laporan praktikum modul 3 freis
DESCRIPTION
modul freisTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I
MODUL III
PROSES FREIS
OLEH:
KELOMPOK : 24
ANGGOTA : 1. VERDIAN (13113004)
2. STEVEN A.G. (13113035)
3. SAPUTRA DIDIK (13113102)
4. ALFITRA LIBELNEDO (13113111)
5. DEDI TRI MULYAWAN (13113099)
6. M. ILHAM S.P.P (13113109)
ASISTEN : NICOLAS JAMES
TANGGAL PRAKTIKUM : 7 MARET 2015
LABORATORIUM TEKNIK PRODUKSI
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Proses permesinan merupakan suatu proses untuk menciptakan alat atau
produk baru, dengan suatu tahapan dari bahan baku dan di proses dengan cara-
cara tertentu dengan urut dan sistematis untuk mendapatkan suatu produk yang
berfungsi.
Suatu komponen yang mempunyai karakteristik yang ideal apabila suatu
komponen tersebut sesuai yang kita kehendaki, dengan mempunyai suatu ukuran,
bentuk yang sempurna dan mempunyai permukaan yang halus. Sebelum
mendapatkan hasil yang demikian maka kita membutuhkan suatu proses. Proses
dalam permesinan sangatlah banyak, di antaranya adalah proses freis.
Mesin frais adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja
pemotongannya dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat
potong bermata banyak yang berputar. Pisau frais dipasang pada sumbu atau arbor
mesin yang didukung dengan alat pendukung arbor. Pisau tersebut akan terus
berputar apabila arbor mesin diputar oleh motor listrik, agar sesuai dengan
kebutuhan, gerakan dan banyaknya putaran arbor dapat diatur oleh operator mesin
frais. Dalam proses manufaktur berbagai komponen mesin, banyak sekali benda
yang dapat dibuat melalui proses freis, oleh karena itu sebagai mahasiswa mesin
haruslah memahami dan mampu mengoperasikan mesin freis.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui konstruksi, cara kerja, pengoperasian dan aspek keselamatan kerja
mesin dari proses freis
2. Mengetahui proses yang dapat dikerjakan dengan mesin freis
3. Mampu memilih jenis pahat yang sesuai untuk membuat produk
4. Mengetahui alat bantu yang diperlukan
5. Memahami parameter – parameter dalam proses freis
BAB II
LANDASAN TEORI
Mesin milling adalah mesin yang paling mampu melakukan banyak tugas
bila dibandingkan dengan mesin perkakas yang lain. Hal ini disebabkan karena
selain mampu memesin permukaan datar maupun berlekuk dengan penyelesaian
dan ketelitian istimewa, juga berguna untuk menghaluskan atau meratakan benda
kerja sesuai dengan dimensi yang dikehendaki.
Mesin milling dapat menghasilkan permukaan bidang rata yang cukup
halus, tetapi proses ini membutuhkan pelumas berupa oli yang berguna untuk
pendingin mata milling agar tidak cepat aus.
Proses milling adalah proses yang menghasilkan chips (beram). Milling
menghasilkan permukaan yang datar atau berbentuk profil pada ukuran yang
ditentukan dan kehalusan atau kualitas permukaan yang ditentukan.
Proses kerja pada pengerjaan dengan mesin milling dimulai dengan
mencekam benda kerja, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan dengan alat
potong yang disebut cutter, dan akhirnya benda kerja akan berubah ukuran
maupun bentuknya.
A. Prinsip kerja mesin milling
Tenaga untuk pemotongan berasal dari energi listrik yang diubah menjadi
gerak utama oleh sebuah motor listrik, selanjutnya gerakan utama tersebut akan
diteruskan melalui suatu transmisi untuk menghasilkan gerakan putar pada spindel
mesin milling.
Spindel mesin milling adalah bagian dari sistem utama mesin milling yang
bertugas untuk memegang dan memutar cutter hingga menghasilkan putaran atau
gerakan pemotongan.
Gerakan pemotongan pada cutter jika dikenakan pada benda kerja yang
telah dicekam maka akan terjadi gesekan/tabrakan sehingga akan menghasilkan
pemotongan pada bagian benda kerja, hal ini dapat terjadi karena material
penyusun cutter mempunyai kekerasan diatas kekerasan benda kerja.
B. Jenis-jenis mesin freis
1. Mesin frais universal
Mesin ini adalah terutama sebuah mesin
ruang perkakas yang di konstruksi untuk pekerjaan
yang sangat teliti.Penampilannya mirip dengan
mesin frais jenis datar.Perbedaan adalah bahwa meja
kerjanya dilengkapi gerak ke empat yang
memungkinkan meja untuk berputar horizontal.
2. Mesin Frais Vertikal
Mesin ini disebut demikian karena kedudukan yang
vertikal dari spindel pemotong. Gerakan mejanya sama seperti
pada mesin datar. Biasanya tidak ada gerakan yang di berikan
kepada pemotong kecuali gerakkan berputar biasa.
3. Mesin Frais Jenis Bangku Tetap
Ini adalah mesin produksi dari konstruksi yang
kasar.Bangkunya ini adalah benda cor yang kaku dan
berat serta menyangga sebuah meja kerja yang hanya
memiliki gerakan longitudinal. Penyetelan vertikal di
berikan dalam kepala spindel dan suatu penyetelan
lintang di buat dalam pena atau ram spindel.
4. Mesin Frais Jenis Penyerut
Dinamakan jenis penyerut karena
kemiripannya dengan penyerut.Benda di
bawa pada meja panjang, yang hanya
mempunyai gerakan longitudinal, dan di
hantarkan terhadap pemotong putar pada
kecepatan yang sesuai.
5. Mesin Serut Patograph
Mesin ini mendapatkan namanya dan
sambungan patograf yang digunakan untuk
memproduksi dari sebuah pola pada skala yang di
perkecil atau di perbesar.
6. Mesin Frais Meja Berputar
Mesin ini merupakan penyesuaian dari mesin frais
vertikal untuk penggunaan yang agak di khususkan
operasinya.Pergerakan meja pada mesin ini yaitu berputar.
7. Mesin Frais Duplikasi
Produksi dari cetakan bentuk kasar untuk
spatour atau panel dari mobil suatu jenis
penggunaan dari mesin duplikasi, mesin ini
memproduksi suku cadang tanpa merubah
ukurannya.
