laporan pendahuluan dengan gangguan sistem pencernaan.docx
TRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN “
TUMOR ABDOMEN” DIRUANG LONTARA II ATAS DEPAN (BEDAH DIGESTIF)
RSUP. Dr,WAHIDIN SUDIROHUSODO
A. KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
a) Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh oleh pertumbuhan sel dengan
pertumbuhan yang terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000).
b) Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh
sel-sel yang tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi
dengan jaringan disekitarnya serta tidak berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi
2001).
c) Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm.
( Carwin, Elizabeth.J. 2000).
d) Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang
berbeda-beda, yang disebabkan oleh sel tubuh yang yang mengalami
transformasi dan tumbuh secara autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel
normal, sehingga sel tersebut berbeda dari sel normal dalam bentuk dan
strukturnya. (http///tumor abdomen.html). Secara patologi kelainan ini mudah
terkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter
atau vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan
struktur yang di bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN
1) Mulut
Mulut atau orsis adalah permulaan saluran pencernaan yang terdiri atas 2
bagian yaitu bagian luar yang senpit atau vestibula yaitu ruang di antara gusi,
gigi, bibir, dan pipi. Bagian rongga mulut bagian dalam yaitu rongga mulut
yang dibatasi sisinya oeh tulang malsilaris, platum dan mandibularis, di
belakang bersambung dengan faring.
a) Gigi
Gigi dewasa berjumlah 32 yang terdiri dai gigi seri untuk memotong
makanan, gigi taring untuk memutuskan makanan yang keras dan liat dan
gigi geraham untuk menguyah makanan yang sudah dipotong-potong.
b) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir, kerja otot
lidah ini dapat digerakkan keseluruh arah.Fungsi lidah itu sendiri yaitu
mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai alat pengecap, dan menelan,
serta merasakan makanan.
c) Kelenjar ludah
Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang bernama
wartoni dan duktus stensoni.Kelenjar ludah ada dua yaitu kelenjar
submaksilaris dan subblingualis.
2) Faring
Merupakan organ berhubungan rongga mulut dengan kerongkongan
(esofagus).Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan
kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi. Tekak terdiri dari bagian superior ( bagian yang sama tinggi
dengan hidung ) bagian media ( bagian yang sama tinggi dengan laring ).
Bagian superior di sebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
memghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.
3) Esofagus
Esofagus merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung
panjangnya 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak di baeah
lambung. Lapisan dinding dari dalam keluar: melingkar sirkuler, dan lapisan
otot memanang longituginal. Esofgus terletak di belakang trakea dan di depan
tulang punggung, setelah melalui toraks menembus diafragma masuk ke dalam
abdomen menyambung dengan lambung.
4) Lambung
Lambung atau gaster merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang
paling banyak terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pirolok, terletak
di bawah diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri
funtus uteri.
Bagian lambung terdiri dari :
a) Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah kiri osteum
kardium dan biasanya penuh berisi gas.
b) Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian bawah
kurvatura minor.
c) Antrum pilorius, bagian lambung berbentuk tabung, mempunyai otot yang
tebal membentuk sfingter pilorius.
d) Kurvantura minor, terdapat di sebelah kanan lambung, terbentang dari osteum
kardiak sampai ke pilorus.
e) Kurvantura mayor, terdapat lebih panjang dari kurvantura minor, terbentang
dari sisi kiri osteum melalui fundus vebtrikuli menuju ke kanan sampai bagian
atas kurvanturi mayor sampai ke limpa.
f) Osteum kardiak, merupakan tempat esofagus bagian abdomen masuk ke
lambung, pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
Sekresi getah lambung mulai terjadi pada orang makan. Bila melihat makanan dan
mencium bau makanan maka sekresi lambung akan terangsang. Rangsangan
kimiawi yang menyebabkan dinding lambung melepaskan hormon yang di sebut
getah lambung.Getah lambung di halangi oleh sitem saraf simpatis yang dapat
terjadi pada waktu gangguan emosi seperti, arah dan rasa takut.
