laporan ringkas - bappeda.banyuwangikab.go.id filesistem jaringan drainase perkotaan secara...
TRANSCRIPT
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
1
LAPORAN RINGKAS
11.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
1.1 Latar Belakang
Kawasan Pelabuhan Ketapang merupakan salah satu kawasan yang
potensial dan strategis di Kabupaten Banyuwangi dengan Kegiatan utamanya
Pelabuhan Penyeberangan ASDP Ketapang Gilimanuk dan Pelabuhan
Tanjungwangi. Dengan adanya dua kegiatan Pelabuhan tersebut, secara tidak
langsung akan memberikan peluang berkembangnya investasi untuk kegiatan –
kegiatan lain yang berhubungan dengan kegiatan pelabuhan.
Perkembangan Kawasan Pelabuhan Ketapang lambat laun akan menjadi
wilayah yang cukup strategis dari sudut pandang ekonomi sehingga aktifitas
pergerakan pola aliran barang jasa baik dari dalam kota sampai luar kota
volumenya semakin meningkat.
Dengan demikian maka Kawasan Pelabuhan Ketapang secara langsung
berperan dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Kabupaten
Banyuwangi.
Agar pertumbuhan ekonomi sesuai dengan yang diharapkan, maka salah
satu program pembangunan Nasional maupun daerah yaitu Program
Pengendalian Banjir harus juga diprioritaskan.
Program ini ditujukan untuk mengurangi tingkat resiko dan periode
genangan banjir, serta menanggulangi akibat bencana banjir yang menimpa
daerah produksi, permukiman, dan sarana publik lainnya sehingga dampak
bencana banjir dapat dikurangi terutama pada wilayah strategis, dalam hal ini
adalah Kawasan Pelabuhan Ketapang.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari pekerjaan “Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan
Pelabuhan Ketapang” adalah untuk mengetahui kondisi karakteristik sistem
jaringan drainase termasuk kondisi sungai yang ada di Kawasan Pelabuhan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
2
Ketapang, menginventarisasi dan permasalahan banjir yang terjadi di Kawasan
Pelabuhan Ketapang.
Sedangkan tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk menyusun usulan
kebijakan, perencanaan, pengembangan dan strategi program penanganan
sistem jaringan drainase perkotaan secara menyeluruh dalam jangka waktu 5–
10 tahun ke depan, yang dapat dijabarkan sebagai acuan dan panduan
penanganan drainase di Kawasan Pelabuhan Ketapang dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya sehingga terjadi sinergi pelaksanaan yang optimal.
1.3 Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari pekerjaan “Penyusunan Master Plan
Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang” adalah :
1. Untuk menyiapkan/membuat suatu Master Plan Drainase yang menyediakan
: dasar, strategi dan perancangan pembiayaan untuk pengelolaan drainase
Kawasan Pelabuhan Ketapang, serta dapat digunakan sebagai pedoman
penanganan drainase yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan.
2. Terwujudnya sinergi kerja yang optimal dalam perencanaan jaringan drainase
antara dinas terkait dalam lingkungan Pemerintah Daerah dan dengan dinas
vertikal di Pemerintah Propinsi maupun Pemerintah Pusat.
3. Terwujudnya peningkatan kerja penanganan sistem jaringan drainase melalui
pembangunan yang berkualitas dari segi dimensi, kapasitas dan kekuatan
bangunan saluran agar bermanfaat bagi masyarakat, dunia usaha,
Pemerintah Daerah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Pusat.
1.4 Referensi Hukum
1. Undang – Undang Dasar Tahun 1945 pasal 33;
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber daya
Alam Hayati dan Ekosistem;
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
4. Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah;
5. Undang-undang No 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
3
6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
8. Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 2005
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang–Undang
9. Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
10. Undang–Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah;
11. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional;
12. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
13. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
14. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air;
15. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah;
16. Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Nasional;
17. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,
18. Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
19. Peraturan Pemerintah No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
20. Peraturan Pemerintah No.42Tahun 2008 tentang Pengelolaan SDA;
21. Peraturan Pemerintah No.43Tahun 2008 tentang Air Tanah;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang;
23. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
4
24. Peraturan Menteri PU No. 49/PRT/1990 tentang Tata Cara dan Persyaratan
Izin Penggunaan Air dan atau Sumber Air;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
26. Peraturan Menteri PU No. 04/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pembentukan
Wadah Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air pada tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota dan Wilayah Sungai;
27. Keputusan Presiden Republik Indonesia No.62 Tahun 2000 tentang
Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
28. Keputusan Menteri Kimpraswil No. 27 Tahun 2002 tentang Penataan
Pedoman Bidang Penataan Ruang;
29. Peraturan Dalam Negeri No. 50 Tahun 2009 tentang Pedoman Koordinasi
Penataan Ruang Daerah;
30. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah;
31. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2000 tentang
Pengendalian Pencemaran Air di Provinsi Jawa Timur;
32. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 8 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012-2032;
dan
33. Peraturan perundang-undangan terkait lainnya yang berlaku.
1.5 Lingkup Kegiatan
1. Membuat Master Plan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang.
2. Mengumpulkan semua kajian dan menganalisis semua laporan yang
berhubungan, peta,informasi baik yang berhubungan dengan kebijakan
berskala nasional, regional maupun lokal,strategi dan rencana untuk
drainase perkotaan yang termasuk dalam pembangunan perkotaan
terintegrasi di Kawasan Pelabuhan Ketapang.
3. Pengumpulan data.
4. Survey lapangan.
5. Mengevaluasi menganalisa dan menyajikan (dilengkapi dengan gambar)
permasalahan drainase dan sumber penyebabnya secara lengkap dan rinci.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
5
6. Melakukan analisis peta dasar, survei dan investigasi kondisi
lapangan,penyebab, kondisi sungai dan anak sungai, kondisi bantaran
sungai dan anak sungai dan banjir/genangan air hujan yang berhubungan
dengan drainase.
7. Membuat Jalur air dan luasan daerah tangkapan nya untuk semua DAS
yang melalui Kawasan Pelabuhan Ketapang.
8. Mengembangkan satu set kriteria hidrologis dan hidrolis yang
sesuai,termasuk dampak dari keadaan air pasang, untuk drainase Kawasan
Pelabuhan Ketapang dalam periode pengulangan yang bervariasi dan jangka
waktu yang didasarkan pada analisis curah hujan dari data yang tersedia
termasuk kurva intensitas-durasi-frekuensi, hidrograf curah hujan dan
limpasan serta saluran hidrolis.Mengembangkan metode dan model
matematis (hidrologis dan hidrolis) dengan menggunakan perangkat lunak
yang ada, sampai sedapat mungkin untuk menghitung limpasan dan jalur
banjir.
9. Merencanakan dan melanjutkan sistem drainase (sarana dan prasarana)
yang dibutuhkan,yang dapat mengamankan daerah kerja terhadap bahaya
genangan atau banjir untuk periode ulang tertentu (sesuai dengan tipologi
dan sistem drainasenya).
10. Rencana program pembangun sarana dan prasarana drainase prioritas
penanganan, urutan pelaksanaan dan pentahapan, dalam bentuk jadwal
pelaksanaan untuk masa 5 (lima) tahun.
11. Organisasi dan personil pengelola drainase kota dan anggaran tahunan yang
disediakanpemda untuk pembangunan, operasi dan pemeliharaan sistem
drainase kota.
12. Rencana anggaran biaya dari program yang diusulkan.
13. Biaya operasi dan pemeliharaan tahunan untuk program yang diusulkan.
1.6 Jangka Waktu Pelaksanaan
Waktu untuk pelaksanaan pekerjaan ini adalah 4 (empat) bulan atau 120
(seratus dua puluh) hari kalendar, setelah keluarnya Surat Perintah Mulai
Pekerjaan (SPMK).
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
6
1.7 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan adalah di Kawasan Pelabuhan Ketapang, KabupatenBanyuwangi.
Gambar 1 Lokasi Pekerjaan Pada Kabupaten Banyuwangi
LOKA
SI P
EKER
JAAN
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
7
22.. GGAAMMBBAARRAANN UUMMUUMM LLOOKKAASSII PPEEKKEERRJJAAAANN
2.1 Kondisi Fisik Kabupaten Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi terletak pada koridor bagian paling timur Provinsi
Jawa Timur. Pusat pemerintahannya di Kecamatan Banyuwangi, dan berjarak
239 kilometer di sebelah timur Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur.
Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten yang terbesar di Jawa Timur dan
juga sebagai sentra penghasil ikan laut.
Batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Banyuwangi adalah:
Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo
Sebelah Selatan : Samudera Indonesia
Sebelah Timur : Selat Bali
Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso
Secara administrasi Kabupaten Banyuwangi terbagi menjadi 24
Kecamatan yang terdiri dari 217 desa dan kelurahan serta meliputi 736 dusun,
RW sebanyak 2.775 dan terdapat 10.177 RT. Ditinjau dari komposisi jumlah
desa / kelurahan dan RW, Kecamatan Rogojampi memiliki jumlah
desa/kelurahan dan RW terbanyak, yaitu 18 desa/kelurahan dan 251 RW.
2.2 Kondisi Geografis
Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi berada di antara 70 43’ - 80 46’
Lintang Selatan dan 1130 53’ - 1140 38’ Bujur Timur.
Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi mencakup 5.782,50 km2.
Kecamatan yang terluas adalah kecamatan Tegaldlimo (1.341,12 km2) dan yang
terkecil Kecamatan Giri (21,31 km2).
Sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi terdiri dari dataran
rendah, yakni dengan ketinggian tanah 0 - 100 meter dpl seluas 207.947,60
hektar atau 35,96 %. Ketinggian Tanah 101 - 500 meter dpl seluas 261.737,65
hektar atau 45,26 %. Ketinggian Tanah 501 - 1000 meter dpl seluas 48.881,57
hektar atau 8,45 %. Ketinggian Tanah 1001 - 1500 meter dpl seluas 22.076,45
hektar atau 3,82 %. Ketinggian Tanah 1501 - 2000 meter dpl seluas 16.439,77
hektar atau 2,84 %. Ketinggian Tanah 1501 - 2000 meter dpl seluas 16.439,77
hektar atau 2,84 %. Ketinggian Tanah 2001 - 2500 meter dpl seluas 13.424,61
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
8
hektar atau 2,32 %. 7. Ketinggian Tanah diatas 2500 meter dpl seluas 7.742,35
hektar atau 1,34 %.
2.3 Kemiringan Lahan
Kemiringan wilayah Kabupaten Banyuwangi dapat dibedakan menjadi 6
(enam) kelompok, yaitu:
Kelerengan 0-2%
Kelerengan 2-8%
Kelerengan 8%-15%
Kelerengan 15%-25%
Kelerengan 25%-40%
Kelerengan >40%.
2.4 Kondisi HidroKlimatologi
Rata-rata kelembaban udara di Kabupaten Banyuwangi diperkirakan
mendekati 79 persen. Kelembaban terendah terjadi pada bulan Nopember
dengan rata-rata kelembaban udara sebesar 75 persen. Sebaliknya kelembaban
tertinggi terjadi pada bulan Januari dengan besaran 85 persen.
Adapun rata-rata curah hujan angkanya mencapai 28,6 mm – 299,3 mm
terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juni. Sedang bulan Juli sampai
dengan Desember angkanya hanya mencapai 25,1 mm – 163,7 mm.
Indikasinya dalam semester pertama, hari hujannya relatif lebih banyak
yang diikuti dengan curah hujan yang lebih besar pula. Sedang pada semester
kedua, dengan hari hujan yang lebih sedikit serta diikuti dengan curah hujan
yang lebih rendah.
Selain kelembaban, hari hujan dan curah hujan yang biasanya digunakan
untuk mengidentifikasi keadaan iklim, rata-rata suhu udara juga kerap kali
digunakan sebagai ukuran atau tingkat kedinginan suatu daerah. Intepretasinya
semakin mendekati angka nol maka daerah tersebut akan semakin dingin,
demikian pula sebaliknya.
Rata-rata suhu udara terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar
25,7 derajat celcius. Sedang tertinggi pada bulan Desember sebesar 28,6 derajat
celcius. Sedang bulan-bulan lain angka rata-rata suhu udara yang terjadi
sekitar 26 derajat celcius. Sebuah angka dalam ukuran atau tingkat kedinginan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
9
suatu wilayah yang sangat ideal. Artinya dalam rata-rata, bukan berarti setiap
wilayah dengan suhu udara yang sama.
2.5 Geologi Regional
2.5.1. Geomorfologi Regional
Secara fisiografi daerah penelitian termasuk lajur pegunungan selatan
Jawa Timur, Lajur Rembang Tengah Jawa dan Lajur Solo yang terdiri dari
batuan gunungapi muda (Bemmelen, 1949). Geomorfologi daerah studi dapat
dibagi menjadi beberapa satuan, yaitu Pegunungan gunungapi Tersier, Kerucut
gunungapi, Kaki Gunungapi, Kras dan Dataran Aluvial.
A. Pegunungan Gunungapi TersierSatuan ini membentang di bagian barat daya, meliputi G. Lembu
(920 m) dan G. Lampong (800 m), Pola aliran sungainya bersistem
meranting, dengan lembah dalam, lebar hingga sempit. Batuan
penyusunnya sangat tahan terdiri dari Formasi Batuampar yang
didominasi oleh lava basaltik-andesit.
B. Kerucut GunungapiSebaran kerucut gunungapi terbentang di bagian utara, meliputi G.
Raung, G. Suket, G. Pendil, G. Rante, G. Merapi, dan G. Ijen. Pola aliran
sungai menunjukan sistem memancar (radial), dengan lembah dalam dan
sempit.
Batuan penyusunya berupa batuan gunungapi muda, hasil erupsi
gunungapi tersebut diatas, yang terdiri dari lava, breksi dan tuf. Pada
umumnya daerah ini ditutupi oleh hutan tropika.
C. Kaki GunungapiSebaran kaki gunungapi terdapat di bagian tengah sampai selatan,
umumnya merupakan dataran yang miring yang dijadikan pemukiman
dan pesawahan. Aliran sungai di wilayah ini sejajar, dengan lembah lebar
dan agak dalam, berbentuk “U”. Batuan penutupnya berupa endapan
lahar, yang termasuk Formasi Kalibaru.
