laporan residensi tahap i (repaired)
DESCRIPTION
laporan residen 1 magister keperawatanTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit di mana mutu pelayanan keperawatan harus dikelola dengan
sebaik-baiknya karena pelayanan keperawatan utamanya di Instalasi Rawat Inap
dapat menjadi indikator mutu pelayanan Rumah Sakit. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Sitorus (2000) menunjukkan bahwa gambaran mutu
pelayanan keperawatan di berbagai Rumah Sakit Pemerintah di Indonesia belum
memuaskan, dan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya mutu
asuhan keperawatan, jika ditinjau dari aspek struktur dan proses (sistem)
pemberian asuhan keperawatan. Sistem pemberian asuhan keperawatan (care
delivery system) merupakan metode yang digunakan dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien. (Sitorus;2006)
Mutu pelayanan adalah tanggung jawab bersama, setiap individu yang
berkaitan langsung dengan pelayanan, mutu tidak saja menjadi tanggung jawab
perawat pelaksana yang langsung berhadapan dengan pasien, tetapi juga menjadi
tanggung jawab manajer. Kepala Ruang adalah manajer operasional yang
merupakan pimpinan yang secara langsung mengelola seluruh sumber daya di
unit perawatan dan ikut bertanggungjawab dalam menghasilkan pelayanan yang
bermutu. Untuk mewujudkan pelayanan keperawatan yang bermutu memerlukan
sumber daya perawat yang didukung oleh komitmen, motivasi dan faktor
eksternal lain seperti kebijakan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi,
sistem penugasan dan pembinaan (Depkes RI. 2004). Sistem atau metode yang
dirancang harus merefleksikan falsafah organisasi, struktur, pola ketenagaan dan
populasi klien. Strategi yang dapat diterapkan dalam mencapai kualitas pelayanan
keperawatan antara lain : Total Quality Management sebagai filosofi dan proses,
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 1
adanya dukungan kualitas manajemen dan informasi, dan bencmarking.
(Nursalam,2011).
Secara operasional manajemen keperawatan merupakan bentuk
kepemimpinan dan pengelolaan oleh departemen/ divisi/ bidang/ seksi
keperawatan melalui tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak,
manajemen menengah dan manajemen bawah. Dalam pelaksanaannya manajer
keperawatan harus memiliki beberapa faktor yaitu: 1) kemampuan menjalankan
peran sebagai pemimpin (keterampilan kepemimpinan), 2) kemampuan
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen (pengorganisasian dan pengawasan), dan
3) kemampuan menerapkan pengetahuan. (Swansburg ; 2000).
Menurut Nurachmah (2000), bagi seorang manajer keperawatan harus
memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil
yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,
(kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di
suatu ruang rawat dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya : visi, misi
dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat. struktur
organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di ruang
rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas maupun
kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas yang
mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan
motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan
dari pimpinan rumah sakit. (Annonymous).
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan menurunnya minat
masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan di rumah sakit diantaranya adalah: 1)
faktor pasien, 2) faktor organisasi unit penyedia pelayanan kesehatan (dalam hal
ini rumah sakit), 3) faktor pelayanan klinis terkait kemampuan dokter dan
perawat, 4) faktor pelayanan administrasi atau manajemen rumah sakit, dan 5)
faktor lingkungan. (Azwar;1996). Untuk itu diperlukan pengembangan yang
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 2
dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dirumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada. Apabila
rumah sakit tidak mempersiapkan diri secara lebih baik dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan, maka sarana tersebut akan dijauhi masyarakat dan masyarakat
akan mencari sarana kesehatan alternatif. Setiap rumah sakit harus meningkatkan
penampilannya secara terencana sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat agar dapat terus berkembang. Upaya penyelenggaraan menjaga
kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak terlepas dari peran penting
pelayanan keperawatan. Di unit rawat inap tenaga keperawatan berada di tatanan
pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan pasien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu karenanya perawat memegang
posisi kunci dalam membangun citra rumah sakit. (Nursalam; 2011)
Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa adalah rumah sakit tipe D milik
pemerintah kabupaten Luwu dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 109 buah
dan 233 karyawan. Meskipun kabupaten Luwu merupakan kabupaten induk, hasil
pemekaran menjadi 4 (empat) kabupaten/kota, rumah sakit ini yang memiliki usia
paling muda dikawasan Luwu Raya baru mulai didayagunakan pada tahun 2005,
dan saat ini terus melakukan pembenahan sarana dan prasarana untuk mendukung
pencapaian visinya. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret
2012).
Berdasarkan data yang diperoleh dari SDM & Rekam Medik tentang
indikator mutu pelayanan secara umum diperoleh informasi pencapai BOR (Bed
Occupancy Rate) tahun 2010 sebesar 66,2 % dan tahun 2011 sebesar 45,3 %
terjadi penurunan 23,9 % . Nilai rata-rata lama perawatan pasien di rumah sakit
ALOS (Avarage Length of Stay) pada tahun 2010 mencapai 8,53 hari (di luar
target standar), pada tahun 2011 mencapai 3 hari (sesuai standar). Begitupun
angka pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu lama rata-rata tempat tidur tidak
terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak memenuhi target standar), pada
tahun 2011 mencapai angka 4 hari (tidak memenuhi target standar). Jika diamati
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 3
dari angka pencapaian BTO (Bed Turn Over) yaitu keluar masuknya pasien
perawatan baik hidup/ mati per tempat tidur, pada tahun 2011 sebesar 45,2 (tidak
memenuhi target standar) artinya intensitas keluar masuk pasien RSUD Batara
Guru Belopa Belopa tergolong rendah. Jumlah pasien meninggal Jumlah pasien
meninggal ≥ 48 jam Net Death Rate (NDR) pada tahun 2010 sebesar 2,47 terjadi
penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,005 sedangkan jumlah pasien meninggal
seluruhnya Gross Death Rate (GDR) pada tahun 2010 sebesar 16,71 mengalami
penurunan pada tahun 2011 menjadi 0,015. (SDM & Rekam Medik, RSUD
Batara Guru Belopa, Maret 2012).
Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Batara Guru Belopa masih
memerlukan pembenahan manajemen pelayanan khususnya manajemen
pelayanan keperawatan. Rumah sait ini berpeluang untuk berkembang dalam
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit Yang Maju, Mandiri Dan Berdaya Saing Melalui
Pelayanan Bermutu” serta memiliki Misi : memberikan pelayanan kesehatan
yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat, melaksanakan prinsip pelayanan
prima dengan mengutamakan kepuasan pelanggan, meningkatkan profesionalisme
SDM, menerapkan konsep manajemen mutu (TQM), menyediakan infrastruktur
yang memadai, membentuk budaya organisasi, meningkatkan kesejahteraan
pegawai rumah sakit. (SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa Maret
2012).
Dari kondisi-kondisi diatas jelas bahwa RSUD Batara Guru Belopa
merupakan tempat belajar yang baik dalam program akademik residensi
mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin jurusan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan.
Kegiatan residensi ditujukan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam
mengaplikasikan teori dan konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan
dalam membantu rumah sakit untuk menyelesaikan masalah melalui upaya
mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan dengan pendekatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 4
Problem Solving for Better Nursing Service (PSBNS) atau Fish Bone Analysis dan
diharapkan mampu berperan sebagai change agent dengan menerapkan suatu
teori berubah.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah menyelesaikan kegiatan residensi, mahasiswa mampu menerapkan
konsep dan prinsip kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada unit
pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam upaya meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan rumah sakit khususnya manajemen pelayanan
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait
dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di
rumah sakit tempat residensi.
b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan
bersama pihak rumah sakit tempat residensi.
c. Menyusun tujuan dan rencana alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan.
d. Mengusulkan dan menetapkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi rumah sakit.
e. Menyusun perencanaan pemecahan masalah dengan melibatkan pihak
rumah sakit.
f. Melaksanakan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan
masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan
Rumah Sakit.
g. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil
dan dampak pada manajemen keperawatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 5
h. Merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai untuk
mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit
terkait di Rumah Sakit.
C. Manfaat
1. Bagi program studi Magister Ilmu Keperawatan peminatan Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
manfaat residensi adalah peningkatan kualitas proses belajar mengajar yang
melibatkan mahasiswa secara aktif dalam kegiatan administrasi dan
manajemen secara nyata di rumah sakit.
2. Bagi Rumah Batara Guru Belopa, diharapkan dapat membantu rumah sakit
untuk menyelesaikan masalah yang bersifat teknis operasional yaitu
pembuatan instrument sekaligus uji coba penghitungan beban kerja pada
perawat, sehingga diharapkan dapat membantu rumah sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan diantaranya mutu pelayanan
keperawatan.
3. Bagi mahasiswa program studi Magister Ilmu keperawatan, kegiatan residensi
dapat memperluas wawasan dan menambah pengalaman dalam
mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara nyata di
rumah sakit.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan dalam keperawatan
Kepemimpinan merupakan gaya memimpin yang dapat menghasilkan
keluaran melalui pengaturan kinerja orang lain. Pemimpin harus mampu
memastikan bahwa bawahan melaksanakan pekerjaannya berdasarkan
keterampilan yang dimiliki dan komitmen terhadap pekerjaan untuk
menghasilkan keluaran yang terbaik. Oleh karena itu, kepemimpinan timbul
sebagai hasil sinergis berbagai keterampilan mulai dari administrative
(perencanaan, pengorganisasian, pengendalian dan pengawasan), keterampilan
teknis (pengelolaan, pemasaran, dan teknis prosedural), dan keterampilan
interpersonal. (Nurahmah; 2005).
Robbins menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi kelompok dalam mencapai tujuan, yang dapat bersumber dari
formal seperti posisi atau kedudukan dalam suatu organisasi dan terdapat enam
ciri yang terlihat dari seorang pemimpin yaitu : 1) ambisi dan energi, 2) hasrat
untuk memimpin, 3) kejujuran dan integritas, 4) kepercayaan diri, 5) kecerdasan,
dan 6) pengetahuan yang relevan dengan tugas pekerjaannya. (Robbins; 2001)
Kepemimpinan dalam keperawatan merupakan kemampuan dan
keterampilan seorang manajer keperawatan dalam mempengaruhi perawat lain
dibawah pengawasannya untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab dalam
memberikan pelayanan keperawatan sehingga tujuan keperawatan tercapai.
Pemberian pelayanan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang komplek dan
melibatkan berbagai individu.
Kepemimpinan dalam keperawatan dapat ditumbuhkan lebih optimal,
selain dengan menguasai keterampilan di atas tetapi juga apabila seorang manajer
keperawatan mampu memperlihatkan keterampilan dalam menghadapi orang lain
dengan efektif. Keterampilan tersebut yaitu : 1) kepiawaian dalam menggunakan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 7
posisi, 2) kemampuan dalam memecahkan masalah secara efektif, 3) ketegasan
sikap dan komitmen dalam pengambilan keputusan, 4) mampu menjadi media
dalam penyelesaian konflik kinerja, dan 5) mempunyai keterampilan dalam
komunikasi dan advokasi. (Gillies, 1996).
Pada hakekatnya pengertian kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain untuk
menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian dan senang
hati bersedia mengikuti kehendak pemimpin tersebut. Kepemimpinan manajerial
ditandai dengan sifat manajerial dan keterampilan manajerial yang mengarah ke
pemberdayaan. Pembuatan keputusan pemimpian dalam sebuah organisasi
tergantung pada gaya kepemimpinan. Ada 4 gaya kepemimpin menurut Malayu
S.P Hasibuan yaitu :
1. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter adalah jika kekuasaan atau wewenang mutlak
pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan
sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan
saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Kepemimipinan Partisipatif adalah apabila kepemimpinan dilakukan
dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan
loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar
merasa ikut memiliki perusahaan. Pengambilan keputusan tetap dilakukan
pada pemimpin dengan mempertimbangkan saran atau ide yang diberikan
bawahannya.
3. Kepemimpinan Delegatif
Kepemimpinan delegatif apabila seseorang pemimpin mendelegasikan
ewenang kepada bawahannya secara lengkap, dengan demikian bawahan
dapat mengambil keutusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 8
dalam melaksanankan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada
bawahannya.
4. Kepemimpinan Situasional
Teori kepemimpinan situasional adalah suatu pendekatan terhadap
kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya
sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Pemikiran dasarnya adalah seorang pemimpin yang
efekif harus cukup fleksibel untuk menyesuaikan terhadap perbedaan-
perbedaan diantara bawahan dan situasi. (Hasibuan ; 2005)
Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan kegiatan dalam menerapkan
keterampilan kepemimpinan. (Nurahmah; 2005). Kegiatan tersebut meliputi : 1)
perencanaan dan pengorganisasian, manajer keperawatan dituntut untuk mampu
membuat rencana kegiatan keperawatan baik yang bersifat teknik atau non teknik
keperawatan, 2) penugasan dan pengarahan, manajer keperawatan bertanggung
jawab dalam hal ketepatan dan kebenaran pelaksaan proses pelayanan
keperawatan pasien, 3) pemberian bimbingan, manajer keperwatan mampu
menjadi media konsultasi dan fasilitator pelaksanaan proses pelayanan
keperawatan, 4) mendorong kerjasama dan partisipasi, manajer keperawatan
dituntut agar dapat membangun kinerja dalam tim 5) koordinasi, diperlukan
sebagai sarana konsolidasi proses pelayanan keperawatan yang dilaksanakan, 6)
evaluasi penampilan kerja, manajer keperawatan perlu melakukan penilaian
terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi bawahannya.
(Monica ;1998).
Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada pemikiran yang metodis,
yang pertama-tama di ambil dari teori (apa yang terbukti efektif melalui sejumlah
besar penelitian) dan kemudian intuisi (apa yang terbukti efektif melalui
penelitian tentang pengalaman diri (Monica, 1998). Penggunaan metode ilmiah
dalam manajemen adalah untuk membantu pemimpin dalam mengkaji beberapa
kebutuhan dari sistem lain dan dalam memilih prioritas, mengidentifikasi elemen
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 9
orang dan situasi yang penting dalam mengemban tujuan-tujuan khusus, mengkaji
secara kritis kekuatan dari orang-orang tersebut dan mengembangkan strategi
yang melibatkan kekuatan-kekuatan tersebut dalam pekerjaan (Monica, 1998).
Tujuan prioritas dari seorang pemimpin adalah mencapai tujuan-tujuan
dengan cara mengaktivasi sebuah sistem. Segala sesuatu yang dilakukan oleh
pemimpin untuk mencapai tujuan harus didasarkan pada strategi yang memiliki
tingkat keberhasilan yang tinggi, untuk itulah digunakan metode ilmiah sebagai
metode penyelesaian masalah (Monica, 1998). Metode penyelesaian masalah
terdiri dari :
1. Pengenalan masalah
Suatu masalah diidentifikasi melalui perbedaan antar apa yang sedang
terjadi secara nyata (actual) dalam suatu situasi dan apa yang seseorang
inginkan untuk terjadi (optimal) (Monica, 1998).
2. Defenisi masalah
Setelah suatu situasi dikaji untuk menentukan area prioritas kebutuhan,
untuk mengidentifikasi apakah kelompoknya sejalan dengan kebutuhan ini
(actual), dan untuk mengidentifikasi apakah keinginan seseorang relatif sesuai
dengan kebutuhan ini (optimal), maka kemudian dapat ditetapkan suatu
masalah (Monica, 1998).
3. Analisa masalah
Setelah masalah diidentifikasi, maka masalah haruslah di analisa.
Analisis akan menghasilkan tiga tujuan: 1) mengapa masalah terjadi; 2)
menganalisa kemampuan kelompok untuk mencapai tujuan (tingkat
kematangan); 3) menspesifikasi perilaku kepemimpinan yang tepat, yang
diindikasikan oleh tingkat kematangan kelompok, yang dibutuhkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan kelompok untuk mencapai tujuan. Keputusan
perilaku kepemimpinan yang tepat akan didasarkan pada apa yang bisa
berhasil menurut penelitian. (Monica, 1998).