5). Usus halus
Usus halus atau intestium minor adalah bagian dari sistem pencernaan
makanan yang berpangkal pada piloris dan berakhir pada sekum panjangnya 6m,
merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorbsi hasil
pencernaan yang terdiri dari lapisan usus halus ( lapisan mukosa [sebelah dalam],
lapisan pencernaan terdiri dari lapisan otot melingkar [m. Sirkuler], lapisan otot
memanjang [m. Longi tudinal] dan lapisan serosa [sebelah luar] ).
a) Duedenum
Duedenum di sebut juga usus 12 jari, panjangnya 25 cm, berbentuk
sepatu kuda melengkung ke kiri, pada lengkungan ini terdapat pankreas. Pada
bagian kanan deudenum terdapat selaput lendir, yang membukit di sebut papila
vateri yang bermuara di saluran empedu. Dinding deudenum mempunyai lapisan
mukosa yang banyak mengandung kelenjar, kelenjar ini di sebut Brunnern
berfungsi untuk memproduksi getah intestinum.
b) Jejenum dan ileum
Jejenum dan ileum memiliki panjang sektar 6 meter. Dua perlima
sebagian atas adalah (jejenum) dengan panjang 23 meter dan ileum dengan
panjang 4-5 meter. Lekukan jejenum dam ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritonium yang berbentuk kipas dikenal
sebagai mesenterium.
6). Usus besar
Usus besar atau intestum mayor panjangnya 1,5 m lebarnya 5-6 cm.
Lapisan usus besar dari dalam ke luar: selaput lendir, lapisan otot melingkar,
lapisan otot memanjang, jaringan ikat. Fungsi usus besar adalah menyerap air
dan makanan. Tempat tinggal bakteri koli, tempat feces.
a) Sekum
Dibaeah sekum terdapat apendiks, vermiformis yang berbentuk seperti
cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum mudah
bergerak walaupun tidak mempunyai mesintrium dan dapat diraba melalui
dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
b) Kolon asendens
Pajangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebalah kanan. Membujur ke
atas dari ileum ke bawah hati. Di bawa hati melengkung ke kiri, lengkungan
ini di sebut fleksura hepatika, di lanjutkan sebagai kolon transversum.
c) Apendiks ( usus halus)
Bagian dari usus halus yang muncul seperti corong dari ujung sekum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tetapi memungkinkan dapat di lewati
oleh beberapa isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminalis
masuk ke dalam rongga pelvis minor, terletak horizontal di belakang sekum.
Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi, kadang apendiks beraksi
secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan peforasi dindingnya ke
dalam rongga abdomen.
d) Kolon trasversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asendens sanapai desendens berada
di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura linealis.
e) Kolon desendens
Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
ke bawah dan fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri, bersambung
dengan kolon sigmoid.
f) Kolon sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desendens, terletak miring
dalam rongga pelvis sebelah kiri, berbentuk menyerupai huruf S, ujung
bawahnya berhubungan dengan rektum.
7). Rektum
Rektum terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinium
mayor dam anus, terletak di dasar pelvis, dindingnnya di perkuat oleh 3
sfingter :
a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak.
b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.
c) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
(Syaifuddin. 2003)
3. ANATOMI FISIOLOGI YANG BERHUBUNGAN DENGAN ABDOMEN
Abdomen ialah rongga terbesar dalam tubuh bentuknya lonjong dan
meluas dari atas diafragma sampai pelvis di bawah.
Anatomi rongga abdomen, Rongga abdomen di batasi oleh :
1) Atas : Diafragma
2) Bawah : Pelvis
3) Depan : Dinding depan abdomen
4) Leteral : Dinding lateral abddomen
5) Belakang : Dinding belakang abdomen serta tulang belakang.
