laporan penelitian dosen pemula - usm...peraturan sni gempa 2012 dengan sni gempa 2019 tim pengusul...
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PENELITIAN DOSEN PEMULA
UNIVERSITAS SEMARANG
PERBANDINGAN TULANGAN LENTUR PADA GEDUNG FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG DENGAN MEMBANDINGKAN
PERATURAN SNI GEMPA 2012 DENGAN SNI GEMPA 2019
TIM PENGUSUL :
Ngudi Hari Crista, ST, MT 0623127904
Trias Widorini, ST, MEng 0626018101
Lila Anggraini, MT 0605047401
Dibiayai oleh Universitas Semarang
Sesuai dengan Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
Nomor : 018/USM.H7.LPPM/L/2020
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEMARANG
SEMESTER GENAP
Tahun Ajaran 2019/2020
Kode/Nama Rumpun Ilmu : 421 /Teknik sipil
Bidang Fokus : Teknik Sipil
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga Penelitian ini dengan judul “Perbandingan Tulangan Lentur pada gedung Fakultas
Psikologi Universitas Semarang dengan Membandingkan Peraturan SNI Gempa 2012 dengan
SNI Gempa 2019 ” ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Andy Kridasusila, SE, MM selaku Rektor Universitas semarang
2. Iswoyo, SPt, MP selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
(LPPM) Universitas semarang
3. Purwanto, ST, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas semarang
4. Ir. Diah Setyati Budiningrum, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas
Semarang
5. Reviewer Penelitian Dosen yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan akhir
penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan, Oleh karena itu penyusun berharap akan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak yang dapat menyempurnakan penelitian ini. Penyusun
berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.
Semarang, September 2020
Tim Peneliti
6
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ………………………………………………………............. i
Halaman Pernyataan Orisinalitas …………………………………………….... ii
Halaman Pengesahan Institusi ………………………………………………….. iii
Halaman Pengesahan Reviewer ………………………………………………… iv
Prakata.......................... ......................................................................................... v
Daftar Isi..................................... ........................................................................... vi
Daftar Gambar..................................... .................................................................. vii
Daftar Tabel..................................... ...................................................................... viii
Daftar Lampiran..................................... ................................................................ ix
Ringkasan...................... ......................................................................................... x
BAB 1 PEDAHULUAN ........................................................................................ 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ............................................. 17
BAB 4 METODE PENELITIAN ......................................................................... 18
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 23
BAB 6 KELUARAN YANG DICAPAI ............................................................... 36
BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Regangan – Tegangan Balok 9
Gambar 2.2 Geser Desain untuk Balok 11
Gambar 2.3. Penyaluran tulangan Transversal 13
Gambar 2.4. Spectrum Respon Gempa Kota semarang 15
Gambar 4.1. Diagram Alir Penelitian 19
Gambar 4.2. Diagram Alir Dengan SAP 2000 20
Gambar 4.3 Model elemen Hingga 21
Gambar 4.4. Potongan as A-B 22
Gambar 5.1. Rencana pemodelan Struktur Gedung 23
Gambar 5.2. Peta wilayah gempa Indonesia 2012 dan 2019 27
Gambar 5.3. Spectrum Gempa Tanah Lunak 30
Gambar 5.4. Kebutuhan tulangan longitudinal kolom dan balok SNI 2019 31
Gambar 5.5. Kebutuhan tulangan geser kolom dan balok berdasar SNI 2019 31
Gambar 5.6. Kebutuhan tulangan longitudinal kolom dan balok SNI 2012 32
Gambar 5.7. Kebutuhan tulangan geser kolom dan balok berdasar SNI 2012 33
Gambar 5.8. Detail perbandingan tulangan balok SNI 2012 dengan SNI 2019 34
Gambar 5.9 Detail perbandingan tulangan kolom SNI 2012 dengan SNI 2019 35
8
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Rencana Target Capaian Luaran Kegiatan Penelitian 3
Tabel 2.1. Beban rencana bangunan gedung SNI 1727:2013 6
Tabel 2.2. Tebal minimum balok Non prategang 8
Tabel 5.1. Rencana pembebanan gedung psikologi 24
Tabel 5.2 Faktor keutamaan bangunan 25
Tabel 5.8. Kategori desain Seismik periode pendek 28
Tabel 4.7. Kategori desain periode 1 detik 28
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran.1 Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian tugas
Lampiran 2. Biodata Ketua dan anggota Tim Peneliti
Lampiran 3. Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian Dosen USM
Lampiran 4 Form Penilaian Hasil Seminar
10
RINGKASAN
Mengingat beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar yang terjadi di
Indonesia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006,
gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007. Dari gempa tersebut menyebabkan banyak
terjadi kerusakan pada struktur bangunan. Setelah dilakukan kajian yang mendalam tentang
hal ini, bahwa gempa besar yang terjadi ternyata terjadi karena percepatan batuan dasar lebih
besar daripada percepatan batuan dasar yang telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-
1726-2012. Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan peta gempa SNI 03-1726-2012
dinilai sudah tidak sesuai lagi di-aplikasikan sebagai pedoman perencanaan struktur tahan
gempa. Karena suatu peraturan gempa terbaru muncul dan diberlakukan, maka hal tersebut
mengakibatkan perlunya revisi atau peninjauan ulang bangunan-bangunan yang sudah berdiri
untuk dikaji ulang menggunakan peraturan terbaru.
Dengan adanya peraturan terbaru (RSNI 03-1726-2019) maka semua bangunan yang
direncanakan dengan peraturan lama (SNI 03-1726-2012) perlu adanya evaluasi perhitungan
pengaruh gempa bangunan lama terhadap peraturan terbaru. Oleh karena itu, setelah
dilakukan penelitian dengan membandingkan Prilaku struktur antara kedua peraturan tersebut
pada bangunan gedung perkuliahan fakultas psikologi USM pada gedung T dengan
membandingkan antara SNI 03-1726-2012 dengan SNI 03-1726-2019 didapat hasil
perbandingan pada kolom kebutuhan tulangan longitudinal mengalami kenaikan sebesar 50
% dan kebutuhan tulangan geser mengalami kenaikan 12,04 % , Sedangkan untuk
perbandingan balok kebutuhan tulangan longitudinal mengalami kenaikan pada tulangan
lapangan sebesar 25 % , serta tulangan geser mengalami kenaikan 25 %
Kata kunci : Perbandingan gempa Psikologi,, Lentur, Geser SNI 2012 dengan SNI 2019
11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan yang sangat pesat baik
konstruksi jalan,jembatan, dan gedung. Berbagai desain dan arsitektur modern banyak dijum-
pai diberbagai daerah. Salah satunya adalah kota semarang yang saat ini banyak
mengembangkan konstruksi khususnya bangunan gedung. Dengan pengembangan tersebut
maka desain perencanaan harus diperhatikan baik dari segi struktur,arsitektur,mekanikal
elektrikal serta amdalnya. Salah satu negara yang termasuk kedalam daerah rawan gempa di
dunia, Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia
dan sembilan lempeng kecil lainnya saling bertemu di wilayah indonesia dan membentuk
jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks (Bird, 2003).
Mengingat beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar yang terjadi di Indone-
sia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006, gempa Pa-
dang dan Bengkulu pada tahun 2007. Dari gempa tersebut menyebabkan banyak terjadi keru-
sakan pada struktur bangunan. Setelah dilakukan kajian yang mendalam tentang hal ini, bah-
wa gempa besar yang terjadi ternyata percepatan batuan dasar lebih besar daripada
percepatan batuan dasar yang telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-1726-2012.
Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan peta gempa SNI 03-1726-2012 dinilai sudah
tidak sesuai lagi diaplikasikan sebagai pedoman perencanaan struktur tahan gempa.
Oleh karena itu, untuk mendorong perkembangan peraturan perencanaan struktur ge-
dung tahan gempa di Indonesia, maka SNI 03-1726-2012 direvisi menjadi RSNI 03-1726 -
2019. Oleh sebab suatu peraturan gempa terbaru muncul dan diberlakukan, maka hal tersebut
12
mengakibatkan perlunya revisi atau peninjauan ulang bangunan-bangunan yang sudah
berdiri untuk dikaji ulang menggunakan peraturan terbaru.
1.2. Perumusan Masalah
Beban Gempa yang terjadi pada struktur bangunan tergantung dari beberapa faktor se-
perti, kekakuan struktur dan massa, waktu getar alami dan redaman dari struktur, kondisi ta-
nah, dan wilayah gempa saat bangunan struktur itu didirikan. Massa bangunan merupakan
faktor yang paling penting sebab beban gempa merupakan gaya inersia yang besarnya sangat
tergantung dari besarnya massa dari suatu struktur bangunan.
Dengan adanya peraturan terbaru (RSNI 03-1726-2019) maka semua bangunan yang
direncanakan dengan peraturan lama (SNI 03-1726-2012) maka perlu adanya evaluasi perhi-
tungan pengaruh gempa bangunan lama terhadap peraturan terbaru. Oleh karena itu, peneli-
tian ini ingin membandingkan prilaku struktur antara kedua peraturan tersebut. Adapun per-
masalahan yang ingin penulis tinjau yaitu :
1. Berapa besar perbedaan tulangan lentur pada struktur bangunan jika dikena-kan beban
gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012 dengan RSNI 03-1726-2019 ?
2. Berapa besar perbedaan tulangan geser pada struktur bangunan jika dikena-kan beban
gempa berdasarkan SNI 03-1726-2012 dengan RSNI 03-1726-2019 ?
1.3. Batasan Masalah
Untuk mencapai tujuan Pembuatan penelitian , maka lingkup penelitian sebagai
berikut :
1. Bangunan Gedung yang akan dikaji gedung kuliah fakultas Psikologi (Empat Lantai
Gedung T) Universitas Semarang.
2. Kebutuhan tulangan yang di analisis adalah tulangan lentur dan tulangan geser pada
potongan As - B
3. Pemodelan struktur menggunakan bantuan program SAP 2000 versi 14
13
1.4. Luaran Penelitian
Luaran yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah publikasi jurnal Teknika
Tabel 1.1 : Rencana Target Capaian Luaran Kegiatan Penelitian
No. Jenis Luaran Indikator
1. Publikasi ilmiah di Jurnal Jurnal Teknika
2. Pemakalah dalam temu ilmiah Nasional -
Internasional -
3. Bahan ajar Bahan Ajar PPT
4. Luaran lainnya jika ada (teknologi tepat guna,
model/purwarupa/desain/karya seni/rekayasa sosial)
-
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tinjauan Pustaka
Pertimbangan yang digunakan dalam memilih sistem struktur harus memenuhi
persyaratan kondisi lapangan, Persyaratan terhadap peraturan bangunan, kemungkinan
perubahan layan bangunan selama masa layanan, kemudahan pelaksanaan, dan kenyamanan
struktur. Mulai tahapan perencanaan hingga tahapan analisis, penelitian dilaksanakan
berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih
2.2.Sistem Struktur
Suatu struktur dapat tersusun dari beberapa elemen dengan sifat atau karakteristik yang
berlainan, struktur dapat dibedakan menjadi 4 yaitu Struktur Balok-Kolom, Struktur Trusses
(Struktur Rangka Batang), Struktur Frame (Struktur Rangka Kaku), dan Struktur Shell
(meliputi plate, Shell dan Membrane). (SNI 1726:2012).
Menurut Schodek (1999:8) struktur yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen
kaku horizontal di atas elemen kaku vertical adalah struktur yang umum dijumpai. Elemen
horizontal (balok) memikul beban yang bekerja secara transversal dari panjangnya dan
mentransfer beban tersebut kekolom vertikal yang menumpunya. Kolom tersebut dibebani
secara aksial oleh balok, kemudian mentransfer beban itu ketanah. Kolom-kolom menerima
gaya terpusat, umumnya dari ujung-ujung balok. Jadi jelas ada hubungan yang erat antara
pola dari sistem tumpuan yang membentang vertikal dan sistem tumpuan yang membentang
horizontal.
Menurut Schodek (1999:10), plat datar dan dinding adalah struktur kaku pembentuk
permukaan. Suatu dinding pemikul beban biasanya dapat memikul baik beban yang bekerja
dalam arah vertikal maupun beban leteral (angin, gempa, dan lain-lain). Suatu plat datar
biasanya digunakan secara horizontal dan memikul beban sebagai lentur, dan meneruskannya
ke tumpuan.
15
Hambali, Ahmad (2016) hasil perhitungan pembebanan gaya lateral gempa
menggunakan SNI 03-1726-2012 memiliki selisih 15,6% dari peraturan pembebanan gempa
gempa SNI 03-1726-2002, artinya pada pembebanan gaya lateral bangunan itu bertambah
dari perhitungan semula,pada perancangan penulangan lentur balok menggunakan peraturan
pembebanan gempa SNI 03-1726-2012 diperoleh jumlah tulangan yang lebih banyak dengan
selisih 15,7% di tumpuan balok dan lebih banyak 22,7% di lapangan balok, pada perencanaan
ulang untuk perhitungan perancangan penulangan geser balok di tumpuan lebih banyak
13,1% dan jumlah tu-langan geser balok di lapangan lebih banyak 0,11%, untuk perencanaan
analisis kolom pada penulangan lentur kolom menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 di- peroleh jumlah penulangan kolom lebih banyak dibandingkan
perencanaan sebelumnya yaitu dengan selisih 17,5%, perencanaan tulangan geser kolom
mengalami pengurangan penula- ngan geser ditumpuan maupun lapangan dengan selisih
14,3 % dari perencanaan sebelumnya. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil analisa penelitian ini
menunjukan banyak kenaikan dari segi tulangan.