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 10
B. Pilar-Pilar Nilai Professional Pelayanan Keperawatan
1. Pilar I : Manajemen keperawatan (management approach)
a. Pengertian
Manajemen adalah proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain (Gillies,1996). Swanburg (2000) mendefinisikan manajemen
sebagai ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Pelayanan keperawatan adalah pelayanan
yang dilakukan oleh banyak orang sehingga perlu menerapkan manajemen
yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen keperawatan
merupakan koordinasi dan integrasi sumber-sumber keperawatan dengan
menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan obyektifitas
asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. Keberhasilan pelayanan
keperawatan sangat dipengaruhi oleh bagaimana manajer keperawatan
melaksanakan peran dan fungsinya.
Menurut Gillies (1996) proses manajemen adalah merupakan
rangkaian kegiatan input, proses, dan output. Marquis & Huston (2010)
menyatakan proses manajemen dibagi lima tahap yaitu planning,
organizing, staffing, directing, controling yang merupakan satu siklus
yang saling berkaitan satu sama lain. Manajemen keperawatan adalah
keyakinan yang dimiliki oleh tim keperawatan yang bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan berkualitas melalui pembagian kerja,
koordinasi dan evaluasi. Manajemen keperawatan terdiri dari manajemen
operasional dan manajemen asuhan keperawatan.
Model praktek keperawatan mensyaratkan pendekatan manajemen
(management approach) sebagai pilar praktek profesional yang pertama.
Oleh karena itu proses manajemen harus dilaksanakan dengan disiplin
untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien atau keluarga
merupakan praktek yang professional. Dalam manajemen asuhan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 11
keperawatan ada tiga komponen penting yaitu manajemen sumber daya
manusia dengan menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan
perawat, sistem klasifikasi kebutuhan klien dan metode proses
keperawatan.
b. Fungsi-fungsi manajemen
1) Perencanaan kegiatan keperawatan
Fungsi perencanaan pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang
rawat inap yang dilaksanakan oleh kepala ruang sebagai pemikiran
atau konsep-konsep tindakan tertulis seorang manajer. Perencanaan :
dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan
peraturan – peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan
jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi,
menetapkan biaya – biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan
dan pengelola rencana perubahan.
Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu dianalisa dan
dikaji sistem, strategi organisasi dan tujuan organisasi, sumber-sumber
organisasi, kemampuan yang ada, aktifitas spesifik dan prioritasnya.
Perencanaan diartikan sebagai rincian kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan, bagaimana kegiatan dilaksanakan dan dimana kegiatan itu
berlangsung. (Nursalam ;2011)
Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan profesional
merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan
keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan
tapi bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi
bagi penerima jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan
itu sendiri. Dengan demikian sangat dibutuhkan perencanaan yang
profesional juga.
Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang,
rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Perencanaan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 12
jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk
3 sampai 10 tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku
1 sampai 5 tahun. Sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat satu
jam sampai dengan satu tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari
perumusan visi, misi, filosofi, peraturan, kebijakan, dan prosedur
(Marquis & Houston, 2010). Kegiatan perencanaan yang dipakai di
ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi dan kebijakan.
Sedangkan untuk jenis perencanaan yang diterapkan adalah
perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan harian,
bulanan dan tahunan.
Perencanaan kepala ruang di ruang rawat inap meliputi
perencanaan kebutuhan tenaga dan penugasan tenaga, pengembangan
tenaga, kebutuhan logistik ruangan, program kendali mutu yang akan
disusun untuk pencapaian tujuan jangka pendek, menengah dan
panjang. Disamping itu kepala ruang merencanakan kegiatan di
ruangan seperti pertemuan dengan staf pada permulaan dan akhir
minggu. Tujuan pertemuan adalah untuk menilai atau mengevalkuasi
kegiatan perawat sudah sesuai dengan standar atau belum, sehingga
dapat dilakukan perubahan-perubahan atau pengembangan dari
kegiatan tersebut.
Adapun langkah-langkah perencanaan kebutuhan tenaga
keperawatan menurut Gillies (1996) meliputi :
a) Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan dan asuhan
keperawatan yang akan diberikan.
b) Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk
melaksanakan pelayanan dan asuhan keperawatan
c) Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang
dibutuhkan.
d) Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 13
e) Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
f) Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit atau shiff.
g) Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan
dan asuhan keperawatan.
2) Pengorganisasian kegiatan keperawatan
Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-
orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab
sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu
kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada
tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi : pola struktur
organisasi, penataan kegiatan, dan struktur kerja organisasi. Prinsip-
prinsip pengorganisasian adalah pembagian kerja, kesatauan komando,
rentang kendali, pendelegasian, koordinasi. Pengorganisasian
bermanfaat untuk : penjabaran terinci semua pekerjaan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan, pembagian beban kerja sesuai
dengan kemampuan perorangan/ kelompok, dan mengatur mekanisme
kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan
koordinasi. (Sitorus;2006).
Kepala ruang bertanggung jawab untuk mengorganisasi kegiatan
pelayanan dan asuhan keperawatan di ruang rawat inap meliputi :
a) Struktur organisasi
Struktur organisasi ruang rawat inap terdiri dari : struktur,
bentuk dan bagan. Berdasarkan keputusan Direktur rumah sakit
dapat ditetapkan struktur organisasi ruang rawat inap untuk
menggambarkan pola hubungan antar bagian atau staf atasan baik
vertikal maupun horizontal. Juga dapat dilihat posisi tiap bagian,
wewenang dan tanggung jawab serta jalur tanggung gugat. Bentuk
organisasi disesuaikan dengan pengelompokan kegiatan atau
sistem penugasan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 14
b) Pengelompokan kegiatan
Setiap organisasi memiliki serangkaian tugas atau kegiatan
yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan. Kegiatan perlu
dikumpulkan sesuai dengan spesifikasi tertentu. Pengelompokan
kegiatan dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas pada
perawat sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang mereka
miliki serta disesuaikan dengan kebutuhan klien. Ini yang disebut
dengan metoda penugasan keperawatan. Metoda penugasan
tersebut antara lain : metode fungsional, metode alokasi
klien/keperawatan total, metode tim keperawatan, metode
keperawatan primer, dan metode moduler. (Sitorus;2006)
c) Koordinasi kegiatan
Kepala ruang sebagai koordinator kegiatan harus menciptakan
kerjasama yang selaras satu sama lain dan saling menunjang untuk
menciptakan suasana kerja yang kondusif. Selain itu perlu adanya
pendelegasian tugas kepada ketua tim atau perawat pelaksana
dalam asuhan keperawatan di ruang rawat inap.
d) Evaluasi kegiatan
Kegiatan yang telah dilaksanakan perlu dievaluasi untuk
menilai apakah pelaksanaan kegiatan sesuai rencana. Kepala ruang
berkewajiban untuk member arahan yang jelas tentang kegiatan
yang akan dilakukan. Untuk itu diperlukan uraian tugas dengan
jelas untuk masing-masing staf dan standar penampilan kerja.
e) Kelompok kerja
Kegiatan di ruang rawat inap diperlukan kerjasama antar staf
dan kebersamaan dalam kelompok, hal ini untuk meningkatkan
motivasi kerja dan perasaan keterikatan dalam kelompok untuk
meningkatkan kualitas kerja dan mencapai tujuan pelayanan dan
asuhan keperawatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 15
3) Pengarahan kegiatan keperawatan
Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan
kegiatan keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan
perawat untuk melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Fungsi pengarahan adalah agar membuat perawat atau staf melakukan
apa yang diinginkan dan yang harus mereka lakukan. Kepala ruang
dalam melakukan kegiatan pengarahan melalui : saling memberi
motivasi, membantu pemecahan masalah, melakukan pendelegasian,
menggunakan komunikasi yang efektif, melakukan kolaborasi dan
koordinasi.
Kegiatan saling memberi motivasi merupakan unsur yang
penting dalam pelaksanaan tugas pelayanan dan asuhan keperawatan
di ruang rawat inap. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh kepala ruang
adalah selalu memberikan reinforcement terhadap hal-hal yang positif,
memberikan umpan balik, memanggil perawat yang kurang
termotivasi, mungkin prestasi yang dicapai perlu diberikan
penghargaan. Di ruang rawat inap terdiri dari personil berbagai latar
belakang yang dapat menjadikan masalah/konflik. Masalah/konflik
yang terjadi tidak dibiarkan berkepanjangan dan harus diselesaikan
secara konstruktif. Pendekatan yang digunakan kepala ruang dalam
menyelesaikan masalah adalah :
a) Mengidentifikasi akar permasalahan yang terjadi dengan
melakukan klarifikasi pada pihak-pihak yang berkonflik
b) Mengidentifikasi penyebab-penyebab timbulnya konflik tersebut
c) Mengidentifikasi alternatif-alternatif penyelesaian yang mungkin
diterapkan
d) Memilih alternatif penyelesaian terbaik untuk diterapkan
e) Menerapkan alternatif terpilih
f) Melakukan evaluasi peredaan konflik
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 16
Pendelegasian tugas merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari pengelolaan ruangan Pendelegasian digolongkan menjadi 2 jenis
yaitu terencana dan insidentil. Pendelegasian terencana adalah
pendelegasian yang memang otomatis terjadi sebagai konsekuensi
sistem penugasan yang diterapkan di ruang rawat inap, bentuknya
dapat pendelegasian tugas kepala ruang kepada ketua tim, kepada
penanggung jawab shift. Pendelegasian insidentil terjadi bila salah satu
personil ruang rawat inap berhalangan hadir, maka pendelegasian
tugas harus dilakukan.
Komunikasi yang efektif dapat dilakukan baik lisan maupun
tertulis. Komunikasi lisan diselenggarakan melalui proses : operan,
konferens, konsultasi, dan informal antar staf. Komunikasi tertulis
diselenggarakan melalui media yaitu papan tulis, buku laporan
ruangan, atau pesan-pesan khusus tertulis. Kolaborasi dan koordinasi
dilakukan oleh kepala ruang dengan semangat kemitraan dengan tim
keswa, seperti konsultasi dengan tim medis terkait dengan program
pengobatan, psikolog, pekerja sosial, tim penunjang pelayanan di
ruang rawat inap. Selain itu perlu dilakukan koordinasi dengan unit
atau bidang lain seperti : instalasi gizi, instalasi farmasi, instalasi
IPRS, bidang pelayanan medik, bidang penunjang medik, bidang
kesekretariatan, serta unit rawat jalan dan rawat darurat.
4) Pengawasan kegiatan keperawatan
Pelayanan rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pasien dan
keluarganya. Untuk itu rumah sakit diharapkan dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
keluarganya. Pelayanan yang berkualitas perlu didukung oleh sumber-
sumber yang memadai yaitu sumber daya manusia, standar pelayanan
(Standar Asuhan Keperawatan), dan fasilitas. Sumber-sumber tersebut
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 17
dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna, sehingga
tercapai kualitas yang tinggi dengan biaya yang seminimal mungkin.
Untuk mencapai tujuan pelayanan rumah sakit tersebut, khususnya
pelayanan keperawatan diperlukan supervisi keperawatan.
Supervisi keperawatan adalah proses pemberian sumber-sumber
yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaikan tugas dalam rangka
pencapaian tujuan. Adapun tujuan dari supervisi keperawatan tersebut
adalah pemenuhan dan peningkatan kepuasan pelayanan pada pasien
dan keluarganya. Jadi supervisi difokuskan pada kebutuhan,
ketrampilan, dan kemampuan perawat untuk melakukan tugasnya.
Kegiatan supervisi merupakan salah satu fungsi pokok yang
harus dilaksanakan oleh pengelola (manajer) dari yang terendah,
menengah dan atas. Manajer yang melakukan fungsi supervisi disebut
supervisor. Di rumah sakit manajer keperawatan yang melakukan
fungsi supervisi adalah kepala ruang, pengawas keperawatan, kepala
seksi, kepala bidang dan wakil direktur keperawatan. Maka semua
manajer keperawatan perlu mengetahui, memahami dan melaksanakan
peran dan fungsinya sebagai supervisor.
Tanggung jawab supervisor dalam manajemen pelayanan
keperawatan adalah :
a) Menetapkan dan mempertahankan standar praktek keperawatan
b) Menilai kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan
c) Mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan,bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain yang
terkait.
d) Memantapkan kemampuan perawat.
e) Pastikan praktek keperawatan profesional dijalankan.
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat
terjadi begitu saja, tetapi memerlukan praktek dan evaluasi penampilan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 18
agar peran dan fungsi supervisi dapat dijalankan dengan tepat.
Kegagalan supervisi dapat menimbulkan kesenjangan dalam
pelayanan keperawatan, akibatnya perawat pelaksana mengambil
keputusan tentang tindakan keperawatan tanpa penilaian dan
pengalaman yang matang sehingga kualitas asuhan keperawatan tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Akhirnya dapat terjadi kecelakaan,
kegagalan terapi, salah pengertian atau malpraktek.
Proses supervisi praktek keperawatan meliputi tiga elemen yaitu:
a) Standar praktek keperawatan, sebagai acuan
b) Fakta pelaksanaan praktek keperawatan, sebagai pembanding
untuk menetapkan pencapaian atau kesenjangan.
c) Tindak lanjut, baik berupa upaya mempertahankan kualitas
maupun upaya memperbaiki.
Adapun area yang disupervisi adalah :
a) Pengetahuan dan pengertian tentang pasien dan diri sendiri
b) Ketrampilan yang dilakukan sesuai dengan standar
c) Sikap dan penghargaan terhadap pekerjaan.
Cara supervisi yang dilakukan dapat secara langsung dan tidak
langsung. Supervisi langsung dapat dilaksanakan pada saat kegiatan
sedang berlangsung, dimana supervisor terlibat langsung dalam
kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan
sebagai perintah. Supervisi tidak langsung dapat dilaksanakan dengan
melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Disini ada kesenjangan
fakta dimana supervisor tidak terlibat langsung dilapangan.
5) Pengendalian kegiatan keperawatan
Adalah penilaian tentang pelaksanaan rencana yang telah dibuat
dengan mengukur dan mengkaji struktur, proses dan hasil pelayanan
dan asuhan keperawatan sesuai standar dan keadaan institusi untuk
mencapai dan mempertahankan kualitas.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 19
Jadi pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan
bahwa aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan
dan berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian
penampilan, langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
pengendalian / pengontrolan meliputi :
a) Menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur prestasi
kerja
b) Melakukan pengukuran prestasi kerja
c) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standar
d) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrumen dipilih untuk mengumpulkan bukti dan
untuk menunjukkan standar yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit
merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga
kategori audit keperawatan yaitu :
a) Audit strukturb) Audit prosesc) Audit hasil
Audit Struktur berfokus pada sumber daya manusia,
lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi,
kebijakan, prosedur, standar, SOP dan rekam medik, pelanggan
(internal maupun eksternal). Standar dan indikator diukur dengan
menggunakan cek list.
Audit proses merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan
keperawatan untuk menemukan apakah standar keperawatan tercapai.
Pemeriksaan dapat bersifat restrospektif, concurrent, atau peer review.
Restropektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan
asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi asuhan
keperawatan. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 20
keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik
sesama anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan.
Audit hasil adalah audit produk kerja yang dapat berupa kondisi
pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat
berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa
efektivitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu umum
dapat berupa BOR, ALOS, TOI, Angka infeksi nosokomial (NI),
angka dekubitus dan sebagainya.
2. Pilar II : Sistem Penghargaan (Compensatory Reward)
Fokus utama manajemen keperawatan adalah pengelolaan tenaga
keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat
tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan
paling banyak melakukan praktek profesionalnya pada pasien yang dirawat di
rumah sakit.
Manajemen sumber daya manusia diruang model praktik keperawatan
professional berfokus pada proses rekruitmen,seleksi kerja orientasi, penilaian
kinerja, staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum membuka ruang
MPKP dan setiap ada penambahan perawatan baru.
Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja
diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam
menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang
digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang
dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai
dengan setting tertentu.
Fungsi manajemen SDM meliputi : analisis pekerjaan, pengembangan
organisasi. staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi (Frank, 1998 dalam
Huber, 2000). Jernigan (1998. dalam Huber. 2000) mengidentifikasi ada
delapan proses yang berhubungan dengan manajemen SDM, yaitu:
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 21
rekruitmen, seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan
coaching. retensi dan produktifitas, pengembangan staf, dan hubungan
pekerja (labor relations). Fungsi dan proses manajemen sumber daya
manusia secara bersama-sama akan membentuk suatu elemen yang
dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talen/bakat dan potensi
seseorang dalam organisasi.
