b. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan alat cangkul, luku atau traktor
sedalam 20- 30 cm. Tujuan pengolahan tanah adalah untuk memperbaiki
struktur dan aerasi tanah agar pertumbuhan akar dan pengisapan zat hara
oleh tanaman
dapat berlangsung dengan baik.
c. Penanaman
Waktu tanam yang paling baik dilahan tegalan ( kering ) adalah pada
awal musim hujan ( Oktober - Nopember ). Di lahan sawah penanaman
dapat dilakukan pada bulan April -Juni ( Palawija I ) atau bulan Juli –
September (Palawija II ). Cara tanam Penanaman dilakukan dengan
menggunakan tugal sedalam 3 cm dengan 2 butir benih perlubang dan
jarak tanam 40 cm x 10 cm. Kemudian lubang tanam ditutup tanah secara
tipis.
d. Pemeliharaan
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk Urea, SP36 dan
KCI dengan dosis 60-90 kg Urea, 60-90 kg SP36 dan 50 kg KCI. Per
hektar. Pemupukan dilakukan dengan memasukkan pupuk kedalam
lubang tugal disisi kiri kanan lubang tanam atau disebar merata kedalam
larikan.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila ada benih yang tidak tumbuh.
Penyulaman dilakukan dengan membuat lubang tanam baru pada bekas
lubang tanam terdahulu. Tujuan dari penyulaman ini adalah untuk
mempertahankan populasi.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan 2 kali. Penyiangan pertama dilakukan pada
saat tanaman berumur 21 hari setelah tanam dan penyiangan kedua
dilakukan pada umur 40 bari setelah tanam. Pada penyiangan kedua ini
juga dilakukan pembumbunan yaitu tanah digemburkan kemudian
ditimbun didekat pangkal batang tanaman. Pembumbunan bertujuan
memudahkan bakal buah menembus permukaan tanah sehingga
pertumbuhannya optimal.
Pengairan
Tanaman kacang tanah tidak menghendaki air yang menggenang.
Fase kritis untuk tanaman Kacang Tanah adalah rase perkecambahan,
rase pertumbUhan dan rase pengisian polong. Waktu pengairan yang baik
adalah pagi atau sore hari dengan cara dileb hingga tanah cukup basah.
e. Panen
Penentuan saat panen yang tepat harus disesuaikan dengan tujuan
penggunaan produk Kacang Tanah. Pedoman umum yang digunakan
sebagai kriteria penentuan saat panen Kacang Tanah adalah sbb : :
- Sebagian besar daun menguning dan gugur ( rontok ).
- Tanaman berumur 85 -110 hari tergantung,Varietasnya. -Sebagian
besar polongnya ( 80 % ) telah tua. "
- Kulit polong cukup keras dan berwarna cokelat kehitam-hitaman.
- Kulit biji tipis dan mengkilap.
- Rongga polong telah berisi penuh dengan biji.Panen dilakukan
dengan mencabut batang tanaman secara hati-hati agar polongnya
tidak tertinggal dalam tanah.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan wawancara tentang budidaya
tanaman padi, antara lain:
1. Kebanyakan petani memilih varitas IR 64 karena varietas ini
mempunyai produktivitas dan ketahanan terhadap hama tinggi.
Persemaian dilakukan 25 hari sebelum masa tanam, persemaian
dilakukan pada lahan yang sama atau berdekatan dengan
petakan sawah yang akan ditanami, hal ini dilakukan agar bibit
yang sudah siap dipindah, waktu dicabut dan akan ditanam
mudah diangkut dan tetap segar.
2. Pada pengolahan tanah sawah ini, dilakukan pembajakan untuk
memeberikan kondisi yang baik pada tanaman, juga perbaikan
dan pengaturan pematang sawah serta selokan untuk irigasi.
3. Bibit biasanya dipindah saat umur 20–25 hari. Ciri bibit yang
siap dipindah ialah berdaun 5-6 helai, tinggi 22-25 cm, batang
bawah besar dan keras, bebas dari hama dan penyakit
4. Pemeliharan meliputi penyulaman tanaman yang mati,
penyiangan gulma, pemupukan dengan Urea, TSP dan KCl serta
pengendalian hama keong mas dan tikus.
5. Panen dilakukan dengan melihat kenampakan di lahan. Ciri-ciri
tanaman yang siap dipanen bila 90-95% butir gabah pada malai
sudah berwarna kuning atau kuning keemasan, malai berumur
30-35 setelah berbunga merata.
6. Pascapanen dilakukan harus dengan hati-hati untuk menghindari
kesusutan gabah. Selain itu bahan pembungkus gabah dan
penyimpanan harus diperhatikan untuk menghindari serangan
hama dan penyakit.
b. Saran
Lebih sering pengamatan ke lahan secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Aak. 1990. Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta.Kanisius.
Anonim. 2001. Cara Pemeliharaan Tanaman Jagung. http://www.indonext.com. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010 pukul 18.00WIB.
Anonim,2008.http://situshijau.co.id/app/tulisan.php?act=detail&id=19&id_kolom=2. Diakses pada tanggal 10 Juni 2010 pukul 18.00WIB.
Anonim, 2008. Rekomendasi Pemupukan Padi sawah.
http://sultra.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal
12 Juni 2010.
Djaenuddin, D., Marwan H., Subagyo, Anny Mulayani, dan N. Suharta. 2000.
Kriteria Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Pertanian. Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian.
Dowswell, C.R. R.L.Paliwal, and R. P.Cantrell. 1996. Maize in The Third World. Westview Press
Harjadi, SS. 1999. Pengantar Agronomi. Jakarta. : Gramedia.
Juliardi, Iwan. 2006. Teknik Mengairi Padi.
http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/st130906-1.pdf. Diakses
pada tanggal
Kuntyastuti, Sunar Soedyono dan Chamdi. 1989. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jagung. Jurnal Penelitian Palawija. 3 (1) : 20-25
Soemartono, Bahrin S dan Harjono. 1994. Bercocok Tunam: Padi. Jakarta.
Yasaguna.
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenschein. 1988. National Coordinated Research Program: Corn. Central Research Institute for Food Crops. Bogor. p.83.
Sudarmo. 1991. Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma Padi. Yogyakarta
Kanisius.
Suprapto, HS. 1986. Bertanam Jagung. Jakarta. Penebar Swadaya
Laporan TBT Tahunan
I. PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN
A. PENDAHULUAN
Perkebunan kakao Indonesia mengalami perkembangan pesat sejak
awal tahun 1980-an dan pada tahun 2002, areal perkebunan kakao
Indonesia tercatat seluas 914.051 ha dimana sebagian besar (87,4%)
dikelola oleh rakyat dan selebihnya 6,0% perkebunan besar negara serta
6,7% perkebunan besar swasta. Jenis tanaman kakao yang diusahakan
sebagian besar adalah jenis kakao lindak dengan sentra produksi utama
adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
Disamping itu juga diusahakan jenis kakao mulia oleh perkebunan besar
negara di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Indonesia sebenarnya berpotensi untuk menjadi produsen utama
kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama yang dihadapi
perkebunan kakao dapat diatasi dan agribisnis kakao dikembangkan dan
dikelola secara baik. Indonesia masih memiliki lahan potensial yang cukup
besar untuk pengembangan kakao yaitu lebih dari 6,2 juta ha terutama di
Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sulawesi Tangah Maluku dan Sulawesi
Tenggara. Disamping itu kebun yang telah di bangun masih berpeluang
untuk ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini
kurang dari 50% potensinya. Di sisi lain situasi perkakaoan dunia
beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga harga kakao
dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang
yang baik untuk segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao
mempunyai arti yang stratigis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia
masih sangat terbuka dan pasar domestik masih belum tergarap.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
Buah kakao yang masak mempunyai kulit tebal dan berisi 30-40
biji yang diselimuti oleh pulp berwarna putih. Pulp merupakan
jaringan halus berlendir dan melekat ketat pada biji kakao. Sedangkan
biji terdiri dari 2 bagian, yaitu kulit biji dan keping biji. Kulit buah
coklat adalah kulit bagian terluar yang menyelubungi biji coklat
dengan tekstur kasar, tebal dan agak keras (Efendi, et al, 2001).
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) adalah tanaman
perkebunan yang umumnya tumbuh di daerah tropis. Bagian dari buah
kakao yang dimanfaatkan berupa biji, yang selanjutnya diolah menjadi
bubuk coklat yang biasa digunakan sebagai minuman penyegar dan
makanan ringan. Di Indonesia, pada tahun 1999 produksi kakao
sebesar 417,5 ribu ton dan pada tahun 2004 sebesar 580 ribu ton
(Warta Ekonomi, 2005).
Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua
bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas
disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupan),
sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut
dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan). Tanaman kakao asal biji,
setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan
membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola
percabangan ortotrop ke plagitrop dan khas hanya pada tanaman kakao
(Susanto, 2005).
Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya,
tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna
berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak
terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Bunga kakao tumbuh dari batang.Penyerbukan bunga dilakukan oleh
serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap,
afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam
hari. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari
(Anonim, 2003).
Faktor-faktor yang menyebabkan hilangnya dormansi pada benih
sangat bervariasi tergantung pada jenis tanaman dan tentu saja tipe
dormansinya, antara lain yaitu: karena temperatur yang sangat rendah
di musim dingin, perubahan temperatur yang silih berganti,
menipisnya kulit biji, hilangnya kemampuan untuk menghasilkan zat-
zat penghambat perkecambahan, adanya kegiatan dari mikroorganisme
(Kamil, 1986).
3. Komoditas Karet
Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting sebagai sumber devisa non migas
bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu
upaya peningkatan produktifitas usaha tani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi budidayanya (
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis) termasuk ke dalam
famili Palmae dan sub-kelas Monocotyledoneae. Spesies lain dari
genus Elaeis adalah (E. melanococca) yang dikenal sebagai kelapa
sawit Amerika Latin. Tanaman Kelapa Sawit merupakan salah satu
sumber minyak nabati dan saat ini menjadi komuditas utama dan
unggulan Indonesia (
Pohon Kelapa Sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar
20-75 cm. Tingginya bertambah sekitar 45-100 cm per tahun. Buah
terkumpul di dalam tandan, dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600
buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20-22 tandan per tahun.
