laporan sulfa 1
TRANSCRIPT
BAB I PENDAHULUAN
Kimia farmasi analisis melibatkan penggunaan sejumlah teknik dan
metode untuk memperoleh aspek kualitatif, kuantitatif, dan informasi struktur
dari seatu senyawa obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya.
- Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam
sampel. Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara
untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam
suatu sampel.
- Analisis kuantitatif adalah analisis untuk mengetahui jumlah (kadar)
absolute atau relative dari suatu elemen atau spesies yang ada di
dalam sampel.
- Analisis struktur adalah penentuan letak dan pengaturan ruang tempat
atom dalam suatu elemen atau molekul, serta identifikasi gugus-gugus
karakteristik (gugus-gugus fungsional) dalam suatu molekul. (Prof. Dr.
sudjadi, M. S., Apt, 2008)
Dalam bidang analisis farmasi, identifikasi bahan baku yang digunakan
sebagai bahan obat atau bahan bantu belum begitu banyak dilakukan. Yang
banyak dilakukan adalah identifikasi anion ataupun kation yang merupakan
bagian bahan obat, bahan baku, bahan bantu dan sediaan untuk senyawa
anorganik maupun senyawa organik, yang pada analisis kedua senyawa
tersebut terdapat perbedaan-perbedaan yang penting.
Senyawa-senyawa anorganik pada umumnya merupakan senyawa
ionik yang dapat ditentukan dengan suatu bagan tertentu, sedangkan
senyawa organik umumnya terikat dalam ikatan kovalen, dan hingga
sekarang belum ada suatu skema atau bagan yang dapat digunakan untuk
melakukan identifikasinya. (Tim Dosen UIT, 2010)
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara analisis
kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan cara analisis
kualitatif terhadap obat-obat golongan sulfonamida.
Adapun prinsip dari percobaan ini adalah melakukan uji sesuai dengan
golongan obat untuk mengidentifikasi golongan sulfonamida dengan
menggunakan pereaksi yang spesifik (DAB HCl dan pereaksi parri).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2,
sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa
sulfonamide adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.
Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina.Dalam
kedokteran,istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim
untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida. (http://www.
Wikipedia-sulfonamida.com)
Diketemukan sulfonamida sebagai obat memberi dampak yang
besar pada khemoterapi dan membangunkan minat dalam
penggunaan inhibisi enzim sebagai mekanisme aksi obat. Obat ini
mulai digunakan pada dekade dalam tahun 1930-1940 untuk
pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Dalam tahun 1935
Domagk menggunakan prontosil untuk pengobatan infeksi yang
disebabkan oleh streptococcus. Orotonsil mula-mula digunakan
sebagai zat warna dalam industri zat warna di Jerman. (Moh. Anief,
1990)
Sulfonamida mencampuri pada penggunaan substrat normal,
(metabolit) oleh enzim yang ada di dalam sel bakteri. Substrat ini
diketahui merupakan senyawa asam p-aminobenzoat dapat diisolasi
dari ragi dan zat tersebut menunjukkan sangat diperlukan bagi
pertumbuhan bakteri. (Moh. Anief, 1990)
Sulfonamida bersifat mikrobiostatik untuk sejumlah besar
bakteri gram positif dan gram negatif, dan berbagai protozoa (seperti
coccidia, Plasmodium spp). Sulfonamida digunakan biasanya dengan
kombinasi agen kemoterapi lainnya untuk merawat infeksi saluran
kencing, malaria, coccidiosis dll. Sulfonamida bertindak sebagai
analog struktural dari asam p-aminobenzoik (PABA), yang
menghambat PABA saat pembentukan asam dihidropteroik dalam
sintesis asam folat. Organisme yang membuat sendiri asam folatnya
dan tidak dapat memakai pasokan eksogen dari vitamin menjadi
sensitif terhadap sulfonamida, karena selnya dapat menyerap obat ini,
sementara organisme yang memerlukan asam folat eksogen untuk
pertumbuhannya tidak sensitif. Penundaan periode beberapa generasi
terjadi antara paparan sel yang sensitif pada sulfonamida dan
penghambatan pertumbuhan; pada saat ini sel menghabiskan
pasokan asam folat endogen yang telah dibuat sebelumnya. Efek
penundaan ini memungkinkan sulfonamida dipakai bersama dengan
antibiotik (misalnya penisilin) yang hanya aktif terhadap organisme
yang tumbuh.
