laporan praktikum belerang kelompok praba

31
I. JUDUL Kimia Belerang II. TUJUAN PERCOBAAN Menyelidiki pengaruh suhu terhadap perubahan belerang. Mensintesis gas H 2 S Mensintesis Na 2 S 2 O 3 .5H 2 O Membuktikan asam sulfat pekat sebagai zat pengoksidasi, zat dehidrasi dan katalis. III. DASAR TEORI Belerang atau sulfur merupakan unsur kimia dengan lambang unsur S dan nomor atom 16. Belerang memiliki bentuk non-metal yang tidak berasa, tidak berbau dan multivalent. Di kerak bumi, belerang terdapat sebagai unsurnya, mineral sulfida dan sulfat, gas H 2 S dalam gas alam dan sebagai senyawa belerang organik dalam batubara dan minyak. Belerang dapat ditambang menurut proses Frasch, yaitu campurn air super panas dan uap air 160 0 C dan 16 atm dipompakan ke dalam tanah daerah mineral belerang melalui pipa besar pertama sehingga mengakibatkan belerang mencair. Udara dengan tekanan ~20-25 atm dipompakan melalui pipa kedua yang lebih kecil yang terdapat dalam pipa besar pertama sehingga mengakibatkan belerang cair tertekan ke luar melalui pipa ketiga untuk kemudian dikumpulkan sebagai padatannya. Belerang memiliki sifat alotropi yaitu kemampuan suatu zat untuk terdapat lebih dari satu macam bentuk, dimana sifat 1

Upload: mostxxx

Post on 23-Jan-2016

816 views

Category:

Documents


50 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

I. JUDUL

Kimia Belerang

II. TUJUAN PERCOBAAN

Menyelidiki pengaruh suhu terhadap perubahan belerang.

Mensintesis gas H2S

Mensintesis Na2S2O3.5H2O

Membuktikan asam sulfat pekat sebagai zat pengoksidasi, zat dehidrasi dan katalis.

III.DASAR TEORI

Belerang atau sulfur merupakan unsur kimia dengan lambang unsur S dan nomor

atom 16. Belerang memiliki bentuk non-metal yang tidak berasa, tidak berbau dan

multivalent. Di kerak bumi, belerang terdapat sebagai unsurnya, mineral sulfida dan sulfat,

gas H2S dalam gas alam dan sebagai senyawa belerang organik dalam batubara dan minyak.

Belerang dapat ditambang menurut proses Frasch, yaitu campurn air super panas dan uap air

1600C dan 16 atm dipompakan ke dalam tanah daerah mineral belerang melalui pipa besar

pertama sehingga mengakibatkan belerang mencair. Udara dengan tekanan ~20-25 atm

dipompakan melalui pipa kedua yang lebih kecil yang terdapat dalam pipa besar pertama

sehingga mengakibatkan belerang cair tertekan ke luar melalui pipa ketiga untuk kemudian

dikumpulkan sebagai padatannya.

Belerang memiliki sifat alotropi yaitu kemampuan suatu zat untuk terdapat lebih dari

satu macam bentuk, dimana sifat fisika dari bentuk alotrop suatu unsur itu sama, namun sifat

kimianya berbeda. Hubungan dari berbagai bentuk alotrop belerang adalah sebagai berikut.

Belerang rombik atau belerang-α terdiri dari molekul S8. Belerang rombik ini larut dalam

alkohol, eter dan karbon disulfida, dan hasil penguapan perlahan-lahan dari larutan belerang

1

S rombik

960C

S monoklin

1200C

S mobil

1200C4450C

S viscous

4450C

S gas

S platis(dibawah 960C)

Page 2: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

dalam pelarut-pelarut ini menghasilkan kristal oktahedral. Adapun belerang monoklin atau

belerang-β, mengkristal dari leburan belerang di atas suhu 95,60C dan berbentuk jarum-jarum

prisma. Jika belerang dipanaskan secara perlahan dalam tabung reaksi, akan meleleh menjadi

cairan kuning yang terdiri dari molekul S8. Titik leleh belerang-α adalah 113oC dan titik leleh

belerang-β adalah 119oC, dan suhu transisi kedua modifikasi adalah 95,6oC dan titik leleh

yang diamati bergantung pada kecepatan pemanasan. Apabila suhu dinaikkan, warna menjadi

semakin gelap dan cairan menjadi kental karena cincin S8 mulai putus dan membentuk rantai.

Kekentalan bertambah sampai mencapai maksimum pada suhu 200oC ketika cairan menjadi

hitam. Jika suhu terus dinaikkan kekentalan berkurang sampai pada titik didih 444,6oC. Uap

belerang terdiri dari S6, S4 dan S2. Apabila cairan belerang yang mendidih dituangkan ke

dalam air dingin, akan diperoleh belerang plastis atau disebut juga belerang-γ, yang

berbentuk rantai spiral. Jika didiamkan bentuk rantai akan berubah menjadi belerang rombik

bercincin S8.

Hidrogen sulfida (H2S) merupakan contoh senyawa belerang dalam bentuk gas yang

tidak berwarna, berbau seperti telur busuk dan sangat bersifat racun. Gas ini mudah terbakar

dalam udara dengan nyala biru dan larutannya bersifat asam lemah. H2S sedikit larut dalam

air dan larutannya menjadi keruh karena oksidasi H2S oleh oksigen menghasilkan belerang.

Gas ini diproduksi secara alamiah oleh bakteri anaerob, misalnya pada proses pembusukan.

Sintesis gas H2S di laboratorium dapat dilakukan dengan mereaksikan pyrit (FeS) dengan

asam klorida berlebih.

FeS(s) + 2HCl(aq) FeCl2(aq) + H2S(g)

Reaksi uji terhadap gas H2S biasanya dapat dilakukan dengan menggunakan kertas yang

dibasahi larutan timbal (II) asetat yang akan menghasilkan warna cokelat hitam (PbS).

Pb(CH3COO)2(aq) + H2S(g) PbS(s) + CH3COOH(aq)

Gas H2S dapat diadsorpsi dengan larutan soda kaustik.

H2S(g) + NaOH(aq) Na2S(aq) + 2H2O(l)

Natrium tiosulfat (Na2S2O3) merupakan contoh lain senyawa belerang. Natrium

tiosulfat pentahidrat dapat dipreparasi dengan mudah dengan mendidihkan belerang dalam

larutan sulfit.

SO32-

(aq) + S(s) S2O32-

(aq)

Ion tiosulfat tidak stabil oleh pemanasan, mengalami disproporsionasi menjadi tiga spesies

dengan tingkat oksidasi belerang yang berbeda-beda yaitu sulfat, sulfida dan belerang.

4NaS2O3(aq) 3Na2SO4(aq) + Na2S(aq) + 4S(s)

2

Page 3: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

Tiosulfat bereaksi dengan asam membentuk endapan kuning belerang dan gas belerang

dioksida.

S2O32-

(aq) + 2H3O+(aq) H2S2O3(aq) + 2H2O(l)

H2S2O3(aq) H2O(l) + S(s) + SO2(g)

Pengujian terhadap senyawa kimia dalam bentuk padatan kristal salah satunya dapat

dilakukan dengan uji IR. Berikut adalah grafik uji IR terhadap senyawa natrium tiosulfat.

(16 baris : gambar)

Asam sulfat (H2SO4) dapat dibuat dengan proses kamar timbal dan proses kontak. Asam

sulfat merupakan mineral (anorganik) yang kuat dan larut dalam air pada semua

perbandingan. Adapun beberapa sifat asam sulfat antara lain adalah sebagai berikut.

a. Sebagai zat pengoksidasi.

Asam sulfat dapat mengoksidasi tembaga, karbon dan belerang.

Cu(s) + 2H2SO4(aq) → CuSO4(s) + 2H2O(l) + SO2(g)

Pada reaksi tersebut, asam sulfat direduksi menjadi belerang dioksida.

b. Sebagai zat dehidrasi

Zat dehidrasi yaitu zat yang dapat menghilangkan air dari senyawa.

CuSO4. 5H2O(s) CuSO4(s) + 5H2O( )

c. Sebagai katalis dalam pembentukan ester

CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3COOC2H2(aq) + H2O(l)

IV. ALAT DAN BAHAN

4.1 Alat

No. Nama Alat Ukuran Jumlah Keterangan 1. Pemanas / heater - 1 buah Untuk memanaskan zat2. Penjepit kayu - 1 buah Untuk menjepit tabung reaksi

3

H2SO4

(1)

H2SO4

(1)

Page 4: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

3. Tabung reaksi - 5 buah Untuk mereaksikan zat4. Rak tabung reaksi - 1 buah Untuk menempatkan tabung reaksi5. Cawan penguap - 1 buah Untuk menguapkan larutan6. Batang pengaduk - 1 buah Untuk mengaduk dan

mendekantasi7. Kaca Arloji - 1 buah Untuk wadah zat8. Gelas kimia 50 dan

250 mL2 buah Untuk wadah larutan dan untuk

memanaskan9. Spatula - 2 buah Untuk mengambil zat padat10. Gelas ukur 10 dan 25

mL2 buah Untuk mengukur volume larutan

11. Kertas saring - Secukupnya Untuk menyaring dan menguji adanya gas

12. Corong - 1 buah Untuk menuangkan larutan13. Pipet tetes - 2 buah Untuk meneteskan larutan14. Statif dan klem - 1 buah Untuk menyangga alat15. Labu Erlenmeyer 100 dan

150 mL2 buah Untuk wadah larutan

16. Pipa plastik - Secukupnya Untuk mengalirkan gas17. Penyekat - Secukupnya Untuk menyekat atau menyumbat18. Lumpang dan alu - 1 buah Untuk menggerus padatan19. Labu leher dua - 1 buah Untuk wadah larutan dalam

sintesis gas H2S20. Magnetic Stirrer - 1 buah Untuk mengaduk zat21. Neraca analitik - 1 buah Untuk menimbang zat22. Lemari pendingin - 1 buah Untuk mendinginkan zat23. Labu ukur 100 mL 1 buah Untuk membuat larutan24. Termometer - 1 buah Untuk mengukur temperatur

3.2 Bahan

No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah Keterangan

1 Belerang - Secukupnya Serbuk berwarna kuning.

2 CS2 - 5 mL Larutan bening tidak berwarna.

3 FeS - 1,5 gram Padatan berwarna hitam.

4 HCl Pekat 20 Ml Larutan bening tak berwarna.

5 Pb(CH3COO)2 - Secukupnya Kristal berwarna putih, Larutan

berwarna putih keruh

6 Tembaga - Secukupnya Padatan cokelat keemasan.

7 H2SO4 Pekat Secukupnya Larutan bening tak berwarna.

8 Gula pasir - Secukupnya Padatan kristal berwarna bening

9 CH3COOH - 2 Ml Larutan bening tak berwarna,

berbau

4

Page 5: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

10 C2H5OH - 2 Ml Larutan bening tak berwarna

11 NaOH 10% Secukupnya Larutan bening tak berwarna.

12 Aquades - Secukupnya Larutan bening tak berwarna

13 K2Cr2O7 1 M Secukupnya Larutan berwarna merah jingga

kekuningan

14 Na2SO3 - 6,2 gram Padatan berwarna putih.

15 Detergen - Secukupnya Padatan berwarna putih.

16 Vaseline - Secukupnya Gel putih berminyak

5

Page 6: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

CS2

V. HASIL PENGAMATAN

a. Modifikasi Belerang

No Prosedur Kerja Ciri-ciri & Bahaya Reaktan-Produk

Persamaan Reaksi Hasil Pengamatan

1 Sebanyak 0,5 gram serbuk belerang dilarutkan dalam 5 mL CS2. Kemudian larutan tersebut dituangkan ke dalam kaca arloji dan ditutup dengan kertas saring, tetapi sebagian kecil permukaan dibiarkan terbuka hingga CS2 menguap.Larutan ini diuapkan dalam ruang asam. Perhatikan kristal yang terbentuk.

Belerang : serbuk berwarna kuning, bersifat racun, dapat mengganggu pernapasan.

CS2 : larutan bening tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, beracun, dapat mengganggu pernapasan.

S-α : berupa kristal oktahedral

S(s) S-α(s)

S(s) → S-β(s)

Ketika belerang dilarutkan

dalam CS2 menghasilkan

larutan yang tidak

berwarna. Setelah

dilakukan penguapan

CS2, terbentuk kristal

berwarna kuning, yang

menyebar di permukaan

kaca aloji.

(Gambar)

2 Serbuk belerang (1 sendok) dilebur dalam cawan penguap kemudian dipanaskan perlahan jangan sampai belerang cair berwarna coklat. Setelah semua belerang melebur, pemanasan dihentikan dan dibiarkan membeku.

S-β : kristal berbentuk jarum-jarum prisma.

Setelah serbuk belerang dipanaskan hingga meleleh (kuing kecoklatan), kemudian didiamkan, terbentuk kristal kuning dengan garis-garis kristal menyerupai jarum.

6

∆(95,60C)

Page 7: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

Perhatikan garis-garis kristal yang terbentuk.

(Gambar)

7

Page 8: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

8

Page 9: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

3. Serbuk belerang dipanaskan perlahan-lahan dalam tabung reaksi sambil digoyang-goyang. Dengan cermat amati warna viskositas belerang sejak meleleh sampai mendidih.

Sviscous : cairan yang kental berwarna hitam.

S(s) → S viscous Ketika belerang dipanaskan, seiring meningkatnya temperatur, tingkat kekentalan semakin mengingkat. Namun, saat kekentalan maksimum dan terus dilakukan pemanasan, tingkat kekentalan semakin berkurang dan menjadi mendidih.

Warna belerang ketika meleleh adalah kuning. Saat kekentalan maksimum, warna belerang berubah menjadi cokelat gelap.

(Gambar)

4. Belerang yang baru saja mendidih dituangkan ke dalam gelas kimia yang berisi air

S-γ : berbentuk spiral S viscous S-γ(s) Ketika belerang yang mendidih dimasukkan ke dalam air, terbentuk butiran-butiran kenyal dan selang beberapa waktu berubah menjadi keras.

(Gambar)

9

di bawah 960C

(2000C)

S-α(s)

Page 10: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

b. Sintesis gas H2S

No Prosedur Kerja Ciri-ciri & Bahaya Reaktan-Produk

Persamaan Reaksi Hasil Pengamatan

1 Membuat rangkaian alat menggunakan labu leher dua dan dua labu Erlenmeyer. Kemudian menghubungkannya dengan selang dan penyekat. Menutup tiap sambungan yang kedap udara menggunakan vaselin dan kertas saring yang di basahi dengan larutan Pb-Asetat.

Timbal asetat : larutan berwarna …. , beracun jika tertelan

Vaselin : gel putih berminyak

Rangkaian alat sintesis gas H2S

(Gambar)

10

Page 11: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

FeS(s) + HCl(aq) → H2S(g) + FeCl2(aq)

H2S(g) + 2 NaOH(aq) Na2S(aq) + 2 H2O(l)

H2S(g) + Pb(CH3COO)2(aq) PbS(s)

+ 2 CH3COOH(aq)

2 Menaruh 1,5 gram FeS dalam labu leher dua, kemudian menuangkan HCl pekat sebanyak 20 mL ke dalamnya yang berisi FeS. Larutan NaOH 10% sebanyak 50 mL dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Prosedur ini dilakukan dalam ruang asam untuk menghindari bahaya dari produk dihasilkan.

FeS : padatan berwarna hitam, beracun, dapat mengganggu pernapasan jika terhirup langsung.

HCl : larutan bening tak berwarna, bersifat korosif, dapat menyebabkan luka bakar, beracun

NaOH : larutan bening tidak berwarna, dapat menyebabkan iritasi

H2S : gas yang sangat beracun, berbau seperti telur busuk, jika terhirup akan menyebabkan gangguan pernapasan.

FeCl2 : larutan

Na2S :

PbS : padatan berwarna hitam

Setelah HCl pekat dituangkan ke dalam labu leher dua yang berisi FeS, dan diikuti dengan pemanasan, terbentuk gas H2S. Gas H2S diidentifikasi dengan mengalirkan gas tersebut menuju labu Erlenmeyer yang telah berisi larutan NaOH, sehingga terjadi perubahan warna larutan NaOH dari bening tidak berwarna menjadi cokelat kekuningan.

11

Page 12: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

Kebocoran gas H2S yang tidak diharapkan dapat ditandai dengan terbentuknya bercak hitam (PbS) pada kertas saring yang dibasahi timbal (II) asetat, dan apabila ditemukannya kebocoran gas dapat ditangani dengan mengoleskan vaselin pada daerah sambungan yang bocor.

c. Preparasi Na2S2O3.5H2O

No Prosedur Kerja Ciri-ciri & Bahaya Reaktan-Produk

Persamaan Reaksi Hasil Pengamatan

1. Sebanyak 6,2 gram padatan Na2SO3

dan 3,2 gram belerang dicampur dan

ditumbuk sampai halus. Serbuk halus

tersebut ditaruh dalam labu Erlenmeyer

150 mL.

Na2SO3 : padatan putih, dapat

mengiritasi mata, kulit dan

mengganggu sistem

pernapasan.

Belerang : serbuk kuning,

dapat mengganggu sistem

pernapasan.

Ketika Na2SO3 dan

belerang dicampur dan

ditumbuk sampai halus,

didapatkan campuran

serbuk berwarna kuning

muda.

(Gambar)

12

Page 13: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

2. Campuran tersebut dituangi 40 mL

aquades dan 1 tetes detergen.

Detergen : padatan putih,

berfungsi sebagai emulgator

untuk menurunkan tegangan

permukaan campuran

Na2SO3(s) Na2SO3(aq)

S(s)

Setelah dituangi 40 mL

aquades dan 1 tetes

detergen, campuran

tersebut belum larut

secara sempurna dan

warna larutan tidak

berubah (kuning muda).

(Gambar)

3. Labu Erlenmeyer kemudiaan diisi batu

pengaduk magnetik dan ditutup dengan

kaca arloji, kemudian dipanaskan di

atas pemanas magnetik pada suhu 80-

900C selama 2-3 jam.

Na2S2O3 : larutan kuning

muda, beracun

Na2SO4 : larutan ….

Na2S : larutan …

Na2SO3(aq) + S(s) Na2S2O3(aq)

4Na2S2O3(aq) 3Na2SO4(aq) +

Na2S(aq) + 4S(s)

Campuran dipanaskan

selama 2 jam 35 menit.

(Gambar)

4. Hasil larutan tersebut kemudian

disaring dalam keadaan panas.

Filtrat yang dihasilkan

berupa larutan bening

tidak berwarna sebanyak

34 mL, sedangkan residu

yang dihasilkan berwarna

kuning.

13

H2O

H2O

Page 14: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

(Gambar)

5. Belerang sisa hasil saringan

dikeringkan di udara dan ditimbang.

Belerang sisa hasil

saringan terbentuk

sebanyak 2,07 gram.

(Gambar)

6. Filtrat dipanaskan hingga volume

menjadi setengahnya lalu didinginkan

di kulkas sampai terbentuk kristal

bening.

Setelah dipanaskan,

volume filtrat menjadi 17

mL, dan kemudian

disimpan dalam kulkas.

(Gambar)

7. Kristal yang terbentuk diambil dengan

menyaringnya. Kristal yang menempel

pada kertas saring diangin-anginkan

kemudian diambil dan ditimbang.

Na2S2O3(aq) + 5H2O(l)

Na2S2O3.5H2O(s)

Setelah seminggu

diletakkan dalam

kulkas/kamar asam untuk

diuapkan, terbentuk

padatan putih yang

diperoleh sebanyak ….

gram.

14

Page 15: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

(Gambar)

d. Sifat-Sifat Asam Sulfat

No Prosedur Kerja Ciri-ciri & Bahaya Reaktan-Produk

Persamaan Reaksi Hasil Pengamatan

1 Sekeping tembaga direaksikan dengan dengan 1 mL H2SO4 pekat, kemudian dipanaskan dalam penangas air. Lakukan prosedur tersebut pada ruang asam.

Tembaga : padatan berwarna cokelat keemasan, sangat beracun.

H2SO4 : larutan bening tidak berwarna, bersifat korosif,dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar.

CuSO4 : larutan berwarna biru, bersifat toksik.

SO2 : gas tidak berwarna yang bersifat sangat beracun, dapat mengganggun system pernapasan

Cu(s) + 2H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + SO2(g) + 2H2O(l)

Setelah tembaga direaksikan dengan asam sulfat pekat dan dipanaskan, terbentuk larutan berwarna biru gelap.

(Gambar)

2 Kertas saring dibasahi dengan larutan K2Cr2O7 yang diasamkan, kemudian diletakkan di mulut tabung reaksi (percobaan I).

K2Cr2O7 : larutan berwarna merah jingga kekuningan, larut dalam air dan beracun

Cr2O72-

(aq) + 3SO2(g) + 2H+(aq) →

2Cr3+(aq) + 3SO4

2-(aq) + H2O(l)

Kertas saring yang telah dibasahi K2Cr2O7

(berwarna kuning), setelah diletakkan pada mulut tabung reaksi kertas tersebut berubah warna menjadi biru kehijauan.

15

Page 16: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

(Gambar)3 Gula dimasukkan ke dalam tabung

reaksi, kemudian ditambahkan beberapa tetes asam sulfat pekat

Gula : Kristal padat berwarna putih

Karbon : padatan berwarna hitam

C12H22O11(s) + H2SO4(aq) → 12C(s) + H2SO4(aq) + 11H2O(l)

Penambahan beberapa tetes asam sulfat pekat pada gula menghasilkan endapan berwarna hitam.

(Gambar)

4 Sebanyak 2 mL asam asetat dan 2 mL alkohol dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat dan dipanaskan dalam penangas air panas.

CH3COOH: Larutan bening tidak berwarna, berbau menyengat.

C2H5OH: Larutan bening tidak berwarna, mudah menguap

CH3COOC2H5 : Larutan berwarna kuning orange, berbau buah

CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) +

→ CH3COOC2H5(aq) + H2O(l)

Penambahan H2SO4 pada salah satu tabung reaksi yang telah berisi campuran asam asetat dan alkohol, menyebabkan pembentukan produk berlangsung lebih cepat. Pada campuran yang ditambahkan asam sulfat pekat, terbentuk larutan dua fase sedangkan pada campuran yang tidak ditambahkan asam sulfat pekat tidak terbentuk. Bau buah-buahan yang timbul lebih cepat terbentuk pada campuran yang ditambahkan asam sulfat

16

H2SO4(aq)

Page 17: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

pekat.

(Gambar)

VI. PEMBAHASAN

a. Modifikasi Belerang

Dalam percobaan modifikasi belerang dilakukan beberapa tahap pengujian. Tahap pengujian yang pertama yaitu pembentukan

kristal dari campuran belerang dengan CS2. Dari hasil pelarutan tersebut diperoleh larutan berwarna kuning pudar. Beberapa menit

kemudian setelah larutan tersebut ditutup dalam kaca arloji dengan menggunakan kertas saring, terbentuk kristal belerang rombik

berwarna kuning yang merupakan kristal oktahedral yang tersebar pada permukaan kaca arloji. Reaksi yang terjadi adalah sebagai

berikut:

S (s) S (aq) S (rombik)

Tahap pengujian kedua yaitu pembentukan kristal dari lelehan belerang yang kemudian dibiarkan sehingga membeku. Pengujian

ini diawali dengan memanaskan serbuk belerang secara perlahan-lahan. Hasil dari pemanasan serbuk belerang tersebut menghasilkan

cairan berwarna kuning kecoklatan. Setelah cairan tersebut didiamkan, terbentuk kristal berwarna kuning dan terbentuk garis-garis kristal

seperti jarum. Kristal yang terbentuk adalah belerang monoklin yang diperoleh setelah melalui pemanasan serbuk belerang. Hal ini

17

CS2

CS2

95,6o C

Page 18: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

menunjukkan bahwa belerang rombik atau disebut juga belerang-α telah berubah wujud menjadi belerang monoklin yang disebut juga

belerang-β pada suhu sekitar 95,6o C. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

S-α S-β

Pada tahap pengujian ketiga yaitu mengamati warna dan viskositas belerang sejak meleleh sampai mendidih. Setelah dipanaskan,

serbuk belerang mencair menghasilkan warna kuning kecoklatan serta semakin mengental. Pada tahap ini telah terbentuk belerang

viscous. Belerang yang mengental disebabkan karena cincin S8 mulai putus dan membentuk rantai dengan adanya pemanasan.

Selanjutnya ketika terus dilakukan pemanasan, warna belerang semakin coklat hingga berubah menjadi coklat gelap dan larutan pun

mulai mendidih. Pemanasan yang terus dilakukan telah menyebabkan kekentalan belerang terus bertambah hingga mencapai suhu

maksimum pada 200o C ketika cairan menjadi hitam. Pada saat suhu terus dinaikkan kekentalan belerang akan berkurang sampai pada

titik didih 444,6o C.

Pada percobaan yang terakhir hasil pemanasan belerang yang telah mendidih tersebut dimasukkan kedalam air dingin dan

menghasilkan padatan berwarna coklat yang kenyal. Kemudian setelah beberapa menit padatan tersebut mulai mengeras. Hal ini terjadi

karena adanya perubahan suhu yang drastis. Pada saat cairan belerang yang mendidih dituangkan ke dalam air, akan diperoleh belerang

plastis yang terdiri dari molekul seperti rantai dan mempunyai kualitas seperti karet ketika awal terbentuk. Tetapi selanjutnya ketika

didiamkan bentuk rantai akan berubah menjadi belerang rombik bercincin S8.

b. Sintesis Gas H2S

c. Sifat Asam Sulfat Pekat

Pada percobaan ini dilakukan analisis terhadap sifat-sifat dari larutan asam sulfat pekat. Adapun pengujian sifat asam sulfat pekat ini

dilakukan dengan mereaksikan larutan asam sulfat pekat dengan sekeping logam tembaga (Cu) dalam tabung reaksi dan dipanaskan (tidak

sampai mendidih). Pemanasan yang dilakukan terhadap larutan tersebut menyebabkan munculnya gelembung-gelembung gas dan perlahan

warna larutan yang semula berwarna bening menjadi coklat kehitaman serta tembaga dalam larutan tersebut mulai melarut . Berdasarkan teori,

18

Page 19: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

seharusnya saat sekeping tembaga (Cu) direaksikan dengan H2SO4 pekat menghasilkan larutan tembaga sulfat (CuSO4) yang berwarna biru

muda. Persamaan reaksinya sebagai berikut:

Cu(s) + 2H2SO4(aq) → CuSO4(s) + 2H2O(l) + SO2(g)

Berdasarkan reaksi di atas H2SO4 akan mengoksidasi tembaga sehingga menghasilkan CuSO4 yang berwarna biru muda. Namun pada

percobaan ini, hasil pelarutan tembaga dalam asam sulfat pekat diperoleh larutan berwarna coklat hitam. Adanya perbedaan warna larutan yang

dihasilkan pada saat percobaan dengan warna larutan berdasarkan teori adalah diperkirakan bahwa telah terkontaminasinya tembaga (Cu) oleh

oksigen yang terdapat di udara, sehingga warna larutan yang seharusnya biru muda menjadi coklat kehitaman karena terdapatnya kandungan

CuO dalam larutan tersebut.

Selanjutnya untuk mengetahui adanya gas SO2 yang terbentuk pada reaksi tersebut, digunakan kertas saring yang telah dibasahi dengan

larutan K2Cr2O7 yang telah diasamkan dengan larutan HCl yang diletakkan pada mulut tabung reaksi. Berdasarkan hal tersebut dihasilkan warna

kuning pada kertas saring. Selanjutnya setelah kertas saring tersebut diletakkan pada mulut tabung reaksi, terjadi perubahan warna kertas saring

dari kuning menjadi biru kehijauan. Adapun warna biru kehijauan yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa telah terbentuknya ion Cr+3 hasil

dari reaksi antara gas SO2 dalam larutan tersebut dengan ion Cr2O7 yang terdapat pada kertas saring. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai

berikut:

3SO2(g) + Cr2O72-

(aq) 2Cr3+(aq) + 3SO4

2-(aq) + H2O(l)

Percobaan selanjutnya adalah untuk menguji sifat asam sulfat pekat sebagai zat dehidrasi, yaitu mereaksikan gula dengan H2SO4 pekat.

Gula yang digunakan dalam percobaan ini adalah sukrosa yang berbentuk kristal berwarna putih. Penambahan beberapa tetes H2SO4 pekat

(bening tidak berwarna) pada sukrosa yang terdapat dalam tabung reaksi menghasilkan larutan berwarna hitam. Warna hitam yang dihasilkan

menunjukkan bahwa terbentuk karbon dalam reaksi tersebut. Sementara itu unsur-unsur hidrogen dan oksigen yang terdapat dalam sukrosa

dipisahkan dari karbon menjadi H2O. Persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut:

C12H22O11(s) 12C(s) + 11H2O(l)

19

H2SO4

(biru kehijauan)

Page 20: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

Berdasarkan percobaan tersebut, dapat diamati bahwa asam sulfat memiliki kemampuan untuk melenyapkan komponen air dari struktur

formula suatu senyawa atau disebut juga bersifat sebagai dehidrator, sehingga gula dapat diubah menjadi karbon dan air melalui reaksi eksoterm.

Selanjutnya H2SO4 juga berperan sebagai katalis dalam pembentukan ester (esterifikasi). Pada proses ini, H2SO4 berperan sebagai katalis

untuk mempercepat berlangsungnya reaksi esterifikasi. Dalam percobaan yang dilakukan, direaksikan asam asetat (bening tidak berwarna) dan

etanol (bening tidak berwarna) serta ditambahkan H2SO4 pekat (bening tidak berwarna). Larutan tersebut kemudian dipanaskan selama beberapa

menit. Dari pemanasan tersebut dapat tercium aroma khas yang keluar dari larutan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam larutan tersebut

telah terbentuk ester yaitu etil-etanoat (dietilester). Berdasarkan percobaan tersebut dapat dibuktikan bahwa H2SO4 berfungsi sebagai katalis yang

dapat mempercepat terjadinya reaksi esterifikasi. Persamaan reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol adalah sebagai berikut:

CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) CH3CO

O C2H5(aq)

+ H2O(l)H2SO4

as. asetat etanol etil-etanoat (dietilester)

VII. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.

1. Beberap pengaruh perubahan suhu terhadap modifikasi belerang, yaitu:

-Belerang dapat larut dalam CS2 dan ketika larutan tersebut diuapkan dapat membentuk kristal belerang-α.

-Leburan belerang dapat mengkristal membentuk β-belerang yang berupa jarum-jarum.

-Hasil pemanasan belerang menunjukan perubahan warna serta kekentalan karena adanya perubahan struktur dalam molekul belerang.

-Cairan belerang yang telah mendidih jika dituangkan ke dalam air dapat membentuk belerang plastis.

2. Gas hidrogen sulfida (H2S) dapat dihasilkan dengan mereaksikan pyrit (FeS) dan HCl pekat yang kemudian dapat identifikasi dengan

menggunakan kertas yang dibasahi dengan Pb-asetat sehingga menghasilkan warna hitam PbS pada kertas.

3. Asam sulfat terbukti memiliki sifat sebagai zat pengoksidasi, zat dehidrasi, sebagai katalis dalam proses esterifikasi.

20

Page 21: Laporan Praktikum Belerang Kelompok Praba

VIII.DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia. 1990. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Bandung : Jurusan Kimia FMIPA ITB

Karyase,Wayan.2011. Buku Ajar Praktikum Anorganik Berwawasan Lingkungan. Singaraj : Undiksha Press

Manimpan Siregar, Ida Bagus Nyoman Sudria. 2000. Buku Ajar Kimia Anorganik I. Singaraja: STKIP Singaraja

Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI Press

21