8. Mesin Frais Pemprofil
Mesin ini digunakan dalam pembuatan
profil. Mesin ini merupakan penyesuaian dalam
mesin frais vertikal. Mesin profil tangan ini
gerakannya dipandu dengan menggerakan meja
sehingga pena pemandu bersinggungan dengan suatu
bentuk pola.
C. Klasifikasi proses freis
1. Frais Periperal (Slab Milling)
Proses frais ini disebut juga slab milling, permukaan yang difrais
dihasilkan oleh gigi pisau yang terletak pada permukaan luar badan alat
potongnya. Sumbu dari putaran pisau biasanya pada bidang yang sejajar dengan
permukaan benda kerja yang disayat.
2. Frais Muka (Face Milling)
Pada frais muka, pisau dipasang pada spindel yang memiliki sumbu putar
tegak lurus terhadap permukaan benda kerja. Permukaan Teknik Pemesinan 188
hasil proses frais dihasilkan dari hasil penyayatan oleh ujung dan selubung pisau.
3. Frais Jari (End Milling)
Pisau pada proses frais jari biasanya berputar pada sumbu yang tegak lurus
permukaan benda kerja. Pisau dapat digerakkan menyudut untuk menghasilkan
permukaan menyudut. Gigi potong pada pisau terletak pada selubung pisau dan
ujung badan pisau.
D. Metoda proses freis
1. Proses freis naik (up-milling)
Proses freis naik adalah proses penyayatan benda kerja yang dilakukan
oleh pahat frais dimana pahat frais berputar dari bawah ke atas dan arah hantaran
mejanya berlawanan arah dengan putaran pahat.
a. Kelebihan
- Karena black-lashnya di dalam bagian-bagian
mesin tidak menimbulkan kesulitan selama
proses
- Gigi pahat selalu memotong bagian benda kerja
yang bersih
- Pemakanan lebih cepat
b. Kekurangan
- Sebelum memotong, gigi pahat tersebut akan bergesekan dengan
permukaan benda kerja, sehingga mengakibatkan tumpul
- Karena gerak makan dan gerak potong berlawanan arah maka tekanan
potongnya menjadi besar dan perlu dipegang kuat
- Penghasilan geram lebih banyak
- Pahat jadi lebih cepat rusak
- Hasil pemotongan kurang halus
- Daya diperlukan lebih besar
2. Proses freis turun (Down Milling)
Down milling adalah proses penyerutan benda kerja yang dilakukan pahat
frais dimana pahat bergerak dari atas ke bawah dan arah meja searah dengan arah
putaran pahat.
a. Kelebihan
- Pembesaran tekanan potong semakin
kecil
- Menghasilkan potongan yang bersih dari
bekas potongan
- Dapat digunakan benda kerja yang tipis
- Daya yang dibutuhkan lebih sedikit
- Umur pahat lebih panjang
- Penghasilan geram lebih sedikit
b. Kekurangan
- Tepi pahat potong tidak hanya melakukan tekanan ke bawah benda kerja,
tetapi juga cenderung untuk menarik benda kerja dengan suatu gaya akibat
gerak mendaakinya pahat
- Proses pemakanan lebih lama
E. Parameter pada proses freis
1. Kecepatan potong
d = diameter pahat freis
n = kecepatan putar spindle
2. Gerak makan per gigi
f = gerak pemakanan
F = Dasar permukaan per mata pisau
z = jumlah mata potong
n = kecepatan putar spindle
3. Waktu pemotongan
L = Jarak tempuh kerja
i = Frekuensi pemakanan
f = kecepatan makan
Bab III
Data dan Pengolahan Data
A. Gambar Proses
Berikut ini adalah gambar proses dari proses freis :
Gambar 3.1 Proses
penentuan titik nol
Gambar 3.2 Proses
pemasangan Pahat
Gambar 3.3 Proses
Freis
B. Gambar Benda Kerja Awal dan Akhir
a. Awal
b. Akhir
C. Dimensi Awal, Proses yang Dilakukan, dan Dimensi Akhir
Pada praktikum hanya dilakukan pemahatan pada sisi kanan atas dan kiri
atas benda kerja.
a. Sisi Kanan Benda Kerja
Sisi kanan benda kerja dilakukan pemotongan dari arah atas benda
kerja
Dimensi
Awal Tinggi
(mm)
Kecepatan Meja
Kerja
(mm/menit)
Jenis
Motor
Dimensi
Akhir Tinggi
(mm)
Keterangan
20 76.8 1 19.7
19.7 76.8 1 19.2 Mencoba
parameter
19.2 45.60 1 18.7
18.7 90.42 2 18.0
18.0 164 1 17.3 Jenis motor
dikembalikan
menjadi 1
karena alasan
keselamatan
17.3 164 1 16.5
16.5 164 1 16.0 Terjadi error,
kita mengatur
agar kedalaman
potong 0.3 mm
b. Sisi Kiri Benda Kerja
Sisi kiri benda kerja dilakukan pemotongan dari arah samping kiri
benda kerja
Dimensi Awal
Lebar (mm)
Kecepatan
Meja Kerja
Jenis Motor Dimensi
Akhir Lebar
(mm)
Keterangan
17 164 1 16.5 Kedalaman
0.5mm karena
alasan bending
pada pahat
16.5 164 1 16.0
16.0 164 1 15.5
15.5 164 1 15.0
14.5 164 1 14.0
D. Parameter Proses
Proses freis memiliki beberapa parameter proses dalam menentukan hasil
produk. Parameter tersebut terdiri dari
a. Kecepatan Potong (Gerak Meja Kerja)
b. Kecepatan Makan (Gerak Pahat)
c. Kedalaman Potong
Alfitra Libelnedo / 13113111
BAB IV
Analisis Modul 3
A. Prosedur Praktikum
Cek dulu terlebih dahulu kondisi mesin, kelengkapan beserta pahat dan
alat-alat bantu lainnya
Pasang pahat pada mesin dengan terlebih dahulu membuka penahan pahat
dan pasang pahat pada penahan tersebut. Usahakan pahat terpasang tepat
di tengah. Kemudian pasang kembali pada mesin
Ukur dimensi awal benda kerja
Pasang benda pada chuck, pastikan benda tercengkram dengan baik dan
kuat agar nanti waktu proses pemesinan dimulai benda tidak terlepas yang
dapat membahayakan dan kita tidak mendapatkan hasil akhir sesuai
dengan yang diinginkan
Posisikan benda kerja lebih tinggi dari pada ragum
Atur kecepatan dan arah putar spindel
Atur kecepatan makan mesin freis
Nyalakan mesin freis
Lakukan set 0 dengan menggores sedikit bagian permukaan benda dengan
pahat
Masukkan berapa kedalaman potong yang diinginkan, usahakan jangan
langsung memasukkan angka yang besar, ditakutkan mesin tidak mampu
menahan dan menyebabkan hasil akhir menjadi jelek atau dapat merusak
pahat.
Lakukan langkah berulang sampai dicapai hasil akhir yang diinginkan
Matikan mesin freis
Lepaskan benda kerja dari ragum dan ukur dimension akhir benda kerja
B. Analisis Benda Kerja
Pada praktikum kali ini kami melakukan empat kali percobaan dengan
parameter yang diubah-ubah baik itu kecepatan putar pahat , kecepatan makan
maupun kedalaman potong. Terdapat perbedaan kehalusan permukaan hasil benda
kerja. Permukaan yang dihasilkan dengan kecepatan lebih tinggi terasa lebih
halus. Sedangkan yang lebih lambat terasa lebih kasar. Jadi tahap finishing
diperlukan kecepatan pahat yang tinggi dan kecepatan gerak makan yang lebih
lambat. Hal ini akan dibahas lebih lanjut di analisis parameter proses. Saat benda
kerja selesai diproses, benda kerja terasa panas. Hal ini dikarenakan gesekan
antara pahat dan benda kerja saat pemotongan. Gesekan tersebut mengahasilkan
panas pada benda dan geram yang dihasilkan. Geram yang dihasilkan tidak
berwarna atau warna geram masih mirip dengan benda kerja menandakan pahat
yang digunakan masih baik atau dapat juga akibat beban yang diberikan pada
pahat tidak terlalu besar.
C. Analisis Parameter Proses
Kedalaman Potong
Semakin besar kedalaman potong maka beban yang akan timbul
akan semakin besar. Beban yang diterima oleh pahat juga akan semakin
besar. Hal ini berakibat pada kekasaran permukaan dari benda yang kita
proses. Selain itu juga berdampak pada lamanya waktu pengerjaan.
Kecepatan gerak potong
Kecepatan potong mempengaruhi kekasaran permukaan dari
produk yang dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan potong, permukaan
benda kerja yang dihasilkan semakin halus, karena dalam waktu yang
sama, benda kerja yang dipotong dengan kecepatan gerak potong yang
lebih tinggi akan dipotong lebih banyak dibandingkan dengan kecepatan
gerak potong yang lebih kecil.
Kecepatan gerak makan
Semakin tinggi kecepatan gerak makan maka permukaan benda
kerja yang dihasilkan akan semakin kasar. Dikarenakan pada dalam waktu
yang sama maka gerak potong yang terjadi akan semakin lebih sedikit.
Upmilling dan Downmilling ( Arah putaran pahat )
Seperti yang sudah dijelaskan pada tugas pendahuluan, upmilling
akan menghasilkan permukaan benda kerja yang lebih kasar dibandingkan
dengan downmilling. Hal ini dikarenakan pada proses upmilling gaya yang
dibutuhkan akan lebih besar dikarenakan arah gerak makan dan gerak
potongnya berlawanan.
D. Fenomena
Geram akan terlempar selama proses freis. Semakin tinggi kecepatan
putaran spindel, geram akan terlempar lebih jauh
Permukaan benda akan terasa panas. Diakibatkan oleh gesekan antara
pahat dan benda kerja.
Kedalaman potong yang diatur pada mesin freis tidak sesuai dengan
kedalaman potong sebenarnya pada benda kerja setelah proses freis , hal
ini dikarenakan mesin freis telah tua
Dedi Tri Mulyawan/13113099
BAB IV
Analisis Modul 3
4.1.1 Prosedur Praktikum
a) Pastikan mesin freis yang akan dipakai
b) Ambil alat-alat bantu yang diperlukan, serta mengisi lembar peminjaman
c) Lakukan pengukuran pada benda kerja sebelum dilakukan pemesinan
d) Amati gambar teknik yang ada, dan pikirkan cara bagaimana kita dapat
mendapatkan hasil benda kerja sesuai dengan gambar teknik yang ada
e) Pasang pahat pada dudukannya dan kemudian pasang dudukan tersebut
pada mesin, pastikan memasang pahat sampai terkunci pada mesin
f) Pasang benda kerja pada ragum, sebelumnya ragum diberi plat-plat logam
terlebih dahulu agar benda kerja lebih tinggi dari rahang ragum
g) Setting motor yang akan dipakai untuk menggerakkan pahat
h) Setting kecepatan makan mesin (pada praktikum tidak dilkukan
dikarenakan tuas penggeraknya sudah susah untuk digerakkan)
i) Setting kecepatan meja (gerak makan), dengan mengatur dua buah tuas
yang ada pada meja mesin ini
j) Lakukan zero setting pada kedalaman yang akan direduksi
k) Setting kedalaman yang akan direduksi
l) Proses reduksi dimensi dilakukan 2 tahap karena dimensi pahat lebih kecil
dari dimensi benda kerja
m) Tekan tombol untuk memulai putaran pahat
n) Geser meja agar pahat mengenai setengah bagian benda kerja
o) Tekan tombol untuk menjalankan meja (gerak makan) agar proses berjalan
secara automatis
p) Tekan tombol agar meja berhenti bergerak
q) Geser meja agar pahat mengenai setengah bagian benda kerja lainnya
r) Tekan tombol kembali agar meja kembali melakukan gerak makan secar
automatis berlawanan arah dengan yang sebelumnya
s) Tekan tombol untuk memberhentikan putaran pahat
t) Ukur kembali dimensi yang telah direduksi
u) Lakukan fariasi proses f-t hingga mendapatkan dimensi seperti pada
gambar teknik yang ada
v) Lepaskan benda kerja dari ragum
w) Perhalus benda kerja dengan kikir
x) Lepaskan pahat dari mesin
y) Kembalikan alat bantu yang dipinjam, dan juga bersihkan mesin dan
sekitarnya dari geram yang dihasilkan selama pemesinan
4.1.2 Analisis benda kerja
Benda kerja yang dipakai pada prkatikum kali ini adalah logam berukuran
26x20x20, dan telah direduksi dimensinya menjadi 25x20x16. Pada saat
melakukan fariasi kecepatan meja (gerak makan), kedalaman pahat dan
kecepatan putar pahat didapatkan hasil sebagai berikut
Kecepatan Putar Pahat Kedalaman Pahat Kecepatan
Meja
Cepat Pelan Dalam
Tidak
Terlalu
Dalam
Cepat Pelan
Permukaa
n benda
kerja
Lebih halus Lebih kasar Lebih
kasar
Lebih
halus
Lebih
kasar
Lebih
halus
Geram
yang
dihasilkan
Ada geram
yang
terlempar
jauh
Geram tidak
terlempar jauh
Panjang-
Panjang
Pendek-
pendek
Perbedaan permukaan bisa terjadi karena perbedaan gaya yang diterima oleh
permukaan benda kerja apabila benda kerja direduksi langsung dalam maka
pahat harus memiliki gaya yang cukup untuk melkukan itu tapi bila gaya yang
dibutuhkan tidak mencukupi imbasnya jatuh pada permukaan yang akan tidak
rata. Sedangkan bila kecepatan meja kerja tinggi pahat tidak mempunyai
cukup waktu untuk merduksi dimensi benda kerja dengan presisi sesuai
keinginan, sehingga permukaan yang belum sempurna tereduksi telah terlebih
dahulu meninggalkan gerak potongnya yang menyebabkan permukaan
menjadi lebih kasar. Kejadian geram yang terlempar jauh itu karena torsi
pahat tinggi sehingga ada geram yang terlempar jauh, sedngkan geram yang
dihasilkan panjang-panjang itu karena benda kerja yang terduksi juga banyak
(dalam) sehingga geram yang dihassilkan berbanding lurus dengan seberapa
banyak(dalam) benda tereduksi dan biasanya geram akan terpisah dengan
geram yang lainnya ketika putaran pahat tertentu jadi jika dibandingkan
dengan putaran pahat yang sama geram hasil mereduksi benda kerja yang
dalam akan menghasilkan geram yang panjang.
Selain hal diatas yang mempengaruhi permukaan benda kerja ialah proses
pemesinan itu sendiri, up milling atau down milling. Up milling akan
menghasilkan permukaan benda kerja yang lebih kasar karena pada proses ini
dibutuhkan gaya yang lebih besar yang dapat menyebabkan benda kerja
maupun pahat bergetar sehingga menyebabkan kedalaman yang yang tidak
rata.
Hasil dari benda kerja dipengaruhi juga oleh adanya kecacatan dalam benda
itu sendiri. Hal lain yang bisa mempengaruhi parameter ini ialah keadaan
mesin ini sendiri, apabila mesin sudah tidak layak untuk dipakai akan
menghasilkan benda yang beda walaupun setting parameternya sama misalkan
dengan mesin yang masih layak pakai.
4.1.3 Analisis Parameter Proses
Pad proses pemesinan ini memiliki beberapa parameter proses :
Kedalaman Pahat/ Kedalaman Potong
Kedalaman ini menunjukkan seberapa dalam kita akan mereduksi
benda kerja. Hal ini akan mempengaruhi permukaan benda kerja,
apabila kedalaman pahat dalam hasil pada permukaan benda kerja akan
kasar karena terjadinya getaran yang semakin besar ketika melakukan
pemotongan yang semakin dalam dan juga disebabkan diperlukannya
gaya yang besar untuk melawan gesekan yang besar. Kedalaman
potong juga akan mempengaruhi umur pahat bila dikenakan gayan
yang besar teus menerus umur pahat akan pendek.
Kecepatan meja ( Kecepatan gerak makan per gigi potong )
Hal ini juga mempengaruhi kehalusan dalam permukaan benda kerja,
ini terjadi karena semakin tinggi gerak maka maka gerak potong yang
bekerja pada suatu bagian akan memiliki waktu yang singkat untuk
melakukan tugasnya dengan sempurna dan juga gerak potong yang
terkena pada bagian tertentu akan sedikit yang mengakibatkan ada
bagian yang tidak terpotong. Hal ini akan mengakibatkan bidang
potong menjadi lebih kasar.
Kecepatan Putaran Pahat ( Kecepatan Gerak Potong )
Semakin cepat gerak potong maka permukaan benda kerja akan
semakin halus karena dalam kurun waktu yang kecil terjadi jumlah
pemotongan yang lebih banyak yang mengakibatkan benda kerja
terreduksi dimensinya secara sempurna.
Waktu Pemotongan
Waktu potong menimbulkan dampak yang sama dengan kecepatan
potong. Semakin singkat waktu maka biaya produksi dapat dikurangi.
4.1.4 Fenomena yang Terjadi
Fenomena yang terjadi pada saat praktikum diantaranya :
Adanya perbedaan kontur permukaan benda kerja ketika diberi proses
up milling dan down milling
Tuas kecepatan motor untuk mengatur kecepatan putar pahat tidak bisa
digerakkan.
Terjadi backlash saat mereduksi kedalaman benda kerja, pada mesin
menunjukkan baru mereduksi 3mm tetepi pada kenyataannya benda
kerja telah tereduksi 3,5mm.
Terjadi perbedaan panjang geram ketika dilakukan fariasi kedalaman
dan kecepatan meja.
Terjadi kesulitan saat zero setting sisi benda kerja yang dikarenakan
backlash dari mesinnya itu sendiri.
STEVEN A.G. /13113035
BAB IV
ANALISIS
Prosedur praktikum proses freis
Menyiapkan peralatan dan benda kerja yang dibutuhkan
Memasang pahat yang akan digunakan
Mengukur dimensi awal benda kerja
Memasang benda kerja pada ragum
Menyalakan motor penggerak mesin freis
Mengatur kecepatan dan arah putar spindel
Mengatur kecepatan meja mesin freis
Mengatur posisi awal pahat
Menentukan kedalaman potong
Melakukan proses freis
Mematikan mesin freis
Melepas benda kerja dari ragum
Mengukur dimensi benda kerja setelah proses freis
Menghilangkan gram yang masih menempel pada benda kerja
Analisis hasil benda kerja
Pada percobaan kali ini dilakukan 4 kali percobaan dengan perubahan
parameter.
Percobaan Step Motor Kecepatan
putar
(RPM)
Kecepatan
meja
(mm/min)
1 G 1 302 76,8
2 G 1 302 45,6
3 G 2 604 21.44
4 G 2 302 164
Benda kerja yang digunakan pada praktikum kali ini adalah logam dengan
dimensi 26x20x20 mm.
Dari percobaan diketahui bahwa kecepatan putar spindel dan kecepatan
makan sangat mempengaruhi permukaan yang dihasilkan. Semakin tinggi
kecepatan putar, maka permukaan yang dihasilkan makin halus. Semakin tinggi
kecepatan gerak meja maka semakin kasar permukaan yang dihasilkan benda.
Semakin besar kedalaman pahat, maka permukaan yang dihasilkan makin kasar
dan beban yang diterima oleh pahat makin besar, bila kedalaman terlalu besar,
maka pahat freis akan rusak. Gram yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh
kecepatan putar spindel dan kedalaman pahat. Semakin dalam pahat maka
semakin tebal gram yang dihasilkan, sedangkan semakin tinggi kecepatan putar,
gram yang dihasilkan akan terlempar makin jauh.
Selain hal-hal diatas, yang juga memengaruhi permukaan yang dihasilkan
adalah proses frais yang digunakan. Proses down milling akan menghasilkan
permukaan yang lebih halus karena beban yang dirasakan oleh pahat lebih ringan.
Analisis parameter proses
Parameter proses pada praktikum kali ini ada 4 :
Kecepatan potong
Kecepatan potong berefek terhadap seberapa halus permukaan yang
dihasilkan. Semakin cepat kecepatan potong maka semakin halus
permukaan yang dihasilkan, karena bila kecepatan potong tinggi, maka
tidak akan terjadi deformasi plastis pada permukaan benda kerja, sehingga
hasil permukaannya makin halus.
Kecepatan gerak meja
Kecepatan gerak meja berpengaruh terhadap waktu proses dan kekasaran
permukaan yang dihasilkan. Semakin cepat gerak makan meja, maka
semakin cepat waktu proses, tetapi semakin cepat gerak meja maka
permukaan yang dihasilkan juga menjadi semakin kasar. Hal ini terjadi
karena pahat tidak memiliki waktu yang cukup untuk meratakan
permukaan, karena sebelum permukaan rata, benda kerja sudah bergerak
sehingga permukaan yang masih belum rata tadi tidak akan terkena pahat
sehingga tidak menjadi halus
Kedalaman pahat
Kedalaman pahat mempengaruhi besarnya gram yang dihasilkan, beban
yang diterima pahat, dan kekasaran permukaan dari benda. Semakin dalam
pahat, gram yang dihasilkan makin tebal, beban yang diterima oleh pahat
juga semakin besar, kedalaman pahat yang makin besar juga membuat
permukaan benda kerja yang dihasilkan kasar karena getaran yang timbul
akibat besarnya beban yang diterima pahat.
Jenis proses frais
Jenis proses yang digunakan berpengaruh pada beban yang diterima pahat,
waktu proses, dan kekasaran permukaan. Up milling akan mempersingkat
waktu yang dibutuhkan untuk proses, tetapi pahat yang digunakan juga
akan makin cepat aus dan permukaan benda kerja makin kasar karena arah
gerak pahat berlawanan dengan arah gerak meja.
Fenomena yang terjadi selama praktikum
Permukaan benda kerja yang baru difrais terasa panas, hal ini disebabkan
karena adanya gesekan antara permukaan benda kerja dengan pahat.
Kedalaman potong yang tertera pada mesin tidak sesuai dengan kedalaman
potong yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan mesin sudah tua dan
pengukur kedalaman pada mesin sudah tidak akurat.
Adanya perbedaan kontur pada benda kerja karena diskontinuitas proses
dan perbedaan jenis milling yang digunakan (up milling dan down
milling).
VERDIAN /13113004
BAB IV
ANALISIS
Prosedur praktikum proses freis
Persiapkan peralatan dan benda kerja yang digunakan untuk proses freis
Pasang pahat yang akan digunakan pada mesin freis
Ukur dimensi awal benda kerja
Posisikan benda kerja pada meja kerja dan dipepit dengan ragum
Posisi benda kerja harus lebih tinggi dari ragum penjepit
Kencangkan ragum penjepit benda kerja
Nyalakan motor penggerak mesin freis
Atur kecepatan putar spindel
Atur arah putaran spindel
Atur kecepatan makan
Posisikan pahat terhadap benda kerja pada posisi nol
Atur kedalaman potong
Lakukan proses freis
Matikan mesin freis
Lepaskan benda kerja dari ragum penjepit
Ukur dimensi benda kerja setelah proses freis
Haluskan permukaan benda kerja hasil proses freis yang kasar dengan
dikikir
Analisis hasil benda kerja
Pada praktikum proses freis ini, kami melakukan empat kali percobaan
dengan parameter yang diubah-ubah. Percobaan pertama dengan menggunakan
step G motor 1, kecepatan putar = 302rpm dan kecepatan makan = 76.8mm/min.
Percobaan kedua menggunakan step G motor 1 juga tetapi kecepatan makannya
diubah menjadi 45,6mm/min. Dari kedua percobaan diatas permukaan hasil benda
kerja percobaan kedua lebih halus dari percobaan pertama. Percobaan ketiga
menggunakan step G motor 2, kecepatan putar = 604rpm dan kecepatan makan =
21.44mm/min. Percobaan keempat menggunakan kecepatar putar 302rpm dan
kecepatan makan 164mm/min. Geram yang dihasilkan percobaan 3 lebih panjang
dan halus dari percobaan 4.
Analisis parameter proses freis
Pada proses freis terdapat beberapa parameter yaitu :
1. Kecepatan putar pahat
2. Kedalaman potong
3. Kecepatan makan
4. Arah putaran pahat
Fenomena yang terjadi selama praktikum
Kedalaman potong yang diatur pada mesin freis tidak sesuai dengan yang
dihasilkan karena mesin freis yang digunakan sudah tua. Fenomena ini dinamakan
fenomena backlash.
Saputra Didik H/13113102
BAB IV
Analisis Modul 4
A. Prosedur Praktikum
1. Persiapkan mesin freis
2. Pinjam peralatan yang diperlukan untuk praktikum kepada petugas
3. Minta benda kerja kepada petugas
4. Ukur dimensi benda kerja kemudian catat
5. Pasang pahat pada mesin dengan terlebih dahulu membuka
penahan pahat dan pasang pahat pada penahan tersebut. Usahakan
pahat terpasang tepat di tengah. Kemudian pasang kembali ke
mesin
6. Pasang benda kerja pada ragum, dengan sebelumnya benda dialasi
plat – plat baja supaya posisinya lebih tinggi dari ragumnya
7. Pukul benda kerja untuk memastikan pemasangannya rata dan
cengkraman ragum sudah kuat, supaya saat permesinan benda kerja
tidak terlepas
8. Setting motor untuk menggerakkan pahat
9. Setting kecepatan makan mesin
10. Setting kecepatan meja (gerak makan), dengan mengatur dua buah
tuas yang ada pada meja mesin ini
11. Lakukan zero setting pada kedalaman yang akan direduksi dengan
menggoreskan pahat ke benda kerja
12. Setting kedalaman yang akan direduksi
13. Pada praktikum kali ini proses reduksi dimensi dilakukan 2 tahap
karena dimensi pahat lebih kecil dari dimensi benda kerja
14. Tekan tombol untuk memulai putaran pahat
15. Geser meja agar pahat mengenai setengah bagian benda kerja.
Tekan tombol untuk menjalankan meja (gerak makan) agar proses
berjalan secara otomatis
16. Tekan tombol agar meja berhenti bergerak
17. Geser meja agar pahat mengenai setengah bagian benda kerja
lainnya
18. Tekan tombol kembali agar meja kembali melakukan gerak makan
secara otomatis berlawanan arah dengan yang sebelumnya
19. Tekan tombol untuk memberhentikan putaran pahat
20. Ukur kembali dimensi yang telah direduksi
21. variasi berapa kedalaman potong yang diinginkan, usahakandari
angka yang kecil, supaya didapatkan hasil yang baik, dan presisi.
22. Lakukan langkah berulang sampai dicapai hasil akhir yang
diinginkan
23. Lepaskan benda kerja dari ragum kemudian perhalus benda kerja
dengan kikir
24. Lepaskan pahat dari mesin, dan kembalikan alat bantu yang
dipinjam, dan juga bersihkan mesin dan sekitarnya dari geram yang
dihasilkan selama pemesinan
B. Analisis benda kerja
Ukuran benda kerja yang kami gunakan untuk praktikum kali ini yaitu,
26x20x20 cm. tujuan akhir dari praktikum ini yaitu memreduksi benda kerja
menjadi 25x20x16 cm.
Data pengaruh parameter pada hasil percobaan :
Kecepatan Putar Pahat Kedalaman Pahat Kecepatan
Meja
Cepat Pelan Dalam Tidak Cepat Pelan
Terlalu
Dalam
Permukaa
n benda
kerja
Lebih halus Lebih kasar Lebih
kasar
Lebih
halus
Lebih
kasar
Lebih
halus
Geram
yang
dihasilkan
Ada geram
yang
terlempar
jauh
Geram tidak
terlempar jauh
Panjang-
Panjang
Pendek-
pendek
Selain hal diatas yang mempengaruhi permukaan benda kerja ialah proses
pemesinan itu sendiri, up milling atau down milling. Up milling akan
menghasilkan permukaan benda kerja yang lebih kasar karena pada proses ini
dibutuhkan gaya yang lebih besar yang dapat menyebabkan benda kerja
maupun pahat bergetar sehingga menyebabkan kedalaman yang yang tidak
rata.
C. Analisis Parameter Proses
Pada proses pemesinan ini memiliki beberapa parameter proses :
1. Kecepatan meja ( Kecepatan gerak makan per gigi potong )
Kecepatan gerak makan berpengaruh pada kehalusan permukaan benda
kerja. Semakin cepat gerak makannya maka permukaan yang dihasilkan
akan cenderung lebih kasar karena gerak potong bertugas memperluas
daerah potongan. Akibatnya jika gerak makan terlalu cepat akan ada
daerah dimana tidak mengalami proses pemahatan.
2. Kedalaman Pahat/ Kedalaman Potong
Semakin dalam pahat mereduksi benda kerja maka akan menghasilkan
permukaan pada benda kerja yang cenderung lebih kasar. Hala ini
dikarenakan gaya gesek yang ditimbulkan lebih besar, menyebabkan
benda kerja mengalami deformasi plastis, akibatnya permukaan yang
dihasilkan lebih kasar. Selain itu , kedalaman pahat juga menentukan umur
pahat. Karena jika terlalu dalam, maka pahat akan menerima gaya yang
besar, apabila pahat tidak mampu menahan gaya tersebut, akibatnya pahat
akan patah.
3. Kecepatan Gerak Potong
Kecepatan potong mempengaruhi kekasaran permukaan dari produk yang
dihasilkan. Semakin tinggi kecepatan potong, permukaan benda kerja yang
dihasilkan semakin halus, karena dalam waktu yang sama, benda kerja
yang dipotong dengan kecepatan gerak potong yang lebih tinggi akan
dipotong lebih banyak dibandingkan dengan kecepatan gerak potong yang
lebih kecil. Selain itu dengan kecepatan potong yang tinggi benda kerja
sedikit mengalami deformasi plastis.
D. Fenomena yang Terjadi
Fenomena yang terjadi pada saat praktikum diantaranya :
1. Tuas kecepatan motor untuk mengatur kecepatan putar pahat tidak bisa
digerakkan.
2. Terjadi backlash saat mereduksi kedalaman benda kerja, pada mesin
menunjukkan baru mereduksi 3mm tetapi pada kenyataannya benda
kerja telah tereduksi 3,5mm.
3. Terjadi perbedaan panjang geram ketika dilakukan fariasi kedalaman
dan kecepatan meja.
4. Terjadi kesulitan saat zero setting sisi benda kerja yang dikarenakan
backlash dari mesinnya itu sendiri.
5. Terbentuk pola garis – garis pada permukaan benda kerja akibat
pertemuan proses upmill - downmill, juga downmill - downmill
M. ILHAM S.P.P /13113109
BAB IV
ANALISIS
Prosedur Praktikum
1. Melakukan pengecekan pada alat yang akan digunakan.
2. Meminjam peralatan praktikum kepada asisten.
3. Mengamati gambar teknik yang diberikan oleh asisten.
4. Pasang pahat pada mesin freis.
5. Pasang benda kerja pada ragum dengan terlebih dahulu memasang
pararel block diatas ragum. Posisikan benda kerja yang akan dipahat
diatas leher ragum. Kencangkan leher ragum dengan benda kerja
dengan memutar tuas ragum sambil memukul benda kerja dengan palu
plastik.
6. Setting Jenis motor, kecepatan motor, dan kecepatan meja kerja pada
mesin freis.
7. Nyalakan mesin freis.
8. Atur posisi nol antara benda kerja dengan pahat dengan cara memutar
tuas A, B, dan C.
9. Matikan Mesin.
10. Atur kedalaman potong.
11. Nyalakan mesin dan lakukan proses freis dengan menekan tombol-
tombol controlling pada mesin.
12. Matikan mesin.
13. Bersihkan geram.
14. Lepas benda kerja dari ragum.
15. Kembalikan alat praktikum yang dipinjam kepada asisten.
16. Bersihkan sisa pemotongan dengan kikir
17. Amati dan catat hasil benda kerja
A. Analisis Benda Kerja
Dari analisis benda kerja yang dilakukan, pada proses yang
dilakukan mengakibatkan benda kerja menjadi panas akibat gesekan
dengan pahat. Selain itu juga, keadaan benda kerja menjadi terpahat
sedalam pengaturan yang diinginkan. Pada proses pemotongan, dihasilkan
geram yang bermacam macam. Besarnya ukuran geram yang dihasilkan
sebanding dengan semakin kasarnya permukaan yang dihasilkan. Untuk
hasil permukaan yang dihasilkan akan dijelaskan disubbab selanjutnya.
Pada pengerjaan praktikum juga dilakukan proses upmill dan
downmill, proses yang dilakukan jauh lebih cepat tetapi tidak lebih halus
dari proses downmill. Hal ini dikarenakan proses upmilling membutuhkan
gaya yang lebih besar daripada downmilling.
B. Analisis Parameter
Pada praktikum dilakukan pengaturan parameter berupa kedalaman
potong, kecepatan meja kerja, dan kecepatan pahat. Ketiga parameter
tersebut mempengaruhi kekasaran benda kerja dan lama proses yang
dilakukan.
Semakin dalam kedalaman potong yang kita atur maka semakin
kasar pula benda kerja yang dihasilkan, hal ini disebabkan karena gaya
yang diperlukan akan semakin besar sehingga semakin berat juga kerja
mesin untuk meratakan permukaan. Dalamnya permukaan juga
menyebabkan gaya yang diperlukan untuk memutar pahat tertahan oleh
gaya bending yang disebabkan pemotongan.
Semakin cepat meja kerja bergerak hasil benda kerja yang
dihasilkan semakin kasar, hal ini sama penjelasannya dengan paragraph
sebelumnya. Kecepatan meja potong sebanding dengan kedalaman pahat
dalam sekali gerak potong.
Berbeda dengan cepat meja kerja, kecepatan pahat juga
mempengaruhi kekasaran permukaan. Semakin cepat pahat berputar maka
semakin halus permukaan, hal ini disebakan oleh semakin tipisnya
kedalaman pemotongan yang dilakukan.
C. Fenomena
Fenomena yang terjadi diantara lain keakuratan mesin yang kurang baik,
dimana kedalaman potong harus dilakukan perkiraan dari praktikan.
Pararelblock yang disediakan kurang mendukung praktikan karena tidak
pas dalam pengerjaan. Selain itu, penutup pahat pada awalnya tidak ada
box-nya, walau setelahnya baru diberikan di akhir praktikum. Mesin hanya
dapat mengatur pada jenis motor G. Praktikan dilarang menggunakan
motor jenis 2. Penentuan zero setting cukup sulit dikarenakan tuas pada
mesin sudah tidak akurat.
VERDIAN /13113004
BAB V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Semakin cepat kecepatan makan, semakin kasar permukaan benda kerja
yang dihasilkan
Semakin dalam kedalaman potong, semakin besar kecepatan geram yang
dihasilkan
Saran :
Karena mesin freis yang digunakan sudah tua,dianjurkan untuk mengukur
dimensi benda kerja selama proses freis
Mesin freis dikalibrasi ulang agar error yang dihasilkan lebih kecil.
STEVEN A.G. /13113035
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Parameter proses yang terdapat pada mesin frais adalah kedalaman potong,
kecepatan putar spindel, kecepatan gerak meja, dan jenis proses frais yang
digunakan.
Semakin cepat kecepatan putar spindel maka permukaan yang dihasilkan
makin halus.
Semakin cepat kecepatan gerak meja maka permukaan yang dihasilkan
makin kasar.
Semakin dalam kedalaman potong maka permukaan yang dihasilkan akan
makin kasar.
Proses down milling menghasilkan permukaan yang lebih halus dari up
milling.
Saran
Sebaiknya mesin dirawat secara berkala untuk memperkecil kesalahan
yang diakibatkan oleh umur mesin.
Sebaiknya tidak langsung memotong benda kerja sesuai dengan dimensi
akhir untuk mencegah terjadinya kesalahan yang disebabkan oleh mesin
yang sudah tua.
Sebaiknya menjaga jarak saat kecepatan putar spindel tinggi karena gram
yang dihasilkan dapat terlempar jauh.
Saputra Didik H/13113102
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.I SIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum kali ini, sebagai berikut:
1. Kehalusan permukaan hasil pemrosesan freis sangat dipengaruhi oleh
parameter – parameter yang ada
2. Perlu ketelitianyang tinggi untuk membuat T-slot karena dibutuhkan
ukuran yang tepat
3. Perlu kehati – hatian dalam melakukan proses reduksi benda kerja
dikarenakan ada error pada mesinnya seperti backlash
4. Mesin freis sendiri memiliki beberapa pekerjaan yang dapat
dislesaikannya diantarnya peripheral milling, face milling dan end milling.
V.II SARAN
1. Lakukan perawatan pada mesin sehingga kualitas mesin tetap terjaga
2. Saat praktikum gunakan skala kecepatan potong dan kecepatan makan
sesuai prosedur supaya mesin tetap awet
3. Saat proses pemahatan gunakan skala pemahatn dari ukuran yang kecil
supaya pahatnya tidak patah
Alfitra Libelnedo / 13113111
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Mesin milling yang digunakan berjenis mesin milling vertikal.
Parameter dalam proses ini adalah kecepatan potong, kecepatan makan,
kedalaman potong dan pengaturan kepala pembagi.
Kehalusan dari hasil benda kerja bergantung pada kecepatan gerak potong
pahat dan gerak makan meja. Hasil akan lebih halus saat kecepatan pahat
yang tinggi dan kecepatan meja yang lambat.
Proses pada mesin tersebut tidak dapat ditentukan apakah proses yang
terjadi adalah proses millng up atau millng down.
B. Saran
Selalu perhatikan keselamatan selama proses pengerjaan, usahakan selalu
menggunakan kacamata pelindung selama proses dilaksanaan
Gunakan kecepatan makan dan parameter lainnya sesuai dengan material
yang di freis dan kemampuan mesin
Karena mesin freis yang digunakan sudah tua yang memungkin dimensi
hasil benda kerja tidak sesuai dengan yang diinginkan , maka dianjurkan
untuk selalu mengukur benda kerja selama proses freis
Pengkalibrasian ulang mesin freis agar error nya semakin kecil
Dedi Tri Mulyawan/13113099
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.I KESIMPULAN
Pada praktikum ini didapat beberapa kesimpulan :
Pada proses ini kehalusan permukaan benda kerja akan dipengaruhi
oleh parameter proses yang ada pada proses pemesinan freis.
Parameter yang dapat terlihat dari praktikum ini dan dapat
memperlihatkan perbedaan kehalusan permukaan benda kerja ialah
kedalaman potong dan kecepatan gerak meja (gerak makan) juga
kecepatan putar pahat.
Kita diharuskan mengetahui pentingnya fungsi dari setiap bagian
mesin ini karena untuk melakukan setting parameter maupun zero
setting, setiap bagian dari alat ini akan digunakan.
Terdapat perbedaan permukaan benda dan juga kelebihan kekurangan
tersendiri ketika benda kerja dikerjakan dengan up milling dan down
milling.
Ketika pembuatan T-slot kita harus sangat teliti karena adnya backlash
yang dapat mengakibatkan keslahan dimensi pada hasil benda kerja
yang dihasilkan.
Mesin freis sendiri memiliki beberapa pekerjaan yang dapat
dislesaikannya diantarnya peripheral milling, face milling dan end
milling.
V.II SARAN
Agar mesin dirawat secara berkala agar saat praktikum para mahasiswa
bisa mencoba semua instrumen yang terdapat pada mesin freis ini. Alat bantu
juga sebaiknya disediakan untuk setiap alatnya, agar ketika praktikum satu
kelompok tidak perlu menunggu kelompok lainnya untuk bergantian alat
bantu.
M. ILHAM S.P.P /13113109
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
a. Untuk menghasilkan permukaan yang halus dapat ditentukan
dengan cepatnya mesin pahat dalam berputar, proses freis
downmill tipisnya kedalaman pemotongan, dan lambatnya
kecepatan meja kerja.
b. Untuk menghasilkan pengerjaan yang cepat dapat ditentukan
dengan dalamnya kedalaman pemotongan, proses freis upmill
dan cepatnya gerak mesin kerja.
c. Parameter yang dilakukan pada praktikum ini adalah
kedalaman potong, kecepatan pahat, dan kecepatan meja kerja.
B. Saran
a. Mesin dilakukan pengecekan dan perawatan bertahap.
b. Keamanan praktikan lebih diawasi oleh asisten karena
percobaan ini sangat berbahaya.
c. Dibuat percobaan jenis freis vertical dan horizontal.
d. Benda kerja yang diberikan pada awal praktikum sudah dalam
keadaan rapih sehingga tidak perlu dilakukan proses tambahan
berupa kikir.
DAFTAR PUSTAKA
serope kalpakjian, stephen schmid (2009)_2
https://divpenhmm.wordpress.com/
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1) Jelaskan mengenai proses freis naik dan freis turun ! Apa kelebihan dan
kekurangan setiap proses tersebut !
Freis naik adalah proses freis dimana arah putaran pahat berlawanan arah
dengan arah gerak meja, sedangkan proses freis turun adalah proses freis
dimana arah putar pahat searah dengan arah gerak meja.
Freis Naik Freis Turun
Kelebihan Kekurangan Kelebihan Kekurangan
Cepat Pahat cepat aus Permukaan yang dihasilkan lebih halus dibandingkan dengan freis naik
Memakan waktu lebih lama dari freis naik
Permukaan yang dihasilkan lebih kasar dibandingkan freis turun
Pahat tidak cepat aus
Gambar kiri : Freis Naik Gambar kanan : Freis Turun
2) Gambarkan pahat-pahat yang digunakan pada praktikum ini !
3) Jelaskan cara pemasangan ragum dan benda kerja pada mesin freis !
Pemasangan benda kerja pada ragum dengan cara dijepit dan dikencangkan.
Pemasangan benda kerja harus lebih tinggi dari permukaan bagian atas dari
ragum. Saat dikencangkan benda kerja dipukul dengan palu agar permukaannya
datar. Sedangkan pemasangan ragum pada mesin freis yaitu dengan dua buah
pasangan baut yang dihubungkan dengan mur pada T-slot sehingga saat baut
dikencangkan ragum tidak akan bergerak.
4) Gambarkan benda kerja hasil pemotongan roda gigi dan jelaskan proses
pembuatannya !
Bakal roda gigi (gear blank) dipasang pada mandrel dengan posisi lurus, lalu
mandrel dipasang pada chuck yang terdapat pada
dividing head. Posisi sumbu pahat freis diatur
sehingga menjadi satu sumbu dengan benda kerja
seperti gambar di samping. Memilih tingkat
putaran spindel. Memilih kecepatan makan.
Mengatur kedalaman potong. Mengatur jarak
langkah meja dan stopper. Memilih metode yang akan digunakan untuk
pembuatan jumlah gigi, dan akhirnya melaksanakan proses
freis.
Pahat Roda Gigi
Gambar hasil pemotongan roda gigi
5) Apa bedanya geram yang terbentuk dari proses freis dengan proses bubut ?
Jelaskan !
Gram yang terbentuk dari proses bubut panjang, hal ini dikarenakan gerak
potong pada mesin bubut berlangsung secara kontinu dalam 1 gerakan,
sedangkan pada mesin freis gram yang dihasilkan pendek karena gerak potong
mesin freis yang berputar dan gerakan meja hanya translasi saja.
6) Bagaimana cara pengaturan dividing head pada mesin frais untuk membuat
roda gigi dengan jumlah gigi 47 ?
Misal :
n = i/Z, dimana n adalah jumlah putaran engkol yang harus dilakukan, Z adalah
jumlah gigi, dan i adalah rasio kepala pembagi (umumnya 40).
Maka untuk membuat roda gigi dengan jumlah gigi 47 kita harus memutar
engkol sejauh 40/47. Plat indeks yang digunakan adalah jumlah lubang kelipatan
47. Plat indeks lalu dipasang ke kepala pembagi.
Gra
Gra