Efek penghambat sulfonamida dapat dinetralkan dengan
memasok sel dengan metabolit yang normalnya membutuhkan asam
folat untuk sintesisnya (misalnya purin, asam amino tertentu); zat
demikian dapat hadir misalnya dalam pus, sehingga sulfonamida
menjadi tidak efektif dalam perawatan infeksi suppuratif tertentu.
Bakteri yang siap mengembangkan resistansi pada sulfonamida,
seperti modifikasi Streptococcus pneumoniae yang dihasilkan lewat
mutasi satu langkah pada sintetase asam dihidropteroik dapat
mengurangi afinitas enzim sulfonamida tanpa mengurangi afinitasnya
pada PABA. Hambatan dari plasmid juga muncul dan dapat terlibat,
misalnya plasmid tersandi sintase asam dihidropteroik resistan
sulfonamida. (http://www.faktailmiah.com)
Gugus Fungsi Sulfonamida
Banyak jenis sulfonamida yang berbeda misalnya dalam sifat
klinisnya, toksisitasnya, dll. Sebagian besar turunan memiliki penyusun
nitrogen dari grup sulfonamida (NH2.C6H4.SO2.NHR). Substitusi
grup p-amino menghasilkan hilangnya aktifitas anti bakterial, namun
turunan demikian dapat dihidrolisa in vivo menjadi turunan yang aktif.
Sebagai contoh, p-Nsuccunylsulfatiazol dan fitalilsulfatiazol tidak aktif
dan sulit diserap perut, namun mereka terhidrolisa pada usus bawah
untuk melepaskan komponen aktif sulfatiazol; obat ini telah digunakan
misalnya pada saat sebelum dan sesudah bedah perut.
Contoh-contoh sulfonamida antara lain:
1. Sulfacetamida (N-[(4-aminofenil)sulfonil]-asetamida)
2. Sulfadiazin
3. Sulfadimetoksin (4-amino-N-(2,6-dimetoksi-4-pirimidinil)
(benzenesulfonamida)
4. Sulfadimidin (sulfametazin : 4-amino-N-(4,6-dimetil-2-pirimidil)
(enzenesulfonamida)
5. Sulfaguanidin (4-amino-N-(aminoiminometil)benzenesulfonamide)
6. Sulfametizol (4-amino-N-(5-metil-1,3,4-tiadiazol-2-il
(benzenesulphonamide)
7. Sulfametoksazol (4-amino-N-(5-metil-3-isoxazolil)
benzenesulfonamide)
8. Sulfatiazol (4-amino-N-2-tiazolilbenzenesulfonamide) dan
sebagainya. (http://www.faktailmiah.com)
Sulfonamida sebagai anti bakteri tidak diserap oleh bakteri
patogen. Namun, bakteri itu menyintesis asam folat yang diperlukan
untuk pertumbuhannya, dari asam para amino benzoat (PABA)
sebagai bahan pangkal sintesis asam folat. Sementara itu,
sulfonamida yang rumusnya menyerupai PABA akan merintangi
proses sintesis asam folat sehingga pembelahan sel bakteri terganggu
dan pertumbuhannya terhenti. (Drs. H. Syamsuni, Apt, 2005)
Sifat-sifat sulfonamide sebagai berikut :
1. Bersifat Amfoter,karena itu susah dipisahkan dengan cara
pengocokan yang umum digunakan dalam analisa organic.
2. Mudah larut dalam aseton,kecuali sulfasuksidin,ftalazol,dan
elkosin.(Tim Dosen,2010).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III hal. 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
2. Alkohol (Farmakope Indonesia edisi III hal. 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, alkohol
Rumus Molekul : C2H5OH
Berat Molekul : 46,07
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah
menguap, dan mudah bergerak, bau khas,
rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam
kloroform p, dan dalam eter p
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya, di tempat sejuk, jauh nyala api
K/P : Zat tambahan
3. Amonium hidroksida (Farmakope Indonesia edisi III hal. 86)
Nama resmi : AMMONIA HYDROXYDUM
Nama lain : Amonia hidroksida
Rumus Molekul : NH4OH
Berat Molekul : 35,05
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, bau khas,
menusuk kuat
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
K/P : zat tambahan
4. Asam Klorida (Farmakope Indonesia edisi III hal 53)
Nama resmi : ACIDUM HYDROCLORIDUM
Nama lain : Asam klorida
Rumus molekul : HCl
Berat Molekul : 36,5
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, berasap, bau
merangsang, jika diencerkan bagian air asap
nam dan bau hilang
Kelarutan : Sangat larut dalam air mendidih, larut dalam
etanol (95%) P, mudah larut dalam gliserol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : zat tambahan
5. Asam Asetat ( Farmakope Indonesia Edisi III. hal 141 )
Nama resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam Asetat
Berat Molekul : 60,5
Rumus Molekul : CH3COOH
Kelarutan : Dapat larut dalam air dan ethanol (95%)
Pemerian : Jernih , tak berwarna , rasa asam tajam
Penyimpanan : Dalam wadahn yang tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
6. Asam sulfat (Farmakope Indonesia Edisi III hal 58)
Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM
Nama lain : asam sulfat
Rumus molekul : H2SO4
Berat molekul : 98,07
Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosit, tidak
berwarna, jika ditimbulkan dalam air
menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
7. DAB HCl ( Farmakope Indonesia Edisi III, hal 668)
Dimetilaminobenzaldehida 125 mg
Asam Sulfat 65 mL
Besi (III) Klorida 0,5 mL
Aquadest 35 mL
Larutkan 125 mg dimetilaminobenzaldehida P kedalam
campuran dingin 65 mL asam sulfat P dan 35 ml air,tambahkan
0,1 ml larutan besi (III) klorida P.Larutan harus dibiarkan selama
24 jam sebelum digunakan,Jika berwarna kuning tidak boleh
digunakan.
8. Natrium Hidroksida ( Farmakope Indonesia Edisi III. Hal 412 )
Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM
Nama lain : Natrium Hidroksida
Berat molekul : 40,00
Rumus molekul : NaOH
Pemerian : Bentuk batang, butiran, masa hablur atau
keping, kering, keras, rapuh dan
menunjukkan susunan hablur; putih, mudah
meleleh basa. Sangat alkalis dan
korosif.Segera menyerap karbodioksida
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam
etanol (95%) P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Zat tambahan.
DM : Sekali 300 mg , sehari 600 mg
9. Sulfadiazin (Farmakope Indonesia edisi III hal. 579)
Nama resmi : SULFADIAZINUM
Nama lain : Sulfadiazina
Rumus Molekul : C10H10N4O2S
N
Rumus bangun : NH2 SO2NH
N
Berat Molekul : 250,27
Pemerian : Serbuk putih, putih kekuningan atau putih
agak merah jambu, hampir tidak berbau,
tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol (95%) p dan dalam
aseton p, mudah larut dalam asam
mineral encer dan dalam larutan alkali
hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
K/P : Antibakteri
10. Sulfamerazin (Farmakope Indonesia edisi III hal. 584)
Nama resmi : SULFAMERAZINUM
Nama lain : Sulfamerazina
Rumus Molekul : C11H12N4O2S
N
Rumus bangun : NH2 SO2NH
N
Berat Molekul : 264,31 CH3
Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau putih
agak kekuningan, tidak berbau atau
hampir tidak berbau, rasa agak pahit.
Mantap di udara kalau kena cahaya
langsung lambat laun warna menjadi
tua.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, dalam
kloroform p dan eter p, sukar larut
dalam etanol (95%) p, agak sukar larut
dalam aseton p, mudah larut dalam
asam mineral encer dan dalam larutan
alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
K/P : Antibakteri
11. Sulfanilamid (Farmakope Indonesia edisi III hal. 587)
Nama resmi : SULFANILAMIDUM
Nama lain : Sulfanilamida
Rumus Molekul : C6H8N2O2S
O
Rumus bangun : H2N S NHCH3
O
Berat Molekul : 172,21
Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran,
putih, tidak berbau, rasa agak pahit
kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 200 bagian air, sangat
mudah larut dalam air mendidih, agak
sukar larut dalam etanol (95%) p, sukar
larut dalam kloroform P, dalam eter p.
Dan dalam benzen p, mudah larut
dalam aseton p, larut dalam gliserol p,
dalam asam klorida p dan dalam alkali
hidroksida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung
dari cahaya
K/P : Antibakteri
12. Tembaga (II) Sulfat ( Farmakope Indonesia Edisi III,Hal 731 )
Nama resmi : CUPPROSIN SULFURICUM
Nama lain : Tembaga (II) Sulfat
Rumus molekul : CuSO4.5.H2O
Pemerian : Prisma triklinik atau serbuk hablur biru
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dalam 3 bagian
gliserol,sangat sukar larut dalam etanol
(95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
13. Vanillin (Farmakope Indonesia Edisi IV hal 822)
Nama resmi : VANILLINUM
Nama lain : Vanilin
Rumus molekul : C9H8O3
Berat Molekul : 152,15
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut
dalam etanol, alam kloroform, dalam
eter, dan dalam larutan alkali hidroksida
tertentu, larut dalam gliseri dan dalam
air panas.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum, putih
hingga kuning, rasa dan bau khas.
Penyimpanan : Dalam wadah yang tertutup rapat, tidak
tembus cahaya.
Kegunaan : Sebagai zat tambahan
Komposisi :
5 gram vanillin dalam 100 ml asam sulfat pekat
Cara pembuatan :
Terhadap derivat metil piridin diatas kaca arloji atau objek: 1 gtt
H2SO4 + beberapa Kristal vanillin, campurkan.+ zat, dipanaskan
diatas nyala api keci : kuning atau hijau muda.( SIE Kesejahteraan
HMF, 1979)
14. Pereaksi Parri (Tim Dosen UIT, hal. 35)
Larutkan 2 g CoCl2 dalam 1 ml HCl ditambah air sampai 100 ml.
Atau 2 g Co-nitrat larutkan dalam 1 ml HCl ditambah air sampai
100 ml.
BAB III METODE KERJA
A. Alat-alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Botol
3. Bunsen
4. Gelas kimia
5. Handscoon
6. Korek api
7. Lap halus
8. Lap kasar
9. Masker
10. Ose bulat
11. Pipet tetes
12. Rak tabung
13. Sendok tanduk
14. Sikat tabung
15. Tabung reaksi
B. Bahan-bahan yang digunakan
1. Aquadest ( H2O )
2. Alkohol ( C2H5OH )
3. Amonium hidroksida (NH4OH)
4. Asam klorida (HCl)
5. Asam Asetat (CH3COOH)
6. Asam Sulfat ( H2SO4)
7. Besi (III) Klorida (FeCl3)
8. DAB HCl
9. Natrium Hidroksida (NaOH)
10. Pereaksi Parri
11. Sulfadiazin (C10H10N4O2S)
12. Sulfamerazin (C11H12N4O2S)
13. Sulfanilamid (C6H8N2O2S)
14. Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
15. Vanillin (C9H8O3)
C. Cara kerja :
1. Uji Organoleptis
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Diamati sampel mulai dari bentuk, rasa, bau dan warna.
2. Uji Pendahuluan
a. Reaksi Korek Api
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dicelupkan ose kedalam HCl encer kemudian dicelupkan ke
masing-masing zat
3. Diletakkan diatas bunzen
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
b. Reaksi dengan DAB HCl
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi
3. Ditambahkan DAB HCl kemudian dihomogenkan
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
3. Uji Penegasan
a. Dengan reaksi parri
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi
3. Ditambahkan alkohol + parri + NH4OH 1 tetes kocok ad
homogen.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
b. Vanilin test
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi
3. Ditambahkan vanilin + H2SO4 kocok ad homogen.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
c. Reaksi dengan CuSO4
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan masing-masing sampel kedalam tabung reaksi
