laporan pendahuluan diare
DESCRIPTION
pengertian diareTRANSCRIPT
A. DEFINISI
Diare adalah feses dengan konsistensi lunak atau cair, sering dengan atau tanpa
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh efek-efek kemoterapi pada apitelium (Tucker,
1998).
Diare adalah gejala kelainan pencernaan, absorbsi, dan fungsi sekresi (Wong, 2001).
Diare adalah kehilangan banyak cairan dan elektrolit melalui tinja (Behrman, 1999).
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari empat kali pada bayi dan
lebih dari tiga kali pada anak, konsistensi feses cair, dapat berwarna hijau atau dapat pula
bercampur lendir atau darah, atau lendir saja (Ngastiyah, 1997).
Diare mengacu pada kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi
dengan bagian feses tidak berbentuk (Nethina, 2001).
Menurut pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diare adalah gejala kelainan
sistem pencernaaan, absorbsi, maupun fungsi sekresi dimana pasien mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja dengan frekuensi buang air besar lebih dari
empat kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses cair, dapat
berwarna hijau bercampur lendir atau darah, atau lendir saja.
Diare dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Diare Akut
Diare akut dikarakteristikkan oleh perubahan tiba-tiba dengan frekuensi dan kualitas
defekasi. Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset.
2. Diare Kronis
Diare kronis yaitu diare yang lebih dari dua minggu.
Dehidrasi adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang berlebihan. Dehidrasi
merupakan gangguan yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak ketika haluaran cairan
total melebihi asupan cairan total.
Berdasarkan tipenya, dehidrasi terdiri dari tiga tipe, yaitu: isotonic, hipertonik, dan
hipotonik.
1. Dehidrasi isotonis dicirikan dengan defisit air dan elektrolit yang terjadi dalam
proporsi seimbang. Isotonis merupakan jenis dehidrasi yang paling sering terjadi
(sekitar 70% kasus dehidrasi dihubungkan dengan diare pada bayi).
2. Dehidrasi hipertonik dicirikan dengan kehilangan cairan melebihi kehilangan
elektrolit. Hal ini terjadi pada sekitar 20% kasus dehidrasi akibat diare berat pada
bayi.
3. Dehidrasi hipotonik dicirikan dengan kehilangan sejumlah elektrolit melebihi
kehilangan cairan. Pada bayi, sebanyak 10% kasus dehidrasi yang terjadi akibat
diare berat.
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
Dehidrasi ringan dicirikan dengan kehilangan 5% dari berat badan sebelum sakit.
Dehidrasi sedang dicirikan dengan kehilangan lebih dari 5% sampai 10% dari berat
badan sebelum sakit.
Dehidrasi berat dicirikan dengan kehilangan lebih dari 10% berat badan sebelum
sakit.
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120
Gelisah, cengeng
Apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Mengigau, koma,
atau syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinisGejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Uub
+
N (120)
Biasa
Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering
+++
Cepat sekali
Kusz maull
Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,
lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila
terganggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis
keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Umur Berat Badan Total/24 jam
Kebutuhan
Cairan/Kg BB/24
jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50
Whaley and Wong (1997)
Menurut Ngestiyah (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil
(1998),Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI
(1988), menyatakan bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada
anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :
Derajat Dehidrasi PWL NWL CWL Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250
Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)
B. ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1. Faktor infeksi
a) Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:
- Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas.
- Infeksi virus: Enteroviru, Adenovirus, Rotavirus. Astrovirus.
- Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, strongyloides); Protozoa
(Etamoba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis); jamur (Candida
albicans).
b) Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media
akut (OMA) tonsilitis/ tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah
dua (2) tahun.
2. Faktor malaborsi
a) Malabsorsi karbohidrat
Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi
glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare
yang terpenting pada bayi dan anak.
b) Malabsobsi lemak
c) Malabsorbsi protein.
3. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas.
