laporan struktur
TRANSCRIPT
KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kareana bimbingan dan rahmat-Nya lah sehingga penulisan laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengn aktu yang ditentukan.Tidak lupa juga penyusun mengucapkan terima kasih, kepada :1. Ir. Jamal Rauf Husain MT,. dan Dr. Eng Asri Jaya, ST, MT. selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi Struktur.2. Orang tua dalam memberikan dukungan moril maupun materi dalam menunjang keberlangsungan perkuliahan.3. Kakak kakak asisten Geologi Struktur yang telah membimbing kami dilapangan.Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini. Semoga laporan ini dapat berguna bagi yang membutuhkan.
Makassar,21 Mei 2014 PenulisBAB IGEOLOGI REGIONAL DAERAH BARRU
A. GEOLOGIREGIONAL
Daerah penelitian ini secara umum keadaan geomorfologi, stratigrafi dan struktur geologinya termasuk dalam peta geologi Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat.Geomorfologi RegionalPada Lembar Pangkajene dan Watampone bagian Barat (Rab. Sukamto,1982) pada pegunungan bagian barat menempati hampir setengahnya luas daerah, yang melebar dibagian selatan (50 km) dan menyempit dibagian Utara (22 km) dengan puncak tertingginya 1694 m dan ketinggian rataratanya 1500 m dari permukaan laut. Pembentuknya sebagian besar batuan gunungapi. Di lereng barat dan di beberapa tempat di lereng timur terdapat topografi karst yang mencerminkan adanya batugamping. Di antara topografi karst pada lereng barat terdapat perbukitan yang dibentuk oleh batuan pada zaman Pra-Tersier. Pegunungan ini dibatasi oleh dataran Pangkajene Maros yang luas, dan sebagian merupakan lanjutan di dataran sekitarnya.Pegunungan yang di Timur relatif lebih sempit dan lebih rendah, dengan puncaknya ratarata setinggi 700 m dari permukaan air laut, sedangkan yang tertinggi adalah 787 m dimana sebagian besar pegunungan ini tersusun dari batuan gunungapi. Di bagian selatannya selebar 20 km dan lebih tinggi, tetapi ke Utara menyempit dan merendah dan akhirnya menunjam ke bawah batas antara lembah Walanae dan dataran Bone. Pada bagian Utara pegunungan ini mempunyai topografi karst yang permukaanya sebagian berkerucut. Batasnya pada bagian Timurlaut adalah dataran Bone yang luas dan menempati hampir sepertiga bagian Timur.Lembah Walanae yang memisahkan kedua pegunungan tersebut dibagian Utara selebar 35 km, tetapi di bagian Selatan hanya 10 km. Ditengah terdapat Sungai Walanae yang mengalir ke Utara. Sedangkan bagian Selatan berupa berbukitan rendah dan dibagian Utara terdapat dataran alluvium yang sangat luas yang mengelilingi Danau Tempe.Stratigrafi RegionalUntuk Stratigrafi Regional daerah penelitian disusun oleh berbagai jenis litologi dari berbagai formasi yang ergolongke dalam satuan batuan tertentu berikut akan dibahas mengenai stratigrafi regional daerah penelitian berdasarkan batuan tertua ke yang termuda.1. Kompleks BasementKompleks basement terdiri atas dua satuan batuan berdasarkan proses pembentukanya, antara lain : Satuan Sekis (Batuan Malihan)Sebagian besar terdiri atas sekis dan sedikit gneiss, dimana secara megaskopis terlihat mineral-mineral diantaranya glaikopan, garnet, epidot, mika dan klorit. Batuan malihan ini umumnya berpandanan miring ke arah Timur-Laut, sebagian besar trebreksikan dan tersesarnaikan kea rah Barat-daya, satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2000 meter dan bersentuhan dengan sebagian batuan disekitarnya. Penarikan kalium/argon diperoleh umur 111 juta tahun (Obradovich, 1974).
Satuan UltrabasaPeridotit, sebagian besar terserpentinitkan, berwarna hijau tua sampai kehitaman, sebagian besar terbreksikan dan tergerus melalui sesar naik kea rah Barat-daya. Pada bagian yang pejal terlihat terlihat struktur berlapis dan beberapa tempat mengandung lensa kromit. Satuan ini tebalnya tidak kurang dari 2500 meter, dan mempunyai sentuhan sesar dengan batuan disekitarnya. Satuan intrusi TrakitTerobosan trakit berupa stok, sill dan retas. Bertekstur porfiri kasar dengan fenokris sanidin dengan warna putih keabuan sampai sampai kelabu muda. Di Tanete Riaja Trakit menerobos batugamping formasi Tonasa dan di Utara Soppeng menerobos batuan gunungapi Soppeng (Tmsv). Penarikan Kalium/Argon trakit menghasilkan umur 10,9 juta tahun.2. Formasi BalangbaruSedimen tipe Flysch, dimana batupasir berselingan dengan batulanau, batulempung, serpih bersisipan konglomerat, Tuva dan lava, dibeberapa tempat konglomerat dengan susunan basalt, andesit, diorite, serpih, sekis kuarsa dan basement batupasir, pada umumnya padat dan sebagian serpih terkesikan, formasi ini mempunyai ketebalan sekitar 2000 meter, tertindih tidak selaras formasi Mallawa dan batuan gunungapi terpropilitkan, dan menindih tidak selaras kompleks tektonik Bantimala. Berdasarkan fasiesnya Formasi Balangbarrutelah dibagi menjadi tiga anggota yaitu Anggota Bua, Anggota Panggalungan dan anggota Allup (Hasan 1991), Anggota Bua dicirikan oleh selaras oleh batugamping Temt, dan menindih tidak selaras batuan sediment kb dan batuan gunungapi Tpv.3. Formasi TonasaTerdiri atas batugamping koral pejal, sebgian terhablurkan, berwarna putih dan kelabu muda, batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih coklat muda dan kelabu muda, sebagian berlapis dan berselingan dengan napal globigerina tufaan, bagian bawahnya mengandung batugamping berbitumen, setempat bersisipan breksi batugamping dan batugamping pasiran. Di daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak serpihan skis dan batuan ultramafik, Batugamping berlapis sebagian mengandung banyak foraminifera kecil dan dan beberapa lapisan napal pasiran mengandung banyak kerang (pelecipoda) dan siput (Gastropoda) besar. Batugamping pejal pada umumnya terkekarkan kuat, di daerah Tanete Riaja, terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur batugamping berlapis.Berdasarkan atas kandungan fosilnya, menunjukan kisaran umur Eosen Awal (Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf). Dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam dan laguna, tebal formasi diperkirakan tidak kurang dari 3000 meter, menindih selaras batuan Formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras oleh formasi Camba, diterobosi oleh sill, retas dan stoc batuan bekuyang bersusunan basalt, trakit dan diorite.Batugamping Formasi Tonasa oleh Wilson (1995) dibagi menjadi lima bagian berdasarkan fasiesnya. Biru area kabupaten Bone, Ralla area kabupaten Barru, Central area Kabupaten Pangkep, Pattunuang Asuearea kabupaten Maros dan Nasara Area Kabupaten Jeneponto. Daerah lokasi penelitian disusun oleh fasies redeposit terdiri dari batugamping fragmental berselingan dengan napal, dibeberapa tempat menunjukan batugamping dengan komponen foram besar, algae serta koral.5. Formasi CambaTerdiri atas batuan sediment laut berselingan dengan batuan gunungapi, batupasir tufa berselingan dengan tufa, batupasir, batulanau, batulempung, konglomerat dan breksi gunung api, dan setempat dengan batubara berwarna beraneka, putih, cokla, kuning, kelabu muda sampai kehitaman umunya mengeraas kuat dan sebagian kurang padat, berlapis dengan tebal antara 4cm-100cm.Tufanya berbutir halus hingga lapilli, tufa lempungan berwarna merah mengandung banyak mineral Biotit, Konglomerat dan breksinya terutama komponen andesit dan basal dengan ukuran antara 2 cm-40 cm. Batugamping pasiran dan batupasir gampingan mengandung pecahan coral dan molusca. Batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung pecahan foram kecil dan molusca. Fosil-fosil yang ditemukan pada satuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah Miosen Akhir (N.9-N.15) pada lingkungan neritik. Ketebalan satuan sekitar 5000 meter. Menindih tidak selaras batugamping Formasi Tonasa (Temt) dan formasi Mallawa (Tem), Mendatar berangsur berubah menjadi bagian bawah dari formasi Walanae (Tmpw). Diterobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basalt piroksin, andesit dan diorite.Anggota Batuan GunungapiBatuan gunungapi bersisipan sediment laut, breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi dan tufa, berbutir halus hingga lapili, bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengnadung sisa tumbuhan batugamping dan napal. Batuanya bersusunan basalt dan diorite, berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan kaluim/argon pada batuan basalt oleh Indonesian Golf Oil berumur17,7 juta tahun dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (Obradovich, 1972) dan basalt dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (Leewen 1978).Beberapa lapisan batupasir dan batulempung pasiran mengandung mollusca dan sebagian koral, sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukan umur satuan ini adalah Miosen Tengah-Miosen Akhir.Batuannya diendapkan kedalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi Camba , menindih tidak selaras batugamping Formasi Camba dan batuan Formasi Mallawa, sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunungapi mengandung sepian batugamping tebal diperkirakan sekitar 4000 meter.6. Endapan UndakTerdiri atas kerikil, pasir dan lempung membentuk datarn rendah bergelombang disebelah Utara Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan alluvium yang lebih muda.7. Endapan Alluvium Danau Dan PantaiTerdiri atas lempung, Lanau, Lumpur pasirdan kerikil disepanjang sungai-sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.
Struktur Geologi RegionalLengan Selatan Pulau Sulawesi secara struktural dibagi atas dua bagian yaitu Lengan selatan bagian Utara dan Lengan Selatan bagian Selatan yang sangat berbeda struktur geologinya (Van Bemellen, 1949).Lengan selatan bagian Utara berhubungan dengan orogen, sedangkan Lengan Selatan bagian Selatan memperlihatkan hubungan kearah jalur orogen yang merupakan sistem pegunungan Sunda.Perkembangan struktur Lengan Selatan bagian Utara pulau Sulawesi di mulai pada zaman Kapur, yaitu terjadinya perlipatan geosinklin disertai dengan kegiatan vulkanik bawah laut dan intrusi Gabro. Bukti adanya intrusi ini terlihat pada singkapan disepanjang pantai Utara Selatan Teluk Bone.Batuan tua yang masih dapat diketahui kedudukan struktur stratigrafi dan tektonikanya adalah sedimen flysch Formasi Balangbaru dan Formasi Marada, bagian bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua, dan bagian atasnya ditindih tak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua merupakan masa yang terimfikasi melalui sejumlah sesar sungkup, terbreksikan, tergerus dan sebagian mencampur dengan malange. Berdasarkan himpunan batuannya diduga Formasi Balangbaru dan Formasi Marada merupakan endapan lereng didalam sistem busur palung pada zaman Kapur Akhir, dan gejala ini menunjukkan bahwa Malange didaerah Bantimala terjadi sebelum Kapur Akhir.Pada kala Palaeosen kegiatan gunungapi bawa laut yang hasil erupsinya dapat terlihat di timur Bantimala dan daerah Barru (Lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai). Pada bagian barat berupa tepi dataran yang dicirikan oleh endapan darat dan batubara pada Formasi Mallawa, sedangkan di daerah timur, berupa cekungan laut dangkal tempat pengendapan batuan klastik bersisipan Karbonat formasi Salokalupang. Pengendapan formasi Mallawa mungkin hanya berlangsung selama awal Pliosen, sedangkan Formasi Salokalupang berlangsung hingga Oligosen akhir.Sejak Eosen Akhir sampai Miosen Awal di daerah Barat terendapkan batuan karbonat yang luas. Dimana hal ini menunjukkan bahwa daerah ini merupakan paparan laut dangkal yang luas, yang kemudian berangsur angsur menurun atau mengalami pendangkalan sejalan dengan adanya proses pengendapan yang terjadi.Sedangkan pada daerah bagian Timur terjadi proses gunungapi yang dimulai sejak Miosen Akhir dimana hal ini ditunjukkan pada daerah Kalamiseng dan Soppeng. Akhir kegiatan gunungapi ini diikuti oleh tektonik yang menyebabkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian menjadi cekungan tempat pembentukan Formasi Walanae. Peristiwa ini kemungkinan besar berlangsung sejak awal Miosen Tengah, dan mengalami penurunan perlahan lahan selama terjadi proses sedimentasi sampai Kala Pliosen. Proses menurunnya Terban Walanae dibatasi oleh dua sistem sesar normal, yaitu sesar Walanae yang seluruhnya nampak hingga sekarang disebelah Timur, dan sesar Soppeng yang hanya tersingkap tidak menerus di sebelah barat.Selama terbentuknya Terban Walanae, ditumur kegiatan gunungapi yang hanya terjadi dibagian sealatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunungapi yang hampir merata dari selatan ke utara, dan ini berlangsung dari Miosen Tengah sdampai Pliosen. Dimana hal ini, bentuk kerucutnya masih dapat diamati di daerah sebelah barat yang diantaranya Puncak Maros dan Gunung Tondongkarambu serta tebing melingkar yang mengelilingi gunung Benrong yang berada di utara gunung Tondongkarambu dan ini mungkin merupakan sisa kaldera.Sejak Miosen Tengah terjadi sesar utama yang mempunyai arah Utara Baratlaut dan tumbuhsampai setelah Pliosen. Perlipatan besar yang berarah hampir sejajar dengan sesar utama diperkirakan terbentuk sehubungan adanya tekanan mendatar yang kira kira berarah Timur Barat pada waktu sebelum Akhir Pliosen. Tekanan ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan pra Kapur Akhir di daerah Bantimala ke atas batuan Tersier. Perlipatan penyesaran yang relatif lebih kecil dibagian timur Lembah Walanae dan dibagian barat timur Lembah Walanae dan dibagian barat pegunungan Barat, yang berarah Barat laut Tenggara dan merencong, kemungkinan besar terjadi oleh gerakan mendatar ke kanan sepanjang sesar besar.
B. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN
Geomorfologi Regional
Bentuk morfologi yang menonjol didaerah ini adalah kerucut Gunungapi Lompobattang yang menjulang mencapai ketinggian 2876 meter diatas permukaan laut. Kerucut Gunungapi Lompobattang ini dari kejauhan masih mempelihatkan bentuk aslinya dan tersusun oleh batuan gunugapi berumur Pliosen.Dua bentuk kerucut tererosi lebih sempat sebarannya terdapat disebelah barat dan disebelah utara gunung Lompobattang. Disebelah barat terdapat gunug Baturape mencapai ketinggian 1124 meter, dan disebelah barat terdapat gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 meter. Kedua bentuk kerucut tererosi ini disusun oleh batuan gunungapi berumur Pliosen.Di bagian Utara terdapat dua daerah yang dicirikan oleh tofografi karst yang dibentuk oleh batugamping formasi Tonasa. Kedua daerah bertofografi karst ini dipisahkan oleh pegunungan yang tersusun oleh batuan gunungapi yang berumur Miosen Bawah sampai Pliosen.Di sebelah barat gunung Cindako dan disebelah utara Baturape merupakan daerah berbukit yang halus dibagian Barat. Bagian barat mencapai ketinggian Kira-kira 500 meter diatas permukaan laut dan hampir merupakansuatu dataran. Bentuk morfologi ini tersusun oleh batuan klastik gunung api berumur Miosen. Bukit-bukit yang memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke gunung Cindako dan Baturape berupa retas-retas Basalt.Pesisir barat merupakan dataran rendah yang sebagian besar terdiri dari daerah rawa dan daerah pasang surut, beberapa sungai besar membentuk daerah banjir di dataran ini. Di bagian timurnya terdapat bukit-bukit terisolir yang tersusun oleh batuan klastik gunungapi Miosen Pliosen.Pesisir barat ditempati oeh morfologi berbukit memanjang rendah dengan arah umum barat laut Tenggara. Pantainya berliku-liku membentuk beberapa teluk. Daerah ini tersusun oleh batuankarbonat dari Formasi Tonasa.StratigrafiQac : Endapan Aluvium, Danau dan Pantai; lempung, lanau, lumpur, pasir dan kerikil di sepanjang sungai sungai besar dan pantai. Endapan pantai setempat mengandung sisa kerang dan batugamping koral.Tmcv : Anggota Batuan gunungapi ; batuan gunungapi bersisipan batuan sedimen laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus hingga lapilli; bersisipan batupasir tufaan, batupasir gampingan, batulempung mengandung sisa tumbuhan, batugamping dan napal. Batuannya bersusunan andesit dan basal, umumnya sedikit terpropilitkan, sebagian terkersikkan, amigdaloidal dan berlubang-lubang, ditrobos oleh retas, sill dan stock bersusunan basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat. Penarikan Kalium/Argon pada batuan basal oleh Indonesian Gulf Oil berumur 17,7 juta tahun, dasit dan andesit berumur 8,93 juta tahun dan 9,92 juta tahun (J.D.Obradovich, 1972), dan basal dari Barru menghasilkan 6,2 juta tahun (T.M. van Leeuwen, 1978).Beberapa lapisan batupasir dan batugamping pasiran mengandung moluska dan serpian koral. Sisipan tufa gampingan, batupasir tufa gampingan, batupasir gampingan, batupasir lempungan, napal dan batugamping mengandung fosil foraminifera. Berdasarkan atas fosil tersebut dan penarikan radiometri menunjukkan umur satuan ini adalah miosen tengah-Miosen Akhir.Batuannya sebagian besar diendapkan dalam lingkungan neritik sebagai fasies gunungapi Formasi camba, menindih tidak selaras batugamping Formasi camba dan batuan Formasi Mallawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat, setempat breksi gunugapi mengandung sepaian batugamping, tebal diperkirakan tidak kurang dari 4.000 meter.Tmsv : batuan gunungapi Soppeng; breksi gunungapi dan lava, dengan sisipan tufa berbutir pasir sampai lapili dan batulempung; dibagian utara lebih banyak tufa dan breksi, sedangkan dibagian selatan lebih banyak lavanya; sebagian bersusunan basal piroksin dan sebagian basal leusit, kandungan leusitnya semakin banyak ke arah Selatan; sebagian lavanya berstruktur bantal dan sebagian terbreksikan; breksinya berkomponen antara 5 cm 50 cm, warnanya kebanyakan kelabu tua sampai kelabu kehijauan.Batuan gunung api ini pada umumnya terubah kuat , amigdaloidal dengan mineral sekunder berupa urat karbonat dan silikat, diterobos oleh retas (0,5 m 1,0 m) menindih tak selaras batugamping Formasi Tonasa dan ditindih selaras batuan Formasi camba; diperkirakan berumur Miosen Bawah.Struktur GeologiStruktur Geologi RegionalBatuan tua yang tersingakap didaerah ini adalah sedimen flisch formasi Marada, berumur kapur atas. Asosiasi batuannya memberikan petunjuk suatu endapan lereng bawah laut, ketika kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu. Kegiatan magma berkembang menjadi suatu gunungapi pada waktu kira-kira 63 juta tahun, dan menghasilkan batuan gunungapi terpropilitkan.Lembah Walanae di Lembar Pangkajane Bagian Barat sebelah Utaranya menerus ke lembar Ujung Pandang, Benteng dan Sinjai melalui sinjai di pesisir Timur. Lembah ini memisahkan batuan berumur Miosen, yaitu sedimen klastika formasi Salokalupang di sebelah timur dari Sedimen Karbonat Formasi Tonasa di sebelah Baratnya. Rupanya pada Kala Eosen daerah sebelah barat lembah Walanae merupakan paparan laut dangkal dan sebelah timurnya merupakan suatu cekungan sedimentasi dekat dataran.Paparan Laut dangakal Eosen meluas sampai ke seluruh lembar peta, yang bukitnya ditunjukan oleh sebaran formasi Tonasa di sebelah barat barru, sebelah Timur Maros dan sekitar Takalar. Endapan paparan berkembang selama Eosen sampai Miosen Tengah. Sedimentasi klastika sebelah Timur Lembah Walanae rupanya berhenti pada akhir Oligosen, dan diikuti oleh kegitan gunungapi yang menghasilkan Formasi Kalamaseng.Akhir dari kegiatan gunungapi Miosen Awal yang diikuti oleh tektonik yang mengakibatkan terjadinya permulaan terban Walanae yang kemudian terjadi cekungan dimana formasi Walanae terbentuk. Peristiwa ini kemungkinan besar tejadi pada awal Miosen tengah, dan menurun perlahan selama sedimentasi sampai kala Pliosen.Menurut cekungan Walanae dibarengi dengan kegiatan gunungapi yang terjadi secara luas di sebelah Bartnya dan mungkin secara lokal di sebelah Timurnya. Peristiwa ini terjadi selama Miosen tengah sampai Pliosen. Semula gunungapinya terjadi dimuka laut, dan kemungkinan sebagian muncul di permukaan pada kala Pliosen. Kegiatan gunungapi selama Miosen menghasilkan Formasi Camba, dan selama Pliosen menghasilkan Batuan gunungapi Baturape-Cindako kelompok retas basal berbentuk radier memusat kegunungapi Cindako dan gunung Baturape, terjadinya mungkin berhubungan gerakan mengkubah pada kala Pliosen.Kegiatan gunungapi di daerah ini masih berlangsung dengan kala Plistosen, menghasilkan batuan gunungapi Lompobattang. Berhentinya kegiatan magma pada akhir Plistosen, diikuti oleh tektonik yang menghasilkan sesar-sesar en echelon (merencong) yang melalui gunung Lompobattang berarah Utara Selatan. Sesar-sesar en echelon mungkin akibat dari suatu gerakan yang mendatar dekstral dari pada batuan alas dibawah Lembar Walanae. Sejak kala Pliosen pesisir barat Ujung Lengan Sulawesi Selatan ini merupakan dataran stabil, yang pada kala Holosen hanya terjadi endapan alluvium dan rawa-rawa.
BAB IIDATA STRUKTUR KEKAR
A. DATA KEKAR ( DILATATIONAL/EXTENSION JOINT ) TabelINOSTRIKENOSTRIKENOSTRIKENOSTRIKE
1303202243911958270
221213104018559294
33002251412396027
430423674225861314
5302242984319062197
6222252264423963215
7310262284527064300
830627274619265192
9305281194721566301
104529494827967212
11443029449556820
1240312055026569310
1322532112513270185
14219331195221971295
1516434307532572184
1640353045419573182
1744361315525774180
18307373085619075203
19193381515729776315
Tabel Data Kekar I NODIPNODIPNODIPNODIP
153207639675878
240214340715956
362226641656057
451234342686163
545246043706273
663258044686379
769266145646464
878275946606568
974284247656665
1079294148656760
1141307149606863
1269315250606975
1363327051587072
1472336952757170
1570345953597285
1666355854857369
1775368155757472
1851376256697562
1964386657617670
Tabel Data Kekar 360NoData Kekar NWData Kekar NE
Strike ()FrekuensiStrike ()Frekuensi
TurusJumlahTurusJumlah
10-1000-100
211-20011-20I1
321-30021-30IIII4
431-40031-40III3
541-50IIIII541-50IIII4
651-60IIIIIIIIIIII1251-60II2
761-70IIIII561-70I1
871-80071-800
981-90III381-900
1091-100I191-1000
11101-110II2101-1100
12111-1200111-120IIII4
13121-130II2121-1300
14131-140IIIII5131-140I1
15141-150IIIII5141-1500
16151-160II2151-160I1
17161-170IIIIIII7161-170I1
18171-180IIII4171-180I1
5323
Tabel: Data Kekar 180NoData Kekar NWData Kekar NE
Strike ()FrekuensiStrike ()Frekuensi
TurusJumlahTurusJumlah
10-10I10-10IIIIII6
211-2011-20IIIIIII7
321-30II221-30IIIIII6
431-4031-40IIIIIIIIII10
541-50IIIII541-50IIIIIIII8
651-60IIIIIIIIIIII1251-60III3
761-70IIIIIIIII961-70I1
871-8071-80II2
981-90IIII481-90
3343
Tabel Data Kekar 2No.Bukaan Kekar (cm)Panjang Kekar (cm)Spasi Kekar (cm)Jenis MineralLuas Bukaan (cm)
10.42228.8
20.11801.8
30.21583
41201020
50.818014.4
60.3521.5
70.51095
80.28141.6
9117017
100.63131.8
110.4562
120.213122.6
130.318185.4
140.5117058.5
150.32016
160.3852.4
170.232166.4
180.517128.5
190.6301518
200.21232.4
21222744
220.41827.2
230.21593
240.32036
250.118111.8
260.45102
270.51035
280.68144.8
290.21763.4
300.3350.9
3115105
320.5112856
330.620912
340.418127.2
350.3581.5
360.410144
3718118
380.21753.4
390.1300.3
400.3521.5
410.31323.9
420.41857.2
430.41234.8
440.22014
450.21102.2
460.5603
470.4311.2
480.4732.8
490.31073
500.31845.4
510.23527
520.61006
530.4803.2
540.117111.7
550.1380.3
560.2521
570.21332.6
580.41877.2
590.41264.8
600.520310
610.51105.5
620.3611.8
630.3300.9
640.2761.4
650.21002
660.11831.8
670.13513.5
680.635021
690.611156.6
700.4803.2
710.410104
720.532016
730.5512.5
740.31604.8
750.372021.6
760.41351354
B. ANALISIS KERAPATAN KEKARRumus : = L/(p+l)Dimana: = Density (Volume/Kerapatan) L= Luas dari masing-masing kekar( + l )= Luas dari area pengukuran kekar 10= L/(p+l) = 0.0045 11= L/(p+l) = 0.005 12= L/(p+l) = 0.0065 13= L/(p+l)= 0.0135 14= L/(p+l)= 0.14625 15= L/(p+l)= 0.015 16 = L/(p+l)= 0.006 17 = L/(p+l)= 0.016 18 = L/(p+l)= 0.02125
1= L/(p+l)= 0.022 2= L/(p+l)= 0.0045 3= L/(p+l)= 0.0075 4= L/(p+l)= 0.05 5= L/(p+l)= 0.036 6= L/(p+l)= 0.00375 7= L/(p+l)= 0.0125 8= L/(p+l)= 0.004 9= L/(p+l)= 0.0425
19= L/(p+l) 31= L/(p+l) = 0.0125 32= L/(p+l) = 0.14 33= L/(p+l) = 0.03 34= L/(p+l)= 0.018 35= L/(p+l)= 0.00375 36= L/(p+l)= 0.01 37 = L/(p+l)= 0.02 38 = L/(p+l)= 0.0085 39 = L/(p+l)= 0.00075 40 = L/(p+l)= 0.00375 41= L/(p+l)= 0.00975 42 = L/(p+l) = 0.018
= 0.045 20 = L/(p+l)= 0.006 21= L/(p+l)= 0.11 22 = L/(p+l) = 0.018 23 = L/(p+l) = 0.0075 24= L/(p+l)= 0.015 25 = L/(p+l)= 0.0045 26 = L/(p+l)= 0.005 27 = L/(p+l)= 0.0125 28 = L/(p+l)= 0.012 29 = L/(p+l)= 0.0085 30= L/(p+l)= 0.00225
43 = L/(p+l) 56= L/(p+l) = 0.0025 57= L/(p+l) = 0.0065 58= L/(p+l)= 0.018 59= L/(p+l)= 0.012 60= L/(p+l)= 0.025 61= L/(p+l)= 0.01375 62 = L/(p+l)= 0.0045 63 = L/(p+l)= 0.00225 64 = L/(p+l)= 0.0035 65= L/(p+l)= 0.005 66= L/(p+l)= 0.0045 67 = L/(p+l)= 0.00875 68 = L/(p+l)= 0.0525
= 0.012 44= L/(p+l)= 0.01 45 = L/(p+l)= 0.0055 46 = L/(p+l)= 0.0075 47 = L/(p+l)= 0.003 48 = L/(p+l)= 0.007 49 = L/(p+l)= 0.0075 50= L/(p+l)= 0.0135 51= L/(p+l)= 0.0175 52 = L/(p+l) = 0.015 53 = L/(p+l) = 0.008 54= L/(p+l)= 0.00425 55= L/(p+l) = 0.00075
69 = L/(p+l)= 0.0165 70= L/(p+l)= 0.008 71= L/(p+l)= 0.01 72 = L/(p+l) = 0.04 73 = L/(p+l) = 0.00625 74= L/(p+l)= 0.012 75= L/(p+l)= 0.054 76= L/(p+l)= 0.135
C. ANALISIS ARAH GAYA UTAMA-ANALISIS BERDASARKAN DIAGRAM ROSE
Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan maksimum (1) N220E dan arah tegasan minimum (3) N40E.
-ANALISIS BERDASARKAN STEREOGRAFIS
Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan maksimum (1) N220E dan arah tegasan minimum (3) N40E.
BAB IIIDATA STRUKTUR SESARA. Data Sesar Minor Tabel 1 : Data sesar minor/shear joint/hybrid jointFault Plane (Kuadran)Striasi (Azimuth)Arah PlungeShear Sense
Strike (...)Dip (...)Arah Slip (...)Plunge (...)
30051N60E50ES
32062N20E61ES
28889N70W62NS
27560N70W 65WS
28576N70W61WD
30137N70W 69WD
14549N71W60ES
29450N80E58ED
3631N78E 32WD
29377N60E50ED
31058N10E21WS
3082N30E 46WS
20072N90E46ED
18032N60E44ED
Tabel 2 : Dimensi data sesar minor/shear jointNoPanjang Sesar (m)Bukaan (cm)Shear Sense
110,8 117S
21,852S
32,252S
41,544S
50,716,3D
63,450D
7630S
811,840S
B. Analisis Stress State (MIM-software)
Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan maksimum (1) N156E dan arah tegasan minimum (3) N66E.
Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan maksimum (1) N156E dan arah tegasan minimum (3) N66E.
BAB IVDATA LIPATANA. Data LipatanNoStrike/Dip (Limb Kiri)Strike/Dip (Limb Kanan)Axial LineAxial Plane/Surface
1N 117oE12oN 225oE36oN 235oE17oSN 235oE20oE
B. Klasifikasi LipatanBerdasarkan analisis data lapangan, maka didapatkan sudut interlimb sebesar 107 dan sudut penunjaman (plunge) sebesar 20.Maka berdasarkan klasifikasi lipatan menurut Fleuty (1964), dapat ditentukan jenis lipatan berdasarkan nilai sudut interlimb (sudut yang dibentuk oleh perpotongan dan perpanjangan kemiringan limb) dan nilai sudut penunjaman (plunge). Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
C. Analisis Arah Gaya (Konsistensi dengan sesar, struktur lainnya)
Berdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah gaya N 235oE.
BAB VKESIMPULANA. Jenis KekarAdapun jenis kekar yang dapat diinterpretasikan dari data yang diperoleh dilapangan ialah jenis kekar pada singkapan batuan ini ialah Kekar Gerus (Shear Joint), yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang cenderung mengelincir bidang satu sama lainnya yang berdekatan.Adapun ciri-ciri dilapangan :Biasanya bidangnya licin.Memotong seluruh batuan.Memotong komponen batuan.Biasanya ada gores garis.Adanya joint set berpola belah ketupat.B. Densitas KekarBerdasarkan hasil analisis data kerapatan kekar dilapangan maka nilai rata-rata dari kerapatan kekar ini ialah 0.019605. Maka dapat disimpulkan bahwa ketahanan batuan dari batuan ini ialah lemah.C. Sejarah Deformasi (Umur relatif kekar, sesar dan lipatan)Sesar normal (Ekstensional fault) terbentuk akibat adanya tegasan ekstensional (gaya tarikan), sehingga pada bagian tertentu gaya gravitasi lebih dominan. Kondisi ini mengakibatkan dibeberapa bagian tubuh batuan akan bergerak turun yang selanjutnya lazim dikenal sebagai proses pembentukan sesar normal.Sesar normal terjadi apabila Hanging wall relatif bergerak ke bawah terhadap foot wall. Gerak sesar normal ini dapat murni tegak atau disertai oleh gerak lateral (sinistral atau dekstral). Sistem tegasan pembentuk sesar normal adalah ekstensional, dimana posisi tegasan utamanya vertikal sedangkan kedudukan tegasan menengah dan minimum adalah lateral.Sesar normal umumnya terbentuk lebih dari satu bidang yang posisinya relatif saling sejajar. Apabila bidang sesarnya lebih dari satu buah, maka bagian yang tinggi dinamakan sebagai horst dan bagian yang rendah dinamakan sebagai graben. Selanjutnya apabila jenjang dari bidang sesar normal ini hanya berkembang di salah satu sisi saja (gawir sesar hanya dijumpai pada salah satu lereng saja), maka kelompok sesar tersebut lazim dinamakan sebagai half graben dan apabila jenjang bidang sesar normalnya berpasangan maka dinamakan sebagai graben.Berdasarkan pada bentuk bidang sesar, maka sesar normal ini dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu Planar Ekstensional Fault dan Listric Ekstensional Fault. Selanjutnya Planar ekstensional fault berdasarkan ada tidaknya rotasi, dibedakan menjadi Non-rotational planar fault dan Rotational planar fault.Secara lokal, pembentukan sesar normal dapat terjadi akibat sistem tegasan kompresional. Terbentuknya Pull apart basin, merupakan salah satu contoh dalam kasus ini. Contoh ideal dari pembentukan pull apar basin adalah terbentuknya beberapa rendahan atau cekungan (dapat berupa danau). Di beberapa lokasi sepanjang jalur Sesar Semangko, dijumpai beberapa danau yang pembentukannya dikontrol oleh sesar ini. Pembentukan sesar Semangko ini dipengaruhi oleh sistem tegasan kompresional, sedangkan pembentukan danaunya sendiri dipengaruhi oleh tegasan ekstensional. Dalam kasus ini pembentukan pull apart terjadi pada bagian sesar en-echelon.Berdasarkan data yang diperoleh, satuan ini menunjukan kisaran umur Miosen Tengah Miosen Akhir (N.9-N.15).D. Hubungan Gaya Utama Hasil Analisis Data Lapangan Dengan RegionalBerdasarkan hasil analisis dinamik ini menunjukkan bahwa arah tegasan maksimum (1) N156E dan arah tegasan minimum (3) N66E.
DAFTAR PUSTAKAAnonim.2010.http://one2land.wordpress.com.struktur-geologi-pulau-batukalasi-kabupaten-barru-propinsi-sulawesi-selatan. Diakses pada tanggal 22 Mei 2014, pukul 03.44 WITAFarid.2011.http://faridhatake.blogspot.com.apa-itu-sesar. Diakses pada tanggal 22 Mei 2014, pukul 04.44 WITA