Kemampuan perawat melakukan praktek profesional perlu
dipertahankan, dikembangkan. dan ditingkatkan melalui manajemen SDM
perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengembangan SDM di rumah sakit adalah unluk
menciptakan iklim kerja yang menyenangkan dan memberikan kepuasan bagi
staf dan pasien. Pengembangan SDM digambarkan sebagai suatu proses
pengelolaan motivasi staf sehingga dapat bekerja secara produktif. Hal ini
juga merupakan penghargaan bagi profesi keperawatan karena melalui
manajemen SDM yang baik maka perawat mendapatkan kompensasi berupa
penghargaan (compensatory-reward) sesuai dengan apa yang telah dikerjakan.
Manajemen SDM di ruang Model Praktik Keperawatan Profesional
(MPKP) berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi,
penilaian kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan
sebelum membuka ruang MPKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Pilar III: Hubungan Profesional (Professional Relationship)
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan
merupakan standar dari hubungan antara pemberi pelayanan keperawatan (tim
kesehatan) dan penerima pelayanan keperawatan (klien dan keluarga)
(Cameron, 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003, Hal 29).
Pada pelaksanaan hubungan profesional bisa saja terjadi secara internal
artinya hubungan yanu terjadi antara pemberi pelayanan kesehatan misalnya
antara perawat dengan perawat antara perawat dengan tim kesehatan dan lain-
lain. Sedangkan hubungan profesional secara ekstemal adalah hubungan yang
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 22
terjadi antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan
tersebut merupakan suatu siklus yang tidak terpisahkan dalam pemberian
pelayanan kesehatan. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak terlepas dari
komunikasi secara profesional di dalam bekerjasama secara tim. Menurut
Gillies (1994) hubungan profesional yang terjadi di antara tim tergantung
pada kemampuan memimpin.
Bentuk jaringan dalam komunikasi hubungan profesional ada beberapa
cara yaitu:
a) Horisontal yaitu komunikasi yang terjadi antara sesama manajer.b) Vertikal yaitu komunikasi yang lerjadi antara pimpinan atas dengan
bawahan. c) Diagonal yaitu komunikasi yam: terjadi antara berbagai jenjang dan masih
dalam lingkungan yang sama (Cameron. 1997 dalam Elizabeth & Kathleen. 2003).
Di ruang MPKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara Ketua Tim,
antar perawat pelaksana. Sedangkan komunikasi vertikal antara Kepala
Ruangan dan Ketua Tim dan Perawat Pelaksana dan antara Ketua Tim dan
Perawat Pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan
profesi lain. Kegiatan hubungan profesional yang terjadi di ruang Model
Praktek Keperawatan Profesional yaitu :
a) Rapat perawat ruanganb) Case conference c) Rapat tim kesehatand) Visit dokter
4. Pilar IV Manajemen Asuhan Keperawatan (Patient Care Delivery System)
Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu.
Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 23
Praktek keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari
dengan keterampilan intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan
dengan menerapkan suatu metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Metode asuhan untuk praktek profesional tersebut adalah
proses keperawatan. Suatu rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian,
menyusun diagnosa keperawatan. perencanaan tindakan, implementasi dan
evaluasi.
Manajemen asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien secara sistematis dan
terorganisir. Manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber
daya dalam menjalankan kegiatan keperawatan dengan menggunakan metoda
proses keperawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien atau menyelesaikan
masalah pasien (Keliat. 2000). Tiga komponen penting dalam manajemen
asuhan keperawatan yaitu manajemen sumber daya manusia (perawat) dengan
menggunakan sistem pengorganisasian pekerjaan perawat (asuhan
keperawatan) dan sistem klasifikasi kebutuhan klien dalam metoda pemberian
asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan.
C. Peran manajer keperawatan
Peran manajer dapat mempengaruhi faktor motivasi dan lingkungan. Tetapi
faktor lain yang mungkin mempengaruhi tergantungnya tugas, khususnya
bagaimana manajer bekerja dalam suatu organisasi. Secara umum peran manajer
dapat dinilai dari kemampuannya dalam memotivasi dan meningkatkan kepuasan
staf. Kepuasan kerja staf dapat dilihat dari terpenuhinya kebutuhan fisik, psikis,
dimana kebutuhan psikis tersebut dapat terpenuhi melalui peran manajer dalam
memperlakukan stafnya. Hal ini dapat ditanamkan kepada manajer agar
diciptakan suasana keterbukaan dan memberikan kesempatan kepada staf untuk
melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.
Manajer mempunyai lima dampak terhadap faktor lingkungan dalam tugas
professional sebagaimana dibahas sebelumnya: (1) komunikasi, (2) potensial
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 24
perkembangan, (3) kebijaksanaan, (4) gaji dan upah, dan (5) kondisi kerja.
(Nursalam, 2011).
1. Peran dan fungsi bidang keperawatan
Adapun peran dan fungsi bidang pelayanan keperawatan di rumah sakit
(Depkes RI;2004)
a. Mengatur dan mengendalikan kegiatan keperawatan di unit-unit pelayanan
keperawatan.
b. Mengkoordinasikan tenaga keperawatan khususnya yang ditugaskan
dalam bidang pelayanan keperawatan.
c. Menetapkan dan menerapkan filosofi, tujuan dan standar keperawatan
pasien dalam pelayanan keperawatan.
d. Menyususn perencanaan pelayanan keperawatan, sesuai dengan lingkup
kewenangannya dan perencanaan implementasi untuk setiap tingkat
tenaga keperawatan.
e. Mengkoordinasikan fungsi-fungsi bidang pelayanan keperawatan dengan
fungsi bidang pelayanan yang lain agar dapat memberikan pelayanan
terpadu,
f. Estimasi tuntutan kebutuhan bidang pelayanan keperawatan dan
mengusulkan kebijakan serta prosedur untuk menjaga kestabilan
kemampuan staf yang adekuat.
g. Mengembangkan metoda kerja bagi staf keperawatan sehingga dapat
bekerja sama dengan staf lain di rumah sakit.
h. Partisipasi dalam penyusunan kebijakan personalia rumah sakit,
menerapkan kebijakan yang telah ditentukan serta mengevaluasi hasilnya.
i. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan baik
perawatan pasien maupun pelayanan keperawatan.
j. Estimasi kebutuhan tenaga keperawatan, menetapkan standar ketenagaan,
baik kuantitas maupun kualitas untuk memelihara pelayan keperawatan
yang bermutu.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 25
k. Estimasi kebutuhan fasilitas keperawatan, pengadaan perlengkapan
maupun perlatan serta sistem dan prosedur pengawasan dan evaluasinya.
l. Partisipasi dalam perencanaan anggaran pendapatan dan biaya tahunan
rumah sakit, terutama yang berhubungan dengan pelayanan keperawatan.
m. Mengambil inisiatif dan partisipasi dalam penelitian bidang keperawatan
untuk meningkatkan pelayanan keperawatan di rumah sakit.
n. Menyelenggarakan program pembinaan dan latihan yang
berkesinambungan bagi tenaga keperawatan di rumah sakit.
o. Partisipasi dalam program bimbingan siswa/mahasiswa tenaga kesehatan
untuk pengalaman praktek
p. Menciptakan dan melaksanakan sistem dan prosedur evaluasi pelayanan
keperawatan pada unit-unit keperawatan
2. Peran kepala ruangan
Sebagai manajer keperawatan, uraian tugas kepala ruangan menurut
Depkes (2004), adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi:
1) Merencanakan jumlah dan kategori tenaga perawatan serta tenaga lain
sesuai kebutuhan.
2) Merencanakan jumlah jenis peralatan perawatan yang diperlukan.
3) Merencanakan dan menentukan jenis kegiatan/ asuhan keperawatan
yang akan diselenggarakan sesuai kebutuhan pasien.
b. Melaksanakan fungsi pergerakan dan pelaksanaan, meliputi:
1) Mengatur dan mengkoordinasi seluruh kegiatan pelayanan di ruang
rawat.
2) Menyusun dan mengatur daftar dinas tenaga perawatan dan tenaga lain
sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan / peraturan yang berlaku
(bulanan, mingguan, harian).
3) Melaksanakan program orientasi kepada tenaga keperawatan satu atau
tenaga lain yamg bekerja di ruang rawat.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 26
4) Memberi pengarahan dan motivasi kepada tenaga perawatan untuk
melaksanakan asuhan perawatan sesuai standart.
5) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan yang ada dengan cara bekerja
sama dengan sebagai pihak yang terlibat dalam pelayanan ruang rawat.
6) Mengenal jenis dan kegunaan barang peralatan serta mengusahakan
pengadaannya sesuai kebutuhan pasien agar tercapainya pelayanan
optimal.
7) Menyusun permintaan rutin meliputi kebutuhan alat, obat, dan bahan
lain yang diperlukan di ruang rawat.
8) Mengatur dan mengkoordinasikan pemeliharaan peralatan agar selalu
dalam keadaan siap pakai.
9) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan inventaris peralatan.
10) Melaksanakan program orientasi kepada pasien dan keluarganya
meliputi tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruangan, fasilitas
yang ada dan cara penggunaannya.
11) Mendampingi dokter selama kunjungan keliling untuk memeriksa
pasien dan mencatat program.
12) Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang rawat
untuk tingkat kegawatan, injeksi dan non injeksi, untuk memudah
pemberian asuhan keperawatan.
13) Mengadakan pendekatan kepada setiap pasien yang dirawat untuk
mengetahui keadaan dan menampung keluhan serta membantu
memecahkan masalah berlangsung.
14) Menjaga perasaan pasien agar merasa aman dan terlindungi selama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
15) Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap pasien / keluarga dalam
batas wewenangnya
16) Menjaga perasaan petugas agar merasa aman dan terlindungi serlama
pelaksanaan pelayanan berlangsung
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 27
17) Memelihara dan mengembangkan sistem pencatatan data pelayanan
asuhan keperawatan dan kegiatan lain yang dilakuakan secara tepat
dan benar
18) Mengadakan kerja sama yang baik dengan kepala ruang rawat inap
lain, seluruh kepala seksi, kepala bidang, kepala instansi, dan kepala
UPF di Rumah Sakit
19) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas,
pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan
20) Memberi motivasi tenaga nonkeperawatan dalam memelihara
kebersihan ruangan dan lingkungan
21) Meneliti pengisian formulir sensus harian pasien ruangan
22) Memeriksa dan meneliti pengisi daftar pemintaan makanan
berdasarkan macam dan jenis makanan pasien kemudian memeriksa /
meneliti ulang saat pengkajiannya
23) Memelihara buku register dan bekas catatan medis
24) Membuat laporan harian mengenai pelaksanaan kegiatan asuhan
keperawatan serta kegiatan lain di ruangan rawat
c. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penelitian, meliputi:
1) Mengawasi dan menilai pelaksanaan asuhan keperawatan yang telah
ditentukan, melaksanakan penilaian terhadap uapaya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan di bidang perawatan.
2) Melaksanakan penilaian dan mencantumkan kedalam Daftar Penilaian
Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai (D.P.3) bagi pelaksana keperawatan
dan tenaga lain di ruang yang berada di bawah tanggung jawabnya
untuk berbagai kepentingan (naik pangkat / golongan, melanjutkan
sekolah) mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan
perawatan serta obat – obatan secara efektif dan efisien.
3) Mengawasi pelaksanaan system pencatatan dan pelaporan kegiatan
asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain di ruang rawat
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 28
3. Peran Perawat Pelaksana
Dalam asuhan keperawatan sebagai perawat yang profesional salah satu
peran sebagai perawat pelaksana. Perawat sebagai pelaksana secara langsung
maupun tidak langsung memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
individu, keluarga, dan masyarakat. Peran perawat sebagai perawat pelaksana
perawat sebagai perawat pelaksana disebut Care Giver yaitu perawat
menggunakan metode pemecahan masalah dalam membantu pasien mengatasi
masalah kesehatan. Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung atau tidak langsung.
Dalam melaksanakan peran sebagai perawat pelaksana bertindak
sebagai:
a. Comferter
Perawat mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pasien. Menurut
Potter & Perry (2005), peran sebagai pemberi kenyamanan yaitu
memberikan pelayanan keperawatan secara utuh bukan sekedar fisik saja,
maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi sering kali
memberikan kekuatan kepada klien untuk mencapai kesembuhan. Dalam
memberikan kenyamanan kepada klien, perawat dapat mendemonstrasikan
dengan klien.
b. Protector dan Advocat
Perawat berupaya melindungi pasien, mengupayakan terlaksananya
hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan. Menurut Potter &
Perry (2005), sebagai pelindung perawat membantu mempertahankan
lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostik atau
pengobatan. Utnuk menjalankan tugas sebagai advokat, perawat
melindungi hak dan kewajiban klien sebagai manusia secara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak–haknya bila dibutuhkan. Perawat
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 29
juga melindungi hak – hak klien melalui cara–cara yang umum dengan
penolakan aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan kesehatan
klien atau menetang hak - hak klien.
c. Communication
Perawat sebagai mediator antara pasien dan anggota tim kesehatan,
hal ini terkait dengan keberadaan perawatyang mendampingi pasien
selama 24 jam untuk memberikan asuhan keperawatan dalam rangka
upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit. Menurut Potter & Perry
(2005), peran sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat pelaksana yang lain. Keperawatan mencakup komunikasi dengan
klien, keluarga, antara sesama perawat san profesi kesehatan lainnya,
sumber informasi dan komunitas. Memberikan perawatan yang efektif,
pembuatan keputusan dengan klien dan keluarga, memberikan
perlindungan pada klien dari ancaman terhadap kesehatannya,
mengokordinasi dan mengatur asuhan keperawatan dan lain–lain tidak
mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
d. Rehabilitator
Perawat memberikan asuhan keparawatan adalah mengembalikan
fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan berfungsi normal.
Rehabilitas merupakan proses dimana individu kembali ketingkat fungsi
maksimal setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan
ketidakberdayaan lainnya. Rentang aktivitas rehabilitas dan restoratif
mulai dari mangajar klien berjalan dengan menggunakan alat pembantu
berjalan sampai membantu klien mengatasi perubahan gaya hidup yang
berkaitan dengan penyakit kronis (Potter & Perry, 2005)
D. Kompetensi dan penilaian kinerja manajemen
Menurut Nurachmah (2005), bagi seorang manajer keperawatan, maka harus
memiliki beberapa kompetensi agar pelaksanaan pekerjaannya dapat berhasil
yaitu : kemampuan menerapkan pengetahuan, ketrampilan kepemimpinan,
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 30
(kemampuan menjalankan peran sebagai pemimpin) dan kemampuan
melaksanakan fungsi manajemen, di mana kelancaran pelayanan keperawatan di
suatu ruang rawat baik juga dipengaruhi oleh beberapa aspek antara lain adanya :
visi, misi dan tujuan rumah sakit yang dijabarkan secara lokal ruang rawat,
struktur organisasi lokal, mekanisme kerja (standar-standar) yang diberlakukan di
ruang rawat, sumber daya manusia keperawatan yang memadai baik kuantitas
maupun kualitas, metoda penugasan, tersedianya berbagai sumber atau fasilitas
yang mendukung pencapaian kualitas pelayanan yang diberikan, kesadaran dan
motivasi dari seluruh tanaga keperawatan yang ada serta komitmen dan dukungan
dari pimpinan Rumah Sakit.
Kegiatan penilaian kompetensi biasanya dilakukan dengan menggunakan
wawancara yang terstruktur atau dengan pendekatan workshop dan dapat juga
dilakukan dengan cara sejumlah ahli manajemen berkumpul untuk menganalisis
suatu pekerjaan atau jenis pekerjaan. Ada tiga teknik yang dapat dilakukan dalam
melakukan analisis atau pengukuran kompetensi, yaitu:
1. Teknik insiden kritis
Teknik ini adalah suatu cara untuk mengumpulkan data tentang perilaku yang
efektif dan kurang efektif yang dihubungkan dengan contoh kejadian yang
sesungguhnya.
2. Analisis Repertory Grid
Teknik ini didasarkan pada teori gagasan personal, yang dapat
mengidentifikasi dimensi yang membedakan antara standar kinerja yang baik
dan buruk, merupakan cara bagaimana kita memandang dunia dan perilaku
orang lain.
3. Penilaian kompetensi kerja
Mengacu pada penelitian Mc Clelland tentang variabel kompetensi yang dapat
memperkirakan tingkat kinerja suatu pekerjaan. Penilaian kompetensi
menggunakan 20 indikator kompetensi yang paling sering dipakai untuk
memperkirakan keberhasilan yang dikelompokkan dalam enam kluster, yaitu :
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 31
a. Kluster prestasi yang terdiri dari : orientasi pencapaian, kepedulian akan
kualitas dan keteraturan serta inisiatif.
b. Kluster pelayanan yang terdiri dari : pemahaman interpersonal, orientasi
pelayanan konsumen.
c. Kluster pengaruh yang terdiri dari : dampak dan pengaruh, kesadaran
organisasional dan membangun hubungan / jejaring.
d. Kluster Manajerial yang terdiri dari : pengarahan, kerjasama kelompok
dan rasa kerjasama, mengembangkan orang lain, dan kepemimpinan tim.
e. Kluster pemikiran kognitif / pemecahan masalah yang terdiri dari
kepiawaian teknis, pencarian informasi, berpikir analiltis, dan berpikir
konseptual.
f. Kluster efektifitas pribadi yang terdiri dari pengendalian diri, daya tahan
terhadap stres, rasa percaya diri, komitmen terhadap organisasi dan
fleksibilitas. (Dharma,S. 2005).
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 32
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI RESIDENSI
A. Gambaran lokasi
Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa merupakan rumah sakit
tipe C milik pemerintah Kabupaten Luwu terletak di JL. Tomakaka Belopa.
B. Sejarah Rumah Sakit
Rumah Sakit Umum Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu diresmikan
Gubernur Sulawesi Selatan pada tanggal 4 Agustus 2005 dan telah dibuka secara
resmi dan diaktifkan pada tanggal 28 September 2005. Struktur Organisasinya
terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2005 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah
Kabupaten Luwu. Dalam rangka pencapaian visi misi, pengelola rumah sakit
terus melakukan pengembangan sarana dan prasarana termasuk penyelesaiaan
gedung IRD sebagai program unggulan rumah sakit.
C. Visi & Misi Rumah Sakit Batara Guru Belopa
1. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit yang maju, mandiri dan berdaya saing melalui
pelayanan kesehatan bermutu”
2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau untuk
masyarakat .
b. Melaksanakan prinsip-prinsip pelayanan prima dengan mengutamakan
kepuasan pelanggan.
c. Meningkatkan profesionalisme SDM.
d. Menerapkan konsep manajemen mutu (TQM).
e. Menyediakan infrastruktur yang memadai.
f. Membentuk budaya organisasi.
a. Meningkatkan kesejahteraan pegawai rumah sakit
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 33
3. Tujuan
a. Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana
b. Mewujudkan pelayanan yang proaktif
c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan
d. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia
4. Nilai dasar
a. Jujur
b. Kekeluargaan
c. Kerjasama tim
d. Religius
e. Ulet
f. Ramah
D. Misi, Falsafah dan Tujuan Bidang Keperawatan Rumah Sakit Batara Guru
Belopa
1. Misi
a. Melaksanakan model praktek keperawatan profesional dalam rangka
sesuai Standar Asuhan Keperawatan dalam rangka peningkatan mutu
asuhan keperawatan kepada pasien
b. Peningkatan kualitas perawat profesional yang bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa
c. Melaksanakan asuhan keperawatan yang efisien dan efektif yang
didukung sarana dan prasarana yang memadai dengan pembelajaran yang
memadai
d. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua anggota tim
kesehatan dan bagian yang terkait dilingkungan RSUD Batara Guru
Belopa
e. Meningkatkan kesejahteraan perawat.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 34
2. Falsafah
a. Manusia adalah individu yang holistik memiliki kebutuhan bio-psiko-
sosial-spritual yang unik. Kebutuhan ini harus selalu menjadi
pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Keperawatan adalah bantuan kepada manusia untuk meningkatkan derajat
kesehatan secara optimal dengan tidak membedakan bangsa, suku, agama
dan status sosialnya disetiap tempat pelayanan kesehatan
c. Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari
seluruh anggota tim, pasien dan keluarganya
d. Perawat bertanggungjawab dan bertanggung gugat, serta memiliki
wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan
standar asuhan keperawatan
e. Pendidikan keperawatan berkelanjutan harus dilaksanakan
3. Tujuan
a. Tujuan umum
Memberikan pelayanan keperawatan yang paripurna, bermutu,
komunikatif, cepat dan tepat bagi pasien, keluarga dan masyarakat.
b. Tujuan khusus
1) Memberikan asuhan keperawatan yang profesional sesuai standar
asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat guna
meningkatkan derajat kesehatan serta meningkatkan kemampuan
pasien dalam upaya pemeliharaan kesehatan
2) Menciptakan iklim kerja yang harmonis, dinamis dan penuh
kekeluargaan
3) Menciptakan pembelajaran yang terus menerus baik formal dan
informal untuk peningkatan kualitas SDM perawat.
Sumber : SDM & Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 35
DIREKTUR
Kelompok Jabatan Fungsional
Bagian Tata Usaha
Sub Bag. Hukum &
Kepegawaian
Sub Bag Perencanaan &
pelaporan
Sub Bag. Umum & Keuangan
Bid.Pelayanan Medik &
Keperawatan
Bid.Pengembangan SDM & Rekam
Medik
Bid.Pengawasan & Pemeliharaan Sarana
& Prasarana
Seksi Pelayanan & Penunjang
Medik
Seksi Pembinaan & Pengendalian Keperawatan
Seksi Rekam Medik
Seksi Pengembangan
SDM
Seksi Pemeliharaan Sarana & Prasarana
Seksi Pengawasan & Pengendalian
Pelayanan
E. Struktur Organisasi
1. Struktur organisasi rumah sakit
Berdasarkan PERDA Nomor. 4 Tahun 2005, serta PP 41 Tahun 2007
maka RSUD Batara Guru Belopa Kabupaten Luwu mempunyai Struktur
Organisasi dan tata kerja RSUD Batara Guru Belopa sebagai berikut :
Sumber : SDM & Rekam Medik; RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 36
Uraian tugas :
a. Direktur
RSUD Batara Guru Belopa dipimpin oleh seorang Direktur yang
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Tugas pokok
Direktur RSUD Batara Guru Belopa adalah melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Dalam
pelaksanaan tugasnya, Direktur RSUD Batara Guru Belopa
menyelenggarakan fungsi :
1) Perumusan Kebijaksanaan tekhnis RSUD Batara Guru Belopa;
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah
RSUD Batara Guru Belopa;
3) Pembinaan dan Pelaksanaan tugas Rumah Sakit Umum Daerah Batara
Guru Belopa; dan
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
b. Bagian Tata Usaha/Sekretaris
Sekretaris berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Direktur.
Bagian Tata Usaha ini terdiri atas :
1) Sub Bagian Umum dan Keuangan, yang melaksanakan pengelolaan
keuangan rumah sakit;
2) Sub bagian Hukum dan Kepegawaian, yang melaksanakan
pengawasan dan tugas lainnya di bidang hukum dan kepegawaian;
3) Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan, yang melaksanakan
pelayanan teknis dan admimistrasi di bidang perencanaan dan
pelaporan.
c. Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan
Bidang pelayanan medik dan keperawatan dipimpin oleh seorang
kepala bidang yang bertanggungjawab kepada direktur dan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 37
mengkoordinasikan tugas-tugas pelayanan medik dan keperawatan.
Bidang ini terdiri atas :
1) Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, yang membantu kepala
bidang melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi keperawatan;
2) Seksi Pelayanan dan Penunjang Medik, yang melaksanakan dan
mengkoordinasikan kegiatan penunjang medik;
d. Bidang Pengembangan SDM dan Rekam Medis
Bidang pengembangan SDM dan Rekam Medis dipimpin oleh
kepala bidang yang membantu direktur dalam pelaksanaan
pengembangan SDM dan Rekam Medis. Bidang ini terbagi atas :
1) Seksi Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang
melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengembangan SDM;
2) Seksi Rekam Medik, melaksanakan pelayanan teknis dan administrasi
di bidang rekam medik.
e. Bidang Pengawasan dan Pemeliharaan sarana dan prasarana
Bidang pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
dipimpin oleh seorang kepala bidang yang melaksanakan fungsi-fungsi
pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana. Bidang ini terdiri
atas :
1) Seksi Pemeliharaan sarana dan Prasarana, yang melaksanakan tugas-
tugas pemeliharaan sarana dan prasarana;
2) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pelayanan, yang melaksanakan
tugas dan fungsi pengawasan dan pengendalian pelayanan.
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan fungsional terdiri atas tenaga ahli dalam jenjang
fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan
keahliannya.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 38
DIREKTUR
Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan
Sub Seksi Pembinaan Keperawatan Sub Seksi Etika,Mutu & Diklat Keperawatan
Koor. Rawat Jalan
Kebidanan
Kelas III Anak
Kelas III Anak
IRD
OK
ICU
VIP
Kelas I
Kelas II
Kelas III Bedah
Selain struktur tersebut di atas, terdapat pula struktur lain yang
mendukung pelaksanaan pelayanan di rumah sakit yaitu; Komite Medik dan
Staf Medik Fungsional serta Instalasi-instalasi Penunjang.
2. Struktur organisasi keperawatan
Sumber : Seksi Pembinaan dan Pengendalian Perawatan, Maret 2012
F. Unggulan Rumah Sakit
Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
ada beberapa unggulan pelayanan yakni :
1. Unit Rawat Inap, dengan pelayanan gratis kelas III ( Jamkesmas dan
Kesehatan gratis )
2. Unit Rawat Jalan, dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat pertama dan
rujukan.
3. Pelayanan Dokter Spesialis ( Penyakit Dalam, Bedah, Kebidanan, Anak )
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 39
4. Pelayanan Fisioterapi
5. Pelayanan Radiologi
6. Pelayanan Bedah
7. Pelayanan Laboratorium dan administrsai
G. Sumber Daya Manusia
Dalam mendukung pelayanan kesehatan pada masyarakat di RSUD Batara
Guru Belopa Belopa memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari tenaga
medis, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan non kesehatan dapat
dilihat pada table 2.1
Tabel 3.1. Distribusi Sumber Daya Manusia di RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012.
No. Jenis TenagaJumlah
Orang %A. Tenaga medis 17 7,3
1. Dokter Umum 11 64,72. Dokter Spesialis 3 17,63. Dokter Gigi 3 17,6
B. Tenaga Keperawatan 118 50,61. S1 Keperawatan/Ners 5 4,242. D III Keperawatan 83 70,33. SPK 5 4,244. Kebidanan 19 16,15. Keperawatan gigi 6 5,08
C. Tenaga kesehatan lain 98 42,11. Apoteker 7 7,142. Farmasi 9 9,183. Gizi 6 6,124. Fisioterapi 8 8,165. Radiologi 5 5,16. Analis kesehatan 11 11,27. Kesmas 23 23,58. Rekam medik 5 5,19. Teknik elektromedik 2 2,04D. Tenaga non kesehatan 22 9,44
TOTAL 233 100Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 40
H. Fasilitas pelayanan kesehatan
Peralatan medis dan keperawatan di Rumah Sakit Umum Batara Guru
Belopa Kabupaten Luwu dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat masih membutuhkan tambahan peralatan yang lebih memadai guna
menunjang pelayanan yang berkualitas. Adapun alat kedokteran yang telah
tersedia adalah sebagai berikut :
1. Peralatan Kamar Operasi
2. Peralatan Kebidanan dan Kandungan
3. Peralatan Penyakit Dalam
4. Peralatan Anak
5. Peralatan UGD
6. Peralatan Gigi dan mulut
7. Peralatan Laboratorium
8. Peralatan Radiologi
9. Peralatan Kamar Jenazah
10. Peralatan Fisioteraphy
Pelayanan yang diberikan Rumah Sakit kepada masyarakat merupakan
wujud dalam peningkatan mutu / kualitas kesehatan yang dimiliki oleh Rumah
Sakit. Hal tersebut dapat tercermin/terwujud dari mutu pelayanan medis dan
administrasi secara cepat, mudah dan ramah sehingga memberi kepuasan dalam
hal pemberian pelayanan serta penanganan kesehatan kepada pasien yang
ditangani oleh Dokter spesialis. Adapun jenis pelayanan yang diberikan yakni :
1. Pelayanan Administrasi:
1. Kepegawaian
2. Umum dan Perlengkapan
3. Keuangan
4. Medical Record ( Rekam Medik)
2. Pelayanan Rawat Inap
1. Rawat Inap Penyakit Dalam
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 41
2. Rawat Inap Bedah
3. Rawat Kebidanan dan Kandungan
4. Rawat Inap Anak
3. Pelayanan Rawat Jalan.
1. Pelayanan Umum
2. Penyakit Dalam
3. Bedah
4. Anak
5. Kebidanan dan Kandungan (Obgyn)
6. Gigi dan Mulut
4. Pelayanan Penunjang Medik
1. Laboratorium
2. Farmasi
3. Radiologi
4. Fisiterapy
5. Gizi
6. Loundry
5. Pelayanan IGD
Dari fasilitas serta pelayanan yang diberikan RSU Belopa kepada
masyarakat saat ini belum optimal oleh karena keterbatasan sarana dan
prasarana peralatan serta keterbatasan gedung keperawatan (rawat inap) yang
belum lengkap diantaranya sebagai berikut :
a. Penyelesaian Pembangunan gedung IGD yang belum rampung.
b. Ruang Perawatan Inap .
c. Keterbatasan peralatan Medik.
d. Dana operasional Rumah Sakit masih kurang.
e. RSU Batara Guru Belopa saat ini memiliki spesialis Kebidanan dan
kandungan statusnya belum definitif (MOU).
f. Kurangnya Kendaraan Dinas Operasional
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 42
Tabel 3.2 Kapasitas Tempat Tidur Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012
No. Ruangan JumlahTT %
1. Kelas III Bangsal Interna 27 24,82. Kelas III Bangsal Anak 16 14,73. Kelas III Bangsal Bedah 16 14,74. Kelas III Bangsal Kebidanan 11 10,15. Kelas III ICU 3 2,756. Kelas I Anak 1 0,927. Kelas II Anak 4 3,678. Kelas I 11 10,19. Kelas II 12 1110 VIP 8 7,34
TOTAL 109 100Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012
I. Penampilan Kerja RSUD Batara Guru Belopa
Kinerja unit rawat inap RSUD Batara Guru Belopa tahun 2010-2011 dapat
dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Indikator Kinerja Unit Ruangan Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa Maret 2012
No Indikator Tahun Standar Depkes2010 2011
1. Gross Death Rate (GDR) 16,71 0,005 -2. Net Death Rate (NDR) 2,47 0,015 -3. Average Length of Stay (LOS/hari) 8,53 3 6-9 hari4. Bed Occupancy Rate (BOR) 69,2 45,2 60 - 80 %.5. Turn Over Interval (TOI/hari) 23,76 4 1 - 3 hari6. Bed Trurn Over (BTO/hari) 36,4 45,2 40-50 hari
Sumber: SDM dan Rekam Medik, RSUD Batara Guru Belopa, Maret 2012
Dari tabel 2.3 diatas di atas diperoleh informasi bahwa Gross Death Rate
(GDR) dari tahun 2010 ke 2011 terjadi penurunan angka kematian yang cukup
signifikans sebesar 16,705, pasien yang meninggal ≥ 48 jam (Net Death Rate)
juga mengalami penurunan sebesar 2,455. Pencapaian Average Length of Stay
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 43
(ALOS) atau rata-rata lama rawat seorang pasien mengalami penurunan sebesar
5,53, pencapain BOR (Bed Occupancy Rate) tahun 2010 ke tahun 2011
mengalami penurunan sebesar 24 %. Pencapaian TOI (Turn Over Interval) yaitu
lama rata-rata tempat tidur tidak terisi, pada tahun 2010 sebesar 23,76 hari (tidak
memenuhi target standar), pada tahun 2010 mencapai angka 4,0 hari (belum
memenuhi target standar).
Hal ini menggambarkan bahwa mutu pelayanan kesehatanRSUD Batara
Guru Belopa masih perlu ditingkatkan melalui optimalisasi fungsi-fungsi
manajemen keparawatan dalam rangka pencapaian visi dan misinya.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 44
BAB IV
HASIL PENGKAJIAN
A. Pengkajian Kegiatan Manajemen Keperawatan
Instrument pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mengetahui
penatalaksanaan kegiatan keperawatan berdasarkan 4 pilar nilai profesional yaitu
management approach, compensatory reward, professional relationship dan
patient care delivery. Metode yang digunakan adalah wawacara, observasi, focus
grup diskusi (FGD) dan penelusuran dokumen terkait.
Sumber diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan, Ketua Komite Keperawatan ,Kepala Ruang Rawat Inap, Ketua Tim
(Katim), perawat pelaksana dan bagian SDM dan rekam medis. Data yang
diperoleh menjadi gambaran makro untuk dieksplorasi, dianalisis dan divalidasi
sehingga dapat diidentifikasi masalah dan kebutuhan manajemen keperawatan
diruangan.
B. Analisis SWOT Gambaran Umum RSUD Batara Guru Belopa
1. Strenght/ Kekuatan :
a. Mempunyai visi dan misi yang mendukung pencapaian tujuan organisasi
b. Adanya dukungan kuat pemerintah daerah kabupaten Luwu dalam
pengembangan RS
c. Lokasi RSUD Batara Guru Belopa mudah dijangkau dengan berbagai
jenis alat transportasi, lingkungan yang cukup luas, nyaman dan
menyenangkan
d. RS mencanangkan sebagai pusat “Traumatic centre” dikawasan Luwu
Raya
e. Memiliki komite keperawatan
f. Sebagai tempat praktek mahasiswa serta tempat penelitian dari berbagai
perguruan tinggi kesehatan, khususnya keperawatan dan kebidanan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 45
g. Telah menetapkan metode penugasan tim pelayanan keperawatan
h. Rumah Sakit dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan beberapa unggulan pelayanan yakni Unit Rawat Inap, dengan
pelayanan gratis kelas III ( Jamkesmas dan Kesehatan gratis ) dan Unit
Rawat Jalan dengan Pelayanan Gratis Rawat Jalan tingkat pertama dan
rujukan.
i. RS memiliki komitmen pengembangan SDM dan memberikan
kesempatan kepada perawat untuk meneruskan pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi, hal ini dapat dilihat saat terdapat 29 perawat yang
sedang melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan + Ners.
2. Weakness/Kelemahan
a. Sistem administrasi dan pendomentasian askep yang belum
terkomputerisasi
b. Keterbatasan sarana dan prasarana medik dan non medic
c. Secara kuantitas dan kualitatif tenaga perawat di rumah sakit masih
kurang. Hal ini dapat dilihat jumlah perawat tetap 112 orang dengan
kualifikasi tingkat pendidikan yaitu S1 + Ners 5 (4,24 %), D.III
keperawatan 83 (70,3 %) dan SPK 4,24 % dan bidan 19 (16,1 %).
d. Masih kurangnya pelatihan manajemen keperawatan
e. Belum adanya sistem jenjang karir perawat di rumah sakit
f. Belum efektifnya peran komite keperawatan di rumah sakit
g. Belum maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan sebagai pendekatan
perawat dalam melakukan pelayanan keperawatan, hal ini dapat dilihat
dari pendokumentasian yang belum lengkap dan masih banyak yang
bekerja didasarkan pada instruksi medis dan rutinitas kegiatan di ruangan
h. Kualitas asuhan keperawatan diruangan belum optimal hal ini dapat dilihat
dengan belum efektifnya penerapan metode penugasan asuhan
keperawatan di ruangan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 46
3. Opportunity/Peluang
a. RSUD Batara Guru Belopa merupakan satuan unit kerja pemerintah
kabupaten Luwu dimana pada tahun 2012 akan ditetapkan sebagai PPK-
BLUD
b. Sumber daya tenaga keperawatan sebagian besar usia produktif, sehingga
memiliki peluang besar dalam pengembangan SDM
c. Pemanfaatan sarana kesehatan akan semakin meningkatan seiring dengan
program pelayanan kesehatan gratis dari pemerintah provinsi Sulawesi
Selatan
d. Semakin berkembangnya kegiatan ekonomi wilayah kabupaten Luwu
yang berdampak pada peningkatan pendapatan sehingga kemampuan
untuk mengakses sarana kesehatan juga semakin tinggi
e. Semakin berkembangnya pemukiman di wilayah ibu kota Kabupaten
Luwu
f. Adanya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi kesehatan/
keperawatan dengan demikian turut mempengaruhi perkembangan
pelayanan dan kegiatan penelitian.
4. Threath/ Tantangan
a. Regulasi perumahsakitan yang semakin ketat dalam penerapan standar
ketenagaan dan standar pelayanan
b. Semakin kompetitifnya persaingan rumah sakit dengan mencetuskan
beberapa pelayanan unggulan dengan sarana dan prasarana yang berbasis
teknologi.
c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang hak-haknya atas
pelayanan kesehatan yang harus berkualitas dan aman.
d. Keterbatasan sumberdaya manusia yang berkualitas subspesialis
e. Liberalisasi dibidang perumahsakitan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 47
C. Hasil Pengkajian Manajemen Keperawatan
Dari hasil kuesioner dan observasi dokumen penerapan fungsi-fungsi
manajemen keperawatan khususnya di ruang rawat inap RSUD Batara Guru
Belopa didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Kepala Ruangan Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012
Pilar Nilai ProfesionalPenampilan kinerja
Kurang optimal
Cukup Optimal
Total
Management approach : f % f % f %1. Fungsi Perencanaan2. Fungsi Pengorganisasian3. Fungsi Pengarahan4. Fungsi pengendalian
4444
50505050
4444
50505050
8888
100100100100
Compensatory rewad 4 50 4 50 8 100Profesional relationship 0 0 8 100 8 100Patient Care Devilery 0 0 8 100 8 100
Sumber : data primer
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari 8 kepala ruangan penampilan kerja
penerapan nilai professional pada pilar manajemen keperawatan dari fungsi
perencanaan sampai fungsi pengendalian yang memiliki kinerja kurang optimal
dan cukup optimal masing-masing sebanyak 50 %. Demikian halnya pada pilar
compensatory rewad antara yang memiliki kinerja cukup optimal dan kurang
optimal masing-masing 50 %. Sedangkan pada pilar profesional relationship dan
Patient Care Devilery menunjukkan 100 % dengan kinerja cukup optimal.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Penampilan Kerja Ketua Tim Dalam Penerapan Pilar Nilai Profesional Pelayanan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD Batara Guru Belopa, April 2012
Pilar Nilai ProfesionalPenampilan kinerja
Kurang optimal
Cukup Optimal
Total
Management approach : f % f % f %1. Fungsi Perencanaan 5 50 5 50 10 100
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 48
2. Fungsi Pengorganisasian3. Fungsi Pengarahan4. Fungsi pengendalian
354
305040
756
705060
101010
100100100
Compensatory rewad 0 0 10 100 10 100Profesional relationship 6 60 4 100 10 100Patient Care Devilery 5 50 5 50 10 100
Sumber : data primer
A. Pembahasan
1. Management approach
a. Fungsi perencanaan
1) Visi, misi organisasi
Berdasarkan hasil wawancara menurut Kepala Seksi Pembinaan
dan Pengendalian Keperawatan bahwa penyusunan visi dan misi
rumah sakit dilakukan melalui rapat kerja dengan semua manajemen
rumah sakit dan melibatkan seluruh kepala ruangan dan
disosialisasikan kepada seluruh perawat melalui rapat keperawatan.
Demikian halnya dengan penyusunan misi, falsafah dan tujuan bidang
keperawatan ditetapkan oleh Tim penyusun yang dibentuk berdasarkan
surat keputusan direktur RS dan ditindaklanjuti dengan SK
pemberlakuannya dan selanjutnya disosialisasikan kepada seluruh
perawat. Visi misi rumah sakit sejalan dengan misi Bidang
Keperawatan, akan tetapi belum ditetapkan visi Bidang keperawatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa mereka
sudah tahu dan memahami visi dan misi rumah sakit dan misi Bidang
Keperawatan.
Pemahaman visi dan misi rumah sakit dan misi bidang
Keperawatan juga dipahami oleh Ketua tim (Katim) yang didukung
dengan hasil kuesioner 100 % mengatakan telah memahaminya dan
60% menyatakan memahami falsafah dan tujuan perawatan ruangan.
Namun untuk perawat pelaksana yang belum memahami visi dan misi
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 49
rumah sakit dan misi Bidang Keperawatan sebanyak 25.4 %. Hasil
wawancara dengan kepala ruangan bahwa saat ini belum ditetapkan
visi misi ruangan karena sudah ada misi bidang keperawatan sebagai
pedoman dalam melakukan tugas dan fungsinya dan penetapan visi
misi ruangan merupakan kebijakan rumah sakit.
Masalah : belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi
ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang
keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan
sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
2) Program dan Rencana Jangka Pendek
Hasil wawancara proses penyusunan rencana strategik bidang
keperawatan yang berlaku 5 tahun dirumuskan dalam rapat kerja yang
melibatkan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan
bersama dengan kepala ruangan dan komite keperawatan. Hal ini
didukung oleh kuesioner kepala ruangan yang 87.8 menyatakan
diikutkan dalam penyusunannya.
Hasil kuesioner rencana kegiatan kepala ruangan terdapat 50%
belum membuat rencana harian, sebanyak 37.5 % belum membuat
rencana bulanan dan 100 % telah membuat rencana tahunan.
Sedangkan ketua tim terdapat 40 % belum membuat rencana kerja
harian dan 40 % belum membuat rencana bulanan. Hasil wawancara
alasan belum membuat rencana bulanan dan harian karena aktivitas
perawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan dan rutinitas
tugas, disamping belum dipahaminya pentingnya serta cara pembuatan
rencana kegiatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 50
Masalah : Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan
diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana
jangka pendek serta cara penyusunannya.
3) Ketenagaan
a) Kuantitatif
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dalam proses
ketenagaan dilibatkan oleh rumah sakit mulai dari recruitment,
seleksi, rotasi, dan mutasi. Perencanaan kebutuhan disetiap unit
mengacu pada perencanaan makro dan belum mengacu pada
perhitungan tingkat ketergantungan pasien. Perencanaan meliputi
jumlah dan kualifiaksi tenaga berdasarkan standar ketenagaan.
Analisa kebutuhan tenaga mengacu pada data dan informasi rumah
sakit tentang beban kerja, kapasitas tempat tidur, BOR. Hasil
analisa disampaikan kepada bidang pelayanan sebagai acuan
perencanaan makro. Sistem recruitment mengacu pada pedoman
manajemen SDM recruitment RSUD Batara Guru Belopa.
Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 75 % menyatakan
kekurangan tenaga keperawatan, akan tetapi hanya 12.5 % yang
menyatakan menyusun rencana kebutuhan tenaga. Dari hasil
wawancara dengan kepala ruangan bahwa perencanaan tenaga
merupakan tugas Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan dan Bidang Pengembangan SDM.
Informasi yang diperoleh dari kuesioner kepala ruangan
sebanyak 62,5 % menyatakan bahwa perencanaan pemenuhan
kebutuhan tenaga belum mempertimbangkan beban kerja dengan
klasifikasi. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan bahwa untuk memenuhi kebutuhan tenaga perawat
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan pembiyaan rumah
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 51
sakit, pada saat ini RSUD melakukan rekruitmen tenaga magang
yang nantinya akan diangkat menjadi tenaga honorer.
Masalah : belum efektifnya perbandingan jumlah perawat
dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan.
b) Kualitatif
Dalam upaya peningkatan SDM perawat secara kualitatif
pihak manajemen RS Batara Guru Belopa telah menyusun
perencanaan dan pembinaan karir perawat termasuk perencanaan
promosi. Pola pengembangan karir menurut Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan adalah perencanaan
makro disusun oleh pimpinan keperawatan struktural sedangkan
perencanaan mikro oleh pimpinan keperawatan fungsional, akan
tetapi upaya peningkatan SDM perawat belum optimal hal ini
dipengaruhi oleh ketersediaan dana dan peraturan kepegawaian
Pemerintah Kabupaten Luwu.
Dari hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi
sebanyak 62,5 % mengatakan belum mengetahui pengembangan
jenjang karir fungsional, demikian halnya dengan ketua Tim yang
belum mengetahui pengembangan karirnya sebanyak 70 %. Dari
hasil wawancana mereka juga belum mengetahui program
pengembangan SDM bagi perawat tetapi pihak rumah sakit
mengizinkan setiap perawat yang akan melanjutkan pendidikan.
Upaya rumah sakit untuk mengoptimalkan kepala ruangan
dan ketua tim menerapkan fungsi-fungsi manajemen belum
maksimal dimana 100 % dari hasil kuesioner mengatakan belum
pernah mengikuti pendidikan dan latihan manajemen pelayanan
keperawatan. Menurut Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan bahwa sudah ada perencanaan berkaitan dengan
pengembangan kompetensi klinis dan manajemen bagi perawat
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 52
akan tetapi realisasinya belum optimal disesuaikan dengan
prioritas kebutuhan pelayanan dan ketersediaan dana rumah sakit,
misalnya kemampuan perawat IRD dalam penanganan
kegawatdaruratan dengan mengikutikan pelatihan BTCLS. Untuk
itu dalam upaya peningkatan layanan keperawatan dilakukan
pertemuan secara periodik setiap bulan dengan kepala ruangan dan
Katim.
Masalah : belum optimalnya pengembangan SDM tenaga
tenaga keperawatan.
4) Fasilitas
Dalam perencanaan fasilitas dan sarana penunjang kegiatan
pelayanan keperawatan, menunjukkan bahwa kepala ruangan
dilibatkan dengan mengajukan kebutuhan ke Kepala Seksi Pembinaan
Dan Pengendalian Keperawatan. Hasil wawancara dengan kepala
ruangan diperoleh informasi bahwa mereka sudah membuat
perencanan kebutuhan fasilitas ruangan tetapi kendalanya adalah
keterbatasan dana RS sehingga belum semua dapat terlealisasi. Hal ini
didung oleh hasil kuesioner perawat pelaksanan dimana 93.7%
mengatakan fasilitas pelayanan keperawatan belum memadai.
Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan Dan
Pengendalian Keperawatan bahwa perencanaan kebutuhan fasilitas
dilaksanakan oleh Tim pengadaan yang ditetapkan oleh SK direktur
yang melibatkan kepala ruangan, dengan mengacu pada pedoman
standar peralatan keperawatan Depkes RI akan tetapi karena
disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh Pemerintah
Kabupaten Luwu sehingga penyediaan fasilitas belum sesuai standar
yang ditetapkan.
Masalah : belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan
disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 53
b. Pengorganisasian
1) Struktur organisasi
Pada struktur organisasi rumah sakit menunjukkan bahwa
struktur organisasi bidang keperawatan berada di bawah Bidang
Pelayanan Medik dan keperawatan. Dalam menjalankan tugasnya
Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dibantu oleh dua Sub
Seksi yaitu Sub Seksi Pembinaan Askep dan Sub Seksi Etika, Mutu
dan Diklat Keperawatan yang mempunyai tanggung jawab masing-
masing. Secara organisasi struktur ini cukup memudahkan dalam
koordinasi dan komunikasi akan terapi kurang menunjang outonomi
bidang keperawatan. Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan bahwa untuk menunjang
outonomi bidang keperawatan maka dibentuk komite keperawatan.
Struktur organisasi Ruang Rawat Inap menggunakan sistem
penugasan tim-modifikasi keperawatan yang dipimpin oleh kepala
ruangan yang membawahi dua ketua tim. Ketua tim berperan sebagai
perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang
memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada
sekelompok pasien. Informasi pada kuesioner kepala ruangan
sebanyak 87.5 % menyatakan struktur organisasi ruangan efektif
dalam dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi sebanyak
37.5 % menyatakan uraian tugas Katim dan perawat pelaksana belum
jelas dan sebanyak 37.5 % menyatakan belum melakukan sosialisasi
uraian tugas Katim dan perawat pelaksana. Hal ini didukung oleh
kuesioner Katim yang menyatakan belum memahami uraian tugasnya
sebanya 30 % dan perawat pelaksana yang belum memahami uraian
tugasnya sebanyak 20.6 %.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 54
Mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan
keperawatan juga belum optimal dimana sebanyak 80 % ketua tim
belum memahami sesuai dengan metode penugasan yang ditetapkan.
Sedangka kepala ruangan yang menyatakan belum ada kejelasan
rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan
sebanyak 25 %.
Masalah : belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan
rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan
asuhan keperawatan.
2) Penyusunan Jadual Dinas/Shif
Dari hasil kuesioner diperoleh informasi bahwa semua kepala
ruangan telah menyusun daftar dinas/shif setiap minggu akan tetapi
belum penetapan jadual shif belum mempertimbangkan tingkat
ketergantungan pasien dan tingkat perawat. Hasil kuesioner ketua tim
menunjukkan bahwa sebanyak 60 % belum memahami penentuan
klasifikasi ketergantungan pasien. Hasil observasi jadual dinas belum
ada pembagian alokasi pasien ke perawat pelaksana dan jadual shif
sore/malam belum mencamtumkan penanggungjawab shif. Hasil
wawancara dengan kepala ruangan bahwa hambatan dalam
penyusunan jadual dinas adalah keterbatasan tenaga dan sebagian
besar berlatar belakang pendidikan vokasional.
Masalah : belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-
hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas.
3) Metode Penugasan/Pengorganisasian Perawatan Pasien
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan
dan Pengendalian Keperawatan bahwa metode penugasan diruang
rawat inap adalah metode kombinasi tim-modifikasi namun belum
berjalan optimal hal ini disebabkan salah satunya adalah belum
pernah dilakukan pelatihan penerapan MPKP. Informasi dari ketua
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 55
Komite Keperawatan bahwa belum ada pedoman penerapan MPKP
menyebabkan Tim yang dibentuk belum memahami tugas dan
tanggungjawabnya serta mekanisme pelaksanaan pengorganisasian di
ruang MPKP.
Hal ini didukung informasi yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan kepala perawatan dan ketua tim bahwa penerapan metode
penugasan asuhan keperawatan belum berjalan efektif. Pemahaman
MPKP juga masih belum baik dimana hasil kuesioner diperoleh
informasi sebanyak 63.5% pengetahuan perawat tentang MPKP masih
kurang. Penggunaan klasifikasi tingkat ketergantungan pasien dalam
pemberian asuhan keperawatan juga belum berjalan dengan baik. Hal
ini ditunjukkan oleh data dimana 93.7 % perawat pelaksana
mengatakan belum dilakukan dan 87.3 % mengatakan belum
memahami penilaian ketergantungan pasien.
Demikian halnya dengan metode penugasan yang diterapkan
juga masih bervariasi dimana sebanyak 19 % perawat pelaksana
mengatakan metode penugasan yang digunakan adalah metode
fungsional, 36.5 % metode tim, 44.4 % yang menyatakan
menggunakan metode Primary Nurse (PN). Penilaian terhadap
ketepatan penggunaan metode penugasan sebanyak 19 % perawat
pelaksana menyatakan tidak tepat dan 66.7 menyatakan tidak tahu.
Hasil observasi selama melakukan residensi penerapan prinsip-
prinsip dasar dalam MPKP juga belum berlajan sebagai mana
mestinya, seperti belum dilakukan pre dan postconference, belum ada
alokasi pasien yang menjadi tanggungjawab tim, kegiatan operan
belum terstruktur dan belum nampak adanya perbedaan aktifitas
pelayanan antara ketua tim dengan anggota tim.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 56
Masalah : Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan
asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya
penerapan MPKP.
c. Pengarahan
1) Supervisi
Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Fungsi
supervisi kepala ruangan belum berjalan dengan baik hal ini didukung
oleh data kuesioner sebanyak 62.5 % belum melakukan supervise dan
75 % supervisinya belum terjadual dan sebanyak 87.5 % supervisi
belum terstruktur, pada saat melakukan supervise 62.5% mengatakan
belum memperikan umpan balik. Hal ini didukung oleh informasi dari
Katim bahwa 60 % kepala ruangan belum melakukan supervisi dan
belum memberikan bimbingan/ umpan balik saat disupervisi. Hal
yang sama pada fungsi supervisi Katim ke perawat pelaksana dimana
80 % menyatakan belum melakukan supervisi ke perawat yang
menjadi tanggungjawabnya. Sedangkan hasil kuesioner perawat
pelaksana sebanyak 52.4% yang menyakan belum mendapatkan
bimbingan dari Kepala ruangan dan sebanyak 76.2 % Katim belum
memberikan bimbingan ke perawat pelaksana dalam timnya.
Hasil wawancara sebagian besar kepala ruangan belum
melakukan supervise karena belum memahami materi dan mekanisme
supervisi dan Selama ini kegiatan supervisi hanya dilakukan pada
pendokumentasian askep dan kedisiplinan staf perawatan.
Masalah : kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik
disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme
supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi
dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan.
2) Pendelegasian
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 57
Dalam organisasi pendelegasian dilakukan agar aktivitas
organisasi tetap berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil wawancara Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan bahwa prinsip pendelegasian yang diterapkan mengacu
pada hirarki struktur organisasi, sehingga jika Kepala Seksi
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan diluar jam kerja atau
sedang melakukan tugas luar maka salah satu kepala ruangan ditunjuk
sebagai pengganti yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur dan
berkewajiban untuk laporan sesuai dengan Juklis laporan. Untuk
tingkat manjemen dibawahnya secara otomatis pendelegasian tugas
kepala ruangan kepada ketua tim, ketua tim kepada perawat pelaksana
yang berkompeten.
Berdasarkan hasil wawancara kepala ruangan telah melakukan
pendelegasian,, hal ini berbeda dengan hasil kuesioner Katim dimana
70 % menyatakan belum melaukan pendelegasian ke perawat
pelaksana.Prinsip-prinsip pendelegasian kepala ruangan juga belum
berjalan dengan baik dimana kepala ruangan belum
mempertimbangkan kompetensi perawat dalam pemberian tugas dan
42,9 % perawat pelaksana mengatakan pendelegasian yang dilakukan
kepala ruangan dilakukan secara lisan karena belum ada format Surat
Pendelegasian Tugas. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner kepala
ruangan sebanyak 62.5 % menyatakan pendelegasian dilakukan secara
lisan, akan tetapi semuanya telah melakukan evaluasi dan monitoring
hasil peleksanaan tugas pendelegasian.
Masalah : belum optimalnya pemahaman kepala ruangan
tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan
untuk dilaksanakan oleh bawahannya.
d. Pengendalian
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 58
Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenamya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan
berfungsi untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian penampilan,
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan
meliputi : menetapkan standar dan menetapkan metode mengukur
prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah
prestasi kerja sesuai dengan standar, mengambil tindakan korektif.
1) Mutu Pelayanan
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa pengendalian
mutu keperawatan dibawah koordinasi Komite Keperawatan dalam hal
ini adalah Sub Komite Mutu Pelayanan Keperawatan sebagai
perpanjangan tangan dari Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite Keperawatan
bahwa dalam upaya peningkatan mutu ditetapkan Indikator Mutu
Klinik yang meliputi data infeksi karena jarum infus (Flebitis) , data
kejadian infeksi luka operasi (ILO) dan data dekubitus (Decubitus
Ulcer Rate). Data yang dilaporkan masing-masing kepala ruangan
yang kemudian diolah dan dianalisis sebagai acuan dalam mengukur
kualitas pelayanan keperawatan secara nyata di RSUD Batara Guru
Belopa. Akan tetapi penerapan program ini belum berjalan dengan
baik yang salah satu penyebabnya adalah sosialisasi program belum
optimal. Hambatan dalam peningkatan mutu pelayanan adalah belum
optimalnya kegiatan pelatihan klinik bagi perawat dan hambatan
instrumen/ fasilitas perawatan
Hal ini didukung oleh hasil kuesioner sebanyak 50 % Kepala
Ruangan menyatakan kinerja tim pengendali mutu keperawatan belum
optimal karena belum ada pedoman pengendalian mutu keperawatan
di ruangan, sebanyak 62.5. % karu dan 80 % katim menyatakan belum
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 59
melaksanaan penilaian indikator mutu keperawatan dan tindak lanjut
evaluasi mutu pelayanan keperawatan. Akan tetapi sudah dibudayakan
melaporkan kejadian yang tak diharapkan (KTD) meskipun belum ada
protoko laporan KTD diruangan dan tindak lanjut selama melakukan
tindakan keperawatan.
Kinerja Katim dalam fungsi pengendalian mutu pelayanan
keperawatan cukup optimal dimana sebanyak 70 % telah melakukan
observasi pelaksanaan asuhan keperawatan, akan tetapi capaian masih
rendah pada fungsi melalakukan pengawasan SOP hanya 10 %, dan
belum ada yang melakukan evaluasi secara berkala terhadap SAK dan
SOP berkala.
Untuk menilai mutu pelayanan keperawatan dapat dilakukan
melalui survey kepuasan pasien/keluarga, perawat dan dokter. Akan
tetapi dari hasil kuesioner baru 62.5 % yang pernah melakukan survey
kepuasan pasien/keluarga tetapi belum dilakukan secara berkala, dan
belum pernah dilakukan survey kepuasan perawat dan dokter terhadap
hasil pelayanan keperawatan. Hasil wawancara dengan Ketua Komite
Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah pernah dibuat
instrument pengukuran kepuasan pasien akan tetapi belum berjalan
dengan baik.
Survei masalah keperawatan sangat penting sebagai bahan
informasi dalam perencanaan fasilitas layanan keperawatan dan
pengembangan SDM perawat khususnya melalui pelatihan, akan tetapi
dari hasil kuesioner belum dilakukan survey masalah keperawatan.
Masalah : belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan
pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum
adanya panduang pelaksanaan.
2) Audit Standar Keperawatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 60
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa setiap ruangan
telah dilengkapi pedoman SAK dan SOP, namun hasil observasi
perawat masih kurang memanfaatkan SAK dan SOP dalam
memberikan asuhan keperawatan. Hal ini didukung oleh kuesioner
perawat pelaksana yang menyatakan belum menggunakan SAK dan
SOP saat melakukan asuhan keperawatan sebanyak 55.6 %. Hasil
kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % belum melakukan audit SAK
dan SOP, dengan alasan belum ada pedoman audit SAK dan SOP dan
belum pernah dilakukan evaluasi SAK dan SOP sesuai dengan
perkembangan Iptek keperawatan.
Penerapan proses keperaewatan sebagai pedoman kerja perawat
juga belum optimal dimana, hasil kuesioner perawat pelaksana
menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7 atas instruksi
dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih mengalami
hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6 %
menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan
merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan
menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya 44.4 %.
Kemampuan perawat pelaksana untuk menerapkan standar
proses keperawatan memerlukan bantuan dan bimbingan dari kepala
ruangan dan ketua tim. Hasil kuesioner sebanyak 50 % katim dan
52.4% kepala ruangan belum melakukan bimbingan perawat
pelaksanan dalam pelaksanan asuhan keperawatan.
Dokumentasi asuhan keperawatan memiliki nilai legalitas dan
hokum juga sebagai alat komunikasi antar perawat dan tim kesehatan.
Hasil observasi dokumentasi proses keperawatan sudah menggunakan
format baku akan tetapi pendokumentasiannya belum dilakukan
dengan baik. Pada saat pemeriksaan dokumentasi asuhan keperawatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 61
belum dilakukan pencatatan dengan lengkap dan diagnosa
keperawatan hanya dicatat pada saat pasien masuk ke ruangan saja
tidak dilakukan follow up lagi. Hal ini berbeda dengan hasil kuesioner
dimana hanya 9.5 % perawat pelaksana yang menyatakan tidak
mendokumentasikan asuhan keperawatan setelah melakukan tindakan,
dan informasi dari kuesioner dimana 87.5 % kepala ruangan
menyatakan melakukan audit dokumentasi keperawatan,meskipun
proses audit hanya dengan memeriksa kelengkapan pencatatan karena
belum ada panduan audit dokumentasi keperawatan. Hal ini berbeda
dengan informasi dari perawat pelaksana dimana 46 % menyatakan
audit dokumentasi belum berjalan hal ini didukung oleh data katim
sebanyak 50 % katim menyatakan belum memonitor dokumentasi
asuhan keperawatan dengan rutin.
Masalah: belum optimalnya penerapan standar asuhan
keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan
menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif.
e. Compensatory rewad
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan Dan
Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa sudah ada
instrument penilaian kinerja perawat dan penilaian dilakukan secara
periodik sebagai laporan dari kepala ruangan. Bentuk penilaian kinerja
mempunyai 2 katogori yaitu penilaian beban kerja dan attitude.
Disamping penilaian dengan menggunakan format DP3 yang dilakukan
setiap enam bulan bagi staf perawat berstatus PNS.
Hasil kuesioner kepala ruangan diperoleh informasi bahwa
penilaian kinerja sudah berjalan dengan baik sebanyak 87.5 % hal ini
berbeda dengan data dan sebaliknya ketua tim 100 % belum melakukan
penilaian kinerja kepada anggota timnya.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 62
Informasi yang diperoleh dari Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan bahwa untuk memotivasi staf perawat
melakukan tugasnya dengan baik dilakukan pengembangan jenjang karir
tertuang dalam program mutasi dan rotasi. Salah satu cara meningkatkan
motivasi adalah meralui reward dan punishment, pola yang dikembagkan
adalah bagi perawat dengan prestasi kerja baik diprioritaskan untuk
mengikuti pendidikan dan pelatihan sedangkan punishment ditetapkan
sesuai dengan peraturan kepegawaian.
Fungsi motivasi kepala ruangan dari hasil kuesioner 100 %
menyatakan memberikan motivasi Katim dalam meningkatan mutu
pelayanan keperawatan, demikian halnya dengan Katim sebanyak 70 %
menyatakan memberikan motivasi ke perawat pelaksana.
Hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak 50 % mengatakan tidak
memberikan reward kepada staf perawat yang berprestasi dan sebaliknya
sebanyak 100 % mengatakan ada punishment kepada staf dengan kinerja
buruk. Hal ini didukung informasi pada kuesioner dimana sebanyak 50 %
katim dan 92.1 % perawat pelaksana mengatakan tidak ada reward /
penghargaan pada perawat dengan kinerja baik dan sebanyak 54 %
perawat pelaksana menyatakan mendapatkan punishment bagi perawat
dengan kinerja buruk.
Salah satu sumber motivasi kinerja staf adalah adanya kejelasan
pengembangan karir, akan terapi hasil kuesioner kepala ruangan sebanyak
75 % menyatakan belum melakukan pengembangan karir perawat. Hal ini
didukung oleh data kuesioner sebanyak 70 % katim dan 93.7 % perawat
pelaksana belum mengetahui pengembangan karirnya. Hasil wawancara
dengan kepala ruangan bahwa pengembangan karir perawat merupakan
tanggungjawab dan fungsi dari Kepala Seksi Pembinaan Dan
Pengendalian Keperawatan dan pengembangan SDM.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 63
Masalah : belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan
pengembangan karis perawat
f. Profesional relationshif
Dari hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan diperoleh informasi bahwa komunikasi divisi
keperawatan dilakukan dalam bentuk pertemuan rutin setiap bulan dengan
kepala ruangan untuk membahas berbagai hambatan sekaligus membahas
kebutuhan setiap ruangan dan pertemuan berkala dengan manajemen
rumah sakit. Diluar jadual pertemuan rutin Kepala Seksi Pembinaan dan
Pengendalian Keperawatan juga senantiasa terbuka untuk menerima
berbagai informasi dari staf perawatan untuk alasan ini sehingga ruangan
Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan berada diruang
perawatan sehingga setiap saat dapat menjalin komunikasi dan
memberikan informasi kepada staf perawatan.
Informasi diatas sesuai hasil wawancara kepala ruangan yang
menyatakan setiap bulan dilakukan pertemuan kepala ruangan yang dan
komunikasi kepala ruangan dengan Katim dan perawat pelaksana sudah
berjalan dengan baik, sudah dilakukan pertemuan rapat setiap bulan untuk
membahas permasalahan yang ada. Hasil kuesioner 100% kepala ruangan
menyatakan memimpin rapat staf diruangan secara periodik dan mengikuti
rapat TIM kesehatan dan manajemen rumah sakit secara berkala.
Komunikasi dengan tim kesehatan lain juga sudah berjalan dengan
baik dimana 100 % kepala ruangan dan ketua tim menyatakan mengikuti
visite dokter dan melakukan kolaborasi. Hal yang sama dengan kegiatan
serah terima antar shif/operan sudah dilakukan akan tetapi belum optimal
karena operan hanya dilakukan di ruang perawat dan hasil obsevasi saat
operan komunikasi yang disampaikan masih terfokus pada tindakan medis
saja untuk tindakan keperawatan masih sangat kurang dilakukan dan
pelaksanaannya belum teroganisir dengan baik. Sedangkan kegiatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 64
conference kasus sebanyak 50 % kepala ruangan menyatakan sudah
melakukan akan tetapi hasil wawancara belum dilakukan secara terjadual
dan belum ada prosedur conference kasus.
Masalah : belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan
asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk
dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan.
g. Patient Care Devilery
Salah satu pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan
keperawatan dengan menggunakan patient care delivery system tertentu.
Patient care delivery system yang diterapkan di MPKP adalah asuhan
keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan.
Dari hasil kuesioner dimana ketua tim cukup optimal dalam
melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan, tetapi dalam menetapkan diagnose keperawatan
sesuai dengan kebutuhan dan masalah pasien hanya 50 %, menetapkan
rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisa standar renpra 50 % ,
melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan
tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh perawat pelaksana
hanya 30 % dan melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat
catatan perkembangan klien setiap hari sangat optimal dimana 100
menyatakan membuat catatan perkembangan pasien.
Hasil kuesioner perawat pelaksana menunjukkan belum
maksimalnya pemanfaatan proses keperawatan dimana 33.3 %
menyatakan melakukan layanan berdasarkan rutinitas dan 66.7
menyatakan atas instruksi dokter. Hal ini didukung oleh hasil kuesioner
perawat pelaksana menunjukkan 33.3 % berdasarkan rutinitas dan 66.7
atas instruksi dokter. Hal ini disebabkan karena sebagian besar masih
mengalami hambatan dalam penerapan asuhan keperawatan dimana 28.6
% menyatakan mengalami kendala dalam pengkajian, hambatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 65
merumuskan diganosa keperawatan sebanyak 44.4 %, hambatan
menyusun rencana 44.4 %, dan hambatan imlementasi hanya44.4 %
Untuk melaksanan tindakan dengan baik dan benar perawat
pelaksana memerlukan bimbingan dari kepala ruangan dan ketua tim.
Hasil kuesioner ketua tim sebanyak 60 % menyatakan belum
membimbing perawat secara langsung melakukan asuhan keperawatan
khususnya tindakan yang kompleks/rumit. Hal ini didukung oleh
keusioner dari perawat pelaksana sebanyak 50.8 % menyatakan tidak
mendapat bimbingan dari katim saat melakukan tindakan keperawatan.
Akan tetapi berbeda dengan kuesioner kepala ruangan sebanyak 100 %
menyatakan melakukan bimbingan staf perawat melakukan tindakan
keperawatan kompleks. Sedangkan kegiatan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga dan discharge planning sudah berjalan dengan baik.
Masalah : belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang
diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses
asuhan keperawatan.
B. Prioritas Masalah
Dalam rangka memudahkan penentuan urutan masalah yang menjadi
prioritas, maka dilakukan penghitungan dengan pembobotan pada setiap
masalah yang ditemukan. Proses memprioritaskan masalah akan dilakukan
dengan pembobotan yang memperhatikan aspek sebagai berikut :
1. Magnitude(M) : kecenderungan dan seringnya kejadian
masalah
2. Severity (S) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
3. Manageable (Mn) : bisa di pecahkan
4. Nursing consern (Nc) : melibatkan perhatian dan pertimbangan
perawat
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 66
5. Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya
Aspek – aspek diatas dapat diukur dengan cara yaitu :
1. Magnitude/ Prevalensi Masalah yaitu apabila masalah tersebut lebih banyak
ditemukan (prevalensinya tinggi)
2. Severity/ Akibat yang ditimbulkan yaitu apabila akibat yang ditimbulkan
suatu masalah lebih serius
3. Manageable/ Bisa dipecahkan yaitu apabila masalah yang ada diyakini dapat
terpecahkan(menemukan jalan keluar)
4. Nursing consern/ keterlibatan perawat yaitu jika masalah tersebut akan selalu
melibatkan dan memerlukan pertimbangan perawat
5. Affordability/ ketersediaan sumber daya yaitu adanya sumber daya yang
mencakup dana, sarana dan tenaga yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Dengan rentang nilai 1 – 5 yaitu 5= sangat penting, 4 = penting, 3 = cukup
penting, 2 = kurang penting, 1 = sangat kurang penting. Dimana yang menjadi
prioritas adalah masalah dengan jumlah nilai/ skor paling besar. Skor akhir
dirumuskan dengan cara : M x S x Mn xNc x Af
Tabel 4.1 Daftar Masalah Manajemen Pada Residen I di RSUD Batara Guru
Belopa, Maret 2012
No Fungsi Manajemen Masalah1 2 3
1. Perencanaan Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya
Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 67
pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan
Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat
Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit
1 2 32. Pengorganisasian Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan
rentang kendali/mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan.
Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas
Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
3. Pengarahan Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan
Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya
4. Pengendalian Belum efektifnya kinerja Tim pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum adanya panduang pelaksanaan
Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian belum efektif
5. Compensatory rewad Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karis perawat
6. Profesional Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 68
relationship melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan
7. Patient Care Devilery
Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan
Setelah diidentifikasi 15 masalah selanjutnya dilakukan pembobotan untuk
menentukan prioritas masalah, dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Prioritas masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru
Belopa
No MasalahPembobotan
PrioritasMg S
v
Mn NC Af Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9A. Fungsi Perencanaan
1. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya
3 2 3 3 5 270 8
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 69
visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan
2. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya
3 3 3 3 3 243 9
3. Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan
4 2 2 4 2 128 12
1 2 3 4 5 6 7 8 94. Belum optimalnya
sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat
3 2 2 3 2 72 14
5. Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit
3 3 3 2 2 108 13
B. Fungsi Pengorganisasian
6. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas
4 3 3 4 2 288 7
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 70
dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan
7. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan
3 3 3 5 3 405 5
8. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
5 5 5 4 4 2000 1
C. Fungsi Pengarahan
1 2 3 4 5 6 7 8 99. Belum optimalnya
pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya
3 3 3 4 2 216 10
10.
Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan
4 3 4 4 4 768 2
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 71
D. Fungsi pengendalian
11.
Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan
4 3 2 4 2 192 11
12.
Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif
4 4 3 3 4 576 3
E. Compensatory rewad
13.
Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir perawat
3 2 2 2 2 48 15
Profesional relationship
14.
Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan
3 3 3 4 3 324 6
Patient Care Devilery
15.
Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan
4 3 3 3 4 432 4
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 72
Berdasarkan pembobotan didapatkan urutan prioritas masalah berdasarkan
skor yang paling besar maka masalah yang akan diatasi terlebih dahulu adalah :
1. Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP (2000)
2. Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan (768)
3. Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena budaya dan pengawasan keharusan menggunakan sak dan sop dan pendomentasian belum efektif (576)
4. Belum optimalnya manajemen asuhan keperawatan yang diakibatkan belum maksimalnya pengetahuan perawat tentang proses asuhan keperawatan (432)
5. Belum optimalnya pemahaman perawat tentang hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan jadual dinas efesiensi dan efektifitas dalam pembuatan jadual dinas masing-masing ruangan (405)
6. Belum optimalnya kegiatan komunikasi dalam melakukan asuhan keperawatan yang diakibatkan karena belum dipahaminya bentuk dan prosedur komunikasi dalam proses keperawatan (324)
7. Belum optimalnya pemahaman uraian tugas dan rentang kendali/ mekanisme kerja dalam organisasi metode penugasan asuhan keperawatan (288)
8. Belum adanya visi bidang keperawatan dan visi misi ruangan disebabkan belum dipahaminya pentingnya visi misi bidang keperawatan dijabarkan lagi kedalam visi misi ruangan perawatan sebagai pedoman kerja staf perawatan dalam memberikan pelayanan keperawatan (270)
9. Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara penyusunannya (243)
10. Belum optimalnya pemahaman kepala ruangan tentang prinsip dan mekanisme pendelegasian tugas yang diperlukan untuk dilaksanakan oleh bawahannya (216)
11. Belum efektifnya kinerja sistem pengendalian dan pengukuran mutu pelayanan keperawatan disebabkan karena belum optimalnya sosialisasi pentingnya pengendalian mutu ke staf perawatan (192)
12. Belum efektifnya perbandingan jumlah perawat dan pasien dan belum optimalnya perhitungan ketenagaan (128)
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 73
13. Belum optimalnya fasilitas pelayanan keperawatan disebabkan hambatan keterbatasan dana rumah sakit (108)
14. Belum optimalnya sosialisasi dan pengembangan SDM tenaga perawat (72)15. Belum optimalnya fungsi sistem penilaian kinerja dan pengembangan karir
perawat (48)
C. Tujuan dan Alternatif Pemecahan Masalah
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan yang mencakup apa,siapa, dimana, berapa lama tujuan dapat dicapai.
Pada residensi pertama ini dilakukan analisis alternatif pemecahan masalah
terhadap 4 (empat) masalah berdasarkan prioritas masalah hasil pembobotan.
Rumusan tujuan dan alternatif pemecahan masalah sesuai masing-masing
permasalahan sebagaimana dibawah ini :
1. Masalah
Belum optimalnya pelaksanaan metode penugasan asuhan keperawatan di
ruangan disebabkan karena belum dipahaminya penerapan MPKP
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah
a. Apakah dengan pelatihan penerapan MPKP metode penugasan tim selama
5 (lima) hari bersama dengan Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian
Keperawatan dan ketua komite keperawatan perawat dapat meningkatkan
pengetahuan dan motivasi perawat mengapalikasikan MPKP diruang
rawat inap?
b. Apakah dengan menetapkan ruangan percontohan MPKP Pemula dengan
metode penugasan tim akan meningkatkan kinerja perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan ?
2. Masalah
Kegiatan supervisi belum berjalan dengan baik disebabkan karena belum
dipahaminya materi dan mekanisme supervisi dan tidak adekuatnya
pemahaman pentingnya supervisi dalam mempertahankan mutu asuhan
keperawatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 74
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :
a. Apakah dengan melakukan desiminasi/ penyegaran selama 3 (tiga) hari
kepada kepala ruangan dan ketua tim tentang supervisi akan dapat
meningkatkan kemampuan kepala ruangan dan ketua tim melaksanakan
supervisi dalam dalam mempertahankan mutu asuhan keperawatan?
b. Apakah dengan memberikan informasi kepada perawat pelaksana akan
meningkatkan pemahaman perawat pelaksana akan pentingnya supervisi
dalam memecahkan masalah yang dihadapi?
3. Masalah
Belum optimalnya penerapan standar asuhan keperawatan disebabkan karena
budaya dan pengawasan keharusan menggunakan SAK dan SOP dan
pendomentasian belum efektif.
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :
a. Apakah dengan melakukan desiminasi selama 1 (satu) hari kepada Kepala
Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan, ketua komite
keperawatan, kepala ruangan dan ketua tim tentang pengawasan
keharusan menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian dapat
meningkatan kepatuhan perawat menggunakan SAK dan SOP dan
pendokumentasian asuhan keperawatan ?
b. Apakah dengan memberikan informasi tentang pengawasan kepada
perawat pelaksana akan meningkatan kepatuhan staf keperawatan
menggunakan SAK dan SOP dan pendomentasian?
4. Masalah
Belum optimalnya rencana kegiatan perawatan diruang rawat inap karena
belum dipahaminya pentingnya rencana jangka pendek serta cara
penyusunannya.
Tujuan dan alternatif pemecahan masalah :
a. Apakah dengan merumuskan ketentuan pendokumentasian rencana
jangka pendeka selama 2 (dua) hari bersama-sama Kepala Seksi
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 75
Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan dan Komite Keperawatan akan
memicu perawat untuk melaksanakan pendokumentasian rencana
kegiatan harian dan bulanan?
b. Apakah dengan memberikan informasi tentang kepada kepala ruangan,
ketuan tima dan perawat pelaksana tentang perencanaan kegiatan
perawatan jangka pendek dapat meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran perawat membuat rencana kegiatan harian dan bulanan?
D. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah
Seleksi alternatif pemecahan masalah menggunakan pembobotan CARL,
yaitu : C = Capability, artinya kemampuan melaksanakan alternatif, A =
Accessability, artinya kemudahan dalam melaksanakan alternatif, R = Readiness,
artinya kesiapan dalam melaksanakan alternatif, L = Leverage, artinya daya
ungkit alternatif tersebut dalam menyelesaikan masalah, dengan memberikan
rentang nilai 1-5, yaitu : 5 = sangat mampu, 4 = mampu, 3 = cukup mampu, 2 =
kurang mampu dan 1 = tidak mampu.
Alternatif pemecahan masalah yang diprioritaskan adalah yang
memperoleh nilai total tertinggi sebagaimana tabel 4.3.
Tabel 4.3 Alternatif Pemecahan Masalah Manajemen Keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa
No. Alternatif Pemecahan Masalah C A R L Skor
1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim
4 4 4 4 256
2 Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula
4 3 4 4 192
3. Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim
4 3 3 4 144
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 76
4. Sosialisasi supervisi keperawatan kepada staf perawatan
4 2 3 4 96
5. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep
4 2 4 4 128
6. Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta pendokumentasian askep kepada staf keperawatan
3 2 2 4 72
7. Menyusun rumusan pendokumentasian rencana harian dan bulanan
3 3 3 3 81
8. Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf keperawatan
3 2 3 3 54
Melalui pembobotan maka dari 4 (empat) masalah diperoleh 8 (delapan)
alternatif pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, sebagai berikut :
1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim (256)
2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula (192)
3. Desiminasi supervisi bagi kepala ruangan dan ketua Tim (144)
4. Desiminasi rumusan pengawasan dan mekanisme pengawasan penggunaan
SAK dan SOP serta pendokumentasian askep (128)
5. Sosialisasi supervisi keperawatan kepada staf perawatan (96)
6. Menyusun rumusan pendokumentasian rencana harian dan bulanan (81)
7. Sosialisasi mekanisme pengawasan penggunaan SAK dan SOP serta
pendokumentasian askep kepada staf keperawatan (72)
8. Sosialisasi pendokumentasian rencana harian dan bulanan kepada staf
keperawatan (54)
Dari hasil pembobotan diatas maka ditetapkan dapat diidentifikasi alternatif
pemecahan masalah dengan urutan prioritasnya, mengingat keterbatasan waktu,
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 77
sumber daya dan kewenangan maka pada residensi kedua alternatif pemecahan
masalah yang akan dipecahkan adalah prioritas 1 (satu) dan 2 (dua) yaitu :
1. Pelatihan MPKP metode penugasan tim
2. Menetakan ruangan percontohan MPKP Pemula
E. Rencana kegiatan
Adapun rencana kegiatan sebagai alternatif pemecahan masalah yang akan
dipecahkan :
1. Sosialisasi Pedoman Penerapan MPKP
a. Sasaran
Seluruh perawat yang bertugas di ruang perawatan baik rawat inap
maupun rawat intensif (secara bergiliran)
b. Waktu dan Tempat
Sosialisasi penerapan MPKP dilaksanakan satu hari
c. Materi sosialisasi
1) Konsep metoda penugasan primary-team
2) Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP
3) Uraian tugas perawat pada ruang MPKP
4) Protap operan
5) Protap pre dan post conference
2. Pelatihan MPKP
a. Sasaran
1) Kepala Ruangan
2) Ketua Tim
3) Perawat Pelaksana
b. Kriteria Sasaran
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2) Memiliki kemauan untuk berubah
3) Disiplin dan memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya
c. Waktu dan Tempat
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 78
Pelatihan diselenggarakan di RSUD Batara Guru Belopa selama 5 (lima)
hari, dari jam 08.00 s/d 14.00 wita (± 30 jam pelajaran)
d. Metoda Pelatihan
1) Ceramah, tanya jawab
2) Diskusi kelompok
3) Role Play
4) Studi Kasus Asuhan Keperawatan
5) Peninjauan Lapangan
e. Materi Pelatihan
1) Manajemen keperawatan
2) Manajemen asuhan keperawatan
3) Kepemimpinan dalam keperawatan
4) Penentuan kebutuhan tenaga keperawatan
5) Penentuan kebutuhan peralatan keperawatan
6) Komunikasi terapeutik
7) Etika keperawatan
8) Nilai-nilai profesional praktik keperawatan
9) Proses keperawatan
10) Pemeriksaan fisik
11) Dokumentasi Keperawatan
12) Konsep metoda penugasan primary-team
13) Proses asuhan keperawatan pada ruang MPKP
14) Uraian tugas perawat pada ruang MPKP
15) Protap operan
16) Protap pre dan post conference
f. Nara Sumber
1) Kepala Seksi Pembinaan dan Pengendalian Keperawatan
2) Komite / Divisi Keperawatan
3) Mahasiswa residensi
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 79
4) Nara sumber luar jika diperlukan
3. Penilaian Kesiapan Penerapan MPKP di Ruang Perawatan
a. Sasaran
1) Ruang rawat inap
2) Ruang rawat intensif
b. Waktu dan Tempat
Penilaian dilakukan selama 1 minggu oleh Tim MPKP di masing-
masing ruang perawatan yang perawatnya telah mengikuti pelatihan
MPKP
c. Metoda Penilaian
1) Wawancara
2) Survey / Observasi
d. Media / Instrumen yang digunakan
1) Pedoman wawancara
2) Pedoman observasi
e. Kriteria evaluasi
Dikatakan siap menerapkan MPKP dan diusulkan sebagai unit
percontohan MPKP, bila :
1) Jumlah tenaga sesuai beban kerja / tingkat ketergantungan pasien
berdasarkan hasil perhitungan tim MPKP dan atau telah mendapat
rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan jumlah dan
jenis tenaga keperawatan sesuai standar ketenagaan keperawatan
2) SDM keperawatan seperti Kepala Ruangan, Ketua Tim dan
beberapa pelaksana perawatan minimal 6 orang telah mengikuti
pelatihan MPKP
3) Peralatan di ruang perawatan telah mencukupi dan atau telah
mendapat rekomendasi dari pimpinan RS untuk mencukupkan
jumlah dan jenis peralatan keperawatan sesuai standar kebutuhan
peralatan.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 80
4. Monitoring dan Evaluasi
a. Sasaran
1) Kepala Ruangan
2) Ketua Tim / Perawat Primer
3) Anggota Tim / Perawat Asosiet
b. Metoda
1) Wawancara
2) Focus group discussions
3) Observasi
4) Analisa surat / kotak saran
5) Kuesioner
c. Waktu
1) Selama melakukan tahap persiapan dan tahap pelaksanaan secara
kontinyu minimal 1 kali per minggu
2) Bila ditemukan/dilaporkan kejadian luar biasa
d. Indikator (Apa yang akan dimonitor)
1) Kompetensi tenaga keperawatan dalam melaksanakan asuhan
keperawatan
2) Pelaksanaan pengelolaan asuhan keperawatan dengan metoda
primary-team
3) Fasilitas dan sarana pendukung lainnya dalam penerapan MPKP
4) Kepuasan pasien
5) Kepuasan perawat
Tabel 4.4 Rencana Kegiatan Pelatihan MPKP di RSUD Batara Guru Belopa
No KegiatanTarget waktu Sasaran
Hasil yang diharapkan
1 2 3 4 51. Penyusunan modul
MPKP23 – 27
April 2012Mahasiswa Residen dan divisi
Tersusunnya modul pelatihan MPKP
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 81
keperawatan2. Penyusunan instrumen
evaluasi1 s/d 3 Mei
2012Mahasiswa Residen dan divisi keperawatan
Format evaluasi
3. Pre tes 4 Mei 2012 Peserta Diperolehnya informasi awal pengetahuan peserta
4. Pemberian materi 7-9 Mei 2012
Peserta Peserta memahami manajemen MPKP
5. Studi Kasus Asuhan Keperawatan
10 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mengaplikasikan pengetahuan MPKP dalam penanganan kasus
6. Presentasi kasus 10 Mei 2012 Peserta Mengetahui kemampuan peserta dalam penanganan kasus dengan pendekatan manajemen keperawatan
7. Praktek klasifikasi pasien
10 Mei 2012
Peserta Peserta mampu mende monstra-sikan perhitungan klasifikasi pasien
1 2 3 4 58. Latihan pembuatan
jadual shift10 Mei 2012 Peserta Peserta mampu
mendemonstrasikan pembuatan jadual shift
9. Praktek operan 11 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan operan
10 Praktik pre-post conference
11 Mei 2012 Peserta Peserta mampu mendemonstrasikan kegiatan pre dan post conference
11. Post tes 11Mei 2012 Peserta Diperolehnya informasi peningkatan
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 82
kemampuan peserta setelah pelatihn
BAB V
PENUTUP
Demikian hasil pengkajian pada tahap residensi pertama ini kami laporkan
sebagai pedoman pelaksanaan pada tahapan residensi kedua. Penulis menyadari
bahwa hasil pengkajian residensi pertama ini masih memiliki kelemahan olehnya itu
sumbangsih pemikiran khususnya dari pihak manajemen rumah sakit lokasi residen
dan supervisor sangat diharapkan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik lagi.
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 83
Tahapan residensi pertama ini merupakan langkah awal dalam upaya
pemecahan masalah manajemen keperawatan di RSUD Batara Guru Belopa, sehingga
diharapkan dukungan khususnya dari Direktur RSUD Batara Guru Belopa dan divisi
keperawatan pada tahap implementasi residensi kedua dalam rangka optimalisasi
kinerja perawat dalam menerapkan manajemen keperawatan khususnya di ruang
rawat inap.
Akhirnya dengan mengharap petunjuk dan rahmat Allah SWT, semoga
diberikan jalan keluar dan kemudahan dalam melakukan kegiatan yang telah
direncanakan dalam residensi pertama ini.
Makassar, April 2012
Mahasiswa Residensi
Hairuddin Safaat
DAFTAR PUSTAKA
Annonymous. Manejemen Pelayanan Keperawatan. Pusat Pengembangan Keperawatan Carolus (PPKC). Modul Pelatihan Manajemen Bidang Keperawtan. Online 1 Mei 2008. Available from: http://www.innappni. or.id/index.php?name=News&file=article&sid=134
Azwar, A., (1996)., Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Dharma,S. Manajemen Kinerja, (2005), Falasafah Teori dan Penerapannya. Pustaka Pelajar. Jogjakarta
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 84
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(2001)., Standar Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan. Cetakan : I, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Depkes RI. Jakarta.
SDM dan Rekam Medik RSUD Batara Guru Belopa Belopa. Profil Rumah Sakit Umum Daerah Batara Guru Belopa; 2011. (tidak dipublikasikan)
Gillies, Dee Ann. (1996). Manajemen Keperawatan, Sebagai Suatu Pendekatan Sistem, penerjemah Dika Sukmana,Rika Widya Sukmana, Yayasan IAPKP., Bandung.
Hasibuan,SP., (2005).,Malayu,H. Manajemen Sumber Daya Manusia., Edisi revisi Cetakan ke tujuh, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Jurnal Keperawatan Indonesia. Persepsi Kepala Ruangan Dan Perawat Pelaksana Tentang Permasalahan Manajemen Dalam Menerapkan Pendokumentasian Proses Keperawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta. Volume 6 No 2 September 2002. Jakarta : FIK UI
La Monica L. Elaine. Alih Bahasa Nurachmah. Elly. (1998),. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Pendekatan Berdasarkan Pengalaman. EGC. Jakarta
Marquis, B.L, dan C.J.Houston.,Alih Bahasa Widyawati,Wilda Eka Handayani, Fruriolina Ariani., (2010). Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Teori & Aplikasi Edisi 4, EGC, Jakarta
Nurahmah, E. (2005). Leadership Dalam Keperawatan.,Artikel FK UI, tidak diterbitkan
Nursalam M. Nurs (Honours)., (2011) Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional., Edisi 3,Salemba Medika, Jakarta.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental Of Nursing, Concepts, Proccess And Practise. St.Louis : Mosby Year Book Inc.
Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; (2012) Buku Pedoman Kerja Mahasiswa; Residen Manajemen Keperawatan, Semester Ganjil 2012/2013. (tidak dipublikasikan)
Robbins, Stephen, P. (2001) Perilaku Organisasi. Jilid 2 ( Edisi Bahasa Indonesia). Prenhallindo ; Jakarta.
Sitorus. R. (2006) Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) di Rumah Sakit . Penataan Struktur dan Proses Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Panduan Implementasi. EGC. Jakarta
Sub Direktorat Keperawatan. (2004) Jenjang Karir Perawat. Departemen Kesehatan RI.Jakarta
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 85
Swanburg. C. Russell. Alih Bahasa Samba. Suharyati. (2000). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Untuk Perawat Klinis. EGC. Jakarta
Lampiran 3
JADUAL PELAKSANAAN RESIDENSIDI RSUD BATARA GURU BELOPA BELOPA KABUPATEN LUWU
PERIODE : 29 Maret s/d 31 Mei 2012No Kegiatan Tanggal Keterangan1. Tahap Persiapan :
a. Survei awal lokasi residensib. Penyusunan proposalc. Penyusunan instrumen
12 Maret 201213 s/d 23 Maret 201217 s/d 26 Maret 2012
RSU Batara Guru Belopa Rampung 26 Maret 2012
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 86
2. Tahap Residensi Ia. Penerimaan/ sosialisasi
program residensib. Pengkajian :
- Sosialisasi instrumen- Pengumpulan data- Verifikasi data
c. Perumusan masalah :- Tabulasi dan analisa data- Identifikasi masalah- Menetapkan prioritas
masalahd. Pengembangan perencanaan
- Penyusunan rencana startegik
- Matrix POAe. Konsultasi f. Presentasi rencana program
29 Maret 2012
3 s/d 7 April 2012
9 s/d 11 April 2012
11 s/d 12 April 2012
13 s/d 16 April 2012 19 April 2012
Residensi I : 29 Maret s/d 19 April 2012
3. Tahap Residensi IIa. Tahap Persiapan
- Preplanning dan mempersiapkan kebutuhan pelaksanaan program
- Konsultasi - Sosisalisasi dan kontrak
implementasi programb. Pelaksanaan kegiatan
- Implementasi c. Evaluasi hasild. Penyusunan laporan akhir/
konsultasie. Presentasi Hasil Pelaksanaan
Program
20 s/d 23 April 2012
24 s/d 25 April 2012 26 April 2012
1 s/d 17 Mei 2012 22 s/d 24 Mei 2012 25 s/d 30 Mei 2012
31 Mei 2012
Residensi II tanggal 20 April s/d 31 Mei 2012
No Kegiatan Tanggal Keterangan4. Penyerahan laporan
residensia. Perbaikan/ konsultasib. Penyerahan laporan
4 s/ 16 Juni 2012 19 Juni 2012
Penyerahan laporan ke pihak RS dan Program Studi
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 87
Makassar, Maret 2012
Menyetujui Pembimbing Residensi Mahasiswa
Dr. Elly Sjattar, S.Kp. M. Kes Hairuddin Safaat
Supervisor
Hapsah, S.Kep, Ns., M.Kep
Lampiran 5
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
NO URAIAN TUGAS KETA. Supervisor Utama
1.Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 88
digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan2.Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang
diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi
3.Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi
4.Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit
5.Mengevaluasi laporan Proposan Awal6.Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian7.Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi
B. Supervisor1. Mengevaluasi Konsep, Teori serta Prinsip Manajemen yang
digunakan dalam pengelolaan masalah pelayanan kesehatan2. Mengevaluasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan
yang diangkat oleh mahasiswa terkait kepemimpinan dan manajemen keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di rumah sakit tempat residensi
3. Mengevaluasi prioritas kebutuhan dan masalah manajemen keperawatan bersama pihak rumah sakit tempat residensi
4. Mengevaluasi alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi Rumah Sakit
5. Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit
6. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan
7. Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit
8. Mengevaluasi laporan Proposan Awal9. Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian10. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi
C. Co – Supervisor1. Mengevaluasi pelaksanaan alternatif pemenuhan kebutuhan
dan penyelesaiaan masalah yang disepakati bersama staf di unit pelayanan keperawatan Rumah Sakit
2. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada manajemen keperawatan
3. Mengevaluasi perencanaan tindak lanjut dari hasil yang
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 89
dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit terkait di Rumah Sakit
4. Mengevaluasi laporan Proposan Awal5. Mengevaluasi laporan Hasil Pengkajian6. Mengevaluasi Laporan Akhir Residensi
Lampiran 6 FORMAT EVALUASI RESIDENSI
FORM 3. a EVALUASI PRESENTASI DAN DISKUSI
PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 90
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
TANGGAL :
TEMPAT :
PENILAI :
NO ASPEK YANG DI NILAISKOR
1 2 3 4 5 6 7
1. Penyaji Mempersiapkan Presentasi Dengan Baik
2. Penyaji Menerangkan Dengan Jelas
3. Penyaji Mendorong Peserta Untuk Diskusi
4.Kemampuan Menjawab Dan Menganalisa Pertanyaan
Audiensi
5. Penyaji Menggunakan Waktu Dengan Baik
6. Kelompok Saling Berkontribusi Pada Saat Penyajian
7. Kemampuan Menyimpulkan Kesepakatan Bersama
Nama Mahasiswa.
1. …………….. Penilai,
2. ……………..
(
)
Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %
Form 3. b Laporan Rencana Penyelesaian Masalah
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 91
FORMAT EVALUASI PENYUSUNAN MAKALAHPRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
TANGGAL :TOPIK :TEMPAT :
NO URAIANNILAI
MAKSIMALNILAI YANG DIPEROLEH
KETERANGAN
1. Latar Belakang ditulis secara sistematis dan menjelaskan Fenomena Yang menjadi Topik Pembahasan
20
2. Analisis dituliskan secara tajam dengan membandingkan teori/konsep dan fakta serta menampilkan perasalahan yang menjadi pokok bahasan secara jelas
30
3. Alternative penyelesaian masalah relevan dengan permasalahan dan bersifat operasional
30
4. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
10
5. Cara penulisan makalah mengikuti ketentuan penulisan ilmiah (cara menulis kutipan dan referensi ) atau pedoman skripsi
10
Total Nilai
Nama Mahasiswa : Penilaian,
1. ……….
2. ……….
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 92
(
)
Form 3.c Kinerja Selama Residensi
FORMAT EVALUASI KINERJA (SIKAP DAN PERILAKU)PRAKTIK RESIDENSI I DAN RESIDENSI II
PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
HASANUDDINTANGGAL :TEMPAT :PENILAI :
NO ASPEK YANG DI NILAISKOR
1 2 3 4 5 6 71. Penugasan Prinsip Dasar Keilmuan (40
%)a. Mempunyai Rujukanb. Menganalisis Sesuatuc. Menyampaikan Pentingnya
Dibahasd. Merencanakan Usulan
Penyelesaiaan – Pembahasane. Menulis Indikator Keberhasilan
Penyelesaian Butir Diatas2. Komunikasi Tulisan (30 %)
a. Jelas Alur Pikirb. Menggunakan Bahasa Yang Baikc. Menyampaikan Secara Objektifd. Mempunyai Rujukan Dalam
Penulisane. Rujukan Ditulis Mengacu Pada
APA3. Sikap (30 %)
a. Peka Terhadap Masalah Sosial/Budaya
b. Mengedepankan Norma/ Etik Dalam Penyelesaian Masalah
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 93
c. Menyampaikan Tanggung Jawab Professi
4. Total NilaiNama Mahasiswa.
1. …………….. Penilai,
2. ……………..
(
)
Keterangan : Nilai = ( Jumlah Nilai/49) X 100 %
| Program Studi Magister Ilmu Keperawatan FK Unhas 2012 94