Dehidrasi dapat disebabkan oleh kehilangan air yang tidak disadari pada kulit dan
saluran pernapasan, peningkatan eksresi cairan pada ginjal dan gastrointestinal (GI),
atau penurunan asupan cairan. Kemungkinan penyebab dehidrasi: muntah dan diare
yang berlebihan, asupan cairan yang tidak cukup, ketoasidosis deabetik, luka bakar
berat, demam tinggi berkepanjangan, hiperventilasi.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat
masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan
akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja, adanya kaosis
kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam
tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler
kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak
yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg%
pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu
yang encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
baik karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi ronjatan (shock) hiperolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
Diare dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Diare akut
- Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
- Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa tidak
enak, nyerri perut
- Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
- Demam
2. Diare kronik
- Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
- Penurunan BB dan nafsu makan
- Demam indikasi terjadi infeksi
- Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardi, denyut lemah
Bentuk klinis diare
Diagnose Didasarkan pada keadaan
Diare cair akut a. Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14
hari
b. Tidak mengandung darah
Kolera a. Diare air cucian beras yang sering ada banyak dan cepat
menimbulkan dehidrasi berat, atau
b. Diare dengan dehidrasi berat selama terjadinya KLB kolera,
atau
c. Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V cholers 01
atau 0139
Disentri a. Diare berdarah (dilihat atau dilaporkan)
Diare persisten a. Diare yang berlangsung selama 14 hari atau lebih
Diare dengan
gizi buruk
a. Diare apapun yang disertai gizi buruk
Diare terkait
antibiotika
(Antibiotic
Associated
Diarrhea)
a. Mendapa pengobatan antibiotic oral spectrum luas
Invaginasi a. Dominan darah dan lender dalam tinja
b. Massa intra abdominal (abdominal mass)
c. Tangisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare
Klasifikasi Tanda-tanda atau gejala Pengobatan
Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda:
a. Letargis/tidak sadar
b. Mata cekung
c. Tidak bisa minum atau malas
minum
d. Cubitan perut kembali sangat
lambat (≥ 2 detik)
Beri cairan untuk diare
dengan dehidrasi berat
Dehidrasi ringan atau
sedang
Terdapat 2 atau lebih tanda:
a. Rewel gelisah
b. Mata cekung
c. Minum dengan lahap atau haus
d. Cubitan kulit kembali dengan
lambat
a. Beri anak dengan
cairan dengan
makanan untuk
dehidrasi ringan
b. Setelah rehidrasi,
nasehati ibu untuk
penangan dirumah dan
kapan kembali segera
Tanpa dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi
ringan atau berat
a. Beri cairan dan
makanan untuk
menangani diare
dirumah
b. Nasehati ibu kapan
kembali segera
c. Kunjungan ulang
dalam waktu 5 hari
jika tidak membaik
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang diare akut:
- Tes darah: hitung darah lengkap; anemia atau trombositosis mengarahkan dengan
adanya penyakit kronis. Albumin yang rendah bisa menjadi patokan untuk tingkat
keparahan penyakit namun tidak spesifik.
- Kultur tinja bisa mengidentiffikasi organisme penyebab. Bakteri C. Difficile
ditemukan pada 5% orang sehat; oleh karenanya diagnosis ditegakkan berdasarkan
adanya gejala disertai ditemukannya toksin, bukan berddasarkan ditemukannya
organisme saja.
- Foto polos abdomen: bisa menunjukkan gambaran kolitis akut
Pemeriksaan penunjang diare kronis:
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan harus dipilih berdasarkan prioritas diagnosis
klinis yang paling mungkin.
- Tes darah: secara umum dilakukan hitung darah lengkap, LED, biokimiawi darah, tes
khusus dilakukan untuk mengukur albumin serum, vitamin B12 dan folat. Fungsi
tiroid. Antibodi endomisial untuk penyakit siliaka.
- Mikroskopik dan kultur tinja (x3): hasil kultur negatif belum menyingkirkan
giardiasis.
- Lemak dan tinja: cara paling sederhana adalah pewarnaan sampel tinja dengan Sudan
black kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pada kasus yang lebih sulit, kadar
lemak tinja harus diukur, walaupun untuk pengukuran ini dibutuhkan diet yang
terstandardisasi.
- Foto polos abdomen: pada foto polos abdomen bisa terlihat klasifikasi pankras,
sebainya diperiksa dengan endoscopic retrograde cholangiopancreatography
(ERCP) dan/atau CT pankreas.
- Endoskopi, aspirasi duodenum, dan biopsi: untuk menyingkirkan penyakit seliaka dan
giardiasis.
- Kolonoskopi dan biopsi: endoskopisaluran pencernaan bagian bawah lebih
menguntungkan dariada pencitraan radiologi dengan kontras karena, bahkan ketika
mukosa terlihat normalpada biopsi bisa ditemukan kolitis mikroskopik (misalnya
kolistik limfositik, kolitis kolagenosa).
- Hydrogen breath test: untuk hipolaktasia (laktosa) atau pertumbuhan berlebihan
bakteri pada usus halus (laktulosa).
- Pencitraan usus halus: bisa menunjukkan divertikulum jejuni, penyakit Crohn atau
bahkan struktur usus halus.
- Berat tinja 24 jam (diulang saat puasa): walaupun sering ditulis di urutan terakhir
daftar pemeriksaan penunjang pemeriksaan ini tetap merupakan cara paling tepat
untuk membedakan diare osmotik dan diare sekretorik.
- Hormon usus puasa: jika ada dugaan tumor yang mensekresi hormonharus dilakukan
pengukuran kadar hormon puasa.
Menurut (Rubebsten dkk, 2007) jika merupakan episode akut tunggal dan belum
mereda setelah 5-7 hari, maka hurus dilakukan pemeriksaan berikut:
a. Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari anemia dan kultur darah untuk Salminella
typhi, S. Paratyphi, dan S. Enteritidid, khususnya bila ada riwayat perjalanan ke luar
negeri.
b. Pemeriksaan laboratorium tinja untuk mencari kista, telur, dan parasit (ameba,
Giardia) dan kultur (tifoid dan paratifoid, Campylobacter, Clostridium difficile).
c. Sigmoidoskopi, khususnya pada dugaan kolistis ulseratif atau kangkaer (atau kolitis
ameba). Biopsi dan histologi bisa memiliki nilai diasnostik.
F. PATHWAY
gas
G.
H.
I.
J.
K.
L.
Infeksi Makanan Psikologi
Berkembang di usus
Hipersekresi air & elektrolit
Isi usus
Toksik tidak dapat diserap
Hiperperistaltik
Penyerapan makanan di usus
Ansietas
Diare
Kerusakan integritas kulit
Kekurangan volume cairan
Dehidrasi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Hilang cairan & elektrolit berlebihan
Frekuensi BAB Distensi abdomen
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh
Nafsu makan
Mual muntah
Resiko syok (hipovolemik)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2. Dietetik
3. Obat-obatan
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan
akurat, yaitu:
1) Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup
banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar
kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada
keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi
dengan segala akibatnya.
2) Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan
jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan cara/rumus:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Perbandingan BB dan Umur
BB (kg) Umur PWL NWL CWL
Total
Kehilangan
Cairan
< 3
3-10
10-15
15-25
< 1 bln
1 bln-2 thn
2-5 thn
5-10 thn
150
125
100
080
125
100
080
025
25
25
25
25
300
250
205
130
Sumber: Ngastiyah (1997)
Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB) = cairan muntah
NWL: Normal Water Lose (ml/kgBB) = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL: Concomitant Water Lose (ml/KgBB) = cairan diare dan muntah yang terus
menerus
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan
yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera
pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6
bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula
lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula
yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai
berikut:
- Untuk anak umur 1 bl -2 tahun berat badan 3-10 kg :
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran
1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
2 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml
= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
- Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian
glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).
2. Dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang
dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh.
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya
susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai
sedang atau tak jenuh.
Standar Nutrisi parenteral untuk anak diare adalah didasarkan atas kebutuhan
kalori, kebutuhan asam amino, dan kebutuhan mikronutrien.