D. KrasSebaran kras terdapat di beberapa tempat yaitu di Tanjung Sembulung
dan daerah Watudodol dan sekitarnya. Batuan penyusunnya terdiri dari
batugamping, di Tanjung Sembulungan tersusun oleh Formasi Punung,
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
10
sedangkan Watudodol dan sekitarnya tersusun oleh Batugamping
Terumbu.
E. Dataran AluvialDataran aluvial tersebut disepanjang pantai timur, mulai dari
Banyuwangi sampai Muncar. Pola Aliran sungainya sejajar, dengan
lembah lebar dan dangkal. Batuan penyusunnya terdiri dari kerakal,
kerikil, pasir, lanau dan lumpur.
2.5.2. Stratigrafi Regional
Batuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian adalah Formasi
Batuampar (Tomb), yang terdiri dari tuf, breksi gunungapi, batugamping dan
lava, berumur Aligosen-Miosen Tengah.
Pada Kala Plistosen terjadi kegiatan Gunungapi Ijen Tua (Qpvi), yang
terdiri dari breksi gunungapi, breksi batuapung dan tuf, sedangkan endapan
laharnya membentuk Formasi Kalibaru (Qpvk) yang tersusun oleh breksi lahar,
konglomerat, batupasir dan tuf, yang berumur Plistosen Tengah. Kemudian
diikuti kegiatan Gunungapi Komplek Raung, Suket dan Pendil (Qhv(r,p)) yang
tersusun oleh tuf, breksi gunungapi dan lava, selanjutnya terjadi kegiatan
Gunungapi Rante dan Gunungapi Merapi (Qv(r,m)) yang menghasilkan
perselingan breksi gunungapi dan tuf dengan sisipan lahar dan lava dan
belerang.
Satuan termuda adalah endapan aluvium (Qa) yang berupa kerakal,
kerikil, pasir, lanau dan lempung.
2.5.3. Struktur Dan Tektonika
Batuan yang tersingkap didaerah penyelidikan berumur dari Oligosen
sampai Holosen. Struktur geologi yang dijumpai berupa struktur kekar, lipatan
dan kelurusan.
A. Kekar Struktur ini terjadi pada batuan yang relatif kompak, seperti
pada breksi, konglomerat dan batupasir, berupa kekar tarik
dan kear geser.
B. Pelipatan Struktur ini berkembang pada Formasi Batuampar
membentuk antiklin dan sinklin berarah barta laut-tenggara.
Kenampakan ini diperoleh dari hasil rekontruksi pengukuran
jurus dan kemiringan batuan di lapangan.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
11
C. Kelurusan Pada Formasi Batuampar, kelurusan ini berarah barat laut-
tenggara, yang diduga sebagai zona lemah yang merupakan
sesar. Pada Batuan Gunungapi dan Formasi Kalibaru arah
kelurusan adalah baratlaut-tenggara, timurlaut-baratdaya dan
barat-timur. Kelurusan-kelurusan ini diduga mencerminkan
sesar-sesar bawah permukaan.
Pada Kala Oligosen daerah penyelidikan diduga merupakan laut dalam,
yang disertai oleh kegiatan gunungapi bawah laut. Hasil erupsi gunungapi
tersebut menghasilkan Formasi Batuampar. Pada Kala Miosen Tengah terjadi
suatu kegiatan tektonik, sehingga batua yang ada terlipat dan tersesarkan, yang
kemudian terangkat dan diikuti terobosan granodiorit dan andesit. Pada Kala
Miosen Akhir diduga daerah ini telah merupakan daratan.
Pada Kala Plistosen Awal terjadi lagi kegiatan tektonik dengan dibarengi
kegiatan Gunungapi Ijen Tertua, yang menghasilkan batuan Gunungapi Ijen
Tertua, Kemudian terjadi pengendapan yang membentuk Formasi Kalibaru pada
kala berikutnya.
2.6 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan Kondisi tata guna tanah wilayah Kabupaten
Banyuwangi meliputi daerah pemukiman seluas 1274,46 Km2 (22,04%); hutan
seluas 1828,43 Km2 (31,62%); sawah seluas 661,518 Km2 (11,44%); ladang
seluas 161,91 Km2 (2,80%); perkebunan seluas 821,69 Km2 (14,21%); tambak
seluas 17,93 Km2 (0,31%) dan lain-lain seluas 1017,14 Km2 (17,59%).
2.7 Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi
2.7.1. Kependudukan
Sampai dengan akhir tahun lalu penduduk Kabupaten Banyuwangi
tercatat sebesar 1.610.909 jiwa menurut hasil registrasi oleh Dinas Penduduk
Dan Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil. Dari 24 Kecamatan yang
ada di Kabupaten Banyuwangi, Kecamatan Muncar mempunyai jumlah
penduduk terbesar, yaitu sebanyak 130.319 jiwa. Kepadatan penduduk
Kabupaten Banyuwangi adalah 275 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi
berada di Kecamatan Banyuwangi sebagai Ibukota Kabupaten dan kepadatan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
12
terendah berada di Kecamatan Tegaldlimo.
Sex rasio yang merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki
terhadap penduduk perempuan dikalikan seratus, menunjukkan bahwa sex
rasio penduduk Kabupaten Banyuwangi adalah 100.45 artinya setiap 100
penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki.
2.7.2. Pertanian
Peranan sub sektor tanaman bahan makanan dapat menyumbang
produksi padi Jawa Timur, yang mana Kab. Banyuwangi merupakan salah satu
daerah lumbung padi. Sedang peranan sub sektor perikanan laut cukup terbukti
bahwa di Kecamatan Muncar merupakan penghasil berbagai jenis biota laut
berskala nasional.
Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Jawa Timur yang mempunyai luas daerah terbesar, sehingga dengan adanya
ketersediaan luas daerah yang begitu besar tersebut, kesempatan untuk
dijadikan sebagai lahan pertanian akan mempunyai peluang besar. Namun perlu
dipahami pula bahwa tidak semua tanah mempunyai tingkat kesuburan yang
sama.
Berdasarkan pemanfaatan lahan yang digunakan oleh para petani, mulai
dari kawasan Selatan ke arah Utara yang melebar ke arah Barat merupakan
daerah potensi tanaman bahan makanan. Utamanya tanaman padi banyak
ditanam di kawasan ini, bahkan sebagain besar dari kawasan tersebut pola
tanam padi dalam satu tahunnya bisa dilakukan hingga tiga kali.
Produksi padi telah mengalami kenaikan sebesar 4,11 persen dibanding
tahun lalu. Kalau diperhatikan trend dari produksi padi pada tiga tahun terakhir
indikasinya menunjukkan pola yang meningkat. Peningkatan ini perlu dijaga
agar tidak terjadi penurunan. Penurunan yang mungkin terjadi tersebut, akan
menimbulkan banyak penafsiran.
Diantara penafsirannya adalah, lahan pertanian setiap tahun diduga
mengalami pengurangan lahan sebagai akibat digunakan untuk kepentingan
lain. Misalnya digunakan sebagai daerah pemukiman maupun pemanfaatan
yang lain. Risikonya produksi tanaman bahan makanan akan menurun
sebanding dengan berkurangnya lahan pertanian tersebut.
Selama tiga tahun terakhir ini, menurut catatan Dinas Pertanian
Kehutanan Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi diperoleh
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
13
informasi adanya peningkatan produksi padi yang diikuti dengan meningkatnya
luas panen. Naiknya produksi jagung yang diikuti dengan turunnya luas panen.
Adapun beberapa jenis tanaman bahan makanan yang lain mempunyai produksi
yang berfluktuasi.
33.. DDAATTAA && AANNAALLIISSAA
3.1 Pelabuhan Ketapang
Wilayah perencanaan mencakup kawasan efektif yang ditetapkan dalam
RUTR Kecamatan Kalipuro. Kawasan efektif adalah kawasan yang secara jangka
panjang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kawasan
secara keseluruhan, sedangkan secara jangka pendek merupakan kawasan yang
mendesak dilakukan pengaturan dan pembenahan sebagai akibat
perkembangan kondisi di lapangan saat ini. Wilayah perencanaan dalam hal ini
diarahkan pada kawasan sepanjang pantai Selat Bali yang secara administratif
meliputi tiga Desa/Kelurahan alam Kecamatan Kalipuro. Ketiga Desa/Kelurahan
tersebut adalah Desa Ketapang, Kelurahan Bulusan, dan Kelurahan Kalipuro.
Dalam RUTR Kecamatan Kalipuro, wilayah ini ditetapkan sebagai Kawasan
Efektif A.
Batas administratif wilayah perencanaan adalah :
Sebelah Utara : Kecamatan Wongsorejo
Sebelah Timur : Selat Bali
Sebelah Selatan : Kecamatan Giri
Sebelah Barat : Kelurahan Kalipuro, Kecamatan Kalipuro
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
14
Gambar 2 Kawasan Pelabuhan Ketapang
(Sumber : Revisi Penataan Ruang Kawasan Khusu Pelabuhan Ketapang)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
15
3.2 Rencana Pengembangan Sistem Drainase/Utilitas
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam pengembangan sistem drainase
di kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang adalah:
1. Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kawasan pada kawasan
permukiman, kawasan perumahan dan kawasan sekitar pasar tradisonal.
2. Pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan kiri jalan pada ruas
jalan nasional, provinsi dan kabupaten
3. Normalisasi saluran primer
4. Normalisasi saluran sekunder yang berada di kawasan
5. Perlu adanya koordinasi dengan wilayah sekitar kawasan rencana untuk
pembuatan sistem drainase yang terpadu untuk menghindari timbulnya
genangan air atau banjir di daerah hilir.
6. Penertiban dan pengendalian sungai agar tidak dijadikan tempat pembuangan
sampah oleh penduduk, sehingga tidak terjadi pendangkalan dan penyempitan
sungai.
7. Pembuatan jaringan drainase baru di setiap jaringan jalan, di samping tetap
mempertahankan sungai-sungai yang ada sebagai saluran primer dan sekunder.
8. Penigkatan dan penambahan fasilitas Sistem drainase yang ada terdiri dari :
a. Saluran-saluran pematusan primer
b. Pengumpulan limpasan dari area melalui saluran-saluran tersier, sekunder,
dan primer jika diperlukan dibantu oleh pompa-pompa drainase pada daerah
yang tidak memungkinkan adanya aliran secara gravitasi.
c. Tanggul laut dengan pintu-pintu laut untuk mencegah arus balik di saluran
pematusan primer selama pasang tinggi (di daerah pantai timur)
d. Serangkaian saluran-saluran irigasi primer dan sekunder dari bangunan
pengatur. Saat ini saluran-saluran ini memiliki fungsi ganda di musim hujan
dengan menerima aliran dari saluran pematusan.
e. Pengembangan Sistem drainase internal untuk melindungi kawasan yang
rendah dari banjir lokal, yaitu dengan membangun rumah-rumah pompa
pematusan.
Selain itu, Dari segi konstruksinya rencana sistem saluran/drainaase
dapat dibedakan atas dua bagian, yaitu sistem saluran tertutup dan terbuka.
Untuk kawasan industri dan pergudangan, sistem saluran yang diarahkan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
16
adalah sistemsaluran tertutup. Dengan sistem saluran tertutup ini
kemungkinan terhadappenyalahgunaan saluran dirainase yang biasanya terjadi
seperti tempat pembuangansampah dapat dihindari serta memungkinkan
pemanfaatan permukaan tanah untukkeperluan-keperluan lain, sedangkan untuk
kawasan permukiman digunakan saluran terbuka.
1. Saluran Terbuka, Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan
air hujan dengan debit yang besar. Sifat alirannya terus – menerus dengan
fluktuasi kecil. Bentuk saluran ini dapat digunakan pada daerah yang masih
cukup tersedia lahan.
2. Saluran Tertutup, Berfungsi untuk mengalirkan air hujan dalam jumlah
besar di mana bagian atasnya terdapat bangunan. Walaupun daya
alirannya tidak sebaik yang berbentuk bulat telur namun
pelaksanaannya relatif lebih mudah.
Untuk mendukung rencana pengembangan sistem drainase yang telah
disebutkan maka diperlukan peraturan zonasi sistem jaringan drainase. Penetapan
peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang
sehingga tidak terjadi tumpang tindih pemanfaatan ruang seperti yang sering terjadi
di daerah lain. Peraturan zonasi sistem jaringan drainase meliputi;
1) diperbolehkan mendirikan bangunan mendukung jaringan drainase;
2) pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya terdapat jaringan drainase
wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan ketentuan tidak
mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian atau keseluruhan
ruas saluran yang ada;
3) setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan drainase lingkungan dan/atau
sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem drainase sekitarnya sesuai
ketentuan teknis yang berlaku;
4) tidak memanfaatkan saluran drainase pembuangan sampah, air limbah atau
material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi saluran;
dan
5) tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.
3.3 Kondisi Umum Drainase di Kawasan Rencana
Secara umum jaringan drainase utama di kawasan perencanaan
memanfaatkan sungai/kali. Sungai-sungai di kawasan perencanaan, selain
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
17
berfungsi sebagai saluran irigasi juga sekaligus sebagai saluran drainase
(tampungan air hujan). Penanganan air hujan yang turun pada permukaan tanah,
badan-badan jalan, ataupun pada daerah sekitar badan jalan yang dapat
mempengaruhinya akan disalurkan melalui suatu sistem saluran
pembuangan/drainase secara terintegrasi dan menyeluruh menurut skala, baik
berupa saluran pembuang pada kiri kanan jalan menuju saluran utamanya ataupun
ke pembuang utama (sungai).
Jaringan drainase pada kawasan perencanaan terdapat di sepanjang jalan
utama, berupa jaringan drainase dengan sistem terbuka dan sistem tertutup.
Jaringan drainase dengan sistem terbuka digunakan pada sebagaian besar wilayah
perencanaan, sementara jaringan drainase dengan sistem tertutup hanya digunakan
pada titik-titik tertentu. Jaringan drainase ini langsung mengalir ke laut.
Pada umumnya saluran pematusan di kawasan rencana tidak menjadi
masalah yang berarti, sebab terdapatnya saluran sekunder dalam kawasan,
sehingga air hujan maupun air limbah dapat dibuang dengan mudah. Yang perlu
diperhatikan untuk masa yang akan datang adalah peningkatan dan perbaikan
saluran drainase untuk jalan-jalan utama atau di kawasan permukiman yang
semakin banyak air limbah yang harus ditampung akibat semakin meningkatnya
aktivitas penduduk.