Monikha, Meassa (2013)Hasil kajian respon spektra desain Kota Tarutung
berdasarkan SNI 1726:2012 menun-jukkan adanya kenaikan nilai spectral acceleration
dibandingkan SNI 03-1726-2002. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai spectral acceleration
maksimum adalah 0,85 sedangkan berdasarkan SNI 1726:2012 nilai maksimumnya 1,0.
Bangunan di Kota Tarutung yang dibangun dengan mengacu pada SNI 1726:2012 akan lebih
aman apabila dilanda gempa di masa depan dibandingkan dengan bangunan yang dibangun
berdasarkan SNI 03-1726- 2002. Oleh sebab itu dalam upaya mitigasi bencana gempa di Kota
Tarutung, diperlukan eva- luasi terhadap rumah dan bangunan yang dibangun berdasarkan
SNI-03-1726-2002.
2.3.Pembebanan
Konsep pembebanan untuk gedung bertingkat harus memastikan bahwa gedung yang
direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang diterima. Dalam Perencanaan
Gedung bertingkat diperhitungkan terhadap jenis-jenis beban antara lain sebaggai berikut :
2.3.1. Beban Mati (Dead Load)
Beban mati (Dead Load) adalah berat seluruh bahan konstruksi bangunan gedung
yang terpasang termask dinding, lantai, atap, plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing,
klading gedung dan komponen arsitektural dan struktural lainnya serta peralatan layanan
yang terpasang lain termasuk berat krean (SNI 1727:2013). Beban mati dapat dinyatakan
16
sebagai gaya statis yang disebabkan oleh berat setiap unsur didalam struktur. Gaya-gaya yang
menghasilkan beban mati tersiri dari berat unsur pendukung beban dari bangunan, lantai,
penyelesaian langit-langit, dinding partisi tetap, penyelesaian fasade, tangki simpanan,
system distribusi mekanis, dan seterusnya. Gabungan beban semua unsur ini menjadi beban
mati daru suatu bangunan (Schueller, 1989:8). Pada analisis permodelan software ETABS
v.16.0.2, pembebanan mati dapat dihitung secara langsung.
2.3.2. Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup (Live Load) adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban kostruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan, beban gempa, beban banjir, atau beban mati
(SNI 1727:2013).
Beban tersebut sewaktu-waktu ada pada struktur. Meskipun dapat berpindah-pindah,
beban hidup masih dapat dikatakan bekerja secara perlahan-lahan pada struktr yang
direncanakan.
Beban yang digunakan dalam perencanaan bangunan gedung dan struktur lain harus
beban maksimum yang diharapkan terjadi akibat penghunian dan penggunaan bangunan
gedung. Akan tetapi tidak boleh kurang dari beban merata minimum yang ditetapkan dalam
SNI 1727:2013 tabel 2.1 :
Hunian atau penggunaan Beban Merata kN/m2
Ruang kelas
Koridor lantai pertama
Tangga dan jalan keluar
Ruang baca
Ruang penyimpanan
Koridor diatas lantai pertama
Ruang komputer
1,92
4,79
4,79
2,87
7,18
3,83
4,7
17
2.3.4. Beban Gempa (Earthquake).
Beban gempa adalah besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur pada dasarnya
adalah ada dua metode Analisis Perencanaan Gempa, Yaitu :
1. Analisis Beban Statik Ekuivalen (Equivalent Static Load Analysis)
Analisis ini adalah suatu cara analisis sstruktur, dimana pengaruh gempa pada struktur
dianggap sebagai beban static horizontal untuk menirukan pengaruh gempa yang
sesungguhnya akibat gerakan tanah. Metode ini digunakan untuk bangunan struktur
yang beraturan dengan ketinggian tidak lebih dari 40 m.
2. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
Metode ini digunkan untuk bangunan dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis dinamik ini terdiri dari:
a) Analisa Ragam Spektrum Respons.
Analisa Ragam Spektrum Respons adalah suatu cara analisa dinamik struktur,
dimana suatu model dari matematik struktur diperlakukan suatu spectrum respons
gempa rencana, dan ditentkan respons struktur terhadap gempa rencana tersebut.
b) Analisa Respons Riwayat Waktu.
Analisa Respons Riwayat Waktu adalah suatu acuan analisa dinamik struktur,
dimana suatu model metematik dari struktur dikenakan riwayat waktu dari
gempa-gempa hasil pencatatan atau gempa-gempa tiruan terhadap riwayat waktu
dari respons struktur ditentukan.
Struktur atas dimodelkan sebagai open frame yang dirancang sebagai sistem rangka
pemikul momen. Sistem struktur ini pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban
gravi-tasi secara lengkap dan beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur. Pelat pada struktur gedung ini dimodelkan dengan elemen shell sehingga
beban yang bekerja dalam per m2. Metode tributari area untuk membagi beban pelat ke balok
tidak lagi dilakukan karena telah didistribusikan elemen shell ke elemen frame.
2.4.Balok
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal 9.5, desain dimensi balok mengacu pada table
dibawah ini,
18
Table 2.2 Tebal Minimum Balok Non-Prategang Atau
Pelat Satu Arah Bila Lendutan Tidak Dihitung
Untuk b = 2
1 s/d
3
2
Sumber : SNI 2847:2013
2.4.1. Menentukan Persyaratan Komponen Struktur Balok SRPMK
Prinsip perencanaan balok induk SNI 2847:2013 pasal 21.5.1.1 adalah sebagai
berikut:
a. Gaya tekan aksial terfaktor pada komponen strutur, Pu, tidak boleh melebihi
10
cf' x Ag
b. Bentang bersih untuk komponen struktur, Ln, tidak boleh kurang dari empat kali
tinggi efektifnya.
c. Lebar komponen bw, tidak boleh kurang dari yang lebih kecil dari 0,3h dan 250
mm
Gambar 2.1 Ketentuan Dimensi Penampang Balok
2.4.2.Perhitungan Tulangan Utama
Tahapan perhitungan tulangan balok induk adalah sebagai berikut :
19
a. Tinggi efektik balok
d = h – d’
= h – ts –ds – ½ Dtul.
b. Luas tulangan tarik tidak boleh kurang dari (SNI 2847:2013 pasal 10.5.1) :
ASmin = d x bw x 4fy
cf'
Dan tidak boleh lebih kecil dari (SNI 2847:2013 pasal 10.5.1) :
ASmin = d x bw x fy
4,1
c. Rasio tulangan harus memenuhi ρmin < ρ < ρmaks, (SNI 2847:2013) dimana :
ρbalance =
fy600
600
fy
cf' x β x 0,85
ρmaks = 0,75 x ρbalance
Atau,
ρmaks = 0,025 (SNI 2847:2013 pasal 21.5.2)
ρmin = fy
1,4
m =
cf' x 0,85
fy
d. Analisa perhitungan tulangan tarik dan tekan
Diagram regangan – tegangan pada balok yang ditinjau ditunjukan pada gambar
2.1 berikut.
Gambar 2.1 Regangan – Tegangan Balok
20
- Langkah-langkah perencanaan tulangan balok seperti berikut:
1. Momen lentur nominal (Mn)
Mn =
uM
2. Rasio tulangan
Rn =
2d x b
Mn
m =
cf' x 0,85
fy
ρ =
fy
2.m.Rn11
m
1
ρmin < ρ < ρmaks
AS perlu = ρ x b x d
e. Jumlah tulangan
n = 2
perlu
D x x 4
1
As
f. Kontrol
- Jarak spasi ulangan pakai
Smaks =
1n
Dn x x x 2 x x t2 - b lenturgeserdeking
Syarat :
Smaks ≥ 25 mm susun 1 lapis
Smaks ≤ 25 mm susun lebih dari 1 lapis
- Momen nominal penampang
Kesetimbangan gaya internal
Cc = 0,85 x f’c x a x b
Ts = As x fy
Sehingga Cc=Ts
0,85 x f’c x a b = As x fy
a = b x cf' x 0,85
fy x As terpasang
Kapasitas momen (ϕ Mn)
21
Mn =
2
a - dfy x x As
Syarat :
Mn pasang ≥ Mn perlu
2.4.3.Perhitungan Penulangan Geser
Tulangan geser/sengkang daerah tumpuan pada balok induk harus tetap berperilaku
elastis pada saat terjadi sendi plastis maka harus diperhitungkan gaya lintang tambahan
berdasarkan tulangan nominal balok terpasang, sehingga penulangan geser/sengkang
didaerah tumpuan balok induk dihitung berdasarkan gaya lintang :
Ve =
ln
MML x q x
2
1 kananpr kiripr
Gambar 2.2 Geser Desain untuk Balok
Sumber : SNI 2847:2013
Tahapan perencanaan tulangan geser sebagai berikut :
1. Momen primer (Mpr)
Desain kapasitas (Capacity Design) untuk menjamin bahwa struktur tidak runtuh
pada gempa kuat. Momen kapasitas dari sendi plastis atau yang disebut dengan “the
probable flexural strength” Mpr, adalah momen nominal berdasarkan tulangan yang
terpasang. Dalam menghitung Mpr didasarkan pada tegangan tarik fs = 1,25 fy, dimana
nilai fy adalah kuat leleh yang disyaratkan dengan factor reduksi ϕ = 1. Kedua momen
22
harus diperhitungkan untuk 2 arah, yaitu searah jarum jam dan berlawanan arah jarum
jam.
Mpr =
2
adfy x x As x 1,25
pr , dimana
apr = d x cf' x 0,85
fy x As x 1,25
2. Menentukan gaya geser desain
Veb = max(Veb1, Veb2) ≥ Vu
Veb1=
L x x w2
1
ln
MMu
Jpr Ipr -
Veb2=
L x x w2
1
ln
MMu
Jpr Ipr
3. Kuat geser beton Vc
Di daerah sendi plastis : Vc = 0 bilamana :
Veb1=
ln
MM Jpr Ipr -
≥ 0,5 Vu atau
Veb2=
ln
MM Jpr Ipr ≥ 0,5 Vu dan
Pu < 10
cf' x Ag
Di luar sendi plastis atau bilamana kondisi diatas tidak terpenuhi :
Vc = d x b x cf' x 6
1
4. Menentukan tulangan geser yang diperlukan
Di daerah sendi plastis (luas/unit panjang) :
Av = dfy x x
Veb
Di luar daerah sendi plastis (luas/unit panjang) :
Av = dfy x x
Veb
cV
5. Cek syarat tulangan geser
a. Di daerah sendi plastis harus digunakan tulangan sengkang tertutup, yaitu :
- Di daerah 2h dari muka kolom.
23
- Di daerah 2h pada sendi palstis ditengah bentang.
b. Cek persyaratan tulangan transversal / geser pada daerah sendi plastis (SNI 2847:2013
pasal 21.5.3.2).
- Sengkang tetrtutup pertama harus ditempatkan tidak lebih dari 50 mm dari muka
komponen struktur penumpu
- Spasi sengkang tertutup tidak boleh melenihi nilai terkecil dari :
1. d/4
2. enam kali diameter tulangan longitudinal
3. 150 mm
c. Cek persyaratan tulangan transversal / geser diluar daerah sendi plastis (SNI
2847:2013 pasal 21.5.3.4).
- d/2
Gambar 2.3 Penyaluran Tulangan Transversal
2.4.4.Perhitungan Penulangan Puntir
Perencanaan penulangan torsi mengacu pada SNI 2847:2013 Pasal 11.5 dan menurut
pasal 11.5.2.2, pengaruh torsi boleh diabaikan bila momen torsi terfaktor kurang dari :
Tc =
cp
2
P
A x cf' xλ x 0,33 x
cp
SNI 03-28472013 pasal 11.5.2.2 (a)
Dimensi pennampang melintang harus memenuhi ketentuan berikut :
2
2
oh
2
A x 1,7
PhTu x
d x bw
Vu
≤
cf' x 0,66
d x bw
Vc x
SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.1 (a)
Tulangan punter lentur tambahan yang diperlukan untuk menahan punter
direncanakan berdasarakan berikut :
24
Al = θcot x f
f x P x
s
At 2
yt
yv
h
SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.7
Dimana s
Atdihitung dari persamaan dibawah ini :
Tn = cotθ x s
fAt x x 2A yv0
SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.6
s
At=
cotθ x f x 2A
Tn
yv0
Tetapi s
Attidak boleh kurang dari :
yv
w
f
b x 0,175
Tetapi Al tidak boleh kurang dari :
Al min =
yt
yv
h
t
yt
cp
f
f x P x
s
A
f
A x cf' x 0,42
Keterangan :
Acp : luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm2)
A0 : luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm2)
Aoh : luas yang dibatasi garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm2)
At : luas kaki sengkang tertutup yang menahan punter sejarak s (mm2)
Al : luas tulangan longitudinal yang memikul punter (mm2)
fyt : kuat leleh tulangan torsi longitudinal (MPa)
fyv : kuat leleh tulangan sengkang torsi (MPa)
Pcp : keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi lentur (mm)
Ph : keliling dari garis arah pararel tulangan longitudinal (mm)
2.5.Respon Spectra
Untuk menentukan pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung, masing-masing
Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respons Gempa Rencana C-T seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2. Yang disesuaikan dengan percepatan gempa sesuai pembagian zona tahun
2012
25
Gambar 2.4 Spektrum Respon Gempa Rencana berdasarkan Zona Peta Wilayah Gempa
Kota Semarang SNI 2019
Dalam gambar tersebut Sa adalah Faktor Respons Gempa yang dinyatakan dalam percepatan
gravitasi, dan T adalah waktu getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik.
