laporan praktikum ekologi perairan mangrove)

17
Laporan Praktikum Ekologi Perairan Hari / Tanggal : Minggu, 14 November 2010 Dosen : Ir. Widodo Assisten : Satryo Arif Widodo : Obet Agtapura EKOSISTEM MANGROVE DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 Khairani Wahyuni J3M109026 Fajri Suprayitno J3M109043 Nur Utari J3M109047 Winda Ayu Sativa J3M109060 Putri Mushandri Pratami J3M209064 Sahid Aghnia Shalih J3M209066 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

Upload: putri-mushandri-pratami

Post on 27-Jun-2015

2.247 views

Category:

Documents


13 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

Laporan Praktikum Ekologi Perairan

Hari / Tanggal : Minggu, 14 November 2010

Dosen : Ir. WidodoAssisten : Satryo Arif Widodo

: Obet Agtapura

EKOSISTEM MANGROVE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

Khairani Wahyuni J3M109026

Fajri Suprayitno J3M109043

Nur Utari J3M109047

Winda Ayu Sativa J3M109060

Putri Mushandri Pratami J3M209064

Sahid Aghnia Shalih J3M209066

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

DIREKTORAT PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

ABSTRAKPraktikum ekologi perairan yang bertemakan hutan mangrove, praktikan

melakukan metode sampel serta pengamatan di Tanjung Lesung, Banten, pada tanggal 14 November 2010 pukul 12.00 siang. Mangrove memiliki peranan ekologis dan ekonomis yang penting bagi lingkungan yang berada disekitarnya, namun keberadaannya di Tanjung lesung makin terdesak oleh berbagai faktor, antara lain konversi lahan dan polusi, oleh karena itu diperlukan usaha untuk memonitor perubahan yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur dan komposisi, nilai penting, tingkat keanekaragaman serta pola persebaran jenis-jenis mangrove di Tanjung Lesung. Penelitian dilakukan pada bulan November 14. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan teknik sampling purposive sampling, sedangkan pengukuran vegetasi dengan metode kuadrat. Wilayah penelitian dibagi dalam 2, tiap stasiun 1 berukuran 10 x 10 m untuk tingkat pohon;dan berukuran 5 x 5 m untuk tingkat anakan. Data sekunder yang diambil adalah parameter fisik dan kimia dari lingkungan antara lain temperatur air, salinitas, pH air, dan tekstur tanah. Berdasarkan komposisi flora, mangrove di Tanjung Lesung terbagi atas mangrove terbuka, mangrove tengah dan mangrove payau, komposisi mangrove paling besar berasal dari famili Ceriops,spp(80%),Bruguiera,spp(15%) dan Avicenia,spp (5%) kemudian,. Mangrove di Tanjung Lesung memiliki pola persebaran seragam, Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kimia yang relatif sama serta masih dalam kisaran toleransi tanaman mangrove untuk tumbuh dan berkembang.

I. PENDAHULUAN

A. Latar BelakangEkosistem utama di daerah pesisir

adalah ekosistem mangrove, ekosistem lamun dan ekosistem terumbu karang. Menurut Kaswadji (2001), tidak selalu ketiga ekosistem tersebut dijumpai, namun demikian apabila ketiganya dijumpai maka terdapat keterkaitan antara ketiganya. Masing-masing ekosistem mempunyai fungsi sendiri.

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras,

Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).

Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae,1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada di mangrove.

Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999). Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekeringan,

Page 3: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967) dalam Idawaty, 1999). Sedangkan IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap lingkungan. Bengen (2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

- Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk perakaran yang khas

- Adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi

- Adaptasi terhadap tanah yang kurang strabil dan adanya pasang surut, dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang lebar.

Ekosistem hutan mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W. Arifin, 1998) :

Fungsi ekologis :• pelindung garis pantai dari abrasi,• mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan,• mencegah intrusi air laut ke daratan,• tempat berpijah aneka biota laut,• tempat berlindung dan berkembangbiak berbagai jenis burung, mamalia, reptil, dan serangga,• sebagai pengatur iklim mikro.

Fungsi ekonomis :• penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan

bangunan, bahan makanan, obat-obatan), penghasil keperluan industri (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik, penyamak kulit, pewarna),• penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu, dan telur burung, pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

B. TujuanPraktikum kali ini di tanjung lesung, Banten bertujuan untuk mengenal jenis mangrove dan mengetahui kerapatan jenis, frekuensi jenis dan penutupan jenis dari jenis mangrove serta mempelajari kehidupan biota baik didarat maupun didalam lumpur pada ekosistem mangrove.

II. METODOLOGIA. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum di Tanjung Lesung adalah transek kuadrat 1x1 meter, termometr,, secchi disk, paralon berskala, ember, borol film, plastic kiloan, kertas label, karet, alat tulis, spidol permanent, planktonet, cutter, rol meter, meteran jahit, pH indicator, buku identifikasi mangrove dan data sheet.

Bahan yang digunakan adalah aquades, lugol dan formalin.

B. Metode- Rona

Amati warna perairan dan keadaan lingkungan sekitar lokasi pengamatan

- Penentuan stasiunTentukan stasiun pengamatan. Untuk penghitungan INP, setiap stasiun dibagi menjadi 3 plot pengamatan secara melintang dari pantai ke laut. Letakkan transek kuadrat, tentukan tipe substrat dan lakukan pengambilan data untuk parameter yang dibutuhkan.

Page 4: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

- Parameter fisika (pengambilan data dilakukan masing-masing 3 kali ulangan per substasiun) :

Suhu : Pengambilan data suhu menggunakan termometer yang dicelupkan selama ±1 menit. Catat hasil pengukuran pada lembar data. Perlu diperhatikan saat pengambilan data, yaitu posisi pengambil data jangan terlalu dekat dengan lokasi pencelupan agar suhu sekitar tidak terpengaruh oleh suhu tubuh.Kecerahan : Pengambilan data menggunakan secchi disk. Secchi disk pertama kali dicelupkan ke perairan, Saat pertama warna hitam dari alat ini tidak terlihat, maka skala pada alat menunjukkan nilai D1. Kemudian secchi disk yang diturunkan, diangkat kembali. Ketika pertama kali warna putih dari alat ini terlihat, maka ditentukan sebagai D2. Data kecerahan ini kemudian dihitung dengan formula (K=(D1+D2)/2).Kedalaman : Pengambilan data dilakukan dengan mencelupkan paralon berskala hingga menyentuh dasar lalu catat skalanya.

- Parameter kimia :pH : Pengambilan data dilakukan 1 kali menggunakan kertas indikator pH yang dicelupkan beberapa saat ke perairan kemudian hasilnya dicocokkan dengan indikator warna.

- Parameter biologi :Plankton : Pengambilan data dilakukan 1 kali untuk setiap substasiun menggunakan planktonet yang dilengkapi dengan botol film. Penyaringan dilakukan dengan memasukkan air menggunakan ember 10 Lt

sebanyak 10 kali (total air tersaring = 100 Lt). Supaya perairan dalam transek tidak teraduk, pengambilan air untuk penyaringan dilakukan di dalam transek, tetapi saat memasukkan air ke planktonet dilakukan di luar transek. Sampel dalam botol film diawetkan menggunakan lugol.Perifiton : Pengambilan data dilakukan 1 kali untuk setiap substasiun dengan cara mengerik suatu substrat yang diambil dari dasar perairan (batu,kayu, sampah, dsb). Bagian yang dikerik seluas 1×1 cm2. Hasil kerikan dimasukkan ke botol film, tambahkan aquades sampai botol penuh dan awetkan sampel dengan lugol.Benthos : Pengambilan data kedalaman dilakukan 3 kali secara diagonal dgn menggunakan paralon berdiameter 3,5 inchi berskala. Paralon ini dicelupkan hingga menyentuh dasar, kemudian ukur kedalamannya. Data kedalaman ini dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel bentos. Sampel diletakkan pada plastik dan diawetkan dengan formalin.Neuston dan nekton : Ambil sampel neuston dan nekton terdapat didalam transek kuadrat.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Tabel 1 Pohon 10 x 10

Jenis Species Jumlah individu jenis ke-i

Bruguiera,spp 2Avicennia,spp 1

Page 5: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

Sonneratia 1Ceriops,spp 14

Tabel 2 Anakan 5 x 5

Jenis Species Jumlah individu jenis ke-i

Ceriops,spp 4Avicennia,spp 1Jumlah 5

B. Hasil Perhitungan

Pohon 10 x 10 - Bruguiera,spp1. Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)- Kerapatan jenis (Di)Di = ni/ADi =2/100Di =0,002- Kerapatan relatif jenis (RDi)RDi = (ni/n) X 100RDi = (2/18)X100RDi =11,1112. Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)-Frekuensi jenis (Fi)Fi = pi/ pFi = 2/1Fi = 2-Frekuensi relatif jenis (Rfi)RFi = (Fi / F) X 100RFi = (2/18) X 100RFi = 11,1113. Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)-Penutupan jenisCi = BA / ACi = (33/4)/100Ci =0,026-Penutupan relatif jenis (RCi)RCi = (Ci/C) X 100RCi = (0,026/100) X 100RCi = 0,0264. Indeks Nilai Penting (INP)-INP = 11,111 +11,111+0,026 INP=22,248- Avicennia,spp

1.Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)-Kerapatan jenis (Di)Di = ni/ADi =1/100Di =0,001- Kerapatan relatif jenis (RDi)RDi = (ni/n) X 100RDi = (1/18)X100RDi =5,5552. Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)-Frekuensi jenis (Fi)Fi = pi/ pFi = 1/1Fi = 1-Frekuensi relatif jenis (Rfi)RFi = (Fi / F) X 100RFi = (1/18) X 100RFi = 5,5553. Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)-Penutupan jenisCi = BA / ACi = (43/4)/100Ci =0,034- Penutupan relatif jenis (RCi)Ci = BA / ACi = (43/4)/100Ci =0,0344. Indeks Nilai Penting (INP)- INP = 5,555 +5,555+0,034 INP=11,144- Sonneratia,spp1. Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)- Kerapatan jenis (Di) RDi = (ni/n) X 100RDi = (1/18)X100RDi =5,555- Kerapatan relatif jenis (RDi)RDi = (ni/n) X 100RDi = (1/18)X100RDi =5,5552. Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)- Frekuensi jenis (Fi)Fi = pi/ p

Page 6: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

Fi = 1/1Fi = 1-Frekuensi relatif jenis (Rfi)RFi = (Fi / F) X 100RFi = (1/18) X 100RFi = 5,5553. Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)- Penutupan jenisCi = BA / ACi = (43/4)/100Ci =0,034-Penutupan relatif jenis (RCi)RCi = (Ci/C) X 100RCi = (0,026/100) X 100RCi = 0,0344. Indeks Nilai Penting (INP)- INP = 5,555 +5,555+0,034INP=11,144- Ceriops,spp1. Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)- Kerapatan jenis (Di)Di = ni/A

Di =14/100Di =0,14- Kerapatan relatif jenis (RDi)RDi = (ni/n) X 100RDi = (14/18)X100RDi =77,7772. Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)- Frekuensi jenis (Fi)Fi = pi/ pFi = 14/1Fi = 14-Frekuensi relatif jenis (Rfi)RFi = (Fi / F) X 100RFi = (14/18) X 100RFi = 77,7773.Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)- Penutupan jenisCi = BA / ACi = (494,5/4)/100Ci =4,714- Penutupan relatif jenis (RCi)

RCi = (Ci/C) X 100RCi = (4,714/100) X 100RCi = 4,7144. Indeks Nilai Penting (INP)-INP = 77,777+77,777+4,714INP=160,268Anakan 5 x 5-Ceriops,spp1.Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)- Kerapatan jenis (Di) Di = ni/A Di =4/25 Di =0,16- Kerapatan relatif jenis (RDi)RDi = (ni/n) X 100RDi = (4/5)X100RDi =162. Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)- Frekuensi jenis (Fi)

Fi = pi/ p Fi = 4/1 Fi = 4

-Frekuensi relatif jenis (Rfi) RFi = (Fi / F) X 100 RFi = (4/5) X 100 RFi = 163.Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)- Penutupan jenis Ci = BA / A Ci = (36/4)/100 Ci =0,028- Penutupan relatif jenis (RCi) RCi = (Ci/C) X 100 RCi = (0,028/100) X 100 RCi = 0,0283.Indeks Nilai Penting (INP)- INP = 16+16+0,028 INP=32,028-Avicennia,spp1.Kerapatan jenis (Di) dan Kerapatan relatif jenis (RDi)- Kerapatan jenis (Di) Di = ni/A Di =1/25 Di =0,04

Page 7: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

- Kerapatan relatif jenis (RDi) RDi = (ni/n) X 100 RDi = (1/5)X100 RDi =202.Frekuensi jenis (Fi) dan Frekuensi relatif jenis (Rfi)- Frekuensi jenis (Fi) Fi = pi/ p Fi = 1/1 Fi = 1-Frekuensi relatif jenis (Rfi) RFi = (Fi / F) X 100 RFi = (1/5) X 100 RFi = 203.Penutupan jenis (Ci) dan penutupan relatif jenis (RCi) Penutupan jenis (Ci)- Penutupan jenis Ci = BA / A Ci = (10,2/4)/100 Ci =8,121X10-03

- Penutupan relatif jenis (RCi) RCi = (Ci/C) X 100 RCi = (8,121X10-03/100) X 100 RCi =8,121X10-03

4.Indeks Nilai Penting (INP)- INP =20X20X 8,121X10-03

INP=3,248

Tebel parameter fisik dan kimia

Suhu 27oC

Salinitas 5 o/oo

pH 6

Page 8: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

JenisJumlah

Pi Pi2 Log2 Pi Pi log2 Pi Hl E C

Anchura substriata

2 0.2 0.04 -4.6438562 -0.92877124

-5.0438562 -2.1905189 0.18

Mudsnail nassa nasidae

2 0.2 0.04 -4.6438562 -0.92877124

Jhanthina umbilicata

2 0.2 0.04 -4.6438562 -0.92877124

Lumacina nulimoides

1 0.1 0.01 -6.6438562 -0.66438562

Pyrgula anmulata 1 0.1 0.01 -6.6438562 -0.66438562

Jhanthina prolongata

2 0.2 0.04 -4.6438562 -0.92877124

Jumlah 10   0.18  

Tabel bentos laut

Jenis Jumlah Pi Pi2 Log2 Pi Pi log2 Pi Hl E C

Scylla cerrata 1 0.07143 0.00510 -7.61471 -0.54391

-3.95021 -1.49683 0.31633

Scylla P 2 0.14286 0.02041 -5.61471 -0.80210

Taebia Thiaridae 7 0.50000 0.25000 -2.00000 -1.00000

Riversnail bitbynia

2 0.14286 0.02041 -5.61471 -0.80210

Faucet snail bitbynia

2 0.14286 0.02041 -5.61471 -0.80210

Jumlah 14   0.31633  

Tabel bentos mangrove

Jenis Jumlah Pi Pi2 Ln Pi Pi x Ln Pi Hl E C

Mysis lateral 1 0.5 0.25 -0.69314718 -0.34657359 -0.69315 -1 0.5

Bleopthalamus 1 0.5 0.25 -0.69314718 -0.34657359      

Jumlah 2   0.5          

Tabel nekton mangrove

Page 9: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

Tabel plankton mangrove

Nama Plankton Jumlah N (Individu/l)

Rhizosolenia spp. 1 918.84Anabaena sp. 1 918.84Cosanodiscus Oculus viridus 1 918.84Lioloma Pasificum 1 918.84Pleurosigma sp. 1 918.84Kentrophoros longisma 3 918.84Pseudo pungens 1 918.84Naufilus zooplankthon 2 918.84Kentrophoros lunguisima 3 918.84Closteriopsis longisima 3 2716.54

IV. PEMBAHASAN

Dari pensgamatan dan pengambilan data mangrove yang kami dapatkan, jenis-jenis mangrove yang ada di daerah pantai Tanjung lesung,jika dilihat dari bentuk akar,batang dan daun yaitu : 1. Ceriops,spp

Deskripsi : mempunyai akar papan dan mempunyai diameter batang 12 - 120 cm pada pohon dan 8-10 pada anakan. Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang berlumpur. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lain telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan yang padat. Jumlah dari Ceriops,spp pada pengukuran 10X10 berjumlah 14 pohon dan pada pengukuran 5X5 sebanyak empat pohon,jumlah paling banyak dari beberapa species lainnya,pada kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis berturut - turut sebesar 0,14 dan 77,777. Pada hasil akhirnya INP (indeks nilai penting) sebesar 160,268, sedangkan pada anakan mempunyai kerapatan jenis dan kerapatan jenis relatif berturut turut sebesar 0,16 dan 16,dan pada INP nya sebesar 32,0282. Avicennia,spp

Deskripsi : mempunyai akar ceker ayam dan mempunyai diameter batang 43 pada pohon dan 10,2 pada anakan. Jumlah dari Avicennia,spp pada pengukuran 10X10 berjumlah 1 pohon,pada kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis berturut - turut sebesar satu dan 5,555. Pada hasil akhirnya INP (indeks nilai penting) sebesar 11,144, sedangkan pada anakan mempunyai kerapatan jenis dan kerapatan jenis relatif berturut turut sebesar ,0,04 dan 20 pada INP nya sebesar 3,2483. Bruguiera,spp

Deskripsi: mempunyai akar lutut dan mempunyai diameter batang 13-20 pada pohon. Jumlah dari Avicennia,spp pada pengukuran 10X10 berjumlah dua pohon,pada kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis berturut - turut sebesar 0,02 dan 11,111. Pada hasil akhirnya INP (indeks nilai penting) sebesar 22,2484. Sonneratia,spp

Deskripsi: mempunyai akar nafas dan mempunyai diameter batang jamak pada pohon. Jumlah dari Avicennia,spp pada pengukuran 10X10 berjumlah satu pohon,pada kerapatan jenis dan kerapatan relatif jenis berturut - turut sebesar 0,001 dan 5,555. Pada hasil akhirnya INP (indeks nilai penting) sebesar 11,144.

Berdasarkan data tabel plankton diatas bahwa jenis plankton yang terbayak adalah jenis Closteriopsis longisima. Hal ini disebabkan oleh

Page 10: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

adanya pasang surut sehingga ekosistem memiliki nutrient yang lebih dari percamuran air darat dan air laut. Nutrien tersebut dibtutuhkan plankton pada umumnya.

Berdasarkan data tabel bentos laut diatas bahwa jenis plankton yang terbanyak ada empat jenis. Sedangkan pada bentos mangrove adalah jenis Taebia Thiaridae. Hal ini disebabkan oleh substrat berupa lumpur halus karena wilayah nya yang berupa hutan bakau dan dekat dengan pesisir sehingga pengairan terjadi terus menerus pada tanah hutan bakau. Perubahan tersebu dapat menyebabkan kelimpahan bentos yang mudah beradaptasi pada subtrat yang halus.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan praktikum yang telah kami lakukan di pantai Tanjung Lesung, kami mendapatkan beberapa jenis mangrove yang telah di teliti dan telah kami lakukan indentifikasi satu per satu, dan dari jenis-jenis mangrove ini masing-masing mempunyai deskripsi dan keistimewaan tersendiri, mangrove banyak terdapat di daerah-daerah pantai maupun rawa yang bersifat basah dan bergenangan air, disitulah mangrove berkembang dan menjadi salah satu factor penyeimbang di alam.jenis - jenis mangrove yang di dapatkan antara lain, Cerops,spp(80%);Brugeira,spp(10%);Avicennia,spp(5%);dan Sonneratia,spp(5%). Dan juga terdapat beberapa biota mangrove yang hidup disana.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Bengen, D.G. 2001. PedomanTeknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

IUCN - The Word ConservationUnion. 1993. Oil and Gas Exploration and Production in Mangrove Areas. IUCN. Gland, Switzerland.

Idawaty. 1999. EvaluasiKesesuaian Lahan dan Perencanaan Lansekap Hutan Mangrove Di Muara Sungai Cisadane, Kecamatan Teluk Naga, Jawa Barat. Tesis Magister. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.

Kaswadji, R. 2001. KeterkaitanEkosistem Di Dalam Wilayah Pesisir. Sebagian bahan kuliah SPL.727 (Analisis Ekosistem Pesisir dan Laut). Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor, Indonesia.

Khazali, M. 1999. PanduanTeknis Penanaman Mangrove Bersama Masyarakat. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia.

Nybakken, J.W. 1992. BiologiLaut Suatu Pendekatan Ekologis. Alih bahasa oleh M. Eidman., Koesoebiono., D.G. Bengen., M. Hutomo., S. Sukardjo. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Santoso, N., H.W. Arifin. 1998.Rehabilitas Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau Di Indonesia. Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove (LPP Mangrove). Jakarta, Indonesia.

Supriharyono.2000.Pelestarian

Page 11: Laporan Praktikum Ekologi Perairan Mangrove)

dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia.

Contoh perhitungan kelimpahan Plankton

NPleurosigma sp= 5OiOp

xVrVo

x1

Vsx

np

= 5 x 4

0,01306x

0,030,0001

x1

100x

15

= 918.84 individu/l