3.4 Analisa Hidrologi
3.4.1. Analisa Curah Hujan Rancangan
Curah hujan harian maksimum tahunan adalah curah hujan harian terbesar
(maksimum) yang terjadi dalam interval waktu satu tahun. Pada kajian ini
data curah hujan diambil dari stasiun Hujan Kalipuro. Data hujan yang digunakan
dalam analisa hidrologi dalam rentang pengamatan selama 10 tahun yaitu dari
tahun 2004 sampai dengan 2013.
Tabel 1 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan Stasiun Kalipuro
No. TahunR
(mm)
1 2013 117.00
2 2012 35.00
3 2011 30.00
4 2010 90.00
5 2009 80.00
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
18
No. TahunR
(mm)6 2008 80.00
7 2007 4.00
8 2006 6.00
9 2005 10.00
10 2004 75.00
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Ka. Banyuwangi, 2014
3.4.2. Analisis Frekuensi Curah Hujan Rancangan
a. Metode GumbelPerhitungan curah hujan rencana dengan Metode Gumbel dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2 Perhitungan Distribusi Gumbel Hujan Harian
No Tahun
CurahHujanMax
Terurut(mm)
KalaUlang
(T)YT Yn Sn R
1 2007 4.00 2 0.3665 0.4952 0.9496 47.22
2 2008 6.00 5 1.4999 0.4952 0.9496 95.49
3 2009 10.00 10 2.2504 0.4952 0.9496 127.45
4 2003 30.00 25 3.1985 0.4952 0.9496 167.82
5 2002 35.00 50 3.9019 0.4952 0.9496 197.78
6 2010 75.00 100 4.6001 0.4952 0.9496 227.51
7 2005 80.00
8 2005 80.00
9 2004 90.00
10 2001 117.00
Parameter statistik
Rerata (R) = 52.700
Standar Deviasi (Sx) = 40.439
Kepencengan (Cs) = 0.120
Sumber : Perhitungan
Perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Log Pearson III
dilihat pada tabel di bawah ini :
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
19
Tabel 3 Perhitungan Disribusi Log Pearson Tipe III Hujan Harian
1 2007 4.00 0.602 -0.908 0.82528 -0.7497202 2008 6.00 0.778 -0.732 0.53634 -0.3927953 2009 10.00 1.000 -0.511 0.26062 -0.1330474 2003 30.00 1.477 -0.033 0.00111 -0.0000375 2002 35.00 1.544 0.034 0.00113 0.0000386 2010 75.00 1.875 0.365 0.13290 0.0484497 2005 80.00 1.903 0.393 0.15412 0.0605058 2005 80.00 1.903 0.393 0.15412 0.0605059 2004 90.00 1.954 0.444 0.19690 0.08737210 2001 117.00 2.068 0.558 0.31101 0.173441
Sta. Hujan Kalipuro
15.105 2.574 -0.845
Log R - Log R (Log R - Log R)2 (Log R - Log R)3
Jumlah
No TahunCurah Hujan
Max (mm) Log R
Log R 1.511Standar Deviasi (Sx) 0.535Kepencengan (Cs) -0.768Kurtosis (Cr) -1.037Variasi (Cv) 0.286
1 2 0.12682 5 0.85633 10 1.17154 25 1.46095 50 1.62446 100 1.7565
Sumber : Perhitungan
2.3791
Log R R (mm)
1.5783 37.87492.986137.070195.750239.397
Parameter statistik
281.700
2.2917
No Tr G
2.4498
1.96842.1369
3.4.3. Uji Kesesuaian Distribusi
Uji kesesuaian distribusi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
distribusi yang dipilih dapat digunakan atau tidak untuk serangkaian data
yang tersedia. Dalam studi ini, untuk keperluan analisis uji kesesuaian
distribusi diperlukan dua metode statistik, yaitu Uji Chi Square dan Uji
Smirnov- Kolmogorov. Hasil uji kesesuaian distribusi adalah sebagai berikut.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
20
Tabel 4 Uji Distribusi Smirnov- Kolmogorov Metode Gumbel
P(x) Pr = m/(n+1) (%)
1 2007 4.00 0.091 -1.204 88.500 0.115 -0.0242 2008 6.00 0.182 -1.155 87.320 0.127 0.0553 2009 10.00 0.273 -1.056 84.970 0.150 0.1224 2003 30.00 0.364 -0.561 69.650 0.304 0.0605 2002 35.00 0.455 -0.438 65.170 0.348 0.1066 2010 75.00 0.545 0.551 29.940 0.701 -0.1557 2005 80.00 0.636 0.675 25.610 0.744 -0.1088 2005 80.00 0.727 0.675 25.610 0.744 -0.0179 2004 90.00 0.818 0.922 18.100 0.819 -0.00110 2001 117.00 0.909 1.590 6.440 0.936 -0.027
Sta. Hujan Kalipuro
Rerata (X) 52.700 D maks 0.122Kepencengan (Cs) 0.120Standar Deviasi (Sx) 40.439
Sumber : Perhitungan
DNo. Tahun R G Pt (X)
KesimpulanSta. Hujan Kalipuro Untuk n = 10 dengan derajat kepercayaan a = 5% didapatSta. Hujan Kalipuro DKritis = 0.410 Dmaks < DkritisSta. Hujan Kalipuro Distribusi Gumbel Diterima
Tabel 5 Uji Distribusi Smirnov- Kolmogorov Metode log Pearson III
P(x) Pr = m/(n+1) (%)
1 2007 4.00 0.602 0.091 -1.699 93.660 0.063 0.0282 2008 6.00 0.778 0.182 -1.370 90.350 0.097 0.0853 2009 10.00 1.000 0.273 -0.955 83.110 0.169 0.1044 2003 30.00 1.477 0.364 -0.062 56.240 0.438 -0.0745 2002 35.00 1.544 0.455 0.063 52.120 0.479 -0.0246 2010 75.00 1.875 0.545 0.682 27.180 0.728 -0.1837 2005 80.00 1.903 0.636 0.734 25.030 0.750 -0.1138 2005 80.00 1.903 0.727 0.734 25.030 0.750 -0.0229 2004 90.00 1.954 0.818 0.830 21.090 0.789 0.02910 2001 117.00 2.068 0.909 1.043 14.080 0.859 0.050
Rerata (X) 1.511 D maks 0.104Kepencengan (Cs) -0.768Standar Deviasi (Sx) 0.535
Sumber : PerhitunganKesimpulan
Untuk n = 10 dengan derajat kepercayaan a = 5% didapatDKritis = 0.410 Dmaks < DkritisDistribusi Log Pearson Tipe III Diterima
No. Tahun R Log R G Pt (X) D
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
21
Tabel 6 Uji Distribusi Chi-Square Metode Gumbel
n 10Jumlah Kelas 4.32 ~ 5
Menentukan batas kelasTr Yt S Yn Sn K X
5.00 1.50 40.44 0.50 0.95 1.06 95.492.50 0.67 40.44 0.50 0.95 0.19 60.221.67 0.09 40.44 0.50 0.95 -0.43 35.331.25 -0.48 40.44 0.50 0.95 -1.02 11.35
Tabel 3.20bBatas Kelas EF OF ((OF-EF)2)/EF
0 - 11.35 2.00 3 0.50011.35 - 35.33 2.00 2 0.000
35.33 - 60.22 2.00 0 2.00060.22 - 95.49 2.00 4 2.000
95.49 - ~ 2.00 1 0.500
10 10 5.000
Sumber: Hasil perhitunganDerajat bebas (g) = k - h - 1 ; dengan h = 2 maka (g) = 2 dengan a = 5%X
2 tabel = 5.991 sehingga distribusi Diterima
Pr
20.0040.0060.0080.00
Jumlah
Tabel 7 Uji Distribusi Chi-Square Metode log Pearson III
n 10Jumlah Kelas 4.32 ~ 5
Menentukan batas kelasG S log X Anti Log
0.856 0.535 1.97 92.990.370 0.535 1.71 51.08-0.177 0.535 1.42 26.07-0.783 0.535 1.09 12.35
Tabel Uji Chi-SquareEF OF ((OF-EF)2)/EF
0 - 12.35 2.00 3 0.50012.35 - 26.07 2.00 0 2.000
26.07 - 51.08 2.00 2 0.00051.08 - 92.99 2.00 4 2.000
92.99 - ~ 2.00 1 0.500
Jumlah 10 10 5.000
Sumber: Hasil perhitunganDerajat bebas (g) = k - h - 1 ; dengan h = 2 maka (g) = 2 dengan a = 5%X
2 tabel =5.991 sehingga distribusi diterima
Batas Kelas
Pr
20.00040.00060.00080.000
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
22
Tabel 8 Rekapitulasi Uji Distribusi
Dmak Dkritis
Kesimpulan (Dmak
< D kritis) X²Hit X²kritis
Kesimpulan (X²Hit
< X²kritis)
CH Harian Maks 0.122 0.410 Memenuhi 5.000 5.991 Memenuhi
Dmak Dkritis
Kesimpulan (Dmak
< D kritis) X²Hit X²kritis
Kesimpulan (X²Hit
< X²kritis)
CH Harian Maks 0.104 0.410 Memenuhi 5.000 5.991 Memenuhi
Metode DistribusiLog Pearson III
Smirnov Kolomogorov Chi Square
Metode DistribusiGumbel
Smirnov Kolomogorov Chi Square
dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kedua distribusi memenuhi uji Smirnov
Kolmogorof dan Chi Square. Namun dari kedua distribusi tersebut dipilih Uji Log
Pearson karena memiliki Dmax yang lebih kecil pada uji Smirnov Kolmogorov
Tabel 9 Curah Hujan Rencana Terpilih
No KalaUlang
Sta.Hujan
Kalipuro
(mm)
1 2 37.87
2 5 92.99
3 10 137.07
4 25 195.75
5 50 239.40
6 100 281.70
Sumber : Perhitungan
3.5 Debit Banjir Rancangan
Untuk mendapatkan kapasitas saluran drainasi, terlebih dahulu harus
dihitung jumlah air hujan dan jumlah air kotor atau buangan yang akan dibuang
melalui saluran drainasi tersebut. Debit rancangan adalah debit air hujan yang
masuk ke daerah pengaliran. Ada beberapa tahapan analisa yang harus dilakukan
untuk mendapatkan debit banjir rancangan seperti dijelaskan di bawah ini :
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
23
3.5.1. Daerah Resapan Air Hujan Dan Koefisian Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah perbandingan antara jumlah air yang mengalir di
permukaan akibat hujan (limpasan) pada suatu daerah dengan jumlah curah hujan
yang turun di daerah tersebut. Besarnya koefisien pengaliran dipengaruhi oleh :
a. Kemiringan tanah
Semakin besar kemiringan tanah, semakin cepat aliran limpasan, berarti
semakin sedikit air yang meresap atau terinfiltrasi. Walaupun jenis tanahnya
sama, angka pengaliran dapat berbeda-beda.
b. Jenis tanah bagian permukaan yang dialui air hujan.
Yang membedakan adalah :
Tanah biasa atau pasir
Rumah-rumah dengan atap genting atau seng
Jalan aspal atau tanah
c. Iklim
Pada permulaan musim hujan yang panjang angka pengaliran lebih kecil
daripada akhir musim hujan, karena tanah terlalu jenuh.
Pada tabel di bawah ini ditampilkan tabel Koefisien Pengaliran berdasar pada
Urban Water Resources Council, 1992 dan dari Hidrologi Untuk Perencanaan
Bangunan Air (Imam Subarkah) :
Tabel 10 Koefisien Pengaliran (Urban Water Resources Council)
Deskripsi Area Koef.Pengaliran
TipePermukaan
Koef.Pengaliran
Pusat Kota 0.70 - 0.95 Aspal & TrotoarBeton 0.70 - 0.95
Pinggiran Kota 0.50 - 0.70 Atap 0.75 - 0.95
Industri 0.50 - 0.90 Halamanrumput 0.05 - 0.35
Perumahan 0.30 - 0.70
Taman 0.05 - 0.30
Sumber : Urban Water Resources Council, 1992
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
24
Tabel 11 Koefisien Pengaliran (Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air)
No. TYPE DAERAHPENGALIRAN KONDISI C
1 Rerumputan Tanah Pasir Datar, 2% 0,05 – 0,10
Tanah Pasir Rata-rata, 2 – 7% 0,10 – 0,15
Tanah Pasir Curam, 7% 0,15 – 0,20
Tanah Gemuk Datar, 2% 0,13 – 0,17
Tanah Gemuk Rata-rata, 2 – 7% 0,18 – 0,22
Tanah Gemuk Curam, 7% 0,25 – 0,35
2 Business Daerah Kota Lama 0,75 – 0,95
Daerah Pinggiran 0,50 – 0,70
3 Perumahan Daerah “Single Family” 0,30 – 0,50
“Multi Unit” Terpisah-pisah 0,40 – 0,60
“Multi Unit” Tertutup 0,60 – 0,75
“Sub Urban” 0,25 – 0,40
Daerah Rumah Apartemen 0,20 – 0,70
4 Industri Daerah Ringan 0,60 – 0,80
Daerah Berat 0,60 – 0,90
5 Pertamanan,Kuburan 0,10 – 0,25
6 Tempat Bermain 0,20 – 0,35
7 Halaman KeretaApi 0,20 – 0,40
8Daerah YangTidakDikerjakan
0,10 – 0,30
9 Jalan Beraspal 0,70 – 0,95
Beton 0,80 – 0,95
Batu 0,70 – 0,95
10 Untuk Berjalandan Naik Kuda 0,75 – 0,85
11 Atap 0,75 – 0,95
Sumber : Iman Subarkah Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air.
3.5.2. Metode Perhitungan Debit Banjir Puncak
Metoda yang digunakan untuk menghitung besar debit puncak pada sarana
drainase dibagi menjadi beberapa tahapan seperti :
A. Time Concentration Analysis (Tc)Penentuan waktu konsentrasi dipengaruhi oleh faktor-faktor:
a. Luas daerah pengaliran (A)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
25
b. Panjang saluran (L)
c. Kemiringan dasar saluran (S)
d. Debit dan kecepatan aliran (V)
Rumus yang digunakan untuk menentukan Tc adalah:
Tc = 0,0195 (S
L)0,77 (menit)
Tc = Waktu konsentrasi
L = Panjang saluran
S = Kemiringan rata-rata
B. Intensitas Curah Hujan (I)Intensitas curah hujan merupakan jumlah hujan yang dinyatakan dalam
tingginya kapasitas/volume air hujan tiap satuan waktu. Besarnya intensitas hujan
berubah-ubah tergantung lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya.