Isi abdomen sebagian besar dari saluran pencernaan yaitu lambung, usus
halus, dan usus besar.Lambung adalah bagian dari saluran pencernaan yang
dapat mekar paling banyak. Terletak di epigastrik, dan sebagian sebelah kiri
hipokhodriak dan umbilical. Lambung terletak di bawah diafragma, di depan
pankreas. Dan limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
a) Hati menempati bagian kanan atas terletak di bawah diafragma, dan
menutupi lambung bagian pertama usus halus, kandung empedu terletak
di dekat ujung pankreas.
b) Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas dnding posterior abdomen
dari ginjal.
c) Aorta abdominalis, vena cava interior, reseptakulum khili dan sebagian
dari saluran torasika terletak di dalam abdomen.
d) Pembuluh limfe dan kelenjar, urat saraf, peritoneum dan lemak juga di
jumpai di dalam rongga ini. ( Evelyn Pearce, 2002)
e) Diafragma merupakan suatu kubah yang menonjol dalam ronga toraks.
Diafragma ini di turut dalam pernafasan. Pada insfirasi akan turun ke
bawah pada ekspirasi akan naik ke atas. Pada saat ekspirasi maksimal
akan berada setinggi kira-kira 4 garis pada midklavikularis, yang kurang
lebih sama dengan palpila mammae pada laki-laki.Dengan demikian pada
trauma toraks, baik tumpul maupun tajam, bila di temukan sampai
setinggi palpila mammae (pada laki-laki) harus diwaspadai adanya trauma
abdomen juga.
f) Organ yang terlindungi dalam pelvis adalah rektum, buli-buli dan uterus,
dengan demikian organ yang tidak terlindungi adalah usus halus dan
sebagian besar kolon. Ke-2 ginjal karen aletaknya yang di daerah
belakang (dorsal) relatif terlindungi.
g) Hepar dan lien tidak mempunyai lumen atau solid, dan terutama pada ke-
2 organ ini akan menimbulkan perdarahan yang akan terkumpul dalam
rongga peritoneum. Keadaan ini di kenal dengan hemopertorium.
Robekan juga dapat menimbulkan perdarahan intra-peritonial.
h) Gaster, usus halus dan usus besar mempunyai lumen. Dengan demikian
bila terjadi perforasi, isinya akan tumpah dalam rongga peritonium dan
menimbulkan peritonitis. Bila yang masuk rongga peritonium adalah
asam lambung maka rangsangan kimia akan segera menimbulkan gejala
peritonitis, sedangkan bila yang masuk rongga peritonium adalah isi usus
halus atau kolon. Gejala yang timbul akan lambat. ( Syaifuddin, 2003).
4. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor abdomen karena terjadinya pembelahan sel yang
abnormal. Perbedaan sifat sel tumor tergantung dari besarnya penyimpangan
dalam bentuk dan fungsi autonominya dalam perubahan kemampuannya
mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.Banyak kondisi yang
menimbulkan tumor abdomen. Secara garis besar, keadaan tersebut dapat
dikelompokkan dalam lima hal yaitu :
1. Proses peradangan bacterial – kimiawi
2. Obstruksi mekanis : seperti pada volvulus, hernia atau pelengketan.
3. Neoplasma/tumor : karsinoma, polypus atau kehamilan ektopik.
4. Kelainan vaskuler : emboli, tromboemboli, perforasi dan fibrosis.
5. Kelainan kongenital.
Adapun penyebab tumor abdomen akut :
a. Kelainan traktus gastrointestinal : nyeri non-spesifik, appendicitis,
infeksi usus halus dan usus besar, hernia strangulate, perforasi ulkus
peptic, perforasi usus, diverticulitis meckel, sindrom boerhaeve,
kelainan inflamasi usus, indrom Mallory weiss, gatroienteritis,
gastritis akut, adenitis mesenterika.
b. Kelainan pancreas : pancreatitis akut.
c. Kelainan traktus urinarius : kolik renal atau ureteral, pielonefritis
akut, sistisis akut, infark renal.
d. Kelainan hati, limpa, dan traktus biliaris : kolestitisis akut kolangitis
akut, abses hati, ruptur tumor hepar ruptur spontan limpa, kolik bilier,
hepatitis akut.
e. Kelainan ginekologi : kehamilan ektopik terganggu, tumor ovarium,
salpingitis akut, dismenorea, endometriosis.
f. Kelainan vaskuler : ruptur aneurisma aorta dan visceral, iskemia
kilitis akut, trombosis mesenterika.
g. Kelainan peritoneal : abses intraabdomen, peritonitis primer,
peritonitis TBC.
h. Kelainan retroperitoneal : perdarahan retroperitoneal.( Ibnu Zainal
Ar-rosyad, 2010).
5. INSIDEN
Tumor abdomen saat ini sudah diklasifikasikan sesuai dengan lokasi tumor.
Tumor pada daerah abdomen dapat meliputi kanker lambung yang dilaporkan
insidennya 10 per 100.000 populasi di Amerika Serikat, neoplasma usus halus yang
merupakan 1% dari malignasi gastrointestinal. Perkiraan jumlah penderita tumor
abdomen selama tahun 2009 adalah 1.300, yang akan mengakibatkan kematian 250
orang.( Smelszer, Suzanne C. 2001)
6. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh
mutasi ganetic dari DNA selular. Sel abormal ini membentuk kolon dan
berpopliferasi secara abnormal, mengatakan sinyal mengatur pertumbuhan dalam
lingkungan sekitar sel tersebut.Sel-sel eoplasma mendapat energi terutama dari
anaerob karena kemanpuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai
enzim yang lengkap atau oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih
mengutamakan berkembang biak yang membutuhkan energi untuk anabolisme
daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi dengan jalan
katabolisme.Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk
protioplasma dan energi, antara lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat
mengalahkan sel-sel ormsl dalam mendapatkan bahan-bahan tersebut. (Kusuma,
Budi drg. 2001), Ketika dicapai suatu tahap diman sel mendapatkan ciri-ciri invasi,
dan terjadi perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi
jaringan sekitar dan memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah,
melalui pebuluh darah tersebut sel-sel dapat terbawa ke arah lain alam tubuh untuk
membentuk metastase (penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.Meskipun
penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan, namun
tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal: tetapi lebih kepada
suatu kelompok penyakit yang jelas dengan penyebab, metastase, pengobatan dan
prognosa yang berbeda. (Smelstzer, Suzanne C.2001).
7. MANIFESTASI KLINIK
1) Hiperplasia
2) Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3) Tumor epital biasanya mengandung sedikit jaringan ikat dan apabila
berasal dari masenkim yang banyak mengandung jaringan ikat maka akan
elastic kenyal atau lunak.
4) Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5) Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi epembuluh limfe.
6) Nyeri
7) Anoreksia, mual, muntah.
8) Penurunan berat badan.
8. TEST DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi:
1) Marer tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang dibentuk
oleh tubuh dalam berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi radio untuk menghasilkan
gambaran berbagai struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk meminai susunan lapisan
jaringan untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan ketebalan antar jaringan, dapat
mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima,
digunakan untuk mengkaji jaringan yang dalam didalam tubuh.
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukkan
suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh, memungkinkan dilakukannya
biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikn intravena atau menelan bahan radiosisotope yang
diikuti dengan pencitraan yang menkaji tempat berkumpulnya radioisotope.
(Smeltzer, Suzanne C.2001).
9. PENATALAKSANAAN MEDIK
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gastereksoni
subtotal atau total, dan digunakan untuk baik pengobatan maupun
paliasi.Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy dan tidak ada bukti
matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk
menentukan apakah pasien harus menjalani prosedur kuratif atau faliatif.
Konflikasi yang berkaitan dengan tindakan adalah injeksi, pendarahan, ileus,
dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer, Suzanne C.2001).
2) Radioterapi
Penggunaan partikel energi tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam
pengobatan tumor dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel
tumor. Bentuk energy yang digunakan pada radioterapi adalah ionisasi
radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi
dengan terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor
dengan fraksi pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan
kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk
kanker dengan menstimulasi system imun (biologic response
modifiers/BRM) berupa antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi
koloni, interferon, interleukin. (Danielle Gale. 2000).
B. KONSEP KEPERAWATAN TUMOR ABDOMEN
1. Pengkajian
a. Aktivitas istirahat
Gejala : kelemahan dan keletihan
b. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri, dada pada pengrahan kerja.
