laporan pendahuluan imunisasi

39
LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI CAMPAK O L E H Atika Cahya Fazriyah PO7224110003 POLITEKNIK KESEHATAN

Upload: elika-nur-giyantami

Post on 30-Nov-2015

1.659 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

erty

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI CAMPAK

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

Page 2: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

DASAR TEORI

IMUNISASI CAMPAK

A. PENGERTIAN

Imunisasi yang diberikan untuk kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Vaksin ini

mengandung virus campak hidup yang dilemahkan. Freeze Died adalah sediaan dalam

bentuk serbuk kering yang kemudian dilarutkan. Nama paten dari vaksin campak adalah

virus trimbax dan vaksin MMR ( Measles. Mumps, Rubella, Vaceint ). Kemasan dalam

flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut.

Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut

vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini

pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin yang

telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya bertahan selama 8 jam.

B. TUJUAN

Mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak secara aktif dan sebaiknya

diberikan pada usia 9-11 bulan. Sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak

dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun

sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit

campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali

terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita

sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena

lagi.

C. PERSIAPAN

1. Persiapan Vaksin

Cek label plakon kasian

Buka ampul / plakon yang diperlukan, sedot dalam pelarut spuit 1 cc. Masukkan

pelarut dalam vaksin campak kocok sampai homogeny.

Spuit untuk aplus vaksin, tidak digunakan untuk menyuntik

2. Persiapan Bayi

Page 3: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Dudukan bayi di pangkuan ibu

Lengan kanan bayi dilipat diketiak ibu

Ibu menopang kepala bayi

Tangan kiri ibu memegang tangan kiri bayi

3. Mengisi Spuit

Ambil spuit 1 cc yang telah tersedia

Bersihkan tutup karet yang akan digunakan dengan kapas lembab

Isap 0,5 cc vaksin kedalam spuit

Spuit ditegakluruskan untuk melihat adanya gelembung udara, vaksin segera

diberikan

D. KEKEBALAN

Memberikan daya proteksi imunisasi campak sangat tinggi yaitu 96 % - 99 %.

E. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian

campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9

bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan

belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi

MMR (Measles Mump Rubella).

F. PELAKSANAAN

1. Tempat yang akan disuntikkan adalah lengan atas

2. Disenfeksi daerah tempat penyuntikkan

3. Jepitlah lengan yang akan disuntikkan dengan jari-jari

4. Masukkan jarum kedalam kulit dengan sudut 45o

5. Tekan pistonnya. Perlahan-lahan dengan vaksin sebanyak 0,5 cc

6. Cabut jarum dengan segera setelah vaksin habis dan tekan bekas suntikkan.

G. PENULARAN

Page 4: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita

yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar

10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,

demam), mata kemerahabn dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya.

Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4

hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi

yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.

Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas

penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tidak terlalu kecil. Awalnya haya

muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada, muka, tangan dan kaki.

Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan

tidak banyak.

Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya.

Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebut

hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh

dengan sendirinya. Umumnya dibutuhkan waktu hingga 2 minggu sampai anak sembuh

benar dari sisa-sisa campak.

H. EFEK SAMPING

Sangat jarang terjadi kejang kemungkinan kejang ringan dan tidak berbahaya pada

hari ke 10-12 setelah penyuntikkan

SPC ( subuole silencing panechepatitis )

I. KONTRA INDIKASI

Anak yang sakit parah

Anak yang menderita TBC tanpa pengobatan

Difesiensi gizi gangguan kekebalan

Penderitaan penyakit atau sedang dalam pengobatan

J. DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Imunisasi Indonesia, Jilid II. 2005

Page 5: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Departement Kesehatan RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konsep keluarga.

Maslam. 1997. Imunisasi Edisi II. Jakarta : Ficus

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

………………………. Atika Cahya Fazriyah

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI BCG

Page 6: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

DASAR TEORI

IMUNISASI BCG

Page 7: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

A. PENGERTIAN

Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin BCG adalah

vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin BCG melindungi anak

terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah

dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint ( 1996 ). Sebelum menyuntikkan BCG,

vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang

sudah dilarutkan harus digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila

kena sinar matahari langsung.

B. TUJUAN

Untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tubercolosis ( TBC ).

Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus

tubercel bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan

aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke dalam tubuh, alias vaksinasi BCG

(Bacillus Calmette Guerin).

C. KEKEBALAN

Memberikan daya proteksi imunisasi BCG yaitu 85 %.

D. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Pemberian vaksin BCG cukup 1 kali, karena vaksin BCG berisi kuman hidup

sehingga antibodi yang terbentuk akan memiliki kualitas yang sama dengan yang

terinfeksi secara alami. Oleh karena itu, antibodi yang dihasilkan melalui vaksinasi sudah

tinggi. Berbeda dari vaksin yang berisi kuman mati, umumnya memerlukan booster atau

pengulangan.Kelompok umur yang rentan terserang TB adalah usia balita, terutama usia

kurang dari 1 tahun. Hal ini disebabkan anak umumnya punya hubungan erat dengan

penderita TB dewasa, seperti dengan ibu, bapak, nenek, kakek, dan orang lain yang

serumah. Karena itulah, vaksin BCG sudah diberikan kepada anak sejak berusia kurang

dari 1 tahun, yaitu usia 2 bulan. Di usia ini sistem imun tubuh anak sudah cukup matang

untuk mendapat vaksin BCG. Namun, bila ada anggota keluarga yang tinggal serumah

Page 8: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

atau kerabat yang sering berkunjung ke rumah menderita TB, maka ada baiknya bayi

segera diimunisasi BCG setelah lahir.

Bila umur bayi sudah terlewat dari 2 bulan, sebelum dilakukan vaksinasi hendaknya

jalani dulu tes Mantoux (tuberkulin). Gunanya untuk mengetahui, apakah tubuh si anak

sudah kemasukan kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi BCG

dilakukan apabila tes Mantoux negatif.

E. LOKASI PENYUNTIKAN

Yang dianjurkan oleh WHO adalah di lengan kanan atas. Cara menyuntikkannya pun

membutuhkan keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Bila dilakukan

di paha, proses menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha

umumnya lebih tebal. Para orangtua juga tak perlu khawatir dengan luka parut yang

bakal timbul di lengan, karena umumnya luka parut tersebut tidaklah besar. Jadi tidak

akan merusak estetika keindahan lengan anak kelak.

F. PERSIAPAN ALAT

1. Persiapan Alat

Spuit dan jarum

Kapas hangat

KMS / Kartu Imunisasi

Bubuk kering dan pelarut

2. Persiapan vaksin BCG

Pastikan terlebih dahulu labelnya

Ambilkan pelarut BCG dengan spuit dn larutkan BCG

Ambil spuit omega, ambilkan vaksin sebanyak 0,05 ml

3. Persiapan Klien

Bayi digendong atau di pangku ibunya

G. PELAKSANAAN

1. Tempat yang akan disuntik lengan atas diotot deltoid

2. Disenfeksi daerah tempat penyuntikan dengan kapas DTT

Page 9: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

3. Regangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk dengan jari atau lengan yang tidak

dominan,

4. Tusukkan jarum kedalam kulit dengan lubang jarum menghadap keatas dan jarum

dengan permukaan kulit membentuk sudut 15-20o .

5. Kulit agak diangkat ke atas sampai muncul gelembung di tempat penyuntikkan.

6. Hapus darah didaerah bekas penyuntikkan dengan kapas jering tanpa melakukan

massase.

H. EFEK SAMPING

1. Reaksi normal

Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat. Setelah 2 minggu akan terjadi

pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan dengan garis tengah 10 mm.

Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan menjadi abses kecil yang kemudian

menjadi luka dengan garis tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan

biarkan terbuka atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan

sembuh dan meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.

2. Reaksi berat

Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau abses yang lebih dalam,

kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada leher / ketiak, hal ini

disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan dosis yang terlalu tinggi.

3. Reaksi yang lebih cepat

Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap TBC, proses pembengkakan mungkin

terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi

BCG atau kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

I. KONTRA INDIKASI

1. Praktis tidak ada

2. Kurunkulosis

3. Eksim berat

4. Gangguan kekebalan

J. DAFTAR PUSTAKA

Page 10: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Otck, George. 1995. Imunisasi dalam Praktek. Jakarta : Hipokrates.

Stace, John dan bidduliph. 1999. Kesehatan anak untuk perawat. Petugas penyuluhan

kesehatan dan bidan didesa. Jogjakarta : Yayasan Essentia Medica.