3. Ditambahkan NaOH + CuSO4 kocok ad homogen.
4. Diamati perubahan warna yang terjadi.
BAB IV HASIL PENGAMATAN
A. Tabel pengamatan
1. Uji organoleptis
Gol. sulfonamida
Bau Rasa Bentuk Warna
Sulfadiazin Tidak
berbau
Tidak
berasa
serbuk halus
putih putih
Sulfamerazin Tidak
berbau
Tidak
berasa
serbuk halus
putih putih
Sulfanilamida Tidak
berbau
Agak
pahit Serbuk halus
Putih
kekuningan
2. Uji pendahuluan
a. Uji korek api
Sampel pereaksi Warna Ket
Sulfadiazin HCl Kuning (-) (jingga sampai
jingga kuning)
sulfamerazin HCl Kuning (-) (jingga sampai
jingga kuning)
Sulfanilamid HCl Kuning (-) (jingga sampai
jingga kuning)
b. Uji kelarutan
Sampel air Asam basa etanol kloroform
Sulfadiazin Tidak
larut Larut
Tidak
Larut
Tidak
larut Tidak Larut
sulfamerazin Tidak
larut larut
Tidak
larut
Tidak
larut Tidak larut
Sulfanilamid Tidak
larut larut
Tidak
larut
Tidak
larut Tidak larut
c. Reaksi dengan dab HCl
Sampel Pereaksi Warna Ket
Sulfadiazin DAB HCl Orange pucat (+)
Sulfamerazin DAB HCl Merah tomat (+)
Sulfanilamid DAB HCl Kuning orange (+)
3. Uji penegasan
a. Dengan pereaksi parri
SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN Sulfadiazin Alkohol + Parri +
NH4OH1 tetes Putih Putih putih keruh
(-) Hijau Kotor Ungu
Sulfamerazin Alkohol + Parri + NH4OH 1 tetes
Putih Bening Bening
(-) Violet Merah Jambu
Sulfanilamid Alkohol + Parri + NH4OH 1 tetes
Putih Bening Bening
(-) Biru Tua
b. Vanilin test NO SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN 1. Sulfadiazine Vanilin +
H2SO4
Hijau bening Hijau Pekat
(-) Coklat
2. Sulfamerazin Vanilin + H2SO4
Merah Merah bata
(-) Merah Spesifik
3. Sulfanilamid Vanilin + H2SO4
Hijau bening Hijau Pekat
(-)Agak Merah
c. Reaksi dengan CuSO4
NO SAMPEL PEREAKSI HASIL KETERANGAN 1. Sulfadiazine NaOH +
CuSO4 Biru ungu
(+) Ungu
2. Sulfamerazin NaOH + CuSO4
hijau Putih
(-) Ungu
3. Sulfanilamid NaOH + CuSO4
Biru Putih
(+) Putih
B. Reaksi-reaksi
1. Uji pendahuluan
Reaksi dengan dab HCl
a. C10H10N4O2S + dab HCl merah tomat
b. C11H12N4O2S + dab HCl orange pucat
c. C6H8N2O2S + dab HCl kuning orange
2. Uji penegasan
a. Reaksi dengan pereaksi parri
1. C10H10N4O2S + C2H5OH putih + pereaksi parri
Putih + NH4OH putih
2. C11H12N4O2S + C2H5OH putih + pereaksi parri
+ Bening + NH4OH Bening
3. C6H8N2O2S + C2H5OH + putih + pereaksi parri +
Bening + NH4OH Bening
b. Reaksi dengan vanilin test
1. C10H10N4O2S + CuSO4.5.H2O hijau bening +
H2SO4 hijau pekat
2. C11H12N4O2S + CuSO4.5.H2O merah + H2SO4
merah bata
3. C6H8N2O2S + CuSO4.5.H2O hijau bening +
H2SO4 hijau pekat
c. Reaksi dengan CuSO4
1. C10H10N4O2S + NaOH biru + CuSO4 ungu
2. C11H12N4O2S + NaOH hijau + CuSO4
. putih
3. C6H8N2O2S + NaOH biru + CuSO4. Putih
C. Pembahasan
Dalam kimia, gugus fungsi sulfonamida dituliskan -S(=O)2-NH2,
sebuah gugus sulfonat yang berikatan dengan amina. Senyawa
sulfonamida adalah senyawa yang mengandung gugus tersebut.
Beberapa sulfonamida dimungkinkan diturunkan dari asam sulfonat
dengan menggantikan gugus hidroksil dengan gugus amina. Dalam
kedokteran, istilah “sulfonamida” kadang-kadang dijadikan sinonim
untuk obat sulfa, yang merupakan turunan sulfanilamida.
Pada percobaan sulfonamida digunakan sampel yaitu sulfadiazin,
sulfamerazin, dan sulfanilamid dimana masing-masing sampel terlebih
dahulu dilakukan:
1. uji pendahuluan yaitu diamati bau, rasa, bentuk dan warna.
2. Uji kelarutan yaitu diamati kelarutan sampel pada air, asam (HCl),
basa (NaOH), etanol, dan kloroform
3. Uji golongan
4. Uji penegasan
Pada uji golongan, sulfadiazin, sulfamerazin, dan sulfanilamid
dilarutkan dengan pereaksi dab HCl sehingga masing-masing
menghasilkan warna merah tomat, orange pucat, dan kuning orange.
Dimana hasil tersebut sesuai dengan literatur.
Pada uji penegasan yaitu menggunakan pereaksi parri. Pada
sulfadiazin, dilarutkan dengan alkohol menghasilkan endapan putih
kemudian ditambahkan pereaksi parri menghasilkan warna putih lalu
ditamhakan NH4OH menghasilkan warna putih. Pada sulfamerazin,
dilarutkan dengan alkohol menghasilkn endapan putih kemudian
ditambahkan pereaksi parri menghasilkan warna bening laku
ditambahkan NH4OH menghasilkan warna kuning. Kemudian pada
sulfanilamid menghasilkan warna yang sama pada sulfamerazin. Hal ini
menunjukkan ketidaksesuain dengan literatur karena warna yang
dihasilkan berbeda dengan warna yang dijelaskan pada literatur.
Dengan menggunakan pereaksi vanilin, pada sulfadiazin
ditambahkan vanilin menghasilkan warna hijau bening, kemudian
ditambahkan H2SO4 menghasilkan warna hijau pekat. Pada sulfamerazin
ditambahkan vanilin menghasilkan warna merah kemudian ditambahkan
H2SO4 menghasilkan warna merah bata. Pada sulfanilamid menghasilkan
warna yang sama dengan sulfadiazin. Hal ini menunjukkan
ketidaksesuain dengan literatur karena warna yang dihasilkan berbeda
dengan warna yang dijelaskan pada literatur.
Dengan menggunakan pereaksi CuSO4, pada sulfadiazin
ditambahkan NaOH menghasilkan warna biru kemudian ditambahkan
CuSO4 menghasilkan endapan ungu. Dimana hasil tersebut sesuai
dengan literatur yang ada. Pada sulfamerazin ditambahkan NaOH
menghasilkan endapan hijau kemudian ditambahkan CuSO4
menghasilkan endapan putih. Dimana hasil ini tidak sesuai dengan
literatur. Dan pada sulfanilamid ditambahkan NaOH menghasilkan
endapan biru kemudian ditambahkan CuSO4 menghasilkan endapan
putih. Hasil ini sesuai dengan literatur yang ada.
Adapun ketidaksesuai hasil yang diperoleh dengan literatur
yang ada, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Alat-alat yang digunakan kurang steril
2. Sampel yang digunakan kurang baku
3. Kurangnya ketelitian dalam melakukan percobaan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Sulfadiazin, pada uji golongan menggunakan dab HCl menghasilkan
warna merah tomat, sedangkan pada uji penegasan menggunakan
pereaksi parri menghasilkan warna putih, dengan menggunakan
pereaksi vanilin menghasilkan warna hijau pekat, dan dengan
menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan ungu.
2. Sulfamerazin, pada uji golongan menggunakan dab HCl
menghasilkan warna orange pucat, sedangkan pada uji penegasan
menggunakan pereaksi parri menghasilkan warna bening, dengan
menggunakan pereaksi vanilin menghasilkan warna merah bata, dan
dengan menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan putih.
3. Sulfanilamid, pada uji golongan menggunakan dab HCl menghasilkan
warna kuning orange, sedangkan pada uji penegasan menggunakan
pereaksi parri menghasilkan warna bening, dengan menggunakan
pereaksi vanilin menghasilkan warna hijau pekat, dan dengan
menggunakan CuSO4 menghasilkan endapan putih.
B. Kritik dan saran
Laboratorium
Kami sangat mengharapkan alat dan bahan dilaboratorium
dilengkapi untuk kelancaran praktikum dan memperoleh hasil yang
diinginkan.
Asisten
Arahan serta bimbingan dari asisten sangat diharapkan baik
pada saat praktikum maupun diluar praktikum dan penyusunan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief .Moh,1990. “Perjalanan dan nasib obat dalam badan”, Gadjah mada university press; Yogyakarta
Dirjen RI, 1979, “Farmakope Indonesia Edisi III”, Departemen Kesehatan RI; Jakarta.
Dirjen RI, 1995, “Farmakope Indonesia Edisi IV”, Departemen Kesehatan RI;
Jakarta Faktailmiah.,2010, sulfonamida, 21 november 2010, www.faktailmiah.com
Gholib ibnu.dkk, 2007, “Kimia Analisis Farmasi”, Pustaka pelajar; Yogyakarta.
Sudjadi, M. S., Apt, Prof. Dr, 2008, Kimia Farmasi Analisis, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Tim dosen, 2010, “Penuntun praktikum kimia farmasi analisis”, Universitas
Indonesia Timur ;Makassar. Wikipedia, 2010, sulfonamida, 21 november 2010 www. wikipedia. Com
Syamsuni , Apt, Drs. H, 2005, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, penerbit buku kedokteran EGC; jakarta.