Gelombang gempa merambat melalui batuan dasar di bawah permukaan tanah. Dari
kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa tersebut kemudian merambat ke permukaan ta-
nah sambil mengalami pembesaran (amplifikasi), bergantung pada jenis lapisan tanah yang
berada di atas batuan dasar tersebut. Dengan adanya pembesaran gerakan ini, maka pengaruh
Gempa Rencana di permukaan tanah harus ditentukan dari hasil analisis perambatan gelom-
bang gempa dari kedalaman batuan dasar ke permukaan tanah.
2.5.Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebagai referensi tambahan yaitu :
Hambali, Ahmad (2016) hasil perhitungan pembebanan gaya lateral gempa
menggunakan SNI 03-1726-2012 memiliki selisih 15,6% dari peraturan pembebanan gempa
gempa SNI 03-1726-2002, artinya pada pembebanan gaya lateral bangunan itu bertambah
dari perhitungan semula,pada perancangan penulangan lentur balok menggunakan peraturan
pembebanan gempa SNI 03-1726-2012 diperoleh jumlah tulangan yang lebih banyak dengan
26
selisih 15,7% di tumpuan balok dan lebih banyak 22,7% di lapangan balok, pada perencanaan
ulang untuk perhitungan perancangan penulangan geser balok di tumpuan lebih banyak
13,1% dan jumlah tu-langan geser balok di lapangan lebih banyak 0,11%, untuk perencanaan
analisis kolom pada penulangan lentur kolom menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 di- peroleh jumlah penulangan kolom lebih banyak dibandingkan
perencanaan sebelumnya yaitu dengan selisih 17,5%, perencanaan tulangan geser kolom
mengalami pengurangan penula- ngan geser ditumpuan maupun lapangan dengan selisih
14,3 % dari perencanaan sebelumnya. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil analisa penelitian ini
menunjukan banyak kenaikan dari segi tulangan.
Monikha, Meassa (2013)Hasil kajian respon spektra desain Kota Tarutung
berdasarkan SNI 1726:2012 menun-jukkan adanya kenaikan nilai spectral acceleration
dibandingkan SNI 03-1726-2002. Berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai spectral acceleration
maksimum adalah 0,85 sedangkan berdasarkan SNI 1726:2012 nilai maksimumnya 1,0.
Bangunan di Kota Tarutung yang dibangun dengan mengacu pada SNI 1726:2012 akan lebih
aman apabila dilanda gempa di masa depan dibandingkan dengan bangunan yang dibangun
berdasarkan SNI 03-1726- 2002. Oleh sebab itu dalam upaya mitigasi bencana gempa di Kota
Tarutung, diperlukan eva- luasi terhadap rumah dan bangunan yang dibangun berdasarkan
SNI-03-1726-2002.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena yang dianalisa adalah
perbandingan SNI Gempa 1726 :2012 dengan SNI Gempa 1726:2019 mengenai
perbandingan jumlah tulangan lentur dan tulangan geser.
27
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendapatkan perbandingan tulangan lentur pada bangunan gedung perkuliahan
fakultas psikologi USM pada gedung T dengan membandingkan antara SNI 03-1726-
2012 dengan SNI 03-1726-2019
2. Mendapatkan perbandingan tulangan Geser pada bangunan gedung perkuliahan
fakultas psikologi USM pada gedung T dengan membandingkan antara SNI 03-1726-
2012 dengan SNI 03-1726-2019
3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil adalah :
1. Mendapatkan model perancangan bangunan tahan gempa secara cepat dengan tingkat
akurasi dengan Struktur Analisis Program (SAP 2000 versi 14)
2. Manfaat teoritis, yaitu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dibidang teknik sipil
khususnya untuk mendapatkan pedoman penentuan kriteria perencanaan bangunan
gedung tahan gempa dengan respon spectra serta dalam pemilihan suatu sistim
struktur bangunan tahan gempa dinamis yang selama ini sering digunakan dalam
Perencanaan
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode simulasi
komputerisasi dengan SAP 2000 versi 14 untuk mendapatkan perbandingan gaya gempa yang
ter-jadi antara SNI Gempa 03-1726-2012 dengan SNI Gempa 03-1726-2019
Simulasi komputerisasi ini dilakukan dengan memodelkan bentuk bangunan 3 demensi
dengan SAP 2000 versi 14 dari model bangunan gedung U USM yang nantinya akan
difungsikan sebagai gedung perkuliahan,dengan kondisi pembebanan yaitu beban
hidup,beban mati, beban angin,dan beban gempa
4.2.Diagram Alir Penelitian
Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi data bangunan seperti data tanah,dimensi struktur bangunan yang sudah
ada (kolom,plat,balok),fungsi layanan bangunan,data zona gempa daerah gedung
tersebut.
2. Membuat dan merancang pemodelan gedung yang akan diteliti.
3. Menguji dan menganalisa dengan bantuan komputerisasi (SAP 2000 versi 14) dari
dua model struktur dengan beban layan bangunan yang akan digunakan.
4. Temuan gaya gempa dari dua model struktur bangunan baik gaya-gaya dalam mau-
pun simpangan bangunan tersebut.
5. Membuat Simpulan dari dua model struktur bangunan tersebut dengan membanding-
kan hasil dari tinjauan terhadap gaya gempa yang terjadi sehingga dapat diketahui pe-
ningkatan gaya gempa yang terjadi antara SNI Gempa 03-1726-2012 dengan SNI
Gempa 03-1726-2019
29
Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian
30
Gambar 4.2 Diagram Alir Dengan Program SAP 2000
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
Kajian pustaka
Pengumpulan data
Analisis dengan SAP2000 Analisis dengan SNI 2002
Pembahasan hasil analisis data
Kesimpulan
Judul
31
4.3.Desain Penelitian
Dalam Simulasi komputasi untuk bangunan gedung dimodelkan dengan metode ele-
men hingga, yang merupakan kumpulan elemen – elemen solid tiga dimensi yang satu sama
lainnya terkoneksi dengan frame,Shell, node atau join sehingga menjadi struktur yang
menya-tu dan monolit sebagai model bangunan sebagai berikut:
Gambar. 4.3. Model elemen hingga
4.4.Kriteria Desain
1. Bentuk bangunan 3 Dimensi
2. Luas bangunan = (24 x 30)x4 =2880 m2
3. Lokasi bangunan = Kampus USM Jl Arteri Soekarno-Hatta,
Semarang
4. Fungsi Bangunan = Ruang Kuliah
5. Jumlah lantai = 4 lantai (termasuk Atap)
6. Tebal Plat Lantai = 12 cm
7. Jenis Tanah = Tanah Lunak
32
4.5.Dimensi dan Penampang Struktur Bangunan
1. Kolom Lantai = 50cm x 50 cm
2. Balok Lantai = 40 cm x 80 cm
3. Ring balk = 30 cm x 50 cm
4.6.Mutu Bahan
1.Masa Jenis beton bertulang = 24 KN/m3
2.Mutu beton (fc) = 35 Mpa
3.Mutu besi tulangan pokok(fy) = 400 Mpa
4.Mutu besi tulangan geser (fy) = 240 Mpa
5. Angka Poisson = 0,2
4.7.Sampel penelitian
Gambar. 4.4 Potongan AS A_B
33
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Sistem Struktur
Pemodelan struktur dilakukan dengan Program SAP 2000 (Extended Three
Dimensional Analysis of Bulding System). Perencanaan dengan sistem ganda. Permodelan
struktur gedung 4 lantai diperuntukan untuk perkantoran, rencana permodelan dapat dilihat
pada gambar dibawah ini.
Gambar 5.1 Rencana Permodelan Struktur Gedung
b. Peraturan dan Standar Perencanaan
Peraturan dan standar yang digunakan sebagai acuan perencanaan ini adalah :
a. SNI 1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
b. SNI 2847-2013, Persyaratan Beton Struktur Untuk Bangunan Gedung.
c. ASCE 7 – 10 Minimum Design Loads for Buildings and Other Struktures
d. SNI 1727-2013, Beban Minimum Untuk Perencanaan Bangungan Gedung Dan
Struktur Lain.
e. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah Dan Gedung PPPURG 1987
c. Data Struktur
Struktur gedung mengunakan bahan beton bertulang dengan mutu bahan seperti berikut
i. Beton dan Tulangan
1.Masa Jenis beton bertulang = 24 KN/m3
34
2.Mutu beton (fc) = 35 Mpa
3.Mutu besi tulangan pokok(fy) = 400 Mpa
4.Mutu besi tulangan geser (fy) = 240 Mpa
5. Angka Poisson = 0,2
5.4. .Rencana Pembebanan
Berikut ini tebal rencana pembebanan untuk tiap fungsi ruang yang ada dengan mem-
pertimbangkan perubahan fungsi ruang selama masa layan bangunan.
Tabel 5.1. Rencana Pembebanan umumSerta beban-beban khusus lainnya sesuai kebutuhan
dan tata ruang
Fungsi Ruang
Pembebanan (ton/m²)
Beban Hidup
(LL)
Beban Mati
(DL)
Lantai atap 0.20 0.15 + Berat Sendiri
Tangga dan bordes 0.40 0.15 + Berat Sendiri
Lantai ruang kuliah 0,25 0,15+ Berat Sendiri
5.5. Analisis Struktur
Struktur frame 3 dimensi akan dianalisis strukturnya dengan kombinasi pembebanan untuk
balok dan kolom sebagai berikut :
1.2DL + 1.6LL
Sedangkan kombinasi pembebanan untuk perhitungan pondasi adalah sebagai berikut :
DL + LL
35
5.6..Kombinasi Pembebanan
Disain beton bertulang didasarkan pada metode kekuatan batas. Kombinasi
pembebanan dan faktor reduksi beban hidup didasarkan pada peraturan Standar Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non gedung SNI 1726:
2019
1,4D
1,2D + 1,6L +0,5 (Lr atau R)
1,2D + 1,6 (Lr atau R) + (L atau 0,5 W)
1,2D + 1,0W + L +0,5 (Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D +1,0 E
5.7 Faktor keutamaan bangunan
Tabel 5. 2. Faktor Keutamaan untuk kategori gedung Factory
36
Sa adalah nilai Faktor Respon Gempa yang didapat dari Respon Spektrum Gempa Rencana
menurut peta wilayah gempa (Gambar 1)
C adalah nilai Faktor Respon Gempa yang didapat dari Respon Spektrum Gempa Rencana
menurut peta wilayah gempa (Gambar 1)
peta zona gempa tahun 2012
Dikoreksi dengan peta zona gempa tahun 2019
37
Gambar 5.2 Peta Wilayah Gempa Indonesia 2019
Untuk menentukan pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung, masing-masing
Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respons Gempa Rencana C-T seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2. Yang disesuaikan dengan percepatan gempa sesuai pembagian zona tahun
2012
38
Gambar 5.3. Spektrum Respon Gempa Rencana berdasarkan Zona Peta wilayah kurva
spectrum Gedung fakultas psikologi USM
Dalam gambar tersebut Sa adalah Faktor Respons Gempa yang dinyatakan dalam percepatan
gravitasi, dan T adalah waktu getar alami struktur gedung yang dinyatakan dalam detik
5.8. .Kategori Desain Seismik
39
Untuk kategori risiko IV, dari Tabel 6 dan Tabel 7, didapakant KDS gedung : D
Untuk KDS : D, dari Tabel 9, didapatkan sistem penahan gempa yang disarankan adalah
SRPMK, karena untuk KDS D, SRPMM dan SRPMB tidak diijinkan (TI).