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

Atika Cahya Fazriyah

………………….

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI POLIO

Page 11: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

DASAR TEORI

IMUNISASI POLIO

A. PENGERTIAN

Page 12: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Imunisasi polio dapat diberikan secara oral ( OPV ) maupun suntikan ( IPV ). Vaksin

rutin digunakan sejak bayi lahir sebagai dosis awal. Bibit penyakit yang menyebabkan

polio adalah virus, vaksin yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah

vaksin hidup, berbentuk cairan. Penyakit poliomyelitis adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus polio. Virus polio sangat menular, disebarkan melalui makanan atau dari

mulut ke mulut. Penyakit polio menimbulkan kelumpuhan anggota badan bagian bawah

pada anak. Polio juga bisa menyebabkan peradangan pada selaput otak. Dan imunisasi

polio dapat mencegah penyakit poliomyelitis.

B. TUJUAN

Memicu antibody dalam darah sehingga menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus

polio liar.

C. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Imunisasi polio wajib diberikan yaitu pada saat anak lahir dan selanjutnya diberikan tiga

dosis berturut-turut dengan jarak 6-8 minggu. Jenis vaksinasi polio dibagi menjadi dua

polio hidup yang diberikan lewat mulut (OPV) dan vaksin polio mati yang disuntikkan

(IPV). Tetapi vaksin polio yang dianjurkan adalah polio hidup yang diberikan melalui

mulut dengan dosis 2 tetes ( 0,1 ml ), bila dalam 10 menit di muntahkan, maka dosis

tersebut perlu di ulang. Imunisasi polio yang disuntikkan diberikan 0,5 ml subkutan

dalam tiga kali pemberian berturut-turut dalam jarak 2 bulan masing-masing dosis.

Perlindungan mukosa selaput usus yang ditimbulkan IPV lebih rendah daripada OPV.

D. PERSIAPAN

1. Persiapan alat

Handscoon

Vaksin polio

Pipet plastic

Pinset

Bengkok

Page 13: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

E. PELAKSANAAN

1. Mengucapkan salam

2. Mencuci tangan

3. Membuka tutup karet plakon vaksin polio

4. Memasang pipet plastic pada plakon

5. Mengatur posisi bayi

6. Membuka mulut bayi dengan menggunakan 2 jari

7. Meneteskan vaksin polio langsung dari pipet kedalam mulut sebanyak 2 tetes.

8. Merapikan bayi

9. Memberikan penjelasan sehubungan dengan hasil imunisasi dan efek samping

imunisasi.

10. Memberi tahu jadwal imunisasi selanjutnya

11. Merapikan alat

12. Mencuci tangan

13. Melakukan dokumentasi

F. EFEK SAMPING

Seperti sediaan obat lainnya, vaksin polio berisiko menimbulkan efek samping baik

ringan maupun berat, namun resiko ini sangat kecil dibandingkan dengan jika menderita

poliomyelitis. Setelah pemberian vaksin dapat mengalami gejala pusing, diare ringan,

dan nyeri otot, namun sangat jarang. Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin

tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare

berat. Selain itu efek samping yang mungkin terjadi adalah dapat berupa kejang-kejang,

tetapi kemungkinan tersebut sangat kecil untuk terjadi. Pada kasus poliomyelitis yang

berkaitan dengan vaksin pernah dilaporkan 1 dari 2,5 juta vaksin. Lumpuh layu setelah

vaksin ini terjadi 4-30 hari setelah pemberian OPV dan 4-75 hari setelah kontak dengan

penerima OPV. Hubungi dokter jika ada keluhan yang berat seperti demam tinggi dan

gangguan prilaku atau tanda reaksi berat seperti sesak nafas, dan pusing sampai pingsan.

G. KONTRA INDIKASI

Vaksin polio oral tidak boleh diberikan dalam keadaaan :

Page 14: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

1. Ineksi HIV atau kontak dengan HIV serumah

2. Keadaan kekebalan tubuh yang rendah atau tinggal serumah dengan pasien yang

memiliki kekebalan tubuh rendah seperti : terapi steroid jangka panjang, penyakit

kanker, dakam kemoterapi.

3. Muntah atau diare berat, pemberian vaksin ditunda.

Vaksin polio suntik tidak boleh diberikan dalam keadaan :

1. Adanya alergi terhadap neomisin, streptomisin dan polimiksin-B

H. DAFTAR PUSTAKA

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya.

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

Atika Cahya Fazriyah

………………….

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI HEPATITIS B

Page 15: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

DASAR TEORI

IMUNISASI HEPATITIS B

A. PENGERTIAN

Page 16: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinant yang telah dimatikan dan bersifat

reninfactorie / non-infecious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi

(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. (vademecum Bio

Farma Jan 2002). Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus hepatitis B yang merusak hati. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan

pengerasan hati (Cirrhosis Hepatis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan

menimbulkan kematian. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala.

Kemasan:

•    Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan.

•    Vaksin hepatitis B terdiri dari dua kemasan:

-    kemasan dalam prefiil injection device (PID)

-    kemasan dalam vial

•    Satu box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.

•    Satu box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis masing-masing

B. TUJUAN

Untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B. Pemberian vaksin

bagi bayi pada awal masa kehidupannya sangat penting untuk mencegah berbagai

penyakit berbahaya.  Salah satu yang paling penting untuk diberikan adalah vaksinasi

hepatitis B. Dari pengidap hepatitis kronik yang berada di masyarakat, sekitar 90 persen

di antaranya mengalami infeksi mereka masih bayi.  Infeksi dari ibu yang mengidap

virus hepatitis bisa terjadi sejak masa persalinan hingga bayi mencapai usia balita

Penularan virus Hepatitis B pada bayi bukan didapat dari darah bayi yang terhubung

kepada ibu melalui plasenta bayi atau dari air susu ibu . Tapi bisa terjadi saat persalian

atau juga ketika menyusui di mana terjadi kontak antara luka kecil pada puting susu ibu

dengan mulut bayi. Untuk mencegah penularan ini, setiap bayi diwajibkan mendapat

vaksin hepatitis B pada usia 0-7 hari.

C. EFEKTIVITAS VAKSIN

Pemberian 3 dosis vaksin Hepatitis B secara intramuskluar menginduksi respon antibodi

protektif pada lebih dari 90% dewasa sehat yang berusia kurang dari 40 tahun. Setelah

berusia 40 tahun, imunitas berkurang dibawah 90%, dan saat berusia 60 tahun hanya 65-

Page 17: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

76% vaksin yang mempunyai efek proteksi terhadap infeksi virus Hepatitis B. Meskipun

faktor pejamu lainnya seperti merokok, obesitas, infeksi HIV, dan penyakit kronik

menyebabkan imunogenisitas vaksin yang rendah, tetapi usia merupakan factor

determinan terpenting.

D. JADWAL PEMBERIAN

o Saat lahir :

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1

dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir

diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status

HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui

bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi

berumur 7 hari.

o 1 bulan :

Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan.

o 6 bulan  :

HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval

HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan

E. CARA PENULARAN

1. Vertikal

Penularannya langsung dari ibu ke anak pada kehamilan/persalinan dan pasca

persalinan.

2. Horizontal

Penularannya dari orang sakit ke orang yang sehat. Virus Hepatitis B dapat

ditransmisikan dengan efektif melalui cairan tubuh, perkutan, dan melalui

membran mukosa. Penularan yang lebih rendah dapat terjadi melalui kontak

dengan karier Hepatitis B, hemodialisis, paparan terhadap pekerja kesehatan yang

terinfeksi, alat tato, alat tindik, hubungan seksual, dan inseminasi buatan. Selain

itu penularan juga dapat terjadi melalui transfusi darah dan donor organ. Hepatitis

B dapat menular melalui pasien dengan HBsAg yang negatif tetapi anti-HBc

Page 18: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

positif, karena adanya kemungkinan DNA virus Hepatitis B yang bersirkulasi,

yang dapat dideteksi dengan PCR (10-20% kasus).Virus Hepatitis B 100 kali

lebih infeksius pada pasien dengan infeksi HIV dan 10 kali lebih infeksius pada

pasien Hepatitis C. Adanya HBeAg yang positif mengindikasikan risiko transmisi

virus yang tinggi.

F. DOSIS DAN CARA PEMBERIAN

1. Pemberian sebanyak 3 dosis

2. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimal

4 minggu ( 1 bulan )

3. Vaksin disuntikkandengan dosis 0,5 ml, pemberian secara IM, sebaiknya pada antero

lateral / paha.

4. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok dengan memegang botol terlebih dahulu

agar suspensi menjadi homogen. Buka kantong aluminium / plastic dan keluarkan

alat suntik PID.

5. Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya

diantara jari telunjuk dan jempol dengan gerakan cepat dorong tutup jarum kearah

leher. Dorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher.

6. Buka tutup jarum, tetap pasang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum

pada antero lateral paha secara IM ( tidak perlu aspirasi ).

7. Pijat reserrior dengan kuat untuk menyuntik setelah reservoir kempis, cabut alat

suntik.

G. KONTRA INDIKASI

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin

ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat disertai kejang.

H. EFEK SAMPING

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat

penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

Page 19: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Imunisasi hepatitis B juga dapat menggunakan vaksin DPT-HB atau biasa disebut

dengan combo.

I. DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI . 1993. Asuhan Kesehatan Anak dalam Konsep Keluarga, Cetakan II. Jakarta

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya

Achmadi, Umar Fahmi. 2006. Imunisasi Mengapa Perlu?. Jakarta: PT Kompas Media

Indonesia.

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

Atika Cahya Fazriyah

………………….

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI DPT-HB

Page 20: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

DASAR TEORI

IMUNISASI DPT-HB

Page 21: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

A. PENGERTIAN

Imunisasi DPT combo adalah gabungan antara imunisasi DPT dan Hepetitis B

sedangkan pengertian dari masing-masing imunisasi antara lain :

a. DPT adalah imunisasi sebagai usaha mendapatkan kekebalan terhadap penyakit

difteri, pertusis ( batuk rejan ) dan tetanus yang merupakan kekebalan aktif yang

diperoleh dalam waktu bersamaan. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang

menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.

Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan

batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis

berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat

sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat

menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta

kejang.

b. Hepatits B; menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatits B, diberikan

sedini mungkin setelah bayi lahir. Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B

adalah virus. Vaksin hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar

(mantel virus) yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan

rusak karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik disimpan

pada temperatur 2,8°C.

B. INDIKASI

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus dan pertusis dan

hepatitis B.

C. CARA PEMBERIAN

1. Pemberian dengan cara IM 0,5 ml sebanyak 3 dosis

2. Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya dengan interval 4 minggu

3. Di unit pelayanan, vaksin DPT-HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama

4 minggu dengan ketentuan :

Vaksin belum kadaluarsa

Page 22: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

Vaksin disimpan dalam suhu ± 2oC – 8oC.

Tidak terendam air

Sterilisasinya terjaga

4. Diposyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari

berikutnya.

D. USIA DAN JUMLAH PEMBERIAN

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I),

3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.

Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6

tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya

diberikan DT, bukan DPT. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya

diberikan booster vaksin td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena

vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu

diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang

mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10

tahun.

E. PERSIAPAN

1. Persiapan alat :

Spuit dan jarum

Kapas air hangat DTT

KMS / Kartu Imunisasi

Tempat sampah

2. Persiapan vaksin DPT

Pastikan terlebih dahulu labelnya, kocok endapan sampai homogeny

Cara mengisi spuit DPT-HB

a. Buka tutup label. Usap karet penutup dengan kapas basah

b. Ambil spuit 2 cc / spuit khusus DPT combo, ambil vaksin 0,5 cc

c. Cabut jarum dari flakon, spuit ditegakkan, luruskan untuk melihat gelembung

udara, gelembung dibuang.

d. Gunakan spuit dan jarum disposable.

Page 23: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

3. Persiapan Klien

Bayi dipangku ibu

Tangan kiri ibu merangkul bayi, menyangga bahu dan memegang paha kiri bayi

F. PELAKSANAAN

1. Tempat penyuntikkan yang baik adalah dip aha bagian sebelah luar

2. Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi yang akan disuntik

3. Pegang lah otot paha diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari

4. Disenfeksi lokasi penyuntikkan dengan kapas DTT

5. Tusukkan jarum secara IM 90o

6. Lakukan aspirasi, pastikkan tidak menganai pembuluh darah

7. Dorong pangkal plakon dangan ibu jari untuk memasukkan vaksin

8. Cabut jarum

9. Tekan bekas penyuntikkan denga kapas DTT

G. EFEK SAMPING

1. Panas

Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi

DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus

dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke

air hangat.