Kebutuhan kalori
1. BBLR : 150 Kkal/ Kg BB
2. BBL C: 120 Kkal/ Kg BB/bulan
3. BB 0- 10 Kg : 100Kkal/ Kg BB
4. BB 11- 20 Kg : 1000 Kkal + 50 Kkal x (BB -10)
5. BB > 20 Kg : 1500 Kkal + 20 Kkal x ( BB – 20)
Kebutuhan Asam amino
1. BBLR 2,5 – 3/ Kg BB
2. Usia 0 -1 tahun : 2,5 g/ Kg BB
3. Usia 2 -13 tahun 1,5 -2g/ kg BB
Kebutuhan Mikronutrien
1. Kalium 1,5 – 2,5 meq/ kg BB
2. Natrium 2,5 – 3,5 meq/ kg BB
Salah satu contoh makanan untuk anak dengan diare adalah bubur tempe yang
bertujuan untuk memberikan diet kepada anak dengan diare. Adapun sasaran
dan kegunaannya adalah untuk meringankan kerja usus bagi penderita diare
dan diberikan kepada anak usia 6 -12 bulan dan anak usia 1 -5 tahun. Adapun
bahan yang dibutuhkan adalah tepung beras 30 gram, tempe 50 gram,
margarine 10 gram dan gula pasir 20 gram, serta air 200 ml. Adapun caranya
ada 2 yaitu cara pertama: tempe di blender ditambah 20 cc, campurkan tempe
yang sudah diblender dengan tepung beras, gula pasir, margarine dan air
sebanyak 200 cc, aduk hingga rata, lalu mask diatas api sampai mengental dan
siap disajikan. Cara kedua: tempe direbus lalu dihaluskan, campur tempe ,
tepung beras, margarine, gula pasir dengan sisa rebusan tempe sebanyak 200
cc. Masak diatas api sampai mengental kemudian disaring dan siap untuk
disajikan.
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
1) Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2) Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3) Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)
H. ANALISA DATA
No. Data Masalah
keperawatan
Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1. Batasan karakteristik
1. Perubahan status mental
2. Penurunan tekanan
darah
3. Penurunan tekanan nadi
4. Penurunan turgor kulit
5. Peurunan haluaran urine
6. Membran mukosa
kering
7. Kulit kering
8. Peningkatan hematokrit
9. Peningkatan suhu tubuh
10. Peningkatan frekuensi
nadi
11. Peeningkatan
konsentrasi urine
Kekurangan
volume cairan
Output
berlebih
Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan output
berlebih
12. Penurunan berat badan
13. Haus
14. Kelemahan
2. 1. Kram abdomen
2. Nyeri abdomen
3. Menghindari makanan
4. Berat badan 20% atau
lebih di bawah berat
badan ideal
5. Kerapuhan kapiler
6. Diare
7. Kehilangan rambut
berlebihan
8. Bising usus hiperaktif
9. Kurang makanan
10. Kurang informasi
11. Penurunan berat badan
dengan asupan makanan
adekuat
12. Membran mukosa pucat
13. Ketidakmampuan
memakan makanan
14. Tonus otot menurun
15. Mengeluh gangguan
sensasi rasa
16. Cepat kenyang setelah
makan
17. Sariawan rongga mulut
18. Kelemahan otot
pengunyah
19. Klemahan otot untuk
menelan
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
Intake
makanan yang
tidak adekuat
Gangguan
nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan intake
makanan yang
tidak adekuat
3. 1. Kerrusakan lapisan kulit
(dermis)
2. Gangguan permukaan
kulit (epidermis)
3. Infasi struktur tubuh
Kerusakan
integritas kulit
Kerusakan
integritas kul
I. RENCANA KEPERAWATAN
No
.
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan output
berlebih
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan kebutuhan
cairan dan elektrolit
dalam tubuh pasien dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
- Input dan output
cairan elektrolit
seimbang.
- Menunjukkan
membran mukosa
lembab dan turgor
jaringan normal.
Fluide management
1. Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
2. Pertahankan catatan intake dan
output yang akurat
3. Monitor status hidrasi
(kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat, tekanan
ortostatik), jika diperlukan
4. Monitor vital sign
5. Kolaborasikan cairan IV
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Kolaborasi dengan dokter.
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan termasuk
intake dan output cairan
2. Monitor tingkat HB dan
hematokrit
3. Monitor respon pasien
terhadap penambahan cairan
4. Monitor berat badan
2. Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake
makanan yang
tidak adekuat
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan kebutuhan
nutrisi pasien dapat
teratasi dengan kriteria
hasil:
1. Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi
badan
2. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
3. Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
4. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti
Nutrition mangement
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3. Anjurukan pasien untuk
meningkatkan intake IV
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan
vitamin C
5. Berikan substansi gula
6. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
7. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor kadar albumin, total
protein, HB, dan kadar HT
11. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
12. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
3. Kerusakan
integritas kulit
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 2 x 24 jam,
diharapkan kerusakan
integritas kulit pasien
dapat teratasi dengan
kriteria hasil:
1. Integritas kulit yang
baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
2. Tidak ada luka atau
lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan baik
4. Menunjukkan
pemahaman dalam
Pressure Management
1. Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
2. Jaga kebersihan kulit agar
tetap bersih dan kering
3. Mobilisasi pasien ( ubah posisi
pasien) setiap 2 jam sekali
4. Oleskan lotion atau
minyak/baby oil pada daerah
tertekan
5. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
6. Memandikan pasien dengan
sabun dan air hangat
proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cidere
berulang
5. Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
Daftar Pustaka
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal – Bedah : Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC
Behrman, Richard E, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan dan Anak Nelson, Volume 2. Edisi 15. Alih Bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
Davey Patrick.2003.Medicine at a Glance. Erlangga: Jakarta.
