laporan pendahuluan mata

22
LAPORAN PENDAHULUAN KALAZION” disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N) Stase Keperawatan Medikal Bedah Oleh Luluk Minarsih, S. Kep NIM 092311101051

Upload: luluk-minarsih

Post on 25-Dec-2015

177 views

Category:

Documents


35 download

DESCRIPTION

kalazion

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan Mata

LAPORAN PENDAHULUAN

“KALAZION”

disusun guna memenuhi tugas pada Program Pendidikan Profesi Ners (P3N)

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Oleh

Luluk Minarsih, S. Kep

NIM 092311101051

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2015

Page 2: Laporan Pendahuluan Mata

KONSEP TEORI

1. Definisi Kalazion

Kalazion adalah radang

granulomatosa menahun steril dan

idiopatik pada kelenjar meibom,

umumnya ditandai pembengkakan

terbatas yang tidak terasa sakit dan

berkembang dalam beberapa minggu

(Oftalmologi Umum, 2000).

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kronik kelenjar

meibom yang terjadi setelah timbulnya hordeulum internal.  Kalazion akan

terus tumbuh dan diperlukan eksisi atau suntikan steroid untuk alasan

kosmetik atau jika penglihatan terganggu (Mark A. Graber, 2006).

Kalazion merupakan gangguan kelopak mata tanpa nyeri yang sering

terjadi dimana penyumbatan dikelenjar Meibom menyebabkan glanduloma

pada lempeng tarsal. (Oftamologi,2006).

Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar meibom

yang tersumbat. Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar meibom dengan

infeksi ringan yang mengakibatkan peradangan kronis kelenjar tersebut.

Awalnya dapat berupa radang ringan dan nyeri tekan mirip hordeolum-

dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut (Cientha,

2007).

Page 3: Laporan Pendahuluan Mata

Jadi, Kalazion merupakan suatu gangguan peradangan

granulomatosa tanpa nyeri yang sering terjadi karena penyumbatan kelenjar

Meibom.

2. Etiologi Kalazion

a. Sumbatan pada kelenjar Meibom. Kelenjar Meibom adalah kelenjar

sebasea, yang menghasilkan minyak yang membentuk permukaan selaput

air mata.

b. Dapat disebabkan oleh bakteri sthapylococus.

c. Penyakit mata lainnya: blefaritis ulseratif, dan hordeolum.

d. Kalazion dapat muncul secara spontan akibat sumbatan pada

orifisium kelenjar atau karena adanya hordeolum

e. Kalazion dihubungkan dengan disfungsi kelenjar sebasea dan obstruksi di

kulit (seperti komedo, wajah berminyak)

f. Higiene yang buruk pada palpebra dan faktor stress juga sering dikaitkan

dengan terjadinya kalazion.

3. Patofisiologi

Riwayat blefaritits, hordeolum dan penyumbatan spontan yang terjadi pada

saluran kelenjar Meibom menyebabkan terjadinya sumbatan pada drainase

normal kelenjar Meibom. Sumbatan pada drainase normal kelenjar Meibom

menyebabkan terjadinya penumpukkan sekresi kelenjar Meibom.

Penumpukkan sekresi tersebut akan menimbulkan terjadinya reaksi

inflamasi/peradangan pada kelenjar Meibom sehingga timbul jaringan

granulasi/ jaringan ikat dan hialin dan peradangan kronis pada kelenjar

Meibom yang disebut dengan kalazion. Masa yang terbentuk dari jaringan

granulasi tersebut tampak sebagai nodul pada kelopak mata yang tidak nyeri,

teraba keras dan terfiksir pada tarus.

Page 4: Laporan Pendahuluan Mata

4. Manifestasi klinis

Pasien biasanya datang dengan riwayat singkat adanya keluhan pada

palpebra baru-baru ini, diikuti dengan peradangan akut (misalnya merah,

pembengkakan, perlunakan). Seringkali terdapat riwayat keluhan yang sama

pada waktu yang lampau, karena kalazion memiliki kecenderungan kambuh

pada individu-individu tertentu.(manners, 1997).