Jumlah tandan buah pada tanaman tua sekitar 12-14 tandan per tahun.
Berat setiap tandan sekitar 25-35 kg (
Secara anatomi buah kelapa sawit tersusun dari pericarp atau
daging buah dan biji. Pericarp terdiri dari kulit luar buah yang keras
dan licin dan mesokarp, yaitu bagian daging buah yang berserabut.
Mesokarp merupakan bagian yang mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi. Sedangkan biji Kelapa Sawit tersusun dari
endokarp (tempurung) yang merupakan lapisan keras dan berwarna
hitam, dan endosperm (kernel) yang berwarna putih. Kernel akan
menghasilkan minyak inti atau palm kernel oil (
Secara umum, hasil dari industri kelapa sawit terdiri daripada tiga
jenis, iaitu minyak cair, padat dan gas. Minyak kelapa sawit berasal
dari unit proses pengukusan (pensterilan), proses pembersihan, dan
buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, minyak industri kelapa
sawit mengandungi bahan organik yang tinggi sehingga berpotensi
mencemari air tanah, dan sungai serta laut. Minyak likat kelapa sawit
dibahagikan kepada dua jenis, yaitu:
a. Likat yang berasal daripada proses pengolahan: Limbah padat ini
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit, cangkang atau tempurung,
serabut atau serat, enap cemar atau lumpur, dan bungkil. TKKS
dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat
bersarangnya serangga dan lalat dan berpotensi menghasilkan
bahan larut lesap.
b. Likat yang berasal daripada pengolahan minyak cair: Limbah padat
ini berupa lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air
limbah (
C. METODE PRAKTIKUM
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum budidaya tanaman tahunan komoditas Kakao ini
dilaksanakan di Lahan PTPN IX kebun Balong, Beji dan Kaliselo
kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 2010. Kebun
PTPB IX ini merupakan gabungan kepemilikan antara Dirjen
Kehutanan dan Kementrian Keuangan, yang berbentuk BUMN.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Buku tulis
b) Log book
c) Pulpen
d) kamera
2) Bahan
a) Pohon Kakao
c. Cara Kerja
1) Bahan Tanam
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang bahan
tanam yang digunakan serta mendokumentasikannya
2) Pemeliharaan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang
pemeliharaan tanaman kakao serta mengamati secara langsung
cara pemeliharaan yang benar
3) Pemanenan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pemanenan buah kakao
4) Pengolahan Pasca Panen
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan buah kakao
3. Komoditas Karet
a. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum budidaya tanaman tahunan komoditas karet ini
dilaksanakan di Lahan PTPN IX kebun Balong, Beji dan Kaliselo
kabupaten Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 29 Mei 2010. Kebun
PTPB IX ini merupakan gabungan kepemilikan antara Dirjen
Kehutanan dan Kementrian Keuangan, yang berbentuk BUMN.
b. Alat dan Bahan
1) Alat
a) Buku tulis
b) Log book
c) Pulpen
d) kamera
2) bahan
a) Pohon Karet
c. Cara Kerja
1) Bahan Tanam
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang bahan
tanam yang digunakan serta mendokumentasikannya
2) Pengolahan Tanah
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan tanah serta mengamati secara langsung cara
pengolahan tanah tanaman karet
3) Penanaman
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
penaman serta mengamati secara langsung cara penanaman
karet yang benar
4) Pemeliharaan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang
pemeliharaan tanaman karet serta mengamati secara langsung
cara pemeliharaan yang benar
5) Pemanenan
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pemanenan dan penyadapan getah karet serta mengamati secara
langsung cara penyadapan yang benar
6) Pengolahan Pasca Panen
Mencatat penjelasan dari pekerja perkebunan tentang proses
pengolahan getah karet langsung di pabrik karet serta
mengamati secara langsung urutan proses pengolahan pasca
panen sampai akhir
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
Saat ini kebun kakao sudah tidak menghasilkan lagi. Tanaman
yang ada sekarang hanya digunakan untuk menghasilkan persediaan
benih saja. Namun karena pemerintah menginginkan 106 ha untuk
kebun benih maka kebun kakao ini mulai dipelihara lagi.
a. Pembibitan
Pengecambahan dilakukan pada media polibag dengan
menggunakan penaung, berupa pohon kelapa. Pengecambahan dengan
biji yang telah dibersihkan pulpnya dengan abu.
Masa dorman biji kakao sangat pendek, sehingga jangan
sampai biji dibiarkan dalam keadaan terbuka lama karena akan
berkecambah. Begitu biji dibuka, media tanam harus segera siap.
Media tanam harus dibuat naungan karena tanaman kakao perlu
penaung (tanaman kelapa).
Pada saat biji stadia serdadu (kulit biji akan mengelupas) media
polibag harus sudah siap begitu pula naungannya. Kemudian dipindah
dan dipelihara, persiapan-persiapan tahun sebelum penanaman
dilakukan. Karena kakao membutuhkan naungan sementara maupun
tetap. Naungan sementara (pohon pisang) dan naungan tetap (pohon
kelapa). Selain itu perlu dilakukan pengendalian gulma dan pembuatan
teras.
Naungan sementara mulai dikurangi dari TBM 1 sampai TBM
3 dan saat TM penaung sudah harus habis. Pengurangan penaung
digunakan untuk mengatur sirkulasi udara (lancar), kelembaban
berkurang (tidak terserang hama dan penyakit).
b. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan dengan menyesuaikan iklim,
pengurangan cabang, pemangkasan, pemupukan (organik dan
anorganik), pembuatan gondang-gandung. Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan dengan : semut hitam sebagai predator helopelthis,
semprot pestisida, sanitasi (membenam kulit buah busuk).
Bantalan buah harus diperhatikan agar jangan sampai rusak,
karena bantalan buah merupakan modal tanaman kakao. Disini
bantalan buah telah rusak karena pelaksanaan wiwilan yang kurang
baik dan serangan hama penyakit. Karena akan dipelihara lagi maka
dilakukan pemangkasan berat (pangkas produksi), kemudian
pengolahan tanah dan pangkas halus untuk membentuk cabang
(ortotrof/tegak berdiri dan plagiotrof/tumbuh lateral), cabang balik
(tumbuh membalik) dan cabang cacing (tumbuh kecil)
c. Panen
Dari perkebunan benih diambil dan dikumpulkan jika
matangnya sudah cukup. Diambil 60% dari buah, 20% ujung dan 20%
bawah dipotong (dibuang) karena merupakan sumber penyakit utama,
kemudian dipecah buahnya.
d. Pasca Panen
Produk panen ditimbang, kemudian dimasukkan ke bak
fermentasi (5 hari), meliputi bak I (2 hari), bak II (2 hari), dan bak III
(1 hari). Kemudian dicuci dan masuk ke pengeringan. Pengeringan
dilakukan dengan sinar matahari, bisa juga dengan kayu bakar.
Fermentasi merupakan proses pembentukan aroma dan membuang
pulp. Hasilnya, dahulu 15 ton/hari (kering), sekarang 5kg/hari (kering)
3. Komoditas Karet
a) Bahan Tanam
Ada dua macam bahan yang akan digunakan, yaitu :
1. Tanam ulang
Hal inilah yang dilakukan pada perkebunan PTPN IX.
Lahan yang digunakan untuk menanam karet tahun ini
merupakan bekas lahan yang dulunya juga ditanami karet.
Setelah 25 tahun tanaman karet harus dibongkar untuk
mengendalikan inang JAP (Jamur Akar Putih).
2. Tanaman konversi
Biasanya dilakukan pada lahan yang dulunya ditanami
tanaman yang berbeda komoditasnya.Ada beberapa kegiatan
yang harus dilakukan sebelum TTI (Tanam Tahun Ini), yaitu
dengan mendesain kebun
b) Pengolahan Tanah
Persiapan lahan dilakukan pada lahan/areal yang sudah siap
tanam untuk tahun ini atau yang bisaa disebut areal TTI (Tanam
Tahun Ini). Langkah yang dilakukan dalam mendesain kebun
antara lain :
1) Membuat blok areal lahan
Pembuatan blok areal minimal 20 pohon/blok. Hal ini
dilakukan untuk memudahkan pengaturan tenaga kerja dan
untuk mengatasi bibit poliklonal.
Untuk tanam tanaman ulang tidak perlu melakukan blok areal,
hanya melakukan pemeliharaan (perawatan) hingga tanaman
masuk ke TM (Tanaman Menghasilkan).
2) Membersihkan lahan
Pembersihan lahan ditujukan untuk menghilangkan sisa gulma
yang masih tertinggal di lahan. Pembersihan dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu :
- Kimia : dengan menggunakan herbisida
- Manual : dilakukan secara mekanis
- , baik dengan menggunakan alat berat (seperti Buldoser
atau exkavator) maupun alat sederhana (cangkul, sabit).
Buldoser, digunakan untuk mengambil sisa akar dan juga untuk
membuat teras.
3) Pembuatan saluran air
Saluran air digunakan untuk persiapan lahan sampai tahap
(fase) TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dan (TM
(Tanaman Menghasilkan).
4) Menentukan pola tanam
Pola penanaman karet adalah secara larikan. Pola ini dilakukan
pada kemiringan 0o-5o. Lahan yang kemiringannya lebih dari
33o sulit untuk ditanami, sehingga hanya boleh ditanami pohom
jenis kayu-kayuan (Mahoni, sengon).
Gambar Proses Pengolahan Lahan
Setelah penentuan pola tanam, maka dilakukan pengajiran.
Pengajiran dilakukan untuk mendapatkan kerapatan pohon yang
baik, yaitu 667 pohon/ha. Kerapatan demikian itu dihasilkan jika
jarak pengajiran (jarak tanam) 3 m x 5 m. 3 m merupakan jarak
pohon dalam barisan, dan 5 m merupakan jarak antar barisan.
Terdapat tiga macam ajir yang digunakan, yaitu ajir kepala
(3m), ajir induk (2m), dan ajir isi (1m). Ada 1 macam ajir lagi
yaitu ajir ikat (panjangnya 30 cm). Penajiran dilakukan pada bukit
paling tinggi dan punggung bukit paling panjang.
Pemasangan ajir : setiap 5 sekali dipasang ajir kepala
(sebagai dasar untuk menarik jarak kanan dan kiri, pemasangan ajir
induk dilakukan setinggi rata air. Hal ini bertujuan untuk
membentuk teras, dengan panjang antar teras 5m. 3 meter dari ajir
tersebut dibuat ajir isi dan dibuat lubang dengan ukuran 60 cm x 60
cm x 60 cm. (Lubang tanam), tujuannya agar sistem perakaran
lebih kuat. Sebelum ditanami lubang tanam tersebut dibiarkan
selama 3 bulan agar kemasamannya ilang. Pola tanam larikan
disebut pola tanam lima karena dapat melihat ke lima arah penjuru.
Pada persiapan lahan ini belum dilakukan pemupukan.
Hanya pemberian fosfat 250 gr/lubang untuk mencegah timbulnya
JAP (Jamur Akar Putih). Selain itu digunakan pula covercrop
bermanfaat untuk menahan erosi dan mengurangi penggunaan
unsur nitrogen yang sifatnya mudah larut oleh air. Covercrope
yang digunakan adalah jenis Leguminoceae. Jika covercrop ini
tidak dikelola dengan baik, akan menjadi gulma sendiri bagi
tanaman karet. Pengendalian gulma dilakukan dengan herbisida
sistemik yang mempunyai efektivitas 2-3bulan.
c) Penanaman
Saat penanaman ini, ada 2 tahap pembibitan yang akan
dilakukan. Pembibitan pertama harus mengetahui TTI (Tanaman
Tahun Ini) agar bisa memprediksi atau menghitung jumlah biji
yang dibutuhkan dan areal lahan yang dibutuhkan. Luas areal
pembibitan di perkebunan ini adalah 8 Ha dengan jumlah pohon
348.000 pohon. Beberapa tahap yang dilakukan dalam pembibitan,
yaitu:
1. Pengadaan biji/benih
Akan didapatkan rasio pembibitan, yaitu :
jumlahbibit yang siapluas areal yangditanami
Sehingga diketahui jumlah biji yang dibutuhkan 172.619 biji.
Gambar Biji Karet
2. Seleksi ketat 70% dari jumlah awal. Dari 172.619 biji dipilih
(diseleksi) 70% nya. Pemilihan yang dilakukan dengan
membuang biji karet yang dianggap jelek kualitasnya (biji yang
sudah hitam). Dari hasil tersebut, dipilih 80% nya, yaitu biji
yang bisa berkecambah. Kemudian diambil 50% nya untuk bisa
dipindah ke lapangan pembibitan dan menjadi tegakan (43.500
pohon). Dari hasil tersebut diambil 85% nya untuk siap
diokulasi. Kemudian dipilih 80% nya yang menjadi okulasi
jadi, dari 172.619 biji tersebut akan didapatkan 23.690 bibit
siap salur. Perbandingan bibit awal dengan bibit siap salur
sama dengan 13,8%. Maka dihasilkan rasio pembibitan adalah:
= 10013,8
= 7,2 Pa (populasi/Aeral). Pa di perkebunan PTPN IX
yang dikehendaki = 667 pohon/ha. Maka Rasio Pembibitan
adalah = 23690
667= 35,5 ha.
3. Waktu penanaman
Pembibtan karet membutuhkan waktu ± 2 tahun.
Pelaksanannya :
a. Mengetahui rasio pemibitan
b. Mempersiapkan lahan yang bersamaan dengan
pengecambahan dan pengadaan biji. Persiapan lahan
dilakukan dengan :
- Cangkul dalam. Biasanya cangkul dalam dilaksanakan
selama sebulan, tidak boleh terlambat. 1 orang pekerja
mampu mencangkul + 20 m2 lahan.
- Membuat bedengan. Bedengan dibuat dengan arah
utama selatan agar mendapatkan pancaran sinar
matahari yang optimal. Dalam 1 ha terdapat 29 bedeng,
1 bedeng berukuran 3,4 m yang mana dalam 1 bedeng
berisi 1500 tanaman dengan jarak tanam 40 cm x 60 cm.
jadi dalam 1 ha terdapat 43.500 tanaman.
- Pemasangan instalasi air. Hal ini berguna pada saat
pemindahan bibit, karena proses ini membutuhkan air.
- Pembuatan tempat pengecambahan biji. Menghadap ke
timur, lebarnya 1,2 m (jika terlalu luas, akan
menyulitkan pemindahan bibit). Kapasitas tempat
pengecambahan biji (camp bed) adalah 1250 biji. Di
dalam camp bed terdapat 2 komponen; naungan dan
pasir. Pasir digunakan sebagai tempat meletakkan biji
karet. Penyusunan biji dilakukan dengan
menenggelamkan biji hingga hanya terlihat dada biji.
Kemudian disiram tiap pagi dan sore. Setelah 14 hari
biji berkecambah (kriteria biji baik : bisa berkecambah
dalam waktu 1 – 14 hari). Ada 3 stadia perkecambahan;
bintang, pancing (melengkung), dan jarum
(lempeng/kurus). Jika membuat pembibitan dalam partai
besar (lebih dari 1 atau 2 ha) dianjurkan untuk
pemindahan bibit dilakukan pada stadia pancing.
Kriteria biji yang baik yaitu:
Biji yang jatuh setelah 2 hari dari pohon
Memiliki warna putih-kuning
Kulit mengkilap
Mempunyai berat biji yang cukup besar
Biji akan melenting jika dijatuhkan
Pembibitan klonal menggunakan varietas IRR 118, 6T I,
BPMI dan BPM-24, sedangkan untuk tegakan bawah
menggunakan klon LCB (tumbuhnya lama tapi kuat)
- Pemupukan dilakukan setelah daun tua (hari ke-10
sampai 2 bulan) pupuk yang digunakan adalah NPK
dengan rasio 20 gr : 8 gr : 8 gr/pohon.
4. Okulasi
Ada 2 macam okulasi yang bisaa dilakukan, yaitu:
a. Okulasi brown/coklat (9 bulan)
Okulasi ini dilakukan pada pohon yang sudah tua,
batangnya coklat dan tingkat keberhasilan rendah.
b. Okulasi green/hijau (6 bulan)
Okulasi ini dilakukan pada pohon yang masih muda,
batangnya hijau dan tingkat keberhasilan tinggi.
Kegiatan pembibitan ini harus dibarengi dengan
ketersediaan kebun entres, kebun entres berisi tanaman karet
yang akan diambil mata tunasnya sebagai batang atas dalam
okulasi. Dalam 1 m entres biasanya hanya dapat diambil 10-
15 mata tunas yang baik. Jika tanaman karet yang
digunakan untuk batang bawah dibiarkan saja (tidak
diokulasi) maka akan terjadi sendling (hasilnya tidak
maksimal)
Klon rekomendasi untuk batang bawah adalah klon
LCB 30 dan GTI, sedangkan klon rekomendasi untuk
batang atas adalah PB 260, BPM 1, BPM 24, BR 1M 712,
RRI C 101. Ketinggian oksidasinya 5 – 10 cm.
Biasanya pada saat ini akan muncul JAP dan penyakit
daun (mildew). JAP dikendalikan dengan pendalaman
cangkul akar (mencapai 60 cm) dan penyemprotan
fungisida. Sedangkan penyakit mildew dikendalikan dengan
fungisida dan belerang.
Untuk merangsang akar biasanya digunakan ZPT yang
berupa Rhizotane dan urin sapi. Sedangkan untuk pupuk
daun biasanya digunakan pupuk bokashi (campuran urinsa
dan upk) dengan dosis 2 cc/l.
Ukuran polybag yang digunakan 25 x 50 cm.
Penanaman bibit polybag didasarkan pada jumlah kanopi,
jenis klon dan ketinggian klon. Jika terdapat akar saat
pelangsiran maka dilakukan pemotongan dan perawatan 2-3
minggu.
Setelah semua kegiatan dilakukan, perlu diadakan
evaluasi dan konsolidasi. Hal ini berguna untuk mengetahui
bibit yang mati dan segera bisa melakukan penyulaman
(maksimal 2 minggu).
Jadi, proses pembibitan pada TTI (Tanam Tahun Ini)
ada 4 macam, yaitu:
a. Pembibitan kecambah
b. Pembibitan lapangan
c. Pembibitan okulasi
d. Pembibitan pindah polybag
Tahap pembibitan yang kedua adalah pembibitan tahun 2,
yaitu pada bulan Maret-April 2009 yang dilakukan penanaman,
kemudian bulan Oktober dilakukan okulasi. Okulasi ke-2
menghasilkan 212.000 pohon. Pemindahan ke polybag dilakukan
pada tanggal 1 Agustus. Pembuatan polybag dilakukan dengan cara
mengambil top soil selama 1 bulan kemudian diisikan pada
polybag.
Yang diokulasi pada tanaman karet ini adalah mata tunas.
Mata tunas yang bias diokulasikan adalah mata tunas prima
(mempunyai mata tunas besar). Mata tunas palsu adalah mata tunas
yang sangat kecil dan tidak dapat digunakan untuk okulasi
Gambar Tunas Prima dan Gambar Okulasi
Tunas Palsu
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat akan melakukan
okulasi, antara lain:
- Pisau okulasi tidak terkontaminasi penyakit
- Membersihkan batang sebelum diokulasi
- Penempelan tidak harus di mata tunas
Faktor-faktor yang mempengaruhi okulasi antara lain:
- Cuaca (suhu ekstrim karena pengaruh iklim la nina. Pada
daerah jepara ini ilimnya sering berubah-ubah. Waktu awal
musim hujan mundur, waktu berhenti/akhir musim hujan
maju).
- Kondisi tanaman
- Kondisi SDM pengelola kebun
Okulasi dikatakan berhasil jika batang entres tidak mati
jaringannya. Hal ini bisa dilihat/diidentifikasi dengan sedikit
melukai batang dengan kuku. Jika jaringannya masih hijau, maka
dikatakan masih hidup dan sebaliknya. Bisa dilakukan pada 21
HST.
Gambar Batang yang diokulasi dan Okulasi yang Berhasil
d) Pemeliharaan
Pada proses pemeliharaan tanaman karet di perkebunan,
dilakukan dengan 2 macam cara/tahapan, yaitu:
1. Pemeliharaan pada TBM (umur 0-5 th)
Pemeliharaan pada TBM dilakukan dengan membuat lubang
dan covercrop. Namun keberadaan covercrop perlu
diperhatikan juga, jangan sampai pertumbuhan covercrop
mengganggu tanaman utama (karet) dan menurunkan
produktivitasnya.
2. Pemeliharaan pada TM (umur 6 – 33 th)
Pada tanaman karet biasanya terdapat hama rayap dan
pathogen JAP. JAP bisa dikendalikan dengan fosfat dan
belerang pada lubang tanam. Belerang dapat mengondisikan
tanah, sehingga jamur tidak tumbuh.
Pemeliharaan juga dilakukan dengan membuat gondang-
gandung (lubang di pinggir pohon), fungsinya untuk
menurunkan kelembapan tanah, memotong akar lateral dan
merangsang akar rambat. Gondang-gandung berukuran 40 cm
x 30 cm.
Selain itu pemeliharaan juga dilakukan dengan mengukur
lilitan batang setinggi 1 m. Urutan lilit batang pada TBM:
TBM I : pada 8 cm dari pertautan okulasi.
TBM II : pada 15 cm dari pertautan okulasi
TBM III : pada 30 cm dari pertautan okulasi
TBM IV : pada 40 cm dari pertautan okulasi
TBM V : pada 48 cm dari pertautan okulasi
Pembuatan toping juga merupakan cara pemeliharaan
tanaman karet. Toping yaitu membuat/melakukan pemotongan
yang dilakukan pada TM II, mencapai 2,5m-3m, dipotong pada
bagian diatas payung, dengan menggunakan gergaji. Toping
berfungsi untuk membentuk perkecambahan.
Pemupukan dilakukan berdasarkan rekomendasi
balitbang karet, yaitu 150 gr/pohon. Pengendalian gulma
dilakukan dengan menggunakan herbisida sistemik.
Pada wiwilan (tunas air) akan menghambat pertumbuhan
tanaman menghasilkan. Namun di perkebunan ini tidak
terdapat wiwilan pada TBM II.
e) Pemanenan
Pemanenan (penyadapan karet) dilakukan setelah tahun
tanam mencapai 6 tahun. Pemanenan dilakukan dengan
menggunakan pisau sadap bawah, sedangkan pemanenan pada
tahun ke II menggunakan pisau sadap atas. Titik sadap harus
diukur dari pertautan okulasi, dengan ketinggian 130 cm
(menyesuaikan ketinggian penyadap, agar tidak menyulitkan).
a. Umur tanaman mencapai 6 tahun
b. Ketebalan kulit 7 mm – 8 mm
c. Lilit batang mencapai 45 cm ke atas
d. 60% areal harus sudah memenuhi.
Sistem sadap yang diberlakukan di perkebunan adalah S2 D3
(penyadapan dilakukan pada ½ diameter batang dan dilaksanakan 3
hari sehari). Penyadapan dilakukan secara bergilir. Gilir diatur
menjadi gilir A, B dan C, untuk waktu 1 tahun (340 hari). Jadi gilir
A disadap 113 hari, gilir B 113 hari, serta gilir C 113 hari.
Penyadapan harus hati-hati, menggunakan pisau yang tajam dan
tenaga ahli agar kulit tidak rusak. Jika kulit rusak maka akan
timbul benjolan-benjolan (kulit tidak rata) yang mempengaruhi
penyadapan selanjutnya.
Sadap dibuka dengan kemiringan 40o agar saat perpindahan
sadap bawah ke atas tidak terjadi susulan, selain itu cincin
pembuluh latex dapat terpotong dengan lurus, sehingga latex
mengalir cepat. Cincin pembuluh latex terletak di dalam kulit
kerak dan di luar kulit ari. Penyadapan dilakukan 1 mm dari kayu
sehingga cincin latex terpotong 60% dan produksinya menjadi
banyak. Jika 0,5 mm dari kayu, maka cincin latex terpotong 80%
dan beresiko muncul luka kayu.
Penyadapan dilakukan sekitar jam 4 dini hari (bahkan ada
yang jam 2 atau jam 3). Hal ini dikarenakan turgor tanaman masih
tinggi sehingga latex yang keluar banyak. Jika siang hari maka
latex yang keluar akan sedikit, karena luka sadapan cepat menutup.
Biasanya satu pohon karet dapat menghasilkan 500 cc/sadap.
Sehingga produksi dalam satu tahun diasumsikan sebagai berikut :
500 cc x 23650 pohon x 430 = 4.027.300 l/tahun.
Ketinggian 130 cm deprogram satu tahun 25 cm, sehingga 25
cm x 5 tahun = 125 cm. Berarti sisa 5 cm untuk shortcus (potongan
pendek). Jika sudah mencapai shortcut kemudian dipindah ke
bidang sebaliknya (kulit bagian bawah digunakan selama 10 tahun
kemudian pindah ke sadapan atas (super high toping). Setelah
umur tanaman mencapai 16 tahun dilakukan penyadapan bebas
(free taping). Penyadapan dilakukan di sembarang tempat (titik
pada pohon) untuk memaksimalkan latex yang dihasilkan dan tidak
terbuang sia-sia. Setelah itu baru pohon ditebang.
Gambar Proses Penyadapan Bambar Pohon yang disadap
f) Pengolahan Pasca Panen
Sebelumnya dibawa ke tempat pemrosesan selanjutnya
(pabrik) untuk mencegah koagulasi latex maka ditambahkan
amoniak 1 cc/l (amoniak 1 cc/l ini tidak digunakan jika kondisi
latex bagus). Biasanya latex yang diambil dimasukkan ke ember
dan diusahakan sebelum mencapai 5 jam sudah dikirim ke pabrik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi latex (kualitas latex)
adalah:
- Pengaruh alam (kotoran yang tidak sengaja masuk ke latex)
- Sistem sadap
- Klon-klon tertentu
Terdapat 2 lokasi pabrik yang digunakan dalam pengolahan
karet, yaitu pabrik sheet yang berada di Balong dan Pabrik brown
crop (berada di Kabupaten Pati).
Pabrik sheet di Balong menghasilkan produk berupa
lembaran-lembaran. Pabrik sheet merupakan pabrik untuk
pengolahan produk kualitas pertama. Pengolahannya dengan
menambahkan asam semut pada latex, kemudian dengan berbagai
mesin dan melalui beberapa tahap proses Pengeringan, yaitu:
Suhu hari I : 40 – 450 C
Suhu hari II : 45 – 500 C
Suhu hari III : 50 – 550 C
Suhu hari IV : 55 – 600 C
Suhu hari V : 600 C
Pada hari ke lima dibawa ke bagian sortasi. Limbah karet
yang merupakan hasil sortasi diolah kembali karena masih
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pengolahan dilakukan di pabrik
brown crap. Pabrik brown crop (berada di Kabupaten Pati). Pabrik
brown crop digunakan untuk mengolah limbah sortasi yang akan
menjadi produk kualitas II.
Gambar Latex Gambar Karet yang sudah dibakarE. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Komoditas Kelapa Sawit
2. Komoditas Kakao
a. Kesimpulan
1. Perkebunan kakao di kabupaten Jepara sudah tidak
menghasilkan lagi dan hanya menyediakan benih saja
2. Biji diambil dengan mengekstraksi biji menggunakan abu yang
digosokkan pada biji agar pulp hilang
3. Biji dikecambahkan pada stadia serdadu (kulit luar biji
mengelupas)
4. Hasil panen kering menurun dari 15 ton/hari menjadi 5 kg/hari
3. Komoditas Karet
a. Kesimpulan
1. Kebun PTPN IX terletak di kebun Balong kabupaten Jepara
adalah perkebunan dengan komoditi Karet seluas 2442,15 ha
2. Varietas yang ditaman pada perkebunan ini adalah klon dari
varietas unggul yang juga dikembangkan di kebun di daerah
Jamus
3. Klon rekomendasi untuk batang bawah adalah klon LCB 30
dan GTI, sedangkan klon rekomendasi untuk batang atas
adalah PB 260, BPM 1, BPM 24, BR 1M 712, RRI C 101
4. Pengelolaan tanah dilakukan dengan medesain kebun dengan
membuat blok areal minimal 20 pohon/blok untuk
memudahkan pengaturan tenaga kerja dan untuk mengatasi
bibit poliklonal
5. Pembibitan harus mengetahui TTI (Tanaman Tahun Ini) agar
bisa memprediksi atau menghitung jumlah biji yang
dibutuhkan dan areal lahan yang dibutuhkan
6. Penyakit tanaman karet adalah JAP dan penyakit daun
(mildew). JAP dikendalikan dengan pendalaman cangkul akar
(mencapai 60 cm) dan penyemprotan fungisida. Sedangkan
penyakit mildew dikendalikan dengan fungisida dan belerang
7. Pemanenan dilakukan setelah tahun tanam mencapai 6 tahun.
Pemanenan pertama menggunakan pisau sadap bawah dan
pemanenan kedua menggunakan pisau sadap atas
8. Pengolahan pasca panen dilakukan di dua tempat, yaitu pabrik
sheet yang berada di Balong, kab. Jepara dan Pabrik brown
crop yang berada di Kabupaten Pati
b. Saran
Pengamatan dilakukan dengan praktek secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2003. International Cocoa Organization (ICCO), 2003. Quarterly Bulletin of CocoaStatistics. Vol: XXIX (4)
Effendi, Sulaiman., F.G Winarno, M Anwar N.W dan S. Hardjo. 2001. Pengaruh Kondisi Pengolahan Terhadap Mutu Biji Cokelat (Theobroma cacao L) di Perkebunan Bunisari dalam Menara Perkebunan. 51 (2) : 47-56
Susanto, F.X. 2005. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Jakarta: Kanisius.
Kamil, J., 1986. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.
Warta Ekonomi. 2005. Produksi Kakao. http://www.wartaekonomi.com. Diakses 17 Desember 2009.