laporan penelitian metpen oke sekali
DESCRIPTION
laporan metpenTRANSCRIPT
1
Evaluasi Unsur-Unsur Spasial dan Visual Museum Brawijaya Malang
Abstrak
Kota Malang termasuk kota dengan sejarah kolonial yang kental, dimana dulunya
merupakan daerah hunian bagi kaum bangsawan penjajah karena memiliki kemiripan
situasi dan kondisi yang cocok sebagai tempat beristirahat. Karena keadaan tersebut, kota
Malang memiliki barang-barang peninggalan bersejarah yang harus dijagadan dirawat.
Peninggalan dari sejarah tersebut berupa bangunan kolonial dan benda-benda yang
dipakai pada masa penjajahan berlangsung seperti senjata, kereta, dan lain sebagainya.
Peninggalan-peninggalan tersebut diletakkan dengan baik di sebuah museum. Museum
tersebut adalah Museum Brawijaya Malang yang memiliki tujuan untuk menunjukkan
kepada masyarakat bahwa Malang memiliki masa lalu yang bersejarah. Museum didesain
sedemikian rupa agar supaya masyarakat memiliki keinginan untuk berkunjung dan dapat
menikmati apa yang ditawarkan oleh museum tersebut. Unsur-unsur spasial dan visual
Museum Brawijaya haru smampu menarik minat masyarakat khususnya masyarakat Kota
Malang agar mereka memiliki rasa keingin tahuan akan sejarah kotanya sendiri. Dari hasil
evaluasi unsur-unsur spasial dan visual museum brawijaya akan menghasilkan sebuah
konsep kriteria desain untuk museum brawijaya agar lebih diminati oleh warga kota
Malang.
Kata Kunci: Museum, Spasial dan Visual, Konsep
2
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan akan budaya Nusantara dan sejarah lokal
nya yang sangat kental dan patut dilestarikan dan dibudidayakan. Indonesia
memiliki sejarah kerajaan Hindu Budha yang begitu kuat dan merupakan
bekas jajahan Belanda selama 350 tahun juga Jepang selama 3,5 tahun.
Kondisi itulah yang membuat Indonesia kaya akan sejarahnya. Bekas-
bekas peninggalannya pun disimpan dengan baik dan rapi di seluruh
museum yang ada di Indonesia, salah satunya adalah Museum Brawijaya,
Malang.
Kota Malang juga salah satu kota yang pernah disinggahi oleh Belanda
sebagai tempat peristirahatan pada saat itu, sehingga banyak ditemui benda-
benda peninggalan Belanda yang ada di Kota Malang. Benda-benda
peninggalan tersebut disimpan dengan baik di Museum Brawijaya, Malang.
Koleksi yang dimiliki museum tersebut sebagian besar adalah bekas
peninggalan Belanda. Terdapat banyak benda-benda kuno seperti senjata yang
digunakan pada saat perang. Koleksi yang dimiliki oleh Museum Brawijaya
sangat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan maupun pelajar, karena
selain memiliki fungsi edukasi, Museum Brawijaya merupakan salah satu
simbol yang dimiliki oleh Kota Malang. Tetapi, fakta yang diperoleh di
lapangan, Museum Brawijaya sepi akan pengunjung. Fakta ini sedikit banyak
mempengaruhi citra Kota Malang sendiri.
Kota Malang kaya akan sejarahnya namun ironisnya, warga Kota
Malang sendiri tidak memiliki rasa ketertarikan akan sejarah kotanya. Padahal,
pemerintah sudah memfasilitasi sebuah museum untuk mempermudah warga
Kota Malang supaya mempelajari sejarah kotanya. Desain bangunan pada
Museum Brawijaya sendiri juga turut mempengaruhi minat masyarakat
Kota Malang untuk datang berkunjung. Karena, semakin indah desain yang
dimiliki oleh sebuah bangunan, maka masyarakat pun akan tertarik untuk
mengunjungi bangunan tersebut. Penelitian ini akan mengkaji ulang unsur-
3
unsur visual dan spasial museum seperti apakah yang dibutuhkan oleh
masyarakat Kota Malang agar mereka tertarik dan berminat untuk berkunjung
ke museum dan disandingkan dengan unsur desain yang dimiliki oleh Museum
Brawijaya, Malang.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah unsur spasial dan visual desain pada bangunan akan
berpengaruh pada minat pengunjung untuk datang ke museum
Brawijaya?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui hasil evaluasi unsur spasial dan visual pada
museum brawijaya terhadapa minat warga kota Malang.
1.4 Manfaat
Dapat mengetahui unsur spasial dan visual museum brawijaya
sehingga dapat menghasilkan konsep kriteria desain.
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi Museum
Museum adalah sebuah wadah untuk menyimpan, mengoleksi, merawat, dan
menelitibenda-benda peninggalan masa lalu untuk kepentingan pendidikan
maupunpariwisata bagi masyarakat luas.
Konsep mengenai pengertian museum mula-mula secara etimologi berasal dari
bahasa yunani klasik, yaitu muze yang berarti kumpulan dari sembilan dewi sebagai
lambang ilmu pengetahuan dan kesenian.Kesembilan dewi tersebut merupakan anak
Zeus, Dewa tertinggi dalam pantheon Yunani kuno.Pemujaan terhadap dewi-dewi
Muze tersebut merupakan pelengkap pemujaan manusia terhadap agama dan ritual
yang ditujukan bagi Zeus.
Seiring dengan perkembangan zaman, konsep mengenai pengertian tersebut
mengalami perubahan dengan menyesuaikan zaman dan perkembangan dari fungsi
museum itu sendiri.Kemudian, untuk lebih menandaskan konsep pengertian tentang
museum tersebut, para ahli permuseuman tingkat internasional yang tergabung dalam
International Council Of Museums (ICOM) pada tahun 1974 di Copenhagen telah
mermuskan, bahwa museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari
keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum serta
bertugas untuk menghimpun, merawat meneliti, serta menyajikan atau memamerkan
benda pembuktian alam, manusia dan kebudayaan untuk kepentingan studi dan
rekreasi.
Berikut ini merupakan klasifikasi museum:
Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari jenis koleksinya:
Museum Umum, koleksinya mencakup semua disiplin ilmu
Museum Khusus, koleksinya mencakup satu disiplin ilmu
Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari asal koleksinya:
Museum Internasional, koleksinya berasal dari seluruh dunia
Museum Nasional, koleksinya berasal dari suatu Negara
Museum Regional, koleksinya berasal dari suatu daerah
Museum Lokal, koleksinya berasal dari suatu Kotamadya/kabupaten
tertentu
Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari penyajian koleksi :
5
Museum Terbuka, penyajian koleksinya dilakukan secara terbuka
Museum Tertutup, penyajian koleksinya dilakukan secara tertutup
Kombinasi antara museum terbuka dan tertutup.
Sistem penyelenggaraan museum ditinjau dari waktu penyajian:
Museum tetap
Museum temporer
Sistem penyelenggaraan museum, ditinjau dari segi ilmu pengetahuan :
Museum ilmu alam, meliputi museum zoology, herbarium, geologi.
Museum teknologi dan industry, meliputi museum perkapalan,
museum ilmupurbakala, museum ilmu anthropologi dan etnografi.
Museum sejarah, meliputi :
1. Museum memorial, museum yang mengingatkan akan
seorang tokoh pentingdalam sejarah.
2. Museum perjuangan, yaitu museum yang menggambarkan
sejarah perjuangan suatu masyarakat pada suatu waktu tertentu
yang dapat bersifat lokal ataupuninternasional.
3. Museum perang, yaitu museum yang menggambarkan
sejarah perkembanganteknologi dan strategi peperangan yang
pernah dialami suatu bangsa.
Museum seni rupa
Museum sejarah seni rupa
2.2 Unsur Visual Museum
2.2.1 Arsitektur Simbolik
Bentuk museum biasanya diadaptasi oleh sebuah simbol atau tanda dari ciri
khas suatu daerah dimana museum itu dibangun. Oleh karena itu, museum biasa
disebut dengan bangunan simbolik. Arsitektur Simbolisme adalah perihal
pemakaian simbol (lambang) untuk mengekspresikan ide-ide secara arsitektural
yang akan dapat diperlihatkan jati diri suatu karya arsitektur dan sekaligus
mempunyai makna dan nilai-nilai simbolik yang dapat dihasilkan melalui bentuk,
struktur dan langgam.
Penggunaan simbolisme terbagi dua, yaitu:
6
1. Simbolisme secara langsung
Penggunaan metaphora secara langsung/jelas dipengaruhi oleh
sebuah sifat dasar pada objek itu sendiri, sehingga makna yang timbul
dari objek tersebut menyerupai artinya. Misalnya tempat penjualan alat
musik, dengan bentuk bangunan seperti piano.
2. Simbolisme tidak langsung/tersamar
Suatu bentuk akan memberikan suatu makna yang tersamar pada
jenis bangunan tertentu yang merupakan suatu simbol yang timbul
untuk memenuhi fungsi bangunan tersebut.
2.2.2 Penataan Eksterior-Tata Ruang Luar Museum.
Konsep penataan eksterior harus terakomodasi dengan jelas dalam gambar
rencana tapak (siteplan). Penataan diutamakan pada halaman muka museum yang
berorientasi kepentingan publik, dan taman yang berhubungan dengan ruang-ruang
publik yang berada di dalam bangunan. Semua ruang publik pada eksterior museum
harus diberi penanda (signage) dengan standar yang berlaku, harus jelas terbaca, dan
mudah terlihat. Penataan eksterior-ruang luar harus menekankan kenyamanan dan
keamanan publik, seperti;
a) pintu masuk-keluar bangunan;
b) taman atau ruang sign-board museum;
c) taman parkir kendaraan;
d) tersedianya ruang pedestrian bagi pejalan kaki dengan petunjuk masuk-keluar
bangunan yang jelas.
2.3 Unsur Spasial Museum
2.3.1 Konsep Ruang Museum.
Ruang di dalam bangunan mempunyai beberapa variabel, dalam
konteks ruang di dalam museum yang harus diperhatikan adalah:
1) fungsi dan bentuk ruang;
2) skala dan besaran ruang; dan
3) modul ruang.
7
Fungsi dan bentuk ruang. Ruang pameran sebagai bagian dari sebuah
museum sesungguhnya mengacu pada fungsi dan bentuk bangunan museum itu
sendiri. Dalam hal ini ada 4 fungsi dan bentuk bangunan museum, yaitu;
a) bangunan yang memang dari awal dirancang sebagai museum;
b) bangunan biasa atau umum yang dijadikan sebagai museum;
c) bangunan yang mempunyai latar belakang sejarah dengan menjadikan
bangunan itu sebagai museum yang mempunyai hubungan peristiwa atau
dengan tokoh tertentu; dan
d) bangunan cagar budaya sebagai museum.
Skala dan besaran ruang. Skala dan besaran ruang pameran mengacu pada
konsep penyajian koleksi dan pameran yang mempunyai 2 variabel tetap yaitu
benda koleksi pamer dan pengunjung.
Skala dan besaran benda koleksi pamer umumnya mempunyai 3 variabel
bebas dan relatif yaitu mikro (kecil), meso (manusia), dan makro ( skala bangunan
museum).
Skala dan besaran benda koleksi pamer menentukan jarak pandang dan ruang
gerak pengunjung yang akhirnya akan menentukan tata letak benda koleksi pamer
dan sirkulasi pengunjung.
Modul ruang. Variabel modul ruang pameran tetap sebaiknya melakukan
penyesuaian dengan modul keletakan kolom bangunan, ketinggian ruang, dan
unsur-unsur dinding ruangan seperti letak pintu dan jendela.
2.3.2 Konsep Ruang Pameran Tetap
Konsep dasar. Sebaiknya ruang pameran tetap mengambil konsep
dasar ruang positf dan negatif 3 dimensi. Ruang positif dibentuk untuk
penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi dengan maksud menjadi
orientasi pandang mata pengunjung. Ruang negatif yang terbentuk di luar
ruang-ruang mikro penempatan benda koleksi pamer dan panil informasi
8
Konsep ruang pameran tetap harus mengacu pada tema, alur cerita, dan
alur penyajian benda koleksi pamer.
Kondisi besaran dan modul ruang eksisting dapat menjadi
pertimbangan penting untuk membuat konsep ruang pameran tetap, dengan
bentuk ruang mengikuti fungsi ruang pameran tetap.
2.3.3 Ruang Pamer Museum
Koleksi-koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum perlu dipamerkan
untuk diinformasikan kepada umum. Agar pameran ini dapat menarik
perhatian pengunjung, perlu dilakukan penataan yang baik. Untuk kegiatan ini
kurator bekerjasama dengan Bagian Preparasi. Koleksi yang tidak dipamerkan
harus disimpan dengan baik di ruangan penyimpanan (storage). Agar tidak
terjadi kebosanan terhadap pengunjung perlu diadakan pergantian koleksi
yang dipamerkan dengan yang disimpan. Koleksi yang berada baik di ruang
pamer maupun di ruang simpan harus cukup terlindung dari api, coretan dan
bencana alam. Perlu ditetapkan prosedur penanganan dalam keadaan darurat.
Ada beberapa macam pameran di museum yaitu:
1. Pameran tetap
Pameran yang menyajikan karya-karya koleksi suatu museum yang
ditata berdasarkan konsep kuratorial dan diselenggarakan oleh museum
tersebut. Waktu penyelenggraan Pameran Tetap berlangsung minimal 1
kali dalam satu tahun.
2. Pameran temporer
Pameran tunggal atau pameran bersama yang menyajikan karya-karya
seni rupa dalam jangka waktu tertentu yang diselenggarakan oleh museum
atau kerjasama dengan pihak lain. Waktu penyelenggaraan Pameran
Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung
selama 30 hari.
3. Pameran di ruang terbuka.
Dalam sebuah pameran di ruang terbuka, pameran ditampilkan di
luar bangunan, yang diprioritaskan untuk benda-benda yang tahan
terhadap iklim dan juga karena bentuknya yang besar, sehingga
menyulitkan untuk diletakkan di dalam ruangan. Selain itu, dengan
9
pertimbangan yang berdasarkan sejarah maka benda-benda tersebut
dipamerkan di tempat peristiwa itu terjadi.
Selain itu, museum juga sebaiknya mengadakan pameran keliling,
dengan tujuan menyampaikan informasi tentang koleksi museum kepada
masyarakat yang berada jauh dari museum tersebut. Kurator mentukan
konsep tema pameran keliling beserta koleksi dan keterangannya,
kemudian diserahkan kepada preparator untuk ditata dalam sarana
penunjang yang dapat dipindah-pindahkan. Koleksi untuk pameran
keliling sebaiknya bukan master piece, dan lebih baik adalah replika
koleksi.
Pada museum tentang sejarah terdapat istilah living museum.
Living museum adalah salah satu jenis museum, di mana peristiwa historis
yang menunjukkan kehidupan di zaman kuno dilakukan, terutama dalam
etnografi atau sejarah pandangan, atau proses untuk memproduksi produk
komersial dalam hal perkembangan teknis dan teknologi yang ditampilkan,
terutama kerajinan. Ini adalah jenis museum yang menciptakan kondisi
penuh dari budaya, lingkungan alam, atau periode sejarah. Terkadang
sebuah drama diperagakan oleh sekelompok orang tentang sejarah adegan
masa lalu pada bangunan bersejarah.
display museum-buildingindonesia.biz
Eur erco illuminating museumsintrop-cina.panduanwisata.comDoc. internasional.kompas.com
Ruang pameran tetap--pelauts.com
10
Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:
1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh
kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan
memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,
sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena
masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas
yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;
2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan
tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator
menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya
kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,
keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.
Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya
dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,
sasaran idiil, dan pengunjung.
2.3.4 Alur Sirkulasi
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan
informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.
Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan
cerita yang ingin disampaikan dalam pameran
Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para
pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,
dengan ketentuan faktor sebagai berikut:
1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk
melihat obyek yang telah mereka lihat.
10
Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:
1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh
kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan
memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,
sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena
masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas
yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;
2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan
tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator
menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya
kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,
keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.
Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya
dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,
sasaran idiil, dan pengunjung.
2.3.4 Alur Sirkulasi
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan
informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.
Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan
cerita yang ingin disampaikan dalam pameran
Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para
pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,
dengan ketentuan faktor sebagai berikut:
1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk
melihat obyek yang telah mereka lihat.
10
Di dalam penataan pameran yang perlu diperhatikan adalah:
1. Sasaran idiilnya yaitu maksud dan tujuannya harus direncanakan oleh
kurator bersangkutan. Kurator harus memperhatikan segala akibat dan
memikirkan dengan sesempurnanya sebelum menyelenggarakan pameran,
sehingga pameran tidak bersifat sembrono dan serampangan, karena
masyarakat yang akan mengunjungi pameran adalah masyarakat yang luas
yaitu manusia yang berlainan kehendak dan tingkat kecerdasan;
2. Persyaratan teknis Setelah kurator menentukan garis besar, tema dan
tujuan pameran dengan sepengetahuan Kepala Museum, kemudian kurator
menyerahkan koleksi yang akan dipamerkan dengan segala keterangannya
kepada preparator, keterangan tentang koleksi dapat berupa label individu,
keylable, dan label group, serta berupa katalog dan leaflat pameran.
Preparator kemudian memikirkan segala rencana persyaratan teknisnya
dengan tidak melupakan hubungan-hubungan yang erat antara koleksi,
sasaran idiil, dan pengunjung.
2.3.4 Alur Sirkulasi
Jalur sirkulasi di dalam ruang pamer harus dapat menyampaikan
informasi, membantu pengunjung memahami koleksi yang dipamerkan.
Penentuan jalur sirkulasi bergantung juga pada runtutan
cerita yang ingin disampaikan dalam pameran
Sirkulasi pengunjung dalam museum di rancang untuk membantu para
pengunjung dalam memandang dan melihat suatu obyek atau karya secara detail,
dengan ketentuan faktor sebagai berikut:
1. Pengunjung di harapkan dapat bergerak tanpa harus berbalik kembali untuk
melihat obyek yang telah mereka lihat.
11
2. Harus memenuhi syarat spacial pagi pengunjung untuk berjalan dengan
kecepatan berbeda, beberapa akan berjalan terus namun ada beberapa
bengunjung yang berhenti untuk melihat obyek atau karya yang sedang di
display lebih detail.
3. Pengunjung cenderung untuk memulai arah kanan ketika memasuki main
entrance untuk menjelajahi galeri.
4. Mengamati area galeri dalam satu alur membantu pengunjung untuk mengerti
apa yang sedang di display.
Berikut ini merupakan contoh pola sirkulasi yang diterapkan pada ruangan:
1. Pola Linear, yaitu jalan yang lurus dapat menjadi unsur pengorganisir
utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah,
memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran (loop).
2. Pola Radial, yaitu konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang
berkembang dari sebuah pusat bersama.
3. Pola Spiral(Berputar), yaitu suatu jalan tunggal menerus yang berasal dan
titik pusat, mengelilingi pusatnya dengan jarak yang berubah.
Gambar 1 :Pola Sirkulasi Linier
Gambar 2 :Pola Sirkulasi Radial
12
4. Pola Gridyaitu konfigurasi grid terdiri dari dua pasang jalan sejajar yang
saling berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau
kawasan ruang segi empat.
5. Jaringan, yaitu Konfigurasi yang terdiri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu dalam ruang.
Pada kenyataannya sebuah bangunan umumnya membuat kombinasi
dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola adalah pusat kegiatan,
jalan masuk ke ruangan, serta tempat untuk sirkulasi vertikal. Untuk
menghindari timbulnya orientasi yang membingungkan, suatu susunan hirarkis
di antara jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan
skala, bentuk, panjang, serta penempatannya.
2.3.5 Display Museum
A. Penataan Display Museum
Penataan eksibisi adalah wajah publik dari museum. Presentasi yang efektif
mengenai koleksi dan informasi di Eksibisi adalah aktivitas unik untuk museum, dan
melalui eksibisi inilah mayoritas masyarakat mengetahui detail museum. Berdasarkan
2012 Standarts for Museum Exhibitions and Indicator Excellence terbitan dari
Gambar 3 :Pola Sirkulasi Spiral
Gambar 4 :Pola Sirkulasi Grid
Gambar 5 :Pola Sirkulasi Jaringan
Gambar 3: Pola Spiral (Berputar)
13
organisasi American Alliance of Museums menerangkan bahwa karakteristik untuk
meningkatkan keefektifan Museum dalam menyajikan informasi publik terdiri dari
beberapa indikator di bawah ini :
Kepercayaan Publik dan Akuntabilitas
1. Museum diharuskan supaya inklusif dan menyajikan peluang bagi partisipasi yang
beraneka ragam.
2. Museum mempertahankan peran public service dan memposisikan edukasi di
tengah peranan tersebut.
3. Museum mendemonstrasikan komitmen untuk menyediakan pulik dengan akses
fisikal dan intelektual bagi museum seluruh sumber dayanya.
Misi dan Perencanaan
1. Museum merencanakan standart untuk kesuksesan museum itu sendiri dan
menggunakannya untuk mengevaluasi serta meningkatkan performa.
Edukasi dan Interpretasi
1. Museum dengan jelas menyatakan tujuan edukasi secara menyeluruh, filosofi,
pesan khusus, dan mendemonstrasikan bahwa segala aktivitas yang ditampung di
dalamnya bertujuan untuk hal tersebut.
2. Museum mengerti karakteristik dan kebutuhan dari Pengunjung dan
memanfaatkannya untuk menginformasikan interpretasinya.
3. Interpretasi museum berdasarkan penelitian yang diperlukan.
4. Museum mengapresiasikan penelitian utamanya berdasarkan standart ilmuwan.
5. Museum menggunakan teknik, teknologi, dan metode yang tepat guna bagi tujuan
edukasi, isi, pengunjung, dan sajian museum.
6. Museum menyajikan display yang akurat dan informasi yang jelas.
7. Museum memanfaatkan keefektifan dari interpretasi aktivitas dan menggunakannya
untuk meningkatkan kinerja museum.
Standart Eksibisi Museum
Suatu display eksibisi dianggap sukses apabila secara fisik, intelektual, dan
emotional bisa dirasakan oleh pengunjung.
1. Perhatian terhadap Pengunjung (Audience Awareness)
14
Eksibisi dikembangkan dengan pemahaman artikulasi mengenai
pemahaman pengunjung, keinginan, style pemahaman, perilaku, dan ekspektasi
tentang topik serta perencanaan pengalaman bagi pengunjung.
Target pengunjung ditentukan saat proses perencanaan.
Keputusan mengenai isi, ekspresi, dan desain berdasarkan pengetahuan
tentang pengunjung yang dikhusukan.
Eksibisi mengikutsertakan pesan komunitas dalam proses
pengembangan dan menyertakan keaneka ragaman perspketif display,
jika memungkinkan.
2. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diproses selama proses pengembangan atau setelah pembukaan
eksibisi untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan terhadap pengunjung
dengan relasi tujuan proyek.
Informasi dari awal hingga akhir dikumpulkan untuk memahami
pengunjung dan terutama untuk berinteraksi dengan pengetahuan
tentang topik eksibisi.
Pengunjung potensial dilibatkan dalam memahamai elemen eksibisi,
terutama komponen interaktif.
3. Isi (Content)
Isi ditentukan supaya ada kesinambungan dengan akurasi, relevansi
dan dengan tema eksibisi.
Subjek memiliki keterkaitan dengan format eksibisi, dengan
penggunaan koleksi, lingkungan, fenomena, dan pengertian lainnya
mengenai presentasi fisk berdasarkan isi (content).
Hak cipta, pola pikir, maksud, dan perspektif pemikiran diungkapkan,
diidentifikasi, atau disertakan.
Eksibisi mengungkapkan siapa yang beropini, fakta atau fiksi, yang
real dan tidak real.
Isi mengekspresikan metodologi yang terbaik bagi media.
Media secara efektif mengkomunikasikan isi.
Isi berupa informasi up to date.
15
Informasi terbaik dibuat untuk menunjukkan relevansi bagi
pengunjung.
4. Koleksi ( Collections)
Pemilihan dan presentasi objek mendetail dan content intelektual dari
eksibisi.
Penyeleksian dari objek mengekspresikan ide yang signifikan bagi
eksibisi.
Koleksi secara sukses merefleksikan dan menjelaskan tema eksibisi
dan content.
Eksibisi menyajikan presentasi objek yang otentik.
Eksibisi menjelaskan material, bentukan, dan metode pembuatan objek
display.
Kepentingan konservasi dan faktor keamanan secara penting
diikutsertakan.
5. Interpretasi / Komunikasi (Interpretation/Communication)
Visi dan misi dari eksibisi jelas dan koheren, jika tidak maka perlu
penjelasan mengapa tidak lengkap.
Ekspresi ide dijelaskan secara gamblang.
Ada koherensi yang mudah dicerna dan format yang konsisten
mengenai presentasi isi dan respon terhadap isi.
Asumsi dan Point of View diidentifikasi dengan jelas.
Variasi dari strategi interpretatif (termasuk label, interaktif, video,
audio, dll) digunakan untuk mengapresiasikan tujuan eksibisi, isi, dan
pengunjung.
Informasi dan ide di bagian yang berbeda dari eksibisi saling
melengkapi satu sama lain.
Isi eksibisi bisa diperdebatkan. Selain sebagai stimulus secara
intelektual, diperlukan usaha untuk meningkatkan interaksi sosial bagi
pengunjung, dan ada banyak kesempatan untuk menjalin koneksi
personal yang erat.
16
6. Desain dan Produksi (Design and Production)
Proses penyeleksian, desain, dan produksi dari media interpretatif
secara efektif mampu meningkatkan isi komunikasi.
Pemilihan estetis mensupport dan merefleksikan tema eksibisi.
Media eksibisi didesain untuk kenyamanan dan aksesibilitas.
Orientasi, Spatial Organization, dan Traffic Flow perlu
dipertimbangkan secara matang untuk mencapai tujuan utama
penyajian display museum.
Aplikasi penggunaan media interpretatif yang imaginatif dan inventif :
Label, Tanda (Signage), Furniture, CaseWork, Interaktif, Audio
Visual, Teknologi Baru, dll.
Motif desain yang konsisten dan baik secara estetis di sepanjang
eksibisi.
7. Kenyamanan Manusia, Keamanan, dan Aksesibilitas (Human Comfort,
Safety, and Accessibility)
Eksibisi didesain untuk memberikan pengalaman ruang bagi
pengunjung dalam hal fisikal, intelektual dan sosial.
Ruang Fisikal (Layout, Lighting, Flooring) diciptakan secara khusus
supaya pengunjung dengan variasi fisik dapat berinteraksi selama
proses eksibisi.
Isi dikembangkan sedemikian rupa supaya member pengunjung dari
bervariasi usia, budaya, dan kemampuan kognitif supaya mengerti arti
eksibisi.
Lingkungan diciptakan sedemikian rupa supaya pengunjung dari
berbagai usia, budaya, dapat merasa aman dan nyaman selama eksibisi.
Jika eksibisi menyajikan Display yang memiliki potensi isi yang
mengkhawatirkan maka ditunjukkan kontent peringatan terhadap
pengunjung sebelum memasuki sesi ini.
Label mudah dipahami.
Pengunjung diberikan tempat duduk selama proses eksbisi pada lokasi
tertentu.
17
B. Konsep Furniture
Pengertian furniture pada ruang pamer adalah furniture peraga atau perabot
atau benda peraga atau sarana pamer untuk benda koleksi museum. Konsep dasar
rancangan mengacu pada konsep perlindungan, konservasi, dan pengamanan benda
koleksi pamer. Berdasarkan konsep diatas maka jenis furniture-perabot peraga antara
lain adalah: vitrin lepas terbuka dan tertutup transparan; vitrin dinding terbuka dan
tertutup transparan; box terbuka dan tertutup transparan; panil-panil lepas, panil-panil
dinding; dan sarana pamer lainnya.
Konsep tata letak furniture-perabot peraga harus mengacu pada konsep alur
penyajian pameran dan ukuran benda koleksi pamer. Bentuk dan ukuran furniture
peraga ditentukan oleh skala, besaran, dan ruang gerak benda koleksi pamer dan
ruang gerak perawatan. Bahan atau material furniture-perabot yang bakan digunakan
ditentukan oleh ukuran dan persyaratan konservasi. Usulan modul yang disesuaikan
dengan modul komponen lantai, dinding, dan plafon adalah modul 30 cm, dengan
kelipatan 60, 90,120, 150, 180, 210, dan 240 cm.
C. Tata Penyajian Koleksi
1. Penyajian Koleksi
Penyajian koleksi merupakan salah satu cara berkomunikasi antara pengunjungdengan
benda-benda koleksi yang dilengkapi dengan teks, gambar, foto, ilustrasi dan pendukunglainnya
(Pedoman Museum Indonesia, 2008).
Prinsip-prinsip Penyajian Koleksi
Penataan koleksi di ruang pameran museum harus memiliki :
Sistematika atau alur cerita pameran, sangat diperlukan dalam penyajian koleksi di
ruangpameran, karena akan mempermudah komunikasi dan penyampaian informasi
koleksi museumkepada masyarakat.
Koleksi yang mendukung alur cerita, yang disajikan di ruang pameran harus
dipersiapkansebelumnya, agar sajian koleksi terlihat hubungan dan keterkaitan yang
jelas antar isi materipameran.
2. Jenis Pameran
Jenis pameran di museum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pameran tetap dan
pameran khusus / temporer
18
a. Pameran tetap
Adalah pameran yang diadakan dalam jangka waktu 2 sampai dengan 4 tahun. Tema
pameransesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya, koleksi pameran yang disajikan adalah
25 sampai dengan 40 persen dari koleksi yang dimiliki museum, dan dilakukan penggantian
koleksiyang dipamerkan dalam jangka waktu tertentu.
b. Pameran khusus / temporer
Adalah pameran koleksi museum yang diselenggarakan dalam waktu relatif singkat. Fungsi
utamanya adalah untuk menunjang pameran tetap, agar dapat lebih banyak mengundang
pengunjung datang ke museum.
3. Metode Pameran
Metode dan teknik penyajian koleksi di museum terdiri dari :
a. Metode pendekatan intelektual
cara penyajian benda-bendakoleksimuseum yang mengungkapkan informasi tentang
guna, arti dan fungsi benda koleksi museum.
b. Metode pendekatan romantik (evokatif)
cara penyajian benda-benda koleksi museum yang mengungkapkan suasana tertentu yang
berhubungan dengan benda-benda yang dipamerkan.
c. Metode pendekatan estetik
cara penyajian benda-benda koleksi museum yangmengungkapkan nilai artistik yang ada
pada benda koleksi museum.
d. Metode pendekatansimbolik
cara penyajian benda-benda koleksi museumdenganmenggunakan simbol-simbol tertentu
sebagai media interpretasi pengunjung.
e. Metode pendekatan kontemplatif
cara penyajian koleksidimuseum untukmembangun imajinasi pengunjung terhadap
koleksi yang dipamerkan.
f. Metode pendekatan interaktif
cara penyajian koleksidimuseum dimana pengunjungdapat berinteraksi langsung dengan
koleksi yang dipamerkan. Penyajian interaktif dapat menggunakan teknologi informasi.
4. Penataan Koleksi
Penataan dalam suatu pameran dapat disajikan secara :
a. Tematik, yaitu dengan menata materi pameran dengan tema dan subtema.
19
b. Taksonomik, yaitu menyajikan koleksi dalam kelompok atau sistem klasifikasi.
c. Kronologis, yaitu menyajikan koleksi yang disusun menurut usianya dari yang tertua hingga
sekarang.
5. Panil-panil Informasi
Panil-panil informasi atau label secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Teks dinding (introductory label) yang memuat informasi awal / pengenalan mengenai
pameran yang diselenggarakan, tema dan subtema pameran, kelompok koleksi.
b. Label individu yang berisi nama dan keterangan singkat mengenai koleksi yang
dipamerkan.Informasi yang disampaikan berisi keterangan yang bersifat deskriptif, dan
informasi yangdibutuhkan sesuai dengan alur cerita.
2.3.6 Tata Ruang
A. Penataan Bangunan Museum.
Konsep tata ruang bangunan museum sudah selayaknya ditata kembali sesuai
dengan paradigma museum yang baru dan rencana program revitalisasi museum ke
depan. Penataan yang perlu dilakukan pada bangunan museum adalah atau yang
terutama:
1) tampak-tampilan muka atau pada fasade bangunan; dan
2) ruang masuk bangunan (entrance building).
Konsep penataan dengan minimal dua variabel ini mempunyai maksud agar:
a) bangunan mampu memberi citra sebagai museum;
b) bangunan diharapkan menjadi lebih ‘terbuka’ dan ramah terhadap lingkungan
sekitar; dan
c) bangunan mempunyai orientasi ‘keluar’ dan ‘mengundang’ publik.
Penataan menjadi lebih perlu lagi apabila bangunan museum sekarang adalah
bangunan lama yang memang tidak diperuntukkan bagi museum.
Selain itu penataan-rehabilitasi fisik bangunan perlu juga dilakukan dengan
prioritas pada ruang-ruang publik, ruang pameran dan penyimpanan, seperti bagian
atap, penataan kembali sistem mekanikal, elektrikal, utilitas, keselamatan, dan
keamanan.
20
B. Penataan Interior-Ruang Publik
Program revitalisasi fisik ketiga puluh museum memang memberi prioritas
utama kepada penataan kembali interior museum, khususnya Penataan Interior Ruang
Pameran Tetap yang merupakan zona satu dari 4 zona di dalam museum, yaitu zona
koleksi-publik.
Ruang-ruang publik yang menjadi sasaran berikut dalam penataan interior
museum masuk dalam zona non koleksi-publik yaitu ruang lobi museum, ruang
informasi, ruang tiket, toilet, ruang multi media, dan ruang fasilitas penunjang yang
diperlukan. Konsep penataan interior pada ruang publik boleh berbeda dan lebih lunak
persyaratannya dibandingkan dengan ruang pameran dan penyimpanan, meskipun
tetap memperhatikan unsur ‘safety’ pengunjung atau publik.
Setelah target penataan interior ruang pameran tetap tercapai dan interior
ruang publik, target selanjutnya adalah ruang penyimpanan (storage), diikuti ruang
pengenalan (introduction area), ruang laboratorium, dan bengkel kerja preparasi.
C. Ruang-Ruang dalam Museum
Berdasarkan buku Pedoman Museum Indonesiayang diterbitkan oleh Direktorat
Museum,Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun
2008, bangunan museum setidaknya terdiri dari dua unsur, yakni bangunan pokok dan bangunan
penunjang.
a. Bangunan pokok
Meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
Ruang pameran tetap
Ruang pameran temporer
Ruang auditorium
Ruang kantor/administrasi
Ruang perpustakaan
Ruang laboratorium
Ruang penyimpanan koleksi
Ruang edukasi
21
Ruang transit koleksi
Bengkel kerja reparasi
b. Bangunan penunjang
Meliputi beberapa ruang sebagai berikut :
Ruang cenderamata dan kafetaria
Ruang penjualan tiket dan penitipan barang
Ruang lobi
Ruang toilet
Ruang parkir dan taman
Ruang pos jaga
Ruang Pameran Tetap
22
BAB III
Metodologi Penelitian
23
3.1 Objek Studi
Latar Belakang dan Sejarah
Tahun 1952. Museum didirikan dengan melatar belakangi perjuangan
TKR dan rakyat Jatim dari Agresi Militer Belanda I dan II. Usaha untuk
pendirian Museum Brawijaya telah dilakukan sejak tahun 1962 oleh Brigjend
TNI (Purn) Soerachman (mantan Pangdam VIII/Brawijaya tahun 1959-1962).
Pembangunan gedung museum kemudian mendapat dukungan pemerintah
daerah kotamadya Malang dengan penyediaan lokasi tanah seluas 10.500
meter persegi, dan dukungan biaya dari Sdr.Martha, pemilik hotel di Tretes
Pandaan. Arsitek museum adalah Kapten Czi Ir.Soemadi. Museum dibangun
pada tahun 1967 dan selesai 1968.
Nama Museum Brawijaya ditetapkan berdasarkan keputusan Pangdam
VIII/Brawijaya tanggal 16 April 1968 dengan sesanti (wejangan) 'Citra
Uthapana Cakra' yang berarti sinar (citra) yang membangkitkan (uthapana)
semangat/kekuatan (cakra). Sedangkan museum diresmikan pada tanggal 4
Mei 1968.
Peranan Museum Brawijaya
1. Sebagai media pendidikan
2. Sebagai tempat rekreasi
3. Sebagai tempat penelitian ilmiah
4. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dan pewarisan nilai-nilai '45
dan TNI '45 bagi prajurit TNI dan masyarakat umum
5. Sebagai tempat pembinaan mental kejuangan dalam rangka pembinaan
wilayah
Koleksi
24
Dibagian belakang museum kita bisa melihat icon dari Museum
Brawijaya yaitu gerbong maut sebuah gerbong barang yang digunakan untuk
mengangkut 100 Pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya dalam
keadaan pintu tertutup rapat dan tanpa ada lubang angin, hingga menewaskan
hampir seluruh penumpang dan menyisakan 12 orang selamat.
Koleksi yang terdapat di dalam museum antara lain mobil “DE SOTO
USA” yaitu mobil yang digunakan Kolonel Soengkono sebagai kendaraan
dinas yang pada waktu itu menjabat sebagai Panglima Divisi Brawijaya
(Divisi I JATIM) 1948-1950 di JATIM. Barang-barang peninggalan panglima
besar jenderal Sudirman. Foto-foto jamna perjuangan hingga foto Malang
tempo dulu. Komputer besa-besar jaman dulu dan lain-lain.
Museum ini terbagi menjadi lima lokasi tata pameran yaitu:
1. Lokasi Halaman Depan Halaman depan Museum Brawijaya diberi
nama “Agne Yastra Loca” yang berarti taman senjata api revolusi.
Halaman depan tersebut merupakan ruang pameran terbuka yang
memamerkan benda-benda bersejarah khususnya senjata-senjata berat
dan kendaran lapis baja yang memiliki nilai sejarah.
25
2. Ruang Lobi. Pada ruangan ini terdapat tiga koleksi yang dapat dilihat
oleh para pengunjung, diantaranya:
a. Relief penugasan pasukan Brawijaya
b. Relief kekuasaan Kerajaan Majapahit
c. Lambang- lambang kesatuan / Kodam seluruh Indonesia.
3. Ruang 1. Koleksi yang terdapat pada ruangan ini mulai dari tahun 1945 –
1949. Pada ruangan ini pengunjung akan diperlihatakan benda-benda
bersejarah, seperti mobil De Soto, foto-foto mantan panglima Jawa Timur,
senjata api, dsb. Yang paling menarik dari ruangan ini yaitu terdapatnya
meja dan kursi yang digunakan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Kol.
Soengkono dalam melakukan perundingan terhadap pihak Belanda yang
disebut dengan “Perundingan meja bundar”.
4. Ruang 2. Koleksi yang terdapat pada ruangan ini mulai dari tahun 1950 –
sekarang. Di ruangan ini terdapat benda-benda bersejarah seperti komputer
yang digunakan pada masa itu, dsb. Di ruangan ini juga terdapat foto-foto
yang menarik untuk dilihat,
Gambar 2: Relief Kekuasaan
Gambar 3: Meja untuk Perundingan Meja Bundar
26
seperti foto-foto yang menceritakan operasi khusus yang dilakukan dalam
menumpas pemberontakan yang terjadi di Indonesia, dan juga terdapat foto-
foto kota Malang tempo dulu.
5. Halaman Tengah. Pada ruangan terbuka ini, pengunjung akan diperlihatkan
2 buah benda bersejarah yang memiliki cerita tersendiri sehingga
memberikan nama yang menarik pada kedua benda tersebut. Nama pada
kedua benda tersebut adalah “Gerbong Maut” dan “Perahu Sigigir”.
Gambar 5: Gerbong Maut danPerahu Sigigir
27
1. Lokasi Museum
Jl. Ijen No.25 A Malang
Telp. 0341-562 394
2. Transportasi:
Jarak tempuh dari Bandara Udara : 15 Km
Jarak tempuh dari Pelabuhan Laut : 105 Km
Jarak tempuh dari Terminal Bus : 5 Km
Jarak tempuh dari Stasiun KA : 2 Km
3. Organisasi:
Jumlah Pegawai 57 orang
Kurator : 8 orang
Konservator : 18 orang
Preparator : 6 orang
Bimb. Edukasi : 2 orang
Tenaga Fungsional : 5 orang
Bgn. Administrasi : 2 orang
Keamanan : 2 orang
Cleaning service : 14 orang
3.2 Populasi dan Sampling
1. Populasi
“Populasi merupakan kumpulan individu-individu yang ciri-ciri dan
karakteristiknya telah ditetapkan.” (Moh.Nazir, 2005:271) Populasi dalam
penelitian ini merupakan pengunjung Museum Brawijaya (warga maupun non
warga Malang) yang diharapkan mampu bertindak evaluatif terhadap objek
yang sudah ditentukan karena pengunjung merupakan penikmatdari Museum
Brawijaya.
2. Sample
“Sampel merupakan bagian daripopulasi.” (Moh. Nazir, 2005:271). Untuk
perhitungan yang lebih akurat, terhadap hasil yang diharapkan Guilford dan
Fratcher (1978) menyarankan jumlah sampel tidak kurangdari 30. Dari
jumlah statistic kunjungan perhari, penulis mengharapkan jumlah tidak
28
kurangdari 30 responden yang akan didapat nantinya.
3. Teknik Sampling
Teknik pengambilan sample menggunakan teknik accidental sampling
karena didasari oleh kemudahan dan ketersediaan sampling. Penggunaan
teknik ini karen didasari oleh ketersediaan waktu dan tempat untuk
mengambil data dari seluruh populasi maka dibutuhkan ketersediaan dan
partisipasi dari sampel.
3.3 Jenis Penelitian
Penelitian tentang hasil evaluasi unsur spasial dan visual museum brawijaya
kota Malang. Penelitian ini mengikutsertakan seluruh warga kota Malang dengan
menggunakan Penelitian Deskriptif. Populasi Penelitian pada penelitian ini adalah
warga kota Malang. Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian
yang dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis statistik
(Sulistyo- Basuki, 2006:110)
3.4 Variabel Penelitian
“Variable adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu
penelitian.”SuharsimiArikunto (1996: 99)
Variable dalam penelitian ini terdapat 2 variabel bebas. Yang dimaksud dengan
variable bebas ialah variable yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya
variable terikat. Dari hasil yang telah dirumuskan penulis maka penelitian ini
bermaksud mencari fakta denganvariable :
Variable (X1) :Pengaruh unsur spasial pada minat pengunjung datang di
Museum Brawijaya
Variable (X2) :Pengaruh unsure visual pada minat pengunjung datang di
Museum Brawijaya.
29
Alur Penelitian :
LATAR BELAKANGMengkasi ulang unsur-unsur visual dan spasial Museum Brawijaya agar
lebih diminati oleh warga Kota Malang
MASALAHUnsur desain visual dan spasial pada Museum Brawijaya tidak mampu
menarik minat warga Kota Malang untuk mengunjungi museum.
RUMUSAN MASALAHApakah unsur spasial dan visual desain pada bangunan akan berpengaruh
pada minat pengunjung untuk datang ke museum Brawijaya?
METODE PENELITIAN :Deskriptif-kuantitatif
VARIABEL SUMBER DATA
Pengaruhunsurspasialpadaminatp
engunjungdatang di Museum
Brawijaya
Pengaruhunsur visual
padaminatpengunjungdatang di
Museum Brawijaya
Kondisieksistingspasial Museum
Brawijaya
Kondisieksistingvisual Museum
Brawijaya
DATA DATALAPANGAN :- Observasi- Kuisioner
ANALISIS
TEMUAN/HASILPENELITIAN
PRESENTASE :Pengaruhunsurspasialpa
daminatpengunjungdata
ng di Museum
Brawijaya
Pengaruhunsur visual
padaminatpengunjungda
tang di Museum
Brawijaya
30
3.5 Metode Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam setiap kegiatan penelitian selalu ada kegiatan pengumpulan
data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menurut Sulistyo-Basuki
(2006:147) meliputi:
a. Observasinon-partisipan (Pengamatan tidak terkendali)
Pada metode ini peneliti hanya mengamati, mencatat apa yang
terjadi. Metode ini banyak digunakan untuk mendapatkan data yang
diteliti dari Museum Brawijaya tentang 2 variabel yang telah ditentukan
yaitu unsure spasial dan unsur visual sebelum menghasilkan struktur
pertanyaan yang dilempar keresponden.
b. Kuesioner
Kuesioner adalah pertanyaan terstruktur yang diisisendiri oleh
responden atau diisi oleh pewawancara yang membacakan pertanyaan
dan kemudian mencatat jawaban yang berikan (Sulistyo-Basuki,
2006:110).
Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah
pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden tentang unsur
spasial dan visual Museum Brawijaya, sedangkan kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner tertutup, dimana
responden diminta menjawab pertanyaan dan menjawab dengan
memilih dari sejumlah alternatif. Keuntungan bentuk tertutup ialah
mudah diselesaikan, mudah dianalisis, dan mampu memberikan
jangkauan jawaban.
2. Instrumen Penelitian
a. Observasi non Partisipan
Instrumen yang digunakan untuk menghasilkan sebuah data kuisioner
menggunakan metode checklist atau daftar check.
Komponen yang bisa diamati dari teknik pengumpulan data melalui
observasi antara lain Ruang/ tempat (aspek fisik/ obyek/ benda-benda
yang terdapat di tempat itu) Pelaku peristiwa (semua orang yang terlibat
31
dalam situasi, tujuan apa yang ingin dicapai orang, makna perbuatan
orang, perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan) Aktivitas/
kegiatan (apa yang dilakukan orang dalam situasi itu, perbuatan/
tindakan/ kejadian/ peristiwa/ rangkaian kegiatan/ waktu dan urutan
kegiatan).
Dalam kasus ini penulis memilih komponen yang diamati yaitu
Ruang/ Tempat. Aspek fisik yang diamati yaitu berkaitan dengan unsure
spasial dan unsur visual dari standar yang ada untuk berdirinya sebuah
museum menurut Pedoman Museum Indonesia yang diterbitkan
Direktorat Museum, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala,
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2008.
b. Kuisioner
Angket yang digunakan menggunakan skala Likert dimana ini
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau
kelompok tentang kejadian atau gejala tentang sesuatu yang dimaksud
disini merupakan tindakan evaluative terhadap Museum Brawijaya.
Dalam menjawab skala likert ini responden hanya perlu memberikan
checklist terhadap jawaban yang dipilihnya sesuai pertanyaan yang
diajukan.
Selanjutnya angket yang telah diisi diberikan skor untuk skala likert
yang mengarah positif atau negatif. Skor bisa berkebalikan tergantung
arah pertanyaan positif maupun negatifnya
ArahPertanyaan SangatSetuju
(SS)
Setuju
(S)
TidakSetuju
(TS)
SangatTidakSetuju
(STS)
Positif 4 3 2 1
Negative 1 2 3 4
3.6 Teknik Analisis Data
Dari hasil data yang diperoleh, hasilnya diolah dan dianalisis. Dari situ maka
penulis bisa membahasakan data tersebut dipenjelasan yang mudah dimengerti
dan rangkuman dari pengumpulan data. Tahap Deskripsi Data digunakan untuk
melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variable bebas yang dipunya.
32
1. Tahap Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan menurut variable. Pada penelitian ini
terdapat 2 variabel yaitu Pengaruh unsure spasial pada minat pengunjung
datang di Museum dan Pengaruhunsur visual pada minat pengunjung datang di
Museum Brawijaya.Dengan tahap ini bertujuan untuk melihat kecenderungan
yang ada di setiap sub variable yang ada, karena yang dicari adalah skor rata-
rata, standar deviasi, dan median dari setiap variable yang diteliti.
2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan bertujuan apakah data yang didistribusikan normal
apa tidak. Hal ini penting untuk menentukan jenis statistiK yang digunakan, jika
data yang didistribusi tidak normal, maka metode yang digunakan metode
statistic non-parametrik. Sedangkan jika data yang didistribusi normal maka
digunakan metode statistik parametrik.
Pada penelitian ini digunakan bantuan software SPSS (Statistic Programme
for Social Scient) dengan perbandingan skewness dan kurtosis dimana hasil
perbandingan berada pada jangkauan 2 sampai -2 agar data tersebut
berdistribusi normal. Diluar angka itu maka data tidak berdistribusi dengan
normal.
3.7 Penghitungan Gambaran Umum
1. Presentase Komponen Indikator Variabel
Untuk mengetahui gambaran umum dari masing-masing variable yaitu
dengan menghitung presentasekomponen indikator kuisioner penelitian yaitu
dengan menjumlahkan skor seluruh responden dari masing-masing indikator
dibagi hasil kali dari hasil kali dari skor tertinggi item. Jumlah item dari
masing-masing indikator, dan jumlah responden. Langkah yang ditetapkan
dalam pengelolaan dengan menggunakan rumus presentase skor sebagai
berikut:
1. Memberikan bobot alternatif jawaban
2. Memberikan skor total dalam 1 indikator
3. Menyesuaikan total nilai skor dengan parameter sebagai berikut :
33
Interval Kategori
81%-100% Sangattinggi
61%-80% Tinggi
41%-60% Cukup
21%-40% Rendah
0%-20% Sangatrendah
34
Daftar Pustaka
Direktorat museum Direktorat jendereal sejarah dan purbakala Departemen kebudayaan dan
pariwisata6/11/2007
http://id.wikipedia.org/wiki/Pameran
http://en.wikipedia.org/wiki/Living_museum