Kebiasaan : perubahan pada TD
c. Integritas ego
Gejala : alopesia. Lesi cacat pembedahan
Tanda : menyangkal, menarik diri dan marah
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pada pola defekasi misalnya : darah pada feses, nyeri pada
defekasi. Perubahan eliminasi urinarius misalnya nyeri tau rasa terbakar pada saat
berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
e. Makanan/cairan
Gejala : kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, aditif bahan pengawet).
Anoreksia, mual/muntah.Intoleransi makanan
Perubahan pada berat badan; penurunan berat badan hebat, berkurangnya massa
Tanda : perubahan pada kelembapan/turgor kulit edema.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, sinkope
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri atau derajat bervariasi misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai berat ( dihubungkan dengan proses penyakit).
h. Pernafasan
Gejala : merokok (tembakau, hidup denagn serumah dengan yang merokok)
i. Keamanan
Gejala : pemajanan bahan kimia toksik Karsinogen, Pemajanan matahari
lama/berlebihan
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi.
j. Seksualitas
Gejala : masalah seksualitas misakya dampak pada hubungan perubahan pada
tingkat kepuasan.Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, Nuligravida,
pasangan seks miltifel, aktivitas seksual dini.
k. Interaksi sosial
Gejala : ketidakadekuatan/kelemahan sotem pendikung.Riwayat perkawinan
(berkenaan dengan kepuasan di rumah dukungan, atau bantuan).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penentuan diagnosa kepeawatan harus berdasarkan analisa data dari hasil
pengkajian, maka diagnosa keperawatan yang ditemukan di kelompokkan menjadi
diagnosa aktual, potensial dan kemungkinan. (Budianna Keliat. 2002).
Berdasarkan dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
tumor abdomen antara lain :
Pre operasi :
a) Nyeri (akut) b/d trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
b) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.
c) Gangguan pola tidur b/d teraktivasi RAS.
d) Ansietas b/d perubahan status kesehatan.
e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker.
Post operasi :
a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan pembedahan
b) Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
c) Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
d) Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidk adekuat
e) Kerusakan integritas kuit/jaringan b/d insisi bedah
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah merumuskan diagnosa keperwatan, dibuat rencana tindakan untuk
mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah klien. (Budianna Keliet, 2002).
Pre operasi
a) Nyeri (akut) b/d trauma jaringan, interupsi saraf, diseksi otot.
kemungkinan dibuktikan oleh : keluhan nyeri, respon autonomic gelisah,
perilaku berhati-hati.
Hasil yang diharapkan :
1) Melaporkan nyeri yang dirasakan menuran atau menghilang
2) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
Intervensi Rasional
1) Kaji
Keluhan nyeri, perhatikan lokasi,
lamanya, dan intensitas (skala 0-10)
perhatikan petunjuk verbal dan non
verbal.
2) ukur tanda-tanda vital
3) anjurkan keluarga untuk
mengusap punggung pasien.
4) Ajarkan pasien untuk nafas
dalam.
5) Kolaborasi pemberian obat
analgesic.
1) Membantu dalam
mengidentifikasi derajat
ketidaknyamanan dan kebutuhan
untuk keefektifan analgesic.
2) Untuk mengetahui adanya
peningkatan nyeri.
3) mengalihkan rasa nyeri yang
dirasakan.
4) memberikan relaksasi pada pasien.
5) untuk pengontrol nyeri sehingga pemberian obat dengan tepat waktu.
b) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
kemungkinan dibuktikan dengan oleh : klien dapat bertoleransi terhadap
aktivitas
Hasil yang diharapkan :
1) klien mengalami kemajuan dalam beraktivitas.
Intervensi Rasional
1) Kaji respon klien terhadap
aktivitas.
2) Berikan lingkungan yang tenang
bagi pasien
3) Jelaskan pentingnya istrahat
dalam rencana pengobatan.
4) Bantu pasien memilih posisi
nyaman untuk istrahat/tidur
1) Menetapkan kemampuan?
kebutuhan klien dan memudahkan
pilihan intervensi.
2) Menurunkan stress dan rangsangan
berlebihan, meningkatkan istirahat.
3) Tirah baring selama fase akut
untuk menurunkan kebutuhan
metabolic.
4) Pasien mungkin nyaman dengan
kepala tinggi, tidur dikursi
ataumenunduk kedepan meja atau
bantal.
c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan teraktivasi RAS
tujuan : mempertahankan pola tidur klien
Intervensi Rasional
1) Kaji pola tidur klien.
2) Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan.
1) Mengetahui gangguan istrahat/tidur
klien untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Lingkungan yang tenang dapat
memberikan ketenangan untuk tidur
3) Anjurkan klien untuk banyak
istrahat dan tidur yang nyenyak.
4) Anjurkan keluarga untuk
mematikan lampu.
dan istirahat.
Tidur yang cukup dapat memberi rasa
segar pada klien dan mempercepat
proses penyembuhan.
4) Penggunaan terhadap paparan
cahaya dapat membantu tidur lebih
cepat.
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut.
Intervensi Rasional
1) Kaji penyebab dari kecemasan
klien.
2) Dorong klien untuk
mengungkapkan pikiran atau
perasaan.
3) Berikan lingkungan terbuka
dimana klien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaanya.
4) Pertahankan kontak sesering
1) Mempermudah perawat melakukan
intervensi yang tepat.
2) Meberikan kesempatan untuk
memeriksa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis.
3) Membantu klien untuk merasa
diterima pada adanya kondisi tanpa
perasaan dihakimi dan meningkatkan rasa
terhormat.
4) Memberikan keyakinan bahwa klien
mungkin dengan klien.
5) Bantu klien/keluarga dalam
mengenali dan mengklasifikasikan
rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping.
tidak sendiri atau ditolak.
5) Dukungan dan konseling sesering
diperlukan untuk memungkinkan
individu mengenal dan menghadapi rasa
takut.
e) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker
Tujuan : pemenuhan nutrisi dapat teratasi
Intervensi Rasional
1) Pantau makanan setiap hari
2) Anjurkan untuk perwatan oral.
3) Dorong penggunaan tehknik relaksasi.
4) Dorong komunikasi terbuka mengenai
masalah makan.
1)Mengidentifikasi
kekuatan/defisiensi nutrisi.
2) Membantu untuk meningkatkan
nafsu makan.
3) Memungkinkan pasien
meningkatkan masukan oral.
4) Sering sebagai sumber distress
emosi, khususnya untuk orang
terdekat yang menginginkan untuk
memberikan makanan pasien dengan
sering, bila pasien menolak maka
orang terdekat merasa ditolak.
Post operasiResiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d tindakan
pembedahan
Tujuan : mempertahankan volume cairan adekuat dengan membrane mukosa
lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil dan
haluaran urine adekuat.
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda-tanda vital dengan
sering.
2) Palpasi nadi perifer. Evaluasi
pengisian kapiler turgor kulit, dan
status membrane mukosa
3) Perhatian adanya edema.
4) Pantau masukan dan haluaran.
1) Tanda-tanda awal hemoraragik
usus dan pembentukan hematoma
yang dapt menyebabkan syok
hepovelemik
2) Berikan informasi tentang volume
sirkulasi umum dan tingkat hidrasi
3) Edema dapat terjadi karna
perpindahan cairan berkenaan dengan
penurunan kadar albumin (protein).
4) Indikator langsung dari hidrasi
organ dan fungsi. Memberikan
pedoman untuk penggatian cairan.
5) Demam rendah umum selama 24-
48 jam pertama dan dapat menambah
kehilngan cairan.
5) Pantau suhu tubuh.
Nyeri b/d terputusnya kontunuitas jarinagn akibat tindakan operasi
Tujuan : nyeri hilang dan terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi Rasional
1) Kaji tingkat nyeri
2) Observasi TTV
3) Ajarkan tehnik reklasasi nafas
dalam
4) Beri posisi yang
menyenangkan bagi klien.