40
5.9. .Hasil analisa dengan SNI gempa 2019
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14 konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan gedung
T fakultas Psikologi USM didapat tulangan longitudinal berdasar SNI gempa 2019 dengan
analisa pada potongan AS B pada kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas tulangan
63,364 cm2 sedangkan pada balok dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian tumpuan atas
didapat luas tulangan sebesar 18,74 cm2, dan pada bagian tumpuan bawah didapat luas
tulangan 10,267 cm2, sedangkan untuk tulangan longitudinal pada bagian lapangan bawah
didapat luas tulangan sebesar 13,98 cm2 dan untuk bagian lapangan atas didapat luas
tulangan sebesar 5,947 cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan tulangan
longitudinal dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 5.3. Kebutuhan tulangan longitudinal Kolom dan Balok AS –B SNI 2019
41
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14 konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan gedung
T fakultas Psikologi USM didapat tulangan geser berdasar SNI gempa 2019 dengan analisa
pada balok AS B pada kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas tulangan 8,1 cm2
sedangkan pada balok dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian tumpuan didapat luas
tulangan sebesar 10,6 cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan tulangan geser
dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 5.4 Kebutuhan tulangan Geser Kolom dan Balok AS –B SNI 2019
42
5.10. .Hasil analisa dengan SNI gempa 2012
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14 konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan gedung
T fakultas Psikologi USM didapat tulangan longitudinal berdasar SNI gempa 2012 dengan
analisa pada potongan AS B pada kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas tulangan
38,979 cm2 sedangkan pada balok dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian tumpuan atas
didapat luas tulangan sebesar 16,790 cm2, dan pada bagian tumpuan bawah didapat luas
tulangan 10,267 cm2, sedangkan untuk tulangan longitudinal pada bagian lapangan bawah
didapat luas tulangan sebesar 8,353 cm2 dan untuk bagian lapangan atas didapat luas
tulangan sebesar 5,372 cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan tulangan
longitudinal dapat dilihat pada gambar 4.6
Gambar 5.6. Kebutuhan tulangan Longitudinal Kolom dan Balok AS –B SNI 2012
43
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14 konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan gedung
T fakultas Psikologi USM didapat tulangan geser berdasar SNI gempa 2019 dengan analisa
pada balok AS B pada kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas tulangan 7,6 cm2
sedangkan pada balok dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian tumpuan didapat luas
tulangan sebesar 10,4 cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan tulangan geser
dapat dilihat pada gambar 4.7
Gambar 5.7. Kebutuhan tulangan Geser Kolom dan Balok AS –B SNI 2012
5.11. .Hasil Perbandingan tulangan
Berdasarkan luas tulangan yang dianalisa berdasarkan SNI gempa 2019 maka jumlah
tulangan longitudinal balok dengan dimensi 40 x80 cm dengan menggunakan tulangan Ulir
diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan 3,79 cm2 didapat jumlah tulangan tumpuan atas
5D22 dan untuk tulangan tumpuan bawah didapat jumlah 3D22 dengan tulangan peminggang
sebesar 2D16, pada tulangan longitudinal lapangan bawah didapat jumlah tulangan 4D22
serta untuk tulangan lapangan bagian atas didapat jumlah 2D22. Analisa tulangan geser
dengan balok dimensi 40 x 80 dengan menggunakan tulangan polos dengan diameter 12 (
Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13 cm2 maka didapat jarak tulangan pada bagian tumpuan
sebesar Ø12 -100 mm dan untuk tulangan geser pada bagian lapangan didapat jarak sebesar
Ø12 -150 mm.
44
Sedangkan ditinjau berdasarkan luas tulangan yang dianalisa berdasarkan SNI gempa 2012
maka jumlah tulangan longitudinal balok dengan dimensi 40 x80 cm dengan menggunakan
tulangan Ulir diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan 3,79 cm2 didapat jumlah tulangan
tumpuan atas 5D22 dan untuk tulangan tumpuan bawah didapat jumlah 3D22 dengan
tulangan peminggang sebesar 2D16, pada tulangan longitudinal lapangan bawah didapat
jumlah tulangan 3D22 serta untuk tulangan lapangan bagian atas didapat jumlah 2D22.
Analisa tulangan geser dengan balok dimensi 40 x 80 dengan menggunakan tulangan polos
dengan diameter 12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13 cm2 maka didapat jarak tulangan
pada bagian tumpuan sebesar Ø12 -125 mm dan untuk tulangan geser pada bagian lapangan
didapat jarak sebesar Ø12 -150 mm. Untuk hasil tersebut dapat dilihat pada gambar 4.8
Gambar 5.8. Detail Perbandingan Balok AS –B SNI 2012 dengan SNI 2019
Berdasarkan luas tulangan yang dianalisa berdasarkan SNI gempa 2019 maka jumlah
tulangan longitudinal kolom dengan dimensi 50 x 50 cm dengan menggunakan tulangan Ulir
diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan 3,79 cm2 didapat jumlah tulangan tumpuan dan
lapangan 18D22. Analisa tulangan geser dengan kolom dimensi 50 x 50 dengan
menggunakan tulangan polos dengan diameter 12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13 cm2
maka didapat jarak tulangan pada bagian tumpuan sebesar Ø12 -125 mm dan untuk tulangan
geser pada bagian lapangan didapat jarak sebesar Ø12 -150 mm.
Sedangkan berdasarkan luas tulangan yang dianalisa berdasarkan SNI gempa 2012 maka
jumlah tulangan longitudinal kolom dengan dimensi 50 x 50 cm dengan menggunakan
tulangan Ulir diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan 3,79 cm2 didapat jumlah tulangan
tumpuan dan lapangan 12D22. Analisa tulangan geser dengan kolom dimensi 50 x 50
dengan menggunakan tulangan polos dengan diameter 12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13
45
cm2 maka didapat jarak tulangan pada bagian tumpuan sebesar Ø12 -140 mm dan untuk
tulangan geser pada bagian lapangan didapat jarak sebesar Ø12 -150 mm. Untuk hasil
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9
Gambar 5.9. Detail Perbandingan kolom AS –B SNI 2012 dengan SNI 2019
46
BAB VI
KELUARAN YANG DICAPAI
PERBANDINGAN TULANGAN LENTUR PADA GEDUNG FAKULTAS
PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEMARANG DENGAN MEMBANDINGKAN
PERATURAN SNI GEMPA 2012 DENGAN SNI GEMPA 2019
Ngudi Hari Crista, ST, MT
Afiliansi (S1 Teknik Sipil, Teknik, Universitas Semarang)
Trias Widorini, ST, Meng
Afiliansi (S1 Teknik Sipil, Teknik, Universitas Semarang)
Lila Anggraini, MT
Afiliansi (S1 Teknik Sipil, Teknik, Universitas Semarang)
RINGKASAN
Mengingat beberapa tahun terakhir telah banyak gempa besar yang terjadi di Indonesia.
Sebagai contoh, gempa Aceh pada tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006, gempa Padang dan
Bengkulu pada tahun 2007. Dari gempa tersebut menyebabkan banyak terjadi kerusakan pada struktur
bangunan. Setelah dilakukan kajian yang mendalam tentang hal ini, bahwa gempa besar yang terjadi
ternyata terjadi karena percepatan batuan dasar lebih besar daripada percepatan batuan dasar yang
telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-1726-2012. Berdasarkan penemuan tersebut menyebabkan
peta gempa SNI 03-1726-2012 dinilai sudah tidak sesuai lagi di-aplikasikan sebagai pedoman
perencanaan struktur tahan gempa. Karena suatu peraturan gempa terbaru muncul dan diberlakukan,
maka hal tersebut mengakibatkan perlunya revisi atau peninjauan ulang bangunan-bangunan yang
sudah berdiri untuk dikaji ulang menggunakan peraturan terbaru.
Dengan adanya peraturan terbaru (RSNI 03-1726-2019) maka semua bangunan yang
direncanakan dengan peraturan lama (SNI 03-1726-2012) perlu adanya evaluasi perhitungan
pengaruh gempa bangunan lama terhadap peraturan terbaru. Oleh karena itu, setelah dilakukan
penelitian dengan membandingkan Prilaku struktur antara kedua peraturan tersebut pada bangunan
gedung perkuliahan fakultas psikologi USM pada gedung T dengan membandingkan antara SNI 03-
1726-2012 dengan SNI 03-1726-2019 didapat hasil perbandingan pada kolom kebutuhan tulangan
longitudinal mengalami kenaikan sebesar 50 % dan kebutuhan tulangan geser mengalami kenaikan
12,04 % , Sedangkan untuk perbandingan balok kebutuhan tulangan longitudinal mengalami
kenaikan pada tulangan lapangan sebesar 25 % , serta tulangan geser mengalami kenaikan 25 %
Kata kunci : Perbandingan gempa Psikologi,, Lentur, Geser SNI 2012 dengan SNI 2019
Given the last few years there have been many large earthquakes that have occurred in
Indonesia. For example, the Aceh earthquake in 2004, the Yogyakarta earthquake in 2006, the Padang
and Bengkulu earthquake in 2007. The earthquake caused a lot of damage to building structures. After
conducting an in-depth study on this matter, that the large earthquake that occurred turned out to be
due to the acceleration of the bedrock which was greater than the acceleration of the bedrock that had
been determined in the SNI 03-1726-2012 earthquake map. Based on these findings, the earthquake
map SNI 03-1726-2012 was deemed no longer suitable to be applied as a guideline for earthquake
resistant structure planning. Because a new earthquake regulation appeared and was enforced, this
47
resulted in the need for revision or review of existing buildings to be reviewed using the latest
regulations.
With the existence of the latest regulations (RSNI 03-1726-2019), all buildings planned with
the old regulations (SNI 03-1726-2012) need an evaluation of the calculation of the earthquake effect
of the old buildings against the latest regulations. Therefore, after conducting research by comparing
the structural behavior between the two regulations in the USM psychology faculty lecture building in
the T building by comparing SNI 03-1726-2012 with SNI 03-1726-2019, the comparison results
obtained in the column of longitudinal reinforcement requirements experienced an increase of 50%
and the need for shear reinforcement has increased by 12.04%, while for the comparison of beams the
need for longitudinal reinforcement has increased in field reinforcement by 25%, and the shear
reinforcement has increased by 25%
Keywords: Comparison of earthquake, Psychology, Flexibility, Shifting SNI 2012 with SNI 2019
48
BAB 1.PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Perkembangan konstruksi pada saat
ini mengalami kemajuan yang sangat pesat
baik konstruksi jalan,jembatan, dan gedung.
Berbagai desain dan arsitektur modern banyak
dijum-pai diberbagai daerah. Salah satunya
adalah kota semarang yang saat ini banyak
mengembangkan konstruksi khususnya
bangunan gedung. Dengan pengembangan
tersebut maka desain perencanaan harus
diperhatikan baik dari segi
struktur,arsitektur,mekanikal elektrikal serta
amdalnya. Salah satu negara yang termasuk
kedalam daerah rawan gempa di dunia,
Indonesia menempati zona tektonik yang
sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia
dan sembilan lempeng kecil lainnya saling
bertemu di wilayah indonesia dan membentuk
jalur-jalur pertemuan lempeng yang kompleks
(Bird, 2003).
Mengingat beberapa tahun terakhir
telah banyak gempa besar yang terjadi di
Indone-sia. Sebagai contoh, gempa Aceh pada
tahun 2004, gempa Jogja pada tahun 2006,
gempa Padang dan Bengkulu pada tahun 2007.
Dari gempa tersebut menyebabkan banyak
terjadi kerusakan pada struktur bangunan.
Setelah dilakukan kajian yang mendalam
tentang hal ini, bahwa gempa besar yang
terjadi ternyata percepatan batuan dasar lebih
besar daripada percepatan batuan dasar yang
telah ditetapkan dalam peta gempa SNI 03-
1726-2012. Berdasarkan penemuan tersebut
menyebabkan peta gempa SNI 03-1726-2012
dinilai sudah tidak sesuai lagi diaplikasikan
sebagai pedoman perencanaan struktur tahan
gempa.
Oleh karena itu, untuk mendorong
perkembangan peraturan perencanaan struktur
gedung tahan gempa di Indonesia, maka SNI
03-1726-2012 direvisi menjadi RSNI 03-1726
-2019. Oleh sebab suatu peraturan gempa
terbaru muncul dan diberlakukan, maka hal
tersebut mengakibatkan perlunya revisi atau
peninjauan ulang bangunan-bangunan yang
sudah berdiri untuk dikaji ulang menggunakan
peraturan terbaru.
Tujuan penelitian ini adalah :
3. Mendapatkan perbandingan tulangan
lentur pada bangunan gedung
perkuliahan fakultas psikologi USM
pada gedung T dengan
membandingkan antara SNI 03-1726-
2012 dengan SNI 03-1726-2019
4. Mendapatkan perbandingan tulangan
Geser pada bangunan gedung
perkuliahan fakultas psikologi USM
pada gedung T dengan
membandingkan antara SNI 03-1726-
2012 dengan SNI 03-1726-2019
Manfaat yang dapat diambil adalah :
3. Mendapatkan model perancangan
bangunan tahan gempa secara cepat
dengan tingkat akurasi dengan
Struktur Analisis Program (SAP 2000
versi 14)
4. Manfaat teoritis, yaitu untuk
pengembangan ilmu pengetahuan
dibidang teknik sipil khususnya untuk
mendapatkan pedoman penentuan
kriteria perencanaan bangunan gedung
tahan gempa dengan respon spectra
serta dalam pemilihan suatu sistim
struktur bangunan tahan gempa
dinamis yang selama ini sering
digunakan dalam Perencanaan
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sistem Struktur
Suatu struktur dapat tersusun dari
beberapa elemen dengan sifat atau
karakteristik yang berlainan, struktur dapat
dibedakan menjadi 4 yaitu Struktur Balok-
Kolom, Struktur Trusses (Struktur Rangka
Batang), Struktur Frame (Struktur Rangka
Kaku), dan Struktur Shell (meliputi plate,
Shell dan Membrane). (SNI 1726:2012).
Menurut Schodek (1999:8) struktur
yang dibentuk dengan cara meletakkan elemen
kaku horizontal di atas elemen kaku vertical
49
adalah struktur yang umum dijumpai. Elemen
horizontal (balok) memikul beban yang
bekerja secara transversal dari panjangnya dan
mentransfer beban tersebut kekolom vertikal
yang menumpunya. Kolom tersebut dibebani
secara aksial oleh balok, kemudian
mentransfer beban itu ketanah. Kolom-kolom
menerima gaya terpusat, umumnya dari ujung-
ujung balok. Jadi jelas ada hubungan yang erat
antara pola dari sistem tumpuan yang
membentang vertikal dan sistem tumpuan
yang membentang horizontal.
Menurut Schodek (1999:10), plat datar
dan dinding adalah struktur kaku pembentuk
permukaan. Suatu dinding pemikul beban
biasanya dapat memikul baik beban yang
bekerja dalam arah vertikal maupun beban
leteral (angin, gempa, dan lain-lain). Suatu plat
datar biasanya digunakan secara horizontal
dan memikul beban sebagai lentur, dan
meneruskannya ke tumpuan.
Hambali, Ahmad (2016) hasil
perhitungan pembebanan gaya lateral gempa
menggunakan SNI 03-1726-2012 memiliki
selisih 15,6% dari peraturan pembebanan
gempa gempa SNI 03-1726-2002, artinya pada
pembebanan gaya lateral bangunan itu
bertambah dari perhitungan semula,pada
perancangan penulangan lentur balok
menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 diperoleh jumlah tulangan
yang lebih banyak dengan selisih 15,7% di
tumpuan balok dan lebih banyak 22,7% di
lapangan balok, pada perencanaan ulang untuk
perhitungan perancangan penulangan geser
balok di tumpuan lebih banyak 13,1% dan
jumlah tu-langan geser balok di lapangan lebih
banyak 0,11%, untuk perencanaan analisis
kolom pada penulangan lentur kolom
menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 di- peroleh jumlah
penulangan kolom lebih banyak dibandingkan
perencanaan sebelumnya yaitu dengan
selisih 17,5%, perencanaan tulangan geser
kolom mengalami pengurangan penula-
ngan geser ditumpuan maupun lapangan
dengan selisih 14,3 % dari perencanaan
sebelumnya. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil
analisa penelitian ini menunjukan banyak
kenaikan dari segi tulangan.
Monikha, Meassa (2013)Hasil kajian
respon spektra desain Kota Tarutung
berdasarkan SNI 1726:2012 menun-jukkan
adanya kenaikan nilai spectral acceleration
dibandingkan SNI 03-1726-2002. Berdasarkan
SNI 03-1726-2002 nilai spectral acceleration
maksimum adalah 0,85 sedangkan berdasarkan
SNI 1726:2012 nilai maksimumnya 1,0.
Bangunan di Kota Tarutung yang dibangun
dengan mengacu pada SNI 1726:2012 akan
lebih aman apabila dilanda gempa di masa
depan dibandingkan dengan bangunan yang
dibangun berdasarkan SNI 03-1726- 2002.
Oleh sebab itu dalam upaya mitigasi bencana
gempa di Kota Tarutung, diperlukan eva- luasi
terhadap rumah dan bangunan yang dibangun
berdasarkan SNI-03-1726-2002.
2.3.Pembebanan
Konsep pembebanan untuk gedung
bertingkat harus memastikan bahwa gedung
yang direncanakan harus mampu menahan
beban-beban yang diterima. Dalam
Perencanaan Gedung bertingkat
diperhitungkan terhadap jenis-jenis beban
antara lain sebaggai berikut :
2.3.1.Beban Mati (Dead Load)
Beban mati (Dead Load) adalah berat
seluruh bahan konstruksi bangunan gedung
yang terpasang termask dinding, lantai, atap,
plafon, tangga, dinding partisi tetap, finishing,
klading gedung dan komponen arsitektural dan
struktural lainnya serta peralatan layanan yang
terpasang lain termasuk berat krean (SNI
1727:2013). Beban mati dapat dinyatakan
sebagai gaya statis yang disebabkan oleh berat
setiap unsur didalam struktur. Gaya-gaya yang
menghasilkan beban mati tersiri dari berat
unsur pendukung beban dari bangunan, lantai,
penyelesaian langit-langit, dinding partisi
tetap, penyelesaian fasade, tangki simpanan,
system distribusi mekanis, dan seterusnya.
Gabungan beban semua unsur ini menjadi
beban mati daru suatu bangunan (Schueller,
1989:8). Pada analisis permodelan software
ETABS v.16.0.2, pembebanan mati dapat
dihitung secara langsung.
2.3.2.Beban Hidup (Live Load)
Beban hidup (Live Load) adalah beban
yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak
termasuk beban kostruksi dan beban
lingkungan, seperti beban angin, beban hujan,
beban gempa, beban banjir, atau beban mati
(SNI 1727:2013).
Beban tersebut sewaktu-waktu ada
pada struktur. Meskipun dapat berpindah-
pindah, beban hidup masih dapat dikatakan
50
bekerja secara perlahan-lahan pada struktr
yang direncanakan.
2.3.3.Beban Gempa (Earthquake).
Beban gempa adalah besarnya getaran
yang terjadi di dalam struktur pada dasarnya
adalah ada dua metode Analisis Perencanaan
Gempa, Yaitu :
3. Analisis Beban Statik Ekuivalen
(Equivalent Static Load Analysis)
Analisis ini adalah suatu cara analisis
sstruktur, dimana pengaruh gempa
pada struktur dianggap sebagai beban
static horizontal untuk menirukan
pengaruh gempa yang sesungguhnya
akibat gerakan tanah. Metode ini
digunakan untuk bangunan struktur
yang beraturan dengan ketinggian
tidak lebih dari 40 m.
4. Analisis Dinamik (Dynamic Analysis).
Metode ini digunkan untuk bangunan
dengan struktur yang tidak beraturan.
Perhitungan gempa dengan analisis
dinamik ini terdiri dari:
c) Analisa Ragam Spektrum
Respons.
Analisa Ragam Spektrum
Respons adalah suatu cara analisa
dinamik struktur, dimana suatu
model dari matematik struktur
diperlakukan suatu spectrum
respons gempa rencana, dan
ditentkan respons struktur
terhadap gempa rencana tersebut.
d) Analisa Respons Riwayat Waktu.
Analisa Respons Riwayat Waktu
adalah suatu acuan analisa
dinamik struktur, dimana suatu
model metematik dari struktur
dikenakan riwayat waktu dari
gempa-gempa hasil pencatatan
atau gempa-gempa tiruan
terhadap riwayat waktu dari
respons struktur ditentukan.
Struktur atas dimodelkan sebagai open
frame yang dirancang sebagai sistem rangka
pemikul momen. Sistem struktur ini pada
dasarnya memiliki rangka ruang pemikul
beban gravi-tasi secara lengkap dan beban
lateral dipikul rangka pemikul momen
terutama melalui mekanisme lentur. Pelat pada
struktur gedung ini dimodelkan dengan elemen
shell sehingga beban yang bekerja dalam per
m2. Metode tributari area untuk membagi
beban pelat ke balok tidak lagi dilakukan
karena telah didistribusikan elemen shell ke
elemen frame.
2.4.Balok
Sesuai dengan SNI 2847:2013 pasal
9.5, desain dimensi balok mengacu pada table
dibawah ini,
Table 2.2 Tebal Minimum Balok Non-
Prategang Atau
Pelat Satu Arah Bila Lendutan Tidak Dihitung
Untuk b = 2
1 s/d
3
2
Sumber : SNI 2847:2013
4.4.1. Menentukan Persyaratan
Komponen Struktur Balok
SRPMK
Prinsip perencanaan balok induk SNI
2847:2013 pasal 21.5.1.1 adalah sebagai
berikut:
d. Gaya tekan aksial terfaktor pada
komponen strutur, Pu, tidak boleh
melebihi 10
cf' x Ag
e. Bentang bersih untuk komponen
struktur, Ln, tidak boleh kurang
dari empat kali tinggi efektifnya.
f. Lebar komponen bw, tidak boleh
kurang dari yang lebih kecil dari
0,3h dan 250 mm
Gambar 2.1 Ketentuan Dimensi
Penampang Balok
2.4.2.Perhitungan Tulangan Utama
Tahapan perhitungan tulangan balok
induk adalah sebagai berikut :
g. Tinggi efektik balok
51
d = h – d’
= h – ts –ds – ½ Dtul.
h. Luas tulangan tarik tidak boleh
kurang dari (SNI 2847:2013 pasal
10.5.1) :
ASmin = d x bw x 4fy
cf'
Dan tidak boleh lebih kecil dari
(SNI 2847:2013 pasal 10.5.1) :
ASmin = d x bw x fy
4,1
i. Rasio tulangan harus memenuhi
ρmin < ρ < ρmaks, (SNI 2847:2013)
dimana :
ρbalance =
fy600
600
fy
cf' x β x 0,85
ρmaks = 0,75 x ρbalance
Atau,
ρmaks = 0,025 (SNI 2847:2013
pasal 21.5.2)
ρmin = fy
1,4
m =
cf' x 0,85
fy
j. Analisa perhitungan tulangan
tarik dan tekan
Diagram regangan – tegangan
pada balok yang ditinjau
ditunjukan pada gambar 2.1
berikut.
Gambar 2.1 Regangan –
Tegangan Balok
- Langkah-langkah perencanaan
tulangan balok seperti berikut:
3. Momen lentur nominal
(Mn)
Mn =
uM
4. Rasio tulangan
Rn =
2d x b
Mn
m =
cf' x 0,85
fy
ρ =
fy
2.m.Rn11
m
1
ρmin < ρ < ρmaks
AS perlu = ρ x b x d
k. Jumlah tulangan
n = 2
perlu
D x x 4
1
As
l. Kontrol
- Jarak spasi ulangan pakai
Smaks =
1n
Dn x x x 2 x x t2 - b lenturgeserdeking
Syarat :
Smaks ≥ 25 mm susun 1
lapis
Smaks ≤ 25 mm susun
lebih dari 1 lapis
- Momen nominal penampang
Kesetimbangan gaya internal
Cc = 0,85 x f’c x a x b
Ts = As x fy
Sehingga Cc=Ts
0,85 x f’c x a b = As x fy
a = b x cf' x 0,85
fy x As terpasang
Kapasitas momen (ϕ Mn)
Mn
=
2
a - dfy x x As
Syarat :
Mn pasang ≥ Mn perlu
2.4.3.Perhitungan Penulangan Geser Tulangan geser/sengkang daerah
tumpuan pada balok induk harus tetap
berperilaku elastis pada saat terjadi sendi
plastis maka harus diperhitungkan gaya lintang
tambahan berdasarkan tulangan nominal balok
52
terpasang, sehingga penulangan
geser/sengkang didaerah tumpuan balok induk
dihitung berdasarkan gaya lintang :
Ve =
ln
MML x q x
2
1 kananpr kiripr
Gambar 2.2 Geser Desain untuk Balok
Sumber : SNI 2847:2013
Tahapan perencanaan tulangan geser sebagai
berikut :
6. Momen primer (Mpr)
Desain kapasitas (Capacity Design)
untuk menjamin bahwa struktur tidak
runtuh pada gempa kuat. Momen
kapasitas dari sendi plastis atau yang
disebut dengan “the probable flexural
strength” Mpr, adalah momen nominal
berdasarkan tulangan yang terpasang.
Dalam menghitung Mpr didasarkan pada
tegangan tarik fs = 1,25 fy, dimana nilai fy
adalah kuat leleh yang disyaratkan dengan
factor reduksi ϕ = 1. Kedua momen harus
diperhitungkan untuk 2 arah, yaitu searah
jarum jam dan berlawanan arah jarum
jam.
Mpr =
2
adfy x x As x 1,25
pr ,
dimana
apr = d x cf' x 0,85
fy x As x 1,25
7. Menentukan gaya geser desain
Veb = max(Veb1, Veb2) ≥ Vu
Veb1=
L x x w2
1
ln
MMu
Jpr Ipr -
Veb2=
L x x w2
1
ln
MMu
Jpr Ipr
8. Kuat geser beton Vc
Di daerah sendi plastis : Vc = 0 bilamana
:
Veb1=
ln
MM Jpr Ipr -
≥ 0,5 Vu
atau
Veb2=
ln
MM Jpr Ipr ≥ 0,5 Vu dan
Pu < 10
cf' x Ag
Di luar sendi plastis atau bilamana
kondisi diatas tidak terpenuhi :
Vc = d x b x cf' x 6
1
9. Menentukan tulangan geser yang
diperlukan
Di daerah sendi plastis (luas/unit panjang)
:
Av = dfy x x
Veb
Di luar daerah sendi plastis (luas/unit
panjang) :
Av = dfy x x
Veb
cV
10. Cek syarat tulangan geser
d. Di daerah sendi plastis harus
digunakan tulangan sengkang tertutup,
yaitu :
- Di daerah 2h dari muka kolom.
- Di daerah 2h pada sendi palstis
ditengah bentang.
e. Cek persyaratan tulangan transversal /
geser pada daerah sendi plastis (SNI
2847:2013 pasal 21.5.3.2).
- Sengkang tetrtutup pertama harus
ditempatkan tidak lebih dari 50 mm
dari muka komponen struktur
penumpu
- Spasi sengkang tertutup tidak boleh
melenihi nilai terkecil dari :
4. d/4
53
5. enam kali diameter tulangan
longitudinal
6. 150 mm
f. Cek persyaratan tulangan transversal /
geser diluar daerah sendi plastis (SNI
2847:2013 pasal 21.5.3.4).
- d/2
Gambar 2.3 Penyaluran Tulangan Transversal
2.4.4.Perhitungan Penulangan Puntir
Perencanaan penulangan torsi
mengacu pada SNI 2847:2013 Pasal 11.5 dan
menurut pasal 11.5.2.2, pengaruh torsi boleh
diabaikan bila momen torsi terfaktor kurang
dari :
Tc =
cp
2
P
A x cf' xλ x 0,33 x
cp
SNI 03-28472013 pasal
11.5.2.2 (a)
Dimensi pennampang melintang harus
memenuhi ketentuan berikut : 2
2
oh
2
A x 1,7
PhTu x
d x bw
Vu
≤
cf' x 0,66
d x bw
Vc x
SNI
2847:2013 pasal
11.5.3.1 (a)
Tulangan punter lentur tambahan yang
diperlukan untuk menahan punter
direncanakan berdasarakan berikut :
Al = θcot x f
f x P x
s
At 2
yt
yv
h
SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.7
Dimana s
Atdihitung dari persamaan dibawah
ini :
Tn = cotθ x s
fAt x x 2A yv0
SNI 2847:2013 pasal 11.5.3.6
s
At=
cotθ x f x 2A
Tn
yv0
Tetapi s
Attidak boleh kurang dari :
yv
w
f
b x 0,175
Tetapi Al tidak boleh kurang dari :
Al min =
yt
yv
h
t
yt
cp
f
f x P x
s
A
f
A x cf' x 0,42
Keterangan :
Acp : luas yang dibatasi oleh keliling luar
penampang beton (mm2)
A0 : luas bruto yang dibatasi oleh
lintasan aliran geser (mm2)
Aoh : luas yang dibatasi garis pusat
tulangan sengkang torsi terluar
(mm2)
At : luas kaki sengkang tertutup yang
menahan punter sejarak s (mm2)
Al : luas tulangan longitudinal yang
memikul punter (mm2)
fyt : kuat leleh tulangan torsi
longitudinal (MPa)
fyv : kuat leleh tulangan sengkang torsi
(MPa)
Pcp : keliling dari garis pusat tulangan
sengkang torsi lentur (mm)
Ph : keliling dari garis arah pararel
tulangan longitudinal (mm)
2.5.Respon Spectra
Untuk menentukan pengaruh Gempa
Rencana pada struktur gedung, masing-masing
Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respons
Gempa Rencana C-T seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2. Yang disesuaikan dengan
percepatan gempa sesuai pembagian zona
tahun 2012
54
Gambar 2.4 Spektrum Respon Gempa
Rencana berdasarkan Zona Peta Wilayah
Gempa Kota Semarang SNI 2019
Dalam gambar tersebut Sa adalah Faktor
Respons Gempa yang dinyatakan dalam
percepatan gravitasi, dan T adalah waktu getar
alami struktur gedung yang dinyatakan dalam
detik.
Gelombang gempa merambat melalui
batuan dasar di bawah permukaan tanah. Dari
kedalaman batuan dasar ini gelombang gempa
tersebut kemudian merambat ke permukaan ta-
nah sambil mengalami pembesaran
(amplifikasi), bergantung pada jenis lapisan
tanah yang berada di atas batuan dasar
tersebut. Dengan adanya pembesaran gerakan
ini, maka pengaruh Gempa Rencana di
permukaan tanah harus ditentukan dari hasil
analisis perambatan gelom- bang gempa dari
kedalaman batuan dasar ke permukaan tanah.
2.5.Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sejenis yang pernah
dilakukan sebagai referensi tambahan yaitu :
Hambali, Ahmad (2016) hasil
perhitungan pembebanan gaya lateral gempa
menggunakan SNI 03-1726-2012 memiliki
selisih 15,6% dari peraturan pembebanan
gempa gempa SNI 03-1726-2002, artinya pada
pembebanan gaya lateral bangunan itu
bertambah dari perhitungan semula,pada
perancangan penulangan lentur balok
menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 diperoleh jumlah tulangan
yang lebih banyak dengan selisih 15,7% di
tumpuan balok dan lebih banyak 22,7% di
lapangan balok, pada perencanaan ulang untuk
perhitungan perancangan penulangan geser
balok di tumpuan lebih banyak 13,1% dan
jumlah tu-langan geser balok di lapangan lebih
banyak 0,11%, untuk perencanaan analisis
kolom pada penulangan lentur kolom
menggunakan peraturan pembebanan gempa
SNI 03-1726-2012 di- peroleh jumlah
penulangan kolom lebih banyak dibandingkan
perencanaan sebelumnya yaitu dengan
selisih 17,5%, perencanaan tulangan geser
kolom mengalami pengurangan penula-
ngan geser ditumpuan maupun lapangan
dengan selisih 14,3 % dari perencanaan
sebelumnya. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil
analisa penelitian ini menunjukan banyak
kenaikan dari segi tulangan.
Monikha, Meassa (2013)Hasil kajian
respon spektra desain Kota Tarutung
berdasarkan SNI 1726:2012 menun-jukkan
adanya kenaikan nilai spectral acceleration
dibandingkan SNI 03-1726-2002. Berdasarkan
SNI 03-1726-2002 nilai spectral acceleration
maksimum adalah 0,85 sedangkan berdasarkan
SNI 1726:2012 nilai maksimumnya 1,0.
Bangunan di Kota Tarutung yang dibangun
dengan mengacu pada SNI 1726:2012 akan
lebih aman apabila dilanda gempa di masa
depan dibandingkan dengan bangunan yang
dibangun berdasarkan SNI 03-1726- 2002.
Oleh sebab itu dalam upaya mitigasi bencana
gempa di Kota Tarutung, diperlukan eva- luasi
terhadap rumah dan bangunan yang dibangun
berdasarkan SNI-03-1726-2002.
Penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, karena yang dianalisa
adalah perbandingan SNI Gempa 1726 :2012
dengan SNI Gempa 1726:2019 mengenai
perbandingan jumlah tulangan lentur dan
tulangan geser.
BAB 3.METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan metode simulasi
komputerisasi dengan SAP 2000 versi 14
untuk mendapatkan perbandingan gaya gempa
yang ter-jadi antara SNI Gempa 03-1726-2012
dengan SNI Gempa 03-1726-2019
Simulasi komputerisasi ini dilakukan
dengan memodelkan bentuk bangunan 3
demensi dengan SAP 2000 versi 14 dari
model bangunan gedung U USM yang
nantinya akan difungsikan sebagai gedung
perkuliahan,dengan kondisi pembebanan yaitu
55
beban hidup,beban mati, beban angin,dan
beban gempa
3.2.Diagram Alir Penelitian
Tahapan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
6. Komplikasi data bangunan seperti data
tanah,dimensi struktur bangunan yang
sudah ada (kolom,plat,balok),fungsi
layanan bangunan,data zona gempa
daerah gedung tersebut.
7. Membuat dan merancang pemodelan
gedung yang akan diteliti.
8. Menguji dan menganalisa dengan
bantuan komputerisasi (SAP 2000
versi 14) dari dua model struktur
dengan beban layan bangunan yang
akan digunakan.
9. Temuan gaya gempa dari dua model
struktur bangunan baik gaya-gaya
dalam mau- pun simpangan
bangunan tersebut.
10. Membuat Simpulan dari dua model
struktur bangunan tersebut dengan
membanding- kan hasil dari tinjauan
terhadap gaya gempa yang terjadi
sehingga dapat diketahui pe-ningkatan
gaya gempa yang terjadi antara SNI
Gempa 03-1726-2012 dengan SNI
Gempa 03-1726-2019
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.2 Diagram Alir Dengan Program
SAP 2000
3.3.Desain Penelitian
Dalam Simulasi komputasi untuk
bangunan gedung dimodelkan dengan metode
ele- men hingga, yang merupakan kumpulan
elemen – elemen solid tiga dimensi yang satu
sama lainnya terkoneksi dengan
frame,Shell, node atau join sehingga menjadi
struktur yang menya-tu dan monolit sebagai
model bangunan sebagai berikut:
Perumusan masalah dan tujuan penelitian
Kajian pustaka
Pengumpulan data
Analisis dengan
SAP2000 Analisis dengan SNI 2002
Pembahasan hasil analisis data
Kesimpulan
Judul
56
Gambar. 3.3. Model elemen hingga
3.4.Kriteria Desain
1.Bentuk bangunan 3 Dimensi
2. Luas bangunan
= (24 x 30)x4 =2880 m2
3.lokasITLOGOSARI
4. Fungsi Bangunan
= Ruang Kuliah
5. Jumlah lantai= 4 lantai
(termasuk Atap)
6. Tebal Plat Lantai
= 12 cm
7. Jenis Tanah
= Tanah Lunak
3.5.Dimensi dan Penampang
Struktur Bangunan
1. Kolom Lantai
= 50cm x 50 cm
2. Balok Lantai = 40 cm x 80
3. Ring balk
= 30 cm x 50 cm
3.6.Mutu Bahan
1.Masa Jenis beton bertulang
= 24 KN/m3
2.Mutu beton (fc)
= 35 Mpa
3.Mutu besi tulangan
pokok(fy) = 400 Mpa
4.Mutu besi tulangan geser
(fy) = 240 Mpa
5. Angka Poisson
= 0,2
3.7.Sampel penelitian
Gambar. 3.4 Potongan AS A_B
BAB 4.HASIL DAN LUARAN
a. Sistem Struktur
Pemodelan struktur dilakukan dengan
Program SAP 2000 (Extended Three
Dimensional Analysis of Bulding System).
Perencanaan dengan sistem ganda.
Permodelan struktur gedung 4 lantai
diperuntukan untuk perkantoran, rencana
permodelan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
Gambar 4.1 Rencana Permodelan Struktur
Gedung
b. Peraturan dan
Standar
Perencanaan
Peraturan dan standar yang digunakan
sebagai acuan perencanaan ini adalah
:
f. SNI 1726-2012, Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung.
g. SNI 2847-2013, Persyaratan Beton
Struktur Untuk Bangunan Gedung.
57
h. ASCE 7 – 10 Minimum Design
Loads for Buildings and Other
Struktures
i. SNI 1727-2013, Beban Minimum
Untuk Perencanaan Bangungan
Gedung Dan Struktur Lain.
j. Pedoman Perencanaan Pembebanan
Untuk Rumah Dan Gedung PPPURG
1987
c. Data Struktur
Struktur gedung mengunakan bahan
beton bertulang dengan mutu bahan
seperti berikut
i. Beton dan Tulangan
1.Masa Jenis beton bertulang
= 24 KN/m3
2.Mutu beton (fc)
= 35 Mpa
3.Mutu besi tulangan
pokok(fy) = 400 Mpa
4.Mutu besi tulangan geser
(fy) = 240 Mpa
5. Angka Poisson
= 0,2
4.4. .Rencana Pembebanan
Berikut ini tebal rencana pembebanan
untuk tiap fungsi ruang yang ada dengan
mem-pertimbangkan perubahan fungsi ruang
selama masa layan bangunan.
