laporan simulasi

3
Nama : Erie Kusuma W Nim : 0811243074 Mata Kuliah : Diplomasi dan Negosiasi Tugas : Rangkuman simulasi negara Dalam simulasi yang telah dilakukan, secara keseluruhan telah mendapat apresiasi yang aktif terhadap perwakilan masing-masing negara. Delegasi yang mewakili negara masing- masing telah berjuang untuk menyakinkan negara juri bahwa negaranyalah yang berhak dan layak mendapat bantuan dari Global Solutions Coalition (GSC). Materi kasus yang dibawa perwakilan delagasi negara sangat beragam. Seperti negara Yarindo yang membawa kasus banjir bandang dan tanah longsor yang melanda negaranya. Perekonomian mereka pun terpuruk karena perekonomian negara ini bergantung pada pertanian dan pertenakan. Negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 10 juta jiwa ini memiliki program “Help to Helping” dimana program ini adalah bantuan dari GSC akan digunakan Yarindo untuk memperbaiki perekonomiannya yang memang bergerak dibidang pangan dan hasil tersebut digunakan Yarindo untuk membantu negara lain yang memang layak untuk mendapat bantuan. Yarindo yakin program ini akan akan berhasil jika memang bantuan tersebut mereka dapat. Namun Yarindo memiliki kelemahan dalam kasus negaranya yang sempat bersitegang dengan negara Asrappe. Kurbani adalah negara yang memiliki jumlah penduduk 5 juta jiwa, yang membawa kasus gempa bumi di negaranya. Delegasi negara ini mengatakan gempa yang melanda negaranya adalah gempa terbesar yang pernah melanda negara ini. Infrastruktur negara itupun hancur, suplai air bersihpun tercemar dengan bahan kimia pertanian. Mereka meminta bantuan $18juta untuk memperbaiki infrastruktur negara mereka yang telah hancur.

Upload: wardhana

Post on 12-Jul-2016

47 views

Category:

Documents


32 download

DESCRIPTION

diplomasi

TRANSCRIPT

Page 1: laporan simulasi

Nama : Erie Kusuma W

Nim : 0811243074

Mata Kuliah : Diplomasi dan Negosiasi

Tugas : Rangkuman simulasi negara

Dalam simulasi yang telah dilakukan, secara keseluruhan telah mendapat apresiasi yang aktif terhadap perwakilan masing-masing negara. Delegasi yang mewakili negara masing-masing telah berjuang untuk menyakinkan negara juri bahwa negaranyalah yang berhak dan layak mendapat bantuan dari Global Solutions Coalition (GSC).

Materi kasus yang dibawa perwakilan delagasi negara sangat beragam. Seperti negara Yarindo yang membawa kasus banjir bandang dan tanah longsor yang melanda negaranya. Perekonomian mereka pun terpuruk karena perekonomian negara ini bergantung pada pertanian dan pertenakan. Negara yang memiliki jumlah penduduk lebih dari 10 juta jiwa ini memiliki program “Help to Helping” dimana program ini adalah bantuan dari GSC akan digunakan Yarindo untuk memperbaiki perekonomiannya yang memang bergerak dibidang pangan dan hasil tersebut digunakan Yarindo untuk membantu negara lain yang memang layak untuk mendapat bantuan. Yarindo yakin program ini akan akan berhasil jika memang bantuan tersebut mereka dapat. Namun Yarindo memiliki kelemahan dalam kasus negaranya yang sempat bersitegang dengan negara Asrappe.

Kurbani adalah negara yang memiliki jumlah penduduk 5 juta jiwa, yang membawa kasus gempa bumi di negaranya. Delegasi negara ini mengatakan gempa yang melanda negaranya adalah gempa terbesar yang pernah melanda negara ini. Infrastruktur negara itupun hancur, suplai air bersihpun tercemar dengan bahan kimia pertanian. Mereka meminta bantuan $18juta untuk memperbaiki infrastruktur negara mereka yang telah hancur.

Kilaamaku negara pulau yang bergantung pada sektor laut mereka. Negara ini dilanda bencana gunung meletus. Lebih dari 16.000 ribu penduduk kehilangan harta benda mereka. Tak ada satu pun korban yang meninggal karena kesinggapan dari pihak pemerintah yang telah melakukan status siaga sejak 2 bulan sebelum kejadian. Bencana yang melanda Kilaamaku tak hanya gunung meletus tapi mereka terancam dilanda kelaparan dan perekonomian yang anjlok akibat sektor utamanya dibidang kelautan tercemar oleh minyak kapal tanker negara Asrape yang karam di perairan Kilaamaku. Delagasi Kilaamaku meminta bantuan $18 juta untuk memperbaiki dan membangun kembali infrastruktur mereka yang hancur. Delegasi Kilaamaku pun meminta Asrappe bertanggung jawab atas pencemaran yang terjadi di perairannya. Mereka juga mengatakan “Kilaamaku berhak mendapat bantuan ini karena bencana ini murni kejadian alam” pangkasnya.

Page 2: laporan simulasi

Asrappe negara kaya akan mineral alam yang mengalami ancaman kelaparan. Sungguh ironis negara yang menjadikan minyak dan mineral alam sebagai komoditi utama namun penduduknya mengalami kelaparan. Negara berpenduduk 20 juta jiwa ini terbagi terbelah menjadi dua yaitu Asrappe utara dengan Asrappe selatan. Ketipangan antara utara dengan selatan menjadikan utara lebih maju daripada selatan. Penduduk Asrappe selatan banyak yang mengalami kelaparan. Mungkin hasil dari komoditi negara tersebut dipergunakan untuk memperkuat militernya untuk berperang dengan negara Yarindo. Delegasi Asrappe meminta $22 juta untuk mengatasi kasusnya dan memberi bantuan kepada Kilaamaku. Namun dengan angka yang fantastis tersebut semakin menguatkan negara Asrappe untuk memperkuat militer mereka.

Munkari adalah negara dengan pendemik Hiv/Aids. Negara ini memiliki fasilitas yang tak memadai dalam paramedis dan penanganan pasien Aids. Delegasi Munkari meminta bantuan $13 juta untuk penaganan pasien dan memperbaiki fasilitas medis mereka. Delegasi Munkari mengatakan “kita tak mau pandemik ini menjangkit ke negara anda maka satu-satunya jalan adalah memberi kita bantuan untuk memperlambat pandemik ini”. Negara dengan komoditi teh tekstil dan tembakau ini juga mengatakan negara sangat terbuka untuk siapa saja untuk berkoalisi dengan kita, kita adalah negara yang terbuka. Berbagai kecaman pun datang menghampiri negara berpenduduk lebih dari 13 juta ini, seperti “pandemik yang negara anda alami jelas kesalahan negara anda sendiri, dan faktor terbesar adalah budaya negara anda” kecam salah satu anggota negara juri.

Dalam keputusannya negara juri menjatuhkan kemenangan mutlak kepada negara Kilaamaku yang berhak mendapat bantuan $15 juta. Menurut para negara juri kemenangan atas Kilaamaku didasarkan negara ini relatif lebih menderita daripada negara lain. Sangat mengejutkan memang, dimana negara Kilamaaku tidak memiliki program yang akan membantu negara lain.

Menurut pandangan saya, alokasi dana ini sangat tak adil. Negara juri hanya memandang dari segi hati nurani. Padahal jelas alokasi dana kepada Kilaamaku hanya akan mensejahterkan salah satu negara saja. Beda kalau negara juri memilih Yarindo sebagai pemenang alokasi dana bantuan ini. Yarindo memiliki program Help to Helping yang bertujuan untuk membantu semua negara yang mengalami bencana. Tak adil memang bagi semua negara namun gabungan negara juri telah menjatuhkan keputusan yang mutlak.