1) mengetahui tingkat nyeri yang
dapat memudahkan untuk melakukan
tindakan selanjutnya
2) untuk mengetahui keadaan umum
klien
3) untuk merelaksasi otot sehingga
mengurangi nyeri
4) posisi yang menyenangkan dapat
memberi rasa nyaman sehingga
mengurangi rasa nyeri
Resiko infeksi b/d adanya luka operasi
Tujuan : Resiko infeksi tidak terjadi
Kriteria : Luka sembuh dengan baik, verband tdak basah dan tidak ada
tandainfeksi ( kalor, dolor, rubor, tumor).
Intervensi Rasional
1) Kaji tanda-tanda infeksi dan 1) Mengetahui tanda-tanda infeksi
vital sign
2) Gunakan tehnik septik dan
antiseptik
3) Ganti Verban
4) Berikan penyuluhan tentang
cara pencegahan infeksi
5) Penatalaksanaan pemberian
obat antibiotik
dan menentukan intervensi
selanjutnya.
2) Dapat mencegah terjadinya
kontaminasi dengan kuman penyebab
infeksi
3) Verban yang basah dan kotor
dapat menjadi tempat berkembang
biaknya kuman penyebab infeksi.
4) Memberikan pengertian kepada
kien agar dapat mengetahui tentang
perawatan luka.
5) Obat antibiotik dapat membunuh
kuman penyebab infeksi.
Gangguan pemenuhan nutrisi b/d intake yang tidak adekuat
Tujuan : nutrisi klien dapat terpenuh.
Kriteria : klien mengungkapkan nafsu makan baik, badan tidak lemah, dan HB
normal.
Intervensi Rasional
1) Kaji intake dan output klien 1) Untuk mangetahui kebutuhan
nutrisi dan merupakan dalam tindakan
2) Timbang berat badan sesuai
indikasi
3) Identifikasi
kesukaan/ketidaksukaan dien dai
klien.Anjurkan pilihan makanan
tinggi protein dan vitamin C.
4) Berikan cairan IV
5) Berikan obat-obat sesuai
indikasi
selanjutnya.
2) Mengedentifikasi status cairan
serta
memastikan metabolime.
3) Meningkatkan kerja sama klien
dengan aturan diet. Protei/vitamimn C
adalah contribular utama untuk
memelihara jaringan dan perbaikan.
4) Memperbaiki keseimbangan
cairan elektrolit, kehilangan plasma :
penurunan albumin serum ( edema)
dan dapat memperpanang
penyembuhan luka.
5) Mencegah muntah dan
menetralkan atau menurunkan
pembentukan asam untuk mencegah
erosi mukosa.
Kerusakan intregritas kulit/jaringan b/d dengan insisi bedah.
Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu tanda komplikasi.
Intervensi Rasional
1) Pantau tanda-tanda vital,
perhatikan demam, periksa luka
1) Pembentukan hematoma/terjadinya
infeksi, yang menunjang lambatnya
dengan sering terhadap bengkak
insisi berlebihan
2) Berikan pengikat atau
penyokong untuk klien gemuk bila
di indikasikan
3) Gunakan plester kertas untuk
balutan sesuai indikasi
4) Tinjau ulang nilai laboraturium
terhadap anemia dan penurunan
albumin serum.
pemulihan luka dan meningkatkan
resik pemisahan luka.
2) Jaringan lemak sulit menyatuh, dan
garis jahitan lebih udah terganggu.
3) Penggantian baluta sering dapat
mengakibatkan kerusakan kulit karena
perlekatan yang kuat.
4) Anemia dan pembentukan edema
dapat memenuhi pemulihan.
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, ed.8, Vo.2, EGC, Jakarta.
Doenges E. Marilynn,1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edt. Monica Ester, Yasmin Asih,- Ed.3.-EGC, Jakarta.
Rondhianto, Keperawatan Perioperatif, http//www.google.co.id, diambil tanggal 4 Maret 2008
PP HIPKABI, 2007, Buku Panduan Dasar-Dasar Keterampilan Bagi Perawat Kamar Bedah, HIPKABI Press, Jakarta.
A.Aziz Halimul Hidayat, 2004, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salema Medika.
Budi Kusuma, 2001, Ilmu Patologi, Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC