laporan reaksi-reaksi trigliserida

35
LAPORAN PRAKTIKUM REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA NAMA : RACHMA SURYA M NIM : H311 12 267 KELOMPOK : III (TIGA) HARI/TGL PERC. : RABU/ 5 MARET 2014 ASISTEN : SARTIKA

Upload: rachma-surya-m

Post on 29-Dec-2015

284 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

praktikum biokimia

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

LAPORAN PRAKTIKUM

REAKSI-REAKSI TRIGLISERIDA

NAMA : RACHMA SURYA M

NIM : H311 12 267

KELOMPOK : III (TIGA)

HARI/TGL PERC. : RABU/ 5 MARET 2014

ASISTEN : SARTIKA

LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2014

Page 2: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lipid lebih jarang diketahui oleh orangawam dibanding dengan karbohidrat

dan protein. Lipid memiliki banyak peranan penting dalam hal biologis, seperti

sebagai sumber penyedia energi, sebagai jaket pelindung pada tumbuhan dan

serangga, serta sebagai komponen utama membran yang mengelilingi semua sel

hidup. Secara kimia lipid adalah molekul organik yang terbentuk secara alami yang

larut di dalam pelarut organik non polar (McMurry dan Castellion, 1994).

Trigliserida adalah triester asam lemak dan gliserol. Trigliserida memiliki

struktur yang sangat beragam. Keragaman jenis trigliserida ini bersumber dari

kedudukan dan jenis asam lemaknya. Trigliserida sederhana adalah triester yang

terbuat dari gliserol dan tiga asam lemak yang sama. Trigliserida yang berbentuk

sederhana ini sangat jarang ditemui. Trigliserida campuran adalah triester dengan

asam lemak yang berbeda (Thenawijaya, 1982).

Trigliserida dapat menjadi tengik dan menimbulkan bau dan cita rasa yang

tidak enak bila dibiarkan pada udara lembab. Hal ini disebabkan karena lepasnya

asam lemak yang mudah menguap menyebabkan bau tengik. Adapun asam lemak

terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi ikatan ganda dua. Lipid adalah

salah satu senyawa organik yang berguna bagi kehidupan manusia (Hart dkk., 2003).

Berdasarkan teori di atas, maka percobaan reaksi-reaksi trigliserida ini

dilakukan. Percobaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi keberadaan gliserol

melalui tes akrolein yang ditandai dengan terbentuknya bau khas serta tes kolorimetri

dengan melihat adanya warna hijau zamrud pada sampel mengandung gliserol.

Page 3: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara

mengidentifikasi adanya gliserol pada senyawa lipid dengan menggunakan metode

tertentu.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah:

1. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes

akrolein.

2. Mengidentifikasi kandungan gliserol pada senyawa lemak dan minyak dengan tes

kolorimetri.

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Tes Akrolein

Gliserol dalam sampel diidentifikasi dengan menambahkan KHSO4 ke dalam

sampel kemudian dipanaskan hingga timbul bau yang khas yaitu bau tengik yang

menandakan sampel mengandung gliserol.

1.3.2 Tes Kolorimetri

Gliserol dalam sampel diidentifikasi dengan menambahkan larutan

NaOCl 2%, HCl pekat, kemudian didihkan untuk membuang kelebihan asam.

Setelah itu ditambahkan α-naftol dan H2SO4 pekat. Adanya gliserol ditandai dengan

terbentuknya warna hijau zamrud.

Page 4: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kata lipid berasal dari bahasa Yunani yaitu lipos yang berarti lemak. Lipid

adalah segolongan besar senyawa tak larut dalam air yang terdapat di alam, tetapi

lipid cenderung larut di dalam pelarut organik seperti eter dan kloroform. Inilah salah

satu sifat lemak yang membedakannya dari karbohidrat, protein, asam nukleat, dan

kebanyakan molekul hayati lainnya (Wilbraham dan Matta, 1992).

Lipid memiliki struktur yang sangat beragam, sekalipun sifat kelarutan dari

setiap sturuktur mirip. Beberapa struktur dari lipid dapat berupa ester, lainnya berupa

hidrokarbon sebagian asiklik dan lainnya siklik, bahkan ada yang berupa polisiklik

(Hart dkk., 2003).

Triasilgliserol adalah lipid yang paling sederhana dan paling banyak

mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya. Triasil gliserol juga sering

dinamakan lemak, lemak netral atau trigliserida. Triasilgliserol adalah ester dari

alkohol gliserol dengan tiga molekul asam lemak. Triasilgliserol merupakan

komponen utama dari lemak penyimpan pada seluruh tumbuhan dan hewan, tetapi

umumnya tidak dijumpai pada membran. Trigliserida adalah molekul hidrofobik non

polar, karena molekul ini tidak mengandung muatan listrik atau gugus fungsional

dengan polaritas tinggi (Thenawijaya, 1982).

Trigliserol dibedakan berdasarkan jenis asam lemak yang terikat dengan

ikatan ester oleh gliserol. Trigliserida yang mengandung satu jenis asam lemak pada

ketiga posisi disebut trigliserida sederhana, contohnya adalah tristeroilgliserol,

tripalmitoilgliserol dan trioleilgliserol. Trigliserida yang mengandung dua atau lebih

asam lemak yan berbeda disebut trigliserida campuran. Kebanyakan jenis trigliserida

Page 5: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

ini adalah lemak alami seperti minyak zaitun, mentega dan lemak makanan yang

merupakan campuran dari trigliserida sederhana dan campuran yang mengandung

berbagai jenis asam lemak yang berbeda dalam panjang rantai dan derajat kejenuhan

(Thenawijaya, 1982).

Gambar 1. Struktur umum triasilgliserol; R1, R2 dan R3 ekor hidrokarbon asam lemak

Lemak adalah campuran trigliserida yang padat akibat kandungan asam

lemak jenuhnya yang tinggi. Minyak adalah campuran trigliserida yang berbentuk

padat karena mengandung asam lemak tak jenuh yang tinggi. Lemah hewan dan

minyak tumbuhan adalah lipid yang paling berlimpah di alam. Struktur dari lemak

dan minyak mirip walaupun bentuk mereka berbeda. Semua lemak dan minyak

adalah triasilgliserol atau trigliserida (McMurry dan Castellion, 1994).

Gambar 2. Struktur umum lemak atau minyak

Meskipun secara umum lemak berasal dari sumber hewani dan minyak dari

Page 6: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

sumber nabati, hal ini tidak selalu demikian. Contohnya, minyak ikan tinggi akan

asam lemak tak jenuhnya. Demikian pula tidak semua lemak berasal dari sumber

hewani. Titik leleh dari asam lemak tak jenuh lebih rendah dibanding asam jenuh.

Perbedaan titik jenuh ini disebabkan oleh keberadaan ikatan rangkap dari

strukturnya. Semakin banyak ikatan rangkap dalam porsi asam lemak dari triester,

semakin rendah titik lelehnya (Hart dkk., 2003).

Lilin masih termasuk dalam golongan lipid. Lilin merupakan ester dari asam

lemak berantai panjang dan alkohol berantai panjang. Lilin adalah padatan mantap

bertititk leleh rendah yang dapat ditemukan di dalam tumbuhan maupun hewan. Pada

tumbuhan, lapisan lilin akan melindungi permukaan daun dari penguapan air dan

serangan mikroba. Lilin juga melapisi kulit, rambut, dan bulu unggas, lilin ini

menjaganya agar tetap lentur dan kedap air (Wilbrahan dan Matta, 1992).

Gambar 3. Struktur lilin

Pada hewan vertabrata, lilin disekresi oleh kelenjar kulit sebagai kulit

pelindung untuk membuat kulit bersifat fleksibel, berminyak, dan tahan air. Rambut,

wol dan bulu juga dilapisi oleh sekresi berlilin. Pada organisme laut seperti plankton,

lilin digunakan sebagai bentuk penyimpan utama dari bahan bakar penghasil kalori.

Lilin juga merupakan makanan utama dan lipida penyimpanan pada rantai

sumber-sumber laut (Thenawijaya, 1982).

Salah satu komponen utama di dalam lilin lebah adalah triakontil

heksadekanoat. Lilin ini tersusun atas rantai ester dari 30 karbon alkohol

(triakontanol) dan 16 karbon asam (asam heksadekanoit yang dikenal sebagai asam

Page 7: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

palmitat). Lilin adalah jaket pelindung dari buah, beri, daun, dan bulu hewan yang

memiliki struktur yang sama (McMurry dan Castellion, 1994).

Menurut Aziz dkk. (2013), gliserol merupakan senyawa kimia yang banyak

digunakan pada industri farmasi dan kosmetik. Pembuatan gliserol dapat dilakukan

dengan beberapa metode diantaranya melalui reaksi transesterifikasi, saponifikasi

dan hidrolisis minyak. Pembuatan gliserol dengan cara hidrolisis dapat dilakukan

dengan bantuan katalis atau tanpa katalis. Hidrolisis tanpa katalis dilakukan pada

suhu 373 oC, sedangkan dengan katalis dapat dilakukan pada suhu 100 oC. Katalis

yang dapat digunakan bisa berupa katalis homogen (HCl dan H2SO4) dan katalis

heterogen berupa resin. Keunggulan katalis homogen adalah konversi reaksi yang

dihasilkan lebih besar dibandingkan katalis heterogen. Bahan baku utama yang

digunakan dalam pembuatan gliserol adalah minyak diantaranya minyak sawit,

minyak biji kapuk dan minyak biji karet.

Trigliserida cepat menjadi tengik, menimbulkan bau dan cita rasa tak enek

apabila dibiarkan di udara lembab suhu kamar. Hal yang menyebabkan bau tengik

pada mentega adalah karena lepasnya asam lemak yang mudah menguap dari lemak.

Asam-asam ini terbentuk melalui hidrolisis ikatan ester atau oksidasi dari ikatan

rangkap dua. Hidrolisis dari lemak atau minyak biasanya dikatalis oleh enzim lipase

yang berada dalam lemak di udara. Ketengikan ini dapat dicegah dengan menyimpan

bahan pangan di dalam lemari pendingin (Wilbrahan dan Matta, 1994).

Tetapi penyebab utama ketengikan dari bahan pangan adalah proses oksidasi.

Udara yang hangat dan membiarkan bahan pangan di udara terbuka merangsang

terjadinya ketengikan oksidatif. Pada ketengikan oksidatif ini, ikatan rangkap dari

asam lemak tidak jenuh dari trigliserida terputus kemudian membentuk aldehida

berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehid kemudian dioksidasi

Page 8: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

menjadi asam lemak berbobot molekul rendah yang berbau tidak enak. Ketengikan

trigliserida menyebabkan perpendekan masa simpan bahan pangan yang

mengandung gliserol (Wilbrahan dan Matta, 1994).

Page 9: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain adalah minyak

kopra, minyak sawit, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin,

lilin, akuades, NaOCl 2%, HCl pekat, H2SO4 pekat, α-naftol 0,1%, KHSO4, spiritus

dan tissue roll.

3.2 Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain adalah tabung reaksi,

rak tabung, pipet tetes, gegep, hotplate, gelas kimia 500 mL, pembakar spirtus, sikat

tabung, dan sendok tanduk.

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Tes Akrolein

Disiapkan 7 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan

masing-masing 1 mL larutan sampel yaitu minyak sawit, minyak kopra, VCO,

minyak wijen, gliserol, margarin dan lilin ke dalam tabung. Ditambahkan ± 0,5 gram

KHSO4 pada masing-masing tabung lalu dipanaskan. Diamati adanya kandungan

gliserol yang ditandai dengan adanya bau tengik pada larutan sampel.

3.3.2 Tes Kolorimetri

Disiapkan 8 buah tabung reaksi yang kosong dan bersih. Dimasukkan

masing-masing 1 mL larutan sampel yaitu minyak sawit, minyak kopra, VCO,

minyak wijen, gliserol, margarin dan lilin ke dalam tabung serta 1 mL akuades ke

Page 10: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

dalam tabung reaksi yang berfungsi sebagai larutan blanko. Ditambahkan 1 mL

NaOCl 2% pada masing-masing tabung kemudian didiamkan selama 2-3 menit.

Setelah 3 menit ke dalam tabung ditambahkan 4 tetes HCl pekat lalu didihkan untuk

membuang kelebihan asam. Selanjutnya ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1% dan

4 mL H2SO4 pekat pada masing-masing tabung. Diamati, adanya kandungan gliserol

ditandai dengan terbentuknya warna hijau zamrud pada larutan sampel.

Page 11: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

a. Tes Akrolein

Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel lemak adalah

dengan tes akrolein. Pada tes ini gliserol didentifikasi dengan cara penambahan

KHSO4 serta pemanasan. Adanya gliserol ditandai dengan bau tengik pada sampel

yang diuji. Sampel yang digunakan adalah minyak sawit, minyak kopra, VCO

(Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin, dan lilin.

Tabel 1. Data Pengamatan Tes Akrolein

Contoh 0,5 gram KHSO4 Panaskan (Bau)

Minyak Wijen Larutan coklat ++++

Gliserol Larutan tidak berwarna ++

Minyak Sawit Larutan kuning kecoklatan ++++

Minyak Kopra Larutan coklat ++++

VCO Larutan tidak berwarna +++

Margarin Larutan kuning +

Lilin Larutan tidak berwarna -

Keterangan :

+++++ : sangat berbau

++++ : berbau

+++ : cukup berbau

++ : agak berbau

+ : kurang berbau

- : tidak berbau

Page 12: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

b. Tes Kolorimetri

Selain tes akrolein, cara lain untuk mengidentifikasi gliserol di dalam lemak

adalah dengan uji kolorimeter. Keberadaan gliserol dalam sampel ditandai dengan

perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Pada tes kolorimetri ini sampel yang

digunakan sama dengan tes akrolein dan ditambahkan larutan blanko (akuades).

Tabel 2. Data Pengamatan Tes Kolorimetri

Contoh Warna yang terbentukMinyak Wijen Hijau zamrud

Gliserol Hijau zamrudMinyak Sawit Hijau zamrudMinyak Kopra Hijau zamrud

VCO Hijau zamrudMargarin Hijau zamrud

Lilin Hijau zamrudBlanko Hijau zamrud

4.2 Reaksi

a. Tes Akrolein

1. Minyak Wijen

Page 13: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

2. Gliserol

3. Minyak Sawit

4. Minyak Kopra

Page 14: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

5. VCO (Virgin Coconut Oil)

6. Margarin

7. Lilin

Page 15: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

b. Tes Kolorimeter

1. Minyak Wijen

2. Gliserol

Page 16: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

3. Minyak Sawit

4. Minyak Kopra

Page 17: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

5. VCO (Virgin Coconut Oil)

6. Margarin

Page 18: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

7. Lilin

8. Blanko

4.3 Pembahasan

Salah satu cara mengidentifikasi gliserol dalam suatu sampel lemak adalah

dengan tes akrolein. Sampel yang digunakan adalah minyak sawit, minyak kopra,

VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, gliserol, margarin, dan lilin. Pada tes ini

gliserol didentifikasi dengan cara penambahan KHSO4 ke dalam tabung reaksi yang

berisi sampel. Penambahan KHSO4 berfungsi sebagai senyawa pengkatalis dalam

proses hidrolisis trigliserida atau lipid. Dengan penambahan KHSO4 lipid akan

terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol, reaksi hidrolisis ini mengakibatkan

kerusakan trigliserida. Setelah penambahan KHSO4 kemudian dilakukan pemanasan

yang bertujuan untuk mengoksidasi gliserol menjadi akrolein serta untuk

menghilangkan air. Akrolien yang terbentuk ditandai dengan adanya bau tengik.

Bedasarkan hasil percobaan dapat diketahui sampel yang mengandung

gliserol dan yang tidak mengandung gliserol berdasarkan ketajaman bau yang

Page 19: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

dihasilkan. Dari hasil percobaan di dapatkan urutan ketajaman bau dari sampel yang

di uji adalah minyak wijen = minyak sawit = minyak kopra > VCO > gliserol >

mentega > lilin. Kekuatan bau tersebut tercium berdasarkan kandungan gliserol dari

masing-masing sampel, semakin banyak kandungan gliserol maka sampel tersebut

akan berbau semakin kuat. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa gliserol tidak

terlalu berbau tengik, hal ini bertentangan dengan teori dimana seharusnya gliserol

yang memiliki bau yang paling kuat. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa

kesalahan seperti sampel gliserol yang telah terkontaminasi sehingga sampel gliserol

tidak murni lagi, ataupun kesalahan pada saat pengujian dimana jumlah penambahan

KHSO4 mungkin terlalu sedikit dan KHSO4 tidak larut sempurna sehingga reaksi

tidak berjalan sempurna.

Sama halnya dengan tes akrolein, tes kolorimetri juga digunakan untuk

menguji adanya kandungan gliserol pada sampel. Keberadaan gliserol dalam sampel

ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi hijau zamrud. Pada tes kolorimetri

ini sampel yang digunakan sama dengan tes akrolein dan ditambahkan akuades yang

berfungsi sebagai blanko.

Percobaan tes kalorimetri dilakukan menambahkan 1 mL NaOCl 2% dan 2-3

tetes HCl pekat kedalam sampel kemudian dipanaskan. Penambahan NaOCl pada

larutan berfungsi untuk mereduksi kelebihan lemak sehingga gliseril terbentuk.

Penambahan HCl berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat reaksi, maka setelah

penambahan HCl pekat dilakukan pemanasan untuk membuang kelebihan asam.

Setelah pemanasan, ke dalam sampel ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1% dan 4 mL

H2SO4 pekat. Penambahan H2SO4 mampu memisahkan gugus yang terikat pada –OH

sehingga gugus benzena yang terikat pada α-naftol bisa berikatan dengan gugus –OH

yang ada pada gliserol dan menghasilkan senyawa yang berwarna hijau zamrud.

Page 20: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

Dari hasil percobaan ini diketahui semua sampel yang di uji serta akuades

yang berfungsi sebagai larutan blanko mengandung senyawa gliserol hal ini ditandai

dengan terbentuknya larutan berwarna hijau setelah penambahan α-naftol dan H2SO4

pekat. Hal ini tidak sesuai teori dimana seharusnya sampel lilin dan larutan blanko

(akuades) tidak berwarna hijau zamrud, karena lilin dan larutan blanko sebenarnya

tidak mengandung gliserol. Hal ini mungkin terjadi karena beberapa faktor kesalahan

dalam pengujian seperti sampel lilin dan air terkontaminasi oleh sampel yang

mengandung gliserol ataupun penggunaan alat yang tidak bersih sehingga

menyebabkan terbentuknya warna hijau zamrud.

Page 21: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari hasil tes akrolein menunjukkan bahwa lilin (wax) tidak mengandung

gliserol sedangkan minyak sawit, minyak kopra, VCO (Virgin Coconut Oil),

minyak wijen, dan margarin mengandung gliserol.

2. Dari hasil tes kolorimetri menunjukkan bahwa minyak sawit, minyak kelapa

kopra, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak wijen, margarin, lilin dan larutan

blanko mengandung gliserol dengan terbentuknya warna hijau zamrud.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Saran untuk laboratorium supaya setiap bahan dan pereaksi yang akan dipakai

selalu diperbaharui agar mengurangi terjadinya kesalahan dalam percobaan.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Saran untuk percobaan agar sampel untuk percobaan ditambah lagi agar

wawasan praktikan tentang reaksi-reaksi trigleserida dan bahan yang mengandung

gliserol bertambah.

5.2.1 Saran untuk Asisten

Saran untuk asisten cara asisten membimbing dan menjelaskan percobaan

sudah baik sehingga praktikan dapat menjalankan praktikum dengan lancar.

Page 22: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, I., Nurbayti, S., dan Suwandari, J., 2013, Pembuatan Gliserol Dengan Reaksi Hidrolisis Minyak Goreng Bekas, Chemistry Program, 6 (1): 19-25.

Hart, H., Craine, L.E., dan Hart, D.J., 2003, Kimia Organik Edisi Kesebelas, Erlangga, Jakarta.

McMurry, J., dan Castellion, M.E., 1994 Fundamental of Organic an Biological Chemistry, Prentice Hall, New Jersey.

Thenawijaya, M., 1982, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga, Jakarta.

Tim Dosen Biokimia, 2014, Penuntun Praktikum Biokimia Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wilbraham, A.C., dan Matta, M.S., 1992, Pengantar Kimia Organik dan Hayati, Penerbit ITB, Bandung.

Page 23: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 10 Maret 2014

Asisten Praktikan

(SARTIKA) (RACHMA SURYA M.)

Page 24: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Tes Akrolein

–Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL

–Ditambahkan ± 0,5 gram KHSO4

–Dipanaskan dengan api kecil

–Diamati baunya

Catatan : sampel berupa minyak sawit, minyak kelapa kopra, VCO, minyak wijen,

gliserol, margarin, lilin, dan akuades.

2. Tes Kolorimetri

– Dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 mL

– Ditambahkan 1 mL NaOCl 2%

– Setelah 3 menit, ditambahkan 4 tetes HCl pekat

– Dipanaskan untuk membuang kelebihan asam

– Ditambahkan 0,2 mL α-naftol 0,1%

– Ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat

– Diamati warnanya.

Catatan : sampel berupa minyak sawit, minyak kelapa kopra, VCO, minyak wijen,

gliserol, margarin, lilin, dan akuades.

Data

Larutan sampel

Larutan sampel Blanko

Data

Page 25: Laporan Reaksi-reaksi Trigliserida

Lampiran 2. Foto Percobaan

Gambar 1. Tes Akrolein

Gambar 2. Tes Kolorimetri