Kalazion lebih sering timbul pada palpebra superior, di mana jumlah

kelenjar Meibom terdapat lebih banyak daripada palpebra inferior. Penebalan

dari saluran kelenjar Meibom juga dapat menimbulkan disfungsi dari kelenjar

Meibom. Kondisi ini tampak dengan penekanan pada kelopak mata yang akan

menyebabkan keluarnya cairan putih seperti pasta gigi, yang seharusnya

hanya sejumlah kecil cairan jernih berminyak. Gejala lain ynag menyertai

adalah sebagai berikut:

a. Kelopak mata membengkak 

b. Nyeri dan mengalami iritasi, kalau menunduk rasa sakit bertambah

c. Pembengkakan bundar tanpa rasa nyeri pada kelopak mata dan tumbuh

secara perlahan, keras, tidak hiperemis, tidak nyeri tekan, pseudoptosis,

kadang- kadang terjadi perubahan bentuk bola mata akibat tekanan

sehingga terjadi kelainan refraksi

d. Di bawah kelopak mata terbentuk daerah kemerahan mengkilat atau abu-

abu

e. Konjungtiva pada daerah tersebut merah dan meninggi(kapita)

5. Komplikasi

a. Trikiasis

Adalah suatu keadaan dimana bulu mata mengarah kebola mata sehingga

kornea tergores, hal ini terjadi jika kalazion tidak ditangani dengan benar

sehingga menyebabkan blefaritis. Peradangan pada kelopak mata dapat

menyebabkan pembentukan parut, pembentukan parut yang sempurna

pada konjungtiva tarsus superior menyebabkan perubahan bentuk pada

tarsus. Sehingga mengakibatkan pertumbuhan bulu mata abnormal.

Page 5: Laporan Pendahuluan Mata

b. Astigmatisma

Kelainan refraksi sehingga sinar tidak bisa difokuskan pada satu titik. Hal

ini bisa disebabkan oleh kalazion yang massa nya besar, sehingga massa

tersebut menekan permukaan kornea yang mengakibatkan terjadinya

perubahan kelengkungan kornea. Kelengkungan kornea yang bertambah

mengakibatkan berkas cahaya yang masuk ke retina tidak difokuskan

pada satu titik dengan tajam tetapi pada 2 titik , sehingga bayangan yang

dihasilkan tampak silendris.

c. Meibomianitis

Infeksi pada kelenjar meibom dapat terjadi jika kalazion terkontaminasi

oleh debu atau pun bakteri dan virus yang di akibatkan oleh kurangnya

personal higiene seseorang terutama pada daerah kelopak mata, Sehingga

terjadi peradangan pada kelenjar meibom.

d. Blefaritistarsus superior

Peradangan pada kelopak mata yang biasanya disebabkan oleh infeksi

dan alergi. Blefaritis dapat terjadi jika kebersihan kelopak mata tidak

diperhatikan, selain itu insisi pada kalazion yang tidak steril juga dapat

menyebabkan peradangan pada kelopak mata.

e. Obstruksi duktus lakrimalis

Penyumbatan kelenjar air mata, hal ini terjadi jika massa kalazion besar.

Sehingga akan menekan kelenjar lakrimalis, hal ini mengakibatkan

saluran kelenjar air mata menjadi tersumbat dan kehilangan fungsinya

( tamsuri anas, 2011).

6. Prognosis

Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang

baik. Seringkali timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang

sama akibat drainase yang kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh

perawatan dapat mengering dengan sendirinya, namun sering terjadi

peradangan akut intermiten. ( James, bruce,2005)

Page 6: Laporan Pendahuluan Mata

Kalazion rekuren atau berulang, terutama yang terjadi di tempat yang

sama meskipun telah dilakukan drainase dengan baik sebelumnya, harus

dipertimbangkan adanya suatu keganasan berupa karsinoma sel sebasea.

Biopsi langsung dengan potongan beku perlu dilakukan. ( James, bruce,2005)

Insisi yang kurang baik dapat menyebabkan terbentuknya tonjolan.

Sedangkan insisi yang terlalu dalam dapat menyebabkan timbulnya fistula dan

jarinagn parut.

Suntikan kortikosteroid intralesi dapat menimbulkan hilangnya

pigmentasi pada kulit. Pada pasien tertentu, pemberian kortikosteroid dapat

menimbulkan peningkatan tekanan intra okular.

Kuretase dan drainase yang inadekuat dapat menyebabkan

berulangnya atau berkembangnya suatu granulomata. ( James, bruce,2005)

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan yang umum dilakukan pada pasien dengan kalazion adalah

pemeriksaan fisik pada kelopak mata pasien.