2. Rasa sakit di daerah suntikan

Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.

3. Peradangan

Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan

peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena:

Telah tersentuh,

Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril,

Sterilisasi kurang lama,

Pencemaran oleh kuman.

Page 24: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

4. Kejang-kejang

Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas, reaksi disebabkan oleh

komponen dari vaksin DPT.

H. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

1. Pemberian vaksin 3 kali dengn dosis 0,5 cc dengan interval 4 minggu secara IM

2. Vaksisn yang digunakan tidak beku

3. Jika vaksin tersisa harus dibuang

I. DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arip. 2010. Kapita Selekta Kedokteran 2. Jakarta : Medika Aesculapius.

Wahab, Semik. 2002. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta : Widya

Medika

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

Atika Cahya Fazriyah

………………….

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI TT

Page 25: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

O L E H

Atika Cahya FazriyahPO7224110003

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2011/2012

DASAR TEORI

IMUNISASI TT

Page 26: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

A. PENGERTIAN

Imunisasi TT adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan

terhadap infeksi tetanus. Vaksin tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang dilemahkan dan

kemudian di murnikan.

B. TUJUAN

Untuk mencegah penyakit tetanus pada ibu dan bayi serta melindungi bayi baru lahir dan

kemungkinan terkena kejang akibat tetanus neonatorum.

C. MANFAAT

1. Melindungi bayi baru lahir dan tetanus neonatorum yang disebabkan oleh clostridium

tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin dan menyerang sistem saraf pusat.

2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka

3. Meminimalkan angka kesakitandan kematian bayi.

D. JADWAL PEMBERIAN

Antigen Selang Waktu Maksimal Lama Perlindungan Presentase Perlindungan

TT 1 Saat pertama periksa Tidak ada Tidak ada

TT 2 4 mgg setelah TT 1 3 tahun 80 %

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 85 %

TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 99 %

TT 5 5 tahun setelah TT 4 25 thn/seumur hdp 99 %

Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum 8 bulan untuk mendapatkan imunisasi TT

lengkap ( BkkBN ) 2005. TT dapat diberikan sejak diketahui positif hamil dimana

biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil kesarana kesehatan ( Depkes RI,

2000 ).

Page 27: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

E. PERSIAPAN

1. Persiapan Alat :

Spuit dan jarum

Kapas DTT hangat

Kartu Imunisasi TT

Tempat sampah

2. Persiapan Vaksin

Pastikan vaksin dalam keadaan baik

3. Persiapan Klien

Klien duduk dan diberitahu tujuan dan tindakan yang akan di lakukan.

F. PELAKSANAAN

1. Mencuci tangan

2. Tempat penyuntikan yang baik adalah lengan atas pada tangan yang lebih sedikit

bekerja.

3. Letakkan ibu jari dan telunjuk pada posisi lokasi penyuntikkan

4. Peganglah otot lengan diantara jari-jari telunjuk dan ibu jari

5. Disenfeksi lokasi penyuntikkan dengan kapas DTT hangat

6. Tusukkan jarum secara IM 90o dengan dosis 0,5 cc

7. Lakukan aspirasi, pastikan tidak mengenai pembuluh darah

8. Dorong pangkal spuit dengan ibu jari dan memasukkan vaksin

9. Jarum dicabut, tekan bekas suntikkan dengan kapas

10. Mencuci tangan

G. EFEK SAMPING

Biasanya hanya gejala-gejala ringan saja yaitu reaksi lokal pada tempat penyuntikkan

berupa rasa nyeri, kemerahan dan pembengkakan. Efek samping tersebut berlangsung 1-

2 hari akan sembuh dengan sendirinya tanpa tindakan / pengobatan.

H. DAFTAR PUSTAKA

Page 28: LAPORAN PENDAHULUAN Imunisasi

BKKBN. 2005. Kartu Informasi KHIBA ( Kelangsungan Hidup Ibu Bayi dan Anak

Balita )

Ditjen PPN, PL, Depkes RI. 2000. Modul Latihan Petugas Imunisasi Edisi 7

Idanati Rukna. 2005. TT. Pregnancy.

Syaifuddin, dkk. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. Jakarta : JNPKKR. POET.

Balikpapan,

Mengetahui Mahasiswi

CI Ruangan

Atika Cahya Fazriyah

………………….