Tabel 4.1. Rencana Pembebanan umumSerta
beban-beban khusus lainnya sesuai kebutuhan
dan tata ruang
Fungsi
Ruang
Pembebanan
(ton/m²)
Beban
Hidup
(LL)
Beban
Mati
(DL)
Lantai atap 0.20 0.15 +
Berat
Sendiri
Tangga
dan bordes
0.40 0.15 +
Berat
Sendiri
Lantai
ruang
0,25 0,15+
Berat
kuliah Sendiri
4.5. Analisis Struktur
Struktur frame 3 dimensi akan dianalisis
strukturnya dengan kombinasi pembebanan
untuk balok dan kolom sebagai berikut :
1.2DL + 1.6LL
Sedangkan kombinasi pembebanan untuk
perhitungan pondasi adalah sebagai berikut :
DL + LL
4.6..Kombinasi Pembebanan
Disain beton bertulang didasarkan
pada metode kekuatan batas. Kombinasi
pembebanan dan faktor reduksi beban hidup
didasarkan pada peraturan Standar Tata cara
perencanaan ketahanan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung SNI 1726:
2019
1,4D
1,2D + 1,6L +0,5 (Lr
atau R)
1,2D + 1,6 (Lr atau
R) + (L atau 0,5 W)
1,2D + 1,0W + L
+0,5 (Lr atau R)
1,2D + 1,0E + L
0,9D + 1,0W
0,9D +1,0 E
4.7 Faktor keutamaan bangunan
Tabel 4. 2. Faktor Keutamaan untuk kategori
gedung Factory
58
Sa adalah nilai Faktor Respon Gempa yang
didapat dari Respon Spektrum Gempa
Rencana menurut peta wilayah gempa
(Gambar 1)
C adalah nilai Faktor Respon Gempa yang
didapat dari Respon Spektrum Gempa
Rencana menurut peta wilayah gempa
(Gambar 1)
peta zona gempa tahun 2012
Dikoreksi dengan peta zona gempa tahun 2019
Gambar 4.2 Peta Wilayah Gempa Indonesia
2019
Untuk menentukan pengaruh Gempa
Rencana pada struktur gedung, masing-masing
Wilayah Gempa ditetapkan Spektrum Respons
Gempa Rencana C-T seperti ditunjukkan
dalam Gambar 2. Yang disesuaikan dengan
percepatan gempa sesuai pembagian zona
tahun 2012
Gambar 4.3. Spektrum Respon Gempa
Rencana berdasarkan Zona Peta wilayah kurva
spectrum Gedung fakultas psikologi USM
Dalam gambar tersebut Sa adalah Faktor
Respons Gempa yang dinyatakan dalam
percepatan gravitasi, dan T adalah waktu getar
alami struktur gedung yang dinyatakan dalam
detik
4.8. .Kategori Desain Seismik
59
Untuk kategori risiko IV, dari Tabel 6 dan
Tabel 7, didapakant KDS gedung : D
Untuk KDS : D, dari Tabel 9, didapatkan
sistem penahan gempa yang disarankan adalah
SRPMK, karena untuk KDS D, SRPMM dan
SRPMB tidak diijinkan (TI).
4.8. .Hasil analisa dengan SNI gempa 2019
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14
konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan
gedung T fakultas Psikologi USM didapat
tulangan longitudinal berdasar SNI gempa
2019 dengan analisa pada potongan AS B pada
kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas
tulangan 63,364 cm2 sedangkan pada balok
dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian
tumpuan atas didapat luas tulangan sebesar
18,74 cm2, dan pada bagian tumpuan bawah
didapat luas tulangan 10,267 cm2, sedangkan
untuk tulangan longitudinal pada bagian
lapangan bawah didapat luas tulangan sebesar
13,98 cm2 dan untuk bagian lapangan atas
didapat luas tulangan sebesar 5,947 cm2.
Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan
tulangan longitudinal dapat dilihat pada
gambar 4.4
Gambar 4.4. Kebutuhan tulangan longitudinal
Kolom dan Balok AS –B SNI 2019
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14
konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan
gedung T fakultas Psikologi USM didapat
tulangan geser berdasar SNI gempa 2019
dengan analisa pada balok AS B pada kolom
dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas
tulangan 8,1 cm2 sedangkan pada balok
dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian
tumpuan didapat luas tulangan sebesar 10,6
cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa
perhitungan tulangan geser dapat dilihat pada
gambar 4.5
60
Gambar 4.5. Kebutuhan tulangan Geser
Kolom dan Balok AS –B SNI 2019
4.9. .Hasil analisa dengan SNI gempa 2012
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14
konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan
gedung T fakultas Psikologi USM didapat
tulangan longitudinal berdasar SNI gempa
2012 dengan analisa pada potongan AS B pada
kolom dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas
tulangan 38,979 cm2 sedangkan pada balok
dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian
tumpuan atas didapat luas tulangan sebesar
16,790 cm2, dan pada bagian tumpuan bawah
didapat luas tulangan 10,267 cm2, sedangkan
untuk tulangan longitudinal pada bagian
lapangan bawah didapat luas tulangan sebesar
8,353 cm2 dan untuk bagian lapangan atas
didapat luas tulangan sebesar 5,372 cm2.
Untuk luas tulangan hasil analisa perhitungan
tulangan longitudinal dapat dilihat pada
gambar 4.6
Gambar 4.6. Kebutuhan tulangan
Longitudinal Kolom dan Balok AS –B SNI
2012
Berdasarkan simulasi dari SAP versi 14
konfigurasi 3 dimensi dari model bangunan
gedung T fakultas Psikologi USM didapat
tulangan geser berdasar SNI gempa 2019
dengan analisa pada balok AS B pada kolom
dengan dimensi 50 x 50 cm didapat luas
tulangan 7,6 cm2 sedangkan pada balok
61
dengan dimensi 40 x 80 cm pada bagian
tumpuan didapat luas tulangan sebesar 10,4
cm2. Untuk luas tulangan hasil analisa
perhitungan tulangan geser dapat dilihat pada
gambar 4.7
Gambar 4.7. Kebutuhan tulangan Geser
Kolom dan Balok AS –B SNI 2012
4.10. .Hasil Perbandingan tulangan
Berdasarkan luas tulangan yang dianalisa
berdasarkan SNI gempa 2019 maka jumlah
tulangan longitudinal balok dengan dimensi 40
x80 cm dengan menggunakan tulangan Ulir
diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan 3,79
cm2 didapat jumlah tulangan tumpuan atas
5D22 dan untuk tulangan tumpuan bawah
didapat jumlah 3D22 dengan tulangan
peminggang sebesar 2D16, pada tulangan
longitudinal lapangan bawah didapat jumlah
tulangan 4D22 serta untuk tulangan lapangan
bagian atas didapat jumlah 2D22. Analisa
tulangan geser dengan balok dimensi 40 x 80
dengan menggunakan tulangan polos dengan
diameter 12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13
cm2 maka didapat jarak tulangan pada bagian
tumpuan sebesar Ø12 -100 mm dan untuk
tulangan geser pada bagian lapangan didapat
jarak sebesar Ø12 -150 mm.
Sedangkan ditinjau berdasarkan luas tulangan
yang dianalisa berdasarkan SNI gempa 2012
maka jumlah tulangan longitudinal balok
dengan dimensi 40 x80 cm dengan
menggunakan tulangan Ulir diameter 22 ( D
22) dengan luas tulangan 3,79 cm2 didapat
jumlah tulangan tumpuan atas 5D22 dan untuk
tulangan tumpuan bawah didapat jumlah 3D22
dengan tulangan peminggang sebesar 2D16,
pada tulangan longitudinal lapangan bawah
didapat jumlah tulangan 3D22 serta untuk
tulangan lapangan bagian atas didapat jumlah
2D22. Analisa tulangan geser dengan balok
dimensi 40 x 80 dengan menggunakan
tulangan polos dengan diameter 12 ( Ø12 )
dengan luas tulangan 1,13 cm2 maka didapat
jarak tulangan pada bagian tumpuan sebesar
Ø12 -125 mm dan untuk tulangan geser pada
bagian lapangan didapat jarak sebesar Ø12 -
150 mm. Untuk hasil tersebut dapat dilihat
pada gambar 4.8
Gambar 4.8. Detail Perbandingan Balok AS –
B SNI 2012 dengan SNI 2019
Berdasarkan luas tulangan yang dianalisa
berdasarkan SNI gempa 2019 maka jumlah
tulangan longitudinal kolom dengan dimensi
50 x 50 cm dengan menggunakan tulangan
Ulir diameter 22 ( D 22) dengan luas tulangan
3,79 cm2 didapat jumlah tulangan tumpuan
dan lapangan 18D22. Analisa tulangan geser
dengan kolom dimensi 50 x 50 dengan
menggunakan tulangan polos dengan diameter
12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13 cm2
maka didapat jarak tulangan pada bagian
tumpuan sebesar Ø12 -125 mm dan untuk
tulangan geser pada bagian lapangan didapat
jarak sebesar Ø12 -150 mm.
Sedangkan berdasarkan luas tulangan yang
dianalisa berdasarkan SNI gempa 2012 maka
jumlah tulangan longitudinal kolom dengan
dimensi 50 x 50 cm dengan menggunakan
tulangan Ulir diameter 22 ( D 22) dengan luas
tulangan 3,79 cm2 didapat jumlah tulangan
tumpuan dan lapangan 12D22. Analisa
tulangan geser dengan kolom dimensi 50 x 50
dengan menggunakan tulangan polos dengan
diameter 12 ( Ø12 ) dengan luas tulangan 1,13
cm2 maka didapat jarak tulangan pada bagian
62
tumpuan sebesar Ø12 -140 mm dan untuk
tulangan geser pada bagian lapangan didapat
jarak sebesar Ø12 -150 mm. Untuk hasil
tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9
Gambar 4.9. Detail Perbandingan kolom AS –
B SNI 2012 dengan SNI 2019
BAB 5.KESIMPULAN
10.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa terhadap
gedung T fakultas Psikologi
memberikan hasil sebagai berikut :
1. Pada bangunan gedung
perkuliahan fakultas psikologi
USM pada gedung T dengan
membandingkan antara SNI
03-1726-2012 dengan SNI 03-
1726-2019 pada kolom
kebutuhan tulangan
longitudinal mengalami
kenaikan sebesar 50 % yaitu
pada perhitungan dengan SNI
gempa 2012 dihasilkan jumlah
tulangan 12 buah dengan
diameter 22 sedangkan pada
perhitungan dengan SNI
gempa 2019 dihasilkan jumlah
tulangan 18 buah dengan
diameter 22 sehingga ada
penambahan tulangan sebesar
6 buah tulangan dengan
diameter 22, dan dilihat dari
tulangan geser mengalami
kenaikan 12,04 % yaitu pada
perhitungan dengan SNI
gempa 2012 dihasilkan jarak
sengkang pada tumpuan
memakai diameter 12 – 140
mm, sedangkan dengan
perhitungan menggunakan
SNI gempa 2019 dihasilkan
jarak sengkang pada tumpuan
diameter 12 – 125 mm,
sehingga ada selisih jarak
sebesar 15 mm
2. Untuk perbandingan balok
antara SNI 03-1726-2012
dengan SNI 03-1726-2019
kebutuhan tulangan
longitudinal mengalami
kenaikan pada tulangan
lapangan sebesar 25 % yaitu
pada perhitungan dengan SNI
gempa 2012 dihasilkan jumlah
tulangan lapangan 3 buah
dengan diameter 22 sedangkan
pada perhitungan dengan SNI
gempa 2019 dihasilkan jumlah
tulangan 4 buah dengan
diameter 22 sehingga ada
penambahan tulangan sebesar
1 buah tulangan dengan
diameter 22 , dan tulangan
geser mengalami kenaikan 25
% yaitu pada perhitungan
dengan SNI gempa 2012
dihasilkan jarak sengkang
pada tumpuan memakai
diameter 12 – 100 mm,
sedangkan dengan
perhitungan menggunakan
SNI gempa 2019 dihasilkan
jarak sengkang pada tumpuan
diameter 12 – 125 mm,
sehingga ada selisih jarak
sebesar 25 mm
DAFTAR PUSTAKA
Indarto,H.,2005,”Buku Ajar Mekanika
Getaran Dan Rekayasa Gempa”,
Jurusan Teknik Sipil Universitas
Diponegoro,Semarang.
ASCE,2010,ASCE Standard ASCE/SEI 7-
10,”Minimum design loads for buildings
and other structures”,ASCE.
Badan Standart Nasional , 2002, “SNI-03-
2847-2002,” Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
63
Bangunan Gedung dan Non Gedung”,
Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standar Nasional, 2012, “SNI
1726:2012,” Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung”,
Badan Standarisasi Nasional.
Badan Standar Nasional, 2002, “SNI 03-3847-
2002 Tata Cara Perhitungan Struktur
Beron Untuk Bangunan Gedung”,
Bandung
Badan Standar Nasional, 2002, “SNI 07-2042-
2002 Baja Tulangan Beton”, Bandung
Dipohusodo, I., 1994, “Struktur Beton
Bertulang”, Gramedia, Jakarta.
Pramono,Hadi & Rekan,”Desain Konstruksi
Plat dan Rangka Beton Bertulang
dengan SAP 2000 Versi
9,2001”,Penerbit Andi,Yogyakarta.
Himpunan Ahli Konstruksi
Indonesia,2004,”Excellence in
construction”,HAKI,Jakarta.
Indarto,H.Tri Cahyo,H.Adiputra,
Kukuh.,2013,”Aplikasi SNI Gempa
1726:2012 for Dummies (Hand-out
shortcouse)”, Teknik Sipil
UNNES,Semarang.
lxiv
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa terhadap gedung T fakultas Psikologi memberikan hasil sebagai
berikut :
1. Pada bangunan gedung perkuliahan fakultas psikologi USM pada gedung T
dengan membandingkan antara SNI 03-1726-2012 dengan SNI 03-1726-2019
pada kolom kebutuhan tulangan longitudinal mengalami kenaikan sebesar 50 %
yaitu pada perhitungan dengan SNI gempa 2012 dihasilkan jumlah tulangan 12
buah dengan diameter 22 sedangkan pada perhitungan dengan SNI gempa 2019
dihasilkan jumlah tulangan 18 buah dengan diameter 22 sehingga ada
penambahan tulangan sebesar 6 buah tulangan dengan diameter 22, dan dilihat
dari tulangan geser mengalami kenaikan 12,04 % yaitu pada perhitungan dengan
SNI gempa 2012 dihasilkan jarak sengkang pada tumpuan memakai diameter 12
– 140 mm, sedangkan dengan perhitungan menggunakan SNI gempa 2019
dihasilkan jarak sengkang pada tumpuan diameter 12 – 125 mm, sehingga ada
selisih jarak sebesar 15 mm
2. Untuk perbandingan balok antara SNI 03-1726-2012 dengan SNI 03-1726-2019
kebutuhan tulangan longitudinal mengalami kenaikan pada tulangan lapangan
sebesar 25 % yaitu pada perhitungan dengan SNI gempa 2012 dihasilkan jumlah
tulangan lapangan 3 buah dengan diameter 22 sedangkan pada perhitungan
dengan SNI gempa 2019 dihasilkan jumlah tulangan 4 buah dengan diameter 22
sehingga ada penambahan tulangan sebesar 1 buah tulangan dengan diameter 22 ,
dan tulangan geser mengalami kenaikan 25 % yaitu pada perhitungan dengan
SNI gempa 2012 dihasilkan jarak sengkang pada tumpuan memakai diameter 12
– 125 mm, sedangkan dengan perhitungan menggunakan SNI gempa 2019
dihasilkan jarak sengkang pada tumpuan diameter 12 – 100 mm, sehingga ada
selisih jarak sebesar 25 mm
7.2 Saran
Berdasarkan analisa perhitungan gempa maka perlu di tinjau juga adanya analisa
berupa perbandingan simpangan gedung
lxv
DAFTAR PUSTAKA
Indarto,H.,2005,”Buku Ajar Mekanika Getaran Dan Rekayasa Gempa”, Jurusan Teknik Sipil
Universitas Diponegoro,Semarang.
ASCE,2010,ASCE Standard ASCE/SEI 7-10,”Minimum design loads for buildings and other
structures”,ASCE.
Badan Standart Nasional , 2002, “SNI-03-2847-2002,” Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”, Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standar Nasional, 2012, “SNI 1726:2012,” Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”, Badan Standarisasi
Nasional.
Badan Standar Nasional, 2002, “SNI 03-3847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beron
Untuk Bangunan Gedung”, Bandung
Badan Standar Nasional, 2002, “SNI 07-2042-2002 Baja Tulangan Beton”, Bandung
Dipohusodo, I., 1994, “Struktur Beton Bertulang”, Gramedia, Jakarta.
Pramono,Hadi & Rekan,”Desain Konstruksi Plat dan Rangka Beton Bertulang dengan SAP
2000 Versi 9,2001”,Penerbit Andi,Yogyakarta.
Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia,2004,”Excellence in construction”,HAKI,Jakarta.
Indarto,H.Tri Cahyo,H.Adiputra, Kukuh.,2013,”Aplikasi SNI Gempa 1726:2012 for Dummies
(Hand-out shortcouse)”, Teknik Sipil UNNES,Semarang.
lxvi
LAMPIRAN
PERSONAL PENELITI
Ketua Peneliti:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ngudi Hari Crista, ST, MT
b. Pangkat/Golongan/NIDN : Penata Muda Tingkat I/IIIb/0623127904
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Jabatan Struktural : -
e. Fakultas/Program Studi : Teknik / S.1 Teknik Sipil
f. Perguruan Tinggi : Universitas Semarang
g. Bidang Keahlian : Struktur
h. Waktu untuk penelitian ini : 3 (tiga) bulan
Anggota Peneliti 1:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Trias Widorini, ST, Meng.
b. Pangkat/Golongan/NIDN : Penata Muda TK.I/IIIb/0626018101
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Jabatan Struktural : -
e. Fakultas/Program Studi : Teknik / S.1 Teknik Sipil
f. Perguruan Tinggi : Universitas Semarang
g. Bidang Keahlian : Struktur
h. Waktu untuk penelitian ini : 3 (tiga) bulan
Anggota Peneliti 2:
i. Nama Lengkap dan Gelar : Lila anggrahini, ST, MT
j. Pangkat/Golongan/NIDN : Penata Muda Tingkat I/IIIb/0605047401
k. Jabatan Fungsional : Asisten ahli
l. Jabatan Struktural : -
m. Fakultas/Program Studi : Teknik / S.1 Teknik Sipil
n. Perguruan Tinggi : Universitas Semarang
o. Bidang Keahlian : Manajemen konstruksi
p. Waktu untuk penelitian ini : 3 (tiga) bulan
lxvii
Anggota Peneliti 3:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Indri
b. Pangkat/Golongan/NIDN : Mahasiswa
c. Jabatan Fungsional : Mahasiswa
d. Jabatan Struktural : -
e. Fakultas/Program Studi : Teknik / S.1 Teknik Sipil
f. Perguruan Tinggi : Universitas Semarang
g. Bidang Keahlian : Struktur
h. Waktu untuk penelitian ini : 3 (tiga) bulan
lxviii
Lampiran
Susunan Organisasi Tim Pengusul dan Pembagian Tugas
No Nama NIDN Prodi Bidang
Ilmu
Alokasi
Waktu
(Jam /
Minggu)
Uraian Tugas
1 Ngudi Hari
Crista, ST,
MT
0623127904 Teknik
Sipil
Teknik
Sipil
4 Koordinasi dan
penanggungjawab
seluruh proses dan
kegiatan
operasional
penelitian,
mencari dan
analisis data,
seminar dan
penyusunan
laporan
2 Trias
Widorini,
ST, MEng
0626018101 Teknik
Sipil
Teknik
Sipil
4 Mencari dan
analisis data,
penyusunan
laporan
3 Lila
Anggraini
0605047401 Teknik
Sipil
Teknik
Sipil
4 Mencari dan
analisis data,
penyusunan
laporan
lxix
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul
1. Ketua Penelitian
A. Identitas Diri
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi
Universitas Diponegoro
Semarang
Universitas Islam Sultan
Agung Semarang
Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik Sipil
Tahun Masuk-
Lulus
2004 2009
Judul
Skripsi/Tesis/
Disertasi
Penanggulangan
Struktur Jalan Rel
Wilangan Bogor Dengan
Program Plaxis
Perban dingan Balok Kastela
untuk mendapatkan jarak
yang Optimal
Nama
Pembimbing/
Promotor
DR. Sripabandriani, MT
Ir. Muhrozi, Ms.
DR. Rahmat Marzuki, MT
Ir. Sumirin, MT
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Ngudi Hari Crista, ST, MT
2 Jenis Kelamin (L) Laki - laki
3 Jabatan Fungsional Penata Muda Tingkat I
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 06557003102148
5 NIDN 0623127904
6 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 23 Desember 1979
7 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP 085640597656
10 Alamat Kantor JL. Soekarno-Hatta Semarang
11 Nomor Telepon/Faks 024-6702757
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1=….orang;
13 Mata Kuliah yg Diampu 1. Struktur Baja Dasar
2. Struktur Baja
3. Aplikasi Komputer
4. Gambar Struktur Bangunan
lxx
No.
Judul Artikel Ilmiah
Nama
Jurnal
Volume/ Nomor/Tahun
1 Perbandingan Analisis Struktur Gedung
Fakultas Psikologi USM Menggunakan
SNI Gempa 03-1726-2002 Dengan SNI
Gempa 03-1726-2012
Teknika Volume X
Nomer 1 Maret
2015
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jml
(Juta Rp) 1
2
3
2016
2015
2015
AnalisisPengaruh “ Onggok” Limbah
Aren Sebagai Admixture Terhadap Nilai
Kuat Tekan Beton
Analisa Hanicom Untuk Mendapatkan
Balok Baja Yang Ekonomis
Perbandingan Analisis Struktur Gedung
Fakultas Psikologi USM Menggunakan
SNI Gempa 03-1726-2002 Dengan SNI
Gempa 03-1726-2012
USM
USM
USM
2,5
2,5
2,5
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan
Sumber Jml
(Juta Rp) 1 2015 Aplikasi CAD 2000 Dalam Bentuk Denah,
Tampak, dan Potongan Bangunan Dua
Lantai
Mandiri 1,5
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
Semarang, Agustus 2020
lxxi
(NgudiHari Crista, ST, MT)
2. Anggota Penelitian 1
A. Identitas Diri
lxxii
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Trias Widorini, ST, M. Eng
2 Jenis Kelamin (P) Perempuan
3 Jabatan Fungsional Penata Muda Tingkat I
4 NIP/NIK/Identitaslainnya 06557003102152
5 NIDN 0626018101
6 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 26 Januari 1981
7 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP 085226366407
10 Alamat Kantor JL. Soekarno-Hatta Semarang
11 Nomor Telepon/Faks 024-6702757
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1=….orang
13 Mata Kuliah yg Diampu 1 Struktur Beton Dasar
2 Struktur Beton Bertulang
3 Struktur Beton Prategang
4 Teknologi Bahan
5 Gambar Teknik
B.Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tingi
Universitas Sebelas Maret Surakarta Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta
Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik Sipil
Tahun
Masuk-Lulus
2000-2005 2009-2012
Judul
Skripsi/Tesis/D
isertasi
Analisis Implementasi Proyek
Pembangunan Rumah Sususun
Sederhana Sewa (Stydi Kasus Proyek
Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Sewa di Kampung
Cokrodirjan, Kelurahan Suryatmajan,
Kecamatan Danurejan, Yogyakarta)
Karakteristik Dinamik
Pelat Lantai Semi
Precast dengan
Perkuatan Shear
Conector)
Nama Pembimbing/Promotor
Budi Laksito Bambang Supriyadi
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jml
(Juta Rp)
lxxiii
No.
Judul Artikel Ilmiah
Nama
Jurnal
Volume/ Nomor/Tahun
1 Analisis Prilaku Lentur Balok Beton Bertulang
Tampang T menggunakan Response-2000
Teknika Volume X Nomer 1
Maret 2015
1 2014 Analisis Balok Beton Bertulang Tampang
T
USM 2,5
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jml
(Juta Rp) 1 2014 Keselamatan dan Pencegahan
Kecelakaan Lalulintas, SMU Teuku Umar
Semarang
Mandiri 1,5
2 2016 Pelatihan Media Pembelajaran
Komponen Pasif Elektronika
Menggunakan Visual Basic Bagi Siswa
SMU Gita Bahari Semarang
USM 3
3 2018 Pelatihan Autocad 2D Bagi Siswa Sekolah
Menengah Atas di Semarang
USM 3
E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
Semarang, Agustus2020
(Trias Widorini, ST, M.Eng)
3. Anggota Peneliti 2
A. Identitas Diri
lxxiv
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Lila Anggraini, ST, MT
2 Jenis Kelamin (P) Perempuan
3 Jabatan Fungsional Penata Muda Tingkat I
4 NIP/NIK/Identitaslainnya 06557003102147
5 NIDN 0605047401
6 Tempat dan Tanggal Lahir Semarang, 05April 1974
7 E-mail [email protected]
9 Nomor Telepon/HP 081325693939
10 Alamat Kantor JL. Soekarno-Hatta Semarang
11 Nomor Telepon/Faks 024-6702757
12 Lulusan yang Telah Dihasilkan S-1=….orang
13 Mata Kuliah yg Diampu 1 RAB
2 Kewirausahaan
3 Usaha Jasa Konstruksi
B.Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan Tingi
Universitas Semarang Universitas
Diponegoro
Bidang Ilmu Teknik Sipil Teknik Sipil
Tahun
Masuk-Lulus
1992-1998 2008-2011
Judul
Skripsi/Tesis/D
isertasi
Analisis Banjir di Kota Semarang Study Komparasi
Analisa Harga Satuan
Pekerjaan dengan
Menggunakan Analisa
BOW, SNI, Bina
Marga dan Analisa
Empiris Lapangan
untuk PEkerjaan yang
Menggunakan Alat
Berat
Nama Pembimbing/Promotor
Ir. Abriyani Sulistyawan, MT Ir. Sumbogo Pranoto,
MS
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
Sumber Jml
(Juta Rp)
lxxv
No.
Judul Artikel Ilmiah
Nama
Jurnal
Volume/ Nomor/Tahun
1 ANALISIS MANAJEMEN RISIKO PEMBANGUNAN
BENDUNG GERAK KANAL BANJIR BARAT KOTA
SEMARANG DAN DAMPAKNYA TERHADAP
LINGKUNGAN
TEKNIKA Vol.14, No1 (2019)
1 2019 Komparasi Metode Bart Chart, CPM,
PDM, dan LOB dalam Penjadwalan
Proyek Konstruksi di Kota Semarang
USM 5
D.Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No.
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2019 Pelatihan Aplikasi Autocad untuk
Perencanaan Desain Geometrik Jalan
Bagi Siswa SMK Negeri 7 Semarang
Jurusan Desain Permodelan dan
Informasi Bangunan
USM 3
E.Publikasi ArtikelIlmiah Dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya.
Semarang, Agustus 2020
(Lila Anggraini, ST, MT)