Inpeksi : pada pemeriksaan secra inspeksi dapat dilihat adanya

nodul pada kelopak mata atas atau bawah, dimana nodul

menonjol ke arah konjungtiva dan tampak adanya daerah

berwarna kemerahan pada palpebra bagian dalam.

Palpasi : pada pemeriksaan secara palpasi dapat ditemukan

adanya masa yang keras dan terfiksasi pada tarsus.

b. Pemeriksaan Histopatologi. 

Pemeriksaan histopatologi dilakukan bila kalazion terjadi berulang

kalisehingga dicurigai keganasan

c. Pemeriksaan Lipid Serum

Digunakan untuk memperkuat diagnosis.

d. Pemeriksaan Tonografi

Page 7: Laporan Pendahuluan Mata

Untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan tekanan intra okuler

(TIO) pada mata. Biasanya tidak terjadi peningkatan, namun

pemeriksaan tetap dilakukan untuk memperkuat diagnosis

e. Pemeriksaan Darah Lengkap

Kadang kalazion dapat diikuti infeksi pada mata.Selain itu juga untuk

membedakan antara kalazion dan herdeolum.

(Miller, K.V., 2007)

7.   Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan medis

1. Eksisi bedah dilakukan melalui sayatan vertical ke dalam kelenjar

tarsal dari permukaan konjungtiva, diikuti kuretase materi gelatinosa

dan epitel kelenjarnya dengan hati-hati.

2. Penyuntikan steroid ke dalam lesi juga da manfaatnya untuk lesi kecil,

dan dikombinasikan dengan tindakan bedah untuk kasus sulit.

3. Biopsy diindikasikan untuk kalasion yang kambuhan, karena tampilan

karsinoma kelenjar meibom dapat mirip kalasion.

b. Penatalaksanaan keperawatan

Diberikan kompres hangat selama 10-15 menit, minimal 4 kali/hari,

kadang dapat sembuh atau hilang sendiri karena di absorbsi, atau dapat

dilakukan ekskokleasi isi abses di dalamnya atau ekstirpasi. Pengompresan

akan melunakkan minyak yang mengeras yang menyumbat saluran dan

mempermudah pengaliran serta penyembuhan.

8. Pencegahan

a. Selalu mencuci tangan terlebih dahulu sebelum menyentuh kulit di sekitar

mata dan Bersihkan minyak yang berlebihan di tepi kelopak mata secara

perlahan.

b. Jaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum

menyentuh wajah

c. Jaga kebersihan peralatan make-up mata

Page 8: Laporan Pendahuluan Mata

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperwawatan

a. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

2) Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian RPS yang mendukung keluhan utama dengan melakukan

serangkaian pertanyaan tentang apa yang diderita oleh pasien dan terapi

yang diberikan.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit terdahulu yang mendukung dengan mengkaji apakah

klien sebelumnya klien pernah menderita penyakit seperti sekarang atau

yang berhubungan dengan penyakit pasien. Tanyakan mengenai obat-

obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan.

Catat adanya efek samping yang terjadi di masa lalu. Tanyakan juga

mengenai alergi obat dan reaksi alergi apa yang timbul. Sering kali klien

tidak bisa membedakan antara reaksi alergi dengan efek samping obat.

4) Riwayat keluarga

Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami keluarga

serta bila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab

kematian juga ditanyakan. Bisa dibuat genogram dengan disertai

keterangannya.

5) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan

Perawat menanyakan situasi tempat kerja dan lingkungannya. Kebiasaan

social ditanyakan dengan menanyakan kebiasaan dalam pola hidup. Di

samping pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, maka data biografi juga

merupakan data yang perlu diketahui, yaitu: nama, umur, jenis kelamin,

tempat tinggal, suku, dan agama yang di anut oleh klien.

b. Pemeriksaan fisik

1) Hilang penglihatan sementara : Gangguan peredaran darah otak.

Page 9: Laporan Pendahuluan Mata

2) Mata berair, mengantuk, silau dan sukar dibuka : Astenopia (mata

lelah), mata lelah : letih, kaca mata tidak dipakai. Kaku akomodasi.

3) Bentuk benda dilihat berubah (perubahan warna, bengkak,

membesar, mengecil): Astigmatisme, ablatio retina, epilepsi,

intoksikasi obat, migren, histeria.

4) Penglihatan gelap total: Gangguan sirkulasi retina, hipotensi,

spasme pembuluh darah, aritmia, anemia, koagulanopathi.

5) Sakit pada mata: Hipermetropi, iritis, astigmatisme, iridoskilitis,

glaukoma, kelainan sinus hidung.

6) Sakit sekitar mata dengan mata tenang: Stres, bekerja dengan mata

terlalu lama, kelainan refraksi, kelainan sinus, glaukoma.

7) Mata kering dan panas: Usila, alergi, keracunan obat,

conjungtivitis.

8) Sakit sekitar dan dalam mata merah: Benda asing di kornea, alergi,

glaukoma akut, skleritis, infeksi sinus paranasalis, iridosiklitis.

9) Mata berair: Usila, benda sing di kornea, emosi, glaukoma,

conjungtivitis, gangguan lakrimal.

2. Diagnosa Keperawatan Keperawatan

a. Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan

lapang pandang.

b. Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan akibat

nodul.

c. Gangguan konsep diri (Citra tubuh) yang berhubungan dengan

perubahan bentuk organ penglihatan yang mengganggu penampilan.

d. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kurang pengetahuan,

kerusakan sensori, prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang

pandangan

e. Resiko infeksi berhubungan dengan riwayat infeksi dan hygiene yang

buruk.

Page 10: Laporan Pendahuluan Mata

3. Rencana Asuhan Keperawatan

NoDiagnosa

keperawatanPerencanaan

Tujuan \ KH Intervensi Rasional

1 Gangguan persepsi sensori: penglihatan berhubungan dengan penurunan lapang pandang.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan penglihatan normal. Kriteria hasil:a. Berpartisipasi

dalam program pengobatan

b. Mempertahankan ketajaman penglihatan

a. Tentukan ketajaman penglihatan

b. Perhatikan tentang penglihatan kabur

c. Letakkan barang yang dibutuhkan

a. Mengetahui proses penyemuhan operasi

b. Mengetahui keberhasilan operasi

c. Memudahkan pasien mengambil barang yang diperlukan

2 Resiko cidera berhubungan dengan keterbatasan pengelihatan akibat nodul.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x24jam, diharapkan terbebas dari risiko terhadap cedera. Kriteria Hasil:

1.      pengetahuan tentang risiko

2.      menghindari paparan yang yang bisa mengancam kesehatan

NIC: Environment Managementa. Sediakan

lingkungan yang aman untuk pasien

b. Membatasi pengunjung

c. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih

d. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien

e. Memberikan penerangan yang cukup

f. Menghindari lingkungan yang berbahaya

a. Mengurangi risiko cedera pasien

b. Mengurangi adanya infeksi dari luar

c. Mengurangi resiko infeksi

d. Agar pasien terkontrol kebersihannya

e. Memberikan kenyamanan pasien

f. Mengurangi risiko cedera pasien

Page 11: Laporan Pendahuluan Mata

3 Gangguan konsep diri (Citra tubuh) yang berhubungan dengan perubahan bentuk organ penglihatan yang mengganggu penampilan.

Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan pasien dapat beradaptasi dengan citra tubuhnya dengan kriteria hasil:1.      Pasien mengatakan tidak malu lagi dengan keadaannya.2.      Pasien mau melihat kelopak matanya lagi.3.      Benjolan pada kelopak mata pasien berkurang atau hilang.

1. Observasi adanya gangguan citra diri pasien (ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi keadaan malu terhadap kondisinya)

2. Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan

3. Berikan kesempatan untuk pengungkapan

4. Dukung dan dorong pasien, berikan perawatan dengan positif

5. Dorong sosialisasi dengan orang lain.

1. Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.

2. Mengetahui hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasien terhadap kondisi matanya.

3. Pasien membutuhkan pengalaman yang harus didengarkan dan dipahami.

4. Pemberi perawatan kadang- kadang memungkinkan penilaian untuk mempengaruhi perawatan pasien dan kebutuhan untuk membuat upaya untuk membantu pasien merasakan nilai pribadi.

5. Bersosialisasi dengan orang lain dapat meningkatkan

Page 12: Laporan Pendahuluan Mata

6. Anjurkan pasien untuk melakukan kompres hangat 4 kali sehari ± selama 15 menit di rumah.

penerimaan diri dan sosialisasi pasien.

6. Pengompresan yang lebih sering oleh pasien akan lebih cepat mendoronga resolusi dari penyumbatan duktus, mempermudah drainase dan mempercepat penyembuhan.

4 Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kurang pengetahuan, kerusakan sensori, prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan klien tidak mengalami ansites. Kriteria hasil:a. Melaporkan

intensitas kecemasan

b. Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori

c. Menggunakan strategi koping effektif

NIC: Anxiety Reductiona. Gunakan

pendekatan yang menenangkan

b. Jelaskan semua prosedur & apa yang dirasakan selama prosedur

c. Berikan obat untuk mengurangi rasa kecemasan

d. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut

e. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketidaktakutan, persepsi

a. Mengetahui kecemasan yang dialami pasien

b. Mengurangi rasa kecemasan pasien

c. mengurangi rasa kecemasan pasien

d. memberi motivasi/mengurangi rasa kecemasan yang dialami pasien

e. mengetahui seberapa pasien takut

Page 13: Laporan Pendahuluan Mata

5 Resiko infeksi berhubungan dengan riwayat infeksi dan hygiene yang buruk.

Setelah diberikan asuhan keperawatan 1x24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil:1. Tidak terdapat

tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kolor, tumor, fungsiolaesa) dan adanya pus.

2. Pasien dapat menjaga kebersihan matanya.

1. Observasi adanya tanda-tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungsiolaesa serta adanya pus).

2. Observasi suhu tubuh pasien dan timbulnya demam.

3. Pada wanita, anjurkan untuk sementara tidak menggunakan tat arias.

4. Anjurkan pasien segera lapor jika terdapat tanda-tanda infeksi, meningkatnya kemerahan, adanya drainase purulen, dan penurunan visus.

5. Anjurkan pasien untuk tidak menutup, memegang atau menekan bagian

1. Observasi dilakuakn untuk deteksi dini terhadap terjadinya infeksi.

2. Peningkatan suhu tubuh dapat mengidentifikasikan terjadinya infeksi.

3. Tata rias yang digunakan merupakan allergen dan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang akan menimbulkan infeksi.

4. Meningkatnya kemerahan, adanya drainase purulen, dan penurunan visus merupakan tanda terjadinya infeksi sekunder. Pengenalan dini terhadap tanda-tanda tersebut akan mempercepat dimulainya tindakan untuk mencegah memburuknya kondisi pasien.

5. Kebiasaan pasien untuk menutupi matanya, memegangi aatau menekan kelopak

Page 14: Laporan Pendahuluan Mata

kelopak mata yang mengalami peradangan.

6. Beritahu pasien untuk menjaga kebersihan perorangan, terutama mata.

7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic salep mata, tetes mata atau oral ( tetrasiklin, metronidazole)

mata yang mengalami peradangan dapat menimbulkan infeksi.

6. Infeksi dapat terjadi karena kebersihan yang kurang baik.

7. Obat antibiotic yang diberikan dapat membantu menurunkan peradangan dan mencegah terjadinya infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anas, Tamsuri. 2011. Klien Gangguan Mata Dan Penglihatan :

Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

2. Arif Mansyur, dkk. 2000 Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta:

FKUI

3. Brunner & Suddarh. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi

8. Volume 3. Jakarta: EGC Kedokteran

4. Doenges, Marilynn E, dkk. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan,

Pedoman Untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien.

Jakarta: EGC Kedokteran5. Nanda, Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan

klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

6. Sidarta, Ilyas. 2004. Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: CV. Sagung Seto

7. Wijaya, Saferi A. 2013. Keperawatan Medikal Bedah keperawatan

dewasa teori dan contoh askep cetakan pertama. Jakarta: Nuha Medika

8. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9

Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

Page 15: Laporan Pendahuluan Mata

PATHWAY

Riwayat blefaritits, hordeolum Sumbatan meibom

Drainase kelenjar meibom terganggu

terjadinya penumpukkan sekresi kelenjar Meiboma

Terjadi reaksi inflamasi pada kelenjar Meibom

Muncul jaringan granulasi pada kelenjar meibom

Peradangan kronik pada kelenjar meibom (benjolan pada kelopak mata )

Lapang pandang terganggu

Gangguan persepsi sensori

Penglihatan terbatas

Resiko Jatuh Rencana pembedahan

Gangguan Citra tubuh

Ansietas

Risiko Infeksi

Higiene buruk