Kee, Joyce L.1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina
Hany. Jakarta: EGC.
Nethina, Sandra, M. 2001. Pedoman Praktek Keperawatan. Alih Bahasa oleh Setiawan, dkk. Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid I dan II. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Rubenstein David, dkk.2005. Lecture Notes: Kedokteran Klinis.Erlangga:Jakarta
Tucker, Susan Martin, dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis, dan Evaluasi. (ed. 5). Alih Bahasa Yasmin Asih,dkk. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. dan Eaton, M. H…(et all). 2001. Wong’s Essentials of Pediatric Nursing. (Ed. 6). Missouri : Mosby.
KEBUTUHAN CAIRAN TUBUH ANAK
1. < 10 Kg = 100 cc/kgBB/hari2. <20Kg =1000cc + (BB-10)x50cc / hari3. <30kg =1500cc + (BB-20)x20cc / hari
BALANCE CAIRANBalance Cairan = Intake (minum+infus+makan)- output (IWL+Urine+On Going Loss)–> OGL: feses dan muntahPerhitungan IWL<1thn=50cc/kgBB/hr1-3thn=40cc/kgBB/hr3-5thn=30cc/kgBB/hr>5thn=20cc/kgBB/hrPerhitungan Diuresis: Jumlah urine cc/BBxjam1. Peningkatan suhu tubuh b/d proses peradangan usus halus
Tujuan : Suhu tubuh kembali normalCriteria hasil ;- tidak demam- tanda-tanda vital dalam batas normala. Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh tiap 2 – 4 jam.R/ : Mengetahui keadaan umum pasien
b. Berikan kompres dingin.R/: Mengurangi peningkatan suhu tubuh
c. Atur suhu ruangan yang nyaman.R/ : Memberikan suasana yang menyenangkan dan menghilangkan ketidaknyamanan.
d. Anjurkan untuk banyak minum air putihR/: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
e. Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotikR/: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan proses infeksi dari bakteri
2. Gangguan pola eliminasi b/d proses peradangan pada usus halusTujuan : Pola eliminasi sesuai dengan kebiasaan sehari-hariCriteria hasil : konsistensi normal
a. Kaji pola eliminasi pasienR/ : Untuk mengetahui output dan dapat ditentukan intake yang sesuai
b. Berikan minuman oralitR/ : Untuk menyeimbangkan elektrolit
c. Kolaborasi dengan dokter dalam obatR/ : Untuk mengetahui dosis yang tepat menghentikan diare
d. Auskultasi bising ususR/: Penurunan menunjukkan adanya obstruksi statis akibat inflamasi, penumpukan fekalit
e. Selidiki keluhan nyeri abdomenR/: Berhubungan dengan distensi gas
f. Observasi gerakan usus, perhatikan warna, konsistensi, dan jumlah fesesR/: Indikator kembalinya fungsi GI, mengidentifikasi ketepatan intervensi
g. Anjurkan makan makanan lunak, buah-buahan yang merangsang BABR/: Mengatasi konstipasi yang terjadi
h. Kolaborasi Berikan pelunak feses, supositoria sesuai indikasiR/: Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik dengan perlahan
7. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses peradanganTujuan : nyeri hilang/berkuranKriteria hasil :- Tidak ada keluhan nyeri- Wajah tampak tampak rileks- TTV dalam batas normal
a. Kaji tingkat nyeri, lokasi, sifat dan lamanya nyeriR/: Sebagai indikator dalam melakukan intervensi selanjutnya dan untuk mengetahui sejauh mana nyeri dipersepsikan.b.Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.c. Ajarkan tehnik nafas dalamR/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyerid. Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya
visualisasi, aktivitas hiburan yang tepatR/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatiane. Kolaborasi obat-obatan analgetikR/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri