laporan perekonomian kalsel ebook dapat diunduh di
TRANSCRIPT
AGUSTUS2021
LaporanPerekonomianProvinsi Kalimantan Selatan
Lapo
ran P
erekon
om
ian P
rovinsi K
aliman
tan Selatan
- AG
UST
US 2
02
1
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Jl. Lambung Mangkurat No. 15Banjarmasin 70111Telp. (0511) 4368182, Fax (0511) 3354678
Ebook dapat diunduh di:http://bit.ly/LPP-Kalselatau pindai kode di samping dengan aplikasi QR atau barcode scanner
Laporan Perekonomian Kalsel
Laporan PerekonomianProvinsi Kalimantan Selatan
Agustus 2021
II LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Visi Bank Indonesia
Nilai-nilai StrategisOrganisasi Bank Indonesia
Misi Bank Indonesia
Menjadi Bank Sentral Digital Terdepan yang Berkontribusi Nyata Terhadap Perekonomian Nasional dan Terbaik di antara Negara Emerging Markets untuk Indonesia Maju
1. Kejujuran dan integritas (trust and integrity);
2. Profesionalisme (professionalism);
3. Keunggulan (excellence);
4. Mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan
5. Koordinasi dan kerja sama tim (coordination and teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama (religi).
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.
5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat daerah.
7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan kelembagaan melalui penguatan organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan system informasi yang handal, serta peran internasional yang proaktif.
Visi, Misi, & Nilai-nilai Strategis
IIILAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Visi Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan Selatan
Misi Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan Selatan
Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang kredibel dalam mendukung kebijakan Bank Indonesia dan berkontribusi secara nyata bagi pembangunan ekonomi daerah dan nasional.
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai Rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
Visi & Misi
Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan Selatan
IV LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat-Nya Kantor Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan dapat mempublikasikan Laporan Perekonomian
Provinsi (LPP) Kalimantan Selatan Triwulan II 2021, sebagai perwujudan dari komitmen kami untuk
memperkuat akuntabilitas dan transparansi Bank Indonesia di daerah, sebagaimana diamanatkan oleh
UU Bank Indonesia. LPP dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia Provinsi setelah Rapat
Dewan Gubernur (RDG) yang membahas Ekonomi dan Keuangan Daerah pada bulan Februari, April,
Juli, dan Oktober.
Laporan ini memiliki tiga fungsi utama, yaitu: (i) merupakan pandangan Bank Indonesia Provinsi
Kalimantan Selatan terhadap dinamika perekonomian di Kalimantan Selatan; (ii) menyajikan
informasi terkini mengenai kondisi makroekonomi, keuangan pemerintah daerah (Pemda), stabilitas
sistem keuangan, inflasi, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek
perekonomian Kalimantan Selatan ke depan untuk mendukung pembentukan ekspektasi masyarakat
yang menjadi pertimbangan penting dalam perumusan berbagai kebijakan di Bank Indonesia;
(iii) sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia di
Kalimantan Selatan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai
pertimbangan yang melandasi keputusan kebijakan moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran
yang ditempuh Bank Indonesia; dan (iv) menjadi referensi penting bagi seluruh stakeholders dalam
melakukan perumusan kebijakan dan keputusan ekonominya.
Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan terus mengalami perbaikan, dan bahkan tumbuh positif
pada triwulan II 2021, setelah pada empat triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan.
Pada triwulan II 2021, perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tumbuh 4,40% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi 1,25% (yoy). Dari sisi penawaran, perbaikan antara
lain didorong oleh peningkatan Lapangan Usaha (LU) Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan,
Konstruksi, dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR). Dari sisi permintaan, ekonomi didorong oleh
seluruh komponen, baik konsumsi rumah tangga (RT), konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.
Untuk keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan diprakirakan
lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Perekonomian tersebut terutama ditopang oleh perbaikan
ekonomi global dan domestik yang berlangsung secara gradual, seiring berlanjutnya program
vaksinasi COVID-19. Selain itu, Implementasi Undang-Undang Cipta Kerja diperkirakan mendukung
kemudahan berusaha, sehingga mendorong kinerja investasi kedepan. Dari sisi LU, perbaikan
perekonomian global dan domestik diprakirakan akan mendorong kinerja beberapa LU utama
sepanjang 2021.
Inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 tercatat rendah sebesar 2,19% (yoy), meski
meningkat dibanding triwulan I 2021 (2,02%, yoy). Perkembangan inflasi pada triwulan II 2021
terutama didorong inflasi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau, kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran. Pada triwulan
VLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kata Pengantar
Banjarmasin, Agustus 2021KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Amanlison SembiringDirektur Eksekutif
III 2021, inflasi Kalimantan Selatan diperkirakan lebih tinggi dari triwulan II 2021 dipengaruhi oleh
pasokan komoditas hortikultura yang berkurang, terutama aneka cabai, seiring periode panen raya
yang telah berlalu. Disamping itu, meskipun pasokan terpantau mencukupi dan distribusi berjalan
lancar, terdapat potensi kenaikan harga karena adanya tambahan biaya pengiriman/transportasi
antara lain akibat kewajiban tes Polymerase Chain Reaction (PCR) kepada supir dan kernet untuk
perjalanan antarkota selama periode Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Untuk
keseluruhan tahun 2021, inflasi diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2020, namun masih berada
dalam rentang sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy). Peningkatan inflasi terutama didorong prakiraan
kondisi ekonomi yang semakin membaik didukung program vaksinasi yang terus berlanjut serta
kenaikan harga komoditas internasional dan perbaikan daya beli masyarakat.
Selanjutnya, kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam
penyusunan laporan ini. Kami berharap hubungan kemitraan strategis yang terjalin baik selama
ini dapat terus dan bahkan lebih ditingkatkan di masa yang akan datang. Kami juga senantiasa
mengharapkan kritikan, masukan dan saran dalam rangka peningkatan kualitas laporan ini, sehingga
dapat lebih bermanfaat bagi masyarakat secara luas.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan kelancaran dan kesuksesan kepada kita
semua dalam upaya mengembangkan ekonomi Kalimantan Selatan guna mewujudkan kesejahteraan
masyarakat menuju Indonesia maju.
VI LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Visi, Misi, & Nilai Strategis II
Visi dan Misi KPw Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan III
Kata Pengantar IV
Daftar Isi VI
Daftar Grafik VIII
Daftar Tabel X
Cakupan Pembahasan XII
Infografik Perekonomian XIII
Tabel Indikator XIV
Ringkasan Eksekutif XVII
Lampiran 73
Daftar Istilah 75
Tim Penyusun 77
1.1 Sisi Penawaran: Sektor Utama Ekonomi 4
1.1.1 LU Pertanian 5
1.1.2 LU Pertambangan 6
1.1.3 LU Industri Pengolahan 6
1.1.4 LU Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) 7
1.2 Sisi Permintaan 8
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga (RT) 8
1.2.2 Konsumsi Pemerintah 9
1.2.3 Investasi (Pembentukan Modal TetapBruto/PMTB) 10
1.2.4 Ekspor 11
1.2.5 Impor 12
BOKS 1 Mendorong Pengembangan Hilirisasi Batubara Dalam Mendukung Transformasi Struktural Kalimantan Selatan 13
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
Bab I 1
Daftar Isi
2.1 Realisasi Pendapatan Daerah 19
2.2 Realisasi Belanja Daerah 21
Keuangan PemerintahBab II 17
3.1 Perkembangan Inflasi 27
3.2 Inflasi Triwulan (QTQ) 28
3.3 Inflasi Tahunan (YOY) 29
3.4 Arah Perkembangan Inflasi Triwulan III 2021 31
3.5 Pengendalian Inflasi Daerah 33
BOKS 2 Menjaga Kelancaran Distribusi dan Kecukupan Pasokan Ditengah Penerapan PPKM Level 4
35
Perkembangan Inflasi DaerahBab III 25
VIILAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
5.1 Perkembangan Transaksi Melalui RTGS, SKN, dan APMK 55
5.2 Elektronifikasi Transaksi Keuangan 56
5.3 Pengelolaan Uang Rupiah 57
5.3.1 Aliran Uang Kartal 57
5.3.2 Kegiatan Layanan Sistem Pembayaran 58
Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan PengelolaanUang Rupiah
Bab V 53
4.1 Pembiayaan Daerah 41
4.1.1 Pembiayaan Rumah Tangga 41
4.1.2 Pembiayaan Korporasi 43
4.1.3 Total Aset dan Intermediasi Perbankan 46
4.2 Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM 49
4.2.1 Rasio Kredit UMKM 49
4.2.2 Penyaluran Kredit UMKM 49
4.2.3 Peningkatan Akses Keuangan UMKM 50
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Bab IV 39
6.1 Ketenagakerjaan 61
6.2 Kesejahteraan 63
6.2.1 Daya Beli Masyarakat 63
6.2.2 Nilai Tukar Petani 63
6.2.3 Indeks Pembangunan Manusia 65
Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan
Bab VI 59
7.1 Prakiraan Kondisi Makro Ekonomi 69
7.2 Prakiraan Inflasi 70
Prospek PerekonomianBab VII 67
VIII LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Daftar Grafik
Grafik 1.1Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan, Kalimantan, Nasional 3
Grafik 1.2Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Sisi Sektoral 3
Grafik 1.3
Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Berdasarkan Sektor Pertambangan & Nonpertambangan 3
Grafik 1.4 Produksi Padi Triwulan II 2021 5
Grafik 1.5 Produksi Karet Triwulan II 2021 5
Grafik 1.6 Produksi Batu bara Kalsel 5
Grafik 1.7Perkembangan Volume Ekspor Batu bara Triwulan II 2021 5
Grafik 1.8Negara Tujuan Ekspor Batubara Berdasarkan Volume 6
Grafik 1.9Sumber Pemenuhan Pembangkit Listrik Batu Bara India 6
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor CPO 6
Grafik 1.11Perkembangan Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan 7
Grafik 1.12
Perkembangan Harga Komoditas Industri Pengolahan Kalimantan Selatan 7
Grafik 1.13 Perkembangan Harga Minyak Nabati 7
Grafik 1.14Perkembangan Indek Penjualan Eceran 7
Grafik 1.15Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor 8
Grafik 1.16Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang 8
Grafik 1.17 Survei Konsumen 9
Grafik 1.18
Indeks Penghasilan, Konsumsi Durable Goods, Ketersediaan Lapangan Kerja dan Kegiatan Usaha 9
Grafik 1.19 Kredit Konsumsi 9
Grafik 1.20 Kredit Multiguna 9
Grafik 1.21Perkembangan Total Investasi PMA dan PMDN Di Kalimantan Selatan 10
Grafik 1.22Perkembangan Pengadaan Semen Di Kalimantan Selatan 10
Grafik 1.23Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Komoditas 10
Grafik 1.24Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri Batu Bara 11
Grafik 1.25Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri CPO 11
Grafik 1.26Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri Karet Alam & Olahan 11
Grafik 1.27Distribusi Nilai Ekspor Triwulan II 2021 Berdasarkan Komoditas 11
Grafik 1.28Distribusi Nilai Ekspor Triwulan II 2021 Berdasarkan Negara Tujuan 12
Grafik 1.29Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan 12
Grafik 1.30 Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri 12
Grafik 1.31Pertumbuhan Nilai Barang Manufaktur 12
Grafik 2.1Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan II 2021 19
Grafik 2.2Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan II 21
Grafik 2.3Realisasi Belanja APBD se-Kalimantan Selatan per Sektor 22
Grafik 3.1Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan dan Nasional 27
Grafik 3.2Komposisi Inflasi Kalsel Tahunan (yoy) menurut Kelompoknya 27
Grafik 3.3Perbandingan Inflasi se-Kalimantan Triwulan II 2021 28
Grafik 3.4Inflasi Kalimantan Selatan Triwulan (qtq) 28
Grafik 4.1 Distribusi Kredit Konsumsi 41
Grafik 4.2Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya 41
Grafik 4.3Pertumbuhan dan NPL Kredit Konsumsi 42
Grafik 4.4Persentase Penggunaan Penghasilan RT 42
IXLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Daftar Grafik
Grafik 4.5Indeks Penghasilan Konsumen & Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini 42
Grafik 4.6 Komposisi Kredit Korporasi 43
Grafik 4.7Pertumbuhan Kredit Lapangan Usaha Ekonomi Utama 43
Grafik 4.8NPL Kredit Lapangan Usaha Ekonomi Utama 43
Grafik 4.9Asset T/O dan Inventory T/O Korporasi 44
Grafik 4.10Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) 45
Grafik 4.11Debt to Equity Ratio (DER) dan TA/TL Rasio 45
Grafik 4.12 Current Ratio (CR) Korporasi 45
Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit 46
Grafik 4.14 Perkembangan LDR, Kredit dan DPK 46
Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK 47
Grafik 4.16 Pertumbuhan dan NPL Kredit 48
Grafik 4.17Rasio Kredit UMKM terhadap Total Kredit 49
Grafik 4.18Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha 49
Grafik 4.19Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan 50
Grafik 4.20Distribusi Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha 50
Grafik 4.21Pertumbuhan Kredit UMKM Lapangan Usaha Utama 50
Grafik 4.22 Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM 50
Grafik 4.23Penyaluran KUR berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan I 2021 51
Grafik 4.24Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan I 2021 51
Grafik 5.1 Transaksi RTGS 55
Grafik 5.2 Transaksi SKNBI 55
Grafik 5.3Proporsi Metode Pembayaran pada E-Commerce 56
Grafik 5.4Proporsi Merchant QRIS Per 21 Agustus 2021 57
Grafik 5.5 Aliran Masuk dan Keluar Perkasan 57
Grafik 6.1Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 61
Grafik 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 61
Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja 62
Grafik 6.4 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 62
Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Konsumen 63
Grafik 6.6 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK 63
Grafik 6.7IPM Provinsi di Kalimantan dan Nasional 63
Grafik 7.1Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2020 dan Prospek 2021 70
X LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Lapangan Usaha) 4
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan 8
Tabel 1.3 Proyek Investasi di Kalimantan Selatan 10
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Agregat Kalimantan Selatan 19
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan 19
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsii Kalimantan Selatan 20
Tabel 2.4 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan 20
Tabel 2.5 Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan 21
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBD Kabupaten Kalimantan Selatan 22
Tabel 2.7 Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan 23
Tabel 2.8 Realisasi Program PEN Triwulan II 2021 24
Tabel 3.1 Inflasi Kalsel Triwulanan Per Kelompok 27
Tabel 3.2 Andil Inflasi (qtq) Terbesar Triwulan II-2021 28
Tabel 3.3 Andil Deflasi (qtq) Terbesar Triwulan II-2021 29
Tabel 3.4 Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Kelompok (yoy) 29
Tabel 3.5 Andil Inflasi (yoy) Terbesar Triwulan II 2021 30
Tabel 3.6 Andil Deflasi (yoy) Terbesar Triwulan II 2021 30
Tabel 3.7 Inflasi Kalimantan Selatan Juli 2021 Menurut Kelompok (mtm) 31
Tabel 3.8 Inflasi Tahunan Kelompok Pengeluaran 32
Tabel 3.9 Andil Inflasi (mtm) Terbesar Juli 2021 32
Tabel 3.10 Andil Deflasi (mtm) Terbesar Juli 2021 34
Tabel 4.1 Perubahan Tingkat Pendapatan RT 43
Tabel 4.2 Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial 47
Tabel 4.3 Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial 48
Tabel 4.4 Akses Keuangan Klaster Binaan Bank Indonesia 49
Tabel 4.5 Sebaran Debitur KUR berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan I-2021 51
Tabel 5.1 Perkembangan APMK dan Uang Elektronik di Kalsel 55
Tabel 5.2 Data Triwulanan Kas Titipan Triwulan I-2021 57
Tabel 5.3 Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal Triwulan I 2021 58
Tabel 6.1 Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan 61
Tabel 6.2 Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Sektoral 61
Tabel 6.3 Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja 62
XILAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Daftar Tabel
Tabel 6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) 64
Tabel 6.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 65
Tabel 7.1 Prakiraan Harga Komoditas 70
Tabel 7.2 Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%,yoy) 71
Tabel 7.3 Prospek Inflasi (%,yoy) 71
XII LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Cakupan Pembahasan
Laporan Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan berisi kajian mengenai perkembangan ekonomi Kalimantan
Selatan pada triwulan terakhir sesuai rilis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Badan Pusat Statistik (BPS) dan
tracking triwulan berjalan pada bulan penerbitan buku ini. Setiap bagian asesmen disertai oleh data dan informasi
penjelas antara lain hasil survei, prompt indicators, hasil liaison, focus group discussion (FGD), informasi anekdotal
dan data-data lain yang relevan.
Bab I Asesmen ringkas terkait evaluasi realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan terakhir mencakup analisis
evaluasi realisasi perkembangan masing-masing komponen dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
serta arah pertumbuhan ekonomi triwulan berjalan secara tahunan (yoy), baik dari sisi permintaan
maupun lapangan usaha
Bab II Asesmen perkembangan terkini realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan
APBD Kabupaten/Kota, dengan membandingkan realisasi periode terakhir, berjalan dan keseluruhan
tahun terhadap periode yang sama tahun lalu, disertai faktor-faktor yang memengaruhinya. Serta
perkembangan penyaluran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di Kalimantan Selatan.
Bab III Asesmen terkait evaluasi realisasi inflasi triwulan terakhir dan arah perkembangan inflasi triwulan
berjalan berdasarkan realisasi inflasi bulan terakhir, dilengkapi dengan faktor-faktor yang menjadi sumber
penyebab terjadinya inflasi dengan mengedepankan aspek dinamika pasokan, produksi dan distribusi
daerah serta implikasi adanya kebijakan daerah yang berdampak kepada harga-harga. Informasi
mengenai pelaksanaan program pengendalian inflasi daerah juga disajikan dalam Bab ini.
Bab IV Asesmen pembiayaan daerah serta pengembangan akses keuangan dan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) yang dilengkapi dengan informasi perkembangan intermediasi perbankan termasuk ketahanan
korporasi dan kredit UMKM pada triwulan laporan.
Bab V Asesmen perkembangan penyelenggaraan layanan sistem pembayaran dan pengelolaan uang di Bank
Indonesia dalam rangka menjaga kelancaran transaksi sistem pembayaran, pengembangan layanan
keuangan nontunai, elektronifikasi, penyediaan uang layak edar dan upaya menekan peredaran uang
palsu.
Bab VI Asesmen ketenagakerjaan menggambarkan perkembangan angkatan kerja dan pengangguran serta
asesmen kesejahteraan antara lain mencakup Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT), Nilai Tukar Petani (NTP), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
berdasarkan data rilis resmi.
Bab VII Prospek perekonomian daerah mencakup prakiraan pertumbuhan ekonomi dan inflasi satu triwulan
kedepan dan secara tahunan (yoy) untuk keseluruhan tahun berjalan
XIIILAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
InfografikPerekonomian
4,05%
33,18%
Realisasi BelanjaTriwulan II 2021
44,66%
Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan lebih baik dan sesuai target
KEUANGAN DAERAH
2018 2019 2020 2021 2018 2019 2020 2021Pemprov Pemkab/Pemkot
Realisasi PendapatanTriwulan II 2021
6,60
12,12
3,02
7,56
19,92
7,30 17
,996,3
1
6,24 15
,98
7,04
18,88
5,66
10,28
2,84
6,10
Perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh positif, terutama bersumber dari perbaikan ekspor, konsumsi RT, LU Pertambangan dan LU Industri Pengolahan
Inflasi Kalimantan Selatan tetap terkendali dan stabil
PERTUMBUHAN EKONOMI
INFLASI
OUTLOOK PEREKONOMIAN
INFLASI IHK 2,02%(yoy)
2021 2021
Kinerja ekspor yang membaik sejalan dengan perbaikan ekspor komoditas utama (Batubara dan CPO) ditopang harga komoditas yang menguat
Peningkatan kinerja pertambangan didorong aktivitas produksi yang lebih baik didukung cuaca yang kondusif dan penguatan harga batubara
Ekspor Pertambangan
Tw I2021 2,19%
(yoy)
Tw II2021
Pertumbuhan Ekonomi Inflasi
APMK Pengelolaan Uang Rupiah
Kelancaran sistem pembayaran tetap terjaga, baik tunai maupun non tunai.
SISTEM PEMBAYARAN & PUR
6,12% Rp 6,73(yoy) Triliun
KLIRING
73,56% Rp 43,56(yoy) Triliun
RTGS
Total Kartu Nominal Transaksi
2,75 Rp 11,80Juta Triliun
ATM/DEBIT/
KARTU KREDIT
Total Kartu Nominal Transaksi
113,89 Rp 63,30Ribu Milyar Rp 0,50 Triliun
Net Intflow
Kondisi kesejahteraan dan ketenagakerjaan relatif terjagaKETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan(6 Bulan Mendatang)
114,01 107,50Tw I 2021 Tw II 2021
Indeks Penghasilan Konsumen(6 Bulan Mendatang)
125,73 113,75Tw I 2021 Tw II 2021
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
70,72 70,912019 2020
Tingkat Pengangguran Terbuka
3,67 4,33Feb 2020 Feb 2021
Nilai Tukar Petani(NTP)
107,97 106,71Tw I 2021 Tw II 2021
Rp 3,04 Triliun
Outflow
Rp 3,54 Triliun
Inflow
Tw I 2019 Tw II 2019 Tw III 2019 Tw IV 2019 Tw I 2020 Tw II 2020
4,09
-2,86
Tw IV 2020
-2,94
Tw IV 2020
-2,94
Tw I 2021
-1,25
Tw III 2020
-4,93
3,85
4,024,19
4,28
Tw I 2019
4,40
Konsumsi RT yang meningkat seiring peningkatan permintaan di momen HBKN serta pencairan gaji ke-13 dan THR
Kinerja Industri pengolahan yang meningkat terutama bersumber dari peningkatan ekspor CPO, serta serapan domestik, untuk B30 yang membaik
Konsumsi RT Industri Pengolahan
2,68% - 3,48%
P E N D O RO N GP E N A H A N
Angkutan Udara
Minyak Goreng
Mangga
(yoy)17,12%
(yoy)17,78%
(yoy)94,72%
Bawang Merah
Gula Pasir
Pepaya
(yoy)-44,90%
(yoy)-12,56%
(yoy)-22,64%
3% ± 1%
(yoy)
(yoy)22,97% (yoy)5,35%
(yoy)3,23%(yoy)
Fungsi intermediasi perbankan di Kalimantan Selatan semakin membaik
PEMBIAYAAN DAERAH
Aset Kredit DPK NPL
Tw I2021
Tw II2021
Tw I2021
Tw II2021
Tw I2021
Tw II2021
Tw I2021
Tw II2021
5,22%
5,89%
-0,92
%
7,96%
6,87%
6,39%
3,28%
3,10%
RISIKO• 2nd Wave COVID-19 di negara mitra dagang• Pelaksanaan vaksinasi yang terbatas• Penerapan PPKM yang berlanjut• Ketidakpastian ekonomi global
Perekonomian Kalimantan Selatan tumbuh positif pada triwulan II 2021, terutama bersumber dari kinerja ekspor dan konsumsi RT yang meningkat. Sementara itu, inflasi tetap terkendali diikuti dengan fungsi intermediasi yang membaik, serta kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai.
XIV LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Tabel Indikator
INDIKATOR2019 2020
2018 2019 2020 2021
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
Pertumbuhan PDRB Harga Konstan (%,yoy)
4,08% -1,81% 4,99% 4,57% 5,10% 5,78% 4,28% 4,19% 4,02% 3,85% 4,06% -2,92% -4,99% -2,93% -1,25% 4,40%
PDRB Harga Konstan 133.318 130.866 29.766 31.860 33.661 32.806 31.039 33.195 35.015 34.069 32.301 32.227 33.266 33.072 31.896 33.645
Pertanian 18.607 18.391 3.543 4.869 5.544 3.974 3.687 5.113 5.719 4.086 3.850 4.998 5.482 4.061 3.806 5.034
Pertambangan dan Penggalian 33.415 31.920 7.957 7.973 8.255 8.787 8.197 8.135 8.425 8.658 8.208 7.676 7.655 8.381 7.805 8.087
Industri Pengolahan 16.869 16.299 3.997 4.043 4.294 4.294 3.993 4.042 4.324 4.509 4.211 3.933 3.973 4.182 4.230 4.060
Listrik, Gas, dan Air Bersih 698 737 158 166 168 170 167 173 178 179 175 181 187 192 183 189
Bangunan 10.207 10.075 2.221 2.330 2.528 2.543 2.350 2.465 2.672 2.719 2.441 2.450 2.551 2.634 2.391 2.483
Perdagangan, Hotel, dan Restoran 15.064 14.601 3.201 3.432 3.658 3.743 3.461 3.698 3.918 3.987 3.676 3.551 3.668 3.706 3.605 3.737
Pengangkutan dan Komunikasi 13.339 13.284 2.956 3.119 3.212 3.247 3.143 3.301 3.411 3.484 3.357 3.203 3.322 3.402 3.377 3.405
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
8.107 8.267 1.930 1.957 1.966 1.959 1.979 2.004 2.050 2.075 2.089 2.017 2.070 2.090 2.105 2.128
Jasa 17.012 17.292 3.803 3.973 4.035 4.091 4.061 4.263 4.318 4.371 4.293 4.218 4.358 4.423 4.394 4.523
Pertumbuhan PDRB Harga Berlaku(%, yoy)
5,27% -0,88% 8,57% 7,66% 8,61% 6,85% 5,37% 5,43% 4,39% 5,93% 6,05% -2,57% -4,35% -1,92% 0,71% 8,51%
PDRB Harga Berlaku 180.738 179.151 39.643 42.701 45.575 43.772 41.773 45.020 47.575 46.369 44.301 43.864 45.507 45.479 44.617 47.596
Pertanian 25.953 25.786 4.839 6.627 7.548 5.456 5.121 7.110 7.981 5.741 5.428 6.917 7.665 5.777 5.474 7.273
Pertambangan dan Penggalian
33.809 32.760 8.617 8.614 9.166 9.050 8.417 8.269 8.456 8.666 8.618 7.822 7.750 8.569 8.265 8.803
Industri Pengolahan 24.636 24.215 5.785 5.850 6.220 6.226 5.801 5.884 6.328 6.623 6.264 5.796 5.867 6.289 6.437 6.252
Listrik, Gas, dan Air Bersih
1.011 1.081 223 236 242 245 241 251 258 261 256 266 276 283 272 280
Bangunan 14.910 14.803 3.106 3.287 3.614 3.669 3.419 3.596 3.904 3.991 3.569 3.589 3.748 3.897 3.595 3.770
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
22.996 22.578 4.671 5.044 5.415 5.557 5.225 5.639 6.003 6.129 5.645 5.467 5.663 5.804 5.705 5.955
Pengangkutan dan Komunikasi
19.148 18.829 4.068 4.332 4.477 4.576 4.471 4.740 4.901 5.036 4.802 4.503 4.697 4.827 4.775 4.860
Keuangan, Persewaan, dan Jasa
11.880 12.232 2.737 2.789 2.826 2.826 2.881 2.930 3.006 3.062 3.097 2.971 3.053 3.110 3.166 3.233
Jasa 26.394 26.867 5.598 5.922 6.065 6.168 6.196 6.601 6.739 6.858 6.622 6.534 6.788 6.923 6.928 7.171
IHK Kalimantan Selatan
139,92 106,77 131,27 132,09 133,23 134,52 135,79 138,67 138,63 139,92 105,12 105,33 104,98 106,77 107,24 107,63
Inflasi Kalimantan Selatan (%, yoy) 4,01 1,68 3,04 2,74 2,12 2,63 3,08 4,01 4,05 4,01 2,81 1,14 1,04 1,68 2,02 2,19
IHK Banjarmasin 140,15 106,70 131,10 132,01 133,24 134,56 135,92 138,87 138,95 140,15 104,87 105,11 104,80 106,70 107,09 107,44
Inflasi Banjarmasin (%, yoy) 4,15 1,67 3,12 2,72 2,04 2,63 3,19 4,17 4,29 4,15 2,51 0,87 0,87 1,67 2,12 2,22
IHK Tanjung 136,80 106,78 130,83 133,20 133,06 133,92 134,13 135,95 134,37 136,80 105,91 106,16 105,30 106,78 107,38 108,03
Inflasi Tanjung (%, yoy) 2,15 2,06 2,16 3,01 3,21 2,60 1,68 1,71 0,98 2,15 3,91 2,85 2,47 2,06 1,39 1,76
IHK Kotabaru - 107,41 - - - - - - - - 106,78 106,69 106,40 107,41 108,51 109,04
Inflasi Kotabaru(%, yoy) - 1,43 - - - - - - - - 4,76 2,26 1,51 1,43 1,62 2,20
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
I. Inflasi dan PDRBDalam Miliar Rupiah kecuali disebutkan lain
XVLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Tabel Indikator
Dalam Miliar Rupiah kecuali disebutkan lain
INDIKATOR2018 2019 2020
2018 2019 2020 2021
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
Transaksi RTGS 121.961 141.315 117.679 28.148 31.875 28.596 33.342 32.616 31.012 42.862 34.824 29.974 25.099 32.003 30.603 34.961 43.561
Pertumbuhan RTGS (%) 27,74 15,87 -16,73 43,52 31,73 13,96 25,49 15,87 -2,71 49,89 4,45 -8,10 -19,07 -25,33 -12,12 16,64 73,56
Transaksi Kliring 27.047 26.590 27.700 6.324 6.489 7.178 7.056 5.938 5.916 6.905 7.831 7.016 6.344 6.863 7.478 6.432 6.732
Pertumbuhan Kliring (%) 3,40 -1,68 4,17 -3,12 8,18 8,06 0,96 -6,10 -8,83 -3,80 10,99 18,14 7,23 -0,61 -4,51 -8,33 6,12
Aliran Uang Masuk 13.604 14.461 11.753 3.556 3.572 3.879 2.597 3.812 4.195 3.638 2.816 3.988 2.777 2.806 2.182 4.155 3.544
Aliran Uang Keluar 8.476 9.227 8.218 1.390 3.627 1.314 2.146 1.294 3.487 1.930 2.516 1.311 2.433 1.727 2.748 951 3.041
Aliran Uang Masuk Neto 5.127 5.234 3.534 2.166 -54 2.565 451 2.517 708 1.708 300 2.677 344 1.079 -566 3.204 503
III. Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah
Sumber: Bank Indonesia
INDIKATOR2018 2019 2020 2021
Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II
Total Asset(Rp Miliar) 65.760 66.455 67.499 69.315 69.339 72.204 74.138 71.335 68.883 70.183 71.943 70.552 72.481 74.313
(%, yoy) 13,26 4,37 3,19 5,96 5,44 8,65 9,84 2,91 (0,66) (2,80) (2,96) (1,10) 5,22 5,89
DPK(Rp Miliar) 47.136 47.677 48.859 50.175 50.940 52.741 54.057 51.219 52.785 54.205 55.961 54.529 56.413 57.671
(%, yoy) 9,15 3,65 3,53 12,47 8,07 10,62 10,64 2,08 3,62 2,78 3,52 6,46 6,87 6,39
Giro(Rp Miliar) 8.603 8.451 9.429 9.078 10.052 10.314 10.740 9.442 9.560 10.311 11.029 9.833 11.646 11.221
(%, yoy) -2,12 -10,96 -6,22 12,42 16,84 22,05 13,90 4,00 -4,89 -0,04 2,70 4,15 21,83 8,83
Tabungan(Rp Miliar) 25.398 25.999 26.309 27.660 26.327 27.319 27.830 28.987 28.032 28.505 28.991 30.550 29.812 31.475
(%, yoy) 12,80 9,92 8,98 8,21 3,66 5,08 5,78 4,80 6,48 4,34 4,17 5,39 6,35 10,42
Deposito(Rp Miliar) 13.135 13.227 13.121 13.437 14.561 15.107 15.487 12.795 15.198 15.396 15.941 14.146 14.872 14.975
(%, yoy) 10,56 2,92 0,95 11,33 10,86 14,21 18,03 -4,78 4,37 1,91 2,93 10,56 -1,59 -2,74
Kredit (L. Proyek)
(Rp Miliar) 60.282 62.310 64.739 65.568 64.941 66.159 67.991 68.830 67.896 64.279 66.097 65.964 67.274 69.395
(%, yoy) 15,74 13,73 14,56 10,95 7,73 6,18 5,02 4,98 4,55 (2,84) (2,78) (4,16) (0,92) 7,96
Modal Kerja(Rp Miliar) 22.020 23.401 23.936 24.283 23.288 23.816 25.004 23.945 22.641 21.563 22.644 22.229 23.854 25.034
(%, yoy) 9,63 15,30 8,73 19,52 5,76 1,78 4,46 -1,39 -2,78 -9,46 -9,44 -7,17 5,36 16,10
Investasi(Rp Miliar) 16.786 17.145 18.702 18.557 18.894 19.311 19.603 20.858 21.593 18.988 19.577 19.809 19.492 20.296
(%, yoy) 35,04 18,62 31,26 20,63 12,56 12,63 4,82 12,40 14,28 -1,67 -0,14 -5,03 -9,73 6,89
Konsumsi (Rp Miliar) 21.475 21.764 22.101 22.728 22.759 23.031 23.383 24.027 23.661 23.728 23.877 23.926 23.929 24.065
(%, yoy) 9,76 8,79 9,15 7,58 5,98 5,82 5,80 5,71 3,96 3,02 2,11 -0,42 1,13 1,42
LDR - Lokasi Proyek
127,9% 126,4% 126,4% 126,4% 127,5% 125,4% 125,8% 134,4% 128,6% 118,6% 118,1% 121,0% 119,3% 120,3%
NPL (gross) 2,57% 2,79% 3,09% 2,71% 3,03% 2,93% 3,78% 2,88% 3,26% 3,62% 3,44% 3,25% 3,28% 3,10%
II. Stabilitas Sistem Keuangan Daerah
Sumber: LBU Bank Indonesia, Lokasi Proyek, Kredit Sektoral
Dalam Miliar Rupiah kecuali disebutkan lain
XVI LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Ringkasan Umum
Ringkasan Eksekutif
Foto : Pantai Rindu Alam, Kalimantan Selatan
XVII
Ringkasan Eksekutif
PERKEMBANGAN EKONOMI KALIMANTAN SELATANSetelah mengalami kontraksi pertumbuhan selama 4 (empat) triwulan terakhir,
ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan mulai tumbuh positif. Pada triwulan II 2021,
perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tumbuh 4,40% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi 1,25% (yoy). Dari sisi penawaran,
perbaikan ekonomi antara lain didorong oleh peningkatan Lapangan Usaha (LU)
Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan, Konstruksi, serta Perdagangan,
Hotel dan Restoran (PHR). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong
oleh perbaikan kinerja seluruh komponen baik konsumsi RT, konsumsi pemerintah,
investasi dan ekspor.
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAHSecara agregat, realisasi belanja provinsi, kabupaten, dan kota di Kalimantan
Selatan pada triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibanding realisasi pada
triwulan II 2020. Peningkatan realisasi belanja terutama didorong oleh realisasi
belanja operasional baik di level provinsi maupun kabupaten/kota. Belanja modal
juga menjadi pendorong peningkatan serapan belanja pada periode ini, terutama
pada level provinsi. Sementara itu, realisasi belanja tak terduga dan dana transfer
pemda mengalami penurunan. Penurunan realisasi pendapatan terutama dipicu
oleh penurunan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) baik di level provinsi maupun
kabupaten/kota sejalan dengan aktivitas ekonomi yang belum pulih dan mobilitas
masyarakat yang terbatas seiring dengan pelarangan mudik oleh Pemerintah.
Realisasi pendapatan transfer masih tertahan akibat transfer di level kabupaten/
kota yang masih tertahan karena refocusing anggaran. Di sisi lain, realisasi lain-lain
pendapatan yang sah meningkat terutama didorong realisasi pada level kabupaten
dan kota.
PERKEMBANGAN INFLASIInflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 tercatat sebesar 2,19%
(yoy), tetap rendah meski meningkat dibanding triwulan I 2021 (2,02%, yoy).
Inflasi pada triwulan II 2021 terutama bersumber dari inflasi kelompok makanan,
minuman, dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta
kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran. Di sisi lain, kelompok
pendidikan tercatat mengalami deflasi. Untuk keseluruhan tahun 2021, inflasi
diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2020, namun masih berada dalam rentang
sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy). Peningkatan inflasi sejalan dengan prakiraan
kondisi ekonomi yang semakin membaik didukung program vaksinasi yang terus
berlanjut.
XVIII LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Ringkasan Eksekutif
PEMBIAYAAN DAERAH, SERTA PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN
USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM)
Pada triwulan II 2021, fungsi intermediasi perbankan semakin membaik. Penyaluran
kredit tumbuh positif, terutama didorong oleh peningkatan kredit di seluruh komponen.
Kredit modal kerja dan kredit investasi tumbuh 16,10% (yoy) dan 6,89% (yoy), meningkat
sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi dan bisnis. Sementara itu, kredit konsumsi
tercatat tumbuh 1,42% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (1,13%,
yoy). Peningkatan kredit konsumsi terutama bersumber dari peningkatan penyaluran
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan perbaikan kontraksi Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
sejalan dengan pemberian stimulus kredit properti dan otomotif, berupa fasilitas PPnBM
0% dan relaksasi uang muka/Loan To Value (LTV). Peningkatan kinerja penyaluran kredit
juga diikuti dengan kualitas kredit yang relatif terjaga, tercermin dari non performing
loan (NPL) yang sebesar 1,89%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 1,88% pada triwulan
sebelumnya. Sejalan dengan perkembangan tersebut, kredit UMKM juga mengalami
tumbuh positif, dan disertai dengan kualitas kredit yang juga meningkat. Perkembangan
ini sejalan dengan upaya Bank Indonesia dalam mendukung pengembangan UMKM
baik dari sisi peningkatan produksi, pemasaran dan akses keuangan, serta melalui
penyelenggaraan berbagai program UMKM bekerjasama dengan stakeholders terkait.
PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAHTransaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional
(SKNBI) di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 mengalami peningkatan
dibanding triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun pertumbuhan, didorong
oleh perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri. Di sisi
lain, transaksi dengan menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan kartu (APMK) dan
transaksi online juga mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank
Indonesia untuk mendorong perluasan elektronifikasi pembayaran di daerah terutama
di masa pandemi. Aliran uang kartal pada triwulan II 2021 mengalami aliran masuk
bersih (net inflow) didorong oleh arus balik uang kartal ke sistem perbankan pasca
perayaan HBKN Idul Fitri dan juga sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga
(DPK) pada triwulan II 2021 khususnya tabungan. Bank Indonesia bersama Pemerintah
Daerah (Pemda) terus mendorong peningkatan elektronifikasi keuangan Pemda untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas serta peningkatan pendapatan daerah
melalui pembentukan Tim Percepatan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD). Sampai
dengan triwulan II 2021 telah terbentuk 7 TP2DD di Kalimantan Selatan.
XIXLAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Ringkasan Eksekutif
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAANBerdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), kondisi ketenagakerjaan pada
triwulan II 2021 mengalami perbaikan kontraksi dari 15,91% (yoy) pada triwulan II 2020
menjadi 4,91% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, daya beli masyarakat juga mengalami
perbaikan sebagaimana tercermin dari indeks penghasilan konsumen yang meningkat
dari 38,33 pada triwulan II 2020 menjadi 94,17 pada triwulan II 2021. Sementara itu,
Nilai Tukar Petani (NTP) tercatat sebesar 106,71 meningkat 8,35% (yoy), dari tahun
sebelumnya yang sebesar 98,49 atau tumbuh 3,33% (yoy). Demikian halnya dengan
pembangunan manusia di Kalimantan Selatan yang juga mengalami peningkatan
tercermin dari indeks pembangunan manusia (IPM) yang meningkat dari 70,71 pada
tahun 2019, menjadi 70,91 pada tahun 2020. Secara umum, IPM terus membaik dalam
10 tahun terakhir, terutama dipengaruhi oleh peningkatan indikator kesehatan dan
pendidikan ditengah perkembangan indikator ekonomi yang tertahan. Peningkatan IPM
Kalsel bersumber dari peningkatan dimensi umur panjang dan hidup sehat (usia harapan
hidup/UHH) dan pengetahuan (harapan lama sekolah/HLS dan rata-rata lama sekolah/
RLS) ditengah standar hidup layak (pengeluaran per kapita) yang sedikit menurun.
PROSPEK PEREKONOMIAN KALIMANTAN SELATANSecara keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan ekonomi meningkat lebih tinggi dibanding
tahun 2020. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi global dan domestik secara
gradual, seiring program vaksinasi COVID-19 yang berlanjut yang akan memperbaiki
permintaan global dan domestik. Investasi diprakirakan meningkat baik investasi
bangunan maupun nonbangunan didorong realisasi beberapa proyek investasi eksisting
dan proyek konstruksi baru. Target investasi tahun 2021 diperkirakan lebih tinggi seiring
dengan implementasi UUCK yang diprakirakan akan mendukung kemudahan berusaha
kedepan. Ekspor diprakirakan terus membaik, didorong peningkatan permintaan
komoditas utama, khususnya batu bara dan crude palm oil (CPO), sejalan dengan
pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama. Perbaikan perekonomian global dan
domestik serta peningkatan kinerja ekspor tersebut diprakirakan akan meningkatkan
kinerja sejumlah LU utama pada tahun 2021. Sejalan dengan prospek perbaikan
perekonomian tersebut, inflasi pada tahun 2021 diprakirakan lebih tinggi dari tahun
2020, namun masih berada pada rentang sasaran inflasi nasional sebesar 3%±1%
(yoy). Ke depan, sinergi Bank Indonesia dan pemerintah serta instansi terkait melalui Tim
Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh Kalimantan Selatan akan terus diperkuat
guna memastikan pencapaian inflasi dalam rentang sasaran yang mendukung proses
perbaikan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
1 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan II 2021, perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan tumbuh 4,40% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi 1,25% (yoy).
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
BAB I
BAB I
2
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi antara lain didorong oleh peningkatan kinerja Lapangan Usaha ((LU) Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan, Konstruksi, dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR).
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didorong oleh perbaikan kinerja seluruh komponen baik konsumsi RT, konsumsi pemerintah, investasi dan ekspor.
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
3 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan II 2021, perekonomian Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) mengalami
pertumbuhan positif sebesar 4,40% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan I 2021
yang terkontraksi 1,25% (yoy). Pertumbuhan
ekonomi tersebut searah dengan pertumbuhan
ekonomi wilayah Kalimantan dan Nasional yang
juga mengalami pertumbuhan positif (Grafik 1.1).
Perekonomian wilayah Kalimantan di triwulan II 2021
tumbuh 6,28% (yoy) dari –2,23% (yoy) pada triwulan
sebelumnya. Sementara itu, perekonomian nasional
mengalami pertumbuhan positif ke 7,07% (yoy) dari
–0,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Dari sisi penawaran, perbaikan ekonomi antara
lain bersumber dari kinerja LU Pertanian, Industri
Pengolahan, Pertambangan, Konstruksi, dan
PHR (Grafik 1.2). Secara agregat, perekonomian
Kalsel mengalami peningkatan baik sektor tambang
maupun non-tambang (Grafik 1.3). Perbaikan kinerja
LU Pertambangan didorong peningkatan produksi
batu bara di wilayah Kalsel didukung kondisi cuaca
yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu, kinerja LU Industri Pengolahan terutama
crude palm oil (CPO) mengalami peningkatan terutama
didorong volume ekspor CPO ke Pakistan yang
meningkat dan permintaan domestik yang membaik
seiring program B30 yang terus berlanjut. Hal itu
didukung oleh kecukupan pasokan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit. LU PHR mengalami peningkatan
pada sub LU Perdagangan Besar dan Eceran serta
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor maupun sub LU
Penyedia Akomodasi Makan dan Minum. Sementara
itu, LU Konstruksi mengalami peningkatan sejalan
dengan kelanjutan proyek pembangunan swasta dan
pemerintah.
Dari sisi permintaan, peningkatan didorong
oleh perbaikan kinerja seluruh komponen.
Kinerja ekspor Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 mengalami peningkatan seiring permintaan
komoditas batu bara, CPO, serta karet alam dan
olahan yang meningkat dari negara mitra dagang
utama ditengah peningkatan harga komoditas.
Harga Batu bara Acuan (HBA) pada triwulan II 2021
tercatat sebesar USD92/MT, lebih tinggi dibandingkan
dengan USD82,70/MT pada triwulan sebelumnya.
Kenaikan HBA dipicu oleh peningkatan permintaan
negara mitra dagang terutama Tiongkok karena
musibah banjir di lokasi tambang batu bara. Kinerja
ekspor CPO juga mengalami peningkatan terutama
ke Pakistan didukung perjanjian dagang Indonesia-
�8
�6
�4
�2
0
2
4
6
8
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II20172016 2018 2019 2020 2021
% YOY
NASIONAL KALSEL KALIMANTAN
NASIONALKALSEL
KALIMANTAN
-0,71-1,25-2,23
7,074,406,28
Tw I2021
Tw II2021
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan, Kalimantan, Nasional
�10
�5
0
5
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
PDRB TAMBANG INDUSTRI PERTANIAN PHR KONSTRUKSI
PDRBTAMBANG
INDUSTRI
4,405,533,23
-1,25-4,910,45
Tw I2021
Tw II2021
PERTANIANPHR
KONSTRUKSI
0,715,251,36
-1,13-1,94-2,06
Tw I2021
Tw II2021
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Selatan Sisi Sektoral
�10
�5
0
5
10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
PDRBTAMBANG
NON TAMBANG
4,405,354,11
-1,25-4,91-0,01
Tw I2021
Tw II2021
PDRB TAMBANG NON TAMBANG
Sumber : BPS (diolah)
Grafik 1.3 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Berdasarkan Sektor Pertambangan & Nonpertambangan
BAB I
4
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA). Kinerja
ekspor karet alam dan olahan juga masih mengalami
peningkatan yang diikuti oleh tren peningkatan harga.
Selain itu, kinerja investasi mengalami peningkatan
seiring peningkatan realisasi investasi terutama
penanaman modal dalam negeri (PMDN). Konsumsi
pemerintah mengalami peningkatan didorong
pembayaran THR, gaji ke-13 dan penyaluran stimulus
fiskal yang pada akhirnya juga berdampak pada
peningkatan pendapatan masyarakat dan konsumsi
RT.
Untuk keseluruhan tahun 2021, pertumbuhan
ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
diprakirakan lebih tinggi dibandingkan tahun
2020. Hal ini didukung oleh perbaikan ekonomi global
dan domestik secara gradual, seiring penanganan
pandemi COVID-19 yang mendorong perbaikan
permintaan global dan domestik. Investasi, sesuai
proyeksi, diprakirakan meningkat baik investasi
bangunan maupun nonbangunan didorong
realisasi beberapa proyek investasi eksisting dan
proyek konstruksi baru. Target investasi tahun 2021
diperkirakan meningkat didorong implementasi UUCK
yang diharapkan dapat mendukung kemudahan
berusaha kedepan. Ekspor diprakirakan meningkat,
didorong peningkatan permintaan komoditas utama,
khususnya Batu bara dan CPO, sejalan dengan
pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama.
1.1 SISI PENAWARAN: SEKTOR UTAMA EKONOMI
Dari sisi penawaran, peningkatan ekonomi
Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 antara lain didorong oleh peningkatan LU
Pertanian, Pertambangan, Industri Pengolahan,
PHR, dan Konstruksi.
Tw.I-2021
Tw.II-2021
Kategori Lapangan Usaha 2017 2018 2019 2020 % (yoy) % (yoy)Pangsa
(%)SOG
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,09 3,73 3,59 -0,96 -1,13 0,71 15,0% 0,11
B Pertambangan dan Penggalian 4,09 4,11 1,43 -4,47 -4,91 5,35 24,0% 1,29
C Industri Pengolahan 5,69 4,34 1,45 -3,38 0,45 3,23 12,1% 0,39
D Pengadaan Listrik dan Gas 3,60 7,58 4,72 4,74 1,79 1,78 0,1% 0,00
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 7,74 6,83 5,59 5,83 4,76 4,70 0,4% 0,02
F Konstruksi 5,78 5,89 6,08 -1,29 -2,06 1,36 7,4% 0,10
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 7,80 7,54 7,42 -3,38 -1,51 4,81 9,1% 0,44
H Transportasi dan Pergudangan 6,86 6,97 5,92 -5,32 -3,91 5,94 5,8% 0,35
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,84 7,01 7,41 -2,02 -4,71 7,29 2,0% 0,15
J Informasi dan Komunikasi 7,94 6,89 7,33 7,36 7,09 6,81 4,3% 0,29
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,00 4,24 1,66 1,37 -0,92 5,18 3,3% 0,17
L Real Estate 5,14 5,01 5,95 3,88 4,29 5,95 2,4% 0,14
M,N Jasa Perusahaan 7,14 7,67 7,29 -1,99 -4,95 5,49 0,6% 0,03
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 2,39 3,77 6,65 0,81 3,90 7,51 5,5% 0,42
P Jasa Pendidikan 6,61 7,02 7,54 1,62 1,23 6,21 4,6% 0,29
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,56 5,94 5,89 6,84 6,90 8,64 2,1% 0,18
R,S,T,U Jasa lainnya 6,59 7,38 7,08 -1,46 -3,67 7,53 1,2% 0,09
Total PDRB 5,28 5,08 4,08 -1,81 -1,25 4,40 100% 4,40
Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan Sisi Penawaran (17 Lapangan Usaha)
Sumber: BPS Kalsel (diolah), %yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = Source of Growth
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
5 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
1.1.1 LU PertanianLU pertanian pada triwulan II 2021 tumbuh
0,71% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I
2021 yang terkontraksi 1,13% (yoy). Pertumbuhan
LU pertanian terutama bersumber dari peningkatan
produksi padi, karet, dan TBS yang mengalami
peningkatan. Produksi padi pada triwulan II 2021
terkontraksi 24,82% (yoy), lebih baik dari triwulan
sebelumnya yang terkontraksi sebesar 44,33% (yoy)
(Grafik 1.4). Sementara itu, luas tanam padi tumbuh
4,28% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I
2021 yang terkontraksi 16,14% (yoy). Sementara itu,
produksi TBS yang mengalami peningkatan sejalan
dengan peningkatan volume ekspor CPO.
Peningkatan LU pertanian juga dipengaruhi oleh
produksi karet yang tumbuh 27,32% (yoy), lebih
tinggi dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi
9,20% (yoy) (Grafik 1.5), sehingga mendorong
peningkatan penjualan komoditas karet baik domestik
maupun ekspor. Penjualan domestik karet triwulan II
2021 tumbuh 44,90%(yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan I 2021 yang terkontraksi 9,19% (yoy).
Sementara itu, volume ekspor karet tercatat meningkat
12,30% (yoy) dibandingkan dengan triwulan I 2021
yang terkontraksi sebesar 8,43% (yoy).
Dalam upaya meningkatkan kualitas dan harga
jual karet, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
melalui Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)
telah membantu permodalan, penyediaan fasilitas
gudang pengolahan dan bermitra langsung dengan
perusahaan. Hingga saat ini, telah terbentuk 153
unit UPPB dari 650 unit yang ditargetkan sampai
dengan 2024. Pembentukan UPPB pada tahun 2021
ditargetkan sebanyak 69 unit dan tersebar di seluruh
12 Kabupaten.
PERTUMBUHAN VOLUME PRODUKSI PADI �SB. KANAN�PRODUKSI PADI
-44,33
-24,82
�75
�50
�25
0
25
50
75
100
125
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYJUTA TON
Sumber : Dinas Pertanian Kalsel (diolah)
Grafik 1.4 Produksi Padi Triwulan II 2021
-9,20
27,32
�40
�20
0
20
40
60
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYJUTA TON
PERTUMBUHAN VOLUME PRODUKSI KARET �SB. KANAN�VOLUME PRODUKSI KARET
Sumber : Gapkindo Kalselteng (diolah)
Grafik 1.5 Produksi Karet Triwulan II 2021
-9,70
6,23
�20
�10
0
10
20
30
40
50
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
RIBU TON
GROWTHPRODUKSI BATUBARA
Sumber : McCloskey, Dirjen Minerba (diolah)
Grafik 1.6 Produksi Batu bara Kalsel
-16,49
12,37
�40
�30
�20
�10
0
10
20
30
0
5
10
15
20
25
30
35
40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYJUTA TON
PERTUMBUHAN VOLUME EKSPOR BATUBARA �SB. KANAN�VOLUME EKSPOR BATUBARA
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (diolah)
Grafik 1.7 Perkembangan Volume Ekspor Batu bara Triwulan II 2021
BAB I
6
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
1.1.2 LU PertambanganLU pertambangan pada triwulan II 2021 tumbuh
5,35% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
triwulan I 2021 yang terkontraksi 4,91% (yoy).
Pertumbuhan tersebut didorong produksi batu bara
yang meningkat dari 44,47 juta ton menjadi 45,91
juta ton. Secara tahunan, produksi batu bara triwulan
II 2021 tumbuh 6,23% (yoy), membaik dibandingkan
triwulan sebelumnya yang terkontraksi 9,70% (yoy)
(Grafik 1.6). Peningkatan kinerja produksi batu bara
dipengaruhi cuaca yang lebih baik dibandingkan
triwulan I 2021 yang mengalami curah hujan tinggi,
sehingga menyebabkan terjadinya bencana banjir
di sejumlah wilayah di Provinsi Kalimantan Selatan
termasuk beberapa wilayah pertambangan batu bara.
Peningkatan produksi batu bara berdampak pada
perbaikan ekspor batu bara yang tumbuh 12,37%
(yoy). Pertumbuhan volume ekspor ini lebih baik
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
16,49% (yoy) ditopang oleh peningkatan permintaan
batu bara dari India dan Tiongkok (Grafik 1.7).
Volume ekspor batu bara ke India tumbuh 86,58%
(yoy), setelah terkontraksi 48,02% (yoy) pada triwulan
I 2021. Sementara itu, volume ekspor batu bara ke
Tiongkok masih cukup kuat yaitu tumbuh 28,15%
(yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2021 yang
tumbuh 3,33% (yoy) (Grafik 1.8). Peningkatan volume
ekspor batu bara didorong oleh kebutuhan batu bara
untuk pembangkit listrik India yang masih tinggi
(Grafik 1.9). Sementara itu, volume ekspor batu bara
ke Tiongkok mengalami peningkatan seiring pasokan
batu bara domestik Tiongkok yang terbatas akibat
banjir di sejumlah tambang batu bara Tiongkok,
di tengah ketegangan politik antara Tiongkok dan
Australia yang masih berlangsung.
1.1.3 LU Industri PengolahanLU Industri pengolahan pada triwulan II 2021
tumbuh sebesar 3,23% (yoy), meningkat
dibandingkan pertumbuhan triwulan I 2021
sebesar 0,45% (yoy). Peningkatan kinerja industri
pengolahan ditopang kinerja CPO yang meningkat
sejalan kenaikan permintaan baik dari global maupun
domestik. Volume ekspor CPO tumbuh 3,88%(yoy),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi 10,94% (Grafik 1.10). Hal ini
didorong peningkatan permintaan dari Pakistan yang
diprakirakan sebagai dampak perjanjian dagang
Indonesia Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-
PTA) di tengah kinerja volume ekspor Tiongkok dan
India yang terbatas. (Grafik 1.11).
12,37
-18,88
86,58
-28,00
28,15
�100
�50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
DUNIA ASEAN INDIA JEPANG TIONGKOK
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (diolah)
Grafik 1.8 Negara Tujuan Ekspor Batubara Berdasarkan Volume
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
0
10.000
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
1 2345 8910 234 8 9 10 1234 89 123 789 123 678 1112 1 62016 2017 2018 2019 2020 2021
RIBU TON RIBU TON
DOMESTIK IMPOR �RHS�
Sumber : HIS McCloskey (diolah)
Grafik 1.9 Sumber Pemenuhan Pembangkit Listrik Batu Bara India
-10,94
3,88
�100
�50
0
50
100
150
0
100
200
300
400
500
600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYUSD MILYAR
PERTUMBUHAN VOLUME EKSPOR CPO �SB. KANAN�VOLUME EKSPOR CPO
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (diolah)
Grafik 1.10 Perkembangan Volume Ekspor CPO
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
7 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Perbaikan kinerja industri pengolahan, khususnya
CPO, juga ditopang oleh peningkatan harga.
Harga CPO global triwulan II 2021 meningkat ke
RM4.208/MT atau tumbuh 86,04% (yoy), dibanding
harga pada triwulan I 2021 yang sebesar RM3.896/MT
atau tumbuh 19,61% (yoy) (Grafik 1.12). Selain itu,
peningkatan kinerja CPO juga didorong perbedaan
harga antara CPO dan subsitusinya yaitu minyak
kedelai. Harga minyak kedelai tercatat USD1.458/MT
atau tumbuh 106,86% (yoy), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar USD 1.1700/MT
atau tumbuh 44,82% (yoy) (Grafik 1.13).
1.1.4 LU Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Pada triwulan II 2021, LU PHR tumbuh 5,25%
(yoy), membaik dibandingkan triwulan I 2021
yang terkontraksi 2,11% (yoy). Kinerja PHR Kalsel
mengalami pertumbuhan positif pada sub-lapangan
usaha perdagangan besar dan eceran serta reparasi
mobil dan sepeda motor yang tumbuh 4,81%(yoy),
meningkat dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi
1,51%(yoy). Perbaikan kinerja PHR juga terlihat dari
Indeks Penjualan Eceran (IPE) yang tumbuh 42,00%
(yoy), membaik dibandingkan triwulan I 2021 yang
terkontraksi 8,30%(yoy) (Grafik 1.14). Selain itu,
indikasi perbaikan juga terlihat dari Kredit Kendaraan
Bermotor (KKB) yang mengalami perbaikan kontraksi
24,72% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang terkontraksi 27,80% (yoy) ditopang
stimulus pajak pertambahan nilai barang mewah
(PPnBM) 0% untuk mobil dengan kapasitas silinder
(cc) tertentu (Grafik 1.15).
Sub-lapangan usaha penyediaan akomodasi dan
makan minum juga tumbuh 7,29%, lebih tinggi
dibandingkan kontraksi 4,71% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, didorong peningkatan daya beli di
tengah peningkatan mobilitas dan aktivitas ekonomi
masyarakat. Hal ini tercermin dari Tingkat Penghunian
�350�300�250�200�150�100�50050100150200250300350400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
DUNIA INDIA TIONGKOK PAKISTAN
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (diolah)
Grafik 1.11 Perkembangan Ekspor CPO Berdasarkan Negara Tujuan
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
0
200
400
600
800
1000
1200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
RUBBER �$/KG�
SAWNWOOD PALM OIL RUBBER TSR20
CPO �$/MT�SAWNWOOD �$/CUBIC METER�
Sumber : World Bank (diolah)
Grafik 1.12 Perkembangan Harga Komoditas Industri Pengolahan Kalimantan Selatan
400
600
800
1000
1200
1400
1600
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
$/MT
SOYBEAN OIL PALM OIL
Sumber : World Bank (diolah)
Grafik 1.13 Perkembangan Harga Minyak Nabati
-8,30
42,00
�60
�40
�20
0
20
40
60
80
0
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2017 2018 2019 2020 2021
INDEKS
PERTUMBUHAN IPEIPE
Sumber : Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.14 Perkembangan Indek Penjualan Eceran
BAB I
8
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kamar (TPK) Hotel Berbintang yang tumbuh 98,72%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang terkontraksi 2,75% (yoy), namun belum kembali
ke level normal sebelum pandemi COVID-19 (Grafik
1.16).
1.2 SISI PERMINTAANDari sisi permintaan, peningkatan ekonomi
perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
pada triwulan II 2021 ditopang oleh seluruh
komponen.
1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga (RT)Pada triwulan II 2021, konsumsi RT tumbuh
4,05% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan I
2021 yang terkontraksi 0,98% (yoy). Peningkatan
kinerja konsumsi ditopang oleh mobilitas dan aktivitas
masyarakat yang meningkat, terutama pada momen
HBKN Ramadhan dan Idul Fitri tahun 2021. Perbaikan
konsumsi juga sejalan dengan keyakinan masyarakat
terhadap perbaikan ekonomi kedepan yang semakin
meningkat seiring dengan program vaksinasi nasional
yang berlangsung. Hal ini terindikasi dari peningkatan
Indeks keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi
Ekonomi (IKE), dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
(Grafik 1.17).
Selain itu, kinerja konsumsi RT juga didorong
peningkatan pendapatan masyarakat didukung
pembayaran tunjangan hari raya (THR), gaji ke-13 dan
kelanjutan penyaluran Program Pemulihan Nasional
(PEN) serta peningkatan ketersediaan lapangan kerja.
Hal ini tercermin dari indeks penghasilan konsumen
dan indeks ketersediaan lapangan pekerjaan triwulan
II 2021 yang meningkat. (Grafik 1.18).
Sejalan dengan perbaikan aktivitas
perekonomian masyarakat, pembiayaan
perbankan untuk kredit konsumsi mengalami
-27,80
-24,72
�40
�30
�20
�10
0
10
20
30
0
1
2
3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
PERTUMBUHAN KREDIT �RHS�KKB
% YOYRP TRILIUN
Sumber : Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (data diolah) Metode : Lokasi Proyek
Grafik 1.15 Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor
-2,75
98,72
�100
�50
0
50
100
150
0
10
20
30
40
50
60
70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% OKUPANSI %YOY
PERTUMBUHAN TPKTPK HOTEL BERBINTANG
Sumber : BPS Kalsel (diolah)
Grafik 1.16 Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel Berbintang
Tw.I-2021 Tw.II-2021
Permintaan 2016 2018 2019 2020 % (yoy) % (yoy) Pangsa SOG
Konsumsi Rumah Tangga 4,82 5,03 4,01 -0,26 -0,98 4,05 0,49 1,98
Konsumsi LNPRT 5,58 8,74 7,97 -2,40 0,73 2,94 0,01 0,03
Konsumsi Pemerintah 1,02 2,53 2,91 -2,63 -3,47 8,61 0,08 0,68
Pembentukan Modal Tetap Bruto 4,30 8,01 6,37 -1,42 -3,91 1,47 0,23 0,33
Ekspor Barang dan Jasa 8,96 5,97 2,12 -10,81 -14,09 22,97 0,72 16,51
Impor Barang dan Jasa 10,18 7,84 1,52 -13,13 -14,13 30,94 0,53 16,53
PDRB 5,28 5,08 4,08 -1,81 -47,24 4,40 1,00 4,40
Tabel 1.2 Pertumbuhan PDRB Sisi Permintaan
Sumber: BPS Kalsel (diolah), %yoy menunjukkan pertumbuhan tahunan, SOG = Source of Growth
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
9 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
peningkatan ke 1,42%(yoy), dibandingkan
triwulan I 2021 yang terkontraksi 0,16%(yoy)
(Grafik 1.19). Sementara itu, kredit multiguna
mengalami pertumbuhan sebesar 6,62% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 5,03% (yoy) (Grafik 1.20).
1.2.2 Konsumsi PemerintahKonsumsi pemerintah pada triwulan II 2021
tumbuh 8,61% (yoy), meningkat signifikan
dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang
terkontraksi sebesar 3,47% (yoy). Peningkatan
kinerja konsumsi pemerintah didorong oleh realisasi
belanja operasional baik di level provinsi maupun
kabupaten/kota sejalan pembayaran THR dan gaji
ke-13. Realisasi belanja operasional Provinsi Kalsel
pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp1,93 triliun
lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2020 yang
sebesar Rp1,66 triliun didorong oleh realisasi pos
belanja pegawai dan pos belanja hibah. Sementara
itu, realisasi belanja operasional kab/kota di wilayah
Kalsel pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp5,00
triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II-2020
yang sebesar Rp4,83 triliun didorong oleh realisasi pos
belanja pegawai.
1.2.3 Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto/PMTB)
Kinerja investasi pada triwulan II 2021 tumbuh
positif sebesar 1,47% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi
3,91 % (yoy). Pada triwulan II 2021, realisasi investasi
PMA dan PMDN tertcata sebesar sebesar Rp3,25
Triliun, atau tumbuh 7,04% (yoy) dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai realisasi
investasi tersebut juga lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar
Rp1,97 triliun (Grafik 1.21).
0
20
40
60
80
100
120
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2017 2018 2019 2020 2021
% YOYINDEKS
IEKIKEIKK
Sumber : Survei Konsumen KPwBI Kalsel
Grafik 1.17 Survei Konsumen
INDEKS KONSUMSI DURABLE GOODSINDEKS KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA INDEKS KEGIATAN USAHA
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2017 2018 2019 2020 2021
INDEKS
Sumber : Survei Konsumen KPwBI Kalsel
Grafik 1.18 Indeks Penghasilan, Konsumsi Durable Goods, Ketersediaan Lapangan Kerja dan Kegiatan Usaha
-0,16
1,42
�2
0
2
4
6
8
10
12
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYRP TRILIUN
PERTUMBUHAN KREDIT �RHS�KREDIT KONSUMSI
Sumber : Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (data diolah) Metode : Lokasi Proyek
Grafik 1.19 Kredit Konsumsi
5,03
6,62
�2
0
2
4
6
8
10
12
14
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYRP TRILIUN
PERTUMBUHAN KREDIT �RHS�KREDIT MULTIGUNA
Sumber : Laporan Bank Umum, KPw BI Prov Kalsel (data diolah) Metode : Lokasi Proyek
Grafik 1.20 Kredit Multiguna
BAB I
10
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Peningkatan kinerja investasi sejalan dengan
pelaksanaan beberapa proyek investasi
pemerintah dan swasta yang mulai dilakukan
pada triwulan II 2021, antara lain pembangunan
gudang, perumahan, gedung olah raga, pusat
kesehatan, laboratorium, gedung pengadilan,
pasar, masjid, jaringan pipa, kantor polisi,
jalan, pengolahan sampah, lampu jalan, dan
depot sampah (Tabel 1.3). Pada kategori kantor
pemerintah, antara lain terdapat pembangunan
kantor Dinas PUPR Kota Banjarbaru serta Kantor KSOP
Kelas III Kotabaru – Batulicin. Sementara itu, pada
kategori pusat kesehatan antara lain terdapat proyek
pembangunan Puskesmas di Kabupaten Tanah Laut
dan Hulu Sungai Selatan serta pembangunan rumah
sakit di Kotabaru. Di luar proyek yang dibiayai oleh
APBD/APBN terdapat pula sejumlah pengerjaan proyek
swasta yang masih berlangsung seperti pembangunan
gudang di Banjarmasin oleh sebuah perusahaan yang
bergerak di industri makanan dan minuman. Selain
itu, terdapat pula pembangunan perumahan di
Kabupaten Balangan.
Peningkatan kinerja investasi juga tercermin dari
peningkatan penjualan semen di Kalsel. Penggunaan
semen pada triwulan II 2021 tumbuh 3,43%(yoy),
setelah terkontraksi 14,25% (yoy) pada triwulan
sebelumnya (Grafik 1.22).
1.2.4 EksporPada triwulan II 2021, ekspor tumbuh 22,97%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021
yang terkontraksi 14,09% (yoy). Nilai ekspor
29,73
7,04
�400
�200
0
200
400
600
800
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYRP. MILYAR
PERTUMBUHAN NILAI TOTAL INVESTASI �SB. KANAN�TOTAL INVESTASI
Sumber : BKPM (diolah)
Grafik 1.21 Perkembangan Total Investasi PMA dan PMDN Di Kalimantan Selatan
Tipe Kepemilikan Kategori Jumlah Proyek
CommercialWAREHOUSE 1
HOUSES 1
Government
GOVERNMENT OFFICES 3
SPORT HALL 1
HEALTH CENTRE 4
LABORATORY 1
LAW COURT 1
MARKET 1
MOSQUE 1
PIPELINES 1
POLICE STATION 1
ROADWORKS 2
SLUDGE TREATMENT PLANT 1
STREET LIGHTING 1
WASTE DEPOT 1
Tabel 1.3 Proyek Investasi di Kalimantan Selatan
Sumber: Building & Construction Interchange, BCI (diolah)
-14,25
3,43
�60
�40
�20
0
20
40
60
80
100
0
50
100
150
200
250
300
350
400
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYRIBU TON
PERTUMBUHAN PENGADAAN SEMEN KALSEL �SB. KANAN�PENGADAAN SEMEN KALSEL
Sumber : Asosiasi Semen Indonesia (diolah)
Grafik 1.22 Perkembangan Pengadaan Semen Di Kalimantan Selatan
�100
�50
0
50
100
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
NILAI EKSPOR TOTAL KARET ALAM & OLAHAN BATU BARA CPO PLYWOOD
Sumber : Data Ekspor Impor Bank Indonesia (diolah)
Grafik 1.23 Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Komoditas
BAB I
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
11 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
luar negeri tercatat sebesar USD1,91 miliar atau
tumbuh 47,06% (yo), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar USD1,59 miliar
atau terkontraksi 27,36% (yoy). Peningkatan ekspor
terutama ditopang komoditas batu bara, CPO, karet
alam dan olahan serta kayu olahan (Grafik 1.23).
Secara nominal, ekspor batu bara triwulan II
2021 tumbuh 61,64% (yoy), setelah mengalami
kontraksi 11,12%(yoy) pada triwulan I 2021
(Grafik 1.24). Kinerja ekspor batu bara didorong
peningkatan permintaan Tiongkok seiring pasokan
batubara domestik yang terbatas akibat bencana
banjir di beberapa tambang batu bara domestik
Tiongkok. Selain itu, ekspor batubara ke India tetap
kuat seiring kebutuhan batu bara untuk pembangkit
listrik yang masih tinggi. Peningkatan ekspor batu
bara juga dipengaruhi oleh tren peningkatan harga
batu bara acuan (HBA) yang menyentuh level rata-rata
USD 92,5/MT, lebih tinggi dari rata-rata harga pada
triwulan I 2021 yang sebesar USD 82,70/MT.
Sementara itu, nilai ekspor CPO pada triwulan
II 2021 tumbuh 85,57% (yoy) meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 22,11% (yoy) (Grafik 1.25). Peningkatan
ekspor CPO terutama didorong permintaan Pakistan
didukung penandatanganan kerjasama perdagangan
antara Indonesia dan Pakistan. Peningkatan kinerja
ekspor CPO juga didukung peningkatan harga
komoditas CPO global. Berdasarkan Malaysian
Palm Oil Council (MPOC), harga rata-rata CPO pada
triwulan II 2021 tercatat sebesar RM 4.208/Ton, lebih
tinggi dibandingkan harga rata-rata triwulan I 2021
yang sebesar RM 3.896/Ton.
Ekspor karet alam dan olahan Kalsel pada
triwulan II 2021 mengalami pertumbuhan
yang tinggi. Nilai ekspor karet tumbuh 88,18%
(yoy) meningkat dibandingkan triwulan I 2021 yang
tumbuh 20,75% (yoy) (Grafik 1.26). Peningkatan
ini didorong oleh trend kenaikan harga karet yang
-11,12
61,64
�60
�40
�20
0
20
40
60
80
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYUSD MILYAR
GROWTHNILAI EKSPOR BATU BARA
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.24 Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri Batu Bara
22,11
85,57
�100
�50
0
50
100
150
0
50
100
150
200
250
300
350
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYUSD MILYAR
PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR CPONILAI EKSPOR CPO
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.25 Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri CPO
20,75
88,18
�100
�50
0
50
100
150
0
10
20
30
40
50
60
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYUSD MILYAR
PERTUUMBUHAN NILAI EKSPOR KARET ALAM & OLAHANNILAI EKSPOR KARET ALAM & OLAHAN
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.26 Pertumbuhan Nilai Ekspor Luar Negeri Karet Alam & Olahan
2,04%KARET
5,29%LAINNYA
3,60%KAYULAPIS
78,03%BATUBARA
11,04%CPO
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.27 Distribusi Nilai Ekspor Triwulan II 2021 Berdasarkan Komoditas
BAB I
12
Perkembangan Ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
1.2.5 ImporImpor Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 tumbuh sebesar 30,90% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang
terkontraksi 14,13% (yoy). Peningkatan impor
tercermin pada data nilai impor Kalsel yang tercatat
sebesar USD34,22 juta atau tumbuh 81,44% (yoy),
lebih tinggi dari USD24,51 juta pada triwulan I
2021 (Grafik 1.30). Nilai impor barang manufaktur
tercatat sebesar USD0,65 juta atau mengalami
perbaikan kontraksi dari 56,94% (yoy) pada triwulan
I 2021 menjadi -25,49% (yoy). Hal Itu sejalan dengan
peningkatan sektor investasi (Grafik 1.31).
masih dipengaruhi peningkatan harga minyak mentah
sebagai bahan karet sintetis selain faktor base effect
nilai ekspor karet triwulan II-2020 yang cukup rendah.
Komposisi nilai ekspor berdasarkan komoditas
sampai dengan triwulan II 2021 menunjukkan
bahwa batu bara masih menjadi komoditas
paling dominan dalam struktur ekspor
Kalimantan Selatan dengan pangsa sebesar
78,03%. Komoditas utama selanjutnya adalah CPO
sebesar 11,04%, kayu lapis sebesar 3,60% dan karet
sebesar 2,04%. (Grafik 1.27).
Berdasarkan negara tujuan, ekspor Kalimantan
Selatan pada triwulan II 2021 tertinggi ke
Tiongkok (42,42%), India (14,27%), ASEAN
(19,06%), dan Jepang (6,31%) (Grafik 1.28).
Di triwulan II 2021, pertumbuhan nilai ekspor ke
Tiongkok, Jepang, India dan ASEAN menunjukkan
arah peningkatan (Grafik 1.29).
OTHER ASIA
TIONGKOK
INDIA
JEPANG
KOREA SELATAN
ASEAN
US
EROPA42,42%14,27%
6,31%1,77%
19,06%
2,85% 2,35%
8,99%
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.28 Distribusi Nilai Ekspor Triwulan II 2021 Berdasarkan Negara Tujuan
�100
�50
0
50
100
150
200
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOY
TIONGKOK OTHER ASIA JEPANG INDIA ASEAN
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah) *ASIA dikurangi Tiongkok, India, Jepang, Korsel dan ASEAN
Grafik 1.29 Pertumbuhan Nilai Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan
-54,45
81,44
�100
�50
0
50
100
150
200
250
300
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYJUTA USD
PERTUMBUHAN NILAI TOTAL IMPOR �SK. KANAN�NILAI TOTAL IMPOR
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.30 Pertumbuhan Nilai Impor Luar Negeri
PERTUMBUHAN VOLUME IMPOR BARANG MANUFAKTUR �SB. KANAN�IMPOR BARANG MANUFAKTUR
-56,94
-25,49
�150
�100
�50
0
50
100
150
200
250
300
350
0
2
4
6
8
10
12
I II III IV I II II IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
% YOYKG
Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (data diolah)
Grafik 1.31 Pertumbuhan Nilai Barang Manufaktur
13 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Mendorong Pengembangan Hilirisasi Batu Bara Dalam Mendukung Transformasi Struktural Kalimantan Selatan
BOKS 1
14LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Struktur ekonomi Kalimantan Selatan masih
bertumpu pada sumber daya alam (SDA) yang
dijual mentah atau barang setengah jadi. Selama
beberapa dekade terakhir, ekonomi Kalimantan
Selatan secara dominan bergantung pada komoditas
sumber daya alam, seperti batubara, kelapa sawit,
dan karet olahan (Grafik B1.1). Ketergantungan
pada komoditas dimaksud berpotensi menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif karena
dipengaruhi faktor eksternal terutama volatilitas harga
komoditas di pasar global dan permintaan negara
mitra dagang. Untuk itu, perlu dilakukan transformasi
ekonomi guna mengurangi ketergantungan terhadap
sektor berbasis komoditas mentah dan mencapai
pertumbuhan ekonomi yang bernilai tambah, inklusif,
terintegrasi dan berkelanjutan.
Boks 1 : Mendorong Pengembangan Hilirisasi Batubara Dalam Mendukung Tranformasi Struktural Kalimantan
15 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Transformasi ekonomi difokuskan pada
penguatan industri manufaktur melalui
peningkatan nilai tambah. Perekonomian
Kalimantan Selatan perlu bertransformasi mengolah
hasil pertanian, perkebunan, dan pertambangan ke
arah hilirisasi industri untuk menciptakan nilai tambah
yang lebih besar. Produk manufaktur yang strategis
untuk dikembangkan guna mendukung hilirisasi
industri, antara lain adalah batu bara. Hal ini sejalan
dengan posisi Kalimantan Selatan yang merupakan
provinsi dengan sumber daya dan cadangan batu bara
terbesar kedua di Kalimantan, setelah Kalimantan
Timur. Sumber daya dan cadangan batu bara di
Kalimantan Selatan masing-masing tercatat sebesar
17,41 miliar Ton dan 4,88 miliar ton atau berkontribusi
sebesar 18,81% dan 19,69% terhadap sumber daya
dan cadangan batu bara Kalimantan.
Hilirisasi batu bara menjadi penting ditengah
arah perekonomian global yang berfokus pada
isu lingkungan. Kesepakatan Paris Agreement
menjadi langkah awal negara-negara di dunia untuk
mereduksi emisi karbon dioksida yang terutama
berasal dari penggunaan bahan bakar fosil untuk
penyediaan energi atau ekuivalen dengan 36,44
Gt CO2e1. Paris Agreement berkomitmen untuk
mengurangi emisi gas karbon sebagai upaya menahan
laju peningkatan temperatur global hingga dibawah
2 derajat celcius. Merespon hal tersebut, kelompok
negara G7 juga telah bersepakat untuk menghentikan
dukungan pembiayaan di sektor pertambangan batu
bara, termasuk pembiayaan proyek pembangunan
1 Gt CO2e merupakan singkatan dari Gigaton Karbon Dioksida yang digunakan sebagai satuan untuk emisi Gas Rumah Kaca (GRK).
PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan
bakar terhitung sejak akhir tahun 2021.
Peningkatan nilai tambah atau hilirisasi produk
batu bara antara lain melalui upgrading dan
gasifikasi perlu terus didorong. Sebagaimana
tertuang pada peta jalan industri kimia dasar
berbasis migas dan batu bara dalam Rencana Induk
Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-
2035, Kalimantan Selatan sedang dalam tahap
pengembangan hilirisasi batu bara (Tabel B1.1). Saat
ini, telah ada perusahaan di Kalimantan Selatan yang
melakukan hilirisasi dalam bentuk upgrading batu
bara menjadi semi kokas dengan target penjualan
pada tahun 2021 mencapai 2,4 juta ton, meningkat
dibandingkan 1,5 juta ton pada tahun sebelumnya.
Target penjualan yang lebih tinggi tersebut didorong
oleh permintaan pasar cooking coal global yang
cukup menjanjikan, terutama Jepang, Tiongkok,
dan India. Peningkatan produk komoditas batu bara
dalam bentuk semi kokas juga berpotensi mendorong
peningkatan nilai tambah ekonomi dan menurunkan
impor Indonesia terhadap kebutuhan batu bara kokas
yang mayoritas digunakan untuk industri smelter.
No INDUSTRI PRIORITAS
JENIS INDUSTRI
2015-2019 2020-2024 2025-2035
10. INDUSTRI KIMIA DASAR BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA
Industri Petrokimia Hulu
1. Etilena2. Propilena3. Butadiene4. P-xylena5. Metanol6. Ammonia
1. Asam formiat2. O-xylena3. Benzena4. Toluena
1. Etilena2. Propilena3. Butadiene4. P-xylena5. Metanol6. Ammonia7. Benzena8. Toluena9. Asam formiat10. Parafin Liquid
Industri Kimia Organik
1. Carbon Black2. Asam Tereftalat3. Asam Asetat4. Akrilonitril5. Bis Fenol A
1. Kaprolaktam2. Cumene3. Propilen Glikol4. Etilen Glikol5. Fenol6. Asam Fumarat7. Ptalic Anhidrat
1. Kaprolaktam2. Metil Metakrilat3. Asam Asetat
Industri Pupuk
1. Pupuk tunggal (basis nitrogen)
2. Pupuk majemuk
1. Pupuk tunggal (basis fosfat dan kalium)
2. Pupuk majemuk
1. Pupuk tunggal (basis nitrogen, fosfat dan kalium)
2. Pupuk majemuk
Tabel B1.1 Peta Jalan Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan Batubara, RIPIN 2015-2035
Grafik B1.6 Dampak Pengalihan Wisdom terhadap Nilai Pasar Pariwisata Kalsel
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 20200%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
TANI TAMBANG INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI LGA
PHR TRANSKOM JASKEU JASA LAINNYA
16,1% 15,4% 15,0% 14,7% 14,6% 14,4% 14,3% 14,2% 14,0% 13,9% 14,1%
27,8% 29,3% 29,6% 29,3% 28,6% 27,3% 26,3% 26,0% 25,7% 25,1% 24,4%
13,7% 13,2% 13,1% 12,9% 12,7% 12,8% 13,0% 13,1% 13,0% 12,7% 12,5%
Sumber : Kementerian Keuangan
Boks 1 : Mendorong Pengembangan Hilirisasi Batubara Dalam Mendukung Tranformasi Struktural Kalimantan
16LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pengembangan proyek gasifikasi batu bara di
Kalimantan Selatan masih dalam tahapan awal.
Beberapa perusahaan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara (PKP2B) generasi pertama
yang berlokasi di Kalimantan Selatan sedang dalam
penjajakan untuk pengembangan proyek hilirisasi
batubara. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang
Minerba Nomor 3 Tahun 2020 yang mengatur bahwa
perubahan status dari PKP2B menjadi pemegang
Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) sebagai
kelanjutan operasi kontrak/perjanjian wajib melakukan
hilirisasi batubara. Salah satu perusahaan batu bara
di Kalimantan Selatan yang telah mendapatkan
perpanjangan operasi dan IUPK telah berencana
untuk menggarap proyek hilirisasi batu bara yang
menghasilkan Synthetic Natural Gas (SNG) dan saat
ini sedang dalam tahap finalisasi kajian (pra Feasibility
Study/FS). Sementara itu, perusahaan lainnya dari
PKP2B generasi pertama juga berencana akan
membangun proyek hilirisasi Coal to Methanol dengan
kapasitas produksi 660.000 ton methanol per tahun.
Dengan feedstock batu bara sebanyak 1,3 juta ton per
tahun, proyek ini ditargetkan selesai pada tahun 2027.
Progress saat ini masih dalam tahap finalisasi kajian
(pra Feasibility Study/FS).
Pemerintah terus berupaya mendorong
pengembangan proyek hilirisasi batu bara
melalui perumusan sejumlah insentif. Mengingat
peran hilirisasi batu bara yang cukup penting dalam
peningkatan nilai tambah dan diharapkan mampu
menghemat/meningkatkan cadangan devisa, maka
pemerintah telah merumuskan sejumlah insentif
bagi perusahaan yang melakukan hilirisasi batu bara.
Beberapa usulan insentif tersebut antara lain:
a. Penyusunan skema pengurangan tarif royalti
batubara secara khusus untuk gasifikasi batu bara
hingga sebesar 0%.
b. Penyusunan regulasi terkait formula harga batu
bara khusus untuk peningkatan nilai tambah
(gasifikasi) yang dilaksanakan di mulut tambang.
c. Penyusunan regulasi jangka waktu Izin Usaha
Pertambangan (IUP) batu bara yang khusus
digunakan sebagai pasokan batu bara untuk
gasifikasi, diberikan masa IUP sesuai umur
ekonomis industri gasifikasi batu bara.
d. Pemberian Tax Holiday – PPh Badan secara khusus
sesuai umur ekonomis gasifikasi batu bara.
e. Pembebasan PPN Jasa Pengolahan batu bara
menjadi syngas sebesar 0%.
f. Pembebasan PPN EPC (engineering, procurement,
construction) kandungan lokal.
g. Perumusan skema penetapan harga patokan
produk gasifikasi, seperti Dimethyl Ether (DME).
h. Pengalihan sebagian subsidi LPG ke DME sesuai
porsi LPG yang disubstitusi.
i. Kepastian offtaker produk hilirisasi.
BAB II
KeuanganPemerintah
17 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Secara agregat (baik nominal maupun persentase) realisasi belanja provinsi, kabupaten, dan kota di Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibanding realisasi triwulan II 2020, ditengah realisasi pendapatan daerah yang masih terbatas akibat pembatasan aktivitas masyarakat skala mikro
KeuanganPemerintah
BAB II
Peningkatan realisasi belanja terutama didorong oleh realisasi belanja operasional baik di level provinsi maupun kabupaten/kota. Belanja modal menjadi pendorong serapan belanja yang relatif tinggi pada triwulan II 2021, terutama pada level provinsi. Sementara itu, realisasi belanja tak terduga dan dana transfer pemda mengalami penurunan.
BAB II
18
KeuanganPemerintah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Penurunan realisasi pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan realisasi pendapatan asli daerah (PAD) baik di level provinsi maupun kabupaten/kota. Realisasi pendapatan transfer lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya akibat realisasi transfer di level kabupaten/kota yang masih tertahan. Sementara itu, realisasi lain-lain pendapatan yang sah meningkat terutama didorong realisasi pada level kabupaten dan kota di Kalimantan Selatan
Foto : Tugu Bundaran Simpang Empat, Banjarbaru
BAB II
KeuanganPemerintah
19 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
2.1 REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Secara agregat, realisasi pendapatan provinsi,
kabupaten, dan kota di Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 mengalami sedikit penurunan
dibanding realisasi triwulan II 2020 (Tabel 2.1).
Penurunan ini terutama dipicu oleh penurunan
realisasi pendapatan asli daerah baik di level provinsi
maupun kabupaten/kota sejalan dengan aktivitas
ekonomi yang belum pulih dan mobilitas masyarakat
yang terbatas seiring dengan pelarangan mudik oleh
Pemerintah Realisasi pendapatan transfer tertahan
akibat realisasi transfer di level kabupaten/kota yang
masih tertahan sejalan dengan refocusing anggaran
guna penanganan COVID-19 di daerah. Sementara
itu, realisasi lain-lain pendapatan yang sah meningkat
terutama didorong realisasi pada level kabupaten dan
kota di Kalimantan Selatan (Tabel 2.1).
2.1.1 REALISASI PENDAPATAN PROVINSI
Secara nominal, realisasi pendapatan Provinsi
Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021
mengalami penurunan dibandingkan realisasi
triwulan II-2020. Penurunan tersebut bersumber
dari penurunan pendapatan asli daerah (PAD) akibat
aktivitas ekonomi yang belum pulih dan mobilitas
masyarakat yang masih terbatas sehingga berdampak
pada penerimaan lain-lain pendapatan daerah yang
sah (Tabel 2.3). Sementara itu, pada periode yang
sama secara persentase realisasi pendapatan Provinsi
Kalimantan Selatan mengalami peningkatan (Tabel
2.3).
Uraian Pos APBDAPBD REALISASI s.d. Triwulan II % REALISASI s.d. Triwulan II
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Pendapatan Daerah 25.432,75 23.699,27 11.680,12 10.583,48 45,93% 44,66%
Pendapatan Asli Daerah 5.876,59 5.689,57 2.485,76 2.323,72 42,30% 40,84%
Dana Perimbangan 15.579,16 17.430,82 9.063,95 8.065,39 58,18% 46,27%
Lain-Lain Pendapatan yang Sah 3.977,01 578,88 130,40 194,37 3,28% 33,58%
Belanja Daerah 28.037,12 26.926,33 8.785,47 8.934,69 31,34% 33,18%
Belanja Operasional 18.782,00 18.502,09 6.495,84 6.928,80 34,59% 37,45%
Belanja Modal 5.277,67 4.547,28 749,90 769,32 14,21% 16,92%
Belanja Tak Terduga 50,19 324,57 220,42 115,33 439,19% 35,53%
Dana Transfer Pemda 3.927,27 3.552,39 1.319,31 1.121,24 33,59% 31,56%
Tabel 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Agregat (Provinsi, Kabupaten, dan Kota) Kalimantan Selatan (Rp Miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber: Kanwil DJPb dan Bakeuda Provinsi Kalimantan Selatan
21,28% 21,96%
49,69% 48,37%
11,15% 11,41%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
2020 2021 2020 2021 2020 2021AGREGAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
Sumber : Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan *)Data realisasi triwulan II 2021
Grafik 2.1 Rasio Kemandirian Fiskal Daerah Triwulan II 2021
No Kota/Kab Pagu 2021Realisasi s.d. Tw II
2021
% Realisasi s.d. Tw II
2021
1 Kab. Banjar 1.744,88 659,64 37,80%
2 Kab. Barito Kuala 1.235,39 525,71 42,55%
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1.152,65 537,95 46,67%
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1.159,26 493,84 42,60%
5 Kab. Hulu Sungai Utara 1.160,10 410,94 35,42%
6 Kab. Kotabaru 1.567,04 558,79 35,66%
7 Kab. Tabalong 1.435,64 647,00 45,07%
8 Kab. Tanah Laut 1.381,79 689,51 49,90%
9 Kab. Tapin 982,67 469,78 47,81%
10 Kota Banjarbaru 1.029,44 505,63 49,12%
11 Kota Banjarmasin 1.583,73 741,51 46,82%
12 Kab. Balangan 1.132,64 462,22 40,81%
13 Kab. Tanah Bumbu 1.581,37 860,75 54,43%
Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan (Rp miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber : Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 2.2
BAB II
20
KeuanganPemerintah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan II 2021, realisasi PAD tercatat
sebesar Rp1,46 triliun atau 40,94% dari target
APBD 2021, secara nominal lebih rendah
dibanding triwulan I-2020 yang sebesar Rp1,53
triliun atau 39,90% dari target APBD 2020.
Penurunan realisasi PAD triwulan II 2021 tersebut
mengakibatkan rasio kemandirian fiskal Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan triwulan II 2021 turun
menjadi 48,37%, dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang sebesar 49,69% (Grafik 2.1).
2.1.2 REALISASI PENDAPATAN KABUPATEN DAN KOTA
Realisasi total pendapatan Kabupaten dan
Kota di Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 juga mengalami penurunan dibandingkan
realisasi triwulan II 2020, baik secara nominal
maupun persentase (Tabel 2.4). Penurunan realisasi
pendapatan tersebut bersumber dari penurunan
pendapatan asli daerah (PAD) akibat mobilitas
masyarakat dan aktivitas ekonomi yang terbatas
sehingga berdampak pada penerimaan lain-lain
pendapatan daerah yang sah (Tabel 2.3). Selain itu,
realisasi pendapatan transfer mengalami kendala
penyerapan akibat refocusing anggaran.
Pada triwulan II 2021, realisasi PAD tercatat
sebesar Rp862,78 miliar atau 40,68% dari target
APBD 2021, lebih rendah dibanding triwulan II
2020 yang sebesar Rp959,86 miliar atau 46,76%
Uraian Pos APBDAPBD REALISASI s.d. Triwulan II % REALISASI s.d. Triwulan II
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Pendapatan Asli Daerah 3.824,03 3.568,77 1.525,90 1.460,94 39,90% 40,94%
Hasil Pajak Daerah 3.113,50 2.810,09 1.157,32 1.171,68 37,17% 41,70%
Hasil Retribusi Daerah 37,08 42,37 14,39 15,23 38,82% 35,94%
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 51,60 51,60 34,12 40,45 66,12% 78,39%
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 621,85 664,70 320,07 233,59 51,47% 35,14%
Pendapatan Transfer 3.323,47 2.908,71 1.500,74 1.522,54 45,16% 52,34%
Transfer Pemerintah Pusat 3.323,47 2.908,71 1.500,74 1.522,54 45,16% 52,34%
Transfer Antar Daerah - - - - - -
Lain-lain Pendapatan yang Sah 83,40 75,18 43,91 36,74 52,66% 48,87%
Total Pendapatan Daerah 7.230,91 6.552,66 3.070,56 3.020,22 42,46% 46,09%
Tabel 2.3 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp Miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber: Kanwil DJPb dan Bakeuda Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 2.4 Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten dan Kota di Kalimantan Selatan (Rp Miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber: Kanwil DJPb dan Bakeuda Provinsi Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBDAPBD REALISASI s.d. Triwulan II % REALISASI s.d. Triwulan II
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Pendapatan Asli Daerah 2.052,55 2.120,80 959,86 862,78 46,76% 40,68%
Hasil Pajak Daerah 736,42 702,12 304,45 324,97 41,34% 46,28%
Hasil Retribusi Daerah 164,02 146,65 53,33 49,89 32,52% 34,02%
Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan 142,33 134,33 82,60 118,04 58,03% 87,88%
lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.009,78 1.137,70 519,47 369,88 51,44% 32,51%
Pendapatan Transfer 12.255,68 14.522,11 7.563,21 6.542,85 61,71% 45,05%
Transfer Pemerintah Pusat 11.097,22 13.198,21 6.419,22 6.020,37 57,85% 45,62%
Transfer Antar Daerah 1.158,47 1.323,90 1.143,99 522,47 98,75% 39,46%
Lain-lain Pendapatan yang Sah 3.893,61 503,70 86,49 157,63 2,22% 31,30%
Total Pendapatan Daerah 18.201,85 17.146,61 8.609,56 7.563,26 47,30% 44,11%
BAB II
KeuanganPemerintah
21 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dari target APBD 2020. Namun demikian penurunan
realisasi PAD yang lebih rendah secara persentase
dibanding total pendapatan daerah mengakibatkan
rasio kemandirian fiskal Pemerintah Kabupaten/Kota
di Kalimantan Selatan triwulan II 2021 meningkat
menjadi 11,41%, dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya yang sebesar 11,15% (Grafik 2.1).
Realisasi pendapatan tertinggi tercatat di Kabupaten
Tanah Bumbu yakni sebesar 54,43%, sedangkan
realisasi terendah ada di Kabupaten Hulu Sungai
Utara, sebesar 35,42% (Tabel 2.2).
2.2 REALISASI BELANJA DAERAHSecara agregat (baik secara nominal maupun
persentase), realisasi belanja provinsi, kabupaten,
dan kota di Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 mengalami peningkatan dibanding realisasi
pada triwulan II-2020 (Tabel 2.1). Peningkatan ini
terutama didorong oleh realisasi belanja operasional
baik di level provinsi maupun kabupaten/kota dan
belanja modal. Sementara itu, realisasi belanja
tak terduga dan dana transfer pemda mengalami
perlemahan (Tabel 2.1).
2.2.1 REALISASI BELANJA PROVINSI
Secara agregat, realisasi belanja Pemerintah
Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 meningkat dibandingkan realisasi triwulan
II 2020 baik secara nominal maupun persentase
(Tabel 2.5). Realisasi belanja daerah tercatat sebesar
Rp 2,84 triliun atau 42,64% dari pagu APBD 2021,
lebih tinggi dibandingkan serapan belanja periode
yang sama tahun 2020 yang sebesar Rp 2,74 triliun
atau 36,14% dari pagu APBD 2020 (Tabel 2.5).
Peningkatan realisasi belanja daerah terutama
disebabkan oleh realisasi belanja operasional (belanja
pegawai dan hibah) dan belanja modal yang lebih
tinggi.
Realisasi belanja operasional pada triwulan II
2021 tercatat sebesar Rp1,93 triliun atau 44,04%
dari pagu APBD 2021, lebih tinggi dibandingkan
triwulan II 2020 yang sebesar Rp1,66 triliun atau
34,20% dari pagu APBD 2020. Peningkatan tersebut
didorong oleh realisasi pos belanja pegawai sebesar
Rp897,07 miliar atau 52,13% dari pagu APBD 2021,
8,54% 8,61%
6,68%
11,00%
9,38%
7,50%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
2020 2021 2020 2021 2020 2021AGREGAT PROVINSI KABUPATEN/KOTA
Sumber : Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan *)Data realisasi triwulan II 2021
Grafik 2.2 Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja Triwulan II
Tabel 2.5 Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalimantan Selatan (Rp Miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber: Kanwil DJPb dan Bakeuda Provinsi Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBD
APBD REALISASI s.d. Triwulan II % REALISASI s.d. Triwulan II
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Belanja Operasional 4.857,21 4.375,72 1.661,22 1.927,19 34,20% 44,04%
Belanja Pegawai 2.138,99 1.720,67 774,55 897,07 36,21% 52,13%
Belanja Barang dan Jasa 1.803,08 1.966,50 710,77 604,23 39,42% 30,73%
Hibah 915,13 687,03 175,89 425,89 19,22% 61,99%
Belanja Modal 1.333,05 974,58 183,05 311,89 13,73% 32,00%
Belanja Tak Terduga 10,00 91,79 99,98 66,14 999,83% 72,06%
Transfer Pemda 1.380,64 1.210,57 795,52 531,24 57,62% 43,88%
Transfer Bagi Hasil 1.380,64 1.207,07 793,37 525,50 57,46% 43,54%
Transfer Bantuan Keuangan - 3,50 2,15 5,75 - -
Total Belanja Daerah 7.580,91 6.652,66 2.739,77 2.836,46 36,14% 42,64%
BAB II
22
KeuanganPemerintah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2020 yang
sebesar Rp774,55 miliar atau 36,21% dari pagu APBD
2020. Selain itu juga didorong realisasi pos belanja
hibah yang terakselerasi menjadi Rp425,89 miliar atau
61,99% dibanding Rp175,89 miliar atau 19,22% pada
periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu,
pos belanja barang dan jasa pada triwulan II 2021
tercatat sebesar Rp604,23 miliar atau 30,73% dari
pagu APBD 2021, turun dibandingkan triwulan yang
sama di tahun sebelumnya yang sebesar Rp710,77
miliar atau 39,42% dari pagu APBD 2020. (tabel 2.5).
Belanja modal pada triwulan II 2021 tercatat
sebesar Rp311.89 miliar atau 32,00% dari pagu
APBD 2021, lebih tinggi dibandingkan triwulan
II-2020 yang sebesar Rp183,05 miliar atau
13,73% dari pagu APBD 2020 pasca refocusing.
Peningkatan ini disebabkan oleh pembayaran belanja
modal untuk kegiatan atau proyek tahun anggaran
2020, sejalan dengan komitmen pemerintah daerah
untuk mempercepat pencairan kewajiban di tahun
sebelumnya guna percepatan serapan belanja Provinsi
Kalimantan Selatan. Realisasi belanja modal yang naik
secara signifikan pada triwulan II 2021 mengakibatkan
rasio belanja modal terhadap total belanja Provinsi
meningkat dibandingkan triwulan II 2020, menjadi
sebesar 11,00% dari sebelumnya sebesar 6,68%
(Grafik 2.2).
Sementara itu, pada triwulan II 2021 realisasi transfer
Pemerintah Daerah, tercatat sebesar Rp531,24 miliar,
lebih rendah dibandingkan triwulan II 2020 yang
sebesar Rp795,52 miliar. Adanya kendala administrasi
berdampak pada realisasi transfer Pemda yang
tertahan.
2.2.2 REALISASI BELANJA KABUPATEN DAN KOTA
Secara nominal, realisasi belanja Pemerintah
Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 meningkat dibandingkan
realisasi triwulan II-2020 baik secara nominal
maupun persentase (Tabel 2.6). Realisasi belanja
daerah tercatat sebesar Rp 6,10 triliun atau 30,08%
dari pagu APBD 2021, lebih tinggi dibandingkan
serapan belanja periode yang sama tahun 2020
yang sebesar Rp6,05 triliun atau 29,55% dari pagu
Tabel 2.6 Realisasi Belanja APBD Kabupaten Kalimantan Selatan (Rp Miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber: Kanwil DJPb dan Bakeuda Provinsi Kalimantan Selatan
Uraian Pos APBD
APBD REALISASI s.d. Triwulan II % REALISASI s.d. Triwulan II
2020 2021 2020 2021 2020 2021
Belanja Operasional 13.924,79 14.126,37 4.834,63 5.001,61 34,72% 35,41%
Belanja Pegawai 7.948,39 7.747,75 2.899,52 3.329,55 36,48% 42,97%
Belanja Barang dan Jasa 5.313,60 5.732,83 1.658,09 1.518,60 31,20% 26,49%
Hibah 547,31 482,31 238,17 129,45 43,52% 26,84%
Belanja Modal 3.944,61 3.572,70 566,85 457,43 14,37% 12,80%
Belanja Tak Terduga 40,19 232,78 120,44 49,18 299,68% 21,13%
Transfer Pemda 2.546,63 2.341,82 523,79 590,00 20,57% 25,19%
Transfer Bagi Hasil 39,80 49,35 11,80 13,32 29,66% 26,99%
Transfer Bantuan Keuangan 2.506,83 2.292,47 511,99 576,68 - -
Total Belanja Daerah 20.456,22 20.273,67 6.045,70 6.098,23 29,55% 30,08%
PELAYANAN UMUM
KETERTIBAN DAN KEAMANAN
EKONOMI
LINGKUNGAN HIDUP
PERUMAHAN DAN FASILITAS UMUM
KESEHATAN
PARIWISATA DAN BUDAYA
PENDIDIKAN
PERLINDUNGAN SOSIAL
25%
2%7%2%
10%20%
32%
0%
2%
Grafik 2.3 Realisasi Belanja APBD se-Kalimantan Selatan per Sektor
BAB II
KeuanganPemerintah
23 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
APBD 2020. Peningkatan realisasi belanja daerah
terutama disebabkan oleh realisasi belanja operasional
(khususnya belanja pegawai) dan transfer pemda yang
lebih tinggi.
Realisasi belanja operasional pada triwulan II
2021 tercatat sebesar Rp5,00 triliun atau 35,41%
dari pagu APBD 2021, lebih tinggi dibandingkan
triwulan II 2020 yang sebesar Rp4,83 triliun
atau 34,72% dari pagu APBD 2020. Peningkatan
tersebut didorong oleh realisasi pos belanja pegawai
sebesar Rp3,33 triliun atau 42,97% dari pagu APBD
2021, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2020 yang
sebesar Rp2,90 triliun atau 36,48% dari pagu APBD
2020. Sementara itu, realisasi pos belanja barang
dan jasa sebesar Rp1,52 triliun atau 26,49%, lebih
rendah dibanding realisasi periode yang sama tahun
2020 sebesar Rp1,66 triliun atau 31,20%. Selain itu,
realisasi pos belanja hibah tercatat sebesar Rp129,45
miliar atau 26,84% dari pagu APBD 2021, lebih
rendah dibandingkan triwulan yang sama di tahun
sebelumnya sebesar Rp238,17 miliar atau 43,52%
dari pagu APBD 2020 (Tabel 2.6).
Belanja modal pada triwulan II 2021 tercatat
sebesar Rp457,43 miliar atau 12,80% dari
pagu APBD 2021, lebih rendah dibandingkan
realisasi triwulan II-2020 yang sebesar Rp566,85
miliar atau 14,37% dari pagu APBD 2020 pasca
refocusing. Realisasi belanja modal yang turun pada
triwulan II 2021 mengakibatkan rasio belanja modal
terhadap total belanja juga mengalami penurunan
dibandingkan triwulan II 2020, menjadi sebesar
7,50% dari sebelumnya sebesar 9,38% (Grafik 2.2).
Dari 13 kabupaten/kota, capaian realisasi belanja
tertinggi adalah Kabupaten Tanah Bumbu yaitu
sebesar 38,57% dan terendah di Kabupaten Hulu
Sungai Utara sebesar 22,25% (Tabel 2.7).
Berdasarkan pos APBD, pangsa belanja provinsi
dan kabupaten/kota di Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 mayoritas dialokasikan untuk belanja
pendidikan sebesar Rp2,72 triliun (32,46%), belanja
pelayanan umum Rp2,12 triliun (25,25%), dan belanja
kesehatan Rp1,64 triliun (19,55%). Sementara itu,
serapan terendah terdapat pada pos pariwisata dan
kebudayaan Rp27,37 miliar (0,33%), ketertiban dan
keamanan Rp138,72 miliar (1,66%), dan perlindungan
sosial Rp139,55 miliar (1,67%).
Pada triwulan II 2021, realisasi program PEN
di Kalimantan Selatan sebesar Rp1,85 triliun.
Realisasi tertinggi di kluster perlindungan
sosial sebesar Rp1,01 triliun dengan total 2,93
juta keluarga penerima manfaat. Serapan pada
kluster ini terdiri dari program keluarga harapan senilai
Rp145,35 miliar, Bansos sembako sebesar Rp180,82
miliar, Bansos tunai sejumlah Rp134,00 miliar,
pemberian Kartu Pra Kerja dengan total nominal
sebesar Rp217,02 miliar, BLT Dana Desa sebesar
Rp193,22 miliar, serta diskon listrik sebesar Rp118,22
miliar. Adapun subsidi kuota internet senilai Rp21,70
miliar telah disalurkan untuk PAUD, SD, SMP, SMA
di Kalimantan Selatan kepada 25.982 Guru, 38.794
Mahasiswa, dan 3.373 Mahasiswa Vokasi.
No Kota/Kab Pagu 2021Realisasi s.d. Tw II
2021
% Realisasi s.d. Tw II
2021
1 Kab. Banjar 1.948,61 520,48 26,71%
2 Kab. Barito Kuala 1.260,39 395,84 31,41%
3 Kab. Hulu Sungai Selatan 1.348,12 503,23 37,33%
4 Kab. Hulu Sungai Tengah 1.295,73 390,74 30,16%
5 Kab. Hulu Sungai Utara 1.634,35 363,60 22,25%
6 Kab. Kotabaru 1.616,51 477,87 29,56%
7 Kab. Tabalong 1.603,14 494,37 30,84%
8 Kab. Tanah Laut 2.120,05 544,44 25,68%
9 Kab. Tapin 1.416,37 387,89 27,39%
10 Kota Banjarbaru 1.059,08 397,77 37,56%
11 Kota Banjarmasin 1.774,74 549,35 30,95%
12 Kab. Balangan 1.249,02 321,50 25,74%
13 Kab. Tanah Bumbu 1.947,54 751,15 38,57%
Rata-rata
Realisasi Belanja APBD Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan (Rp miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber : Kanwil DJPb Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 2.7
BAB II
24
KeuanganPemerintah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Sementara itu, realisasi program terendah
terdapat pada kluster perlindungan usaha dan
UMKM. Program Banpres Produktif Usaha Mikro
(BPUM) telah diberikan kepada 125.335 PUM dengan
total penyaluran Rp150,40 miliar. Selain itu, guna
meningkatkan likuiditas dan kinerja BPD di tengah
pandemi, pemerintah daerah menempatkan dana
penyertaan pada BPD Kalsel sebesar Rp200 miliar
dengan dua kali leverage (Tabel 2.8).
No Uraian Realisasi Keterangan
I Kluster Perlindungan Sosial 1.010,33
Program Keluarga Harapan (PKH) 145,35 213.051 KPM
Bansos Sembako (BPNT) 180,82 904.117 KPM
Bansos Tunai (BST) 134,00 446.680 KPM
Kartu Pra Kerja 217,02 61.133 orang
Bantuan Langsung Tunai Dana Desa 193,22 644.078 KPM
Subsidi Kuota Internet 21,70
Diskon Listrik 118,22 721.444 Pelanggan
II Kluster Kesehatan 253,20
Klaim Pasien 253,20 3702 Pasien di 26 RS
Insentif Nakes 24,41 2995 Nakes di 39 Faskes
III Kluster Sektoral K/L Pemda 234,42
Padat Karya PUPR 234,42 13.360 Tenaga Kerja
Padat Karya Perhub 49,62 962 Orang
Padat Karya Kementan 15,85 4.614 Orang
Food Estate Kementan 1,05
IV Kluster Perlindungan Usaha / UMKM 150,40
BPUM 150,40 125.335 PUM
V Penempatan Dana di BPD Kalsel 200,00 dengan 2x leverage
Total 1.848,35
Realisasi Program PEN Triwulan II 2021 (Rp miliar kecuali disebutkan lain)
Sumber : DJPb Provinsi Kalimantan Selatan
Tabel 2.8
BAB III
PerkembanganInflasi Daerah
25 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PerkembanganInflasi Daerah
BAB III
Secara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 tercatat rendah sebesar 2,19% (yoy), tetap rendah meski meningkat dibanding triwulan I 2021 (2,02%, yoy). Sementara secara triwulanan, Kalimantan Selatan mengalami inflasi sebesar 0,36% (qtq), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,44%(qtq). Inflasi tahunan pada triwulan II 2021 terutama didorong oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya, serta kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran. Di sisi lain, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga serta kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami deflasi
BAB III
26
PerkembanganInflasi Daerah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan III 2021, inflasi Kalimantan Selatan diperkirakan lebih tinggi dari triwulan II 2021 didorong penurunan pasokan hortikultura, terutama aneka cabai setelah panen raya pada triwulan II 2021. Di samping itu, terdapat baseline effect dari deflasi cabai rawit (-42,86%) dan cabai merah (-13,36%) yang cukup dalam pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meskipun pasokan terpantau mencukupi dan distribusi berjalan lancar, terdapat potensi kenaikan harga karena adanya tambahan biaya pengiriman/transportasi antar kota akibat kewajiban tes PCR kepada supir dan kernet selama periode PPKM. Angkutan udara juga diprakirakan mengalami kenaikan permintaan pasca PPKM dan penurunan harga tes PCR sebagai syarat penerbangan.
BAB III
PerkembanganInflasi Daerah
27 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
3.1 PERKEMBANGAN INFLASISecara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 tercatat rendah sebesar 2,19%
(yoy), meski meningkat dibanding triwulan I
2021 (2,02% yoy). Angka inflasi tersebut lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang tercatat 1,33%
(yoy) pada triwulan II 2021 (Grafik 3.1) maupun
inflasi regional Kalimantan yang sebesar 1,13% (yoy).
Inflasi Kalimantan Selatan tersebut menjadi yang
tertinggi dibandingkan empat provinsi lain di wilayah
Kalimantan (Grafik 3.3).
Tekanan inflasi tahunan di Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 terutama bersumber dari empat
kelompok utama pembentuk inflasi, yaitu kelompok
makanan, minuman, dan tembakau yang memiliki
bobot 29,1% (yoy); kelompok perumahan, air, listrik,
dan bahan bakar rumah tangga yang memiliki bobot
18,2% (yoy); kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran yang memiliki bobot 10,9% (yoy);
dan kelompok transportasi dengan bobot 10,7% (yoy)
(Grafik 3.2). Inflasi tahunan pada triwulan II 2021
terutama bersumber dari inflasi kelompok makanan,
minuman, dan tembakau, kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya, serta kelompok penyediaan
makanan dan minuman/restoran. Di sisi lain, kelompok
pendidikan mengalami deflasi.
Secara triwulanan, Pada triwulan II 2021, Kalimantan
Selatan mengalami inflasi sebesar 0,36% (qtq),
menurun dibandingkan triwulan II 2021 yang
mengalami inflasi sebesar 0,44% (qtq) (Grafik 3.4).
Inflasi terutama bersumber dari kelompok makanan,
minuman dan tembakau dengan komoditas manga
sebagai pendorong utama serta kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya dengan komoditas emas
perhiasan sebagai pendorong utama, di tengah deflasi
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar
rumah tangga dan kelompok transportasi. Kelompok
makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi
sebesar 0,82% (qtq) dan menjadi kelompok dengan
andil pendorong inflasi tertinggi pada triwulan II 2021
sebesar 0,24% (qtq), didorong oleh peningkatan
permintaan pada bulan Ramadan dan Idulfitri.
Secara spasial, inflasi di Kalimantan Selatan diukur
dari inflasi pada tiga kota pembentuk inflasi, yaitu
kota Banjarmasin, Kota Tanjung, dan Kabupaten
Kotabaru. Inflasi tertinggi pada triwulan II 2021 terjadi
di Banjarmasin sebesar 2,22% (yoy) atau 0,33% (qtq).
Sementara itu inflasi di Kotabaru dan Tanjung masing-
KALIMANTAN SELATAN NASIONAL
2,19
1,33
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2017 2018 2019 2020 2021
Sumber : Berita Resmi Statistik Inflasi, BPS
Grafik 3.1 Perkembangan Inflasi Kalimantan Selatan dan Nasional
MAKANAN, MINUMAN DANTEMBAKAU
PAKAIAN DAN ALAS KAKI
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, DAN BAHANBAKAR RUMAH TANGGAPERLENGKAPAN, PERALATAN DANPEMELIHARAAN RUTIN RUMAH TANGGAKESEHATAN
TRANSPORTASI
INFORMASI, KOMUNIKASI, DAN JASAKEUANGAN
REKREASI, OLAHRAGA, DAN BUDAYA
PENDIDIKAN
PENYEDIAAN MAKANAN DANMINUMAN/RESTORAN
PERAWATAN PRIBADI DAN JASALAINNYA
29,1%
6,2%
18,2%
10,7%
5,3%
10,9%6,5%
1,7%3%
5%3,3%
Sumber : BPS, diolah
Grafik 3.2 Komposisi Inflasi Kalsel Tahunan (yoy) menurut Kelompoknya
No Kelompok Inflasi(% qtq)
Andil (%qtq)
1 Makanan, minuman dan tembakau 0,82 0,24
2 Pakaian dan alas kaki 1,18 0,07
3 Perumahan, air, listrik, dan BBRT -0,53 -0,10
4 Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin RT 0,79 0,04
5 Kesehatan 0,00 0,00
6 Transportasi -0,53 -0,06
7 Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,42 0,02
8 Rekreasi, olahraga dan budaya 1,05 0,02
9 Pendidikan 0,00 0,00
10 Penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,01 0,00
11 Perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,06 0,13
Inflasi Kalsel Triwulanan Per Kelompok (qtq)Tabel 3.1
Sumber: BPS, diolah
BAB III
28
PerkembanganInflasi Daerah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
masing tercatat sebesar 2,20% (yoy) atau 0,49% (qtq)
dan sebesar 1,76% (yoy) atau 0,61% (qtq).
Pada triwulan III 2021, inflasi Kalimantan Selatan
diperkirakan lebih tinggi dari triwulan II 2021 didorong
penurunan pasokan hortikultura, terutama aneka cabai
setelah panen raya pada triwulan II 2021. Di samping
itu, terdapat baseline effect dari deflasi cabai rawit
(-42,86%) dan cabai merah (-13,36%) yang cukup
dalam pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun pasokan terpantau mencukupi dan
distribusi berjalan lancar, terdapat potensi kenaikan
harga karena adanya tambahan biaya pengiriman/
transportasi akibat kewajiban tes PCR kepada supir
dan kernet selama periode PPKM. Angkutan udara
juga diprakirakan mengalami kenaikan permintaan
pasca PPKM dan penurunan harga tes PCR sebagai
syarat penerbangan. Potensi tekanan inflasi juga
berasal dari kelompok pendidikan akibat kenaikan
biaya pendidikan pada tahun ajaran baru 2021/2022
akibat metode pembelajaran campuran online dan
offline mulai diterapkan.
3.2 INFLASI TRIWULANAN (QTQ)Pada triwulan II 2021, Kalimantan Selatan
mengalami inflasi sebesar 0,36% (qtq), menurun
dibandingkan triwulan II 2021 yang mengalami
inflasi sebesar 0,44% (qtq) (Grafik 3.4). Inflasi
terutama bersumber dari kelompok makanan,
minuman dan tembakau serta kelompok perawatan
pribadi dan jasa lainnya ditengah deflasi kelompok
perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah
tangga dan kelompok transportasi. Kelompok
makanan, minuman, dan tembakau mencatat inflasi
sebesar 0,82% (qtq) dan menjadi kelompok dengan
andil pendorong inflasi tertinggi pada triwulan II 2021
sebesar 0,24% (qtq), didorong oleh peningkatan
permintaan pada bulan Ramadan dan Idulfitri.
Dalam kelompok ini, komoditas mangga menjadi
pendorong inflasi dengan andil tertinggi (Tabel 3.2)
untuk keperluan pembuatan takjil disaat kelangkaan
pasokan akibat belum memasuki masa panen. Di
samping itu, minyak goreng juga menjadi pendorong
inflasi ditengah peningkatan permintaan dan tren
harga CPO yang meningkat. Ikan peda dan ikan
layang juga turut menjadi pendorong inflasi akibat
gelombang laut yang tinggi sehingga menyebabkan
tangkapan ikan berkurang.
KALSEL KALBAR KALTENGKALTIM KALTARA KALIMANTAN0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5 % YOY
Sumber : Berita Resmi Statistik Inflasi, BPS
Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi se-Kalimantan Triwulan II 2021
0,44
0,36
�0,5
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
I II III VI I II III VI I II III VI I III IV I II2017 2018 2019 2020 2021
%QTQ
Sumber : BPS Kalsel, diolah
Grafik 3.4 Inflasi Kalimantan Selatan Triwulan (qtq)
No Komoditi Komponen Inflasi(% qtq)
Andil (%qtq)
1 MANGGA makanan, minuman dan tembakau 58,11 0,08
2 MINYAK GORENG makanan, minuman dan tembakau 5,81 0,05
3 ROKOK KRETEK FILTER
makanan, minuman dan tembakau 2,17 0,05
4 IKAN PEDA makanan, minuman dan tembakau 10,92 0,04
5 PEPAYA makanan, minuman dan tembakau 13,62 0,04
6 EMAS PERHIASAN perawatan pribadi dan jasa lainnya 3,15 0,03
7 SEMANGKA makanan, minuman dan tembakau 13,80 0,03
8 MIE KERING INSTANT
makanan, minuman dan tembakau 6,17 0,03
9 IKAN LAYANG/ IKAN BENGGOL
makanan, minuman dan tembakau 26,75 0,03
10 TELUR AYAM RAS makanan, minuman dan tembakau 2,70 0,03
Andil Inflasi (qtq) Terbesar Triwulan II-2021
Tabel 3.2
Sumber: BPS, diolah
BAB III
PerkembanganInflasi Daerah
29 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Sementara itu, realisasi inflasi triwulan II 2021 pada
kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya adalah
sebesar 2,06% (qtq) dengan andil sebesar 0,13%
(qtq), meningkat dari triwulan sebelumnya yang
sebesar 0,55% (qtq) dan andil 0,04% (qtq). Komoditas
pendorong utama kelompok tersebut adalah emas
perhiasan sejalan dengan fluktuasi harga emas dunia.
Berbagai perlengkapan perawatan pribadi terutama
untuk kebersihan juga mengalami inflasi, antara lain
pasta gigi, sabun mandi cair, shampoo, dan tisu juga
mengalami inflasi seiring peningkatan kesadaran
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tengah
Peningkatan jumlah kasus positif COVID-19.
Di sisi lain, kelompok transportasi mencatat deflasi
sebesar 0,53% (qtq), lebih rendah dari triwulan
sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 3,79%
(qtq). Perkembangan inflasi tersebut terutama
dipengaruhi oleh tarif angkutan udara yang
tercatat deflasi sebesar 4,53% (qtq) dengan andil
-0,05% (qtq), lebih landai dari triwulan sebelumnya
mengalami deflasi sebesar 25,22% (qtq). Penurunan
tarif angkutan udara terjadi seiring larangan mudik
dan normalisasi momentum perayaan Hari Besar
Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2020 dan Tahun
Baru 2021, serta pembatalan cuti bersama Isra Mi’raj
pada 12 Maret 2021.
3.3 INFLASI TAHUNAN (YOY)Secara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan pada
triwulan II 2021 tercatat rendah sebesar 2,19%
(yoy), meski meningkat dibandingkan inflasi
triwulan I 2021 yang sebesar 2,02% (yoy). Inflasi
Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 menjadi
yang tertinggi di wilayah Kalimantan, dan lebih tinggi
dari inflasi nasional, namun masih berada dalam
sasaran inflasi nasional tahun 2021 yang sebesar
3±1%. Inflasi tahunan pada triwulan II 2021 terutama
bersumber dari inflasi kelompok makanan, minuman,
dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan jasa
lainnya, serta kelompok penyediaan makanan dan
minuman/restoran. Di sisi lain, kelompok pendidikan
mengalami deflasi.
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau
pada triwulan II 2021 tercatat sebesar 2,44% (yoy),
terutama didorong oleh minyak goreng, mangga, dan
rokok kretek filter. Harga minyak goreng mengalami
kenaikan seiring dengan peningkatan harga crude
palm oil (CPO) ditengah perbaikan permintaan CPO
dan produk turunannya. Permintaan dalam rangka
memenuhi kebutuhan bantuan sembako di masa
pandemi COVID-19 turut mendorong kenaikan harga
komoditas bahan pokok tersebut. Peningkatan harga
mangga terjadi akibat peningkatan permintaan untuk
kebutuhan takjil pada momen Ramadan dan Idulfitri
No Komoditi Komponen Inflasi(% qtq)
Andil (%qtq)
1 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA
perumahan, air, listrik, dan bbrt -6,60 -0,12
2 BAWANG MERAH makanan, minuman dan tembakau -14,99 -0,07
3 CABAI RAWIT makanan, minuman dan tembakau -38,61 -0,06
4 DAGING AYAM RAS makanan, minuman dan tembakau -2,57 -0,05
5 ANGKUTAN UDARA transportasi -4,53 -0,05
6 IKAN GABUS makanan, minuman dan tembakau -4,52 -0,04
7 CABAI MERAH makanan, minuman dan tembakau -21,74 -0,03
8 CUMI-CUMI makanan, minuman dan tembakau -15,79 -0,02
9 BAYAM makanan, minuman dan tembakau -18,15 -0,02
10 MOBIL transportasi -0,87 -0,01
Andil Deflasi (qtq) Terbesar Triwulan II-2021
Tabel 3.3
Sumber: BPS, diolah
No Kelompok Inflasi(% yoy)
Andil (%yoy)
1 Makanan, minuman dan tembakau 2,44 0,71
2 Pakaian dan alas kaki 4,12 0,25
3 Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,11 0,02
4 Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 3,13 0,15
5 Kesehatan 3,45 0,11
6 Transportasi 2,61 0,28
7 Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,41 0,02
8 Rekreasi, olahraga dan budaya 1,42 0,02
9 Pendidikan -0,52 -0,02
10 Penyediaan makanan dan minuman/restoran 2,41 0,26
11 Perawatan pribadi dan jasa lainnya 6,05 0,38
Inflasi Kalimantan Selatan Menurut Kelompok (yoy)
Tabel 3.4
Sumber: BPS, diolah
BAB III
30
PerkembanganInflasi Daerah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
di tengah pasokan yang terbatas. Selain itu, tekanan
inflasi juga bersumber dari komoditas rokok kretek
filter sebagai dampak kebijakan kenaikan tarif cukai
hasil tembakau sebesar 12,5% yang di tetapkan
pada Februari 2021. Kenaikan tarif cukai tersebut
diprakirakan akan tertransmisi ke harga jual eceran
komoditas rokok kretek filter, rokok kretek, dan
rokok putih. Sejak Februari 2021, komoditas rokok
terpantau mengalami inflasi sehingga kenaikan tarif
cukai tersebut diprakirakan juga akan tertransmisi
pada triwulan III 2021 dan sampai dengan akhir tahun
2021.
Sementara itu, kelompok perawatan pribadi masih
menjadi kelompok dengan inflasi tahunan tertinggi
pada triwulan II 2021 yaitu sebesar 6,05% (yoy), meski
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 6,45% (yoy). Komoditas emas perhiasan masih
menjadi pendorong utama inflasi kelompok perawatan
pribadi. Pada Juni 2021, komoditas emas mengalami
inflasi sebesar 10,19% (yoy) dengan andil sebesar
0,11% (yoy). Perkembangan harga emas perhiasan
di Kalsel sejalan dengan perkembangan harga emas
global yang meningkat akibat ketidakpastian ekonomi
global di masa pandemi COVID-19. (Tabel 3.5).
Kelompok penyediaan makanan dan minuman/
restoran juga menjadi pendorong inflasi sebesar
1,95% (yoy) dengan andil 0,26% (yoy). Peningkatan
terutama didorong oleh kenaikan harga nasi dengan
lauk dan bubur sebagai dampak dari kenaikan harga
bahan makanan seperti minyak goreng, telur ayam
ras, daging ayam ras, dan aneka cabai. Selain itu,
aktivitas perekonomian yang semakin membaik
sejalan dengan program vaksinasi juga meningkatkan
permintaan. Pedagang melakukan penyesuaian harga
ke atas sebagai kompensasi atas kerugian yang dialami
selama tahun 2020 di samping akibat kenaikan harga
bahan baku.
Laju inflasi yang lebih tinggi pada triwulan II 2021
tertahan oleh deflasi kelompok pendidikan. Biaya
taman kanak-kanak menjadi pendorong utama
deflasi kelompok pendidikan dikarenakan kebijakan
bersekolah dari rumah yang masih diberlakukan
selama pandemi COVID-19. Berkaitan dengan hal
tersebut, biaya taman kanak-kanak menjadi lebih
rendah akibat komponen biaya untuk kegiatan di
sekolah berkurang sehingga mendorong terjadinya
deflasi. Sementara itu, deflasi kelompok informasi,
komunikasi, dan jasa keuangan didorong oleh biaya
pulsa ponsel yang semakin murah seiring perbaikan
infrastruktur telekomunikasi dan persaingan harga
antar penyedia layanan telekomunikasi di tengah
peningkatan permintaan akibat kebutuhan bekerja
dan sekolah secara daring.
No Komoditi Komponen Inflasi(% yoy)
Andil (%yoy)
1 ANGKUTAN UDARA transportasi 17,12 0,20
2 MINYAK GORENG makanan, minuman dan tembakau 17,78 0,17
3 MANGGA makanan, minuman dan tembakau 94,72 0,13
4 EMAS PERHIASAN perawatan pribadi dan jasa lainnya 10,19 0,11
5 ROKOK KRETEK FILTER
makanan, minuman dan tembakau 3,55 0,08
6 NASI DENGAN LAUK penyediaan makanan dan minuman/restoran 4,79 0,08
7 BUBUR penyediaan makanan dan minuman/restoran 9,16 0,07
8 PASTA GIGI perawatan pribadi dan jasa lainnya 17,23 0,06
9 BAJU MUSLIM WANITA pakaian dan alas kaki 6,11 0,06
10 TELUR AYAM RAS makanan, minuman dan tembakau 5,87 0,06
Andil inflasi (yoy) Terbesar Triwulan II-2021
Tabel 3.5
Sumber: BPS, diolah
No Komoditi Komponen Inflasi(% yoy)
Andil (%yoy)
1 BAWANG MERAH makanan, minuman dan tembakau -44,90 -0,21
2 GULA PASIR makanan, minuman dan tembakau -12,56 -0,08
3 PEPAYA makanan, minuman dan tembakau -22,64 -0,06
4 IKAN NILA makanan, minuman dan tembakau -6,14 -0,06
5 BIOSKOP rekreasi, olahraga, dan budaya -20,63 -0,04
6 BAWANG PUTIH makanan, minuman dan tembakau -15,79 -0,03
7 TAMAN KANAK KANAK pendidikan -8,63 -0,03
8 IKAN ASIN TELANG makanan, minuman dan tembakau -15,10 -0,02
9 IKAN SEPAT SIAM makanan, minuman dan tembakau -20,35 -0,02
10 RAMPELA HATI AYAM
makanan, minuman dan tembakau -13,53 -0,02
Andil Deflasi (yoy) Terbesar Triwulan II-2021
Tabel 3.6
Sumber: BPS, diolah
BAB III
PerkembanganInflasi Daerah
31 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
3.4 ARAH PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN III 2021
Secara tahunan, inflasi triwulan III 2021
diprakirakan lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan II 2021 sejalan dengan berlanjutnya
proses pemulihan ekonomi. Tekanan inflasi
pada triwulan III 2021 diprakirakan bersumber dari
kelompok transportasi sejalan dengan peningkatan
permintaan angkutan udara pasca pelonggaran PPKM
yang juga didukung oleh penurunan harga tes PCR
sebagai dokumen pendukung untuk penerbangan
dan kelompok makanan, minuman dan tembakau
akibat curah hujan tinggi mengurangi panen aneka
cabai yang pada tahun sebelumnya mengalami deflasi
cukup dalam sehingga terdapat baseline effect. Potensi
tekanan inflasi juga berasal dari kelompok pendidikan
akibat kenaikan biaya pendidikan pada tahun ajaran
baru 2021/2022 sejalan dengan rencana penerapan
metode pembelajaran campuran online dan offline.
Pada Juli 2021, secara bulanan Kalimantan
Selatan mengalami inflasi 0,17% (mtm), berbeda
arah dengan bulan sebelumnya yang mengalami
deflasi 0,35% (mtm). Secara umum, deflasi
didorong oleh peningkatan kebutuhan penunjang
pendidikan mulai dari biaya masuk sekolah hingga
perlengkapannya seiring masuknya tahun ajaran baru.
Realisasi inflasi tersebut berbeda arah dengan rata-rata
inflasi Juli tiga tahun terakhir yang sebesar -0,13%
(mtm) dan pertama kalinya mengalami inflasi secara
mtm sejak tiga tahun terakhir. Inflasi bulan Juli 2021
terutama bersumber dari inflasi kelompok pendidikan
sebesar 1,87% (mtm), kelompok rekreasi, olahraga,
dan budaya sebesar 2,95% (mtm), dan kelompok
perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga
(BBRT) sebesar 0,09% (mtm). Laju inflasi yang lebih
tinggi tertahan oleh inflasi yang terjadi pada kelompok
perawatan pribadi dan jasa lainnya (Tabel 3.7)
Kelompok Pendidikan menjadi kelompok
pendorong utama inflasi pada Juli 2021, yaitu
sebesar 1,87% (mtm) dengan andil 0,06% (mtm).
Inflasi terutama didorong oleh biaya masuk Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sebesar 6,25% (mtm),
biaya masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) yang
sebesar 6,39% (mtm), dan biaya masuk Sekolah Dasar
(SD) yang sebesar 1,96%, sejalan dengan rencana
dimulainya tahun ajaran baru dengan metode hybrid
online-offline (Tabel 3.9).
Kelompok Rekreasi, Olahraga, dan Budaya
juga menjadi pendorong inflasi sebesar 2,95%
(mtm) dengan andil 0,05% (mtm) pada Juli
2021, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang inflasi
sebesar 0,62% (mtm). Inflasi terutama didorong
oleh kenaikan harga buku pelajaran SD, SMP, dan
SMA dengan besaran inflasi sekitar 20% untuk
masing-masing komoditas. Inflasi juga didorong oleh
penunjang kebutuhan belajar lain seperti buku tulis
bergaris, pensil, pulpen, dan tas. Kenaikan harga
barang penunjang kebutuhan belajar tersebut akibat
permintaan yang meningkat pada tahun ajaran baru
2021/2022 yang dimulai pada Juli 2021.
Inflasi juga didorong oleh kelompok Perumahan,
Air, Listrik, Dan Bahan Bakar Rumah Tangga
dengan inflasi sebesar 0,11% (mtm) dan andil
0,02% (mtm). Bahan bakar rumah tangga (BBRT)
menjadi pendorong utama inflasi kelompok tersebut.
Kenaikan harga gas LPG 3kg berasal dari tingginya
permintaan masyarakat yang tidak memiliki kartu
kendali gas LPG 3kg di tengah pasokan yang sudah
diprioritaskan untuk pemegang kartu kendali.
No Kelompok Inflasi(% mtm)
Andil (%mtm)
1 Makanan, minuman dan tembakau 0,00 0,00
2 Pakaian dan alas kaki 0,21 0,01
3 Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,09 0,02
4 Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,35 0,02
5 Kesehatan 0,38 0,01
6 Transportasi 0,07 0,01
7 Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,12 0,01
8 Rekreasi, olahraga dan budaya 2,95 0,05
9 Pendidikan 1,87 0,06
10 Penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,02 0,00
11 Perawatan pribadi dan jasa lainnya -0,21 -0,01
Inflasi Kalimantan Selatan Juli 2021 Menurut Kelompok (mtm)
Tabel 3.7
Sumber: BPS, diolah
BAB III
32
PerkembanganInflasi Daerah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Beberapa komoditas di kelompok makanan, minuman,
dan tembakau juga menjadi pendorong inflasi, dengan
6 dari 10 komoditas pendorong inflasi tertinggi pada
Juli 2021 dari kelompok tersebut. Ikan peda menjadi
pendorong inflasi tertinggi sebesar 16,54% (mtm) dan
andil 0,06% (mtm). Inflasi terjadi akibat gelombang
yang cukup tinggi sehingga tangkapan ikan menjadi
terbatas. Keterbatasan tangkapan ikan laut juga
berdampak pada inflasi ikan tongkol. Bawang merah
juga menjadi pendorong inflasi akibat masa panen di
sentra produksi yang mundur akibat gangguan cuaca.
Panen di sentra produksi diprakirakan akan terjadi
pada akhir bulan Agustus 2021. Sebagai daerah defisit
cabai merah, Kalimantan Selatan mendatangkan
pasokan cabai dari Nganjuk, Jawa Timur serta Bima,
Nusa Tenggara Barat sehingga transmisi penurunan
harga di wilayah Kalsel diprakirakan baru akan terjadi
pada bulan September 2021.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa
lainnya mengalami deflasi sebesar 0,52% (mtm),
berbeda arah dengan bulan sebelumnya yang
mengalami inflasi sebesar 0,59% (mtm). Beberapa
komoditas dalam kelompok makanan, minuman,
dan tembakau juga mengalami deflasi, dengan 9
dari 10 komoditas penahan inflasi terbesar pada Juli
2021 dari kelompok tersebut (Tabel 3.10). Deflasi
terutama terjadi pada daging ayam ras sebesar 4,40%
(mtm) dan telur ayam ras sebesar 4,05% (mtm).
Deflasi daging ayam ras terjadi sejak bulan Juni 2021
sejalan dengan penurunan permintaan pasca HBKN
Idulfitri pada Mei 2021. Penurunan permintaan masih
berlangsung hingga Juli 2021 akibat Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sehingga
kegiatan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran
(PHR) menjadi terbatas.
Secara tahunan, inflasi Kalimantan Selatan
meningkat dari 2,19% (yoy) pada bulan Juni
2021 menjadi 2,64% (yoy) pada bulan Juli
2021. Peningkatan inflasi tahunan Kalsel terutama
bersumber dari inflasi kelompok transportasi diikuti
oleh kelompok informasi, komunikasi, dan jasa
keuangan serta kelompok pakaian dan alas kaki.
Adapun kelompok pendidikan mengalami deflasi dan
kelompok lainnya mengalami penurunan inflasi secara
tahunan dibanding bulan sebelumnya (Tabel 3.8).
Pada triwulan III 2021, inflasi diperkirakan lebih tinggi
dari triwulan sebelumnya didorong peningkatan
inflasi kelompok transportasi dan kelompok makanan,
minuman, dan tembakau. Inflasi kelompok transportasi
diprakirakan terjadi akibat peningkatan permintaan
pasca PPKM yang juga didukung oleh penurunan
harga tes PCR sebagai dokumen pendukung untuk
penerbangan. Hal tersebut diprakirakan meningkatkan
KelompokInflasi (% yoy)
Apr-21 May-21 Jun-21 Jul-21
Makanan, minuman dan tembakau 1,66 3,06 2,44 3,76
Pakaian dan alas kaki 3,55 4,43 4,12 4,50
Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga 0,23 0,05 0,11 0,35
Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 3,07 3,19 3,13 2,98
Kesehatan 5,91 5,56 3,45 3,44
Transportasi 3,57 6,20 2,61 2,51
Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan 0,89 0,86 0,41 0,60
Rekreasi, olahraga dan budaya 0,31 0,73 1,42 3,10
Pendidikan -0,52 -0,52 -0,52 1,85
Penyediaan makanan dan minuman/restoran 3,02 3,02 2,41 2,42
Perawatan pribadi dan jasa lainnya 5,20 6,31 6,05 4,49
Inflasi Tahunan Kelompok PengeluaranTabel 3.8
Sumber: BPS, diolah
No Komoditi Komponen Inflasi(% mtm)
Andil (%mtm)
1 IKAN PEDA makanan, minuman dan tembakau 16,54 0,06
2 BAWANG MERAH makanan, minuman dan tembakau 11,30 0,03
3 SMP pendidikan 6,25 0,02
4 BUKU PELAJARAN SD rekreasi, olahraga, dan budaya 21,24 0,02
5 IKAN TONGKOL makanan, minuman dan tembakau 7,03 0,02
6 CABAI RAWIT makanan, minuman dan tembakau 10,30 0,02
7 SMA pendidikan 6,39 0,02
8 TOMAT makanan, minuman dan tembakau 19,78 0,02
9 PEPAYA makanan, minuman dan tembakau 6,62 0,01
10 SEKOLAH DASAR pendidikan 1,96 0,01
Andil Inflasi (mtm) Terbesar Juli 2021
Tabel 3.9
Sumber: BPS, diolah
BAB III
PerkembanganInflasi Daerah
33 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
minat masyarakat untuk bepergian sehingga terdapat
potensi kenaikan permintaan yang dapat berpengaruh
pada kenaikan tarif angkutan udara.
Inflasi kelompok makanan, minuman, dan tembakau
didorongpenurunan pasokan hortikultura, terutama
aneka cabai setelah panen raya pada triwulan II-2021.
Di samping itu, terdapat baseline effect dari deflasi
cabai rawit (-42,86%) dan cabai merah (-13,36%)
yang cukup dalam pada periode yang sama tahun
sebelumnya. Curah hujan yang cukup tinggi meskipun
sudah memasuki musim kemarau juga menyebabkan
kendala pada panen aneka cabai tersebut. Meskipun
pasokan terpantau mencukupi dan distribusi berjalan
lancar, terdapat potensi kenaikan harga karena
terdapat tambahan biaya pengiriman/transportasi
antar kota berupa kewajiban tes PCR kepada supir dan
kernet. Inflasi inti diprakirakan bersumber dari tekanan
harga emas dan biaya terkait kesehatan yang lebih
rendah dari triwulan sebelumnya didorong penurunan
mobilisasi masyarakat ditengah peningkatan kasus
COVID-19.
Potensi tekanan inflasi diprakirakan juga berasal
dari kelompok pendidikan akibat kenaikan biaya
pendidikan pada tahun ajaran baru 2021/2022 seiring
rencana penerapan pembelajaran campuran online
dan offline . Selain itu, kenaikan biaya pendidikan
juga berdampak pada fasilitas penunjang pendidikan
seperti buku dan alat tulis yang tergabung dalam
kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya.
Potensi tekanan inflasi pada triwulan III 2021
diprakirakan juga berasal dari komoditas tembakau.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 198/PMK.010/2020, Pemerintah secara resmi
telah menaikkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) atau
cukai rokok dengan rata-rata 12,5 persen semenjak
awal Februari-2021. Kenaikan tarif cukai tersebut
diprakirakan akan tertransmisi ke harga jual eceran
komoditas rokok kretek filter, rokok kretek, dan rokok
putih. Sejak Februari 2021, komoditas rokok terpantau
mengalami inflasi sehingga transmisi kenaikan cukai
tersebut diprakirakan akan berlanjut pada triwulan III
2021 sampai dengan akhir tahun 2021.
3.5 PENGENDALIAN INFLASI DAERAH
3.5.1 Upaya Pengendalian InflasiBerbagai upaya telah dilakukan oleh Tim Pengendalian
Inflasi Daerah (TPID) se-Kalimantan Selatan, baik
pada level provinsi maupun kabupaten/kota, untuk
melakukan berbagai langkah pengendalian inflasi.
Langkah pengendalian inflasi secara rutin dilakukan
antara lain melalui rapat koordinasi (rakor) dan program
lapangan. Sementara itu, beberapa langkah strategis
juga telah ditempuh TPID dalam pengendalian inflasi
daerah melalui kerangka 4K (keterjangkauan harga,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan
komunikasi efektif) antara lain dengan mendorong
kerjasama antar daerah.
Pada triwulan II 2021, rakor TPID dilaksanakan oleh
TPID Provinsi Kalimantan Selatan dengan tema
“Memperkuat Pengendalian Inflasi untuk Mendukung
Pemulihan Ekonomi dan Stabilitas Harga Pangan”
dan TPID Kabupaten Tabalong. Di samping itu,
Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan juga
melaksanakan rapat persiapan HBKN Ramadan dan
Idulfitri. Dalam rangka Hari Raya Idul fitri yang jatuh
pada 13 Mei, TPID se-Kalimantan Selatan berupaya
No Komoditi Komponen Inflasi(% mtm)
Andil (%mtm)
1 DAGING AYAM RAS makanan, minuman dan tembakau -4,40 -0,09
2 TELUR AYAM RAS makanan, minuman dan tembakau -4,05 -0,04
3 IKAN NILA makanan, minuman dan tembakau -4,59 -0,04
4 KACANG PANJANG makanan, minuman dan tembakau -22,73 -0,03
5 PARFUM perawatan pribadi dan jasa lainnya -4,29 -0,02
6 TERONG makanan, minuman dan tembakau -10,08 -0,01
7 KETIMUN makanan, minuman dan tembakau -11,51 -0,01
8 KOL PUTIH/KUBIS makanan, minuman dan tembakau -10,04 -0,01
9 BUNCIS makanan, minuman dan tembakau -8,97 -0,01
10 IKAN PAPUYU makanan, minuman dan tembakau -3,43 -0,01
Andil Deflasi (mtm) Terbesar Juli 2021
Tabel 3.10
Sumber: BPS, diolah
BAB III
34
PerkembanganInflasi Daerah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
untuk menjamin pasokan pangan di berbagai daerah,
guna mencukupi peningkatan kebutuhan masyarakat
di Hari Lebaran.
Berikut beberapa rangkuman kegiatan TPID di
Kalimantan Selatan:
Keterjangkauan Harga
a. TPID Kab. Tabalong telah meresmikan program
penggunaan kartu kendali dalam penyaluran gas
LPG 3 kg pada Senin, 28 Juni 2021. Program kartu
ini dapat menjadi solusi dalam mendisiplinkan
penyaluran gas LPG 3kg yang kerap tidak tepat
sasaran dan menyebabkan terjadinya kenaikan
harga. Program serupa juga diluncurkan pada
Selasa, 29 Juni 2021 oleh TPID Kota Banjarbaru
dan 30 Juni 2021 oleh TPID Kab. Tanah Laut.
Ketersediaan Pasokan
a. Inspeksi pasar dilakukan untuk memastikan
ketersediaan pasokan dan menjaga kualitas
pangan
b. TPID Hulu Sungai Tengah dan Kota Banjarmasin
yang dipimpin langsung oleh pimpinan daerah
masing-masing bersama anggota Forkopimda serta
para Kepala SKPD melaksanakan sidak ke beberapa
pasar dalam rangka mengecek ketersediaan bahan
pokok dan komoditi lainnya serta dalam upaya
menjaga keterjangkauan harga menjelang Hari
Raya Idul Fitri 1442 H. Dilaporkan ketersediaan
bahan pokok aman dan harga stabil.
c. Dinas Perdagangan Kalimantan Selatan juga
meninjau persediaan beras dan gula di Bulog Divisi
Regional Kalsel, Banjarmasin, Rabu (5/5/2021).
Dari stok yang tersedia ada gula sebanyak 653 ton
siap digelontorkan jika pasar memerlukannya. Stok
untuk beras lokal maupun dari luar kalsel, serta
gula cukup hingga dua sampai tiga bulan kedepan.
Selain itu, stok minyak goreng, tepung terigu, dan
daging beku diperkirakan cukup hingga Idul Fitri
usai. Ditambah lagi, kondisi gudang sangat layak
dan dikelola dengan baik, barang tertata rapi,
bersih, selalu terjaga dari gangguan hama, seperti
tikus, sehingga stok pangan yang ada aman dan
sehat dikonsumsi.
Kelancaran Distribusi
a. Dalam rangka lebih meningkatkan hubungan
kerjasama perdagangan antara Kalsel dengan
Sulsel telah dilakukan temu koordinasi dan
konsultasi dengan Pimpinan PT Angkasa Pura
Logistik Cabang Sulawesi Selatan guna membahas
fasilitasi angkutan barang antar kedua daerah.
Hasil pertemuan akan ditindak lanjuti melalui
pertemuan berikutnya dengan mengikutsertakan
para pelaku usaha antar pulau.
b. Dinas Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan
bersama dengan Disperindag Kab/Kota setempat
telah melakukan identifikasi enam pasar yang
terdampak banjir pada Januari 2021 lalu yaitu Pasar
Hantakan di Kab. Hulu Sungai Tengah, Pasar Sungai
Tabuk dan Pasar Kalimati di Kab. Banjar, Pasar
Kurau di Kab. Tanal Laut, serta Pasar Masdastana
dan Pasar Jejangkit di Kab. Barito Kuala, untuk
dilakukan revitalisasi dan pembangunan kembali.
Revitalisasi ini akan masuk menjadi prioritas dalam
APBN tahun 2022/2023 baik melalui Dana Alokasi
Khusus (DAK) maupun Dana Tugas Pembantuan
(DTP).
Komunikasi Efektif
a. Sejalan dengan beredarnya draft revisi Rancangan
Undang-Undang (RUU) Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan (KUP) yang menghapus sembako
dari objek yang dikecualikan terkena Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) di masyarakat, persepsi
mengenai berita tersebut dapat memengaruhi
peningkatan harga secara keseluruhan sehingga
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
menghimbau kepada masyarakat melalui berbagai
saluran media untuk tetap tenang menanggapi
berita yang ada.
b. Kadisdag Prov. Kalsel dan TPID HSS
menyelenggarakan Sosialisasi Urgensi Perlindungan
Konsumen yang diikuti oleh konsumen, pelaku
UMKM, pedagang dan tokoh masyarakat bersama
Disdag Kalsel dan Disperindag HSS, BPOM &
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) di
Kandangan Kabupaten HSS.
35 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Menjaga Kelancaran Distribusi dan Kecukupan Pasokan Ditengah Penerapan PPKM Level 4
BOKS 2
36LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kasus harian COVID-19 kembali menunjukkan
peningkatan. Berdasarkan data dari Gugus Tugas
COVID-19 Kalimantan Selatan, kasus terkonfirmasi
positif per tanggal 31 Juli 2021 tercatat sebanyak
48.001 atau sekitar 1,41% dari total kasus positif
nasional. Sejak awal Juli 2021, peningkatan kasus
harian di Kalimantan Selatan menunjukkan tren
peningkatan (Grafik B3.1). Di bulan Juli, rata-rata
peningkatan mencapai 384 kasus per hari, meningkat
dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya sekitar
43 kasus per hari. Meski demikian, kenaikan kasus
positif di Kalimantan Selatan tersebut juga diikuti oleh
peningkatan tingkat kesembuhan yang telah mencapai
79,93% dari total kasus di Kalimantan Selatan.
Pemerintah mengambil langkah untuk menekan
penyebaran COVID-19 melalui penerapan PPKM
Mikro Darurat/Level 4. Pemberlakukan Pembatasan
Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro Darurat/Level
4 dimulai pada 3 Juli 2021 untuk wilayah Jawa Bali
dan diperluas ke beberapa wilayah lainnya, termasuk
Kalimantan Selatan terhitung sejak tanggal 26 Juli
2021. PPKM Level 4 mengatur beberapa pembatasan
aktivitas di masyarakat, antara lain pelaksanaan Work
From Home (WFH) 100% pada kegiatan sektor non
esensial, maksimal 25% Work From Office (WFO)
bagi pelaksanaan kegiatan sektor esensial, kegiatan
pada sektor kritikal seperti kesehatan hingga
konstruksi dapat beroperasi 100% untuk pelayanan
masyarakat dan 25% untuk pelayanan administrasi,
serta pembatasan aktivitas dan operasional untuk
pusat perbelanjaan, warung makan, restoran, dan
café (Gambar B3.1). Penerapan PPKM Level 4 di
Kalimantan Selatan terus mengalami perpanjangan
hingga 23 Agustus 2021. Terdapat 6 kabupaten/
kota yang menerapkan PPKM Level 4 antara lain Kota
Boks 2 : Menjaga Kelancaran Distribusi dan Kecukupan Pasokan Ditengah Penerapan PPKM Level 4
37 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kab. Tanah Laut, Kab.
Tanah Bumbu, Kab. Kotabaru, dan Kab. Barito Kuala.
Meski demikian, PPKM Level 4 tidak berdampak
signifikan terhadap aktivitas dan kegiatan
perekonomian. Arus dan lalu lintas logistik barang
terpantau masih berjalan dengan lancar ditengah
penerapan PPKM Level 4. Hal ini terlihat dari jumlah
kapal dan aktivitas bongkar muat kontainer yang
relatif stabil, bahkan cenderung meningkat pada peak
season HBKN Idul Adha (Tabel B3.1). Selain itu, sektor
logistik juga termasuk dalam sektor kritikal yang
dapat beroperasi 100% selama PPKM sehingga proses
distribusi barang tetap berjalan lancar. Beberapa
pelaku usaha logistik juga merasakan manfaat dari
fasilitas Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan
Industri (IOMKI) yang mampu menjamin industri
tetap produktif dalam memenuhi kebutuhan pasar
dan masyarakat. Terdapat beberapa tantangan yang
dirasakan oleh pelaku usaha antara lain penyekatan
di beberapa wilayah sedikit menghambat pengiriman
barang, regulasi antigen/PCR yang menambah biaya
operasional perusahaan, serta menimbulkan biaya
tinggi di pelabuhan (storage, demmurage, dll)
Seiring aktivitas logistik yang terjaga, kebutuhan
masyarakat tetap dapat terpenuhi sehingga
inflasi cukup terkendali. Sumber pasokan beberapa
bahan pangan untuk Kalimantan Selatan berasal dari
wilayah lain, salah satunya Jawa Timur (Gambar B3.2).
Berdasarkan FGD bersama pelaku usaha sektor logistik
diperoleh informasi bahwa proses distribusi untuk
barang konsumsi masih terjaga seiring jarak geografis
ATURAN TEKNIS PPKM LEVEL 4
Kegiatan belajar mengajar melalui pembelajaran jarak jauh
Sektor Non Essensial diberlakukan 100% WFH
Sektor Esensial dapat beroperasidengan 25% WFH dan kapasitas maks. 50% (perbankan, keuangan, industri ekspor)
Sektor Kritikal (konstruksi s.d kesehatan) dapatberoperasi 100%
Pusat perbelanjaan/mall beroperasi 50% padapukul 10.00 - 20.00 WIB
Operasional supermarket dan pasar tradisional dibatasi sampai jam 20.00 WIB dengan kapasitas 50%
Apotik dan toko obat dapat buka selama 24 jam
Warung makan hanya beroperasi s.d 20.00 WIBdengan waktu makan maks. 30 menit
Restoran dan kafe hanya menerima delivery dan takeaway
Tempat ibadah difungsikan dengan kapasitasmaks. 50%
Gambar B2.1 Aturan Teknis PPKM Level 4
Sumber : Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2021
Grafik B2.1 Visi Sistem Pembayaran Indonesia 2025
Sumber : Gugus Tugas Covid-19 Kalimantan Selatan
0
10
20
30
40
50
60
0
200
400
600
800
1000
1200
1MAR
8MAR
15MAR
22MAR
29MAR
5APR
12APR
19APR
26APR
3MAY
10MAY
17MAY
24MAY
31MAY
7JUN
14JUN
21JUN
28JUN
5JUL
12JUL
19JUL
26JUL
2021
JIWA JIWA
KASUS POSITIF KASUS POSITIF
Periode Vessel Call Bongkar Muat
Januari 75 15.344 5.161
Februari 74 15.519 4.938
Maret 85 18.017 6.067
April 79 17.850 5.811
Mei 62 13.525 4.907
Juni 84 18.698 6.466
Juli 69 15.891 5.034
Tabel B2.1 Aktivitas Bongkar Muat Logistik Periode Jan- Juli 2021
Sumber: Perusahaan Logistik
Boks 2 : Menjaga Kelancaran Distribusi dan Kecukupan Pasokan Ditengah Penerapan PPKM Level 4
38LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
antara Banjarmasin dan Surabaya yang relatif dekat
sehingga memungkinkan proses pengiriman barang
dilakukan hingga 3x dalam seminggu. Selain itu,
performa pelabuhan Banjarmasin dan dukungan PT.
Pelindo dalam aktivitas bongkar muat juga cukup
baik serta ditopang kualitas Service Level Agreement
(SLA) oleh operator sehingga kegiatan pembongkaran
dapat dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.
Sejalan dengan distribusi pasokan yang terjaga, maka
inflasi Kalimantan Selatan juga masih terkendali dalam
rentang sasaran inflasi 3% ± 1%.
Inflasi yang terkendali didukung oleh kecukupan
pasokan pangan di masyarakat seiring proses
distribusi yang berjalan lancar. Survei Pemantauan
Harga (SPH) Bank Indonesia menunjukkan bahwa
hingga minggu ketiga Agustus 2021, pergerakan harga
untuk beberapa komoditas pangan strategis relatif
stabil (Grafik B3.2). Hal ini didukung oleh pasokan
bahan pokok yang masih mencukupi kebutuhan
hingga 3 bulan ke depan, terutama untuk komoditas
gula, bawang merah, dan bawang putih. Disamping
itu, provinsi Kalimantan Selatan juga merupakan
produsen terbesar di Wilayah Kalimantan untuk
TELUR AYAM RASSurplus, dikirim keKalteng dan Kaltim
DAGING AYAM RASSurplus, dikirim keKalteng dan Kaltim
CABAI MERAH40% lokal, sisanyaSulsel dan Jatim
CABAI RAWITProduk lokal mampumencukupi kebutuhan
BAWANG MERAH20% dari Kab.Tapin, sisanya Jatim dan NTB
BAWANG PUTIHJatim (impor melaluiSurabaya)
BERASProduksi s.d 130%kebutuhan
Gambar B2.2 Sumber Pemenuhan Pangan Prov. Kalsel
Sumber : Dinas Ketahanan Pangan, Kalsel
komoditas beras, daging ayam ras, telur ayam ras,
cabai rawit, dan bawang merah, bahkan mengalami
surplus pada komoditas beras dan daging ayam ras
sehingga kedua komoditas tersebut dikirimkan ke
Kalteng dan Kaltim.
Berbagai strategi dan upaya juga terus dilakukan
oleh TPID dalam rangka pengendalian inflasi di
tengah penerapan PPKM Level 4. TPID bersama
Pemda berpartisipasi aktif dalam menjaga kecukupan
pasokan pangan di masyarakat. Beberapa strategi
yang dilakukan dengan mengacu kepada strategi
4K, yaitu (i) ketersediaan pasokan melalui koordinasi
antara Bulog dan Disdag untuk monitoring kecukupan
cadangan bahan pokok penting di Kalsel, (ii)
kelancaran distribusi melalui kerjasama dengan KSOP,
baik di Banjarmasin maupun Surabaya terkait prioritas
angkutan bahan pokok, (iii) keterjangkauan harga,
melalui monitoring dan evaluasi rutin tingkat harga
di Pedagang Besar oleh TPID, serta (iv) komunikasi
efektif dengan cara penyampaian pesan positif dan
himbauan kepada masyarakat melalui press release,
temu media, dan publikasi di sosial media.
Grafik B2.2 Survei Pemantauan Harga
�30
�20
�10
0
20
10
40
30
50
W1
W2
W3
W4
W1
W2
W3
W4
W1
W2
W3
W4
W1
W2
W3
W4
W1
W2
W3
W4
W1
W2
W3
W4
W5
W1
W2
W3
W4
W5
W1
W2
W3
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS
%MTM
BAWANG PUTIHBERAS
DAGING AYAM RASTELUR AYAM RAS
CABAI MERAHCABAI RAWIT
BAWANG MERAH
Sumber : Bank Indonesia, diolah
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
39 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
BAB IV
Pada triwulan II 2021, fungsi intermediasi perbankan semakin membaik. Penyaluran kredit tumbuh positif, terutama didorong oleh peningkatan kredit di seluruh komponen. Kredit modal kerja dan kredit investasi tumbuh meningkat sejalan dengan perbaikan aktivitas ekonomi dan bisnis. Sementara itu, kredit konsumsi tercatat tumbuh 1,42% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya (1,13%, yoy) terutama bersumber dari peningkatan penyaluran KPR dan perbaikan kontraksi KKB sejalan dengan pemberian stimulus kredit properti dan otomotif. Peningkatan kinerja penyaluran kredit juga diikuti dengan kualitas kredit yang relatif terjaga, tercermin dari non performing loan (NPL) yang sebesar 1,89%, sedikit lebih tinggi dibandingkan 1,88% pada triwulan sebelumnya.
BAB IV
40
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Penyaluran kredit korporasi mengalami peningkatan, terutama bersumber dari peningkatan kinerja penyaluran kredit di lapangan usaha utama yaitu pertambangan dan pertanian yang masing-masing tumbuh sebesar 47,87% dan 8,01%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,35% dan 1,78%. Selain itu, kinerja keuangan korporasi Kalimantan Selatan juga meningkat didorong oleh produktivitas korporasi yang semakin baik dan kemampuan dalam menghasilkan laba yang meningkat.
Sejalan dengan penyaluran kredit yang meningkat, kredit UMKM di Kalsel juga mengalami pertumbuhan yang positif didukung kualitas kredit yang meningkat. Bank Indonesia terus mendukung pengembangan UMKM baik dari sisi peningkatan produksi, pemasaran, dan akses keuangan, melalui penyelenggaraan berbagai program UMKM bekerjasama dengan stakeholders terkait.
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
41 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
4.1 PEMBIAYAAN DAERAHPada triwulan II 2021, perkembangan fungsi
intermediasi perbankan terus melanjutkan tren
perbaikan. Penyaluran kredit perbankan tumbuh
positif (7,69%) dan meningkat dibandingkan triwulan
I 2021. Kondisi ini juga diikuti dengan kualitas kredit
yang tetap terjaga. Peningkatan pertumbuhan
kredit terutama disebabkan oleh peningkatan kredit
pada lapangan usaha utama Kalimantan Selatan.
Berdasarkan penggunaan, peningkatan kredit
bersumber dari seluruh komponen. Peningkatan
kredit modal kerja dan kredit investasi sejalan dengan
perbaikan aktivitas ekonomi dan bisnis ditengah
proses pemulihan ekonomi yang berlanjut, serta kredit
konsumsi yang meningkat terutama bersumber dari
peningkatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR)
dan perbaikan kontraksi kredit kendaraan bermotor
(KKB) seiring kebijakan insentif dari Pemerintah.
Penyaluran kredit korporasi meningkat seiring
perbaikan kinerja perusahaan lapangan usaha utama
didorong tren penguatan harga komoditas ekspor
batubara dan CPO.
4.1.1 Pembiayaan Rumah Tangga (RT)Kredit konsumsi pada triwulan II 2021 tercatat
sebesar Rp24,06 triliun atau tumbuh 1,42%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021
yang tumbuh sebesar 1,13% (yoy). Peningkatan
pertumbuhan kredit konsumsi pada triwulan II 2021
terutama bersumber dari peningkatan penyaluran
KPR yang memiliki pangsa cukup besar, yaitu 43,25%
terhadap total kredit konsumsi yang disalurkan (Grafik
4.1), serta perbaikan kontraksi KKB. Peningkatan
penyaluran kredit konsumsi yang lebih tinggi tertahan
oleh perlambatan penyaluran kredit Multiguna
yang memiliki pangsa 44,87% terhadap total kredit
konsumsi.
Pada triwulan II 2021, penyaluran KPR tumbuh 4,10%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang sebesar 3,01% (yoy) (Grafik 4.2). Peningkatan
penyaluran KPR terutama bersumber dari penyaluran
KPR rumah tipe 22 sampai dengan 70 yang tumbuh
5,99% (yoy), lebih tinggi dibandingkan 4,92% (yoy)
pada triwulan I 2021. Kondisi ini sejalan dengan
kebijakan relaksasi Loan-To-Value (LTV) menjadi
paling tinggi 100% untuk semua jenis properti yang
dikeluarkan bersamaan dengan pembebasan pajak
Penjualan atas Barang Mewah PPnBM sehingga
menjadi insentif bagi masyarakat dalam melakukan
pembelian rumah.
Sementara itu, penyaluran KKB pada triwulan II 2021
mengalami perbaikan kontraksi, dari -29,66% (yoy)
menjadi -24,72% (yoy). Perbaikan kontraksi tersebut
bersumber dari perbaikan penyaluran kredit pemilikan
mobil dan kredit pemilikan truk/kendaraan roda
enam. Penyaluran kredit pemilikan mobil terkontraksi
18,63% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan I
2021 yang terkontraksi 24,25% (yoy). Kondisi ini juga
tercermin dari penjualan mobil sepanjang triwulan II
2021 yang meningkat 30%1 seiring pemberlakuan
pelonggaran uang muka KKB menjadi 0% dan
1 Hasil Liasion bersama Pelaku Usaha Otomotif Kalsel
KPR43,25%
KKB5,98%
MULTIGUNA44,87%
LAINNYA5,90%
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.1 Distribusi Kredit Konsumsi
�40%
�30%
�20%
�10%
0%
10%
20%
30%
40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
MULTIGUNATOTAL KONSUMSI
KPRKKB
10,11%1,13%3,01%
-29,66%
6,62%1,42%4,10%
-24,72%
Tw I2021
Tw II2021
MULTIGUNA TOTAL KONSUMSI KPR KKB
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.2 Pertumbuhan Kredit Konsumsi Berdasarkan Jenisnya
BAB IV
42
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan II 2021, kualitas kredit konsumsi tetap
terjaga yang tercermin dari NPL sebesar 1,89%, relatif
stabil dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang
sebesar 1,88% (Grafik 4.3). Peningkatan NPL kredit
konsumsi terjadi pada Kredit Kendaraan Bermotor
(KKB) dan kredit Multiguna. NPL KKB dan kredit
multiguna masing – masing tercatat sebesar 2,21%
dan 0,99%, lebih tinggi dibandingkan dengan 1,60%
dan 0,85% pada triwulan sebelumnya. Sementara
itu, NPL KPR menunjukkan perbaikan yaitu sebesar
2,54%, lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang
sebesar 2,78%.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada triwulan II
2021 menunjukkan bahwa persentase penggunaan
penghasilan RT untuk membayar pinjaman tercatat
sebesar 7,02% (Grafik 4.4). Secara umum, alokasi
pengeluaran RT masih didominasi untuk konsumsi yaitu
sebesar 82,35%, meningkat dibandingkan 80,75%
pada triwulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan
bahwa terdapat perbaikan konsumsi RT seiring
mobilitas masyarakat yang berangsur pulih didukung
program vaksinasi COVID-19.
Sementara itu, tingkat pendapatan RT di Provinsi
Kalimantan Selatan terus mengalami perbaikan seiring
proses pemulihan ekonomi yang terus berlangsung.
Berdasarkan Survei Konsumen Kalimantan Selatan
triwulan II 2021, Indeks Penghasilan Konsumen
tercatat sebesar 86,81, lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 78,06 (Grafik
4.5). Tingkat penghasilan konsumen yang meningkat
relaksasi PPnBM mobil oleh pemerintah. Selain itu,
rata-rata tingkat penjualan mobil hingga Mei 2021
mencapai 120 unit/bulan, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama di tahun sebelumnya yang sebesar
100 unit/bulan. Sementara itu, penyaluran kredit
pemilikan truk/kendaraan roda enam terkontraksi
29,13% (yoy), membaik dibandingkan triwulan I 2021
yang terkontraksi 37,53% (yoy).
Di sisi lain, penyaluran kredit multiguna pada
triwulan II 2021 tumbuh 6,62% (yoy), melambat
dibandingkan triwulan I 2021 yang tumbuh 10,11%
(yoy). Perlambatan penyaluran kredit multiguna
dipengaruhi oleh aktivitas ekonomi dan masyarakat
yang terbatas seiring pemberlakuan pembatasan
kegiatan masyarakat antara lain penetapan kebijakan
larangan mudik oleh Pemerintah.
1,13%
1,42%0,63%
1,88%
1,89%
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
�5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
NPL KREDIT �SB.KANAN�PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.3 Pertumbuhan dan NPL Kredit Konsumsi
CICILANKONSUMSI TABUNGAN
TW I 2021 TW II 2021
80,75% 82,35%
10,63%
7,02%
11,43%
7,82%
Sumber : Survei Konsumen (diolah)
Grafik 4.4 Persentase Penggunaan Penghasilan RT
78,06
86
,81
49,31
61,53
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
0
20
40
60
80
100
120
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2017 2018 2019 2020 2021
INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN INDEKS KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA
Sumber : Survei Konsumen (diolah)
Grafik 4.5 Indeks Penghasilan Konsumen & Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
43 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
sejalan dengan pembukaan sektor-sektor ekonomi
produktif yang semakin luas di Era Adaptasi Kebiasaan
Baru (AKB) seperti restoran, hotel, pusat perbelanjaan,
serta kegiatan meeting, incentive, convention, dan
exhibition (MICE) yang dimungkinkan secara hybrid,
dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan
sehingga turut meningkatkan aktivitas ekonomi
masyarakat.
Ketersediaan lapangan kerja saat ini juga terus
menunjukkan perbaikan seiring pelonggaran aktivitas
ekonomi dan sosial sehingga kegiatan operasional
perusahaan dapat berjalan lebih maksimal. Kondisi ini
mendorong peningkatan kebutuhan tenaga kerja oleh
perusahaan yang tercermin dari indeks ketersediaan
lapangan kerja pada triwulan II 2021 yang sebesar
61,53, meningkat dibandingkan 49,31 pada triwulan
sebelumnya (Grafik 4.5). Hal ini juga tercermin dari
hasil SK pada triwulan II 2021 yang menunjukkan
peningkatan penghasilan yang dilaporkan oleh
responden survei (Tabel 4.1).
4.1.2 Pembiayaan KorporasiPenyaluran kredit korporasi pada triwulan II 2021
mengalami peningkatan, terutama bersumber
dari peningkatan kinerja penyaluran kredit
korporasi di lapangan usaha utama Kalimantan
Selatan. Kredit korporasi yang diberikan berdasarkan
lokasi proyek, mayoritas disalurkan pada lapangan
usaha utama (Grafik 4.6), yaitu Perdagangan, Hotel,
dan Restoran (25,63%), Pertambangan (25,43%), dan
Pertanian (21,16%).
Pada triwulan II 2021, kredit lapangan usaha
pertambangan tumbuh sebesar 47,87% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar
5,35% (yoy). Kredit lapangan usaha pertanian juga
mengalami peningkatan, menjadi 8,01% (yoy) dari
triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,78% (yoy).
Sementara itu, kredit lapangan usaha perdagangan
mencatatkan pertumbuhan yang positif sebesar
TAMBANGPERTANIAN
INDUSTRILISTRIK, GAS, AIRINDUSTRI
PHRTRANSPORTASI KOMUNIKASI
JASA KEUANGAN
JASA SOSIAL
2,14%
2,96%
25,43%
6,16%4,62%
25,63%
6,97%4,95%
21,16%
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.6 Komposisi Kredit Korporasi
PERTAMBANGANPERTANIAN
INDUSTRI PENGOLAHANPERDAGANGAN
5,35%1,78%
-16,90%-1,10%
47,87%8,01%
-5,93%5,24%
Tw I2021
Tw II2021
�40%
�20%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
PERTAMBANGAN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN PERDAGANGAN
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.7 Pertumbuhan Kredit Lapangan Usaha Ekonomi Utama
PERTANIANPERDAGANGAN
PERTAMBANGANINDUSTRI PENGOLAHAN
6,82%4,33%3,73%1,22%
6,67%4,48%1,96%1,18%
Tw I2021
Tw II2021
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
8%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
PERTANIAN PERDAGANGAN PERTAMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.8 NPL Kredit Lapangan Usaha Ekonomi Utama
Kondisi Penghasilan RT TW I '21 TW II '21
Meningkat Cukup Banyak 1,25% 1,11%
Sedikit Meningkat 17,78% 18,61%
Sama 40,00% 47,36%
Sedikit Menurun 31,39% 27,50%
Menurun Cukup Banyak 9,58% 5,42%
Tabel 4.1 Perubahan Tingkat Pendapatan RT
Sumber: Survei Konsumen (data diolah)
BAB IV
44
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
5,24% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya
terkontraksi 1,10% (yoy). Sementara itu, penyaluran
kredit lapangan usaha industri pengolahan mengalami
perbaikan kontraksi, dari -16,90% (yoy) pada triwulan
I 2021 menjadi -5,93% (yoy) pada triwulan II 2021
(Grafik 4.7).
Peningkatan pertumbuhan kredit di lapangan usaha
pertambangan terutama didorong oleh sub-lapangan
usaha pertambangan batubara yang tumbuh cukup
signifikan. Peningkatan tersebut sejalan dengan tren
penguatan harga batubara yang terus berlanjut.
Hingga Juli 2021, Harga Batubara Acuan (HBA) telah
menyentuh level US$115,35/ton, tertinggi sejak
tahun 2018. Kondisi ini mendorong peningkatan
aktivitas operasional perusahaan, terutama untuk
memanfaatkan tingginya harga batubara acuan.
Sementara itu, peningkatan kredit lapangan usaha
pertanian terutama bersumber dari perbaikan
kontraksi penyaluran kredit pada sub-lapangan usaha
perkebunan kelapa sawit yang tumbuh sebesar 4,82%
(yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan I 2021
yang terkontraksi 0,98% (yoy). Peningkatan kredit
didorong oleh aktivitas operasional perkebunan sawit
terutama untuk pemupukan maupun pemeliharaan
kebun, serta tren penguatan harga TBS sawit yang
terus berlanjut didorong peningkatan permintaan oleh
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan industri.
Penyaluran kredit lapangan usaha perdagangan pada
triwulan II 2021 mengalami perbaikan meningkat
terutama didorong oleh perbaikan kontraksi kredit
pada sub-lapangan penjualan mobil dan penjualan
sepeda motor yang masing–masing tercatat sebesar
-11,48% (yoy) dan -13,15% (yoy), lebih baik
dibandingkan triwulan I 2021 yang terkontraksi
20,69% (yoy) dan 25,59% (yoy) didorong kebijakan
relaksasi uang muka dari Bank Indonesia dan insentif
fiskal bagi pembelian otomotif dari Pemerintah.
Pada triwulan II 2021, kualitas penyaluran kredit
kepada korporasi mengalami perbaikan. Rasio Non
Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 3,10%, lebih
rendah dibandingkan dengan 3,28% pada triwulan I
2021.
Berdasarkan lapangan usaha, rasio kredit bermasalah
(NPL) korporasi di lapangan usaha pertanian,
pertambangan, dan industri pengolahan mengalami
penurunan masing-masing menjadi sebesar 6,67%,
1,96%, dan 1,18%, lebih rendah dibandingkan
dengan 6,82%, 3,73%, dan 1,22% pada triwulan
sebelumnya. Sementara itu, pada triwulan II 2021,
NPL lapangan usaha perdagangan tercatat sebesar
4,48%, sedikit meningkat dibandingkan dengan
4,33% pada triwulan I 2021 (Grafik 4.8).
Kinerja keuangan korporasi Kalimantan Selatan pada
triwulan I 2021 meningkat, didorong oleh produktivitas
korporasi yang semakin baik dan kemampuan dalam
menghasilkan laba yang meningkat. Rasio likuiditas
korporasi masih terjaga diatas 1 diikuti dengan
inventory turn over yang meningkat sehingga
mengindikasikan aktivitas usaha/penjualan yang
meningkat.
Rasio ProduktivitasProduktivitas korporasi di Kalimantan Selatan pada
triwulan I 2021 semakin baik, tercermin dari indikator
inventory turn over yang meningkat dari 6,96 menjadi
7,38 (Grafik 4.9). Perbaikan ini sejalan dengan aktivitas
ekonomi yang mulai pulih, terutama kegiatan industri
dan manufaktur di negara mitra dagang utama.
Purchasing Managers Index (PMI) Tiongkok pada Maret
2021 tercatat sebesar 51,90, telah berada di atas batas
0,53
0,55
6,96 7,38
4
5
6
7
8
9
10
11
0,50
0,55
0,60
0,65
0,70
0,75
0,80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2017 2018 2019 2020 2021
ASSET T/O INVENTORY T/O
Sumber : Bloomberg (diolah)
Grafik 4.9 Asset T/O dan Inventory T/O Korporasi
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
45 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
ambang bawah (50) dan kembali meningkat di Juni
2021. Kondisi ini lebih lanjut mendorong peningkatan
kegiatan operasional perusahaan. Sementara itu,
kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan
penggunaan aset mengalami perbaikan, tercermin
dari indikator asset turn over pada triwulan I 2021
yang sebesar 0,55, lebih tinggi dibandingkan 0,53
pada triwulan sebelumnya. Secara sektoral, perbaikan
produktivitas didorong oleh kegiatan dari lapangan
usaha utama Kalsel, yaitu pertanian, pertambangan,
dan industri pengolahan.
Rasio ProfitabilitasPada triwulan I 2021, profitabilitas korporasi di
Kalimantan Selatan meningkat. Indikator Return on
Asset (ROA) dan Return to Equity (ROE) masing-masing
tercatat sebesar 3,06% dan 6,86%, meningkat dari
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,05% dan 4,73%
(Grafik 4.10). Peningkatan profitabilitas tersebut
sejalan dengan permintaan domestik dan eksternal
yang semakin baik ditengah proses pemulihan ekonomi
yang terus berlangsung. Secara sektoral, peningkatan
profitabilitas juga terjadi di beberapa lapangan usaha
utama di Kalimantan Selatan, seperti pertambangan,
pertanian, dan industri pengolahan didorong oleh
tren penguatan harga komoditas utama Kalimantan
Selatan, yaitu batubara dan CPO.
Rasio SolvabilitasTingkat ketahanan korporasi di Kalimantan Selatan
pada triwulan I 2021 relatif terjaga. Kondisi ini tercermin
dari indikator rasio hutang Debt to Equity Ratio (DER)
yang lebih rendah yaitu sebesar 0,70 (Grafik 4.11),
diikuti dengan rasio solvabilitas Total Asset (TA) / Total
Liabilities (TL) yang cenderung meningkat. Penurunan
DER disebabkan oleh pembayaran sebagian pinjaman
bank yang telah jatuh tempo, serta peningkatan
kehati-hatian bank dalam penyaluran kredit baru
kepada korporasi seiring ketidakpastian usaha di
masa pandemi COVID-19. Secara sektoral, tingkat
solvabilitas yang terjaga bersumber dari lapangan
usaha pertambangan, industri pengolahan, dan
perdagangan.
Rasio LikuiditasSecara umum, likuiditas korporasi di Kalimantan
Selatan pada triwulan I 2021 mengalami peningkatan.
Pada triwulan I 2021, Current Ratio (CR) tercatat
sebesar 1,34, lebih tinggi dibandingkan 1,23 pada
triwulan sebelumnya (Grafik 4.12). Current Ratio
(CR) yang lebih tinggi ini didorong oleh peningkatan
arus kas korporasi ditengah liabilitas yang menurun
2,05%
3,06%4,73%
6,86%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2017 2018 2019 2020 2021
RETURN ON ASSET �ROA� RETURN ON EQUITY �ROE�
Sumber : Bloomberg (diolah)
Grafik 4.10 Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
0,75
0,70
1,74
1,82
1,60
1,65
1,70
1,75
1,80
1,85
1,90
1,95
2,00
2,05
0,0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2017 2018 2019 2020 2021
DEBT TO EQUITY RATIO �DER� TA/TL RASIO
Sumber : Bloomberg (diolah)
Grafik 4.11 Debt to Equity Ratio (DER) dan TA/TL Rasio
1,23
1,34
1,10
1,15
1,20
1,25
1,30
1,35
1,40
1,45
1,50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2017 2018 2019 2020 2021
CURRENT RATIO �CR�
Sumber : Bloomberg (diolah)
Grafik 4.12 Current Ratio (CR) Korporasi
BAB IV
46
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dikarenakan pembayaran sebagian besar pinjaman
bank oleh korporasi. Secara sektoral, peningkatan CR
bersumber dari lapangan usaha industri pengolahan
dan perdagangan seiring kondisi makro dan industri
negara mitra utama yang membaik, serta aktivitas
ekonomi dan mobilitas domestik yang berangsur
pulih.
4.1.3 Total Aset dan Intermediasi Perbankan
Pada triwulan II 2021, total aset perbankan di Provinsi
Kalimantan Selatan tercatat Rp 74,31 triliun (Grafik
4.13), tumbuh sebesar 5,89% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan I 2021 yang tumbuh 5,22%
(yoy). DPK pada periode yang sama tercatat sebesar
Rp57,67 triliun atau tumbuh 6,39% (yoy), melambat
dibanding triwulan I 2021 yang tumbuh sebesar
6,87% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit tercatat
sebesar Rp69,39 triliun atau tumbuh positif sebesar
7,96% (yoy), meningkat dibandingkan kontraksi
0,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan yang
tercermin dari perbandingan antara penyaluran kredit/
pembiayaan terhadap penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) atau disebut Loan-to-Deposit Ratio
(LDR) mengalami peningkatan menjadi 120,33%
dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar 119,25%.
Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan
penyaluran kredit yang lebih tinggi ditengah
pertumbuhan DPK yang melambat.
Perlambatan DPK terutama bersumber dari penurunan
komponen giro dan deposito (Grafik 4.14).
Komponen giro, tumbuh 8,83% (yoy), lebih rendah
dari triwulan I 2021 yang tumbuh 21,83% (yoy).
Perlambatan pertumbuhan giro terutama bersumber
dari penurunan pertumbuhan giro pemerintah. Pada
triwulan II 2021, giro pemerintah terkontraksi 15,04%
(yoy), menurun dibanding triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 29,99% (yoy) didorong penurunan
pertumbuhan giro pemerintah pusat maupun giro
pemda yang masing-masing mengalami kontraksi
64,91% (yoy) dan 13,27% (yoy), turun dari -32,16%
(yoy) dan 35,58% (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Penurunan giro pemerintah pusat sejalan dengan
penyaluran progam PEN yang terus berlanjut, terutama
percepatan penyaluran bantuan sosial (bansos).
Sementara itu, penurunan giro pemda sejalan dengan
serapan belanja APBD hingga triwulan II 2021 yang
sebesar 43,92%, lebih baik dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya (43,61%). Komponen
deposito terkontraksi 2,73% (yoy), lebih dalam
dibandingkan triwulan sebelumnya (-1,59%, yoy). Di
sisi lain, komponen tabungan tumbuh 10,44% (yoy),
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,36% (yoy).
Secara spasial, pangsa DPK terbesar berada di kota
Banjarmasin, kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah
Bumbu, dan Kabupaten Banjar (Tabel 4.2). Dari sisi
pertumbuhan tahunan, pertumbuhan DPK terbesar
pada triwulan II 2021 terjadi di Kota Banjarbaru yang
tumbuh 12,58% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan
DPKKREDIT
ASETLDR
6,87%-0,92%5,22%
113,25%
6,639%7,96%5,89%
120,33%
Tw I2021
Tw II2021
100%
105%
110%
115%
120%
125%
130%
135%
140%
�10%
�5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
%YOY
DPK KREDIT ASET LDR
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.13 Pertumbuhan Aset, DPK dan Kredit
�30%
�20%
�10%
0%
10%
20%
30%
40%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOYTABUNGANTOTAL DPKDEPOSITO
GIRO
6,36%6,87%
-1,59%21,83%
10,44%6,39%
-2,73%8,83%
Tw I2021
Tw II2021
TABUNGAN DEPOSITO GIROTOTAL DPK
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.14 Perkembangan LDR, Kredit dan DPK
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
47 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DPK terendah berada di kabupaten Balangan yang
terkontraksi sebesar 17,03% (yoy).
Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan pada triwulan
II 2021 tercatat sebesar Rp69,39 triliun atau tumbuh
7,96% (yoy), meningkat dibandingkan dengan
triwulan I 2021 yang terkontraksi sebesar 0,92% (yoy).
Peningkatan penyaluran kredit terutama bersumber
dari peningkatan seluruh komponen kredit (modal
kerja, investasi, dan konsumsi) (Grafik 4.15). Kondisi
ini mengindikasikan aktivitas ekonomi dan bisnis yang
mulai kembali bergeliat seiring proses pemulihan
ekonomi yang terus berlangsung.
Berdasarkan penggunaan, pada triwulan II 2021,
kredit modal kerja tumbuh 16,10% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
5,36% (yoy). Peningkatan kredit modal kerja
terutama didorong oleh peningkatan penyaluran
kredit pada lapangan usaha pertambangan dan
perdagangan. Pada triwulan II 2021, kredit modal
kerja pada lapangan usaha pertambangan tumbuh
37,32% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya (29,89%, yoy) didorong kecenderungan
pelaku usaha pertambangan dalam meningkatkan
aktivitas produksi ditengah tren penguatan harga
batu bara. Sementara itu, penyaluran kredit lapangan
usaha perdagangan tumbuh 8,60% (yoy), meningkat
dari 0,60% (yoy) pada triwulan sebelumnya, sejalan
dengan peningkatan level confidence industri dan
pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian yang
membaik sehingga mendorong aktivitas pembiayaan
oleh pelaku usaha. Selain itu, peningkatan kredit
lapangan usaha perdagangan juga sejalan dengan
permintaan barang konsumsi di masyarakat sehingga
meningkatkan kebutuhan modal kerja industri,
terutama untuk fast moving consumer goods
(FMCG) yang meningkat 14%2 dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya seiring pemenuhan
kebutuhan di momen HBKN Ramadhan dan Idul Fitri.
2 Hasil Liaison bersama Pelaku Usaha Sektor Perdagangan Besar dan Eceran
�30%
�20%
�10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOYKONSUMSIINVESTASI
TOTAL KREDITMODAL KERJA
1,13%-9,73%-0,92%5,36%
1,42%6,89%7,96%
16,10%
Tw I2021
Tw II2021
KONSUMSI TOTAL KREDITINVESTASI MODAL KERJA
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK
DPK Tw.II - 2021 Pertumbuhan
No Kabupaten/Kota Rp (miliar) Tw.I - 2021 (yoy)
Tw.I I- 2021 (yoy)
Arah Pertumbuhan
1 Kab. Banjar 3.300,51 -5,09% -4,61%
2 Kab. Tanah Laut 2.753,54 10,95% 3,99%
3 Kab. Tapin 2.106,75 -7,20% -7,84%
4 Kab. Hulu Sungai Selatan 1.209,37 5,48% -6,67%
5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1.273,17 0,84% -2,95%
6 Kab. Hulu Sungai Utara 1.470,22 -0,92% -8,92%
7 Kab. Barito Kuala 993,59 3,16% -1,22%
8 Kab. Kota Baru 2.961,43 11,88% 7,15%
9 Kab. Tabalong 2.815,48 6,29% 0,20%
10 Kab. Tanah Bumbu 4.611,22 14,48% 21,15%
11 Kab. Balangan 900,01 -13,78% -17,03%
12 Kota Banjarmasin 28.554,99 9,12% 10,15%
13 Kota Banjarbaru 4.731,33 8,60% 12,58%
Prov. Kalimantan Selatan 57.681,61 6,88% 6,39%
Tabel 4.2 Perkembangan DPK di Kalimantan Selatan Secara Spasial
Sumber: LBU Bank Indonesia
BAB IV
48
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada triwulan II 2021, kinerja kredit investasi tumbuh
6,89% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021
yang terkontraksi 9,73% (yoy). Peningkatan penyaluran
kredit investasi tersebut bersumber dari peningkatan
penyaluran kredit lapangan usaha pertambangan dan
pertanian. Penyaluran kredit investasi lapangan usaha
pertambangan tumbuh 58,22% (yoy), meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
14,24% (yoy) terutama untuk pembelian alat berat
dalam mendukung aktivitas operasional di tambang
batu bara. Sementara itu, kredit investasi di lapangan
usaha pertanian tumbuh 3,61% (yoy), meningkat dari
-5,33% (yoy) pada triwulan I 2021.
Kredit konsumsi pada triwulan II 2021 juga mengalami
pertumbuhan yang lebih baik. Kredit konsumsi
tumbuh 1,42% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan triwulan I 2021 yang tumbuh 1,13% (yoy).
Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh
peningkatan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR)
dan perbaikan kontraksi kredit kendaraan bermotor
(KKB) sejalan dengan pemberian insentif dan relaksasi
kredit kepada masyarakat.
Secara spasial, pangsa kredit terbesar adalah di Kota
Banjarmasin, Kabupaten Tabalong, dan Kabupaten
Banjar (Tabel 4.3). Dari sisi pertumbuhan tahunan,
pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan II 2021
berada di Kabupaten Tabalong yang mencapai 89,96%
(yoy). Sementara itu, penyaluran kredit di Kabupaten
Balangan terkontraksi paling dalam sebesar 40,71%
(yoy), disusul oleh Kabupaten Tapin yang terkontraksi
sebesar 13,39% (yoy).
Dari sisi kualitas kredit, NPL pada triwulan II 2021
tercatat sebesar 3,10%, lebih rendah dari 3,28% pada
triwulan I 2021, didorong oleh perbaikan NPL kredit
modal kerja dan kredit investasi (Grafik 4.16). NPL
kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing
tercatat sebesar 3,67% dan 3,82%, lebih rendah
Kredit Tw.II - 2021 Pertumbuhan
No Kabupaten/Kota Rp (miliar) Tw.I - 2021 (yoy)
Tw.II - 2021 (yoy)
Arah Pertumbuhan
1 Kab. Banjar 7.287,24 43,18% 13,80%
2 Kab. Tanah Laut 3.717,16 6,58% -5,31%
3 Kab. Tapin 4.911,32 -9,44% -13,39%
4 Kab. Hulu Sungai Selatan 1.188,87 8,52% 15,81%
5 Kab. Hulu Sungai Tengah 1.454,31 4,25% 10,33%
6 Kab. Hulu Sungai Utara 1.423,72 2,45% 7,60%
7 Kab. Barito Kuala 3.852,11 -8,17% -0,54%
8 Kab. Kota Baru 4.941,15 6,64% 5,04%
9 Kab. Tabalong 9.005,96 -17,51% 89,96%
10 Kab.Tanah Bumbu 6.216,51 0,59% 6,61%
11 Kab. Balangan 780,75 -24,63% -40,71%
12 Kota Banjarmasin 19.079,30 -9,58% 0,41%
13 Kota Banjarbaru 5.536,69 3,68% 7,62%
Prov. Kalimantan Selatan 69.395,09 -0,92% 7,96%
Tabel 4.3 Perkembangan Kredit di Kalimantan Selatan Secara Spasial
Sumber : LBU Bank Indonesia
-0,92%
7,96%
3,28%
3,10%
0,0%
0,5%
1,0%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
4,0%
�10%
�5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
PERTUMBUHAN KREDIT NPL KREDIT �SB. KANAN�
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.16 Pertumbuhan dan NPL Kredit
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
49 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dibandingkan 3,82% dan 4,64% pada triwulan I
2021. Sementara itu, NPL kredit konsumsi tercatat
sebesar 1,89%, sedikit lebih tinggi dibandingkan
1,88% pada triwulan sebelumnya.
4.2 PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM
4.2.1 Rasio Kredit UMKMSejalan dengan penyaluran kredit yang meningkat,
kredit UMKM di Kalsel juga mengalami pertumbuhan
yang positif dengan kualitas kredit yang meningkat.
Peningkatan kredit tersebut mendorong kontribusi
kredit UMKM juga meningkat. Pangsa kredit UMKM
terhadap total kredit tercatat sebesar 21,93% (yoy),
lebih tinggi dibandingkan dengan 21,43% (yoy) pada
triwulan I 2021 (Grafik 4.17).
4.2.2 Penyaluran Kredit UMKMPada triwulan II 2021, kredit UMKM tumbuh sebesar
6,62% (yoy) menjadi Rp15,22 triliun, meningkat
dibandingkan dengan -3,49% (yoy) pada triwulan I
2021 (Grafik 4.18).
Peningkatan penyaluran kredit UMKM bersumber dari
perbaikan pertumbuhan kredit di seluruh skala usaha
(mikro, kecil, dan menengah). Pada triwulan II 2021,
kredit usaha mikro mengalami perbaikan kontraksi
menjadi -29,16% (yoy), dari -35,71% (yoy) pada
triwulan sebelumnya. Sementara itu, kredit usaha kecil
dan menengah masing-masing tumbuh 14,04% (yoy)
dan 27,02% (yoy) pada triwulan II 2021, lebih tinggi
dibandingkan 0,79% (yoy) dan 19,26% (yoy) pada
triwulan sebelumnya.
�60%
�40%
�20%
0%
20%
40%
60%
80%
I III I III I III I III I III I III I III I2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
USAHA MENENGAHUSAHA KECIL
KREDIT UMKMUSAHA MIKRO
19,26%0,79%
-3,49%-35,71%
27,02%14,04%
6,62%-29,16%
Tw I2021
Tw II2021
USAHA MENENGAH USAHA KECIL KREDIT UMKM USAHA MIKRO
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
22,46
%24
,51%
23,39
%23
,55%
23,43
%22
,58%
22,83
%21
,34%
21,21
%21
,53%
21,26
%21
,62%
22,26
%23
,12%
21,69
%20
,89%
22,00
%22
,21%
21,85
%22
,02%
21,43
%21
,93%
77,54
%75
,49%
76,61
%76
,45%
76,57
%77
,42%
77,17
%78
,66%
78,79
%78
,47%
78,74
%78
,38%
77,74
%76
,88%
78,31
%79
,11%
78,00
%77
,79%
78,15
%77
,98%
78,57
%78
,07%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2016 2017 2018 2019 2020 2021
SHARE
% KREDIT UMKM % KREDIT NON�UMKM
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.17 Rasio Kredit UMKM terhadap Total Kredit
No Klaster Wilayah
Jumlah Pelaku Usaha(UMKM) Pinjaman (Rp.000) Status Pinjaman
KeteranganTw I - 2021 Tw II - 2021 Tw I - 2021 Tw II - 2021 Tw I - 2021 Tw II - 2021
1 Klaster Padi Unggul Kab. Tanah Bumbu - - - - - - -
2 Kom.Padi (Utama) Kab. Tanah Bumbu 98 97 30.000 23.000 lancar lancar Perbankan
3 Kom.Sapi (Ternak) Kab. Tanah Bumbu 45 46 - - - - -
4 Klaster Bawang Merah Kab. Tapin 75 72 - - - - -
5 Klaster Ampulung Kab. HSU 44 40 85.000 72.500 lancar lancar Perbankan
6 Klaster Ikan Lokal Kab. HST 81 76 138.300 114.000 lancar lancar Perbankan
7 Klaster Udang Kab. Kotabaru 11 11 - - - - -
Tabel 4.4 Akses Keuangan Klaster Binaan Bank Indonesia
Sumber : LBU Bank Indonesia
BAB IV
50
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Penyaluran kredit UMKM berdasarkan jenis
penggunaan mayoritas adalah Kredit Modal Kerja
(KMK) dengan pangsa sebesar 67,60%, diikuti
Kredit Investasi (KI) sebesar 32,40%. Pada triwulan II
2021, KMK tumbuh sebesar 8,43% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan triwulan I 2021 yang tumbuh
1,04% (yoy). Perbaikan kinerja penyaluran kredit
juga terjadi pada KI yang tumbuh sebesar 3,03%
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan I 2021 yang
terkontraksi 11,74% (yoy) (Grafik 4.19).
Dari sisi sektor ekonomi, lapangan usaha perdagangan
merupakan lapangan usaha dengan pangsa kredit
terbesar (Grafik 4.20), yaitu 48,0% dari total kredit.
Pertumbuhan kredit lapangan usaha perdagangan
tumbuh sebesar 4,11% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan kontraksi 4,23% (yoy) pada triwulan I
2021. Kredit pada lapangan usaha pertanian yang
merupakan pangsa terbesar kedua terhadap kredit
UMKM tumbuh sebesar 10,97% (yoy), lebih tinggi
dibandingkan dengan 6,14% (yoy) pada triwulan I
2021 (Grafik 4.21).
Dari sisi kualitas, risiko kredit UMKM mengalami
penurunan tercermin dari NPL triwulan II 2021 yang
sebesar 5,42%, lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya (5,54%) (Grafik 4.22).
4.2.3 Peningkatan Akses Keuangan UMKM
Dalam rangka mendukung pengembangan UMKM
baik dari sisi peningkatan produksi, pemasaran, dan
akses keuangan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Kalimantan Selatan menyelenggarakan
program klaster binaan. Sampai dengan triwulan I
2021, terdapat 5 (lima) klaster binaan yang mendapat
pendampingan dari Bank Indonesia yaitu klaster padi
unggul organik di Kabupaten Tanah Bumbu, klaster
bawang merah di kabupaten Tapin, klaster ampulung
1,04%
8,43%
-11,74%
3,03%
�60%
�40%
�20%
0%
20%
40%
60%
80%
�5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
KREDIT INVESTASIKREDIT MODAL KERJA
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.19 Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan
PERTANIAN21,8%
TAMBANG4,9%
INDUSTRIPENGOLAHAN
4,1%
LISTRIK, GASDAN AIR
0,1%
KONSTRUKSI4,0%
PERDAGANGAN48,0%
PENGANGKUTAN6,5%
JASA DUNIA USAHA3,6%
JASA SOSIALMASYARAKAT
6,7%
LAIN�LAIN0,1%
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.20 Distribusi Kredit UMKM berdasarkan Lapangan Usaha
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOYPERTANIAN
KREDIT UMKMPERDAGANGAN
KONSTRUKSI
6,14%-3,49%-4,23%
-13,63%
10,97%6,62%4,11%
-12,69%
Tw I2021
Tw II2021
�20%
�10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
PERTANIAN KREDIT UMKM PERDAGANGAN KONSTRUKSI
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.21 Pertumbuhan Kredit UMKM Lapangan Usaha Utama
-3,49%
6,62%5,54%
5,42%
�10%
�5%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
YOY
NPL KREDIT UMKMPERTUMBUHAN KREDIT UMKM
Sumber : LBU Bank Indonesia
Grafik 4.22 Pertumbuhan dan NPL Kredit UMKM
BAB IV
Pembiayaan Daerah, Serta Pengembangan Akses Keuangan dan Usaha Mikro Menengah (UMKM)
51 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Berdasarkan kota/kabupaten, realisasi KUR tertinggi
adalah di Kota Banjarmasin (Grafik 4.23) yang
mencapai 16,04%, diikuti Kabupaten Tanah Bumbu
(13,68%) dan Kabupaten Banjar (10,36%).
Total debitur yang menerima manfaat KUR di
Kalimantan Selatan sampai dengan triwulan II 2021
mencapai 52,06 ribu debitur dengan sebaran debitur
terbanyak di kota Banjarmasin (Tabel 4.5) mencapai
8,36 ribu debitur (16,06%) dan Kabupaten Tanah
Bumbu mencapai 4,65 ribu debitur (8,93%). Sektor
utama penerima KUR adalah lapangan usaha
perdagangan besar dan eceran mencapai 47,74% dan
lapangan usaha pertanian mencapai 31,03% dari total
KUR yang disalurkan (Grafik 4.24). Sektor ekonomi
penerima KUR lainnya adalah lapangan usaha jasa
kemasyarakatan (7,76%), dan industri pengolahan
(4,75%).
di kabupaten Hulu Sungai Utara, klaster budidaya ikan
air tawar di kabupaten Hulu Sungai Tengah dan klaster
budidaya udang di Kabupaten Kotabaru. Tiga dari lima
klaster tersebut, telah mendapatkan pinjaman dari
perbankan dengan status pinjaman lancar (Tabel 4.4).
Dalam rangka mendukung penguatan UMKM di
Kalimantan Selatan, pemerintah berperan dalam
penyaluran pembiayaan mikro dan ultra mikro oleh
perbankan, melalui subsidi bunga pada program Kredit
Usaha Rakyat (KUR) dan pembiayaan Ultra Mikro
(Umi). Pada tahun 2021, Pemerintah memutuskan
menaikkan plafon KUR tanpa jaminan menjadi Rp100
juta dan memberikan tambahan subsidi bunga KUR
sebesar 3% hingga Desember 2021. Pemerintah juga
meningkatkan plafon KUR di 2021 menjadi sebesar
Rp253 triliun, lebih tinggi dibandingkan plafon yang
telah ditetapkan sebelumnya yaitu sebesar Rp220
triliun. KUR yang disalurkan di Kalimantan Selatan
sampai dengan triwulan II 2021 sebesar Rp2,00 triliun.
319,8
4
259,3
3
178,4
1
196,4
9
134,6
7
181,0
0
124,0
7
108,9
3
107,7
9
97,19
102,0
0
86,45
98,40
16,04%13,68%
9,41%10,36%7,10%
9,55%6,54%5,74%5,68%5,13%5,38%4,56%5,19%
0%
5%
10%
15%
20%
0
100
200
300
400
500
600
KOTA
BAN
JARM
ASIN
KAB.
TAN
AH B
UM
BU
KAB.
TAN
AH L
AUT
KAB.
BAN
JAR
KAB.
TAB
ALO
NG
KAB.
KO
TABA
RU
KOTA
BAN
JARB
ARU
KAB.
HU
LUSU
NG
AI U
TARA
KAB.
BAR
ITO
KU
ALA
KAB.
TAP
IN
KAB.
HU
LUSU
NG
AI T
ENG
AH
KAB.
BAL
ANG
AN
KAB.
HU
LUSU
NG
AI S
ELAT
AN
RP MILIAR
NOMINAL SHARE �SB.KANAN�
Sumber : DJPB Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 4.23 Penyaluran KUR berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan I 2021
Tabel 4.5 Sebaran Debitur KUR berdasarkan Kabupaten/Kota Triwulan II-2021
Kota / Kabupaten Debitur Share %
Kota Banjarmasin 8.358 16,06%
Kab. Tanah Bumbu 4.647 8,93%
Kab. Tanah Laut 4.579 8,80%
Kab. Banjar 6.229 11,97%
Kab. Tabalong 3.340 6,42%
Kab. Kotabaru 4.104 7,88%
Kota Banjarbaru 2.714 5,21%
Kab. Hulu Sungai Utara 2.908 5,59%
Kab. Barito Kuala 3.520 6,76%
Kab. Tapin 2.653 5,10%
Kab. Hulu Sungai Tengah 3.128 6,01%
Kab. Balangan 2.324 4,46%
Kab. Hulu Sungai Selatan 3.553 6,83%
TOTAL 52.057 100,00%Sumber: DJPB Provinsi Kalimantan Selatan
47,74%
31,03%
7,76%4,75% 2,97% 2,63% 1,97% 0,72% 0,20% 0,18% 0,02% 0,03%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
0
200
400
600
800
1000
1200
PERD
AGAN
GAN
BESA
R DA
N E
CERA
N
PERT
ANIA
N,
PERB
URU
ANDA
N K
EHU
TAN
AN
JASA
KEM
ASYA
RAKA
TAN
,SO
SIAL
BU
DAYA
, HIB
URA
NDA
N P
ERO
RAN
GAN
LAI
NN
YA
INDU
STRI
PEN
GO
LAH
AN
PERI
KAN
AN
PEN
YEDI
AAN
AKO
MO
DASI
DAN
PEN
YEDI
AAN
MAK
AN M
INU
M
TRAN
SPO
RTAS
I,PE
RGU
DAN
GAN
DAN
KO
MU
NIK
ASI
REAL
EST
ATE,
USA
HA
PERS
EWAA
N,
DAN
JASA
PER
USA
HAA
N
KON
STRU
KSI
JASA
KES
EHAT
ANDA
N K
EGIA
TAN
SO
SIAL
JASA
PEN
DIDI
KAN
PERT
AMBA
NG
ANDA
N P
ENG
GAL
IAN
RP MILIAR
NOMINAL SHARE �SB.KANAN�
Sumber : DJPB Provinsi Kalimantan Selatan
Grafik 4.24 Penyaluran KUR berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan I 2021
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB V
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
53 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
PenyelenggaraanSistem Pembayaran danPengelolaan Uang Rupiah
BAB V
Transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) dan Sistem Kliring Nasional (SKNBI) di Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun pertumbuhan, didorong oleh perayaan HBKN puasa dan Idul Fitri. Disisi lain, transaksi dengan menggunakan Alat Pembayaran Menggunakan kartu (APMK) dan transaksi online juga mengalami peningkatan. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mendorong perluasan elektronifikasi pembayaran di daerah terutama di masa pandemi.
BAB V
54
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Aliran uang kartal pada triwulan II 2021 mengalami aliran masuk bersih (net inflow) sebesar Rp0,50 triliun, dibanding triwulan I 2021 yang mengalami aliran keluar bersih (net outflow) sebesar Rp3,20 triliun. Net inflow didorong oleh aliran uang kartal yang kembali ke sistem perbankan pasca HBKN Idul Fitri dan juga sejalan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan II 2021 khususnya tabungan. Aliran uang masuk (inflow) pada triwulan II 2021 tercatat sebesar Rp3,54 triliun, sedangkan aliran uang keluar (outflow) sebesar Rp3,04 triliun.
Foto : Rapat Koordinasi Akselerasi Pembentukan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD)
BAB V
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
55 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI MELALUI RTGS, SKN, DAN APMK
Pada triwulan II 2021 transaksi Real Time Gross
Settlement (RTGS) di Kalimantan Selatan mengalami
peningkatan menjadi Rp43,56 triliun dibandingkan
dengan triwulan I 2021 yang sebesar Rp34,96 triliun.
Secara tahunan, transaksi RTGS pada triwulan II 2021
tumbuh 73,56% (yoy) dibanding triwulan I 2021
yang tumbuh 16,64% (yoy) (Grafik 5.1). Transaksi
melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) secara nominal
juga mengalami peningkatan menjadi Rp6,7 triliun
dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar Rp 6,4
triliun. Secara tahunan, nominal transaksi SKN pada
triwulan II 2021 mengalami kenaikan 6,12% (yoy),
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
sebesar 8,33% (yoy) (Grafik 5.2).
Peningkatan transaksi tersebut didorong oleh
perbaikan kinerja lapangan usaha utama, tercermin
dari pertumbuhan PDRB Kalimantan Selatan yang
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan
sebelumnya.
Perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan
Kartu (APMK) pada triwulan II 2021 menunjukkan
peningkatan dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Transaksi penarikan tunai menggunakan
kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebesar
Rp11,78 triliun, meningkat dibandingkan dengan
triwulan I 2021 yang sebesar Rp10,7 triliun. Sementara
itu, transaksi nontunai (online) menggunakan kartu
ATM debet tercatat sebesar Rp1,76 miliar. Jumlah kartu
ATM debet pada triwulan II 2021 tercatat sebanyak
2.754.265, turun sebesar 4,2% dibandingkan periode
sebelumnya, dengan jumlah ATM sebanyak 1.352
unit.
Dari sisi transaksi online, kartu kredit masih
mendominasi dibandingkan dengan kartu debet.
Transaksi online menggunakan kartu kredit pada
triwulan II 2021 mencapai Rp51,2 miliar. Sementara
itu, transaksi tunai kartu kredit sebesar Rp12,1 miliar,
meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang sebesar Rp8,6 miliar. Transaksi Uang Elektronik
(UE) tarik tunai tercatat sebesar Rp181,17 miliar
dengan jumlah mesin reader sebanyak 3.682 unit.
Peningkatan jumlah APMK dan transaksi online
tersebut sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia
untuk mendorong perluasan elektronifikasi
pembayaran di daerah terutama di masa pandemi.
35 44
16,64
73,56
�40
�20
0
20
40
60
80
0
20
40
60
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22017 2018 2019 2020 2021
PERTUMBUHAN YOY �RHS�LEVEL
RP TRILIUN % YOY
Sumber : Bank Indonesia, Transaksi RTGS
Grafik 5.1 Transaksi RTGS
6,4 6,7
-8,33
6,12
�40
�20
0
20
40
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22017 2018 2019 2020 2021
PERTUMBUHAN YOY �RHS�LEVEL
RP TRILIUN % YOY
Sumber : Bank Indonesia, SKNBI
Grafik 5.2 Transaksi SKNBI
Kartu Kredit Kartu ATM/Debet
Uang Elektronik
Jumlah Kartu 113.889 2.754.265 618.134
Tarik Tunai Rp12,1 Miliar Rp11,78 Triliun Rp181,71 Miliar
Transaksi Online Rp51,2 Miliar Rp1,76 Miliar
Jumlah ATM 1.352
NPL Rp34,9 Miliar
Mesin Reader 3.682
Tabel 5.1 Perkembangan APMK dan Uang Elektronik Kalsel
Sumber: Bank Indonesia
BAB V
56
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
5.2 ELEKTRONIFIKASI TRANSAKSI KEUANGAN
5.2.1 Perkembangan Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah
Perluasan elektronifikasi transaksi di lingkungan
Pemerintah Daerah (Pemda) merupakan suatu upaya
untuk mendorong transaksi secara elektronik di
lingkungan Pemda guna mewujudkan tata kelola
keuanagan yang lebih baik dan meningkatkan potensi
penerimaan daerah. Seluruh Pemda di Kalimantan
Selatan telah memiliki Peraturan Daerah (Perda)
yang mengatur elektronifikasi transaksi keuangan
daerah, sehingga mampu mendorong pencapaian
implementasi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
secara daring (online) sebesar 92,85%. Disisi lain 13
dari 14 Pemda telah melakukan elektronifikasi.
Berdasarkan rata-rata keseluruhan, Indeks
Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (IETPD)
di Wilayah Kalimantan Selatan pada triwulan II
2021 mengalami peningkatan menjadi 71,23%
dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar 62,32%.
Bank Indonesia terus bersinergi dengan Pemda
wilayah untuk mendorong peningkatan elektronifikasi
keuangan Pemda melalui pembentukan Tim
Percepatan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD). Pada
triwulan II 2021 tercatat 50% atau 7 dari 14 Pemda
telah membentuk TP2DD. Melalui pembentukan
TP2DD diharapkan dapat meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas transaksi Pemda serta meningkatkan
pendapatan daerah.
5.2.2 Penyaluran Bantuan Sosial Non Tunai
Salah satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia
untuk melaksanakan strategi elektronifikasi adalah
melalui sinergi dengan program-program pemerintah,
salah satunya meliputi penyaluran bantuan sosial.
Transformasi penyaluran bantuan sosial (bansos) dari
tunai menjadi non tunai bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi penyaluran serta mewujudkan
keuangan inklusif.
Secara umum Penyaluran Bansos Non Tunai di
Kalimantan Selatan sudah berjalan dengan baik.
Penyerapan penyaluran Program Keluarga Harapan
(PKH) pada triwulan II 2021 mencapai 98,1%,
walaupun sedikit mengalami penurunan dibanding
penyerapan triwulan I 2021 yang sebesar 99,7%.
Persentase penyerapan Program PKH di wilayah
Kalimantan Selatan tersebut lebih tinggi dibandingkan
persentase Nasional. Sedangkan untuk penyerapan
Program Sembako triwulan II 2021 di Kalimantan
Selatan, baik secara jumlah Keluarga Penerima
Manfaat (KPM) dan nominal telah terealisir sebesar
100,3% dan 93,13%.
Hal ini sejalan dengan program pemerintah untuk
menjaga daya beli masyarakat selama masa pandemi
COVID-19 sehingga dilakukan penambahan jumlah
KPM. Adapun akselerasi penyaluran terus diupayakan
melalui koordinasi intensif dengan pendamping KPM
untuk percepatan penyesuaian/perbaikan data SP2D
dan Quick response terkait penanganan permasalahan
di daerah.
5.2.3 Perkembangan Transaksi Melalui E-Commerce
Penggunaan kanal pembayaran digital di masa
pandemi Covid-19 terus mengalami peningkatan,
terlihat dari jumlah Transaksi pembelian melalui
E-commerce pada triwulan II 2021 yang sebanyak
7.039.240 transaksi, meningkat dibandingkan
triwulan I 2021 yang sebanyak 5.173.270 transaksi.
COD / TUNAI
e�MONEY
KARTU KREDIT / DEBIT ONLINE
KIOS / MINIMARKET
KREDIT TANPA KARTU
LAINNYA
TRANSFER BANK
18%
31%
3%5%
16%
3%
24%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.3 Proporsi Metode Pembayaran pada E-Commerce
BAB V
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
57 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Dari sisi nominal, transaksi menggunakan E-commerce
juga mengalami peningkatan dari sebesar Rp 887 miliar
pada triwulan I 2021 menjadi Rp 1.068 miliar pada
triwulan II 2021. Sementara metode pembayaran yang
paling banyak digunakan adalah dengan e-Money
yang mencapai 31%, diikuti transfer bank sebesar
24%.
5.2.4 Implementasi QRIS di Wilayah Kalimantan Selatan
Seiring dengan peningkatan akseptasi masyarakat
dalam pembayaran digital dan upaya Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
dalam penerapan elektronifikasi transaksi keuangan
di daerah, jumlah merchant Quick Response Code
Indonesian Standard (QRIS) di Kalimantan Selatan juga
menunjukan peningkatan.
Jumlah merchant QRIS di wilayah Provinsi Kalimantan
Selatan pada triwulan II 2021 tumbuh 32,14% atau
meningkat dari 71.774 merchant menjadi 94.841
merchant pada triwulan I 2021. Secara tahunan,
berdasarkan data hingga 25 Juni 2021 jumlah
merchant QRIS di Kalimantan Selatan tercatat
sebanyak 94.841 merchant atau meningkat 184,02%
(yoy) dibandingkan dengan periode 30 Juni 2020
yang sebanyak 33.392 merchant. Jumlah merchant
QRIS di Kalimantan Selatan mencapai 24.54% dari
keseluruhan wilayah Kalimantan. Jumlah merchant
QRIS di dominasi oleh Usaha Mikro (UMI) yang
mencapai 51.966 merchant atau 54.79% dari total
merchant di wilayah Kalimantan Selatan (Grafik 5.5).
Peningkatan merchant QRIS tersebut didukung dengan
kebijakan peningkatan limit transaksi QRIS dari semula
Rp2 juta menjadi Rp5 juta yang berlaku sejak 1 Mei
2021 dan penurunan tarif Merchant Discount Rate
(MDR) QRIS untuk kategori Badan Layanan Umum
(BLU) dan Public Service Obligation (PSO) dari 0,7%
menjadi 0,4% yang berlaku sejak 1 Juni 2021.
5.3 PENGELOLAAN UANG RUPIAH5.3.1 Aliran Uang KartalTransaksi uang kartal yang tercatat di Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan selama
triwulan II 2021 mengalami aliran masuk bersih (net
inflow) sebesar Rp0,50 triliun, dibanding triwulan
USAHA MIKRO (UMI)
USAHA KECIL (UKE)
USAHA MENENGAH (UME)
USAHA BESAR (UBE)
USAHA RETAIL (URE)55%
37%
4% 4% 0,1%
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.4 Proporsi Merchant QRIS Per 21 Agustus 2021
4,16
3,54
-0,95
-3,04
3,20
0,50
INFLOW OUTFLOW NETFLOW
�4
�3
�2
�1
0
1
2
3
4
5
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22017 2018 2019 2020 2021
Sumber : Bank Indonesia
Grafik 5.5 Aliran Masuk dan Keluar Perkasan
BulanPECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM
Grand Total100.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 1.000 500 200 100 50 25
Apr 253.500,00 - 130.950,00 10.620,00 10.310,00 6.905,00 1.422,00 525,00 45,00 80,00 74,20 14,10 - 414.445,30
Mei 130.500,00 - 118.550,00 5.280,00 2.740,00 1.840,00 708,00 126,00 75,00 55,00 12,20 17,00 - 259.903,20
Jun 134.100,00 - 73.300,00 920,00 980,00 590,00 520,00 160,00 60,00 22,50 8,50 6,50 - 210.667,50
Tw II 518.100,00 322.800,00 16.820,00 14.030,00 9.335,00 2.650,00 811,00 180,00 157,50 94,90 37,60 - - 885.016,00
Tabel 5.2 Data Triwulanan Kas Titipan Triwulan II 2021 (Rp juta, kecuali disebutkan lain)
Sumber: Unit Distribusi Uang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
BAB V
58
Penyelenggaraan Sistem PembayaranDan Pengelolaan Uang Rupiah
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
dilakukan secara langsung di loket Kantor Perwakilan
Bank Indonesia baik untuk penukaran uang lusuh dan
uang rusak masyarakat dioptimalkan untuk dilakukan
oleh perbankan sebagai kepanjangan tangan Bank
Indonesia.
Sebagai bentuk upaya Bank Indonesia dalam
menjaga ketersediaan uang rupiah di seluruh wilayah
Kalimantan Selatan, saat ini terdapat 2 (dua) lokasi
kas titipan untuk menjangkau wilayah yang jauh
dari Kantor Bank Indonesia di Banjarmasin yaitu di
Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu dan
di Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong. Total
distribusi ke Kas Titipan selama triwulan II 2021
sebesar Rp855,02 miliar (Tabel 5..2) meningkat
94,34% dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar
Rp455,40 miliar. Sementara itu, total penukaran uang
oleh perbankan di loket Bank Indonesia pada triwulan
II 2021 sebesar Rp53,41 triliun (Tabel 5.3) meningkat
516,65% dibandingkan triwulan I 2021 yang sebesar
Rp8,66 triliun. Peningkatan total penukaran uang
pada periode Ini disebabkan oleh tingginya permintaan
masyarakat terhadap Uang Peringatan Kemerdekaan
(UPK) 75 Tahun Republik Indonesia terutama di bulan
April dan Mei 2021, serta penukaran uang baru oleh
masyarakat dalam rangka menyambut HBKN Idul Fitri.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan
Selatan terus melakukan pengawasan rutin secara
langsung (on site inspection) maupun tidak langsung
(off site inspection) terhadap Kegiatan Usaha
Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank sebagai
upaya menanggulangi risiko Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU-PPT) dalam
transaksi valuta asing. Sampai dengan triwulan II 2021,
terdapat 2 KUPVA BB terdaftar di wilayah Kalimantan
Selatan.
I 2021 yang mengalami aliran keluar bersih (net
outflow) sebesar Rp3,20 triliun. Posisi net inflow ini
didorong kembalinya uang kartal ke sistem perbankan
pasca HBKN Idul Fitri dan juga sejalan dengan
pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan
II 2021 khususnya ditopang oleh pertumbuhan
tabungan (Grafik 5.6). Aliran uang masuk (inflow)
tercatat sebesar Rp3,54 triliun, sedangkan aliran uang
keluar (outflow) sebesar Rp3,04 triliun.
5.3.2 Kegiatan Layanan Sistem Pembayaran
Terobosan terus dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Kalimantan Selatan untuk meningkatkan
layanan sistem pembayaran tunai, antara lain
melakukan kerjasama penukaran uang pecahan kecil
dengan perbankan, optimalisasi kas titipan dan kas
keliling dan melakukan supervisi terhadap Kegiatan
Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank.
Dalam rangka meningkatkan kualitas dan
ketersediaan uang kartal di masyarakat, Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan
Selatan terus berkomitmen melaksanakan program-
program pelayanan perkasan yang lebih baik. Salah
satu diantaranya melalui program kas keliling yang
bertujuan menyerap langsung uang tidak layak edar
di masyarakat. Namun demikian, sejalan dengan
arahan Pemerintah untuk mengurangi pertemuan
secara fisik selama pandemi COVID-19, Bank
Indonesia Kalimantan Selatan telah menghentikan
sementara kegiatan kas keliling pada triwulan II dan
triwulan III-2020. Walaupun demikian, untuk tetap
memenuhi kebutuhan uang kartal masyarakat di masa
pandemi, maka kegiatan penukaran dioptimalkan
melalui perbankan. Penukaran uang yang sebelumnya
BulanPECAHAN UANG KERTAS PECAHAN UANG LOGAM Grand
Total100.000 75.000 50.000 20.000 10.000 5.000 2.000 1.000 1.000 500 200 100 50
Apr 3.780,30 27.950,30 2.537,00 705,10 871,20 801,80 274,00 87,00 23,00 10,30 0,60 0,30 - 37.040,90
Mei 2.046,60 7.683,40 1.016,50 610,00 938,00 804,80 240,80 70,90 12,00 12,00 0,80 0,40 - 13.436,20
Jun 1.818,00 - 450,60 114,00 202,00 195,50 93,00 25,70 19,00 12,30 2,80 3,20 - 2.936,10
Tw II 7.644,90 35.633,70 4.004,10 1.429,10 2.011,20 1.802,10 607,80 183,60 54,00 34,60 4,20 3,90 - 53.413,20
Tabel 5.3 Data Triwulanan Penukaran Uang Kartal Triwulan II 2021 (Rp juta, kecuali disebutkan lain)
Sumber: Unit Distribusi Uang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan
BAB VI
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
59 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
BAB VI
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Bank Indonesia, kondisi ketenagakerjaan Provinsi Kalimantan Selatan pada triwulan II 2021 mengalami perbaikan kontraksi sebesar 4,91% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,91% (yoy). Hasil SKDU juga menunjukkan daya beli masyarakat pada triwulan II 2021 mengalami peningkatan dibanding triwulan II 2020 yang tercermin dari Indeks penghasilan konsumen yang meningkat menjadi 94,17 dari 38,33.
Sementara itu, Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Selatan tercatat sebesar 106,71 meningkat 8,35% (yoy), Peningkatan NTP tahunan didorong oleh peningkatan pada subsektor tanaman perkebunan rakyat.
BAB VI
60
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Pada tahun 2020, indeks pembangunan manusia (IPM) Kalimantan naik menjadi 70,91 dari tahun 2019 yang sebesar 70,72. Peningkatan IPM Kalsel bersumber dari peningkatan dimensi umur panjang dan hidup sehat (usia harapan hidup/UHH) dan pengetahuan (harapan lama sekolah/HLS dan rata-rata lama sekolah/RLS) ditengah standar hidup layak (pengeluaran per kapita) yang sedikit menurun.
BAB VI
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
61 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
6.1 KETENAGAKERJAANPada Februari 2021, kondisi ketenagakerjaan
di Provinsi Kalimantan Selatan mengalami
penurunan dibandingkan periode yang sama pada
tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari hasil
survei Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang
sebesar 69,08%, lebih rendah dibandingkan Februari
2020 yang sebesar 72,49%. Penurunan tersebut
sejalan dengan penurunan angka TPAK Nasional yang
turun menjadi 68,08% dari periode yang sama tahun
sebelumnya sebesar 69,17%. Terdapat dua wilayah di
Kalimantan yang mengalami penurunan TPAK lebih
dalam dari TPAK Nasional, yaitu Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara, masing-masing sebesar 67,46%
dan 66,17% (Grafik 6.1). Berdasarkan hasil survei,
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2021
di Provinsi Kalimantan Selatan tercatat sebesar 4,33%
meningkat dari periode yang sama di tahun 2020
sebesar 3,67%. Meskipun demikian, peningkatan
TPT di Kalimantan Selatan, masih berada di bawah
Nasional sebesar 6,26%, meningkat dari Februari
2020 sebesar 4,99%. Kalimantan Timur menjadi satu-
satunya provinsi di Kalimantan yang memiliki angka
TPT diatas nasional sebesar 6,81% (Grafik 6.2).
Jumlah penduduk angkatan kerja di Kalimantan
Selatan pada Februari 2021 mengalami penurunan
17,74% atau sebesar 2,2 juta jiwa, lebih rendah dari
periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar
2,67 juta jiwa. Jumlah penduduk yang bekerja tercatat
sebesar 2,1 juta jiwa, terjadi penurunan sebanyak
86,01 ribu jiwa dari tahun sebelumnya. Hal tersebut
sejalan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja
penggangguran menjadi 95,00 ribu jiwa atau naik
71,47 72,23 73
,98
70,44
69,06 69,3270
,28 71,21 72
,49
72,15
68,80 69,1770
,38
69,44
69,08
67,46
66,17
68,08
KALIMANTANBARAT
KALIMANTANTENGAH
KALIMANTANSELATAN
KALIMANTANTIMUR
KALIMANTANUTARA
NASIONAL
FEB 2019 FEB 2020 FEB 2021
Sumber: BPS, Mei 2021 (diolah)
Grafik 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
4,14
3,33
3,50
6,66
5,80
5,01
4,56
3,39 3,67
6,88
5,65
4,995,7
3
4,25
4,33
6,81
4,67 6,2
6
KALIMANTANBARAT
KALIMANTANTENGAH
KALIMANTANSELATAN
KALIMANTANTIMUR
KALIMANTANUTARA
NASIONAL
FEB 2019 FEB 2020 FEB 2021
Sumber: BPS, Mei 2021 (diolah)
Grafik 6.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Uraian Tw-I 2020 Tw-I 2021 Perubahan (%)
Penduduk Usia Kerja 3.130,56 3.178,77 1,54
1. Penduduk Angkatan Kerja 2.669,34 2.195,82 -17,74
a. Bekerja 2.186,01 2.100,82 -3,90
b. Pengangguran 83,34 95,00 14,00
2. Penduduk Bukan Angkatan Kerja 861,22 982,96 14,14
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 72,49 69,08 -3,41
Laki-Laki (%) 84,76 83,80 -0,96
Perempuan (%) 60,00 54,11 -5,89
Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 3,67 4,33 0,66
Perkotaan (%) 5,45 5,46 0,01
Pedesaan (%) 2,18 3,39 1,21
Tabel 6.1 Perkembangan Kondisi Ketenagakerjaan (dalam ribu jiwa, kecuali disebutkan lain)
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Selatan Mei 2021, BPS Kalsel (diolah)
Lapangan Pekerjaan Utama Feb-20 Feb-21 Perubahan
Pertanian 32,60 30,64 -1,96
Pertambangan 4,31 3,70 -0,61
Industri 8,52 8,89 0,37
Listrik, Gas dan Air Minum 0,53 0,53 0,00
Konstruksi 4,13 5,04 0,91
Perdagangan, Rumah Makan dan Akomodasi 26,97 26,61 -0,36
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 4,08 4,87 0,79
Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa 1,93 2,29 0,36
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 16,93 17,43 0,50
Total 100,00 100,00
Tabel 6.2 Perkembangan Serapan Tenaga Kerja Sektoral
Sumber: BRS Keadaan Ketenagakerjaan Kalsel Mei 2020Perhitungan dengan menggunakan Proyeksi Penduduk hasil SUPAS 2015
BAB VI
62
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
sebesar 14,00% dari triwulan I 2021 sebesar 83,34 ribu
jiwa, sehingga menjadi faktor pendorong peningkatan
TPT Kalimantan Selatan (Tabel 6.1).
Dari penyerapan lapangan pekerjaan, lapangan usaha
Pertanian, dan Perdagangan, Rumah Makan, dan
Akomodasi, merupakan dua lapangan usaha yang
paling banyak menyerap tenaga kerja di Kalimantan
Selatan. Namun terjadi penurunan pangsa penyerapan
tenaga kerja di kedua lapangan usaha tersebut
dibanding periode Februari 2020 yaitu masing-masing
turun sebesar 1,96% dan 0,36%. Lapangan usaha
yang juga mengalami penurunan pangsa penyerapan
tenaga kerja adalah lapangan usaha Pertambangan
yang merupakan lapangan usaha utama Kalimantan,
sebesar 0,61%. Sementara itu, tujuh lapangan
usaha lainnya mengalami peningkatan penyerapan
tenaga kerja dengan peningkatan tertinggi terjadi
pada lapangan usaha Konstruksi (0,91%), disusul
Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi (0,79%).
Setelah kurang lebih satu tahun pandemi Covid-19
, pada Februari-2021 terjadi perbaikan indikator
ketenaga kerjaan yang ditunjukkan oleh penurunan
jumlah penduduk usia kerja yang terdampak Covid-19
(tabel 6.3). Dari penduduk usia kerja yang mencapai
3,18 juta jiwa, terdapat 247,99 ribu orang yang
terdampak Covid-19 atau mengalami penurunan
sebesar 152,05 ribu jiwa dibanding periode Agustus
2020. Pengurangan jam kerja karena Covid-19 masih
menjadi penyebab yang paling dominan dirasakan
penduduk usia kerja, yaitu 210,03 ribu orang atau
mengalami penurunan sebesar 122,56 ribu jiwa dari
posisi Agustus 2020. Sementara itu, pengangguran
karena dampak Covid-19 berjumlah 12,80 ribu jiwa
atau mengalami penurunan sebesar 14,92 ribu jiwa.
Perbaikan kondisi ini tidak lepas dari berbagai upaya
yang telah dilakukan pemerintah dalam program
Penanganan Ekonomi Nasional (PEN) khususnya
program padat karya sehingga dapat membantu
menopang perekonomian masyarakat di tengah
pandemi yang sedang melanda.
Berdasar hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) Bank Indonesia, kondisi ketenagakerjaan
pada triwulan II-2021 mengalami perbaikan
kontraksi sebesar 4,91% (yoy) dibanding periode
yang sama pada tahun sebelumnya yang
Komponen
(1)
Agustus 2020* (jiwa)
(2)
Februari 2021**(jiwa)
Perubahan Feb 2021-Agt 2020
(jiwa)
Pengangguran2 Karena Covid-19 27.715 12.797 -14.918
Bukan Angkatan Kerja (BAK)3 Karena Covid-19 11.339 9.541 -1.798
Sementara Tidak Bekerja Karena Covid-19 28.407 15.633 -12.774
Penduduk Bekerja yang Mengalami Pengurangan Jam Kerja Karena Covid 332.585 210.028 -122.557
Total 400.046 247.999 -152.047
Penduduk Usia Kerja (PUK) 3.154.399 3.178.773 24.374
Persentase terhadap PUK (%) 12,68 persen
7,80 persen -4,88 persen
Tabel 6.3 Dampak Covid-19 terhadap Penduduk Usia Kerja
1. Perhitungan dengan menggunakan penimbang hasil proyeksi SUPAS 20152. *) periode Februari 2020-Agustus 2020**) periode Februari 2020-Februari 2021
3,52% 3,94%
9,67%
2,34%
-0,04
%
-15,9
1%
-12,4
1%
-2,23
%
-6,13
%
-4,91
%
�20%
�15%
�10%
�5%
0%
5%
10%
15%
Q1'19 Q2'19 Q3'19 Q4'19 Q1'20 Q2'20 Q3'20 Q4'20 Q1'21 Q2'21
TOTAL
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANANPERTAMBANGAN & PENGGALIAN
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, DAN REPARASI MOBIL DAN MOTORKONSTRUKSI ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
INDUSTRI PENGOLAHANJASA KESEHATAN DAN KEGIATAN LAINNYA
Sumber : SKDU, Bank Indonesia 2021
Grafik 6.3 Penyerapan Tenaga Kerja
26,25
105,42
64,58
107,50
0
20
40
60
80
100
120
TW �II 2020 TW �II 2021 TW �II 2020 TW �II2021INDEKS KETERSEDIAAN LAP. KERJA INDEKS KETERSEDIAAN LAP. KERJA
�6 BULAN MENDATANG�
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 6.4 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
BAB VI
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
63 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
terkontraksi sebesar 15,91% (yoy). Kondisi ini juga
membaik jika dibanding triwulan sebelumnya dimana
terjadi kontaksi sebesar 6,13% (yoy). Perbaikan
penggunaan tenaga kerja pada triwulan II-2021 terjadi
terutama pada lapangan usaha industri pengolahan
(grafik 6.3).
Hal tersebut sejalan dengan indeks ketersediaan
lapangan kerja, dari survei konsumen Bank Indonesia
terjadi penguatan indeks ketersediaan lapangan kerja
yang signifikan menjadi 64,58 meningkat dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar
26,25. Ekspektasi masyarakat terhadap ekonomi
6 bulan ke depan juga menunjukkan penguatan,
khususnya terkait ketersediaan lapangan kerja.
6.2 KESEJAHTERAAN6.2.1 Daya Beli MasyarakatSejalan dengan hasil survei kegiatan dunia
usaha dan indeks ketersediaan lapangan kerja,
daya beli masyarakat pada triwulan II 2021
mengalami peningkatan dibanding triwulan II
2020. Peningkatan daya beli masyarakat tercermin
dari Indeks penghasilan konsumen yang meningkat
menjadi 94,17 pada triwulan II-2021 dari 38,33
pada triwulan II-2020. Selain itu, optimisme yang
ditunjukkan oleh indeks ketersediaan lapangan kerja
6 bulan mendatang turut memberikan ekspektasi
membaiknya daya beli masyarakat yang tercermin dari
indeks penghasilan konsumen 6 bulan mendatang
yang meningkat menjadi 113,75 dari sebelumnya
sebesar 107,50.
Survei Konsumen Bank Indonesia pada Agustus 2021
juga mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap
kondisi ekonomi menguat, mendekati zona optimis,
didorong oleh penguatan persepsi terhadap kondisi
ekonomi saat ini dan ekspektasi ke depan (grafik
6.4). Proyeksi laju inflasi akan kembali ke kisaran
target 3%±1% pada 2021 juga mengindikasikan
bahwa daya beli dan kesejahteraan masyarakat akan
membaik pada tahun 2021.
6.2.2 NILAI TUKAR PETANI Pada triwulan II 2021, Nilai Tukar Petani (NTP)
Kalimantan Selatan tercatat sebesar 106,71
meningkat secara tahunan 8,35% (yoy).
Peningkatan NTP secara tahunan didorong oleh
38,33
107,5094,17
113,75
0
20
40
60
80
100
120
TW �II 2020 TW �II 2021 TW �II 2020 TW �II2021INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN INDEKS PENGHASILAN KONSUMEN
�6 BULAN MENDATANG�
Sumber : Badan Pusat Statistik, Februari 2021 (diolah)
Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Konsumen
84,65
69,8680,00
95,14 91,94 95,83
TW�I'20 TW�II'20 TW�III'20 TW�IV'20 TW�I'21 TW�II'21
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN �IKK�
Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, Agustus 2021
Grafik 6.6 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK
67,66
70,05 70,91
76,24
70,63 71,29 71,94
62
64
66
68
70
72
74
76
78
KALSELKALBAR KALTENG KALTIM KALTARA KALIMANTAN NASIONAL
Sumber : Badan Pusat Statistik, Februari 2021 (diolah)
Grafik 6.7 IPM Provinsi di Kalimantan dan Nasional
BAB VI
64
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
NTP Subsektor Hortikultura pada periode ini tercatat
sebesar 100,60 meningkat 1,02% (yoy) meskipun
secara triwulanan mengalami penurunan (-4,75%).
Penurunan ini dipicu oleh penurunan indeks yang
diterima petani untuk kelompok sayur-sayuran
sebesar 3,09% khususnya komoditas cabai hijau,
cabai rawit, dan beberapa komoditas lain. Ditambah
dengan penurunan indeks yang diterima petani untuk
kelompok tanaman obat sebesar 3,75% karena
turunnya harga kencur, jahe, dan lengkuas. Disisi lain,
kelompok buah-buahan mengalami kenaikan.
Sementara itu, subsektor yang mengalami penurunan
adalah subsektor tanaman pangan dengan NTP
sebesar 100,03, turun secara triwulanan maupun
tahunan masing-masing sebesar 1,32%(yoy) dan
3,88%(qtq). Penurunan ini dipicu oleh penurunan
indeks yang diterima petani akibat telah mulai masa
panen di beberapa kabupaten penghasil gabah
unggul sehingga terjadi penurunan harga. Penurunan
penerimaan tersebut lebih dalam dibanding kenaikan
indeks diterima petani untuk kelompok palawija
seperti komoditi jagung, ubi jalar, dan komoditas
lainnya.
peningkatan indeks yang diterima petani yang
meningkat lebih tinggi dibanding indeks yang
dibayar petani, masing-masing sebesar 10,01%
(yoy) dan 1,53% (yoy). Peningkatan NTP terjadi
pada hampir seluruh subsektor, seperti subsektor
tanaman perkebunan rakyat, hortikultura, peternakan,
dan perikanan. Secara tahunan, subsektor tanaman
perkebunan rakyat menduduki peringkat pertama
dengan persentase peningkatan NTP 28,38%(yoy)
pada level 120,39, meningkat dari triwulann I-2021
sebesar 118,20. Kenaikan ini terutama didorong oleh
kenaikan harga kelapa sawit, karet, dan beberapa
komoditas lain sehingga meningkatkan penerimaan
petani.
Kelompok lain yang juga mengalami peningkatan
NTP adalah subsektor peternakan meningkat sebesar
4,11% (yoy) pada level 102,65. Peningkatan indeks
yang diterima petani didorong oleh naiknya indeks
harga semua kelompok, seperti kelompok ternak
besar (0,61%), ternak kecil (1,00%), kelompok
unggas (2,28%), dan kelompok hasil ternak (0,23%),
ditengah penurunan indeks yang dibayarkan petani.
Tabel 6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Sektor, Kelompok dan Subkelompok
2019 2020 2021 Perubahan
I II III IV I II III IV I II %qtq %yoy
Nilai Tukar Petani
Tanaman Pangan 94,52 92,88 93,09 94,24 102,24 101,37 101,36 102,40 104,07 100,03 -3,88% -1,32%
Holtikultura 102,70 104,81 106,59 107,03 99,35 99,59 96,54 95,44 105,62 100,60 -4,75% 1,02%
Tanaman Perkebunan Rakyat 78,92 81,49 79,08 79,71 102,16 93,77 97,74 108,91 118,20 120,39 1,85% 28,38%
Peternakan 110,15 108,81 108,59 108,18 100,47 98,59 100,65 100,19 101,08 102,65 1,55% 4,11%
Perikanan 111,49 110,40 110,21 109,62 101,56 98,82 100,04 99,04 96,50 99,22 2,82% 0,40%
Gabungan
Nilai Tukar Petani 95,35 95,32 95,00 95,57 101,90 98,49 99,81 103,74 107,97 106,71 -1,17% 8,35%
Indeks Harga yang diterima petani (%) 123,23 125,17 124,80 126,16 107,10 103,94 104,61 108,99 114,91 114,34 -0,50% 10,01%
Indeks Harga yang dibayar petani (%) 129,23 131,31 131,36 132,00 105,10 105,54 104,81 105,06 106,43 107,15 0,68% 1,53%
a. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,37 136,05 135,91 136,67 105,85 106,30 105,14 105,36 106,91 107,69 0,73% 1,30%
b. Indeks BPPBM 119,08 119,61 120,19 120,52 103,32 103,74 104,19 104,48 105,35 105,88 0,50% 2,07%
BAB VI
Ketenagakerjaan DanKesejahteraan
65 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
6.2.3 Indeks Pembangunan ManusiaPada tahun 2020, Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tercatat sebesar 70,91 meningkat dari
tahun 2019 yang sebesar 70,72 Peningkatan
IPM Kalsel bersumber dari peningkatan dimensi
umur panjang dan hidup sehat (UHH) dan
pengetahuan (HLS dan RLS) ditengah standar
hidup layak (pengeluaran per kapita) yang
sedikit menurun. Secara umum, IPM Kalimantan
Selatan telah menunjukkan kemajuan yang cukup
baik dan berstatus “tinggi” dengan capaian IPM di
atas 701 meski masih berada di bawah Kaltim dan
Kalteng untuk wilayah Kalimantan. Selama periode
2010-2020, IPM Kalimantan Selatan rata-rata tumbuh
sebesar 0,84% per tahun dan berada diatas nilai 70
semenjak tahun 2018 (Grafik 6.5)
1 Status IPM: sangat tinggi IPM ≥ 80, tinggi 70≤IPM<80, sedang 60≤IPM<70, dan rendah IPM<60.
Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Umur harapan hidup sat lahir (UHH) Tahun 66,65 66,88 67,11 67,35 67,47 67,80 67,92 68,02 68,23 68,49 68,66
Harapan lama sekolah (HLS) Tahun 10,86 11,14 11,54 11,67 11,96 12,21 12,29 12,46 12,50 12,52 12,68
Rata-rata lama sekolah (RLS) Tahun 7,25 7,37 7,48 7,59 7,60 7,76 7,89 7,99 8,00 8,20 8,29
Pengeluaran per kapita disesuaikan Rp. 000 10.304 10.437 10.553 10.655 10.748 10.891 11.307 11.600 12.062 12.253 12.032
IPM 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38 69,05 69,65 70,17 70,72 70,91
Pertumbuhan IPM % yoy 1,06 1,20 0,73 0,68 1,11 0,98 0,87 0,75 0,78 0,27
Tabel 6.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Sumber: BPS Kalsel (diolah)
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB VII
ProspekPerekonomian
67 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
ProspekPerekonomian
BAB VII
Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan pada 2021 diperkirakan meningkat, lebih tinggi dibandingkan 2020, didukung perbaikan seluruh LU utama. Di sisi penawaran, peningkatan ekonomi terutama didukung perbaikan kinerja LU Pertanian, Tambang, Industri Pengolahan PHR dan Konstruksi. Kinerja LU Pertanian meningkat ditopang kinerja Produksi TBS yang optimal dan kondisi cuaca yang lebih baik. Selain itu, produksi TBS diprakirakan tidak terdampak implementasi PPKM dan peningkatan kasus Covid-19 karena didukung protokol ketat di wilayah perkebunan. LU Pertambangan diprakirakan tumbuh ditopang upaya pemenuhan kontrak penjualan LN maupun domestik (DMO). Selain itu, produksi batubara juga tidak terdampak PPKM karena sektor pertambangan termasuk ke dalam sektor kritikal sehingga produksi batu bara tetap dapat berjalan penuh selama penerapan PPKM Level 4. Kinerja LU Industri pengolahan (CPO) diprakirakan membaik sejalan dengan perkiraan peningkatan kinerja komoditas TBS didukung cuaca kemarau basah. LU PHR diprakirakan tumbuh lebih tinggi didorong aktivitas dan mobilitas masyarakat Kalimatan Selatan yang tidak terlalu terpengaruh implementasi PPKM didukung kelanjutan program vaksinasi.
BAB VII
68
ProspekPerekonomian
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
LU Konstruksi diperkirakan membaik, sejalan dengan proyek pembangunan yang tetap berjalan, terutama PSN, di tengah pemberlakuan PPKM. Di sisi permintaan, perbaikan ekonomi didukung oleh konsumsi RT, konsumsi pemerintah dan ekspor. Kinerja ekspor meningkat didorong peningkatan permintaan komoditas utama (Batubara dan CPO). Ekspor Batubara diperkirakan meningkat sejalan dengan upaya pelaku usaha dalam memanfaatkan peningkatan harga batubara global. Di sisi lain, ekspor CPO diperkirakan meningkat didorong peningkatan harga minyak nabati alternatif dan penurunan tarif ekspor CPO. Selain itu, penurunan tarif impor India dan produksi CPO Malaysia yang terhambat kebijakan lockdown, diperkirakan mendorong India mengalihkan impor CPO-nya dr Malaysia ke Indonesia.
Inflasi IHK tahun 2021 diperkirakan lebih tinggi dari inflasi 2020 yang sebesar 1,68% (yoy), namun masih berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 3%±1% (yoy). Peningkatan inflasi terutama didorong prakiraan kondisi ekonomi yang semakin membaik didukung program vaksinasi yang terus berlanjut serta kenaikan harga komoditas internasional dan perbaikan daya beli masyarakat.
BAB VII
ProspekPerekonomian
69 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
7.1 PRAKIRAAN KONDISI MAKRO EKONOMI
Perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan
tahun 2021 diprakirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan 2020. Perekonomian Kalsel
diperkirakan tumbuh pada rentang 2,68%(yoy) –
3,48%(yoy), lebih tinggi dibandingkan 2020 yang
terkontraksi 1,81%(yoy).
Dari sisi penawaran, kinerja sektor pertambangan,
industri pengolahan, pertanian, dan PHR
diprakirakan meningkat. Perbaikan kinerja sektor
pertambangan ditopang oleh perbaikan ekonomi
mitra dagang utama dan meningkatnya permintaan
domestik. Produksi batu bara diperkirakan tumbuh
kuat didorong pemanfaatan peningkatan harga global
dan upaya pemenuhan DMO. Selain itu, industri
batubara sebagai sektor energi termasuk ke dalam
sektor kritikal sehingga produksi batu bara tetap
dapat berjalan penuh selama penerapan PPKM Level
4. Di sisi lain, kinerja industri pengolahan diprakirakan
meningkat sejalan dengan peningkatan permintaan
CPO dari negara mitra dagang dan dari domestik
ditengah program B30 nasional yang terus berlanjut.
Selain itu, pabrik B30 baru di Kabupaten Tanah Bumbu
yang direncanakan beroperasi pada akhir triwulan IV-
2021 diperkirakan mampu mendorong kinerja industri
pengolahan lebih tinggi. Peningkatan permintaan
CPO baik dari luar maupun dalam negeri ini dapat
diimbangi oleh peningkatan produksi TBS di sektor
pertanian. Kinerja sektor PHR diprakirakan lebih tinggi
dibandingkan tahun 2020 didorong peningkatan
aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat seiring
ekspektasi positif akan kesuksesan program vaksinasi
COVID-19 yang tengah berlangsung dan pembukaan
kembali tempat pariwisata baik untuk wisman maupun
wisnus. Kebijakan pemerintah terkait perpanjangan
subsidi pajak PPnBM dan subsidi listrik diprakirakan
dapat menjadi pendorong kinerja PHR pada tahun
berjalan.
Dari sisi permintaan, peningkatan terutama
dipengaruhi oleh perbaikan kinerja konsumsi RT,
investasi, dan ekspor. Peningkatan kinerja konsumsi
RT sejalan dengan peningkatan daya beli masyarakat,
aktivitas ekonomi dan mobilitas masyarakat yang
berangsur pulih, dan peningkatan kinerja sektor
tradable. Pada 2021, pandemi COVID-19 diperkirakan
secara perlahan dapat dikendalikan didukung oleh
program vaksinasi COVID-19. Namun, konsumsi
pemerintah diprakirakan masih terbatas, sejalan
dengan RAPBD 2021 yang lebih rendah dari APBD
Penyesuaian tahun 2020. Meski demikian peningkatan
pagu alokasi program stimulus fiskal diharapkan dapat
menopang daya beli masyarakat dan mendorong
belanja pemerintah.
Ekspor diprakirakan meningkat ditopang
peningkatan permintaan sejalan dengan
perbaikan ekonomi negara mitra dagang utama
dan kenaikan harga komoditas global. Nota
Kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan
Batu Bara Indonesia (APBI) dengan China Coal
Transportation and Distribution tentang pembelian
batu bara Indonesia oleh Tiongkok sebesar 200
juta ton atau senilai USD1,47 miliar pada 2021
diprakirakan turut mendorong kinerja ekspor batu bara
Kalsel. Impor batu bara Tiongkok pun diperkirakan
meningkat didorong pasokan batubara domestik yang
rendah akibat banjir dan kecelakaan kerja yang terjadi
di wilayah tambang batu bara Tiongkok, di tengah
peningkatan kebutuhan listrik untuk penyejuk ruangan
akibat adanya cuaca panas yang cukup ekstrim. Di sisi
lain, ekspor CPO diprakirakan meningkat di tengah
peningkatan harga minyak nabati alternatif dan
minyak mentah dunia, penurunan tariff pungutan
ekspor, penurunan tariff impor India, serta pasokan
CPO Malaysia yang diperkirakan terbatas.
Secara keseluruhan tahun 2021, berdasarkan data
Bank Dunia, harga komoditas ekspor diprakirakan
lebih tinggi dibandingkan tahun 2020. Harga batu
bara diprakirakan mencapai USD78,0/ton, lebih tinggi
dibandingkan 2020 yang sebesar USD60,8/ton. Pada
2021, harga CPO diprakirakan mencapai USD975/ton,
lebih tinggi dari harga 2020 yang tercatat sebesar
USD752/ton. Sementara itu, harga karet pada 2021
diprakirakan sebesar USD2/ton, naik dari 2020 yang
sebesar USD1,62 /ton.
BAB VII
70
ProspekPerekonomian
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Seiring dengan pandemi COVID-19 yang
diprakirakan semakin terkendali, pertumbuhan
ekonomi negara mitra dagang utama
diprakirakan mulai mengalami peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan India yang
membaik diharapkan dapat mendorong kinerja ekspor
komoditas utama Kalimantan Selatan, khususnya
batu bara dan CPO. Permintaan batu bara dari pasar
ASEAN diprakirakan akan meningkat, didorong oleh
permintaan Vietnam yang diprakirakan lebih tinggi
dibandingkan tahun 2020. Permintaan batu bara dari
Vietnam merupakan dampak dari beroperasinya 31
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan sedang
dibangunnya 38 PLTU (9 dalam masa pembangunan
dan 29 lainnya sedang dalam proses perizinan) di
negara tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
kebutuhan Vietnam akan batubara masih akan terus
berlangsung setidaknya hingga 10 tahun mendatang.
Investasi diprakirakan meningkat ditopang oleh
peningkatan kinerja sektor konstruksi. Hal ini
ditunjukkan oleh berlanjutnya pengerjaan berbagai
proyek infrastruktur pemerintah dan swasta, antara
lain perbaikan jalan, pembangunan bendungan,
jembatan, irigasi, rumah susun, politeknik, rumah sakit,
revitalisasi kawasan wisata religi, dan pembangunaan
pabrik B30, gudang, serta pengembangan tambang
batu bara di Kalsel. Target capaian investasi pada 2021
juga diprakirakan meningkat didorong pengesahan
Undang-Undang Cipta Kerja dan peraturan pendukung
yang diyakini akan mengakselerasi kemudahan
berusaha kedepan.
7.2 PRAKIRAAN INFLASISecara keseluruhan 2021, inflasi Kalimantan
Selatan diprakirakan lebih tinggi dibandingkan
dengan 2020, namun tetap berada dalam rentang
sasaran inflasi nasional (3%±1%). Prakiraan inflasi
tahun 2021 yang lebih tinggi didorong oleh inflasi
pada seluruh kelompok, dengan kelompok makanan,
minuman, dan tembakau berpotensi memberikan
tekanan inflasi yang cukup signifikan. Hal ini sejalan
dengan meningkatnya aktivitas ekonomi dan perbaikan
daya beli masyarakat yang dapat meningkatkan
permintaan domestik. Permintaan yang meningkat
tanpa diimbangi pasokan yang memadai berpotensi
mendorong kenaikan harga komoditas pangan di
tengah pola panen padi yang hanya berlangsung
sekali dalam setahun dan risiko gangguan produksi
akibat anomali curah hujan. Sementara itu, kenaikan
tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) diprakirakan akan
tertransmisi ke harga jual eceran untuk komoditas
rokok kretek filter, rokok kretek, dan rokok putih,
sehingga memberikan tekanan terhadap inflasi
komoditas tembakau pada tahun 2021.
Perbaikan mobilitas masyarakat yang didukung
oleh program vaksinasi COVID-19 diprakirakan
akan mendorong penyesuaian tarif transportasi,
terutama angkutan udara, dan permintaan di sektor
Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR). Kenaikan
permintaan di sektor PHR tersebut diperkirakan
akan tertransmisikan kepada kenaikan permintaan
kelompok penyediaan makanan dan minuman/
restoran. Meskipun belum akan pulih sepenuhnya,
TAHUNCrude Oil Coal Palm Oil Rubber
$/bbl $/mt $/mt $/kg
2015 50,8 57,5 663 1,57
2016 42,8 65,9 736 1,61
2017 52,8 88,5 748 2,00
2018 68,3 107,0 639 1,57
2019 61,4 77,9 601 1,64
2020 41,3 60,8 752 1,73
2021f 56 78 975 2,25
Sumber : World Bank Commodity Prices (diolah)
Tabel 7.1 Prakiraan Harga Komoditas
TIONGKOK INDIA JEPANGKOREA
SELATAN EROPA ASEAN�5
6,6 6,12,3
8,66,1
4,2
9,30,3 0,7 2,4 2,9 2
-0,9
4,11,8
1,3
4,8 5,34,2
-7,3
-4,7
-6,5
-4,1
4
18 19 20 21F 18 19 20 21F 18 19 20 21F 18 19 20 21F 18 19 20 21F 18 19 20 21F
% YOY
Sumber : Consensus Forecast f) proyeksi
Grafik 7.1 Kondisi Negara Mitra Dagang Tahun 2020 dan Prospek 2021
BAB VII
ProspekPerekonomian
71 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
namun permintaan bahan pangan dari sektor hotel,
restoran, dan catering (horeca) diprakirakan lebih
tinggi dibanding tahun 2020.
Potensi tekanan inflasi diprakirakan juga bersumber
dari kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan
bakar rumah tangga (BBRT). Inflasi pada kelompok
ini terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga BBRT,
khususnya LPG 3kg bersubsidi, akibat adanya kendala
distribusi dan hambatan pasokan serta penggunaan
LPG 3kg bersubsidi yang belum tepat sasaran.
Agar inflasi Kalsel pada 2021 tetap dapat
terkendali pada level yang rendah dan stabil
sehingga dapat mendukung percepatan proses
pemulihan ekonomi, maka sinergi antar TPID dan
antara TPID dengan para pemangku kepentingan
yang lain perlu terus diperkuat. Program kerja
TPID provinsi dan Kota/Kabupaten pada tahun 2021
tetap mengacu pada 4K, yaitu keterjangkauan harga,
ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan
komunikasi efektif sebagaimana yang telah dirumuskan
dalam peta jalan pengendalian inflasi daerah. Program
pengendalian inflasi yang perlu dilakukan antara lain
integrasi data pasokan pangan, kerja sama antar
daerah (KAD) dengan daerah sentra produksi di luar
Kalimantan Selatan, serta penerapan digital farming.
integrasi data pasokan pangan antar institusi maupun
lembaga diperlukan untuk menjaga ketersediaan
stok yang mampu memengaruhi dinamika harga di
masyarakat. Data tersebut juga menjadi landasan
terciptanya KAD, baik antar provinsi di Kalimantan
maupun di luar Kalimantan. Dengan tersedianya data
yang akurat maka diharapkan dapat meminimalisasi
penurunan maupun kenaikan harga secara drastis yang
dapat merugikan produsen dan konsumen. KAD juga
dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya
komoditas yang sebelumnya tidak dimiliki Kalimantan
Selatan seperti bawang merah. Kelengkapan data juga
dapat mendorong penerapan digital farming yang
diharapkan dapat menambah kapasitas produksi dan
menjaga ketersediaan pasokan. Sementara itu, dalam
menstabilkan harga BBRT, langkah yang perlu dilakukan
ke depan adalah melalui identifikasi ketersediaan
stok LPG 3 kg, mengatasi gangguan distribusi dan
monitoring penyaluran untuk meminimalisir upaya
spekulasi/penimbunan serta pemberian subsidi LPG
secara tepat sasaran diantaranya melalui operasi pasar
yang dilakukan secara berkala dan dengan persediaan
yang memadai.
2017 20182019
20192020
20202020
2021I II III IV I II III IV I II
PERTUMBUHANPDRB, % YOY
5,28 5,08 4,28 4,16 3,98 3,91 4,08 4,09 -2,86 -4,93 -2,94 -1,81 -1,25 4,40 2,28%(yoy) - 3,88%(yoy)
Prospek Pertumbuhan Ekonomi (%, yoy)Tabel 7.2
Sumber : BPS (diolah) proyeksi BI
2016 2017 20182019 2020 2021
2021-FI II III IV I II III IV I II
PERUBAHAN IHK % YOY 3,57 3,73 2,63 3,08 4,00 4,05 4,01 2,81 1,14 1,04 1,68 2,02 2,19 3% ± 1%
Prospek Inflasi (%, yoy)Tabel 7.3
Sumber : BPS (diolah) proyeksi BI
Halaman ini sengaja dikosongkan
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAMPIRAN
Daftar Istilah
75 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Administered Price (AP)Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dan lain-lain.
Andil inflasiSumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBDAnggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)Program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2014.
BI 7 Days Reverse Repo RateSuku bunga referensi kebijkan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.
BI RTGSBank Indonesia Real Time Gross Settlement, merupakan penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara online atau seketika untuk setiap intruksi transfer dana.
Bobot inflasiBesaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Dana PerimbanganSumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Dana Pihak Ketiga (DPK)Dana masyarakat (berupa tabungan, deposito, giro, dll) yang disimpan di suatu bank.
Ekspor dan ImporDalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi.
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau Loan to Deposit Ratio (LDR)Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah maupun valas. Terminologi FDR untuk bank syariah sementara LDR untuk bank konvensional.
Indeks Ekspektasi KonsumenSalah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi EkonomiSalah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1–100.
Daftar Istilah
76LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1–100.
Inflasi IntiKomponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi mitra dagang), serta ekspektasi inflasi dari pedagang dan konsumen.
InflowUang yang diedarkan aliran masuk uang kartal ke Bank Indonesia.
InvestasiKegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan Produksi.
LiaisonKegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.
MTMMonth to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
Non Performing Loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF)Ratio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi NPF dan pembiayaan untuk bank syariah, sedangkan NPL dan kredit untuk bank konvensional.
OutflowAliran keluar uang kartal dari Kantor Bank Indonesia.
PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu.
Pendapatan Asli Daerah (PAD)Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.
QTQQuarter to quarter. Perbandingan antara data suatu triwulan dengan triwulan sebelumnya.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI)Sistem pertukaran data keuangan elektronik dan/atau warkat antar peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah yang perhitunganya diselesaikan pada waktu tertentu.
Volatile Food (VF)Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.
YOYYear on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Tim Penyusun
77 LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Kantor Perwakilan Bank IndonesiaProvinsi Kalimantan Selatan
Penanggung JawabAmanlison Sembiring
Rahmat Dwisaputra
EditorMuslimin Anwar
Dadi Esa Cipta
Riza Putera
Tim PenyusunAngsoka Yorintha Paundralingga
Nurfitri Fardhania
Annisa Elma Nabila
Arina Dinana
Ratih Dewi Setiawan
Alnopri Hadi
Sheby Sara Sandi
Risty Mayang Sari
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan SelatanKelompok Perumusan KEKDA Wilayah dan Provinsi
Jl. Lambung Mangkurat No.15 BanjarmasinTelp. +62 511 3352027Fax. +62 511 3354678
Halaman ini sengaja dikosongkan
AGUSTUS2021
LaporanPerekonomianProvinsi Kalimantan Selatan
Lapo
ran P
erekon
om
ian P
rovinsi K
aliman
tan Selatan
- AG
UST
US 2
02
1
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIAPROVINSI KALIMANTAN SELATAN
Jl. Lambung Mangkurat No. 15Banjarmasin 70111Telp. (0511) 4368182, Fax (0511) 3354678
Ebook dapat diunduh di:http://bit.ly/LPP-Kalselatau pindai kode di samping dengan aplikasi QR atau barcode scanner
Laporan Perekonomian Kalsel