Penentuan nilai intensitas curah hujan (I) menggunakan rumus:
I =3/2
24
24
tc
R
dimana :
R = curah hujan rancangan setempat (mm)
Tc = time of concentration (jam)
I = intensitas hujan (mm/jam)
C. Perhitungan Debit Air Hujan (Qa)Debit air hujan didasarkan pada limpasan air hujan yang terjadi dan tingkat
aliran puncak dengan variable amatan yang diorientasikan pada intensitas hujan
selama waktu konsentrasi dan luas daerah pengaliran.
Rumus yang digunakan untuk menentukan debit air hujan adalah:
Qa = 0,278 . C . I . A
Dimana:
Qa = debit air hujan maks. (m3/dtk)
C = koefisien run off
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
26
A = luas daerah pengaliran (Km2)
Adapun arti dari rumus ini adalah jika terjadi curah hujan selama 1 jam
dengan intensitas 1 mm/jam dalam daerah seluas 1 km2, maka besarnya debit
banjir adalah 0,278 m3/det. Dimana debit banjir tersebut akan melimpas merata
selama 1 jam.
Besar debit banjir maksimum didalam suatu kawasan tergantung pada
variabel – variabel luas tangkapan hujan (Catchment Area, A), koefisien pengaliran
(C) dan besar intensitas hujan yang terjadi pada kawasan tersebut. Besar intensitas
hujan yang digunakan untuk memperoleh debit banjir maksimum adalah besar
intensitas hujan yang terjadi selama waktu Konsentrasi (tc) di kawasan catchment
area.
Tabel 12 Langkah Perhitungan Debit Banjir Rencana
3.6 Analisa Rencana Perubahan Penggunaan Lahan (RTRW Dan Atau RTRK)
Dalam perencanaan drainase, data perubahan penggunaan lahan merupakan
salah satu parameter input yang sangat penting (Suharyanto, 1977). Hal ini
dikarenakan perubahan penggunaan lahan akan mempengaruhi besarnya debit
aliran permukaan yang timbul akibat hujan yang sama. Dengan demikian akan
sangat berpengaruh pada penentuan dimensi saluran drainase yang akan dibuat.
Disamping itu pola atau distribusi penggunaan lahan dalam suatu wilayah juga
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
27
akan mempengaruhi tata letak saluran drainase. Area yang penuh dengan fasilitas
yang menutup permukaan tanah dengan lapisan yang tidak tembus air harus diberi
fasilitas drainase yang memadai. Semua data eksisting dan rencana penggunaan
lahan pada suatu kawasan tertuang dalam RTRW dan atau RTRK.
3.7 Analisa Tata Letak Saluran Drainase
Tata letak saluran ditentukan berdasarkan kondisi topografi, kondisi
permasalahan, dan data penggunaan lahan eksisting dan yang akan datang.
Penentuan tata letak saluran umumnya mengikuti jalan raya, karena di Indonesia
masih menganut sistim drainase tercampur. Drainase tercampur (mixed drainage)
artinya air hujan dan air buangan domestik (wasted water) dibuang kedalam satu
saluran. Demikian pula air hujan yang turun di jalan raya dan di lahan bukan jalan
raya akan disalurkan kedalam satu saluran. Dengan demikian dalam penentuan tata
letak saluran harus dipertimbangkan agar dapat menyelesaikan genangan yang
sering terjadi dan dapat mengantisipasi perubahan debit aliran permukaan yang
akan terjadi akibat perubahan penggunaan lahan. Apabila sudah terwujud tata letak
saluran drainase yang akan dibuat, tentukan pula arah alirannya agar
mempermudah dalam perhitungan debit aliran permukaan yang harus dialirkan
kedalam saluran.
3.8 Analisa DAS dan sub-sub DASnya
Pemilihan pola atau sistim drainase mengikuti fungsi saluran, keadaan
topografi, kondisi lahan (kerapatan pemukiman), jumlah dan keadaan sosial
penduduk di wilayah perencanaan. Saluran drainase dibedakan menjadi 4 macam
menurut fungsinya :
1. Main Drain :Sebagai saluran pembuangan utama, yang
menerima aliran dari saluran – saluran yang lebih
kecil di atasnya (Sungai, Pematusan)
2. Conveyor Drain :sebagai saluran pembawa dari anak cabang
saluran menuju ke Main Drain
3. Collector Drain :Sebagai saluran pengumpul, kemudian menuju ke
Conveyor Drain
4. Interseptor
Drain
:Sebagai saluran yang langsung mendapat aliran debit
dari limpasan permukaan dan debit rumah tangga
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
28
3.8.1. Zonasi
Dari semua bentuk pengendalian yang ada, salah satu yang mencoba
diperkenalkan dan diterapkan di Indonesia adalah peraturan zonasi. Zonasi adalah
pembagian atau pemecahan suatu areal menjadi beberapa bagian, sesuai dengan
fungsi dan tujuan pengelolaan.
Untuk drainase, zonasi yang paling mudah adalah dengan menggunakan
batas daerah tangkapan air atau DAS. Fungsi zonasi sub sistem drainase adalah
untuk membagi beban limpasan air hujan yang diterima oleh suatu area (wilayah
perencanaan) sehingga setiap zona bisa menerima beban air limpasan secara
proporsional. Pembagian zonasi dapat dilihat pada lampiran peta.
3.9 Analisa Kapasitas Saluran Eksisting & Dimensi Saluran Baru
Hasil inventarisasi saluran eksisting dianalisa apakah saluran tersebut
mampu menampung debit limpasan pada daerah tangkapan air saluran. Jika
saluran mampu menampung maka tidak perlu perubahan dimensi saluran namun
jika saluran tidak mampu menampung maka diperlukan penanganan yang lebih
lanjut seperti rehabilitasi, peningkatan atau pembangunan saluran baru yang nanti
akan dijelaskan secara lengkap bab berikutnya.
Di bawah ini ditampilkan rekap hasil perhitungan kapasitas saluran
eksisting dan dimensi saluran baru untuk saluran-saluran yang tidak mampu
menerima beban air limpasan untuk tiap zona. Perhitungan analisa saluran
eksisting dapat dilihat pada lampiran.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
29
Tabel 13 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 1
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 Jl. Gatot Subroto Kel. Bulusan Primer 1-P Ka 295 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
2 Jl. Gatot Subroto Kel. Bulusan Primer 1-P Ki 295 0.70 0.70 0.80 Ok Persegi Tanah 0.70 0.70 0.80 Ok Persegi Pas. Batu Peningkatan
3 Jl. Lingkar Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-1 Ka 368 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
4 Jl. Lingkar Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-1 Ki 368 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
5 - Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-2 Ka 431 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
6 - Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-2 Ki 431 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
7 - Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-3 Ka 200 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
8 - Kel. Bulusan Sekunder 1-S1-3 Ki 200 0.70 0.70 0.75 Ok Persegi Pas. Batu saluran baru
Kegiatan disaluran
Panjang(m) Dimensi Saluran
Saluran Eksisting
Cekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Saluran Desain
Dimensi SaluranCek
kapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
NoLokasi
KategoriSaluran Nama Ruas
Jalan Desa/Kelurahan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
30
Tabel 14 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 2
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 - Desa Ketapang Primer 2-P1 Ka 873 1.00 1.20 1.40 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
3 - Desa Ketapang Primer 2-P2 Ka 276 0.60 0.60 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
4 - Desa Ketapang Primer 2-P2 Ki 276 0.60 0.60 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
5 - Desa Ketapang Primer 2-P3 Ka 510 0.70 0.80 0.70 Ok Trapesium Beton (tutup) 0.70 0.80 0.70 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
6 - Desa Ketapang Primer 2-P3 Ki 510 0.70 0.80 0.70 Ok Trapesium Beton (tutup) 0.70 0.80 0.70 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
7 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 2-P4 Ka 451 0.75 0.85 1.20 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
8 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 2-P4 Ki 451 0.75 0.85 1.20 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
9 Jl. J. Sudirman Desa Ketapang Sekunder 2-S1-1 Ka 1066 0.75 0.85 1.00 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
10 Jl. J. Sudirman Desa Ketapang Sekunder 2-S1-1 Ki 1066 0.75 0.85 1.00 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
11 Jl. J. Sudirman Desa Ketapang Sekunder 2-S1-2 Ka 260
12 Jl. J. Sudirman Desa Ketapang Sekunder 2-S1-2 Ki 260
13 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-3 Ka 334 0.50 0.50 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
14 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-3 Ki 334 0.50 0.50 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
15 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-4 Ka 712 0.55 0.65 0.95 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
16 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-4 Ki 712 0.55 0.65 0.95 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
17 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-5 Ka 149 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
18 - Desa Ketapang Sekunder 2-S1-5 Ki 149 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
19 Gg. Sayu Wiwit Desa Ketapang Sekunder 2-S3-1 Ka 449 0.20 0.40 0.30 Meluap Trapesium Pas. Batu 0.50 0.50 0.50 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
20 Gg. Masjid Desa Ketapang Sekunder 2-S3-1 Ki 449 0.30 0.30 0.10 Meluap Persegi Pas. Batu 0.50 0.50 0.50 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
21 Gg. Pasar Desa Ketapang Sekunder 2-S3-2 Ka 179 0.40 0.40 0.40 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
22 Gg. Pasar Desa Ketapang Sekunder 2-S3-2 Ki 179 0.30 0.30 0.15 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
23 Jl. Rowo Baru Desa Ketapang Sekunder 2-S4-1 Ka 501 0.55 0.65 0.90 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
24 Jl. Rowo Baru Desa Ketapang Sekunder 2-S4-1 Ki 501 0.55 0.65 0.90 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
25 Jl. Loreng Desa Ketapang Sekunder 2-S4-2 Ka 311 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
26 Jl. Loreng Desa Ketapang Sekunder 2-S4-2 Ki 311 0.55 0.55 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
27 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-3 Ka 181 0.40 0.40 0.90 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
28 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-3 Ki 181 0.40 0.40 0.60 Ok Stgh.Lngkrn Buis Beton 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
29 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-4 Ka 314 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
30 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-4 Ki 314 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
31 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-5 Ka 292 0.50 0.50 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
32 - Kel. Bulusan Sekunder 2-S4-5 Ki 292 0.50 0.50 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
Desa/KelurahanDimensi Saluran
Cekkapasit
asBentukSaluran
Saluran Irigasi
NoLokasi
KategoriSaluran Nama Ruas Panjang
(m)
Saluran Eksisting
Jalan
Saluran Desain
Cekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Dimensi SaluranKegiatan di
saluranKonstruksisaluran
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
31
Tabel 15 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 3
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 - Desa Ketapang Primer 3-P1 Ka 652 0.90 0.80 1.20 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
2 - Desa Ketapang Primer 3-P1 Ki 652 0.90 0.80 1.20 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
3 - Desa Ketapang Primer 3-P2 Ka 233 saluran baru
4 - Desa Ketapang Primer 3-P2 Ki 233 saluran baru
5 - Desa Ketapang Primer 3-P3 Ka 1055 1.00 1.20 1.30 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
6 - Desa Ketapang Primer 3-P3 Ki 1055 0.70 9.00 1.10 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
7 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 3-P4 Ka 1335 1.00 1.00 1.00 Ok Persegi Beton 1.00 1.00 1.00 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
8 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 3-P4 Ki 1335 0.75 0.75 0.95 Meluap Persegi Pas. batu 1.00 1.20 1.20 Ok Trapesium Pas. batu peningkatan
9 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 3-P5 Ka 117 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
10 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 3-P5 Ki 117 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
11Jl. KampungAnyar
Desa Ketapang Sekunder 3-S3-1 Ka 300 0.20 0.20 0.35 Meluap Persegi bata plestern 0.50 0.50 0.50 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
12Jl. KampungAnyar
Desa Ketapang Sekunder 3-S3-1 Ki 300 0.25 0.25 0.50 Meluap Persegi bata plestern 0.50 0.50 0.50 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
13 Jl. Pertamina Desa Ketapang Sekunder 3-S3-2 Ka 328 1.10 1.10 0.60 Ok Persegi Pas. batu 1.10 1.10 0.60 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
14 Jl. Pertamina Desa Ketapang Sekunder 3-S3-2 Ki 328 0.60 0.60 0.50 Ok Persegi Pas. batu 0.60 0.60 0.50 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
15 Gg. Melati Desa Ketapang Sekunder 3-S3-3 Ka 382 0.50 0.50 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
16 Gg. Melati Desa Ketapang Sekunder 3-S3-3 Ki 382 0.50 0.50 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
17Jl. KampungAnyar
Desa Ketapang Sekunder 3-S4-1 Ka 285 0.65 0.65 0.35 Ok Persegi Pas. batu 0.65 0.65 0.35 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
18Jl. KampungAnyar
Desa Ketapang Sekunder 3-S4-1 Ki 285 0.60 0.60 0.55 Ok Persegi Pas. batu 0.60 0.60 0.55 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
19 Jl. Pertamina Desa Ketapang Sekunder 3-S4-2 Ka 306 0.70 0.70 0.45 Ok Persegi Pas. batu 0.70 0.70 0.45 Ok Persegi Pas. batu rehabilitasi
20 Jl. Pertamina Desa Ketapang Sekunder 3-S4-2 Ki 306 0.45 0.45 0.45 Meluap Persegi Pas. Batu 0.50 0.50 0.50 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
21 Jl. Mutiara I Desa Ketapang Sekunder 3-S4-3 Ka 100 0.30 0.30 0.50 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
22 Jl. Mutiara I Desa Ketapang Sekunder 3-S4-3 Ki 100 0.25 0.40 0.40 Ok Trapesium Pas. batu 0.25 0.40 0.40 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
23 - Desa Ketapang Sekunder 3-S4-4 Ka 151 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
24 - Desa Ketapang Sekunder 3-S4-4 Ki 151 0.25 0.35 0.40 Ok Trapesium Pas. batu 0.25 0.35 0.40 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
25 Jl. Mutiara Desa Ketapang Sekunder 3-S4-5 Ka 207 0.25 0.25 0.50 Ok Persegi Pas. batu 0.25 0.25 0.50 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
26 Jl. Mutiara Desa Ketapang Sekunder 3-S4-5 Ki 207 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
Saluran DesainKegiatan di
saluranDimensi SaluranCek
kapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
LokasiKategoriSaluran Nama Ruas
Jalan Desa/KelurahanNo
Saluran Irigasi
Dimensi Saluran Cekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Panjang(m)
Saluran Eksisting
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
32
Tabel 16 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 4
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 - Desa Ketapang Primer 4-P1 Ka 365 0.70 0.70 0.30 Meluap Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
2 - Desa Ketapang Primer 4-P1 Ki 365 0.50 0.50 0.80 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
3 - Desa Ketapang Primer 4-P2 Ka 178 0.50 0.50 0.45 Ok Persegi Pas. Batu 0.50 0.50 0.45 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
4 - Desa Ketapang Primer 4-P2 Ki 178 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
5 - Desa Ketapang Primer 4-P3 Ka 182 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
6 - Desa Ketapang Primer 4-P3 Ki 182 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
7 Jl. Pesantren Desa Ketapang Primer 4-P4 Ka 409 0.30 0.30 0.20 Meluap Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.40 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
8 Jl. Pesantren Desa Ketapang Primer 4-P4 Ki 409 0.70 0.70 1.10 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
9 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 4-P5 Ka 641 0.30 0.75 0.70 Meluap Trapesium Pas. Batu 0.80 0.90 0.70 Ok Trapesium Pas. batu peningkatan
10 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 4-P5 Ki 641 0.50 0.60 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
11 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 4-P6 Ka 131 0.30 0.30 0.25 Meluap Persegi Pas. Batu 0.60 0.60 0.60 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
12 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 4-P6 Ki 131 0.60 0.70 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
13 - Desa Ketapang Sekunder 4-S4 Ka 109 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
14 - Desa Ketapang Sekunder 4-S4 Ki 109 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
15 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-1 Ka 357 0.40 0.50 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
16 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-1 Ki 357 0.40 0.60 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
17 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-2 Ka 370 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
18 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-2 Ki 370 0.40 0.60 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
19 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-3 Ka 337 0.40 0.40 0.90 Ok Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.90 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
20 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-3 Ki 337 0.40 0.50 0.70 Ok Trapesium Pas. batu saluran baru
21 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-4 Ka 182 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
22 - Desa Ketapang Sekunder 4-S5-4 Ki 182 0.40 0.40 0.70 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
23 - Desa Ketapang Sekunder 4-S6 Ka 174 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. Batu 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
24 - Desa Ketapang Sekunder 4-S6 Ki 129 0.30 0.30 0.30 Ok Persegi Pas. Batu 0.30 0.30 0.30 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
Panjang(m)
Saluran Eksisting Saluran DesainKegiatan di
saluranJalan Desa/KelurahanDimensi Saluran Cek
kapasitasBentukSaluran
Dimensi SaluranCek
kapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
NoLokasi
KategoriSaluran Nama Ruas
Konstruksisaluran
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
33
Tabel 17 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 5
Tabel 18 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 6
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 5-P1 Ka 126 0.60 0.70 0.70 Ok Trapesium Pas. batu 0.60 0.70 0.70 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
2 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 5-P1 Ki 126 0.75 0.75 0.70 Ok Persegi Pas. batu 0.75 0.75 0.70 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
3 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 5-P2 Ka 267 0.70 0.70 0.40 Meluap Persegi Pas. batu 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
4 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 5-P2 Ki 267 0.70 1.00 0.60 Ok Trapesium Pas. batu 0.70 1.00 0.60 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
5 - Desa Ketapang Sekunder 5-S Ki 144 0.60 0.60 0.60 Ok Persegi Pas. batu 0.60 0.60 0.60 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
Saluran Eksisting Saluran DesainKegiatan di
saluranDimensi SaluranCekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Cekkapasit
asBentukSaluran
Konstruksisaluran
NoLokasi
KategoriSaluran
NamaRuas
Panjang(m)Jalan Desa/Kelurahan
Dimensi Saluran
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 6-P1 Ka 222 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
2 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 6-P1 Ki 222 0.70 0.70 0.40 Meluap Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
3 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 6-P2 Ka 141 1.00 1.00 1.00 Ok Persegi Pas. Batu 1.00 1.00 1.00 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
4 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 6-P2 Ki 141 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
Saluran Eksisting Saluran DesainKegiatan di
saluranDimensi SaluranCekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Cekkapasit
asBentukSaluran
Konstruksisaluran
NoLokasi
KategoriSaluran
NamaRuas
Panjang(m)Jalan Desa/Kelurahan
Dimensi Saluran
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
34
Tabel 19 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 7
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 - Desa Ketapang Primer 7-P1 Ka 92 0.60 0.60 0.70 Ok Persegi Pas. batu
2 - Desa Ketapang Primer 7-P1 Ki 92 1.00 1.00 0.80 Ok Persegi Pas. Batu 1.00 1.00 0.80 Ok Persegi Pas. batu
3 - Desa Ketapang Primer 7-P2 Ka 154 1.00 1.00 0.80 Ok Persegi Pas. Batu 1.00 1.00 0.80 Ok Persegi Pas. batu
4 - Desa Ketapang Primer 7-P2 Ki 154 0.60 0.60 0.70 Ok Persegi Pas. batu
5 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 7-P3 Ka 110 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu
6 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 7-P3 Ki 110 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu
7 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 7-P4 Ka 82 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu
8 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 7-P4 Ki 82 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.40 Ok Persegi Pas. batu
9 - Desa Ketapang Sekunder 7-S3 Ka 111 1.20 1.40 0.35 Ok Trapesium Pas. Batu 1.20 1.40 0.35 Ok Trapesium Pas. batu
10 - Desa Ketapang Sekunder 7-S3 Ki 111 0.40 0.40 0.50 Ok Persegi Pas. batu
11 - Desa Ketapang Sekunder 7-S4 Ka 120 0.40 0.40 0.50 Ok Persegi Pas. batu
12 - Desa Ketapang Sekunder 7-S4 Ki 120 0.40 0.40 0.50 Ok Persegi Pas. batu
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Saluran Eksisting Saluran Desain
Dimensi Saluran Cekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Dimensi SaluranCek
kapasitas
NoLokasi
KategoriSaluran
NamaRuas
Panjang(m)Jalan Desa/Kelurahan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
35
Tabel 20 Hasil Rekapitulasi Analisa Kapasitas Saluran Eksisting Zona 8
b bawah b atas tinggi b bawah b atas tinggi(m) (m) (m) (m) (m) (m) (m)
1 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 8-P1 Ka 59 0.40 0.40 0.30 Ok Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.30 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
2 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 8-P1 Ki 59 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. Batu 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
3 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 8-P2 Ka 411 0.60 0.60 0.30 Meluap Persegi Pas. Batu 0.70 0.70 0.70 Ok Persegi Pas. batu peningkatan
4 Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang Primer 8-P2 Ki 411 0.40 0.60 0.60 Ok Trapesium Pas. Batu 0.40 0.60 0.60 Ok Trapesium Pas. batu pemeliharaan
5 - Desa Ketapang Sekunder 8-S1 Ka 85 0.60 0.60 0.60 Ok Persegi Pas. Batu 0.60 0.60 0.60 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
6 - Desa Ketapang Sekunder 8-S1 Ki 85 0.40 0.40 0.50 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
7 - Desa Ketapang Sekunder 8-S2-1 Ka 278 0.40 0.40 0.60 Ok Persegi Pas. batu saluran baru
8 - Desa Ketapang Sekunder 8-S2-1 Ki 278 0.40 0.40 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.40 0.40 0.40 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
9 - Desa Ketapang Sekunder 8-S2-2 Ka 73 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. Batu 0.60 0.60 0.30 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
10 - Desa Ketapang Sekunder 8-S2-2 Ki 73 0.55 0.55 0.40 Ok Persegi Pas. Batu 0.55 0.55 0.40 Ok Persegi Pas. batu pemeliharaan
Saluran Eksisting Saluran DesainKegiatan di
saluranDimensi SaluranCekkapasitas
BentukSaluran
Konstruksisaluran
Cekkapasit
asBentukSaluran
Konstruksisaluran
NoLokasi
KategoriSaluran Nama Ruas Panjang
(m)Jalan Desa/KelurahanDimensi Saluran
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
36
44.. PPEENNYYUUSSUUNNAANN MMAASSTTEERRPPLLAANN
4.1 Dasar Penanganan
Sesuai dengan tujuannya, pembuatan master plan sistem drainase kota
diarahkan untuk menyiapkan suatu pedoman atau arahan umum bagi Pemerintah
dalam menentukan dan menangani pembangunan/pengelolaan sistem jaringan
drainase kota di masa datang dengan jangkauan waktu tertentu.
Dengan demikian penanganan master plan sistem drainase kota harus
merupakan bagian yang tidak terpisahkan satu bagian dari pola induk sistem
pengembangan kota.
Dari segi penanganan dan pembangunan drainase harus didasarkan pada
urutan prioritas penanganan sesuai dengan tingkat permasalahan yang ada dan
yang harus ditangani segera, khususnya untuk penanganan-penanganan yang
bersifat jangka panjang.
4.2 Sistem Penanganan
Atas dasar pertimbangan konsepsi dan strategi diatas, diusulkan penanganan
sistem jaringan drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang sebagai berikut :
1. Penanganan dengan titik berat jangka pendek dilakukan berdasarkan pembagian
kawasan Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang dalam sub-sub sistem jaringan
drainase kota
2. Penanganan jangka panjang berupa pembuatan master plan yang dikaitkan
dengan rencana pola induk pengembangan kota, master plan ini tidak hanya
mencakup daerah-daerah perkotaan saja, program ini harus mencakup rencana
pengembangan kota dalam jangka waktu antara 10 tahun, sehingga diharapkan
konsep penataan tata ruang tidak saling tumpang tindih (overlap), dalam kaitan
tersebut perlu adanya kajian yang lebih dalam dengan sektor institusi lainnya.
3. Master plan sistem jaringan drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang
disusun secara bertahap, yaitu :
Penanganan kota yang ada, melalui peningkatan fungsi dan kemampuan
jaringan yang ada.
Penanganan daerah pengembangan kota melalui peningkatan dan pembuatan
saluran baru.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
37
Rencana saluran drainase dapat diarahkan untuk mengalirkan air dari daerah
genangan, sementara yang ada tetap dapat berfungsi menampung sesuai
dengan beban pengaliran yang ada.
4.3 Pendekatan Aspek Penyusunan Masterplan Drainase
Dalam pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan
Khusus Pelabuhan Ketapang ini, pendekatan masalah yang akan dilakukan
mencakup aspek teknis, sedangkan aspek non teknis berkaitan dengan sistem dan
karakteristik yang ada di kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang seperti mengenai
kelembagaan dan investasi dari pembangunan drainase itu sendiri. Pendekatan ini
sangat penting dilakukan mengingat bangunan saluran drainase merupakan bagian
dari pembangunan prasarana kota secara makro.
Dalam Penyusunan Master Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang
diupayakan memenuhi kriteria dan aspek serta tahapan sebagai berikut :
4.3.1. Aspek Teknis
Perbaikan sistem drainase di daerah perkotaan mengikuti tahapan:
1. Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini.
2. Perumusan rencana perbaikan sistem drainase
3. Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul,
gorong-gorong, kolam retensi, stasiun pompa dll.
4. Pelaksanaan pekerjaan.
5. Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase.
Sesuai dengan kondisi system drainase di Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapang maka aspek teknik harus dipenuhi semuanya, sehingga nantinya dapat
diperoleh perencanaan yang terpadu dan berkesinambungan.
4.3.2. Aspek Ekonomi dan Finansial
Aspek ekonomi dan finansial ini bertujuan untuk melakukan identifikasi
tingkat kelayakan suatu proyek secara ekonomis atau dengan kata lain melakukan
penilaian apakah investasi yang ditanamkan akan memberikan manfaat ekonomi
yang cukup. Melakukan penilaian seberapa besar keuntungan yang diperoleh oleh
penerima manfaat (dalam hal ini masyarakat) jika dibandingkan dengan tanpa
proyek. Melakukan jastifikasi terhadap biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan
proyek tersebut dan kemungkinan pengembalian investasi (cost recovery) dalam
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
38
kaitannya dengan pembayaran kembali pinjaman dari pihak donor. Dan melakukan
identifikasi terhadap resiko-resiko yang mungkin akan menjadi kendala bagi proyek
untuk mencapai tujuan yang diprogramkan.
4.3.3. Aspek Sosial
Di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang, kondisi masyarakatnya beberapa
masih belum memahami dengan baik tentang pentingnya sarana dan prasarana
drainase, sehingga masih banyak ditemukan sampah yang dibuang pada saluran
dan yang cukup perlu dicermati adalah beberapa masyarakat yang menolak atau
tidak setuju dibuat sarana dan prasarana drainase. Untuk mengatasi hal tersebut
bisa dilakukan kajian tersendiri melalui sosialisasi dan pendekatan kepada
masyarakat sebelum dilaksanakan pembangunan sarana dan prasarana drainase.
4.3.4. Aspek Legalitas atau Perundang-undangan.
Saat ini di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang belum ada peraturan yang
mengatur tentang drainase dan hal terkaitnya, sehingga perlu dibuat suatu
peraturan daerah dengan mengacu pada peraturan yang ada dan peraturan lain
yang terkait.
Seperti yang sudah disampaikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14
Tahun 1987, penangganan pembangunan drainase dilakukan sejalan dengan asas
desentralisasi di bidang pekerjaan umum. Pada hakekatnya Pemerintah Daerah
tingkat II bertanggungjawab dalam perencanaan, pelaksanaan, operasi dan
pemeliharaan sistem drainase perkotaan. Operasi dan pemeliharaan sistem drainase
lokal menjadi tanggung jawab masyarakat perkotaan.
4.3.5. Aspek Kelembagaan.
Organisasi atau lembaga pengelola prasarana dan sarana pengendalian banjir
diperkotaan harus dibentuk, tidak hanya pada kawasan kota saja, tetapi juga di
seluruh daerah tangkapan air dan kawasan perairan pantai dimana sumber
permasalahan berasal.
Institusi ini mempunyai tanggung jawab mengendalikan peningkatan debit
dari daerah hulu dengan jalan menurunkan aliran permukaan dan meregulasi debit
puncak melalui berbagai macam cara dan bertanggung jawab untuk mengendalikan
pengambilan air tanah yang berdampak pada amblesan tanah (land Subsidence).
Selain itu juga bertanggung jawab terhadap pengembangan rencana dan program,
persiapan dan implementasi sistem pembangunan, melakukan operasi dan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
39
pemeliharaan, manajemen keuangan, dan menjaga sistem pendukung pengambilan
keputusan (Decision Support System = DSS).
Di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang pengelola sarana dan prasarana
drainase meliputi Dinas Pekerjaan Umum dan tentunya Bappeda Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang pada perencanaan makronya.
4.3.6. Aspek Lingkungan.
Aspek lingkungan ini perlu diperhatikan baik lingkungan fisik, biologi dan
kimia, agar tidak menimbulkan dampak negatif seperti genangan permanen dalam
saluran/bangunan air, atau pencemaran air tanah bagi lingkungan.
Saat ini di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang belum banyak terdapat
industri/pabrik, tetapi tetap diwajibkan untuk mengolah terlebih dahulu limbah
industri/pabrik sebelum dialirkan pada sistem drainase kota. Perkembangan
perumahan baru juga harus dilengkapi dengan sarana dan prasarana drainase
sesuai dengan kondisi sistem drainase kota, serta melestarikan lingkungan.
Serta sejalan dengan perkembangan, implementasi sumur resapan, bio pori
dan pengolahan grey water perlu digalakan untuk menjaga kelestarian lingkungan
khususnya air.
4.4 Pendekatan Teknis
Di dalam kajian teknis perencanaan sistem drainase Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang mencakup beberapa prinsip utama yang harus diletakkan
sebagai dasar pada sistem drainase perkotaan, antara lain :
1. Kapasitas sistem harus mencukupi.
2. Tata letak sistem memenuhi kreteria perkotaan dan memiliki kesempatan
perluasan sistem.
3. Stabilitas sistem harus terjamin dengan analisa berbagai kondisi dan adanya
kemudahan dalam operasi dan pemeliharaan.
4.5 Penangganan Drainase
Penangganan drainase dimaksudkan untuk mengoptimalkan system
prasarana dan sarana yang ada, baru dilanjutkan dengan pengembangan system.
4.5.1. Kegiatan Pengamanan Dan Pencegahan
Kegiatan pengamanan dan pencegahan adalah usaha pengamanan atau
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
40
menjaga kondisi dan/atau fungsi sistem dari hal-hal yang dapat mengakibatkan
rusaknya jaringan. Kegiatan ini meliputi, antara lain:
1. Inspeksi rutin
2. Melarang membuang sampah di saluran/kolam
3. Melarang merusak bangunan drainase
4. Larangan membangun pada tanggul/sempadan sungai/saluran
Kegiatan pengamanan dan pencegahan terhadap fasilitas sarana dan
prasarana drainase sedapat mungkin dilakukan pada semua.
4.5.2. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan perawatan adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi
dan/atau fungsi sistem tanpa ada bagian kontruksi yang diubah/diganti.
4.5.2.1 Pemeliharaan Rutin
Perawatan rutin adalah usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan
fungsi sistem, tanpa ada bagian kontruksi yang diubah/diganti dan dilaksanakan
setiap waktu secara berulang - ulang. Kegiatan ini meliputi antara lain:
a. Drainase saluran terbukaPada saluran drainase berupa saluran terbuka, baik berupa saluran dari
tanah, pasangan batu kali atau beton. Saluran ini dilengkapi dengan tanggul atau
jalan inspeksi. Kegiatan perawatan rutin meliputi:
Membabat rumput pada tebing saluran (untuk saluran dari tanah)
Membersihkan sampah, tumbuhan pengganggu yang berada di saluran
Memperbaiki longsoran-longsoran kecil yang terjadi di lereng saluran
Menambal dinding saluran yang retak atau rusak, dan merapikan bentuk profil
saluran
Memperbaiki kerusakan kecil pada tanggul akibat penurunan, rembesan, dan
longsoran kecil.
Menambal dan memperbaiki kerusakan kecil/setempat pada jalan inspeksi
b. Drainase Saluran Tertutup, box culvert, gorong-gorongPada kawasan perkotaan, saluran drainase banyak berupa saluran tertutup.
Saluran dapat terbuat dari buis beton yang dilengkapi dengan lubang kontrol (man
hole), atau saluran pasangan batu kali/beton yang diberi plat tutup dari beton
betulang. Karena tertutup, maka perubahan penampang saluran akibat sedimentasi,
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
41
sampah, dan lain-lain tidak dapat terlihat dengan mudah. Oleh karena itu, kegiatan
pemeliharaan perlu di dahului dengan inspeksi saluran, dengan cara :
c. Inspeksi lubang kontrol (man hole)
Pekerjaan inspeksi man hole yang tampaknya sepele ini, ternyata berbeda di
lapangan. Dalam praktek, membuka tutup man hole bukan pekerjaan mudah,
selain berat, sering tutup man hole terjepit karena kurang sempurna pada saat
kontruksi atau pengecoran. Untuk mempermudah atau memperingan
pengangkatan tutup man hole dapat dilakukan dengan alat bantu tripot dan
katrol.
Setelah tutup terangkat, inspeksi dilakukan dengan jalan menancapkan jalon
(tongkat yag berujung runcing) ke dalam man-hole sampai menyentuh dasarnya
untuk mengetahui ketebalan endapan sedimen. Jika memungkinkan, inspektor
dapat turun ke dalam man-hole. Hal ini perlu dilakukan secara hati-hati, karena
di dalam man-hole sering terdapat gas-gas beracun seperti H2S, CO, CH4, dll.
Tindakan yang dapat dilakukan sebelum turun ke man-hole antara lain:
Tiupkan zat asam segar ke dalam man-hole dengan blower
Lengkapi inspektor dengan tabung zat asam dan perlengkapannya.
Jangan merokok, karena zat metan (CH4) mudah terbakar dan meledak di
dalam man-hole
Air limbah rumah tangga, dan atau industri yang dibuang ke saluran drainase
beracun dan merusak kulit tubuh, oleh karena itu diperlukan pakaian khusus
bagi inspektor.
Jika memungkinkan, pada waktu inspektor berada di dalam man-hole, sekaligus
memeriksa kondisi saluran drainase. Namun dijumpai kondisi man-hole sangat
gelap, khususnya jika man-hole cukup dalam. Dalam hal ini diperlukan teknik
tersendiri dalam melakukan inspeksi, diantaranya:
Inspeksi dengan senter-cermin: sinar dari senter yang kuat disorotkan oleh
inspektor-1 dari lubang pipa melalui man-hole dan inspektor-2 melihat
cermin dari lubang pipa pada man-hole berikutnya.
Inspeksi dengan sinar matahari-cermin: sinar matahari dipantulkan oleh
cermin oleh inspektor-1 dari lubang pipa melalaui man-hole dan ditangkap
oleh cermin dari lubang pipa pada man-hole berikutnya.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
42
Inspeksi dengan Tele Eye: sebuah Handy Camera yang digerakkan oleh robot
kecil berjalan masuk ke dalam pipa. Inspektor mengamati kondisi pipa dari
layar monitor yang berada di luar man-hole.
4.5.2.2 Pemeliharaan berkala
Perawatan berkala adalah usaha-usaha mempertahankan kondisi dan fungsi
sistem, tanpa ada bagian kontruksi yang diubah/diganti dan dilaksanakan secara
berkala. Kegiatan ini meliputi, antara lain:
a. Drainase saluran terbuka
Disamping kegiatan rutin, perlu dilakukan pemeliharaan berkala dengan skala
yang lebih besar, yaitu mengeruk/mengangkat endapan lumpur di sepanjang
saluran, dilakukan setiap periode tertentu (biasanya antara 1 – 4 tahunan),
dilakukan pada saat musim kemarau. Pekerjaan ini dilakukan untuk
mempertahankan penampang saluran, karena aliran airnya tidak mampu
menggelontor endapan lumpur dan sampah cukup tinggi.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan saluran dari
endapan sedimen/lumpur, yaitu:
Menciptakan kecepatan gelontor yang cukup tinggi sehingga mampu
membersihkan sampah/sedimen setiap kali terjadi aliran besar. Cara ini
sangat ekonomis, namun tidak selalu dapat dilaksakan, karena sangat
tergantung pada kemiringan saluran yang ada. Pasokan air penggelontor juga
sering menjadi penghambat, karena tidak selalu tersedia cukup, terutama
pada musim kemarau.
Pengerukan dengan padat karya dapat diujicobakan selama masih
memungkinkan secara teknis.
Pengerukan dengan menggunakan peralatan berat. Alat berat yang biasa
digunakan antara lain back-hoe, clamp-shell, dan dump truck pada . Jika
tersedia jalan inspeksi yang cukup (kuat dan lebar) untuk operasi alat berat,
dan lebar saluran dapat dijangkau oleh alat berat dari darat, maka kegiatan
pengerukan dapat dilakukan dari darat (jalan inspeksi). Namun jika jalan
inspeksi tidak ada atau ada tapi tidak mencukupi, dan sungai cukup lebar,
maka back-hoe/atau clamp-shell dapat dioperasikan dari atas pontoon, atau
dapat digunakan amphibious dredger.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
43
Material hasil pengerukan yang berupa lumpur/pasir dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, selama material tersebut tidak mengandung logam
berat atau bahan berbahaya lainnya, antara lain:
1. Untuk menimbun sampah di tempat penimbunan akhir (TPA).
Penimbunan dilakukan berlapis-lapis sehingga dapat terjadi dekomposisi
yang baik
2. Untuk mengurug lahan yang rendah (reklamasi lahan) sehingga mencapai
elevasi tertentu yang bebas dari banjir rob maupun banjir biasa.
3. Untuk pupuk tanaman, mengingat lumpur sedimen ini biasanya banyak
mengandung bahan organik.
b. Drainase tertutup, box culvert, dan gorong-gorong
Seperti halnya saluran terbuka saluran tertutup juga mengalami pengendapan
yang tidak kalah tinggi, sehingga perlu juga dilakukan pengerukan. Pelaksanaan
pengerukan sedimen pada saluran tertutup lebih sulit dibandingkan pada
saluran terbuka, sehingga diperlukan pengawasan yang cukup ketat.
Pembersihan saluran tertutup yang berukuran cukup besar, dimana pekerja
dapat masuk dengan leluasa, dapat dilakukan secara manual. Sedangkan
saluran atau pipa yang berukuran kecil hal ini tidak mungkin dilakukan,
sehingga diperlukan cara lain, yaitu rodding (penggarukan) dan jetting
(penyemprotan dan penyedotan).
Rodding (Penggarukan)Sedimen yang mengendap di dalam saluran tertutup dibersihkan/dikeluarkan
dengan penggaruk atau sikat yang ditarik dengan kabel dari man hole ke man hole.
Untuk meringankan penarikan kabel dipakai katrol. Metode ini jarang digunakan,
karena mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
a. Pengangkatan lumpur yang telah digaruk dan masuk ke man hole masih
menggunakan tenaga manusia (manual)
b. Penggaruk/sikat kemungkinan tersangkut pada sambungan antara buis
beton yang dapat menyebabkan penyumbatan. Pengambilannya perlu
membongkar saluran.
c. Pada pipa dengan endapan yang cukup tebal dan padat, dapat menyebabkan
kabel putus dan/atau dinding man hole pecah tak kuat menahan tekanan.
Jetting (penyemprotan dan penyedotan)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
44
Cara jetting, boleh dikatakan lebih modern, namun memerlukan biaya
investasi, O dan P yang cukup besar. Peralatan yang diperlukan meliputi: truk
tangki air dilengkapi dengan selang bertekanan tinggi, nozel, dan generator; truk
tangki penyedot (vacuum), dan juga sumber air untuk penyemprot lumpur.
Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah usaha-usaha untuk mengembalikan kondisi dan/atau
fungsi saluran dan/atau bangunan-bangunan drainase supaya berfungsi optimal
sesuai dengan kapasitas semula. Menurut sifat penanganannya dapat dibedakan:
a. Rehabilitasi daruratPerbaikan darurat adalah usaha-usaha perbaikan dengan maksud agar
saluran dan bangunan dapat segera berfungsi. Kerusakan saluran dan bangunan
dapat terjadi sebagai akibat bencana alam maupun kelalaian manusia. Yang
dimaksud bencana alam adalah semua penyebab kerusakan di luar kemampuan
manusia, seperti gempa bumi, angin topan, hujan lebat, tanggul jebol akibat banjir
besar, tanah longsor yang merusak sistem drainase. Sedangkan yang termasuk
akibat kelalaian manusia misalnya petugas tidak melumasi pintu sehingga macet.
Pintu/pintu klep tidak dapat ditutup sehingga air masuk ke kawasan/lahan, dll.
b. Rehabilitasi PermanenPerbaikan permanen adalah usaha-usaha perbaikan dengan maksud untuk
mengembalikan kondisi dan fungsi sistem/jaringan yang sifatnya merupakan
peningkatan perbaikan darurat maupun memperbaiki kerusakan akibat bencana
alam atau kelalaian manusia dengan dibuat disain yang mantap, sehingga hasil
perbaikannya bersifat permanen.
Program ini memerlukan pemeriksaan berkala yang mencakup pengukuran,
penelitian, dan pengecekan untuk mengetahui terjadinya kerusakan pada saluran
atau bangunan.
Kegiatan rehabilitasi dalam hal ini antara lain:
Memperbaiki kerusakan saluran dan bangunan pelengkap sebagai akibat
bencana alam maupun kelalaian manusia.
Memperbaiki kerusakan berat yang tak dapat ditangani dengan kegiatan
perawatan (rutin dan berkala).
4.5.3. Peningkatan
Peningkatan baik secara kualitas dan kuantitas, normalisasi, peningkatan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
45
teknologi bertujuan dengan adanya perubahan – perubahan perkembangan daerah
pengaliran sejalan dengan pembangunan. Termasuk juga usaha-usaha
pemeliharaan untuk mengganti seluruh/sebagian komponen prasarana sarana fisik,
fasilitas dan peralatan jaringan yang ada secara kualitas dan kuantitas kondisinya
tidak layak lagi. Kegiatan peningkatan adalah menambah/merubah dimensi saluran
drainase yang sudah tidak sesuai.
4.5.4. Pembangunan Baru
Pembangunan baru, baik pengembangan system eksisting maupun
pembangunan system baru bertujuan untuk :
Melayani daerah aliran yang jauh atau tidak terjangkau dari sistem drainase
eksisting
Menunjang pertumbuhan ekonomi dengan mengarahkan perkembangan kota
sesuai dengan peruntukannya, pembangunan pemukiman baru, perluasan
kesempatan kerja dan sebagainya
Meningkatkan pelestarian lingkungan dengan sistim drainase yang baik dan
dilengkapi fasilitas konservasi
Kegiatan pembangunan baru meliputi :
Pembuatan saluran drainase baru sebagai perkembangan dari saluran
drainase eksisting.
Pembuatan bangunan pelengkap baru, Bak kontrol, gorong – gorong, inlet,
grill, dll.
Pada wilayah yang tingkat pencemaran limbahnya kecil, dibuat saluran
resapan dan sumur resapan yang fungsinya selain mengurangi beban debit
air, juga dapat melestarikan lingkungan, khususnya kualitas air.
4.6 Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang
Perencanaan penyusunan Master Plan Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapang terdiri dari beberapa tahap yaitu 5 (lima) tahunan sampai dengan tahun
2025 (10 tahun). Sehingga pendekatan untuk analisa terutama analisa teknis
berdasarkan pada kondisi 5 tahunan (pada bab sebelumnya).
Perencanaan sistem jaringan drainase adalah berdasarkan pada identifikasi
permasalahan sistem drainase eksisting, analisa dan kriteria yang telah ditentukan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
46
(pada bab sebelumnya), kegiatan utama yang dilakukan pada perencanaan jaringan
drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang meliputi :
1. Penanggulangan masalah genangan/banjirUntuk mengurangi atau menanggulangi masalah genangan perlu
dilakukan beberapa tindakan berdasarkan identifikasi masalah genangan pada
tiap – tiap lokasi genangan, analisa dan pemecahannya.
2. PemeliharaanBaik pemeliharaan rutin maupun pemeliharaan berkala dalam rangka
usaha-usaha untuk mempertahankan kondisi dan fungsi sistem, tanpa ada
bagian kontruksi yang diubah/diganti
3. RehabilitasiAdanya endapan, sampah dan kerusakan pada saluran drainase
menghambat aliran air dan mengurangi kapasitas dari saluran, sehingga perlu
adanya pengerukan endapan, pengangkatan sampah, perapian tanggul dan
perbaikan saluran. Rehabilitasi sebagai usaha untuk mengembalikan kondisi
dan/atau fungsi saluran dan/atau bangunan-bangunan drainase supaya
berfungsi optimal sesuai dengan kapasitas semula.
4. PeningkatanPertumbuhan penduduk dan perubahan lahan setiap tahun di Kawasan
Khusus Pelabuhan Ketapang sangat berpengaruh pada besarnya air yang
dialirkan/ditampung saluran drainase, sehingga perlu adanya penambahan
dimensi saluran drainase yang ada sehingga dapat menampung/mengalirkan air.
Debit air yang digunakan untuk mendesain ulang saluran drainase yang ada
adalah debit air rencana 2025 (10 tahun). Peningkatan baik secara kualitas dan
kuantitas, normalisasi, peningkatan teknologi bertujuan dengan adanya
perubahan – perubahan perkembangan daerah pengaliran sejalan dengan
pembangunan.
5. Pembangunan BaruPerlu adanya pembangunan saluran drainase baru untuk melayani debit
air yang semakin bertambah setiap tahunnya.
6. Operasi dan pemeliharaan saluran drainase yang adaDalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan saluran drainase yang ada
keterlibatan masyarakat sekitar sangat diperlukan sehingga perlu
disosialisasikan dengan baik.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
47
4.6.1. Tahap Persiapan (Tahun 2014)
Yang dimaksud dengan Tahap Persiapan adalah penyusunan rencana sistem
jaringan drainase, khususnya menanggulangi dan mengatasi genangan yang terjadi
di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang.
Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang
yang sedang disusun ini termasuk tahap persiapan yang nantinya akan digunakan
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan pembangunan jaringan drainase untuk
seluruh daerah terpilih di Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang.
4.6.2. Tahap I (Tahun 2015 - 2020)
Setelah tahap Penyusunan Perencanaan Sistem Drainase Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang, pada tahap ini dapat disusun suatu acuan untuk pelaksanaan
Master Plan Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang, sehingga dapat
mendapatkan hasil yang maksimal.
Dalam bentuk sebuah peraturan yang dimaksudkan untuk menjadi acuan
dalam pelaksanaan kegiatan operasi, pemeliharaan dan pembangunan drainase
dalam hal ini dengan tujuan mempercepat penanganan operasi, pemeliharaan dan
pembangunan drainase untuk pelayanan masyarakat dan untuk mendukung
kelancaran tugas dan fungsi instansi terkait.
1. Perencanaan Teknis(1) Perencanaan (desain) berupa : gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat-
syarat (RKS) serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) dilaksanakan oleh
unsur masyarakat (yang memiliki latar belakang pendidikan teknis), Dinas
Teknis (Dinas Pekerjaan Umum) dengan dasar pelaksanaan melalui surat
keputusan pengguna anggaran;
(2) Hasil perencanaan tersebut sebelum dilaksanakan harus mendapat
persetujuan/pengesahan dari Dinas Pekerjaan Umum Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang selaku instansi teknis;
2. Pelaksanaan(1) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan drainase berdasarkan pola swakelola
yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat dengan prioritas Lembaga
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
48
Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dengan memberdayakan masyarakat
setempat;
(2) Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan drainase dikerjakan dengan
memprioritaskan tenaga kerja di Kelurahan setempat;
(3) Tenaga kerja dimaksud (2) diupah menurut ketentuan yang berlaku;
3. Pengawasan Teknis(1) Pengawasan pelaksanaan di lapangan dilaksanakan oleh kelompok
masyarakat setempat dan melibatkan unsur dari Dinas Pekerjaan Umum
Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang dengan dasar pelaksanaan melalui
surat keputusan pengguna anggaran;
(2) Pengawasan lapangan yang ditunjuk menyusun laporan kemajuan
pekerjaan yang terdiri dari laporan harian, mingguan, bulanan dan akhir;
(3) Pengawas lapangan senantiasa melakukan koordinasi dengan Tim
Pengendali Teknis Kegiatan yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran
apabila menemukan masalah selama pekerjaan di lapangan;
Laporan Pelaksanaan Kegiatan dari setiap pekerjaan yang telah disusun oleh
masing-masing pengawas lapangan selanjutnya disampaikan kepada Tim Pengendali
Teknis Kegiatan di kecamatan untuk selanjutnya ditandatangani Pengguna
Anggaran dan dilaporkan kepada Bapak Walikota.
Untuk Tahap I, pekerjaan difokuskan pada daerah rawan genangan yang
berada di dekat pantai. Hasil penyusunan rencana sistem drainase Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang Tahap I (Tahun 2015) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21 Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan KetapangTahap I (Tahun 2015 - 2020)
Zona No Nama RuasLokasi
Penanganan diSaluran
Jalan Desa/Kelurahan
Zona 2 1 2-S4-4 Ka - Kel. Bulusan saluran baru
2 2-S4-4 Ki - Kel. Bulusan saluran baru
3 2-S4-5 Ka - Kel. Bulusan saluran baru
4 2-S4-5 Ki - Kel. Bulusan saluran baru
Zona 3 5 3-P4 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
49
Zona No Nama RuasLokasi
Penanganan diSaluran
Jalan Desa/Kelurahan
6 3-P4 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
7 3-P5 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
8 3-P5 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
9 3-S3-1 Ka Jl. Kampung Anyar Desa Ketapang peningkatan
10 3-S3-1 Ki Jl. Kampung Anyar Desa Ketapang peningkatan
11 3-S3-2 Ka Jl. Pertamina Desa Ketapang pemeliharaan
12 3-S3-2 Ki Jl. Pertamina Desa Ketapang pemeliharaan
13 3-S4-3 Ka Jl. Mutiara I Desa Ketapang saluran baru
14 3-S4-3 Ki Jl. Mutiara I Desa Ketapang pemeliharaan
15 3-S4-4 Ka - Desa Ketapang saluran baru
16 3-S4-4 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
17 3-S4-5 Ka Jl. Mutiara Desa Ketapang pemeliharaan
18 3-S4-5 Ki Jl. Mutiara Desa Ketapang saluran baru
Zona 4 19 4-P5 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
20 4-P5 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang saluran baru
21 4-P6 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
22 4-P6 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang saluran baru
23 4-S5-2 Ka - Desa Ketapang saluran baru
24 4-S5-2 Ki - Desa Ketapang saluran baru
25 4-S5-3 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
26 4-S5-3 Ki - Desa Ketapang saluran baru
27 4-S5-4 Ka - Desa Ketapang saluran baru
28 4-S5-4 Ki - Desa Ketapang saluran baru
Sumber : Hasil Analisa
4.6.3. Tahap II (Tahun 2020 - 2025)
Pada tahap ini lebih pada penyesuaian saluran drainase yang ada menurut
pendekatan teknis dengan kondisi Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang 5 (lima)
tahun yang akan datang. Tahap ini juga merupakan tahap lanjutan dari tahap
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
50
penyusunan rencana sistem drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang untuk
tahun 2015. Pada penyusunan tahap ini difokuskan pada pembangunan saluran
primer.
Hasil penyusunan rencana sistem drainase Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapang Tahap II (Tahun 2020 – 2025)) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 22 Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan KetapangTahap II (Tahun 2020 - 2025)
No No NamaRuas
LokasiPenanganan di
SaluranJalan Desa/Kelurahan
Zona 1 1 1-P Ka Jl. Gatot Subroto Kel. Bulusan pemeliharaan
2 1-P Ki Jl. Gatot Subroto Kel. Bulusan pemeliharaan
Zona 2 3 2-P1 Ka - Desa Ketapang saluran baru
4 2-P2 Ka - Desa Ketapang saluran baru
5 2-P2 Ki - Desa Ketapang saluran baru
6 2-P3 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
7 2-P3 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
8 2-P4 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang saluran baru
Zona 3 9 3-P1 Ka - Desa Ketapang saluran baru
10 3-P1 Ki - Desa Ketapang saluran baru
11 3-P2 Ka - Desa Ketapang saluran baru
12 3-P2 Ki - Desa Ketapang saluran baru
13 3-P3 Ka - Desa Ketapang saluran baru
Zona 4 14 4-P1 Ka - Desa Ketapang peningkatan
15 4-P1 Ki - Desa Ketapang saluran baru
16 4-P2 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
17 4-P2 Ki - Desa Ketapang saluran baru
18 4-P3 Ka - Desa Ketapang saluran baru
19 4-P3 Ki - Desa Ketapang saluran baru
20 4-P4 Ka Jl. Pesantren Desa Ketapang peningkatan
21 4-P4 Ki Jl. Pesantren Desa Ketapang saluran baru
Zona 5 22 5-P1 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
51
No No NamaRuas
LokasiPenanganan di
SaluranJalan Desa/Kelurahan
23 5-P1 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
24 5-P2 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
25 5-P2 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
Zona 6 26 6-P1 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
27 6-P1 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
28 6-P2 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
29 6-P2 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
Zona 7 30 7-P1 Ka - Desa Ketapang saluran baru
31 7-P1 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
32 7-P2 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
33 7-P2 Ki - Desa Ketapang saluran baru
34 7-P3 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
35 7-P3 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
36 7-P4 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
37 7-P4 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
38 7-S3 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
Zona 8 39 8-P1 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
40 8-P1 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
41 8-P2 Ka Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang peningkatan
42 8-P2 Ki Jl. Raya Bwi-Stbd Desa Ketapang pemeliharaan
Sumber : Hasil Analisa
4.6.4. Tahap III (Tahun 2025 - 2030)
Seperti pada Tahap II (Tahun 2020), pada tahap ini juga merupakan
penyesuaian saluran drainase yang ada menurut pendekatan teknis dengan kondisi
Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang 10 (sepuluh) tahun yang akan datang. Pada
penyusunan tahap ini difokuskan pada pembangunan saluran sekunder dan
dianggap bahwa rencana tahap sebelumnya sudah terealisasikan.
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
52
Hasil penyusunan rencana sistem drainase Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapang Tahap III (Tahun 2025) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 23 Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan KetapangTahap III (Tahun 2025 - 2030)
No No Nama RuasLokasi
Penanganan diSaluran
Jalan Desa/Kelurahan
Zona 1 1 1-S1-1 Ka Jl. Lingkar Kel. Bulusan saluran baru
2 1-S1-1 Ki Jl. Lingkar Kel. Bulusan saluran baru
3 1-S1-2 Ka - Kel. Bulusan saluran baru
4 1-S1-2 Ki - Kel. Bulusan saluran baru
5 1-S1-3 Ka - Kel. Bulusan saluran baru
6 1-S1-3 Ki - Kel. Bulusan saluran baru
Zona 2 7 2-S1-1 Ka Jl. J. Sudirman Desa Ketapang saluran baru
8 2-S1-1 Ki Jl. J. Sudirman Desa Ketapang saluran baru
9 2-S1-2 Ka Jl. J. Sudirman Desa Ketapang 0.00
10 2-S1-2 Ki Jl. J. Sudirman Desa Ketapang 0.00
11 2-S1-3 Ka - Desa Ketapang saluran baru
12 2-S1-3 Ki - Desa Ketapang saluran baru
13 2-S1-4 Ka - Desa Ketapang saluran baru
14 2-S1-4 Ki - Desa Ketapang saluran baru
15 2-S1-5 Ka - Desa Ketapang saluran baru
16 2-S1-5 Ki - Desa Ketapang saluran baru
17 2-S3-1 Ka Gg. Sayu Wiwit Desa Ketapang peningkatan
18 2-S3-1 Ki Gg. Masjid Desa Ketapang peningkatan
19 2-S3-2 Ka Gg. Pasar Desa Ketapang saluran baru
20 2-S3-2 Ki Gg. Pasar Desa Ketapang saluran baru
21 2-S4-1 Ka Jl. Rowo Baru Desa Ketapang saluran baru
22 2-S4-1 Ki Jl. Rowo Baru Desa Ketapang saluran baru
23 2-S4-2 Ka Jl. Loreng Desa Ketapang saluran baru
24 2-S4-2 Ki Jl. Loreng Desa Ketapang saluran baru
25 2-S4-3 Ka - Kel. Bulusan saluran baru
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
53
No No Nama RuasLokasi
Penanganan diSaluran
Jalan Desa/Kelurahan
26 2-S4-3 Ki - Kel. Bulusan pemeliharaan
Zona 3 27 3-S3-3 Ka Gg. Melati Desa Ketapang saluran baru
28 3-S3-3 Ki Gg. Melati Desa Ketapang saluran baru
29 3-S4-1 Ka Jl. Kampung Anyar Desa Ketapang pemeliharaan
30 3-S4-1 Ki Jl. Kampung Anyar Desa Ketapang pemeliharaan
31 3-S4-2 Ka Jl. Pertamina Desa Ketapang rehabilitasi
32 3-S4-2 Ki Jl. Pertamina Desa Ketapang peningkatan
Zona 4 33 4-S4 Ka - Desa Ketapang saluran baru
34 4-S4 Ki - Desa Ketapang saluran baru
35 4-S5-1 Ka - Desa Ketapang saluran baru
36 4-S5-1 Ki - Desa Ketapang saluran baru
37 4-S6 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
38 4-S6 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
Zona 5 39 5-S Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
Zona 7 40 7-S3 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
41 7-S3 Ki - Desa Ketapang saluran baru
42 7-S4 Ka - Desa Ketapang saluran baru
43 7-S4 Ki - Desa Ketapang saluran baru
Zona 8 44 8-S1 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
45 8-S1 Ki - Desa Ketapang saluran baru
46 8-S2-1 Ka - Desa Ketapang saluran baru
47 8-S2-1 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
48 8-S2-2 Ka - Desa Ketapang pemeliharaan
49 8-S2-2 Ki - Desa Ketapang pemeliharaan
Sumber : Hasil Analisa
4.7 Usulan Alternatif Penanganan Tambahan
Disamping penanganan–penanganan di atas, dapat juga perlu
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
54
dipertimbangkan alternatif lain yang mungkin dapat dilaksanakan. Alternatif
tersebut memang tidak langsung mengatasi genangan teoritis maupun genangan
eksisting yang terjadi, tetapi untuk jangka panjang dapat mengurangi limpasan yang
terjadi. Alternatif-alternatif ini sebagai arahan penanganan pemecahan masalah yang
memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memperoleh alternatif mana yang sesuai
dengan kondisi permasalahan pada setiap kawasan.
Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, seperti :
4.7.1. Pembuatan Sumur Resapan
Semakin banyak lahan kota yang digunakan sebagai perumahan, perkantoran
dan faslitas umum, memungkinkan air limpasan permukaan semakin tinggi dan
saluran-saluran drainase tidak mencukupi.
Dengan adanya sumur resapan dapat mengurangi limpasan permukaan
yang ada dan mengakibatkan berkurangnya debit yang akan ditampung saluran
drainase. Selain itu sumur resapan juga dapat meninggikan permukaan air
tanah. sehingga ditinjau dari kandungan air tanah adalah sangat
menguntungkan jika daerah Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang yang relatif
mempunyai tinggi permukaan air tanah relatif dalam menggunakan sumur
resapan.
Terdapat beberapa macam peresapan air hujan, yaitu :
Genangan TerbukaMetode ini dilakukan dengan mengalirkan air hujan ke suatu kolam
buatan pada kawasan pemukiman. Karena metode ini menggunakan suatu
kolam terbuka, maka kurang sesuai dengan kondisi Kawasan Khusus
Pelabuhan Ketapang, hal ini disebabkan selain memerlukan lahan yang luas
juga resiko pencemaran akibat sampah.
Resapan TertutupPrinsipnya adalah dengan menampung air hujan ke suatu reservoir
tertutup. Terdapat dua macam resapan tertutup, yaitu pipa porus dan
selokan tetutup. Metode pipa porus pada prinsipnya mengalirkan air hujan
ke suatu pipa porus yang ditanam secara horizontal di halaman. Sedangkan
selokan tertutup prinsipnya sama dengan pipa porus hanya penampang
melintangnya yang berbeda, kalau pipa porus berbentuk bulat, sedangkan
selokan tertutup berbentuk segiempat atau trapesium. Untuk lebih jelasnya
gambar kedua metode tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
55
4.7.2. Sumur Resapan
Sumur resapan adalah sumur gali yang berfungsi untuk menampung air hujan
yang jatuh di atas permukaan tanah agar dapat meresap ke dalam tanah.
Penerapan sumur gali pada daerah pemukiman dapat dilakukan secara individu
atau kolektif, tergantung dari segi teknis dan ekonomis.
Konstruksi yang digunakan sumur resapan, pada prinsipnya adalah
direncanakan agar mampu untuk menampung dan meresapkan debit air hujan
yang diperhitungkan. Oleh karena itu, keliling tebing sumur diberi perlindungan
pasangan batu bata, batu kosong atau tanpa diberi pelindung yang perlu
diperhatikan dalam penempatan sumur resapan adalah jarak antar sumur,
karena akan saling mempengaruhi ketinggian permukaan air di dalam sumur.
Membuat sumur sumur resapan dengan fungsi untuk meresapkan air hujan ke
dalam tanah (groundwater recharge). Sebelum air hujan masuk ke dalam sumur
melalui saluran, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih
dahulu dengan bentuk lapisan-lapisan berturut turut adalah gravel, pasai kasar,
pasir dan ijuk.
4.7.3. Biopori
Lubang Resapan Biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke
dalam tanah dengan diameter 10 - 30 cm dan kedalaman sekitar 100 cm, atau
dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi
kedalaman muka air tanah, lubang diisi dengan sampah organik untuk memicu
terbentuknya biopori
Biopori adalah pori-pori berbentuk lubang (terowongan kecil) yang dibuat oleh
aktivitas fauna tanah seperti mikroba atau cacing dan atau akar tanaman.
Adanya tumbuhan yang bertajuk lebar dan perakaran kuat untuk mengurangi
adanya limpasan air permukaan yang akan membebani saluran yang ada.
4.7.4. Usulan Penanganan Sungai
Jika dilihat dari kondisi-kondisi sungai yang ada di lokasi pekerjaan ada
beberapa saran dalam kaitannya untuk menanggulangi banjir yang ada :
Melakukan penggalian sedimen di sungai secara berkala untuk menambah
kapasitas tampungan sungai
Jika sedimen akibat arus sejajar pantai terlalu besar dan membuat muara
sungai tertutup oleh sedimen maka perlu dibuat jetti di muara sungai
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
56
Pembongkaran bangunan yang melanggar garis sempadan sungai yang
menyebabkan aliran air sungai terhambat
Perlu pekerjaan SID dan DED sungai terkait agar penyelesaian masalah
sungai bisa komperhensf dengan drainase.
4.8 Perkiraan Biaya
Dengan dasar perhitungan perkiraan biaya hasil analisa, yaitu sebagai berikut
:
Tabel 24 Proyeksi Perkiraan Biaya Penangganan Secara Keseluruhan
Sumber : Hasil Perhitungan
Perkiraan biaya berdasarkan hasil analisa perkiraan biaya penangganan dan
penyusunan system drainase pada masing – masing tahapan adalah sebagai berikut
:
JUMLAHNO. HARGA
(Rupiah)a c
I Zona 1 1,822,371,772.74II Zona 2 9,735,977,336.53III Zona 3 8,629,262,946.24IV Zona 4 5,026,856,542.63V Zona 5 314,113,930.30VI Zona 6 309,889,154.53VII Zona 7 524,502,549.03VII Zona 8 802,800,469.60
Terbilang 27,165,774,701.602,716,577,470.16
29,882,352,171.7629,882,360,000.00Nilai dibulatkan ( Rp )
URAIAN
b
Total Harga ( Rp )
Dua Puluh Sembilan Juta Delapan Ratus DelapanPuluh Dua Juta Tiga Ratus Enam Puluh Ribu Rupiah
Pajak (10%)Total Nilai Proyek (Rp)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
57
Tabel 25 Perkiraan Biaya Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan KhususPelabuhan Ketapang Tahap I (Tahun 2015 - 2020)
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 26 Perkiraan Biaya Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan KhususPelabuhan Ketapang Tahap II (Tahun 2020 - 2025)
Sumber : Hasil Perhitungan
JUMLAHNO. HARGA
(Rupiah)a c
I Zona 1 -II Zona 2 960,922,721.43III Zona 3 3,291,439,448.57IV Zona 4 2,548,375,283.88V Zona 5 -VI Zona 6 -VII Zona 7 -VII Zona 8 -
Terbilang 6,800,737,453.88680,073,745.39
7,480,811,199.277,480,820,000.00Nilai dibulatkan ( Rp )
URAIAN PEKERJAAN TAHAP I (2015 - 2020)
b
Total Harga ( Rp )
Tujuh Miliar Empat Ratus Delapan Puluh Juta DelapanRatus Dua Puluh Ribu Rupiah
Pajak (10%)Total Nilai Proyek (Rp)
JUMLAHNO. HARGA
(Rupiah)a c
I Zona 1 83,548,537.55II Zona 2 3,048,656,083.30III Zona 3 4,153,233,583.72IV Zona 4 1,772,369,691.46V Zona 5 310,332,184.67VI Zona 6 309,889,154.53VII Zona 7 294,272,245.79VII Zona 8 487,675,167.12
Terbilang 10,459,976,648.131,045,997,664.81
11,505,974,312.9411,505,980,000.00Nilai dibulatkan ( Rp )
URAIAN PEKERJAAN TAHAP II (2020 - 2025)
b
Total Harga ( Rp )
Sebelas Miliar Lima Ratus Lima Juta Sembilan RatusDelapan Puluh Ribu Rupiah
Pajak (10%)Total Nilai Proyek (Rp)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
58
Tabel 27 Perkiraan Biaya Penyusunan Rencana Sistem Drainase Kawasan KhususPelabuhan Ketapang Tahap III (Tahun 2025 - 2030)
Sumber : Hasil Perhitungan
55.. KKEESSIIMMPPUULLAANN
5.1 Kesimpulan
Beberapa pokok kesimpulan dari Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan
Khusus Pelabuhan Ketapanga dalah sebagai berikut :
1. Rekapitulasi kondisi eksisting saluran drainase berdasarkan hasil inventarisasi
adalah sebagai berikut :
a. Kondisi eksisting saluran drainase berdasarkan konstruksinya: 89.83%
konstruksinya berupa pasangan batu kali, dan 3.39 % saluran alami (tanah)
dan pasangan batu bata plesteran, 1.69 % untuk kosntruksi beton dan buis
beton serta.
b. Kondisi eksisting saluran drainase secara fungsi masih bisa berfungsi secara
baik.
c. Kondisi eksisting saluran drainase secara fisik hampir semua terdapat
sedimen namun tidak hanya sedikit.
2. Saat ini pada beberapa masih masuk dalam daerah rawan banjir yaitu daerah di
dekat pantai dan prioritas penanganan masuk dalam Tahap I
3. Kepedulian dan keterlibatan masyarakat di Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapang terhadap pemeliharaan dan perawatan saluran drainase di sekitar
masih sangat kurang, perlu adanya tindakan sosialisasi untuk melibatkan
JUMLAHNO. HARGA
(Rupiah)a c
I Zona 1 1,748,823,235.20II Zona 2 5,746,398,531.80III Zona 3 1,204,589,913.96IV Zona 4 726,111,567.28V Zona 5 13,781,745.63VI Zona 6 10,000,000.00VII Zona 7 240,230,303.25VII Zona 8 325,125,302.48
Terbilang 10,015,060,599.591,001,506,059.96
11,016,566,659.5411,016,570,000.00Nilai dibulatkan ( Rp )
URAIAN PEKERJAAN TAHAP III (2025 - 2030)
b
Total Harga ( Rp )
Sebelas Miliar Enam Belas Juta Lima Ratus TujuhPuluh Ribu Rupiah
Pajak (10%)Total Nilai Proyek (Rp)
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
59
semua komponen masyarakat untuk menjaga dan memelihara saluran drainase
yang ada.
4. Berdasarkan hasil analisa kapasitas tampungan saluran drainase di lokasi
pekerjaan, dari 55 buah saluran eksisting 43 saluran atau 78.18 % masih
mampu menampung dan sisanya 12 saluran atau 21.18 % butuh penanganan
lanjutan karena tidak mampu menampung debit banjir andalan
5. Kegiatan utama yang dilakukan pada Penyusunan Master Plan Drainase
Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapangmeliputi :
Pemeliharaan Saluran
Rehabilitasi Saluran
Peningkatan Sistem Drainase
Pembangunan Saluran dan Bangunan Baru
6. Dalam Penyusunan Master Plan Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan
Ketapangterdiri dari beberapa tahap yaitu sebagai berikut :
Tahap Persiapan (Tahun 2014)
Tahap I (Tahun 2015 - 2020)
Tahap II (Tahun 2020 - 2025)
Tahap III (Tahun 2025 - 2030)
Pembangunan Saluran dan Bangunan Baru
7. Hasil perhittungan rencana anggaran biaya untuk masing-masing tiap tahap
perancanaan & pembangunan adalah :
Tahap I (Tahun 2015 - 2020) Rp. 7,480,820,000.00
Tahap II (Tahun 2020 - 2025) Rp. 11,505,980,000.00
Tahap III (Tahun 2025 - 2030) Rp. 11,016,570,000.00
5.2 Saran
1. Mengingat pentingnya penanganan masalah sistem drainase di Kawasan
Khusus Pelabuhan Ketapangyang juga akan memberi manfaat sosial ekonomi
yang besar bagi masyarakat Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang dan
sekitarnya, serta tingginya harapan masyarakat untuk bisa mengatasi
permasalahan genangan yang terjadi, maka diharapkan usulan-usulan
penanganan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut bisa
segera direalisasikan sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Untuk menindak lanjuti rencana program dalam Penyusunan Master Plan
Laporan RingkasPenyusunan Masterplan Drainase Kawasan Pelabuhan Ketapang
60
Drainase Kawasan Khusus Pelabuhan Ketapang perlu adanya pekerjaan dan kajian
yang lebih detail seperti Detail Engineering Design, dengan didukung data dan survey
pengukuran di lapangan supaya dalam pelaksanaannya didapatkan hasil yang tepat
dan maksimal